Anda di halaman 1dari 14

TRANSPORTASI PADA TAMBANG BAWAH TANAH

Pengangkutan tambang bawah tanah merupakan upaya mengeluarkan ore


dari permukaan kerja atau dari ore bin hingga ke permukaan. Beberapa alat angkut
yang digunakan pada tambang bawah tanah adalah belt conveyor, lokomotif,
hoisting system. Berikut adalah penjelasan mengenai alat alat tersebut.
I.

BELT CONVEYOR
Belt Conveyor adalah rangkaian ban berjalan yang dapat digunakan untuk
mengangkut material baik secara mendatar maupun secara miring (incline).
Fungsi dari belt conveyor adalah untuk mengangkut dan mencurahkan material
dengan kapasitas yang cukup besar. Belt conveyor dapat digunakan untuk
mengangkut material yang berupa unit load atau bulk material. Yang
dimaksud dengan unit load adalah benda yang biasanya dapat dihitung jumlahnya
satu per satu, misalnya kotak, kantong, balok, dll. Sedangkan bulk material adalah
yanng berupa butir, serbuk, seperti pasir, semen, dll.

Gambar 1. Belt Conveyor


Belt conveyor atau ban berjalan adalah alat transportasi yang paling efisien
dalam pengoperasiannya, bila dibandingkan dengan alat berat / truck untuk jarak
jauh, karena dapat mengangkut material lebih jauh dari 2 km, tergantung dengan
desain belt. Material yang diangkut dapat berupa powder, granular, atau lump
dengan kapasitas lebih dari 2000 ton/jam.
Keuntungan dari penggunaan belt conveyor adalah kemudahan dalam
pengoperasian dan pemeliharaan selain itu material dapat diumpan di sepanjang

lintasa, sedangkan kerugian penggunaan belt conveyor adalah belt tidak tahan
pada teperature di atas 200oC, jaraknya tergantung panjangnya, biaya relatif
mahal, sudut inklinasi terbatas.
Beberapa karakteristik dari belt conveyor adalah sebagai berikut ;
1. Dapat beroperasi secara mendatar maupun miring dengan sudut maksimum
2.
3.
4.
5.
6.
7.

hingga 18o.
Sabuk (bel) disanggah dengan plat roller untuk membawa bahan
Kapasitas tinggi
Multifungsi
Dapat beroperasi secara kontinu
Kapasitas dapat di atur
Kecepatannya hingga 600 ft/m

Gambar 2. Bagian Bagian Instalasi Belt Conveyor


Bagian bagian terpenting dari Belt Conveyor adalah :
1. Belt, belt adalah ban yang digunakan untuk membawa material yang
diangkut.
2. Idler, untuk menahan atau menyangga belt. Menurut letak dan fungsinya,
idler dibagi menjadi
a. Idler atas, yang digunakan untuk menahan belt yang bermuatan.
b. Idler penahan, idler yang ditempatkan di tempat pemuatan
c. Idler penengah, idler yang dipakai agar belt tidak bergeser dari jalur yang
seharusnya.
d. Idler bawah atau Idler balik, berguna untuk menahan belt kosong.
3. Centering Device, untuk mencegah agar belt tidak meleset dari rollernya.
4. Drive Units (Unit Penggerak), tenaga gerak dari drive units dipindahkan ke
belt oleh adanya gesekan antara belt dengan pulley penggerak (Drive Pulley),
karena belt melekat di sekeliling pulley yang diputar oleh motor.

