BAB 4
ANALISIS
Selain prasarana ketenaga listrikan, di DPP Kapencar juga terdapat prasarana jenis
sanitas yang digunakan penduduk. Sanitasi tersebut dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu
menggunakan Septik Tank sebanyak 133 jiwa, Non-saptik Tank sebanyak 178 jiwa, dan lainnya
sebanyak 1.009 jiwa. Dari jumlah tersebut menunjukkan bahwa penduduk DPP Kapencar jenis
sanitasi yang digunakan lebih dari setengah persen adalah lainnya, dalam hal ini penduduk
masih membuang kotoran ke sungai. Sehingga dapat dianaisis bahwa DPP Kapencar memiliki
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 1
laporan AKHIR
kualitas kesehatan dan kebersihan yang kurang baik. Berikut persentase sanitasi penduduk
DPP Kapencar:
Menurut material bangunan yag digunakan, DPP Kapencar sebagian besar memiliki
material bangunan berupa tembok sebanyak 78,46%. Sedangkan material paling sedikit
digunakan adalah terbuat dari bambu sebesar 2,94%. Sehingga dapat dianalisis bahwa
penduduk di DPP Kapencar memiliki rumah layak huni yang cukup banyak karena rata-rata
penduduknya sudah menggunakan tembok. Berikut persentase untuk material bangunan
yang digunakan penduduk DPP Kapencar:
Kondisi fisik DPP Kapencar berupa perbukitan membuat banyak jalan yang berkelok
dan terjal, sehingga sebagian besar jalan lingkungan yang berada di desa tersebut adalah
rolak batu. Material atau kontruksi rolak batu dipilih agar jalan tidak licin dan mudah untuk
merawatnya. Meskipun terbuat dari rolak batu, kondisi jalan di DPP tersebut tidak ada yang
rusak karena dilakukan perawatan jalan secara berkala. Dari persentasenya, jalan aspal hanya
berada di jalan utama sekitar 25%.
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 2
laporan AKHIR
Selain prasarana ketenaga listrikan, di DPP Reco juga terdapat prasarana jenis sanitas
yang digunakan penduduk. Sanitasi tersebut dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu menggunakan
Septik Tank sebanyak 78 jiwa, Non-saptik Tank sebanyak 563 jiwa, dan lainnya sebanyak 1.103
jiwa. Dari jumlah tersebut menunjukkan bahwa penduduk DPP Reco jenis sanitasi yang
digunakan lebih dari setengah persen adalah lainnya, dalam hal ini penduduk masih
membuang kotoran manusia ke sungai. Berikut persentase sanitasi penduduk DPP Reco:
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 3
laporan AKHIR
Menurut material bangunan yag digunakan, DPP Reco sebagian besar memiliki
material bangunan berupa tembok sebanyak 84,75%. Sedangkan material paling sedikit
digunakan adalah terbuat dari bambu sebesar 2,08%. Sehingga dapat dianalisis bahwa
penduduk di DPP Reco memiliki rumah layak huni yang cukup banyak karena rata-rata
penduduknya sudah menggunakan tembok. Berikut persentase untuk material bangunan
yang digunakan penduduk DPP Reco:
Kondisi fisik DPP Reco berupa perbukitan membuat banyak jalan yang berkelok dan
terjal, sehingga sebagian besar jalan lingkungan yang berada di desa tersebut adalah rolak
batu dan tanah. Material atau kontruksi rolak batu dipilih agar jalan tidak licin dan mudah
untuk merawatnya. Untuk program kedepannya, DPP Reco membutuhkan pembuatan jalan
rolak batu untuk menuju ke lading, karena kondisi tanah yang labil dapat mengakibatkan
longsor jika tidak dikeraskan. Dari persentasenya, jalan aspal hanya berada di jalan utama
seperti jalan nasional yang melewatinya sekitar 25%.
Kondisi wilayahnya yang berada di daerah perbukitan juga membuat DPP Reco
kekurangan air bersih. Hal tersebut dikarenakan sumber mata air berada lebih rendah dari
permukiman penduduk. Perlu dibuat bak penampungan air didaerah yang lebih tinggi dari
sumber mata air, serta perlu dilengkapi pompa air untuk menyedot air dari bawah ke atas atau
permukiman penduduk.
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 4
laporan AKHIR
Menurut material bangunan yag digunakan, DPP Wilayu sebagian besar memiliki
material bangunan berupa tembok sebanyak 68,98%. Sedangkan material paling sedikit
digunakan adalah terbuat dari bambu sebesar 1,98%. Sehingga dapat dianalisis bahwa
penduduk di DPP Wilayu memiliki rumah layak huni yang cukup banyak karena rata-rata
penduduknya sudah menggunakan tembok. Berikut persentase untuk material bangunan
yang digunakan penduduk DPP Wilayu:
Kondisi fisik DPP Wilayu berupa perbukitan membuat banyak jalan yang berkelok dan
terjal, sehingga sebagian besar jalan lingkungan yang berada di desa tersebut adalah rolak
batu dan tanah. Material atau kontruksi rolak batu dipilih agar jalan tidak licin dan mudah
untuk merawatnya. Untuk kedepannya di DPP Wilayu membutuhkan perkerasan jalan untuk
menahan tanah yang labil, serta dibutuhkan pembuatanan sandaran jalan untuk menjaga
keamanan penduduk yang melintasinya. Dari persentasenya, jalan aspal hanya berada di jalan
utama sekitar 25%.
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 5
laporan AKHIR
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 6
laporan AKHIR
Sebagai desa wisata, DPP Limbasari memiliki kondisi jalan yang baik dan hanya sedikit
yang mengalami kerusakan. Meski didaerah perbukitan, DPP ini memiliki kondisi jalan yang
beraspal, sehingga membutuhkan perawatan berkala agar kondisi jalan tetap dalam kondisi
baik.
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 7
laporan AKHIR
sebagian besar penduduknya yaitu 74,88%. Berikut persentase untuk pengguna MCK di DPP
Kutabawa:
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 8
laporan AKHIR
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 9
laporan AKHIR
untuk berpapasan. Jalan di DPP ini termasuk dalam kerusakan sedang, sehingga perlu dibuat
program untuk perawatan jalan beraspal.
Kondisi drainase di Desa Tambaksari merupakan drainase tertutup dan pelayanannya
sudah dapat menjangkau permukiman penduduk. Kondisi drainase tertutup tersebut
menunjukkan bahwa tingkat kesehatan penduduk di DPP tersebut sudah baik karena drainase
terlihat bersih dalam kondisi yang tertutup. Namun disamping itu terdapat permasalahan
karena drainase yag tertutup, yaitu perawatan drainase menjadi sulit dan sering terjadi
penyumbatan oleh sampah.
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 10
laporan AKHIR
melayani jumlah penduduk yang bertambah di tahun tersebut. Berikut proyeksi penduduk
dan sarana di Kabupaten Wonosobo untuk DPP Kapencar, Reco, dan Wilayu:
Tabel IV.1.
Analisis Sarana DPP di Kabupaten Wonosobo
Fasilitas Proyeksi Jumlah Fasilitas Penambahan
Nama Standard SNI
Sarana Jenis Sebelum Penduduk Tahun Sesudah Proyeksi Jenis Fasilitas
Desa 2004 (Jiwa )
Proyeksi 2017 2022 2017 2022 2017 2022
Pemerintahan
Kantor
1 5516 5814 30000 0 0 0 0
Kelurahan
hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
pura 0 5516 5814 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Tergantung
Desa Kapencar
sisitem
wihara 1 5516 5814 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Puskesmas 1 5516 5814 30,000 0 0 0 0
Pustu 0 5516 5814 30,000 0 0 0 0
PKD 1 5516 5814 30,000 0 0 0 0
Rumah
Kesehatan
umum
pasar
0 5516 5814 30,000 0 0 0 0
hewan
minimarket 0 5516 5814 250 22 23 22 23
toko
53 5516 5814 250 22 23 0 0
kelontong
Peribadatan Pemerintahan
Desa Reco
Kantor
1 6877 7248 30,000 0 0 0 0
Kelurahan
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 11
laporan AKHIR
Rumah
0 6877 7248 30,000 0 0 0 0
bersalin
Praktek
0 6877 7248 5000 1 1 1 1
dokter
posyandu 9 6877 7248 1250 6 6 0 0
Bidan
2 6877 7248 5000 1 1 0 0
Praktek
TK 3 6877 7248 1250 6 6 3 3
Pendidikan
pasar
0 6877 7248 30,000 0 0 0 0
hewan
minimarket 0 6877 7248 250 28 29 28 29
toko
116 6877 7248 250 28 29 0 0
kelontong
Desa Wilayu
Pemerintahan
Kantor
1 1443 1521 30,000 0 0 0 0
Kelurahan
hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
pura 0 1443 1521 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
wihara 1 1443 1521 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Kesehatan
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 12
laporan AKHIR
pasar
0 1443 1521 30,000 0 0 0 0
hewan
minimarket 0 1443 1521 250 6 6 6 6
toko
13 1443 1521 250 6 6 0 0
kelontong
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Terdapat proyeksi sarana pada tahun 2017 dan 2022 dengan jumlah 0, menunjukkan
bahwa di DPP Kapencar, Reco, dan Wilayu terdapat 2 kemungkinan untuk kondisi
pelayanannya. Pertama, jika pada tahun 2012 terdapat jumlah untuk sarana tertentu dan pada
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 13
laporan AKHIR
tahun proyeksi jumlah penambahannya 0, maka untuk jenis sarana tersebut tidak
membutuhkan penambahan sarana karena dengan jumlah tersebut sudah dapat melayani
kebutuhan penduduk. Kemungkinan kedua, jika pada tahun 2012 tidak ada jumlah untuk
sarana tertentu serta jumlah sarana proyeksi menunjukkan 0 maka kebutuhan terhadap
sarana tersebut dapat dilayani oleh desa lain yang berada di sekitarnya.
Kantor
1 7246 7636 30,000 0 0 0 0
Kelurahan
hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
pura 0 7246 7636 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
wihara 0 7246 7636 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Puskesmas 1 7246 7636 30,000 0 0 0 0
Pustu 0 7246 7636 30,000 0 0 0 0
PKD 0 7246 7636 30,000 0 0 0 0
Rumah
Kesehatan
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 14
laporan AKHIR
Kantor
1 10891 11479 30,000 0 0 0 0
Kelurahan
hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
pura 0 10891 11479 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Desa Gumelem Kulon
Tergantung
sisitem
wihara 0 10891 11479 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Puskesmas 0 10891 11479 30,000 0 0 0 0
Pustu 0 10891 11479 30,000 0 0 0 0
PKD 1 10891 11479 30,000 0 0 0 0
Kesehatan
Rumah
0 10891 11479 30,000 0 0 0 0
bersalin
Praktek
0 10891 11479 5000 2 2 2 2
dokter
posyandu 11 10891 11479 1250 9 9 0 0
Bidan
1 10891 11479 5000 2 2 1 1
Praktek
TK 2 10891 11479 1250 9 9 7 7
Pendidikan
pasar
0 10891 11479 30,000 0 0 0 0
hewan
minimarket 0 10891 11479 250 44 46 44 46
toko
63 10891 11479 250 44 46 0 0
kelontong
Pemerintahan
Kantor
1 11689 12319 30,000 0 0 0 0
Kelurahan
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 15
laporan AKHIR
hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
wihara 0 11689 12319 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Puskesmas 70 11689 12319 30,000 0 0 0 0
Pustu 0 11689 12319 30,000 0 0 0 0
PKD 0 11689 12319 30,000 0 0 0 0
Rumah
Kesehatan
pasar
0 11689 12319 30,000 0 0 0 0
hewan
minimarket 0 11689 12319 250 47 49 47 49
toko
0 11689 12319 250 47 49 47 49
kelontong
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 16
laporan AKHIR
sebanyak 2 buah, bidan praktek sebanyak 1 buah, TK sebanyak 7 buah, SMP sebanyak 1 buah,
SMA sebanyak 2 buah, serta minimarket 44 buah. Sedangkan untuk tahun 2022 dengan jumlah
penduduk 11.479 jiwa membutuhkan penambahan sarana dari tahun 2012 surau sebanyak 14
buah, praktek dokter sebanyak 2 buah, bidan praktek sebanyak 1 buah, TK sebanyak 7 buah,
SMP sebanyak 1 buah, SMA sebanyak 2 buah, serta minimarket 46 buah.
Perkembangan jumlah penduduk DPP Kutabanjarnegara merupakan komponen penting dalam
pemenuhan kebutuhan terhadap sarana mendatang. Sesuai dengan perhitungan, penduduk
DPP Kutabanjarnegara pada tahun 2017 jumlahnya bertambah menjadi 11.689 jiwa dan tahun
2022 bertambah menjadi 12.319 jiwa. Pada tahun 2017 dari jumlah penduduk 11.689 jiwa
membutuhkan penambahan sarana dari tahun 2012 surau sebanyak 24 buah, bidan praktek
sebanyak 2 buah, posyandu sebanyak 9 buah, SD sebanyak 3 buah, SMA sebanyak 3 buah,
minimarket sebanyak 47 buah, serta toko kelontong sebanyak 47 buah. Sedangkan untuk 2022
dengan jumlah penduduk sebanyak 12.319 jiwa membutuhkan penambahan sarana dari tahun
2012 surau 26 buah, praktek dokter sebanyak 2 buah, posyandu sebanyak 10 buah, bidan
praktek sebanyak 2 buah, TK sebanyak 5 buah, SD sebnyak 3 buah, SMA sebanyak 3 buah,
minimarket sebanyak 49 buah, serta toko kelontong sebanyak 49 buah.
Terdapat proyeksi sarana pada tahun 2017 dan 2022 dengan jumlah 0, menunjukkan bahwa di
DPP Gumiwang, Gumelem Kulon, dan Kutabanjarnegara terdapat 2 kemungkinan untuk kondisi
pelayanannya. Pertama, jika pada tahun 2012 terdapat jumlah untuk sarana tertentu dan pada tahun
proyeksi jumlah penambahannya 0, maka untuk jenis sarana tersebut tidak membutuhkan
penambahan sarana karena dengan jumlah tersebut sudah dapat melayani kebutuhan penduduk.
Kemungkinan kedua, jika pada tahun 2012 tidak ada jumlah untuk sarana tertentu serta jumlah sarana
proyeksi menunjukkan 0 maka kebutuhan terhadap sarana tersebut dapat dilayani oleh desa lain yang
berada di sekitarnya.
Kantor
1 3202 3374 30,000 0 0 o o
Kelurahan
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 17
laporan AKHIR
hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
wihara 0 3202 3374 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Puskesmas 1 3202 3374 30,000 0 0 o o
Pustu 0 3202 3374 30,000 0 0 0 0
PKD 1 3202 3374 30,000 0 0 o o
Rumah
Kesehatan
Praktek
0 3202 3374 5000 1 1 1 1
dokter
posyandu 3 3202 3374 1250 3 3 0 0
Bidan
1 3202 3374 5000 1 1 0 0
Praktek
TK 1 3202 3374 1250 3 3 2 2
Pendidikan
umum
pasar
0 3202 3374 30,000 0 0 0 0
hewan
minimarket 0 3202 3374 250 13 13 13 13
toko
67 3202 3374 250 13 13 o o
kelontong
Pemerintahan
Desa Kutabawa
Kantor
1 6615 6972 30,000 0 0 o o
Kelurahan
hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
pura 0 6615 6972 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
wihara 0 6615 6972 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Puskesmas 1 6615 6972 30,000 0 0 0 0
Pustu 0 6615 6972 30,000 0 0 0 0
PKD 0 6615 6972 30,000 0 0 0 0
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 18
laporan AKHIR
pasar
0 6615 6972 30,000 0 0 0 0
hewan
minimarket 0 6615 6972 250 26 28 26 28
toko
75 6615 6972 250 26 28 o o
kelontong
Pemerintahan
Kantor
1 3005 3167 30,000 0 0 0 0
Kelurahan
hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
Desa Karangklesem
Rumah
0 3005 3167 30,000 0 0 0 0
bersalin
Praktek
0 3005 3167 5000 1 1 1 1
dokter
posyandu 3 3005 3167 1250 2 3 0 0
Bidan
2 3005 3167 5000 1 1 0 0
Praktek
TK 0 3005 3167 1250 2 3 2 3
Pendidikan
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 19
laporan AKHIR
kebutuhan terhadap sarana juga ikut mertambah. Oleh karena itu masing-masing DPP di
Kabupaten Banyumas perlu dilakukan proyeksi terhadap penduduk dan kebutuhan sarananya
untuk beberapa waktu kedepan, sehingga kebutuhan sarana di tahun mendatang dapat
melayani jumlah penduduk yang bertambah di tahun tersebut. Berikut proyeksi penduduk
dan sarana di Kabupaten Banyumas untuk DPP Karangsalam, Banjarpanepan, dan Bogangin:
Tabel IV.4.
