Anda di halaman 1dari 89

laporan AKHIR

BAB 4

ANALISIS

4.1. Analisis Prasarana


4.1.1. Analisis Prasarana DPP Terpilih Kabupaten Wonosobo
A. Analisis Prasarana DPP Kapencar
Kondisi prasarana sangat menentukan untuk mendukung perkembangan suatu desa.
Desa dengan prasarana yang mencukupi dan melayani akan memberikan kesejahteraan bagi
penduduknya. DPP Kapencar dari segi prasarana ketenaga listrikan sebagian besar rumah
penduduknya sudah tersalurkan listrik. Hanya saja masih terdapat beberapa rumah yang
belum tersaluri jaringan ketenaga listrikan, rumah tersebut berupa rumah tidak layak huni,
menurut data terkait penggunaan ketenaga listrikan, terdapat 3 kelompok yaitu pengguna
listrik meteran sebanyak 754 jiwa, listrik tanpa meteran sebanyak 557 jiwa, dan bukan listrik 9
jiwa. Hal tersebut menunjukkan bahwa penduduk DPP Kapencar memiliki kondisi ketenaga
listrikan yang baik, karena hanya 0,68% penduduk yang belum menggunakan listrik. Berikut
persentasi penduduk DPP Kapencar berdasarkan prasarana ketenagal listrikan:

Sumber: Kecamatan Kertek Dalam Angka, 2013


Gambar 4.1
Persentase Penduduk berdasarkan Ketenagalistrikan DPP Kapencar

Selain prasarana ketenaga listrikan, di DPP Kapencar juga terdapat prasarana jenis
sanitas yang digunakan penduduk. Sanitasi tersebut dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu
menggunakan Septik Tank sebanyak 133 jiwa, Non-saptik Tank sebanyak 178 jiwa, dan lainnya
sebanyak 1.009 jiwa. Dari jumlah tersebut menunjukkan bahwa penduduk DPP Kapencar jenis
sanitasi yang digunakan lebih dari setengah persen adalah lainnya, dalam hal ini penduduk
masih membuang kotoran ke sungai. Sehingga dapat dianaisis bahwa DPP Kapencar memiliki

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 1
laporan AKHIR

kualitas kesehatan dan kebersihan yang kurang baik. Berikut persentase sanitasi penduduk
DPP Kapencar:

Sumber: Kecamatan Kertek Dalam Angka, 2013


Gambar 4.2
Persentase Penduduk berdasarkan Sanitasi DPP Kapencar

Menurut material bangunan yag digunakan, DPP Kapencar sebagian besar memiliki
material bangunan berupa tembok sebanyak 78,46%. Sedangkan material paling sedikit
digunakan adalah terbuat dari bambu sebesar 2,94%. Sehingga dapat dianalisis bahwa
penduduk di DPP Kapencar memiliki rumah layak huni yang cukup banyak karena rata-rata
penduduknya sudah menggunakan tembok. Berikut persentase untuk material bangunan
yang digunakan penduduk DPP Kapencar:

Sumber: Kecamatan Kertek Dalam Angka, 2013


Gambar 4.3
Persentase Penduduk berdasarkan Material Bangunan Rumah DPP Kapencar

Kondisi fisik DPP Kapencar berupa perbukitan membuat banyak jalan yang berkelok
dan terjal, sehingga sebagian besar jalan lingkungan yang berada di desa tersebut adalah
rolak batu. Material atau kontruksi rolak batu dipilih agar jalan tidak licin dan mudah untuk
merawatnya. Meskipun terbuat dari rolak batu, kondisi jalan di DPP tersebut tidak ada yang
rusak karena dilakukan perawatan jalan secara berkala. Dari persentasenya, jalan aspal hanya
berada di jalan utama sekitar 25%.

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 2
laporan AKHIR

B. Analisis Prasarana DPP Reco


Kondisi prasarana sangat menentukan untuk mendukung perkembangan suatu desa.
Desa dengan prasarana yang mencukupi dan melayani akan memberikan kesejahteraan bagi
penduduknya. DPP Reco dari segi prasarana ketenaga listrikan, terdapat 3 kelompok yaitu
pengguna listrik meteran sebanyak 1.132 jiwa, listrik tanpa meteran sebanyak 608 jiwa, dan
bukan listrik 4 jiwa. Hal tersebut menunjukkan bahwa penduduk DPP Reco memiliki
kondisiketenaga listrikan yang baik, karena hanya 0,68% penduduk yang belum
menggunakan listrik. Berikut persentasi DPP Reco berdasarkan prasarana ketenagal listrikan:

Sumber: Kecamatan Kertek Dalam Angka, 2013


Gambar 4.4
Persentase Penduduk berdasarkan Ketenagalistrikan DPP Reco

Selain prasarana ketenaga listrikan, di DPP Reco juga terdapat prasarana jenis sanitas
yang digunakan penduduk. Sanitasi tersebut dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu menggunakan
Septik Tank sebanyak 78 jiwa, Non-saptik Tank sebanyak 563 jiwa, dan lainnya sebanyak 1.103
jiwa. Dari jumlah tersebut menunjukkan bahwa penduduk DPP Reco jenis sanitasi yang
digunakan lebih dari setengah persen adalah lainnya, dalam hal ini penduduk masih
membuang kotoran manusia ke sungai. Berikut persentase sanitasi penduduk DPP Reco:

Sumber: Kecamatan Kertek Dalam Angka, 2013


Gambar 4.5
Persentase Penduduk berdasarkan Sanitasi DPP Reco

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 3
laporan AKHIR

Menurut material bangunan yag digunakan, DPP Reco sebagian besar memiliki
material bangunan berupa tembok sebanyak 84,75%. Sedangkan material paling sedikit
digunakan adalah terbuat dari bambu sebesar 2,08%. Sehingga dapat dianalisis bahwa
penduduk di DPP Reco memiliki rumah layak huni yang cukup banyak karena rata-rata
penduduknya sudah menggunakan tembok. Berikut persentase untuk material bangunan
yang digunakan penduduk DPP Reco:

Sumber: Kecamatan Kertek Dalam Angka, 2013


Gambar 4.6
Persentase Penduduk berdasarkan Material Bangunan Rumah DPP Reco

Kondisi fisik DPP Reco berupa perbukitan membuat banyak jalan yang berkelok dan
terjal, sehingga sebagian besar jalan lingkungan yang berada di desa tersebut adalah rolak
batu dan tanah. Material atau kontruksi rolak batu dipilih agar jalan tidak licin dan mudah
untuk merawatnya. Untuk program kedepannya, DPP Reco membutuhkan pembuatan jalan
rolak batu untuk menuju ke lading, karena kondisi tanah yang labil dapat mengakibatkan
longsor jika tidak dikeraskan. Dari persentasenya, jalan aspal hanya berada di jalan utama
seperti jalan nasional yang melewatinya sekitar 25%.
Kondisi wilayahnya yang berada di daerah perbukitan juga membuat DPP Reco
kekurangan air bersih. Hal tersebut dikarenakan sumber mata air berada lebih rendah dari
permukiman penduduk. Perlu dibuat bak penampungan air didaerah yang lebih tinggi dari
sumber mata air, serta perlu dilengkapi pompa air untuk menyedot air dari bawah ke atas atau
permukiman penduduk.

C. Analisis Proyeksi Prasarana DPP Wilayu


DPP Wilayu terdapat prasarana jenis sanitas yang digunakan penduduk. Sanitasi
tersebut dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu menggunakan Septik Tank sebanyak 79 jiwa, Non-
saptik Tank sebanyak 9 jiwa, dan lainnya sebanyak 270 jiwa. Dari jumlah tersebut
menunjukkan bahwa penduduk DPP Wilayu jenis sanitasi yang digunakan lebih dari setengah
persen adalah lainnya, dalam hal ini penduduk masih membuang kotoran manusia ke sungai.
Berikut persentase sanitasi penduduk DPP Wilayu:

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 4
laporan AKHIR

Sumber: Kecamatan Selomerto Dalam Angka, 2013


Gambar 4.7
Persentase Penduduk berdasarkan Sanitasi DPP Wilayu

Menurut material bangunan yag digunakan, DPP Wilayu sebagian besar memiliki
material bangunan berupa tembok sebanyak 68,98%. Sedangkan material paling sedikit
digunakan adalah terbuat dari bambu sebesar 1,98%. Sehingga dapat dianalisis bahwa
penduduk di DPP Wilayu memiliki rumah layak huni yang cukup banyak karena rata-rata
penduduknya sudah menggunakan tembok. Berikut persentase untuk material bangunan
yang digunakan penduduk DPP Wilayu:

Sumber: Kecamatan Selomerto Dalam Angka, 2013


Gambar 4.8
Persentase Penduduk berdasarkan Material Bangunan Rumah DPP Wilayu

Kondisi fisik DPP Wilayu berupa perbukitan membuat banyak jalan yang berkelok dan
terjal, sehingga sebagian besar jalan lingkungan yang berada di desa tersebut adalah rolak
batu dan tanah. Material atau kontruksi rolak batu dipilih agar jalan tidak licin dan mudah
untuk merawatnya. Untuk kedepannya di DPP Wilayu membutuhkan perkerasan jalan untuk
menahan tanah yang labil, serta dibutuhkan pembuatanan sandaran jalan untuk menjaga
keamanan penduduk yang melintasinya. Dari persentasenya, jalan aspal hanya berada di jalan
utama sekitar 25%.