5. Pemberat (take ups or counter weight), komponen untuk mengatur tegangan


belt dan untuk mencegah terjadinya selip antara belt dengan drive pulley,
karena bertambah panjangnya belt.
6. Bending the belt, alat yang digunakan untuk melengkungkan belt.
7. Pengumpan (Feeder), alat untuk pemuatan material ke atas belt dengan
kecepatan teratur.
8. Trippers, alat untuk menumpahkan muatan di suatu tempat tertentu.
9. Belt Cleaner, alat yang dipasang di bagian ujung bawah belt agar material
tidak melekat pada belt balik.
10. Skirts, semacam sekat yang dipasang di kiri dan kanan belt pada tempat
pemuatan (loading point) yang terbuat dari logam atau kayu dan dapat di
pasang tegak atau miring, gunanya untuk mencegah terjadinya ceceran.
11. Holdback, suatu alat yang mencegah agar belt conveyor yang membawa
muatan ke atas tidak berputar kembali ke bawah jika tenaga gerak tiba tiba
rusak atau diberhentikan.
12. Kerangka (frame), konstruksi baja yang menyangga seluruh susunan belt
conveyor dan harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga jalannya belt yang
berada diatasnya tidak terganggu.
13. Motor Penggerak, biasanya digunakan motor listrik untuk menggerakkan
drive pulley. Tenaga (HP) dari motor penggerak disesuaikan dengan
keperluan, yaitu.
a. Menggerakkan muatan secara mendatar
b. Menggerakkan belt kosong dan mengatasi gesekan gesekan antara idler
dengan komponen lain.
c. Mengangkut muatan secara tegak (vertikal)
d. Menggerakkan tripper dan perlengkapan lainnya
e. Memberikan percepatan pada belt yang bermuatan bila sewaktu waktu
diperlukan.
Prinsip kerja dari Belt Conveyor adalah mengangkut material yang ada di
atas belt, dimana pengumpanan atau inlet pada sisi tail dengan menggunakan
chute. Setelah sampai di head, material ditumpahkan akibat belt berbalik arah.
Belt digerakkan oleh drive atau head pulley dengan menggunakan motor
penggerak. Head pulley menarik belt dengan prinsip adanya gesekan antara
permukaan drum dengan belt, sehingga kapasitasnya tergantung dengan gaya
gesek tersebut.
Belt conveyor terdiri dari 2 komponen utama, yaitu :

1. Drive System, drive system adalah bagian penggerak head pulley dengan
menggunakan motor listrik yang diteruskan ke gear reducer dengan coupling
diteruskan kembali ke head pulley. Kelengkapan alat ini ada yang dipasangi
dengan holdback untuk mencegah belt mundur saat berhenti ketika ada muatan,
ini digunakan pada belt conveyor yang menanjak. Pada bagian bawah head
pulley dilengkapi dengan belt cleaner, untuk membersihkan material yang
menempel pada belt setelah material dituangkan.
2. Conveying Component, conveying component terdiri dari head pulley, tail
pulley, take up pulley, idler roller dan rubber belt. Head pulley berguna untuk
menarik belt, sedangkan tail pulley untuk memutar balik belt dan take aup
pulley sebagai beban tetap yang menjaga ketegangan pulley agar didapatkan
friksi yang cukup sehingga tidak slip. Untuk idler yang terdiri dari carry roller,
return roller dan training roller. Carry roller untuk menahan material transport
di sisi atas sedang return roller untuk menahan belt yang kembali dari head
pulley dan training roller berfungsi sebagai self alignment roller yang bertujuan
agar belt tetap berada di tengah lintasannya. Rubber belt adalah komponen
utama untuk membawa material, dimana kekuatannya tergantung kepada
kapasitas material yang diangkutnya. Rubber belt terbuat dari karet yang
diperkuat oleh carcas. Carcas adalah rajutan dari benang nilon atau lainnya
yang sangat kuat, sedangkan untuk berlt dengan lintasan yang cukup jauh
dibutuhkan belt dengan kekuatan tarik yang cukup besar, sehingga belt ini
diperkuat dengan anyaman kawat baja. Rubber belt ini dibuat dengan panjang
tertentu, sehingga diperlukan sambungan, baik dengan sistem mechanical
ataupun vulcanized

Gambar 3. Macam Macam Tipe Pulley


Pada umumnya, terdapat persyaratan persyaratan tertentu belt. Persyaratan
tersebut adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

Tahan beban tarik


Tahan beban kejut
Perpanjangan sepesifik rendah
Fleksibel
Tidak menyerap air

Kapasitas Belt Conveyor

Berat material yang dapat dipindahkan oleh belt conveyor ditentukan


dengan menggunakan rumus berikut ini :

60 . A. S . W
2000

Keterangan :
T

= Merupakan berat material yang dihitung (ton/jam)

= Potongan luas area material (sq.ft)

= Kecepatan ban (ft/menit)

= Berat jenis material (ton/cu.ft)

Tenaga untuk Menggerakkan Belt


Sejumlah tenaga luar dibutuhkan untuk menggerakkan sebuah belt
conveyor. Tenaga yang dibutuhkan untuk menggerakkan belt kosong tergantung
dari tipe idler, diameter dan jarak idler, serta panjang, berat, dan kecepatan belt.
Energi yang dibutuhkan ditentukan dengan rumus :
E = L. S. Q. C
Keterangan :
E

= Energi (ft.lb/menit)

= Panjang Belt (ft)

= Kecepatan Belt (ft/menit)

= Faktor Friksi

= Berat bagian yang bergerak per ft conveyor (lb)

Diameter idler
Faktor friksi

4 in
0.0375

5 in
0.036

Tabel 1. Faktor Friksi


II.