Analisis Sarana DPP di Kabupaten Purbalingga
Fasilitas Proyeksi Jumlah Fasilitas Penambahan
Nama Standard SNI
Sarana Jenis Sebelum Penduduk Tahun Sesudah Proyeksi Jenis Fasilitas
Desa 2004 (Jiwa )
Proyeksi 2017 2022 2017 2022 2017 2022
Pemerintahan
Kantor
1 5123 5399 30,000 0 0 0 0
Kelurahan
hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
pura 0 5123 5399 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Desa Karangsalam
Tergantung
sisitem
wihara 0 5123 5399 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Puskesmas 1 5123 5399 30,000 0 0 0 0
Pustu 0 5123 5399 30,000 0 0 0 0
PKD 0 5123 5399 30,000 0 0 0 0
Rumah
Kesehatan
umum
pasar
0 5123 5399 30,000 0 0 0 0
hewan
minimarket 0 5123 5399 250 20 22 20 22
toko
105 5123 5399 250 20 22 0 0
kelontong
Pemerintahan
Kantor
1 4542 4787 30,000 0 0 0 0
Kelurahan
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 21
laporan AKHIR
hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
wihara 0 4542 4787 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Puskesmas 0 4542 4787 30,000 0 0 0 0
Pustu 0 4542 4787 30,000 0 0 0 0
PKD 1 4542 4787 30,000 0 0 0 0
Kesehatan
Rumah
0 4542 4787 30,000 0 0 0 0
bersalin
Desa Banjarpanepan
Praktek
0 4542 4787 5000 1 1 1 1
dokter
posyandu 8 4542 4787 1250 4 4 0 0
Bidan
1 4542 4787 5000 1 1 0 0
Praktek
TK 1 4542 4787 1250 4 4 3 3
Pendidikan
pasar
0 4542 4787 30,000 0 0 0 0
hewan
minimarket 0 4542 4787 250 18 19 18 19
toko
89 4542 4787 250 18 19 0 0
kelontong
Desa Bogangin
Pemerintahan
Kantor
1 5845 6160 30,000 0 0 0 0
Kelurahan
hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
pura 0 5845 6160 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
wihara 0 5845 6160 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Puskesmas 0 5845 6160 30,000 0 0 0 0
Pustu 5845 6160 30,000 0 0 0 0
PKD 1 5845 6160 30,000 0 0 0 0
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 22
laporan AKHIR
Bidan
2 5845 6160 5000 1 1 0 0
Praktek
pasar
0 5845 6160 30,000 0 0 0 0
hewan
minimarket 0 5845 6160 250 23 25 23 25
toko
134 5845 6160 250 23 25 0 0
kelontong
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 23
laporan AKHIR
sebanyak 1 buah, TK sebanyak 3 buah, SD, SMP, dan SMA masing-masing sebanyak 1 buah, serta
minimarket sebanyak 25 buah.
Terdapat proyeksi sarana pada tahun 2017 dan 2022 dengan jumlah 0, menunjukkan bahwa di
DPP Karangsalam, Banjarpanepan, dan Bogangin terdapat 2 kemungkinan untuk kondisi
pelayanannya. Pertama, jika pada tahun 2012 terdapat jumlah untuk sarana tertentu dan pada tahun
proyeksi jumlah penambahannya 0, maka untuk jenis sarana tersebut tidak membutuhkan
penambahan sarana karena dengan jumlah tersebut sudah dapat melayani kebutuhan penduduk.
Kemungkinan kedua, jika pada tahun 2012 tidak ada jumlah untuk sarana tertentu serta jumlah sarana
proyeksi menunjukkan 0 maka kebutuhan terhadap sarana tersebut dapat dilayani oleh desa lain yang
berada di sekitarnya.
Kantor
1 3389 3572 30,000 0 0 0 0
Kelurahan
hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
pura 0 3389 3572 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
wihara 0 3389 3572 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Puskesmas 0 3389 3572 30,000 0 0 0 0
Kesehatan
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 24
laporan AKHIR
umum
pasar
0 3389 3572 30,000 0 0 0 0
hewan
minimarket 0 3389 3572 250 14 14 14 14
toko
32 3389 3572 250 14 14 0 0
kelontong
Pemerintahan
Kantor
1 7295 7689 30,000 0 0 0 0
Kelurahan
hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
pura 0 7295 7689 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Desa Karangtengah
Tergantung
sisitem
wihara 0 7295 7689 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Puskesmas 0 7295 7689 30,000 0 0 0 0
Pustu 0 7295 7689 30,000 0 0 0 0
PKD 1 7295 7689 30,000 0 0 0 0
Kesehatan
Rumah
0 7295 7689 30,000 0 0 0 0
bersalin
Praktek
0 7295 7689 5000 1 2 1 2
dokter
posyandu 14 7295 7689 1250 6 6 0 0
Bidan
3 7295 7689 5000 1 2 0 0
Praktek
TK 2 7295 7689 1250 6 6 4 4
Pendidikan
pasar
0 7295 7689 30,000 0 0 0 0
hewan
minimarket 0 7295 7689 250 29 31 29 31
toko
102 7295 7689 250 29 31 0 0
kelontong
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 25
laporan AKHIR
Kantor
1 5190 5469 30,000 0 0 0 0
Kelurahan
hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
pura 0 5190 5469 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
Desa Banjarwaru
Bidan
2 5190 5469 5000 1 1 0 0
Praktek
TK 1 5190 5469 1250 4 4 3 3
Pendidikan
pasar
0 5190 5469 30,000 0 0 0 0
hewan
minimarket 0 5190 5469 250 21 22 21 22
toko
63 5190 5469 250 21 22 0 0
kelontong
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 26
laporan AKHIR
DPP Karangtengah pada tahun 2017 jumlahnya bertambah menjadi 7.295 jiwa dan tahun 2022
bertambah menjadi 7.689 jiwa. Pada tahun 2017 dari jumlah penduduk 7.295 jiwa membutuhkan
penambahan sarana dari tahun 2012 surau sebanyak 15 buah, praktek dokter sebanyak 1 buah,
TK sebanyak 4 buah, SD sebanyak 1 buah, SMP sebanyak 2 buah, SMA sebanyak 1 buah, serta
minimarket sebanyak 29 buah. Sedangkan untuk tahun 2022 dengan jumlah penduduk 7.689
jiwa membutuhkan penambahan sarana dari tahun 2012 surau sebanyak 17 buah, praktek dokter
sebanyak 2 buah, TK sebanyak 4 buah, SD sebanyak 1 buah, SMP sebanyak 2 buah, SMA
sebanyak 1 buah, serta minimarket sebanyak 31 buah
Perkembangan jumlah penduduk DPP Banjarwaru merupakan komponen penting dalam
pemenuhan kebutuhan terhadap sarana mendatang. Sesuai dengan perhitungan, penduduk
DPP Banjarwaru pada tahun 2017 jumlahnya bertambah menjadi 7.295 jiwa dan tahun 2022
bertambah menjadi 7.689 jiwa. Pada tahun 2017 dari jumlah penduduk 7.295 jiwa membutuhkan
penambahan sarana dari tahun 2012 surau sebanyak 12 buah, praktek dokter sebanyak 1 buah,
TK sebanyak 3 buah, SMP dan SMA masing-masing sebanyak 1 buah, serta minimarket
sebanyak 21 buah. Sedangkan tahun 2022 dengan jumlah penduduk 7.689 jiwa membutuhkan
penambahan sarana dari tahun 2012 surau sebanyak 13 buah, praktek dokter sebanyak 1 buah,
TK sebanyak 3 buah, SMP dan SMA masing-masing sebanyak 1 buah, serta minimarket
sebanyak 22 buah.
Terdapat proyeksi sarana pada tahun 2017 dan 2022 dengan jumlah 0, menunjukkan bahwa di
DPP Tambaksari, Karangtengah, dan Banjarwaru terdapat 2 kemungkinan untuk kondisi pelayanannya.
Pertama, jika pada tahun 2012 terdapat jumlah untuk sarana tertentu dan pada tahun proyeksi jumlah
penambahannya 0, maka untuk jenis sarana tersebut tidak membutuhkan penambahan sarana karena
dengan jumlah tersebut sudah dapat melayani kebutuhan penduduk. Kemungkinan kedua, jika pada
tahun 2012 tidak ada jumlah untuk sarana tertentu serta jumlah sarana proyeksi menunjukkan 0 maka
kebutuhan terhadap sarana tersebut dapat dilayani oleh desa lain yang berada di sekitarnya.
DPP Kapencar memiliki beberapa potensi yang dapat dikembangkan untuk memajukan
wilayahnya. Potensi tersebut berasal dari UKM susu sapi perah, perkebunan dan pertanian,
serta rencana pembuatan wisata alam. Potensi tersebut jika dapat dikembangkan dan dikelola
dengan baik akan memberikan sumbangan pendapatan tidak hanya untuk DPP Kapencar,
juga dapat dijadikan pendapatan Kabupaten Wonosobo. Namun dari setiap potensi tersebut
terdapat permasalahan yang dapat menghambat perkembangannya sehingga dibutuhkan
program penanganan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Penentuan program
penanganan dilakukan dengan analisis, dalam hal ini alat analisis yang akan digunakan adalah
SWOT. Sebelum masuk ke dalam analisis SWOT, dari potensi dan permasalahan diambil
kesimpulan berupa kesempatan dan ancaman yang mungkin ada. Berikut penentuan kategori
SWOT yang terdapat di DPP Kapencar:
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 27
laporan AKHIR
Tabel IV.6.
Kategori SWOT DPP Kapencar di Kecamatan Kertek
Potensi/Kekuatan Permasalahan/
KTP2D Kesempatan (O) Ancaman (T)
(S) Kelemahan (W)
DPP: UKM Susu Sapi Produksi susu sapi Belum ada pengemasan Harga jual susu
- Desa Kapencar Perah memiliki peluang pasar Susu Sapi sendiri, masih murni masih rendah
Hinterland: yang besar di Pekalongan dikirim mentah ke
- Desa dan Jakarta Pekalongan dan Jakarta
Candiyasan serta permodalan dan
- Desa Pagerejo kreativitas pengelolaan
Susu Sapi minim
Pengelola kotoran Pemanfaatan biogas untuk Pemanfaatan Biogas Pembuatan pipa
sapi menjadi memenuhi semua penduduk belum dilakukan secara penyaluran biogas
Biogas dan Pupuk DPP Kapencar optimal mahal
Kandang
Penghasil Pemasaran hasil Alat pengemasan hasil Harga jual hasil
Perkebunan perkebuanan tembakau perkebuanan dan perkebunan
Tembakau luas dan mudah pertanian masih tembakau rendah
mengimpor dari wilayah
lain
Penghasil Hasil produksi pertanian Produksi pertanian kubis Jalur perekonomian
Pertanian Kubis kubis dan cabai dapat dan cabai masih rendah, dan pertanian masih
dan Cabai meningkatkan pendapatan hanya memenuhi tanah
serta kesejahteraan kebutuhan pasar lokal
penduduk DPP Kapencar
Potensi Pengelolaan potensi Belum ada pengelolaan Akses jalan menuju
pengembangan Wisata Alam Goa Ketek nyata untuk Potensi lokasi belum dibuat
Wisata Alam Goa dapat meningkatkan Wisata Alam Goa Ketek sehingga masih sulit
Ketek pendapatan perekonomian untuk dilewati
DPP Kapencar
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Dari kategori SWOT yang sudah didapat selanjutnya dibuat tabel analisis SWOT dengan
menggabungkan kekuatan berupa potensi, kelemahan berupa permasalahan, kesempatan,
dan ancaman sehingga menghasilkan beberapa strategi analisis. Berikut tabel analisis SWOT
untuk DPP Kapencar:
Tabel IV.7.
Analisis SWOT DPP Kapencar di Kecamatan Kertek
Potensi/Kekuatan (S) Permasalahan/Kelemahan (W)
Internal 1. UKM Susu Sapi Perah 1. Belum ada pengemasan Susu Sapi sendiri,
2. Pengelola kotoran sapi menjadi masih dikirim mentah ke Pekalongan dan
Biogas dan Pupuk Kandang Jakarta serta permodalan dan kreativitas
3. Penghasil Perkebunan Tembakau pengelolaan Susu Sapi minim
4. Penghasil Pertanian Kubis dan 2. Pemanfaatan Biogas belum dilakukan secara
Eksternal Cabai optimal
5. Potensi pengembangan Wisata 3. Alat pengemasan hasil perkebuanan dan
Alam Goa Ketek pertanian masih mengimpor dari wilayah lain
4. Produksi pertanian kubis dan cabai masih
rendah, hanya memenuhi kebutuhan pasar
lokal
5. Belum ada pengelolaan nyata untuk Potensi
Wisata Alam Goa Ketek
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 28
laporan AKHIR
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 29
laporan AKHIR
3. UKM susu sapi perah yang berada di DDP Kapencar masih memiliki harga jual yang rendah;
S1-T1
4. Kurangnya permodalan dan kreatifitas dalam pengolahan dan pengemasan susu sapi
menyebabkan harga jual susu sapi masih rendah; W1-T1
Dari kategori SWOT yang sudah didapat selanjutnya dibuat tabel analisis SWOT dengan
menggabungkan kekuatan berupa potensi, kelemahan berupa permasalahan, kesempatan,
dan ancaman sehingga menghasilkan beberapa strategi analisis. Berikut tabel analisis SWOT
untuk DPP Reco:
Tabel IV.9.
Analisis SWOT DPP Reco di Kecamatan Kertek
Potensi/Kekuatan (S) Permasalahan/Kelemahan (W)
Internal 1. Potensi Wisata Rohani 1. Jalan untuk menuju tempat wisata
Khatolik Taro Anggro masih berupa tanah dan batu kerikil
2. Penghasil Perkebuanan 2. Kekurangan lahan untuk menjemur
Tembakau tembakau
3. Penghasil Pertanian Kubis, 3. Permodalan untuk mengembangkan
Eksternal Cabai, dan Jagung hasil pertanian dan perkebuanan
minim
Kesempatan (O) Strategi SO Strategi WO
1. Keberadaan Potensi Wisata 1. Terdapat Wisata Rohani 1. Meskipun keberadaan Taro Anggro
Rohani Khatolik Taro Anggro Khatolik Taro Anggro yang berpengaruh terhadap
dapat mempengaruhi dapat mempengaruhi perkembangan 3 rencana potensi
perkembangan 3 rencana perkembangan 3 rencana wisata lainnya, namun jalan menuju
potensi wisata lainnya (Curug potensi wisata lainnya di DPP ke lokasi tersebut masih berupa
Talang, Watulunyu, dan Reco; S1-O1 tanah dan batu kerikil; W1-O1
Sendang Kencana Sidomari) 2. Potensi penghasil 2. Hasil perkebunan tembakau
2. Pemasaran hasil perkebuanan perkebuanan tembakau memiliki pemasaran luas dan
tembakau luas dan mudah memiliki pemasaran yang luas mudah, namun hal tersebut tidak
3. Hasil produksi pertanian kubis, dan mudah; S2-O2 didukung dengan luasan lahan
cabai dan jagung dapat 3. Terdapat potensi penghasil untuk menjemur; W2-O2
meningkatkan pendapatan serta Pertanian Kubis, Cabai, dan 3. Meskipun produksi pertanian dapat
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 31
laporan AKHIR
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 32
laporan AKHIR
Dari kategori SWOT yang sudah didapat selanjutnya dibuat tabel analisis SWOT dengan
menggabungkan kekuatan berupa potensi, kelemahan berupa permasalahan, kesempatan,
dan ancaman sehingga menghasilkan beberapa strategi analisis. Berikut tabel analisis SWOT
untuk DPP Wilayu:
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 33
laporan AKHIR
Tabel IV.11.