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 5
laporan AKHIR

4.1.2. Analisis Prasarana DPP Terpilih Kabupaten Banjarnegara


A. Analisis Prasarana DPP Gumiwang
Peduduk DPP Gumiwang sebagian besar sudah memiliki MCK atau sanitasi pribadi, hal
tersebut dikarenakan DPP ini berada dekat dengan pusat perkembangan Kabupaten
Banjarnegara, sehingga perkembangannya tidak terlalu tertinggal dengan perkotaan yang
berada di pusat Kabupaten Banjarnegara.
Sebagian besar penduduk di DPP Dari segi prasarana jalan di DPP Gumiwang masih
terdapat jalan rusak yang membutuhkan penanganan, kondisi jalan rusak tersebut menyebar
di seluruh ruas jalan. Hal tersebut dikarenakan kondisi wilayah di DPP Gumelem Kulon berada
di daerah perbukitan dengan jenis tanah labil sehingga mudah longsor atau amblas dan
merusak jalan. Selain itu, jalan di DPP Gumelem Kulon juga membutuhkan sandaran jalan
untuk meningkatkan keamanan penduduk yang melewatinya.

B. Analisis Prasarana DPP Gumelem Kulon


Kondisi prasarana sangat menentukan untuk mendukung perkembangan suatu desa.
Desa dengan prasarana yang mencukupi dan melayani akan memberikan kesejahteraan bagi
penduduknya. DPP Gumelem Kulon dari segi prasarana ketenaga listrikan, terdapat 2
kelompok yaitu pengguna listrik dan Non-PLN dengan penggunaan didominasi oleh PLN. Hal
tersebut menunjukkan bahwa penduduk DPP Gumelem Kulon memiliki kondisi ketenaga
listrikan yang baik, seluruh rumah penduduknya 100% sudah teraliri jaringan listrik.
Kondisi sanitasi di DPP Gumelem Kulon sebagian besar penduduknya sudah
menggunakan sanitasi pribadi dan kondisi drainasenya sudah melayani semua rumah
penduduk. Untuk kebutuhan air bersih di DPP Gumelem Kulon juga sudah baik, karena
sumber mata airnya berada dekat dengan permukiman penduduk dan kondisi wilayahnya
yang tidak terlalu terjal membuat penyaluran air menjadi mudah.
Kondisi fisik DPP Gumelem Kulon berupa perbukitan membuat banyak jalan yang
berkelok, sehingga sebagian besar jalan lingkungan yang berada di desa tersebut adalah rolak
batu. Material atau kontruksi rolak batu dipilih agar jalan tidak licin dan mudah untuk
merawatnya. Meskipun terbuat dari rolak batu, kondisi jalan di DPP tersebut tidak ada yang
rusak karena dilakukan perawatan jalan secara berkala. Dari persentasenya, jalan aspal hanya
berada di jalan utama sekitar 25%.

C. Analisis Prasarana DPP Kutabanjarnegara


DPP/Kelurahan Kutabanjarnegara memiliki permasalahan dalam prasarana sumber air
bersih. Di DPP ini sulit untuk mendapatkan air bersih, karena dalam kedalaman 34 m belum
ditemukan air saat penggalian sumur. Kelangkaan sumber air bersih ini diakibatkan karena di
wilayah tersebut sudah terdapat bangunan yang padat dan jarang ditemuai pepohonan
rimbun. Tidak adanya lahan untuk menanam pohon tersebut membuat air tidak dapat naik
kepermukaan karena akar pohon besar yang seharusnya digunakan untuk menyerap air naik
sudah jarang ditemukan.

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 6
laporan AKHIR

Kondisi jalan di DPP/Kelurahan Kutabanjarnegara rata-rata sudah menggunakan


kontruksi aspal, hal tersebut didukung karena wilayahnya yang berada pada pusat
pertumbuhan Kabupaten Banjarnegara.