LOKOMOTIF

6 in
0.030

7 in
0.025

Jenis alat angkut ini digunakan pada daerah yang relatif mendatar dengan
kemiringan maksimum 5% dengan jarak angkut sedang. Alat ini terdiri dari
lokomotif yang berfungsi sebagai penggerak untuk menarik rangkaian lori yang
berisi material yang bergerak di atas rel. Umumnya alat ini digunakan pada
tambang dengan tonase yang besar dan umur tambang yang lama.

Gambar 4. Lokomotif
Pemilihan penggunaan lori dan lokomotif didasarkan pada pertimbangan
pertimbangan berikut :
1.
2.
3.
4.

Kemiringan jalan maksimum 5%


Jarak angkut panjang
Tonase cadangan relatif besar
Umur tambang panjang
Terdapat beberapa kekurangan dan kelebihan dalam menggunakan

lokomotif. Kelebihan dalam menggunakan lokomotif adalah diperlukan mine


power lebih sedikit, fleksibel dan mudah diperpanjang, pengangkutan dapat
dilakukan bersama sama, mempunyai kecepatan yang tinggi, dan lebih mudah
menyesuaikan dengan belokan. Sedangkan kekurangan menggunakan lokomotif
adalah mempunyai kemiringan yang terbatas, lantai harus kuat, dan berbahaya
kebakaran akibat adanya fire damp dan percikan bunga anpi yang timbul akibat
gesekan pada rel.
Berdasarkan mesinnya, lokomotif terbagi menjadi 5, yaitu :
1. Lokomotif uap, merupakan cikal bakal lokomotif, uap yang dihasilkan dari
pemanasan air yang terletak di ketel uap digunakan untuk menggerakkan torak

atau turbin dan selanjutnya disalurkan ke roda. Bahan bakar lokomotif uap
biasanya dari kayu bakar atau batubara.
2. Lokomotif diesel mekanis, menggunakan mesin diesel sebagai sumber tenaga
yang kemudian ditransfer ke roda melalui tansmisi mekanis. Lokomotif ini
biasanya bertenaga kecul dan sangat jarang karena keterbatasan kemampuan
dari transmisi mekanis untuk dapat mentransfer daya.
3. Lokomotif diesel elektrik, pada lokomotif ini mesin diesel dipakai untuk
memutar generator agar mendapatkan energi listrik. Listrik tersebut dipakai
untuk menggerakkan motor listrik besar yang langsung menggerakkan roda.
4. Lokomotif diesel hidraulik, lokomotif ini menggunakan tenaga mesin diesel
untuk memompa oli dan selanjutnya disalurkan ke perangkat hidraulik untuk
menggerakkan roda.
5. Lokomotif listrik. Prinsip kerjanya hampir sama dengan lokomotif diesel
elektrik, tapi tidak menghasilkan listrik sendiri. Listriknya diperoleh dari kabel
transmisi di atas jallur kereta api. Jangkauan lokomotif ini terbatas hanya pada
jalur yang tersedia jaringan transmisi listrik penyuplai tenaga
Berdasarkan cara mengosongkan muatan, lori dibedakan menjadi rear dumper,
bottom dumper, side dumper, dan overtunner dumper.
Hambatan hambatan yang terjadi pada pengangkutan dengan lokomotif menurut
daris formula adalah ;
1. Tram Resistance
29
0.0024
1.3+ +0.03 v+
w
wN
Hambatan untuk Gerbong
29
0.0034 A v 2
1.3+ +0.03 v+
w
wN
Hambatan untuk Gerbong Barang
29
0.085 A v 2
1.3+ +0.045 v+
w
wN
Dimana :
w = berat rata rata/as roda (ton)
N = Jumlah as roda
v = Kecepatan (mph)
A = Luas Area
2. Gradian Resistance = 20 lb/ton
3. Curve Resistance = 0.8 lb/ton per 1 derajat kelengkungan

Gaya Traksi Lokomotif (Tractive Effort of Locomotive), adalah gaya yang bekerja
pada batang penarik pada waktu lori ditarik oleh lokomotif. Untuk menghitungnya
digunakan rumus :
T =n ( W + L ) ( f . cos sin )+G( e . cos sin )

Dimana :
T = Tractive Effort (kg)
n = Jumlah Gerbong
W = Berat Gerbong Kosong (kg)
L = Berat Isi Gerbong (kg)
f = Koef. Gesek Gerbong (0.005-0.2)
e = Koef. Gesek Lokomotif (0.005-0.2)
G = Berat Lokomotif (kg)
= kemiringan jalan (naik maka sin +, turun maka sin -)
Daya Lokomotif (Horse Power of Locomotive), adalah daya (HP) yang
diperlukan untuk menjalankan lokomotif. Dapat dihitung dengan rumus :
N=

T .v
75.