Analisis SWOT DPP Wilayu di Kecamatan Selomerto
Potensi/Kekuatan (S) Permasalahan/Kelemahan (W)
Internal 1. Penghasil Perkebunan Buah 1. Hasil perkebuanan masih dijual
Durian, Buah Manggis, dan dalam bentuk buah, belum
Buah Duku dikelola menjadi produk lain
2. Penghasil Pertanian Padi (1 Ha 2. Hasil panen padi hanya
menghasilkan 2 Ton) mencukupi untuk memenuhi
Eksternal 3. Potensi Wisata Alam Sungai kebutuhan sehari-hari penduduk
Batu Nganten 3. Belum ada pengelolaan nyata
untuk Potensi Wisata Alam
Sungai Batu Nganten
Kesempatan (O) Strategi SO Strategi WO
1. DPP Wilayu memiliki peluang 1. Sebagai penghasil komoditas 1. Meskipun memiliki peluang pasar
pasar yang besar sebagai unggulan durian, manggis, dan yang besar sebagai penjualan hasil
penjualan durian, manggis, duku sehingga DPP Wilayu buah perkebunan namun belum
dan duku memiliki peluang pasar yang ada pengelolaan buah menjadi
2. Penjualan produksi pertanian besar sebagai penjualan hasil produk lain yang memiliki nilai jual
padi dapat meningkatkan buah perkebunan; S1-O1 lebih tinggi; W1-O1
kesejahteraan penduduk 2.Penghasil pertanian padi yang 2. Hasil panen padi hanya mencukupi
3. Pengelolaan Potensi Wisata berpengaruh untuk untuk memenuhi kebutuhan
Alam Sungai Batu Nganten meningkatkan kesejahteraan sehari-hari penduduk, padahal jika
dapat meningkatkan penduduk; S2-O2 dikembangkan dapat
pendapatan perekonomian 3. Terdapat potensi wisata alam meningkatkan kesejahteraan
DPP Wilayu Sungai Batu Nganten yang penduduk; W2-O2
dapat meningkatkan 3. Belum ada pengelolaan nyata
pendapatan perekonomian untuk Potensi Wisata Alam Sungai
daerah; S3-O3 Batu Nganten, padahal jika
dikelola dengan baik akan
meningkatkan pereonomian DPP
Wilayu; W3-O3
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
1. Penjualan durian, manggis, 1. Komoditas unggulan buah 1. Hasil perkebuanan masih dijual
dan duku dalam bentuk buah durian, masnggis, dan duku dalam bentuk buah, sehingga
memiliki harga yang lebih masih dijual dengan harga memiliki harga yang lebih rendah
rendah dibandingkan dengan rendah; S1-T1 dibandingkan dengan yang sudah
yang sudah diolah menjadi 2. Jalur untuk menuju potensi diolah menjadi produk lain; W1-T1
produk lain unggulan pertanian padi masih 2. Jalan pertanian masih berupa
2. Jalan pertanian masih tanah berupa tanah; S2-T2 tanah liat sehingga produksi
(menuju ladang atau kebun) 3. Keberadaan mitos mistis terhambat dan hanya dapat
3. Berkembangnya mitos mistis mengenai Batu Nganten memenuhi kebutuhan sehari-hari
menghambat pengelolaan menghambat pengelolaan penduduk; W2-T2
wisata potesi wisata tersebut; S3-T3 3. Belum adanya pengelolaan nyata
untuk pengembangan Wisata Alam
Sungai Batu Nganten karena
terdapat mitos mistis yang
membuat; W3-T3
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 34
laporan AKHIR
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 35
laporan AKHIR
Tabel IV.12.
Kategori SWOT DPP Gumiwang Kecamatan Purwanegara
KTP2D Potensi/Kekuatan Permasalahan/
Kesempatan (O) Ancaman (T)
(S) Kelemahan (W)
DPP: Memiliki potensi Produksi pertanian padi Irigasi pertanian Hasil pertanian
- Desa Gumiwang bidang pertanian menjadi pendorong belum permanen padi diambil oleh
Hinterland: yaitu padi untuk perkembangan tengkulak
- Desa Kaliperus perekonomian DPP dengan harga
- Desa Parakan Gumiwang murah
- Desa Kutawaluh Memiliki potensi di Lokasi pembudidayaan Minimnya modal Akses menuju
-Desa Pucungbedug bidang perikanan ikan diakui pemerintah untuk tempat
air tawar daerah dengan pengembangan pembudidayaan
dibuatkannya Kampung perikanan air tawar ikan sempit
Nila
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Dari kategori SWOT yang sudah didapat selanjutnya dibuat tabel analisis SWOT dengan
menggabungkan kekuatan berupa potensi, kelemahan berupa permasalahan, kesempatan,
dan ancaman sehingga menghasilkan beberapa strategi analisis. Berikut tabel analisis SWOT
untuk DPP Gumiwang:
Tabel IV.13.
Analisis SWOT DPP Gumiwang Kecamatan Purwanegara
Potensi/Kekuatan (S) Permasalahan/Kelemahan (W)
Internal 1. Memiliki potensi bidang 1. Irigasi pertanian belum
pertanian yaitu padi permanen
2. Memiliki potensi di bidang 2. Minimnya modal untuk
Eksternal perikanan air tawar pengembangan perikanan air
tawar
Kesempatan (O) Strategi SO Strategi WO
1. Produksi pertanian padi 1. Terdapat potensi pertanian padi 1. Meskipun produksi padi
menjadi pendorong untuk yang mendorong perkembangan dapat mendorong
perkembangan perekonomian perekonoian DPP Gumiwang; perekonomian wilayah,
DPP Gumiwang S1-O1 namun saluran irigasinya
2. Lokasi pembudidayaan ikan 2. Potensi budidaya ikan air tawar belum dibuat permanen; W1-
diakui pemerintah daerah yang sudah diakui pemda di O1
dengan dibuatkannya Kampung Nila; S2-O2 2. Modal untuk pengembangan
Kampung Nila budidaya ikan masih minim
meskipun sudah mendapat
perhatian dari pemda; W2-
O2
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
1. Hasil pertanian padi diambil 1. Padi menjadi komoditas 1. Irigasi pertanian belum
oleh tengkulak dengan harga unggulan, tetapi penjualannya dibuat secara permanen dan
murah masih diambil oleh tengkulak hasil pertanian masih diambil
2. Akses menuju tempat dengan harga relative rendah oleh tengkulak dengan harga
pembudidayaan ikan sempit dari pasaran; S1-T1 murah; W1-T1
2. Akses menuju potensi 2. Minimnya modal untuk
pembudidayaan ikan masih pengembangan budidaya
sempit sehingga sulit dilewati ikan menyebabkan kurang
mobil; S2-T2 terawatnya akses menuju
lokasi; W2-T2
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 36
laporan AKHIR
KTP2D Permasalahan/
Potensi/Kekuatan (S) Kesempatan (O) Ancaman (T)
Kelemahan (W)
DPP: Memiliki potensi di Batik tulis DPP Kurangnya modal Harga pasaran
- Desa Gumelem bidang industri berupa Gumelem Kulon karena minimnya masih terbilang
Kulon batik tulis dijadikan pakaian bahan baku rendah dari batik
Hinterland: dinas untuk pegawai tulis daerah lain
- Desa Gumelem pemerintah daerah
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 37
laporan AKHIR
KTP2D Permasalahan/
Potensi/Kekuatan (S) Kesempatan (O) Ancaman (T)
Kelemahan (W)
Wetan Memiliki potensi di Berkembangnya 2/3 merupakan Kondisi tanah yang
- Desa Susukan bidang pertanian yaitu potensi pertanian perbukitan sehingga labil mengakibatkan
- Desa Kedawung padi menciptakan lapangan jalan di desa jalan mudah rusak
- Desa Penerusan pekerjaan baru Gumelem Kulon dan berbahaya
Wetan penduduk sebagai rusak dan berlubang karena berpotensi
pandai besi peralatan longsor
bertani
Penghasil industri gula Pemanfaatan pohon Kurangnya Terbatasnya pohon
merah kelapa atau aren yang pemasaran untuk kelapa atau aren di
tumbuh di produksi gula merah DPP Gumelem
perkebuanan Kulon sehingga hasil
penduduk produksi sedikit
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Dari kategori SWOT yang sudah didapat selanjutnya dibuat tabel analisis SWOT dengan
menggabungkan kekuatan berupa potensi, kelemahan berupa permasalahan, kesempatan,
dan ancaman sehingga menghasilkan beberapa strategi analisis. Berikut tabel analisis SWOT
untuk DPP Gumelem Kulon:
Tabel IV.15.
Analisis SWOT DPP Gumelem Kulon Kecamatan Susukan
Potensi/Kekuatan (S) Permasalahan/Kelemahan (W)
Internal 1. Memiliki potensi di bidang 1. Kurangnya modal karena
industri berupa batik tulis minimnya bahan baku
2. Memiliki potensi di bidang 2. 2/3 merupakan perbukitan
pertanian yaitu padi sehingga jalan di desa Gumelem
Eksternal 3. Penghasil industri gula merah Kulon rusak dan berlubang
3. Kurangnya pemasaran untuk
produksi gula merah
Kesempatan (O) Strategi SO Strategi WO
1. Batik tulis DPP Gumelem Kulon 1. Terdapat potensi pembuatan 1. Meskipun batik tulis DPP Gumelem
dijadikan pakaian dinas untuk batik tulis yang dijadikan pakaian Kulon sudah dijadikan pakaian dinas
pegawai pemerintah daerah dinas untuk pegawai pemerintah untuk pegawai pemerintah daerah,
2.Berkembangnya potensi daerah; S1-O1 namun modal dan bahan baku
pertanian menciptakan lapangan 2.Memiliki potensi pertanian padi pembuatannya masih minim; W1-
pekerjaan baru penduduk sebagai yang dapat menciptakan O1
pandai besi peralatan bertani lapangan baru bagi para 2. 2/3 wilayahnya adalah perbukitan,
3. Pemanfaatan pohon kelapa atau pengrajin pandai besi peralatan sehingga membuat penduduk
aren yang tumbuh di pertanian; S2-O2 setempat hanya memilih sebagai
perkebuanan penduduk 3. Penghasil gula merah yang pandaibesi untuk alat-alat
memanfaatkan pohon kelapa pertanian; W2-O2
atau aren yang timbuh di kebun 3. Meskipun pemanfaatan pohon
penduduk; S3-O3 kelapa atau aren sudah maksimal,
namun untuk pemasaran hasil gula
merah kurang baik; W3-O3
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
1. Harga pasaran masih terbilang 1. Harga pasaran untuk batik tulis 1. Kurangnya modal dan bahan baku
rendah dari batik tulis daerah DPP Gumelem Kulon masih menghambat produksi batik tulis
lain terbilang rendah dari batik tulis sehingga untuk harga pasaran masih
2. Kondisi tanah yang labil daerah lain; S1-T1 rendah; W1-T1
mengakibatkan jalan mudah 2. Padi menjadi komoditas 2. 2/3 wilayah merupakan daerah
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 38
laporan AKHIR
rusak dan berbahaya karena unggulan, tetapi jalan untuk perbukitan sehingga kondisi alan
berpotensi longsor menuju lahan pertanian mudah menjadi labil dan berpotensi bahaya
3. Terbatasnya pohon kelapa atau rusak dan berbahaya karena longsor; W2-T2
aren di DPP Gumelem Kulon labil; S2-T2 3. Terbatasnya jumlah pohon kelapa
sehingga hasil produksi sedikit 3. Potensi penghasil gula merah atau aren sebagai bahan utama
terhambat karena jumlah pembuatan gula merah
pohon kelapa atau aren masih mempengaruhi pemasaran menjadi
sedikit; S3-T3 rendah; W3-T3
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 39
laporan AKHIR
Dari kategori SWOT yang sudah didapat selanjutnya dibuat tabel analisis SWOT dengan
menggabungkan kekuatan berupa potensi, kelemahan berupa permasalahan, kesempatan,
dan ancaman sehingga menghasilkan beberapa strategi analisis. Berikut tabel analisis SWOT
untuk Kelurahan Kutabanjarnegara:
Tabel IV.17.
Analisis SWOT Kutabanjarnegara Kecamatan Banjarnegara
Potensi/Kekuatan (S) Permasalahan/Kelemahan (W)
Internal Industri rumah tangga berupa Pengemasan produk makanan ringan
makanan ringan yang tersebar di yang kurang menarik
Eksternal beberapa RT
Kesempatan (O) Strategi SO Strategi WO
Industri RT dapat menyerap Terdapat potensi industri pembuatan Meskipun industri RT sudah dapat
tenaga kerja makanan ringan yang dapat menyerap menyerap tenaga kerja, namun untuk
tenaga kerja baik penduduk lokal pemasarannya belum memiliki kemasan
maupun luar daerah; S-O yang menarik; W-O
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
Banyak makanan yang Produk makanan ringan dari Kemasan produk makanan ringan dari
sejenis dengan kemasan Kelurahan Kutabanjarnegara kalah Kelurahan Kutabanjarnegara kurang
yang lebih menarik pemasaran dengan produk sejenis menarik, sedangkan produk yang
yang kemasannya lebih menarik; S-T sejenis dengan kemasan yang menarik
lebih diminati oleh pembeli; W-T
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 40
laporan AKHIR
2. Meskipun industri RT sudah dapat menyerap tenaga kerja, namun untuk pemasarannya
belum memiliki kemasan yang menarik; W-O
3. Produk makanan ringan dari Kelurahan Kutabanjarnegara kalah pemasaran dengan produk
sejenis yang kemasannya lebih menarik; S-T
4. Kemasan produk makanan ringan dari Kelurahan Kutabanjarnegara kurang menarik,
sedangkan produk yang sejenis dengan kemasan yang menarik lebih diminati oleh pembeli;
W-T
Dari kategori SWOT yang sudah didapat selanjutnya dibuat tabel analisis SWOT dengan
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 41
laporan AKHIR
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 42
laporan AKHIR
4. Minimnya tempat produksi dan permodalan mengakibatkan harga pasaran untuk batik tulis
masih rendah; W1-T1
Potensi Wisata Religi Makam Putri Limbasari:
1. Terdapat potensi Wisata Religi Makam Putri Limbasari yang dapat dikembangkan menjadi
Desa WIsata Situs Purbakala; S2-O2
2. Terdapat potensi pengembangan Desa WIsata Situs Purbakala, namun belum ada perhatian
dari pemerintah untuk mengembangkannya; W2-O2
3. Potensi Wisata Religi Makam Putri Limbasari tidak didukung dengan akses jalan yang baik;
S2-T2
4. Kurangnya perhatian pemda untuk merawat makam dan jalan menuju Makam Putri
Limbasari; W2-T2
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 43
laporan AKHIR
Permasalahan/
KTP2D Potensi/Kekuatan (S) Kesempatan (O) Ancaman (T)
Kelemahan (W)
- Desa Tlahab Lor Penghasil segala jenis DPP Kutabawa dapat Kontruksi Jalan Akses jalan di DPP
sayurmayur dikembangkan sebagai Aspal hanya ada di Kutabawa sulit dijangkau
desa Agropolitan Jalan Arteri karena berada pada
daerah perbukitan terjal
dibawah kaki Gunung
Slamet
Memiliki Sub Terminal Memiliki peluang Kurangnya Kondisi STA kurang layak
Agrobisnis (STA) yang sebagai pusat jual beli penerangan lampu karena kurang tertata dan
melayani Kabupaten hasil pertanian jalan di kawasan STA terawat
Purbalingga dan terbesar di Kabupaten
Kabupaten Pemalang Purbalingga dan
Kabupaten Pemalang
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Dari kategori SWOT yang sudah didapat selanjutnya dibuat tabel analisis SWOT dengan
menggabungkan kekuatan berupa potensi, kelemahan berupa permasalahan, kesempatan,
dan ancaman sehingga menghasilkan beberapa strategi analisis. Berikut tabel analisis SWOT
untuk DPP Kutabawa:
Tabel IV.21.
Analisis SWOT DPP Kutabawa di Kecamatan Karangreja
Potensi/Kekuatan (S) Permasalahan/Kelemahan (W)
Internal 1. Potensi Wisata Alam Gerbang 1. Manajemen pengelolaan Wisata
Pendakian Gunung Slamet Alam Pendakian Gunung Slamet
2. Penghasil segala jenis sayurmayur kurang optimal
3. Memiliki Sub Terminal Agrobisnis 2. Kontruksi Jalan Aspal hanya ada di
(STA) yang melayani Kabupaten Jalan Arteri
Purbalingga dan Kabupaten 3. Kurangnya penerangan lampu
Eksternal Pemalang jalan di kawasan STA
Kesempatan (O) Strategi SO Strategi WO
1. Membuka lapangan usaha bagi 1. Keberadaan wisata alam Gerbang 1. Meskipun memberikan peluang
penduduk sekitar untuk Pendakian Gunung Slamet usaha berjualan untuk penduduk
berjualan di sekitar gerbang membuka peluang usaha berjualan sekitar, namun wisata alam
pendakian bagi penduduk sekitar; S1-O1 Gerbang Pendakian Gunung
2. DPP Kutabawa dapat 2. Menjadi pengahasil segala jenis Slamet belum dikelola dengan
dikembangkan sebagai desa sayurmayur sehingga berpotensi optimal; W1-O1
Agropolitan menjadi Desa Agropolitan; S2-O2 2. Meskipun berpotensi untuk
3. Memiliki peluang sebagai pusat 3. Keberadaan STA menjadikan DPP dijadikan Desa Agropolitan,
jual beli hasil pertanian terbesar Kutabawa sebagai pusat jual beli namun kontruksi jalan beraspal
di Kabupaten Purbalingga dan hasil pertanian terbesar di hanya ada di jalan utama/arteri;
Kabupaten Pemalang Kabupaten Purbalingga dan W2-O2
Kabupaten Pemalang; S3-O3 3. Meskipun memiliki peluang
sebagai pusat jual beli terbesar
untuk 2 kabupaten, namun
penarangan lampu jalan di STA
kurang; W3-O3
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
1. Kurangnya perhatian 1. Potensi wisata Gerbang Pendakian 1. Kurangnya perhatian dari pemda
pemerintah daerah untuk Gunung Slamet kurang membuat manajemen
pengembangan potensi Wisata berkembang kaena minimnya pengelolaan Wisata Alam
Alam Pendakian Gunung perhatian dari pemda; S1-T1 Pendakian Gunung Slamet
Slamet 2. Sebagai penghasil segala jenis kurang optimal; W1-T1
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 44
laporan AKHIR
2. Akses jalan di DPP Kutabawa sayurmayur, DPP Kutabawa berada 2. Lokasi desa yang berada di daerah
sulit dijangkau karena berada di bawah kaki Gunung Slamet yang perbukitan terjal mengakibatkan
pada daerah perbukitan terjal berbukit terjal sehingga aksesnya akses jalan berkontruksi hanya
dibawah kaki Gunung Slamet sulit dilewati; S2-T2 berada di jalan utama/arteri; W2-
3. Kondisi STA kurang layak karena 3. STA sebagai pusat jual beli 2 T2
kurang tertata dan terawat kabupaten memiliki kondisi yang 3. Kurangnya penerangan lampu
kurang tertata dan terawat; S3-T3 jalan membuat STA terlihat
kurang terawatt dan tertata; W3-
T3
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Memiliki Sub Terminal Agrobisnis (STA) yang melayani Kabupaten Purbalingga dan
Kabupaten Pemalang:
1. Keberadaan STA menjadikan DPP Kutabawa sebagai pusat jual beli hasil pertanian terbesar
di Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Pemalang; S3-O3
2. Meskipun memiliki peluang sebagai pusat jual beli terbesar untuk 2 kabupaten, namun
penarangan lampu jalan di STA kurang; W3-O3
3. STA sebagai pusat jual beli 2 kabupaten memiliki kondisi yang kurang tertata dan terawat;
S3-T3
4. Kurangnya penerangan lampu jalan membuat STA terlihat kurang terawatt dan tertata; W3-
T3
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 45
laporan AKHIR
perkebuanan. Dalam bidang pertanian DPP Karangklesem menjadi penghasil padi dan jagung
manis dengan kualitas yang baik. Selain itu juga terdapat potensi dari bidang perkebunan
dengan tanaman Pepaya Kalivornia yang baru-baru saja dibudidayakan penduduk DPP
sebagai potensi perkebuanan. Potensi tersebut jika dapat dikembangkan dan dikelola dengan
maksimal maka dapat menjadi pendapatan bagi penduduknya. Namun dari setiap potensi
tersebut terdapat permasalahan yang dapat menghambat perkembangannya sehingga
dibutuhkan program penanganan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Penentuan
program penanganan dilakukan dengan analisis, dalam hal ini alat analisis yang akan
digunakan adalah SWOT. Sebelum masuk ke dalam analisis SWOT, dari potensi dan
permasalahan diambil kesimpulan berupa kesempatan dan ancaman yang mungkin ada.
Berikut penentuan kategori SWOT yang terdapat di DPP Karangklesem:
Tabel IV.22.
Kategori SWOT DPP Karangklesem di Kecamatan Kutasari
Potensi/Kekuatan Permasalahan/
KTP2D Kesempatan (O) Ancaman (T)
(S) Kelemahan (W)
DPP: Penghasil Pertanian Hasil produksi pertanian Permasalahan Adanya pihak ketiga
- Desa Padi dan Jagung memiliki kualitas yang baik distribusi pupuk yang mengatur
Karangklesem Manis yang kurang atau peredaran pupuk
Hinterland: sulit didapat (monopoli jual beli
- Desa Munjul pupuk)
- Desa Karang Penghasil Memiliki peluang sebagai Pembudidayaan Penduduk kurang
Aren Perkebuanan Pepaya tanaman komoditas untuk potensi tertarik untuk
- Desa Kutasari Kalivornia unggulan dengan harga perkebunan Papaya membudidayakan
tinggi Kalivornia belum tanaman Pepaya
luas Kalivornia
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Dari kategori SWOT yang sudah didapat selanjutnya dibuat tabel analisis SWOT dengan
menggabungkan kekuatan berupa potensi, kelemahan berupa permasalahan, kesempatan,
dan ancaman sehingga menghasilkan beberapa strategi analisis. Berikut tabel analisis SWOT
untuk DPP Karangklesem:
Tabel IV.23.
Analisis SWOT DPP Karangklesem di Kecamatan Kutasari
Potensi/Kekuatan (S) Permasalahan/Kelemahan (W)
Internal 1. Penghasil Pertanian Padi dan 1. Permasalahan distribusi pupuk
Jagung Manis yang kurang atau sulit didapat
2. Penghasil Perkebuanan Pepaya 2. Pembudidayaan untuk potensi
Kalivornia perkebunan Papaya Kalivornia
Eksternal belum luas
Kesempatan (O) Strategi SO Strategi WO
1. Hasil produksi pertanian 1. Terdapat potensi pertanian dengan 1. Meskipun terdapat potensi
memiliki kualitas yang baik hasil yang berkualitas tinggi; S1-O1 pertanian dengan kualitas
2. Memiliki peluang sebagai 2. Terdapat perkebunan Pepaya tinggi, namun pendistribusian
tanaman komoditas unggulan Kalovoornia yang berpotensi pupuk sulit didapat; W1-O1
dengan harga tinggi sebagai komoditas unggulan 2. Meskipun berpotensi sebagai
dengan harga tinggi; S2-O2 komoditas unggul dengan
harga tinggi, namun
pembudidayaan Pepaya
Kalivornia belum banyak dan
luas; W2-O2
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 46
laporan AKHIR
Dari kategori SWOT yang sudah didapat selanjutnya dibuat tabel analisis SWOT dengan
menggabungkan kekuatan berupa potensi, kelemahan berupa permasalahan, kesempatan,
dan ancaman sehingga menghasilkan beberapa strategi analisis. Berikut tabel analisis SWOT
untuk DPP Karangsalam:
Tabel IV.25.
Analisis SWOT DPP Karangsalam di Kecamatan Kemranjen
Potensi/Kekuatan (S) Permasalahan/ Kelemahan (W)
Internal 1. Sebagai penghasil gula merah (penderes) 1. Proses pemasaran terhambat
2. Sebagai penghasil cengkeh
Eksternal 3. Penghasil buah durian dan duku
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 49
laporan AKHIR
Permasalahan/
KTP2D Potensi/Kekuatan (S) Kesempatan (O) Ancaman (T)
Kelemahan (W)
- Desa Ketanda Potensi agrowisata Memiliki potensi
buah untuk dikembangkan
menjadi kawasan
wisata alam
agrowisata
Penghasil gula Kristal Memiliki peluang
(gula merah yang untuk membuka
dihaluskan) lapangan pekerjaan
bagi penduduk DPP
Banjarpanepan
Potensi wisata alam Potensi wisata dapat Kurangnya promosi Banyak penduduk
berupa panjat tebing meningkatkan terhadap keberadaan luar daerah yang
pendapatan ekonomi potensi wisata panjat belum mengetahui
daerah tebing keberasaan potensi
wisata panjat tebing
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Dari kategori SWOT yang sudah didapat selanjutnya dibuat tabel analisis SWOT dengan
menggabungkan kekuatan berupa potensi, kelemahan berupa permasalahan, kesempatan,
dan ancaman sehingga menghasilkan beberapa strategi analisis. Berikut tabel analisis SWOT
untuk DPP Banjarpanepan:
Tabel IV.27.
Analisis SWOT DPP Banjarpanepan di Kecamatan Sumpiuh
Potensi/Kekuatan (S) Permasalahan/ Kelemahan
Internal 1. Potensi agrowisata tanaman (W)
obat 1. Pendistribusian hasil
Eksternal 2. Potensi agrowisata buah potensi terhambat
3. Penghasil gula Kristal (gula 2. Kurangnya promosi
merah yang dihaluskan) terhadap keberadaan
4. Potensi wisata alam berupa potensi wisata panjat
panjat tebing tebing
ekonomi daerah
terkendala oleh kurangnya
promosi terhadap
keberadaan potensi wisata
panjat tebing. W2-O4
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
1. Akses jalan yang sempit 1. Potensi Agrowisata taman obat 1. Pendistribusian hasil
2. Banyak penduduk luar daerah terkendala oleh akses jalan yang potensi yang terhambat
yang belum mengetahui sempit; S1-T1 dikarenakan akses jalan
keberasaan potensi wisata 2. Potensi agrowisata buah yang sempit; W1-T1
panjat tebing terkendala oleh akses jalan yang 2. Kurangnya promosi
sempit; S2-T1 terhadap keberadaan
3. Penghasil gula Kristal terkendala potensi wisata panjat
oleh akses jalan yang sempit; S3- tebing mengakibatkan
T1 banyak penduduk luar
4. Potensi wisata alam berupa daerah yang belum
panjat tebing belum maksimal mengetahui keberasaan
karena banyak penduduk luar potensi wisata panjat
daerah yang belum mengetahui tebing. W2-T2
keberasaan potensi wisata
panjat tebing. S4-T2
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
1. Potensi wisata alam berupa panjat tebing dapat meningkatkan pendapatan ekonomi daerah.
S4-O4
2. Peningkatkan pendapatan ekonomi daerah terkendala oleh kurangnya promosi terhadap
keberadaan potensi wisata panjat tebing. W2-O4
3. Potensi wisata alam berupa panjat tebing belum maksimal karena banyak penduduk luar
daerah yang belum mengetahui keberasaan potensi wisata panjat tebing. S4-T2
4. Kurangnya promosi terhadap keberadaan potensi wisata panjat tebing mengakibatkan
banyak penduduk luar daerah yang belum mengetahui keberasaan potensi wisata panjat
tebing. W2-T2
Tabel IV.28.
Kategori SWOT DPP Bogangin di Kecamatan Sumpiuh
Potensi/Kekuatan Permasalahan/
KTP2D Kesempatan (O) Ancaman (T)
(S) Kelemahan (W)
DPP: Potensi di bidang Memiliki peluang Permodalan minim Akses jalan
- Desa Bogangin industri yaitu gula sebagai pendorong sehingga industri gula yang rusak
Hinterland: merah, jamur perekonomian merah, jamur merang,
-Desa Selanegara merang, tempe dan daerah tempe dan gembus
- Desa Kebokura gembus sulit berkembang lagi
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Dari kategori SWOT yang sudah didapat selanjutnya dibuat tabel analisis SWOT dengan
menggabungkan kekuatan berupa potensi, kelemahan berupa permasalahan, kesempatan,
dan ancaman sehingga menghasilkan beberapa strategi analisis. Berikut tabel analisis SWOT
untuk DPP Bogangin:
Tabel IV.29.
Analisis SWOT DPP Bogangin di Kecamatan Sumpiuh
Potensi/Kekuatan (S) Permasalahan/ Kelemahan (W)
Internal Potensi di bidang industri yaitu Permodalan minim sehingga
gula merah, jamur merang, tempe industri gula merah, jamur merang,
Eksternal dan gembus tempe dan gembus sulit
berkembang lagi
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 52
laporan AKHIR
DPP Tambaksari memiliki beberapa potensi yang dapat dikembangkan untuk memajukan
wilayahnya. Potensi tersebut berasal dari perkebuanan karet, penghasil gula semut, industri serbutet
(sabut kelapa campur karet), dan bidang pertanian tanaman padi. Namun dari setiap potensi tersebut
terdapat permasalahan yang dapat menghambat perkembangannya sehingga dibutuhkan program
penanganan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Penentuan program penanganan dilakukan
dengan analisis, dalam hal ini alat analisis yang akan digunakan adalah SWOT. Sebelum masuk ke
dalam analisis SWOT, dari potensi dan permasalahan diambil kesimpulan berupa kesempatan dan
ancaman yang mungkin ada. Berikut penentuan kategori SWOT yang terdapat di DPP Tambaksari:
Tabel IV.30.
Kategori SWOT DPP Tambaksari di Kecamatan Wanareja
Permasalahan/
KTP2D Potensi/Kekuatan (S) Kesempatan (O) Ancaman (T)
Kelemahan (W)
DPP: Memiliki potensi berupa Memiliki peluang Jenis karet sheet ini Hasil perkebunan karet
-Desa Tambaksari perkebunan karet yang menciptakan banyak tidak bisa dijual diambil oleh tengkulak
Hinterland: merupakan perkebunan lapangan kerja bagi setiap hari karena dengan harga yang
- Desa Palugon rakyat penduduk DPP prosesnya yang rendah dari pasaran
- Desa Majingkrak Tambaksari lama yaitu harus di
- Desa Madusari giling dan di oven
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 53
laporan AKHIR
Permasalahan/
KTP2D Potensi/Kekuatan (S) Kesempatan (O) Ancaman (T)
Kelemahan (W)
Memiliki potensi bidang Hasil produksi Pendistribusian hasil Adanya jalan rusak dan
pertanian berupa padi pertanian dapat pertanian terhambat berlubang sehingga
meningkatkan mempersulit akses
kesejahteraan menuju Desa
penduduk Tambaksari
Memiliki potensi penghasil Memiliki potensi Pembudidayaan Pemasaran belum
gula semut untuk dijadikan gula semut yang berjalan opimal
matapencaharian kurang dikenal oleh sehingga perlu
tambahan bagi penduduk DPP lembaga yang dapat
penduduk DPP Tambaksari memfasilitasi
Tambaksari sehingga tidak
dapat berjalan
Memiliki potensi penghasil Memiliki peluang Permodalan minim Penduduk luar daerah
produk unggulan berupa untuk melatih dan pencarian bahan kurang mengenal
serbutet (serabut kelapa kreativitas dan baku yang sulit keberadaan kerajinan
campur karet) yang sudah membuka lapangan serbutet
diekspor ke Taiwan, kerja penduduk DPP
Australia dan Korea Tambaksari
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Dari kategori SWOT yang sudah didapat selanjutnya dibuat tabel analisis SWOT dengan
menggabungkan kekuatan berupa potensi, kelemahan berupa permasalahan, kesempatan,
dan ancaman sehingga menghasilkan beberapa strategi analisis. Berikut tabel analisis SWOT
untuk DPP Tambaksari:
Tabel IV.31.