Dimana :
N = Daya Lokomotif (HP)
T = Tractive Effort (kg)
= Efisiensi motor (0.8-0.9)
III.

HOISTING SYSTEM
Pada umumnya hoisting system adalah cara pengangkutan yang dilakukan

pada vertical shaft ataupun inclined shaft.

Gambar 5. Konsep Pengangkutan dengan Hoist


Pada umumnya alat alat yang ditarik menggunakan hoistig system dapat
berupa skip atau cage. Sehingga rangkaian pada hoisting system adalah:
1. Drum, sebagai tempat tergulungnya wire rope.
2. Headframe, sebagai tempat penyangga katrol apabila hoisting system
dilakukan di permukaan
3. Wire Rope, tali baja yang digunakan untuk menarik beban.
4. Motor, digunakan untuk menggerakkan drum. Terdapat dua jenis motor yang
sering digunakan motor listrik dan motor udara bertekanan
5. Skip atau Cage, alat angkut ore

Gambar 6. Drum

Tipe tipe hoisting system :


1. Balanced (Divided Single Drum), balanced single drum hoist memiliki
satu tali yang bergantung dari atas drum dan satu pada drum bawah.
Konfigurasi tali ini yang dinamakan dengan balance. Tipe ini baik
digunakan untuk dua skip yang beroperasi pada level yang sama atau
untuk cage dan counterweight dari level yang berbeda.
2. Unbalanced (Single Drum), tipe hoisting ini sangat simpel dan hanya
menggunakan satu conveyance yang berkaitan dengan satu tali.
Pengaturan

ini

sangat

membutuhkan

energi

yang

untensif

dibandingkan dengan hoisting system lainnya.


3. Friction Hoist (Koepe), adalah tipe hoisting kedua yang sering dipakai.
Drum diletakkan di atas shaft itu sendiri. Tali bergerak melewati drum
sepanjang operasi pengangkatan. Tipe hoiting ini memiliki rendah
biaya investasi awal. Jumlah tali yang melewati drum dapat
ditingkatkan, pada umumnya, semakin dalam pengangkatan, semakin
banyak tali dibutuhkan.

Gambar 7. Tipe Tipe Hoisting System


Rope atau hoist rope adalah tali yang digunakan pada proses hoisting atau
proses pengangkatan. Rope yanng digunakan berupa wire rope. Hoist rope harus

mampu menarik berat skip atau cage, menarik berat muatan, mengatasi friksi pada
wheel dan drum, menahan berat wire rope sepanjang kedalaman shaft. Motor
untuk menggerakkan drumnya ditentukan dayanya berdasarkan kemiringan dan
kedalaman shaft, berat cage, jarak hoisting, kecepatan, dimensi drim, berat wire
rope.
Untuk menghitung berat muatan yang dapat diangkut cage dapat dihitung
dengan rumus :
D
+0.4 v +12
V
SI =
3600
TPH
Dimana

SI

= Jumlah muatan yang dapata diangkut (ton)

= Kedalaman Shaft (ft)

= Kecepatan Hoist (ft/s)

TPH

= Kapasitas angkut (ton/jam)


Untuk menentukan ukuran wire rope dipakai rumus :
SL+ SW
K 1/SFK 2 D
N

d=

Dimana

= diameter rope (in)

SL

= muatan cage (ton)

SW

= berat cage (ton)

= kedalaman shaft (ft)

= jumlah rope

SF

= Safety Factor

K1,K2 = Faktor Rope


Type Rope
Rounded Rope
Flattened WR
Locked Coil

K1
41.8
46.0
61.6
Tabel 2. Faktor Rope

K2
0.00084
0.00040
0.00122

Pemilihan wire rope pada sistem hoisting bergantung pada harga SF yang akan
diambil, setiap wire rope memiliki Breaking Strength dan wire rope tersebut
mampu mengatasi beban yang ditarik. Kemampuan wire rope untuk menarik
beban dinamakan Rope Pull Static (RPS). Untuk menghitung RPS menggunakan
rumus :
RPS=[ ( x + y + z ) sin ]+ [ ( y + z ) cos 0.025 ] + [ 0.1 x . cos ]
Dimana

= berat wire rope (lb)

= berat cage/skip (lb)

= berat muatan (lb)

= sudut kemiringan shaft


SF=

Breaking Strength
RPS

Anda mungkin juga menyukai