Analisis SWOT DPP Tambaksari di Kecamatan Wanareja
Potensi/Kekuatan (S) Permasalahan/ Kelemahan (W)
1. Memiliki potensi berupa perkebunan 1. Jenis karet sheet ini tidak bisa dijual
Internal karet yang merupakan perkebunan setiap hari karena prosesnya yang lama
rakyat yaitu harus di giling dan di oven
2. Memiliki potensi bidang pertanian 2. Pendistribusian hasil pertanian
berupa padi terhambat
3. Memiliki potensi penghasil gula semut 3. Pembudidayaan gula semut yang kurang
Eksternal
4. Memiliki potensi penghasil produk dikenal oleh penduduk DPP Tambaksari
unggulan berupa serbutet (serabut sehingga tidak dapat berjalan
kelapa campur karet) yang sudah 4. Permodalan minim dan pencarian bahan
diekspor ke Taiwan, Australia dan Korea baku yang sulit
Kesempatan (O) Strategi SO Strategi WO
1. Memiliki peluang 1. Potensi berupa perkebunan karet yang 1. Jenis karet sheet yang tidak bisa dijual
menciptakan banyak merupakan perkebunan rakyat memiliki setiap hari karena prosesnya yang lama
lapangan kerja bagi peluang menciptakan banyak lapangan menghambat peluang menciptakan
penduduk DPP Tambaksari kerja bagi penduduk DPP Tambaksari; banyak lapangan kerja; W1-O1
2. Hasil produksi pertanian S1-O1 2. Pendistribusian hasil pertanian
dapat meningkatkan 2. Potensi bidang pertanian yang berupa terhambat yang menyebabkan
kesejahteraan penduduk padi dapat meningkatkan kesejahteraan terkendalanya peningkatan
3. Memiliki peluang untuk penduduk; S2-O2 kesejahteraan penduduk; W2-O2
dijadikan matapencaharian 3. Potensi penghasil gula semut memiliki 3. Peluang terbukanya matapencaharian
tambahan bagi penduduk peluang untuk dijadikan tambahan pembudidayaan gula semut
DPP Tambaksari matapencaharian tambahan bagi tidak berjalan lancar karena kurang
4. Memiliki peluang untuk penduduk DPP Tambaksari; S3-O3 dikenal oleh penduduk DPP Tambaksari;
melatih kreativitas dan 4. Produksi produk unggulan berupa W3-O3
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 54
laporan AKHIR
membuka lapangan kerja serbutet (serabut kelapa campur karet) 4. Pelatihan kreativitas dan pembuka
penduduk DPP Tambaksari yang sudah diekspor ke Taiwan, lapangan kerja terkendala oleh
Australia dan Korea memiliki permodalan minim dan pencarian bahan
kesempatan untuk melatih kreativitas baku serbutet yang sulit. W4-O4
dan membuka lapangan kerja penduduk
DPP Tambaksari. S4-O4
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 55
laporan AKHIR
Memiliki potensi penghasil produk unggulan berupa serbutet (serabut kelapa campur
karet) yang sudah diekspor ke Taiwan, Australia dan Korea:
1. Produksi produk unggulan berupa serbutet (serabut kelapa campur karet) yang sudah
diekspor ke Taiwan, Australia dan Korea memiliki kesempatan untuk melatih kreativitas dan
membuka lapangan kerja penduduk DPP Tambaksari. S4-O4
2. Pelatihan kreativitas dan pembuka lapangan kerja terkendala oleh permodalan minim dan
pencarian bahan baku serbutet yang sulit. W4-O4
3. Produksi produk unggulan berupa serbutet belum berjalan maksiimal karena penduduk luar
daerah kurang mengenal keberadaan kerajinan serbutet. S4-O4
4. Permodalan yang minim dan pencarian bahan baku serbutet yang sulit serta penduduk luar
daerah kurang mengenal keberadaan kerajinan serbutet menjadi penghambat. W4-T4
Potensi/Kekuatan Permasalahan/
KTP2D Kesempatan (O) Ancaman (T)
(S) Kelemahan (W)
- Desa Sampang Memiliki potensi Industri pembuat tahu Permodalan untuk Pemasaran dalam
- Desa Brani penghasil tahu dapat mendorong memproduksi tahu hal penjualan lebih
- Desa Paketingan pendapatan minim laku ampas
perekonomian daerah dibandingkan tahu
Memiliki potensi Pejualan hasil produksi Produksi berhenti jika Tidak dapat
penghasil batu batu bata dapat musim hujan membeli tanah jika
bata meningkatkan musim hujan
penghasilan penduduk
Memiliki potensi Melatih kretivitas Produksi anyaman Kalah saing dengan
pengrajin anyaman penduduk untuk berkurang barang-barang
menciptakan berbagai plastik yang
produk dari anyaman beredar di pasaran
Memiliki potensi Hasil produksi pertanian Saluran irigasi kering Adanya ancaman
bidang pertanian dapat meningkatkan hama wereng
yaitu padi kesejahteraan
penduduk
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Dari kategori SWOT yang sudah didapat selanjutnya dibuat tabel analisis SWOT dengan
menggabungkan kekuatan berupa potensi, kelemahan berupa permasalahan, kesempatan,
dan ancaman sehingga menghasilkan beberapa strategi analisis. Berikut tabel analisis SWOT
untuk DPP Karangtengah:
Tabel IV.33.
Analisis SWOT DPP Karangtengah di Kecamatan Sampang
Potensi/Kekuatan (S) Permasalahan/ Kelemahan (W)
Internal 1. Memiliki potensi penghasil tempe 1. Limbah tempe menimbulkan bau
2. Memiliki potensi penghasil tahu yang tidak sedap
3. Memiliki potensi penghasil batu 2. Permodalan untuk memproduksi
bata tahu minim
Eksternal 4. Memiliki potensi pengrajin 3. Produksi berhenti jika musim hujan
anyaman 4. Produksi anyaman berkurang
5. Memiliki potensi bidang pertanian 5. Saluran irigasi kering
yaitu padi
Kesempatan (O) Strategi SO Strategi WO
1. Sisa perebusan tempe 1. Potensi penghasil tempe memiliki 1. Sisa perebusan tempe yang
digunakan untuk makanan kesempatan untuk dikembangkan digunakan untuk makanan ternak
ternak karena sisa perebusan tempe menimbulkan bau yang tidak sedap;
2. Industri pembuat tahu dapat digunakan untuk makanan ternak; W1-O1
mendorong pendapatan S1-O1 2. Permodalan untuk memproduksi
perekonomian daerah 2. Produksi tahu dapat mendorong tahu minim menghambat
3. Pejualan hasil produksi batu pendapatan perekonomian peningkatan pendapatan
bata dapat meningkatkan daerah; S2-O2 perekonomian daerah; W2-O2
penghasilan penduduk 3. Potensi penghasil batu bata 3. Pejualan hasil produksi batu bata
4. Melatih kretivitas penduduk memiliki kesempatan untuk yang dapat meningkatkan
untuk menciptakan berbagai meningkatkan penghasilan penghasilan penduduk akan berhenti
produk dari anyaman penduduk; S3-O3 jika musim hujan; W3-O3
5. Hasil produksi pertanian 4. Pengrajin anyaman dapat melatih 4. Produksi anyaman yang berkurang
dapat meningkatkan kretivitas penduduk untuk menghambat kretivitas penduduk
kesejahteraan penduduk menciptakan berbagai produk dari untuk menciptakan berbagai produk
anyaman. S4-O4 dari anyaman; W4-O4
5. Potensi bidang pertanian yaitu 5. Saluran irigasi kering berdampak
padi dapat meningkatkan menurunnya hasil produksi pertanian
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 57
laporan AKHIR
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 58
laporan AKHIR
3. Potensi penghasil batu bata memiliki kendala yatu tidak dapat membeli tanah jika musim
hujan; S3-T3
4. Berhentinya produksi batu bata jika musim hujan dikarenakan penduduk tidak dapat
membeli tanah untuk produksi; W3-T3
Memiliki potensi pengrajin anyaman:
1. Pengrajin anyaman dapat melatih kretivitas penduduk untuk menciptakan berbagai produk
dari anyaman. S4-O4
2. Produksi anyaman yang berkurang menghambat kretivitas penduduk untuk menciptakan
berbagai produk dari anyaman; W4-O4
3. Pengrajin anyaman kalah saing dengan barang-barang plastik yang beredar di pasaran; S4-
T4
4. Produksi anyaman yang berkurang serta kalah saing dengan barang-barang plastik yang
beredar di pasaran mempersulit produksi anyaman; W4-T4
Memiliki potensi bidang pertanian yaitu padi:
1. Potensi bidang pertanian yaitu padi dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk. S5-O5
2. Potensi bidang pertanian yaitu padi dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk. S5-O5
3. Potensi bidang pertanian yaitu padi dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk. S5-O5
4. Potensi bidang pertanian yaitu padi dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk. S5-O5
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 59
laporan AKHIR
Dari kategori SWOT yang sudah didapat selanjutnya dibuat tabel analisis SWOT dengan
menggabungkan kekuatan berupa potensi, kelemahan berupa permasalahan, kesempatan,
dan ancaman sehingga menghasilkan beberapa strategi analisis. Berikut tabel analisis SWOT
untuk DPP Banjarwaru:
Tabel IV.35.
Analisis SWOT DPP Banjarwaru di Kecamatan Nusawungu
Potensi/Kekuatan (S) Permasalahan/ Kelemahan (W)
Internal 1. Pengrajin barang berbahan dari 1. Kreativitas untuk mengolah
kayu, penghasil kesed, serabut kerajinan kayu masih minim
kelapa dan penghasil tas yang 2. Permodalan yang minim
Eksternal
berasal dari kain maupun kulit menghambat pemasaran
2. Industri ceriping pisang jenis raja
nangka
Kesempatan (O) Strategi SO Strategi WO
1. Memiliki peluang sebagai 1. Pengrajin barang berbahan dari 1. Peluang sebagai pekerjaan
pekerjaan sambilan penduduk kayu, penghasil kesed, serabut sambilan penduduk DPP
DPP Banjarwaru kelapa dan penghasil tas yang Banjarwaru terhambat oleh
2. Memiliki peluang untuk berasal dari kain maupun kulit kreativitas untuk mengolah
meningkatkan perekonomian dan memiliki peluang sebagai pekerjaan kerajinan kayu masih minim; W1-
kesejahteraan penduduk sambilan penduduk DPP O1
Banjarwaru; S1-O1 2. Peluang untuk meningkatkan
2. Industri ceriping pisang jenis raja perekonomian dan kesejahteraan
nangka memiliki peluang untuk penduduk terkendala oleh
meningkatkan perekonomian dan permodalan yang minim sehingga
kesejahteraan penduduk; S2-O2 menghambat pemasaran; W2-O2
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
1. Tergeser oleh alat-alat modern 1. Pengrajin barang berbahan dari 1. Kreativitas untuk mengolah
yang ada saat ini kayu, penghasil kesed, serabut kerajinan kayu masih minim dan
2. Banyak produk sejenis yang kelapa dan penghasil tas yang semakin tergeser oleh alat-alat
pemasarannya lebih tinggi berasal dari kain maupun kulit modern yang ada saat ini
memiliki ancaman tergeser oleh alat- menyulikan para pengrajin; W1-T1
alat modern yang ada saat ini; S1-T1 2. Permodalan yang minim sehingga
2. Industri ceriping pisang jenis raja menghambat pemasaran
nangka memiliki banyak pesaing menyebabkan sulit bersaing
produk sejenis yang pemasarannya dengan produk sejenis yang
lebih tinggi; S2-T2 pemasarannya lebih tinggi; W2-T2
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
3. Pengrajin barang berbahan dari kayu, penghasil kesed, serabut kelapa dan penghasil tas
yang berasal dari kain maupun kulit memiliki ancaman tergeser oleh alat-alat modern yang
ada saat ini; S1-T1
4. Kreativitas untuk mengolah kerajinan kayu masih minim dan semakin tergeser oleh alat-alat
modern yang ada saat ini menyulikan para pengrajin; W1-T1
Industri ceriping pisang jenis raja nangka:
1. Industri ceriping pisang jenis raja nangka memiliki peluang untuk meningkatkan
perekonomian dan kesejahteraan penduduk; S2-O2
2. Peluang untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan penduduk terkendala oleh
permodalan yang minim sehingga menghambat pemasaran; W2-O2
3. Industri ceriping pisang jenis raja nangka memiliki banyak pesaing produk sejenis yang
pemasarannya lebih tinggi; S2-T2
4. Permodalan yang minim sehingga menghambat pemasaran menyebabkan sulit bersaing
dengan produk sejenis yang pemasarannya lebih tinggi; W2-T2
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 61
laporan AKHIR
Menurut pembobotan IFAS, DPP Kapencar didapat potensi yang paling menonjol yaitu
berupa UKM susu sapi perah dengan hasil perkalian antara bobot dan rating paling tinggi
dari potensi yang lainnya, yaitu 0,80. Sedangkan untuk permasalahan yang paling krusial
atau paling menghambat perkembangan di DPP Kapencar adalah belum ada pengemasan
Susu Sapi sendiri dengan hasil perkalian bobot dan rating paling kecil, yaitu o,1. Berikut
tabel pembobotan SWOT DPP Kapencar yang dilihat dari segi eksternal berupa peluang
dan ancaman:
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 62
laporan AKHIR
Tabel IV.37.
Analisis Bobot EFAS DPP Kapencar Kecamatan Kertek
DPP: Desa Kapencar Hinterland:Desa Candiyasan dan Desa Pagerejo
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
PELUANG (opportunity)
a. Produksi susu sapi memiliki Susu sapi murni DPP Kapencar sudah
peluang pasar yang besar di 0,30 4 1,20 memiliki pelanggan dari pabrik susu di
Pekalongan dan Jakarta Jakarta
b.Pemanfaatan biogas untuk Keberadaan biogas yang sudah
memenuhi semua penduduk berkembang di DPP Kapencar dapat
0,11 3 0,33
DPP Kapencar dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
energi penduduknya
c. Pemasaran hasil Tembakau DPP Kapencar sudah memiliki
perkebuanan tembakau luas 0,09 3 0,27 pelanggan dari pabrik rokok Djarum yang
dan mudah berada di Kabupaten Temanggung
d.Hasil produksi pertanian
Jenis pertanian kubis dan cabai memiliki
kubis dan cabai dapat
waktu panen yang singkat sehingga
meningkatkan pendapatan 0,05 3 0,15
dimanfaatkan penduduk untuk
serta kesejahteraan
mendapatkan penghasilan tambahan
penduduk DPP Kapencar
e. Pengelolaan potensi Wisata Jika dikelola dengan baik maka Wisata
Alam Goa Ketek dapat Alam Goa Ketek akan mendatangkan para
0,05 3 0,15
meningkatkan pendapatan pengunjung dan mendingkatkan
perekonomian DPP Kapencar perekonomian desa
ANCAMAN (Threat)
a. Harga jual susu murni Karena hanya berupa susu sapi murni, maka
masih rendah 0,02 1 0,02 dari pabrik pembeli susu menghargainya
dengan harga yang rendah
b. Pembuatan pipa penyaluran Alat pengelolaan biogas terbilang mahal
biogas mahal 0,10 2 0,20 dan harus membeli ke kota besar seperti
Bandung
c. Harga jual hasil perkebunan Karena penjualannya dilakukan pada pabrik
tembakau rendah 0,12 1 0,12 besar, maka harga beli untuk tembakau dari
petani DPP Kapencar dihargai rendah
d. Jalur perekonomian dan Karena berupa perdesaaan di daerah
pertanian masih tanah 0,08 2 0,16 perbukitan, maka akses di DPP Kapencar
masih banyak yang terbuat dari tanah
e. Akses menuju lokasi belum Lokasi yang direncanakan sebagai Wisata
dikelola sehingga masih Alam Goa Ketek masih berupa hutan dan
0,08 2 0,16
sulit untuk dilewati akses jalan menuju ke lokasi tersebut masih
sulit dijangkau
Total 1,00 2,68
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Menurut pembobotan EFAS, DPP Kapencar didapat peluang yang paling menonjol
untuk dikembangkan yaitu berupa UKM susu sapi perah yang memiliki peluang pasar yang
besar di Pekalongan dan Jakarta dengan hasil perkalian antara bobot dan rating paling
tinggi, yaitu 1,20. Sedangkan untuk ancaman yang paling krusial atau paling mengancam
perkembangan di DPP Kapencar adalah hasil jual berupa susu sapi murni yang rendah
dengan hasil perkalian bobot dan rating paling kecil, yaitu 0,02.
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 63
laporan AKHIR
Menurut pembobotan IFAS, DPP Reco didapat potensi yang paling menonjol yaitu
berupa Potensi Wisata Rohani Khatolik Taro Anggro dengan hasil perkalian antara bobot
dan rating paling tinggi dari potensi yang lainnya, yaitu 1,40. Sedangkan untuk
permasalahan yang paling krusial atau paling menghambat perkembangan di DPP
Kapencar adalah jalan untuk menuju tempat wisata masih berupa tanah dan batu kerikil
dengan hasil perkalian bobot dan rating paling kecil, yaitu o,1. Berikut tabel pembobotan
SWOT DPP Reco yang dilihat dari segi eksternal berupa peluang dan ancaman:
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 64
laporan AKHIR
Tabel IV.39.
Analisis Bobot EFAS DPP Reco Kecamatan Kertek
DPP: Desa Reco Hinterland: Desa Candiyasan
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
PELUANG (opportunity)
a. Keberadaan Potensi Wisata
Rohani Khatolik Taro Anggro Lokasi 3 rencana potensi wisata
dapat mempengaruhi lainnya (Curug Talang, Watulunyu,
perkembangan 3 rencana 0,25 4 1,00 dan Sendang Kencana Sidomari)
potensi wisata lainnya (Curug memiliki arah jalan yang sama
Talang, Watulunyu, dan Sendang dengan Taro Anggro
Kencana Sidomari)
b. Pemasaran hasil perkebuanan Tembakau dari hasil panen DPP Reco
tembakau luas dan mudah 0,25 3 0,75 mudah dijual ke pabrik-pabrik rokok
seperti Kudus dan Temanggung
c. Hasil produksi pertanian kubis Jenis pertanian kubis dan cabai memiliki
dan cabai dapat meningkatkan waktu panen yang singkat sehingga
0,15 3 0,45
pendapatan serta kesejahteraan dimanfaatkan penduduk untuk
penduduk DPP Kapencar mendapatkan penghasilan tambahan
ANCAMAN (Threat)
a. Kondisi jalan disekitar wisata Merupakan perdesaaan di daerah
kurang nyaman untuk dilewati perbukitan, maka akses di DPP Reco
0,10 1 0,10
karena sempit masih banyak yang terbuat dari tanah
dan jalan sempit
b. Harga jual hasil perkebunan Karena penjualannya dilakukan pada
tembakau rendah pabrik besar, maka harga beli untuk
0,10 1 0,10
tembakau dari petani DPP Reco
dihargai rendah
c. Banyak tanaman cabai yang Kondisi cuaca yang sejuk dan kurang
busuk karena cuaca panas yang 0,15 2 0,30 sinar matahari membuat tanaman cabai
kurang di DPP Reco menjadi lembab dan mudah busuk
Total 1,00 2,65
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Menurut pembobotan EFAS, DPP Reco didapat peluang yang paling menonjol untuk
dikembangkan yaitu berupa keberadaan Potensi Wisata Rohani Khatolik Taro Anggro
dapat mempengaruhi perkembangan 3 rencana potensi wisata lainnya (Curug Talang,
Watulunyu, dan Sendang Kencana Sidomari) dengan hasil perkalian antara bobot dan
rating paling tinggi, yaitu 1,00. Sedangkan untuk ancaman yang paling krusial atau paling
mengancam perkembangan di DPP Reco adalah hasil jual berupa kondisi jalan disekitar
wisata kurang nyaman untuk dilewati karena sempit dengan hasil perkalian bobot dan
rating paling kecil, yaitu 0,10.
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 65
laporan AKHIR
Tabel IV.40.
Analisis Bobot IFAS DPP Wilayu Kecamatan Selomerto
DPP: Desa Wilayu Hinterland: Desa Tumenggungan, Desa Adiwarno, Desa Wulungsari, dan Desa Sumberwulan
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
INTERNAL RATING
KEKUATAN (Streght)
a. Penghasil Perkebunan Buah Durian, Memiliki lahan perkebunan yang luas
Buah Manggis, dan Buah Duku 0,30 4 1,20 untuk ditanami berbagai jenis pohon
seperti durian, manggis, dan duku
b. Penghasil Pertanian Padi (1 Ha Memiliki lahan pertanian yang cukup
0,25 3 0,75
menghasilkan 2 Ton) luas untuk ditanami padi
c. Potensi Wisata Alam Sungai Batu Sungai dengan pemandangan alam
Nganten 0,15 3 0,45 menjadikan potensi untuk
dikembangkan menjadi wisata alam
KELEMAHAN (Weakness)
a. Hasil perkebuanan masih dijual Penduduk DPP Wilayu belum memiliki
dalam bentuk buah, belum dikelola 0,05 1 0,05 keterampilan dalam mengelola buah
menjadi produk lain menjadi makanan olahan lain
b. Hasil panen padi hanya mencukupi Meski memiliki lahan yang luas namun
untuk memenuhi kebutuhan sehari- penduduk DPP Wilayu belum bisa untuk
0,10 2 0,20
hari penduduk mengelola padi menjadi komoditas
unggulan
c. Belum ada pengelolaan nyata untuk Pengetahuan dan keterampilan
Potensi Wisata Alam Sungai Batu pengelolaan wisata yang minim menjadi
0,15 2 0,30
Nganten penghalang untuk mengembangkan
rencana wisata
Total 1,00 2,95
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Menurut pembobotan IFAS, DPP Wilayu didapat potensi yang paling menonjol yaitu
berupa penghasil Perkebunan Buah Durian, Buah Manggis, dan Buah Duku dengan hasil
perkalian antara bobot dan rating paling tinggi dari potensi yang lainnya, yaitu 1,20.
Sedangkan untuk permasalahan yang paling krusial atau paling menghambat
perkembangan di DPP Wilayu adalah hasil perkebuanan masih dijual dalam bentuk buah,
belum dikelola menjadi produk lain dengan hasil perkalian bobot dan rating paling kecil,
yaitu o,05. Berikut tabel pembobotan SWOT DPP Wilayu yang dilihat dari segi eksternal
berupa peluang dan ancaman:
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 66
laporan AKHIR
Tabel IV.41.
Analisis Bobot EFAS DPP Wilayu Kecamatan Selomerto
Desa Wilayu Hinterland: Desa Tumenggungan, Desa Adiwarno, Desa Wulungsari, dan Desa Sumberwulan
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
PELUANG (opportunity)
a. DPP Wilayu memiliki peluang pasar Karena banyak memiiki pohon durian,
yang besar sebagai penjualan manggis, dan duku maka DPP Wilayu
0,35 4 1,40
durian, manggis, dan duku dikenel dan memiliki pemasaran
terhadap 3 buah tersebut cukup tinggi
b. Penjualan produksi pertanian padi Jenis pertanian padi memiliki waktu
dapat meningkatkan kesejahteraan panen yang singkat sehingga
0,20 3 0,60
penduduk dimanfaatkan penduduk untuk
mendapatkan penghasilan tambahan
c. Pengelolaan Potensi Wisata Alam Jika dikelola dengan baik Wisata Alam
Sungai Batu Nganten dapat Sungai Batu Nganten akan
meningkatkan pendapatan 0,15 3 0,45
mendatangkan para pengunjung dan
perekonomian DPP Wilayu mendingkatkan perekonomian desa
ANCAMAN (Threat)
a. Penjualan durian, manggis, dan Karena hanya berbentuk buah, maka
duku dalam bentuk buah memiliki harga pasaran lebih rendah
harga yang lebih rendah 0,05 1 0,05
dibandingkan dengan yang sudah
dibandingkan dengan yang sudah
diolah menjadi produk lain
diolah menjadi produk lain
b. Jalan pertanian masih tanah Merupakan perdesaaan di daerah
(menuju ladang atau kebun) perbukitan, maka akses di DPP Wilayu
0,10 2 0,20
masih banyak yang terbuat dari tanah
dan jalan sempit
c. Berkembangnya mitos mistis Banyak warga yang percaya terhadap
menghambat pengelolaan wisata mitos sehingga tidak berani untuk
0,15 2 0,30
mengelola atau merubah kondisi dari
sungai batu nganten
Total 1,00 3,00
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Menurut pembobotan EFAS, DPP Wilayu didapat peluang yang paling menonjol untuk
dikembangkan yaitu berupa peluang pasar yang besar sebagai penjualan durian, manggis,
dan duku dengan hasil perkalian antara bobot dan rating paling tinggi, yaitu 1,40.
Sedangkan untuk ancaman yang paling krusial atau paling mengancam perkembangan di
DPP Wilayu adalah penjualan durian, manggis, dan duku dalam bentuk buah memiliki
harga yang lebih rendah dibandingkan dengan yang sudah diolah menjadi produk lain
dengan hasil perkalian bobot dan rating paling kecil, yaitu 0,05.
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 67
laporan AKHIR
Menurut pembobotan IFAS, DPP Gumiwang didapat potensi yang paling menonjol
yaitu berupa potensi di bidang perikanan air tawar dengan hasil perkalian antara bobot dan
rating paling tinggi dari potensi yang lainnya, yaitu 1,20. Sedangkan untuk permasalahan
yang paling krusial atau paling menghambat perkembangan di DPP Gumiwang adalah
minimnya modal untuk pengembangan perikanan air tawar dengan hasil perkalian bobot
dan rating paling kecil, yaitu o,15. Berikut tabel pembobotan SWOT DPP Gumiwang yang
dilihat dari segi eksternal berupa peluang dan ancaman:
Tabel IV.43.
Analisis Bobot EFAS DPP Gumiwang Kecamatan Purwanegara
DPP: Desa Gumiwang Hinterland: Desa Kaliperus, Desa Parakan, Desa Kutawaluh, danDesa Pucungbedug
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
PELUANG (opportunity)
a. Produksi pertanian padi menjadi Jenis pertanian padi memiliki waktu
pendorong untuk perkembangan panen yang singkat sehingga
0,30 3 0,90
perekonomian DPP Gumiwang dimanfaatkan penduduk untuk
mendapatkan penghasilan tambahan
b. Lokasi pembudidayaan ikan diakui 0,35 4 1,40 Karena tempat pembudidayaan sudah
pemerintah daerah dengan diakui oleh pemerintah daerah maka
dibuatkannya Kampung Nila untuk pemasarannya banyak
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 68
laporan AKHIR
DPP: Desa Gumiwang Hinterland: Desa Kaliperus, Desa Parakan, Desa Kutawaluh, danDesa Pucungbedug
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
konsumenyang mendatangi tempat
pembudidayaan
ANCAMAN (Threat)
a. Hasil pertanian padi diambil oleh Karena minimnya alat untuk
tengkulak dengan harga murah mengangkut hasil pertanian padi ke
0,20 2 0,40
pasar, maka banyak tengkulak yang
mengambil dan mendatangi desa
b. Akses menuju tempat Karena pembudidayaan berupa petak-
pembudidayaan ikan sempit 0,15 1 0,15 petak tambak maka jalan yang berada
di daera pembudidayaan sempit
Total 1,00 2,85
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Menurut pembobotan EFAS, DPP Gumiwang didapat peluang yang paling menonjol
untuk dikembangkan yaitu berupa lokasi pembudidayaan ikan diakui pemerintah daerah
dengan dibuatkannya Kampung Nila dengan hasil perkalian antara bobot dan rating
paling tinggi, yaitu 1,40. Sedangkan untuk ancaman yang paling krusial atau paling
mengancam perkembangan di DPP Gumiwang adalah akses menuju tempat
pembudidayaan ikan sempit dengan hasil perkalian bobot dan rating paling kecil, yaitu
0,15.
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 69
laporan AKHIR
DPP: Desa Gumelem Kulon Hinterland: Desa Gumelem Wetan, Desa Susukan, Desa Kedawung, dan Desa
Penerusan Wetan
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
INTERNAL RATING
pertanian yaitu padi luas dan kondisi tanah yang subur
c. Penghasil industri gula merah Terdapat banyak pohon kelapa atau
aren yang yang tumbuh di pekarangan
0,12 3 0,36 dan dimanfaatkan penduduk DPP
Gumelem Kulon untuk membuat gula
merah
KELEMAHAN (Weakness)
a. Kurangnya modal karena Bahan baku pembuatan batik sulit
minimnya bahan baku 0,05 1 0,05 ditemukan di DPP Gumelem Kulon
sehingga harus membeli keluar daerah
b.2/3 merupakan perbukitan Merupakan perdesaaan di daerah
sehingga jalan di desa Gumelem perbukitan, maka akses di DPP
0,20 2 0,40
Kulon rusak dan berlubang Gumelem Kulon banyak jalan yang
rusak dan berubang
c. Kurangnya pemasaran untuk
Karena bahan baku yang terbatas, maka
produksi gula merah 0,15 2 0,30
pemasaran hanya berada di daerah lokal
Total 1,00 2,85
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Menurut pembobotan IFAS, DPP Gumelem Kulon didapat potensi yang paling
menonjol yaitu berupa potensi di bidang industri berupa batik tulis dengan hasil perkalian
antara bobot dan rating paling tinggi dari potensi yang lainnya, yaitu 1,20. Sedangkan
untuk permasalahan yang paling krusial atau paling menghambat perkembangan di DPP
Gumelem Kulon adalah kurangnya modal karena minimnya bahan baku dengan hasil
perkalian bobot dan rating paling kecil, yaitu o,05. Berikut tabel pembobotan SWOT DPP
Gumelem Kulon yang dilihat dari segi eksternal berupa peluang dan ancaman:
Tabel IV.45.
Analisis Bobot EFAS DPP Gumelem Kulon Kecamatan Susukan
DPP: Desa Gumelem Kulon Hinterland: Desa Gumelem Wetan, Desa Susukan, Desa Kedawung, dan Desa Penerusan
Wetan
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
PELUANG (opportunity)
a. Batik tulis DPP Gumelem Kulon Untuk melestarikan dan mengenalkan
dijadikan pakaian dinas untuk motif batik dari DPP Gumelem Kulon,
0,35 4 1,40
pegawai pemerintah daerah maka pegawai pemda memakai pakaian
dinas dari batik
b. Berkembangnya potensi pertanian
Banyaknya penduduk yang berprofesi
menciptakan lapangan pekerjaan
sebagai petani membuat sebagian
baru penduduk sebagai pandai besi 0,16 3 0,48
penduduk lainnya mencari keuntungan
peralatan bertani dari pengrajin besi untuk alat pertanian
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 70
laporan AKHIR
DPP: Desa Gumelem Kulon Hinterland: Desa Gumelem Wetan, Desa Susukan, Desa Kedawung, dan Desa Penerusan
Wetan
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
c. Pemanfaatan pohon kelapa atau
aren yang tumbuh di perkebuanan Pohon kelapa yang sebelumnya tidak
0,14 3 0,42 dimanfaatkan digunakan penduduk
penduduk
untuk membuat gula merah
ANCAMAN (Threat)
a. Harga pasaran masih terbilang Karena promosi yang minim, membuat
rendah dari batik tulis daerah lain batik DPP Gumelem Kulon kurang
0,02 1 0,02
dikenal dan masih dalam harga jual
rendah
b. Kondisi tanah yang labil
Merupakan perdesaaan di daerah
mengakibatkan jalan mudah rusak
perbukitan, maka akses di DPP
dan berbahaya karena berpotensi 0,08 2 0,16
Gumelem Kulon banyak labil dan
longsor berpotensi longsor
c. Terbatasnya pohon kelapa atau aren Pohon kelapa yang sebelumnya tidak
di DPP Gumelem Kulon sehingga dibudidayakan mengakibatkan
0,15 2 0,35
hasil produksi sedikit kelangkaan sehingga menghambat
proses produksi gula merah
Total 1,00 2,83
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Menurut pembobotan EFAS, DPP Gumelem Kulon didapat peluang yang paling
menonjol untuk dikembangkan yaitu batik tulis dari DPP Gumelem Kulon dijadikan
pakaian dinas untuk pegawai pemerintah daerah dengan hasil perkalian antara bobot dan
rating paling tinggi, yaitu 1,40. Sedangkan untuk ancaman yang paling krusial atau paling
mengancam perkembangan di DPP Gumelem Kulon adalah harga pasaran masih terbilang
rendah dari batik tulis daerah lain dengan hasil perkalian bobot dan rating paling kecil,
yaitu 0,02.
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 71
laporan AKHIR
Tabel IV.46.
Analisis Bobot IFAS DPP Kutabanjarnegara Kecamatan Banjarnegara
DPP: Kelurahan Kutabanjarnegara Hinterland: Desa Wangon, Desa Karangtengah, dan Desa Krandengan
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
INTERNAL RATING
KEKUATAN (Streght)
a. Industri rumah tangga Kelurahan Kutabanjarnegara berada pada
berupa makanan ringan pusat pertumbuhan daerah, maka
yang tersebar di beberapa 0,65 4 2,60 penduduknya memilih untuk berprofesi
RT sebagai pengelola industri RT disamping
sudah tidak adanya lahan persawahan
KELEMAHAN (Weakness)
b. Pengemasan produk
Penduduk Kelurahan Kutabanjarnegara
makanan ringan yang 0,35 1 0,35 kurang memiliki kreatifitas dalam
kurang menarik mengemas produk makanan ringan
Total 1,00 2,95
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 72
laporan AKHIR
makanan yang sejenis dengan kemasan yang lebih menarik dengan hasil perkalian bobot
dan rating paling kecil, yaitu 0,45.
Menurut pembobotan IFAS, DPP Limbasari didapat potensi yang paling menonjol yaitu
berupa potensi di bidang industri berupa batik tulis dengan hasil perkalian antara bobot
dan rating paling tinggi dari potensi yang lainnya, yaitu 1,20. Sedangkan untuk
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 73
laporan AKHIR
Tabel IV.49.
Analisis Bobot EFAS DPP Limbasari Kecamatan Bobotsari
DPP: Desa Limbasari Hinterland: Desa Palumbanagan Kulon, Desa Karangmalang, Desa Dagan
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
PELUANG (opportunity)
a.Berpotensi untuk dikembangkan
Banyaknya pengrajin batik membuat
sebagai Desa Wisata Kampung
0,27 4 1,08 konsumen ingin mendatangi dan melihat
Batik karena banyak pengunjung
proses pembuatan batik di DPP Limbasari
yang ingin melihat pembuatan batik
b.Potensi Desa Wisata Situs Purbakala Banyak terdapat situs purbakala yang di
0,13 3 0,39
temukan di DPP Limbasari
c. Keberadaan situs purbakala sudah Banyak terdapat situs purbakala yang di
banyak menarik wisatawan lokal 0,25 4 1,00 temukan di DPP Limbasari dan berada di
untuk datang berkunjung daerah perbukitan dengan suasana sejuk
ANCAMAN (Threat)
a. Harga pemasaran batik tulis masih Karena promosi yang minim, membuat
rendah kualitas batik dari DPP Limbasari kalah
0,05 1 0,05
bersaing dengan batik dari Pekalongan dan
Solo
b.Jalan menuju Wisata Religi Makam Lokasi yang sulit dijangkau membuat
0,15 2 0,30
Putri Limbasari rusak pengembangan terhambat
c. Banyak penduduk luar daerah yang Promosi terhadap keberadaan Wisata Situs
belum mengetahui keberadaan 0,15 2 0,30 Pubakala kurang dikembangkan
Desa Wisata Situs Pubakala sehingga kurang dikenal masyarakat luas
Total 1,00 3,12
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Menurut pembobotan EFAS, DPP Limbasari didapat peluang yang paling menonjol
untuk dikembangkan yaitu dikembangkan sebagai Desa Wisata Kampung Batik karena
banyak pengunjung yang ingin melihat pembuatan batik dengan hasil perkalian antara
bobot dan rating paling tinggi, yaitu 1,08. Sedangkan untuk ancaman yang paling krusial
atau paling mengancam perkembangan di DPP Limbasari adalah harga pasaran masih
terbilang rendah dari batik tulis daerah lain dengan hasil perkalian bobot dan rating paling
kecil, yaitu 0,10.
Menurut pembobotan IFAS, DPP Kutabawa didapat potensi yang paling menonjol yaitu
berupa penghasil sayur mayur dengan hasil perkalian antara bobot dan rating paling tinggi
dari potensi yang lainnya, yaitu 0,69. Sedangkan untuk permasalahan yang paling krusial
atau paling menghambat perkembangan di DPP Kutabawa adalah kontruksi Jalan Aspal
hanya ada di Jalan Arteri dengan hasil perkalian bobot dan rating paling kecil, yaitu o,10.
Berikut tabel pembobotan SWOT DPP Kutabawa yang dilihat dari segi eksternal berupa
peluang dan ancaman:
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 75
laporan AKHIR
Tabel IV.51.
Analisis Bobot EFAS DPP Kutabawa Kecamatan Karangreja
DPP: Desa Kutabawa Hinterland: Desa Serang, Desa Siwarak, dan Desa Tlahab Lor
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
PELUANG (opportunity)
a. Membuka lapangan usaha bagi Gerbang pendakian yang sekaligus
penduduk sekitar untuk berjualan di menjadi tempat wisata, memberikan
0,12 3 0,36
sekitar gerbang pendakian peluan penduduk untuk menjajakan
dagangannya
b.DPP Kutabawa dapat Merupakan daerah dengan penghasil
dikembangkan sebagai desa segala macam sayur mayor membuat
0,20 4 0,80
Agropolitan DPP Kutabawa memiliki peluang untuk
dijadikan Desa Agropolitan
c. Memiliki peluang sebagai pusat jual
Memiliki STA yang melayani wilayah
beli hasil pertanian terbesar di
0,18 4 0,72 secara luas yaitu Purbalingga dan
Kabupaten Purbalingga dan
Pemalang
Kabupaten Pemalang
ANCAMAN (Threat)
a. Kurangnya perhatian pemerintah
daerah untuk pengembangan Koordinasi yang kurang dari pemerintah
0,15 2 0,30
potensi Wisata Alam Pendakian desa dengan pemerintah kabupaten
Gunung Slamet
b.Akses jalan di DPP Kutabawa sulit Merupakan perdesaaan di daerah
dijangkau karena berada pada perbukitan, maka akses di DPP
0,10 2 0,20
daerah perbukitan terjal dibawah Kutabawa terjal dan labil sehingga
kaki Gunung Slamet mudah longsor
c. Kondisi STA kurang layak karena Kurangnya perhatian dari pemerintah
kurang tertata dan terawat 0,25 1 0,25 kabupaten untuk mengembangkan
bangunan STA
Total 1,00
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Menurut pembobotan EFAS, DPP Kutabawa didapat peluang yang paling menonjol
untuk dikembangkan yaitu DPP Kutabawa dapat dikembangkan sebagai desa Agropolitan
dengan hasil perkalian antara bobot dan rating paling tinggi, yaitu 0,80. Sedangkan untuk
ancaman yang paling krusial atau paling mengancam perkembangan di DPP Kutabawa
adalah akses jalan di DPP Kutabawa sulit dijangkau karena berada pada daerah perbukitan
terjal dibawah kaki Gunung Slamet dengan hasil perkalian bobot dan rating paling kecil,
yaitu 0,20.
mengembangkan fungsi dari DPP Karangklesem. Berikut tabel pembobotan SWOT DPP
Karangklesem yang dilihat dari segi internal berupa kekuatan atau potensi, serta
kelemahan atau permasalahan:
Tabel IV.52.
Analisis Bobot IFAS DPP Karangklesem Kecamatan Kutasari
DPP: Desa Karangklesem Hinterland: Desa Munjul, Desa Karangaren, dan Desa Kutasari
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
INTERNAL RATING
KEKUATAN (Streght)
a. Penghasil Pertanian Padi dan Masih terdapat banyak lahan pertanian
0,35 4 1,40
Jagung Manis untuk menanam padi dan jagung manis
b.Penghasil Perkebuanan Pepaya Mesih terdapat banyak lahan
Kalivornia perkebunan yang berpotensi untuk
0,25 3 0,75
dijadikan pengembangan budidaya
papaya Kalivornia
KELEMAHAN (Weakness)
a. Permasalahan distribusi pupuk Terdapat pihak ketiga yang
yang kurang atau sulit didapat 0,25 1 0,25 memonopoli pengeluaran pupuk
kepada kelompok tani
b. Pembudidayaan untuk potensi Sosialisasi tentang keuntungan
perkebunan Papaya Kalivornia membudidayakan papaya Kalivornia
0,15 2 0,30
belum luas belum diketahui oleh banyak penduduk
DPP Karangklesem
Total 1,00 2,70
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Menurut pembobotan IFAS, DPP Karangklesem didapat potensi yang paling menonjol
yaitu penghasil Pertanian Padi dan Jagung Manis dengan hasil perkalian antara bobot dan
rating paling tinggi dari potensi yang lainnya, yaitu 1,40. Sedangkan untuk permasalahan
yang paling krusial atau paling menghambat perkembangan di DPP Karangklesem adalah
permasalahan distribusi pupuk yang kurang atau sulit didapat dengan hasil perkalian bobot
dan rating paling kecil, yaitu o,25. Berikut tabel pembobotan SWOT DPP Karangklesem
yang dilihat dari segi eksternal berupa peluang dan ancaman:
Tabel IV.53.
Analisis Bobot EFAS DPP Karangklesem Kecamatan Kutasari
DPP: Desa Karangklesem Hinterland: Desa Munjul, Desa Karangaren, dan Desa Kutasari
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
PELUANG (opportunity)
a. Hasil produksi pertanian memiliki Bibit yang digunakan untuk pertanian di
kualitas yang baik 0,35 4 1,40 DPP Karangklesem memiliki kualitas
yang baik terutama untuk jagung
b. Memiliki peluang sebagai
Papaya Kalivornia memiliki harga
tanaman komoditas unggulan 0,15 3 0,45
pasaran yang tinggi
dengan harga tinggi
ANCAMAN (Threat)
a. Adanya pihak ketiga yang mengatur Karena peredaran pupuk dimonopoli
peredaran pupuk (monopoli jual beli oleh pihak ke tiga, maka petani
0,30 1 0,30
pupuk) terhambat dalam mengembangkan
hasil produksi pertaniannya
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 77
laporan AKHIR
DPP: Desa Karangklesem Hinterland: Desa Munjul, Desa Karangaren, dan Desa Kutasari
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
b. Penduduk kurang tertarik untuk Sosialisasi tentang keuntungan
membudidayakan tanaman membudidayakan papaya Kalivornia
0,20 2 0,40
Pepaya Kalivornia belum diketahui oleh banyak penduduk
DPP Karangklesem
Total 1,00 2,55
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Menurut pembobotan EFAS, DPP Karangklesem didapat peluang yang paling menonjol
berupa penghasilasil produksi pertanian memiliki kualitas yang baik dengan hasil perkalian
antara bobot dan rating paling tinggi, yaitu 1,40. Sedangkan untuk ancaman yang paling
krusial atau paling mengancam perkembangan di DPP Karangklesem adalah adanya pihak
ketiga yang mengatur peredaran pupuk (monopoli jual beli pupuk) dengan hasil perkalian
bobot dan rating paling kecil, yaitu 0,30.
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 78
laporan AKHIR
DPP: Desa Karangsalam Hinterland: Desa Alasmalang, Desa Karanggintung, Desa Paterangan
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
INTERNAL RATING
KELEMAHAN (Weakness)
Keterampilan untuk memasarkan hasil
a. Proses pemasaran terhambat 0,20 1 0,20 produksi minim dan keterbatasan alat
pengangkut dari desa ke pasar
Total 1,00 3,20
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Menurut pembobotan IFAS, DPP Karangsalam didapat potensi yang paling menonjol
yaitu penghasil buah durian dan duku dengan hasil perkalian antara bobot dan rating
paling tinggi dari potensi yang lainnya, yaitu 1,00. Sedangkan untuk permasalahan yang
paling krusial atau paling menghambat perkembangan di DPP Karangsalam adalah proses
pemasaran terhambat dengan hasil perkalian bobot dan rating paling kecil, yaitu o,20.
Berikut tabel pembobotan SWOT DPP Karangsalam yang dilihat dari segi eksternal berupa
peluang dan ancaman:
Tabel IV.55.
Analisis Bobot EFAS DPP Karangsalam Kecamatan Kemranjen
DPP: Desa Karangsalam Hinterland: Desa Alasmalang, Desa Karanggintung, Desa Paterangan
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
PELUANG (opportunity)
a. Memiliki peluang untuk menciptakan Keberadaan industri rumah tangga
matapencaharian baru bagi penduduk pembuatan gula merah menarik
0,30 4 1,20
DPP Karangsalam penduduknya untuk membuka produksi
dan menarik karyawannya
b.Penjualan cengkeh dapat Hasil penjualan cengkeh yang cukup
0,14 3 0,42
meningkatkan pendapatan penduduk tinggi di pasaran
c. Memiliki peluang pasar yang besar Karena banyak memiiki pohon durian,
sebagai desa penjualan durian dan dan duku maka DPP Karangsalam
0,40 4 1,60
duku dikenel dan memiliki pemasaran
terhadap 2 buah tersebut cukup tinggi
ANCAMAN (Threat)
Berada pada daerah perbukitan dengan
a. Akses jalan yang rusak 0,16 1 0,16 kondisi tanah yang labil membuat jalan
mudah rusak
Total 1,00 3,38
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Menurut pembobotan EFAS, DPP Karangsalam didapat peluang yang paling menonjol
berupa peluang pasar yang besar sebagai desa penjualan durian dan duku dengan hasil
perkalian antara bobot dan rating paling tinggi, yaitu 1,20. Sedangkan untuk ancaman
yang paling krusial atau paling mengancam perkembangan di DPP Karangsalam adalah
akses jalan yang rusak dengan hasil perkalian bobot dan rating paling kecil, yaitu 0,16.
B. Pembobotan DPP Banjarpanepan Kecamatan Sumpiuh
DPP Banjarpanepan dengan potensi yang berasal dari bidang agrowisata tanaman
obat, buah, gula kristal dan potensi alam berupa panjat tebing, memiliki beberapa
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 79
laporan AKHIR
permasalahan atau faktor penghambat dari perkembangan potensi. Oleh karena itu, DPP
Banjarpanepan membutuhkan sebuah program penanganan yang dapat meminimalisir
permasalahan yang terjadi pada saat pengembangan potensi dilakukan. Program
penanganan di DPP Banjarpanepan dibuat dengan melakukan pembobotan dari masing-
masing indikator SWOT, pembobotan SWOT ini berfungsi untuk mendapatkan program
utama yang akan dilakukan untuk mengembangkan fungsi dari DPP Banjarpanepan.
Berikut tabel pembobotan SWOT DPP Banjarpanepan yang dilihat dari segi internal
berupa kekuatan atau potensi, serta kelemahan atau permasalahan:
Tabel IV.56.
Analisis Bobot IFAS DPP Banjarpanepan Kecamatan Sumpiuh
DPP: Desa Banjarpanepan Hinterland: Desa Kebokura dan Desa Ketanda
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
INTERNAL RATING
KEKUATAN (Streght)
a. Potensi agrowisata tanaman obat Masih tedapat banyak lahan yang dapat
0,24 3 0,72 dimanfaatkan untuk menanam
tanaman obat
b.Potensi agrowisata buah Masih tedapat banyak lahan
0,17 4 0,68 perkebunan yang dapat dimanfaatkan
untuk pohon buah-buahan
c. Penghasil gula Kristal (gula merah Penduduk DPP Banjarpanepan memiliki
yang dihaluskan) 0,20 4 0,80 keterampilan dalam mengolah gula
kristal
d.Potensi wisata alam berupa panjat Daerahya yang berupa perbukitan
tebing 0,16 3 0,48 sehingga menjadikan terbentuknya
wisata panjat tebing
KELEMAHAN (Weakness)
a.Pendistribusian hasil potensi Kondisi jalan yang berada di darah
0,13 1 0,13
terhambat perbukitan sulit diakses
b.Kurangnya promosi terhadap Pemerintah kabupaten kurang
keberadaan potensi wisata panjat memperhatikan keberadaan potensi
0,10 2 0,20
tebing wisata panjat tebing yang dapat
dijadikan sebagai pemasukan daerah
Total 1,00 3,01
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Menurut pembobotan IFAS, DPP Banjarpanepan didapat potensi yang paling menonjol
yaitu penghasil gula Kristal (gula merah yang dihaluskan) dengan hasil perkalian antara
bobot dan rating paling tinggi dari potensi yang lainnya, yaitu 0,72. Sedangkan untuk
permasalahan yang paling krusial atau paling menghambat perkembangan di DPP
Banjarpanepan adalah pendistribusian hasil potensi terhambat dengan hasil perkalian
bobot dan rating paling kecil, yaitu o,13. Berikut tabel pembobotan SWOT DPP
Banjarpanepan yang dilihat dari segi eksternal berupa peluang dan ancaman:
Tabel IV.57.
Analisis Bobot IFAS DPP Banjarpanepan Kecamatan Sumpiuh
DPP: Desa Banjarpanepan Hinterland: Desa Kebokura dan Desa Ketanda
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
PELUANG (opportunity)
a. Memiliki kesempatan mengolah 0,12 3 0,36 Penduduk DPP Banjarpanepan memiliki
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 80
laporan AKHIR
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 81
laporan AKHIR
Tabel IV.58.
Analisis Bobot IFAS DPP Bogangin Kecamatan Sumpiuh
DPP: Desa Bogangin Hinterland: Desa Selanegara dan Desa Kebokura
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
INTERNAL RATING
KEKUATAN (Streght)
a.Potensi di bidang industri yaitu gula Penduduk DPP Bogangin memiliki
merah, jamur merang, tempe dan keterampiln dalam mengelola gula
0,65 4 2,60
gembus merah, jamur merang, tempe dan
gembus
KELEMAHAN (Weakness)
a. Permodalan minim sehingga
Industri rumah tangga masih dalam
industri gula merah, jamur merang,
0,35 1 0,35 skala kecil sehingga laba yang didapat
tempe dan gembus sulit
kurang mencukupi untuk permodalan
berkembang lagi
Total 1,00 2,95
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Menurut pembobotan IFAS, DPP Bogangin didapat potensi bidang industri yaitu gula
merah, jamur merang, tempe dan gembus dengan hasil perkalian antara bobot dan rating
paling tinggi dari potensi yang lainnya, yaitu 2,60. Sedangkan untuk permasalahan yang
paling krusial atau paling menghambat perkembangan di DPP Bogangin adalah
permodalan minim sehingga industri gula merah, jamur merang, tempe dan gembus sulit
berkembang lagi dengan hasil perkalian bobot dan rating paling kecil, yaitu o,35. Berikut
tabel pembobotan SWOT DPP Bogangin yang dilihat dari segi eksternal berupa peluang
dan ancaman:
Tabel IV.59.
Analisis Bobot EFAS DPP Bogangin Kecamatan Sumpiuh
DPP: Desa Bogangin Hinterland: Desa Selanegara dan Desa Kebokura
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
PELUANG (opportunity)
a. Memiliki peluang sebagai Banyaknya industri gula merah, jamur
pendorong perekonomian daerah merang, tempe dan gembus
0,55 4 2,20
menarik penduduk DPP Bogangin
untuk mndapatkan pekerjaan
ANCAMAN (Threat)
a. Akses jalan yang rusak Karena berada didaerah perbukitan,
0,45 1 0,45 maka memiliki akses jalan yang sempit
dan rusak
Total 1,00 2,65
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Menurut pembobotan EFAS, DPP Bogangin didapat peluang yang paling menonjol
berupa memiliki peluang sebagai pendorong perekonomian daerah dengan hasil perkalian
antara bobot dan rating paling tinggi, yaitu 2,20. Sedangkan untuk ancaman yang paling
krusial atau paling mengancam perkembangan di DPP Bogangin adalah akses jalan yang
rusak dengan hasil perkalian bobot dan rating paling kecil, yaitu 0,45.
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 82
laporan AKHIR
KELEMAHAN (Weakness)
a. Jenis karet sheet ini tidak bisa dijual
setiap hari karena prosesnya yang
Proses pengelolaan untuk jenis karet
lama yaitu harus di giling dan di 0,15 2 0,30
sheet membutuhkan waktu yang lama
oven
d.Permodalan minim dan pencarian 0,10 1 0,10 Serabut kelapa dan karet sebagai bahan
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 83
laporan AKHIR
DPP: Desa Tambaksari Hinterland: Desa Palugon, Desa Majingkrak, dan Desa Madusari
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
INTERNAL RATING
bahan baku yang sulit pembuatan serbutet langka didapatkan
Total 1,00 2,77
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Menurut pembobotan IFAS, DPP Tambaksari didapat potensi potensi penghasil gula
semut dengan hasil perkalian antara bobot dan rating paling tinggi dari potensi yang
lainnya, yaitu 0,72. Sedangkan untuk permasalahan yang paling krusial atau paling
menghambat perkembangan di DPP Tambaksari adalah pembudidayaan gula semut yang
kurang dikenal oleh penduduk DPP Tambaksari sehingga tidak dapat berjalan dengan hasil
perkalian bobot dan rating paling kecil, yaitu o,05. Berikut tabel pembobotan SWOT DPP
Tambaksari yang dilihat dari segi eksternal berupa peluang dan ancaman:
Tabel IV.61.
Analisis Bobot EFAS DPP Tambaksari Kecamatan Wanareja
DPP: Desa Tambaksari Hinterland: Desa Palugon, Desa Majingkrak, dan Desa Madusari
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
PELUANG (opportunity)
a. Memiliki peluang menciptakan
Industri serbutet membutuhkan banyak
banyak lapangan kerja bagi 0,16 4 0,64 karyawan sehingga membuka lapangan
penduduk DPP Tambaksari pekerjaan untuk DPP Tambaksari
b.Hasil produksi pertanian dapat Pengelolaan lahan persawahan dan
meningkatkan kesejahteraan keanekaragaman tanaman memberikan
0,14 4 0,56
penduduk peluang untuk menambah penghasilan
penduduknya
c. Memiliki potensi untuk dijadikan Penduduk DPP Tambaksari mayoritas
matapencaharian tambahan bagi bermatapencaharian sebagai petani,
penduduk DPP Tambaksari 0,11 3 0,33 namun dengan adanya budidaya gula
semut maka memberikan penghasilan
tambahan
d.Memiliki peluang untuk melatih
Penduduk DPP Tambaksari memiliki
kreativitas dan membuka lapangan 0,09 3 0,27 kreatifitas dalam mengelola serabut
kerja penduduk DPP Tambaksari karet menjadi produk bernilai tinggi
ANCAMAN (Threat)
a. Hasil perkebunan karet diambil oleh Belum adanya koperasi yang
tengkulak dengan harga yang menampung hasil perkebunan karet
rendah dari pasaran 0,09 2 0,18 membuat para tengkulak berdatangan
untuk mengambil secara langsung
dengan harga rendah
b.Adanya jalan rusak dan berlubang
sehingga mempersulit akses menuju Kurang adanya perawatan jalan dari
0,11 1 0,11
Desa Tambaksari pemerintah daerah
DPP: Desa Tambaksari Hinterland: Desa Palugon, Desa Majingkrak, dan Desa Madusari
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
d.Penduduk luar daerah kurang
Promosi yang kurang di dalam negeri
mengenal keberadaan kerajinan 0,10 2 0,20 untuk hasil olahan serabut kelapa dan
serbutet karet berupa kerajinan serbutet
Total 1,00 2,44
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Menurut pembobotan EFAS, DPP Tambaksari didapat peluang yang paling menonjol
berupa memiliki peluang menciptakan banyak lapangan kerja bagi penduduk DPP
Tambaksari dengan hasil perkalian antara bobot dan rating paling tinggi, yaitu 0,64.
Sedangkan untuk ancaman yang paling krusial atau paling mengancam perkembangan di
DPP Tambaksari adalah akses jalan yang rusak dan belubang dengan hasil perkalian bobot
dan rating paling kecil, yaitu 0,11.
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 85
laporan AKHIR
DPP: Desa Karangtengah Hinterland: Desa Sampang, Desa Brani, dan Desa Paketing
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
INTERNAL RATING
e. Memiliki potensi bidang
Masih terdapat lahan pertanian yang cukup
pertanian yaitu padi 0,14 4 0,56
banyak untuk menanam padi
KELEMAHAN (Weakness)
a. Limbah tempe menimbulkan
Tidak adanya irigasi khusus untuk
bau yang tidak sedap 0,10 1 0,10
membuang limbah tempe
b. Permodalan untuk
Kurangnya perhatian pemerintah dalam
memproduksi tahu minim 0,06 2 0,12
memodali para pengusaha tahu
c. Produksi berhenti jika musim
Saat musim hujan tanah menjadi gembur
hujan 0,07 2 0,14
dan sulit untuk dibuat adonan bata
d. Produksi anyaman berkurang Penduduk yang memiliki kerajinan
0,04 2 0,08 menganyam memilih untuk mencari
pekerjaan lain
e. Saluran irigasi kering Belum terdapat saluran yang
0,03 1 0,03 menghubungkan irigasi pertanian dengan
sungai besar di sekitar DPP Karangsalam
Total 1,00 3,07
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Menurut pembobotan IFAS, DPP Tambaksari didapat potensi potensi bidang pertanian
yaitu padi dengan hasil perkalian antara bobot dan rating paling tinggi dari potensi yang
lainnya, yaitu 0,80. Sedangkan untuk permasalahan yang paling krusial atau paling
menghambat perkembangan di DPP Tambaksari adalah saluran irigasi kering dengan hasil
perkalian bobot dan rating paling kecil, yaitu o,03. Berikut tabel pembobotan SWOT DPP
Tambaksari yang dilihat dari segi eksternal berupa peluang dan ancaman:
Tabel IV.63.
Analisis Bobot EFAS DPP Karangtengah Kecamatan Sampang
DPP: Desa Karangtengah Hinterland: Desa Sampang, Desa Brani, dan Desa Paketing
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
PELUANG (opportunity)
a. Sisa perebusan tempe digunakan Perebusan tempe berupa kulit kedelai
untuk makanan ternak 0,12 3 0,36 dapat dimanfaatkan untuk makanan
ternak
b.Industri pembuat tahu dapat
Industri RT memproduksi tahu setiap
mendorong pendapatan 0,14 4 0,56 hari dan sudah mendistribusikannya ke
perekonomian daerah luar daerah
c. Pejualan hasil produksi batu bata Pembuatan batu bata dapat
dapat meningkatkan penghasilan memberikan penghasillan tambahan
0,16 4 0,64
penduduk sebagai pekerjaan sampingan bagi
penduduk Karangtengah
d.Melatih kretivitas penduduk untuk
menciptakan berbagai produk dari Pengembangan kreatifitas dengan cara
0,11 3 0,33
anyaman sosialisasi terus dilakukan
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 86
laporan AKHIR
DPP: Desa Karangtengah Hinterland: Desa Sampang, Desa Brani, dan Desa Paketing
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
e. Hasil produksi pertanian dapat Jenis pertanian memiliki waktu panen
meningkatkan kesejahteraan yang singkat sehingga dimanfaatkan
0,18 4 0,72
penduduk penduduk untuk mendapatkan
penghasilan tambahan
ANCAMAN (Threat)
a. Limbah tempe tidak ada irigasi Lokasi produksi yang berada di sebelah
tertutup 0,02 1 0,02 pekarangan membuat limbah dibuang
sembarangan
b.Pemasaran dalam hal penjualan
lebih laku ampas dibandingkan Harga untuk ampas tahu lebih murah
0,09 2 0,18
tahu dari tahu
c. Tidak dapat membeli tanah jika Saat musim hujan tanah menjadi
musim hujan 0,04 2 0,08 gembur dan sulit untuk dibuat adonan
bata
d.Kalah saing dengan barang-
barang plastik yang beredar di Keberadaan barang plastik lebih
0,04 2 0,08
pasaran diminati karena dianggap lebih awet
Menurut pembobotan EFAS, DPP Tambaksari didapat peluang yang paling menonjol
berupa industri pembuatan tahu dengan hasil perkalian antara bobot dan rating paling
tinggi, yaitu 0,72. Sedangkan untuk ancaman yang paling krusial atau paling mengancam
perkembangan di DPP Tambaksari adalah limbah tempe tidak ada irigasi tertutup dengan
hasil perkalian bobot dan rating paling kecil, yaitu 0,02.
DPP: Desa Banjarwaru Hinterland: Desa Danasari, Desa Klumprit, dan Desa Karangputat
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
INTERNAL RATING
a. Pengrajin barang berbahan dari Penduduk DPP Banjarwaru memiliki
kayu, penghasil kesed, serabut ketrampilan dalam membuat kerajinan
kelapa dan penghasil tas yang dari kayu, penghasil kesed, serabut
0,35 4 1,40 kelapa dan penghasil tas yang berasal
berasal dari kain maupun kulit
dari kain maupun kulit dan telah
membentuk koperasi untuk
menampung hasil produksinya
b.Industri ceriping pisang jenis raja
Merupakan desa dengan tanaman
nangka 0,20 3 0,60
pisang raja nangka yang banyak
KELEMAHAN (Weakness)
a. Kreativitas untuk mengolah Belum diadakannya pelatihan untuk
kerajinan kayu masih minim 0,25 2 0,50 penduduk DPP Banjarwaru dalam
kerajianan kayu
b. Permodalan yang minim
Kurangnya perhatian dari pemerintah
menghambat pemasaran 0,20 1 0,20
untuk memberikan modal usaha
Total 1,00 2,70
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Menurut pembobotan IFAS, DPP Banjarwaru didapat potensi potensi bidang pengrajin
barang berbahan dari kayu, penghasil kesed, serabut kelapa dan penghasil tas yang berasal
dari kain maupun kulit dengan hasil perkalian antara bobot dan rating paling tinggi dari
potensi yang lainnya, yaitu 1,40. Sedangkan untuk permasalahan yang paling krusial atau
paling menghambat perkembangan di DPP Banjarwaru adalah permodalan yang minim
menghambat pemasaran dengan hasil perkalian bobot dan rating paling kecil, yaitu o,20.
Berikut tabel pembobotan SWOT DPP Banjarwaru yang dilihat dari segi eksternal berupa
peluang dan ancaman:
Tabel IV.65.
Analisis Bobot EFAS DPP Banjarwaru Kecamatan Nusawungu
DPP: Desa Banjarwaru Hinterland: Desa Danasari, Desa Klumprit, dan Desa Karangputat
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
PELUANG (opportunity)
a. Memiliki peluang sebagai
pekerjaan sambilan penduduk Banyak permintaan dari luar daerah
0,20 3 0,60
DPP Banjarwaru untuk kerajinan kayu
ANCAMAN (Threat)
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 88
laporan AKHIR
DPP: Desa Banjarwaru Hinterland: Desa Danasari, Desa Klumprit, dan Desa Karangputat
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
a. Tergeser oleh alat-alat modern
Banyak alat modern dengan fungsi lebih
yang ada saat ini 0,20 2 0,40
canggih dari alat yang terbuat dari kayu
b.Banyak produk sejenis yang
Banyak produk sejenis yang lebih
pemasarannya lebih tinggi 0,15 1 0,15
harganya lebih rendah dari daerah lain
Total 1,00 2,95
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Menurut pembobotan EFAS, DPP Banjarwaru didapat peluang yang paling menonjol
berupa peluang untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan penduduk dengan
hasil perkalian antara bobot dan rating paling tinggi, yaitu 1,80. Sedangkan untuk
ancaman yang paling krusial atau paling mengancam perkembangan di DPP Banjarwaru i
adalah banyak produk sejenis yang pemasarannya lebih tinggi dengan hasil perkalian
bobot dan rating paling kecil, yaitu 0,15.
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 89