4.1.3. Analisis Prasarana DPP Terpilih Kabupaten Purbalingga


A. Analisis Prasarana DPP Limbasari
Kondisi sanitasi dan MCK di DPP ini juga termasuk baik, karena penduduknya hampir
seluruhnya memiliki sanitasi atau MCK pribadi. 637 jiwa penduduk DPP Limbasari memiliki
MCK sendiri, sedangkan 31 jiwa lainnya menggunakan MCK bersama. Dari jumlah tersebut
bahwa DPP Limbasari memiliki kualitas kesehatan yang baik karena sebagian besar
penduduknya menggunakan MCK pribadi sebanyak . berikut persentase penggunaan MCK
atau sanitasi di DPP Limbasari:

Sumber: Kecamatan Bobotsari Dalam Angka, 2013


Gambar 4.9
Persentase Penduduk berdasarkan Penggunaan MCK DPP Limbasari

Sebagai desa wisata, DPP Limbasari memiliki kondisi jalan yang baik dan hanya sedikit
yang mengalami kerusakan. Meski didaerah perbukitan, DPP ini memiliki kondisi jalan yang
beraspal, sehingga membutuhkan perawatan berkala agar kondisi jalan tetap dalam kondisi
baik.

B. Analisis Prasarana DPP Kutabawa


Kondisi fisik DPP Kutabawa berupa perbukitan membuat banyak jalan yang berkelok
dan terjal, sehingga sebagian besar jalan lingkungan yang berada di desa tersebut adalah
rolak batu. Material atau kontruksi rolak batu dipilih agar jalan tidak licin dan mudah untuk
merawatnya. Meskipun terbuat dari rolak batu, kondisi jalan di DPP tersebut tidak ada yang
rusak karena dilakukan perawatan jalan secara berkala. Terdapat jalan beraspal di DPP ii
namun kondisinya berlubang dan hanya ditambal oleh batu. Dari persentasenya, jalan aspal
hanya berada di jalan utama sekitar 25%.
Drainase di DPP Kutabawa sudah dapat melayani rumah-rumah penduduknya, namun
kondisi dari drainase ini berupa drainase terbuka sehingga memerlukan pembuatan sandaran
jalan agar terdapat pegaman antara jalan dan drainase. MCK di DPP Kutabawa sudah dimiliki

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 7
laporan AKHIR

sebagian besar penduduknya yaitu 74,88%. Berikut persentase untuk pengguna MCK di DPP
Kutabawa:

Sumber: Kecamatan Karangreja Dalam Angka, 2013


Gambar 4.10
Persentase Penduduk berdasarkan Penggunaan MCK DPP Kutabawa

C. Analisis Prasarana DPP Karangklesem


DPP Karangklesem memiliki banyak ruas dengan kontruksi beraspal, namun kondisinya
banyak yang rusak dan berlubang. DPP Karangklesem membutuhkan perawatan jalan
beraspal setiap tahunnya, karena jalan utama di DPP ini merupakan jalan satu-satunya yang
sering dilewati oleh pemudik saat musim lebaran.
Selain kondisi jalan yang kurang layak, di DPP Karangklesem juga minim terhadap
penyaluran energy ketenaga listrikan. Ketenaga listrikan di DPP ini membutuhkan
penambahan travo dan daya, karena jumlah daya yang disalurkan tidak sebandung dengan
jumlah rumah atau KK yang terdapat di wilayah tersebut.

4.1.4. Analisis Prasarana DPP Terpilih Kabupaten Banyumas


A. Analisis Prasarana DPP Karangsalam
Kondisi prasarana di DPP Karangsalam cukup baik, dilihat dari aspek ketenaga listrikan
sebagian besar penduduknya sudah terlayani oleh jaingan PLN. Saluran drainase dan air
bersih juga sudah melayani kebutuhan penduduknya dengan baik sampai saat ini. Prasarana
sampah di DPP Karangsalam masih menggunakan cara pengolahan sampah sederhana yaitu
dengan ditimbun dan di bakar. Hal tersebut dikarenakan di DPP ini belum terdapat TPA dan
belum diterapkan sistem pengangkutan sampah oleh petugas.
Kondisi jalan di DPP Karangsalam berada di jalan utama yang menghubungkan antara
desa berupa aspal dengan kondisi yang baik. Jika dipersentasikan jalan beraspal kurang lebih
sebanyak 25%. Sedangkan sisanya berupa jalan dengan kontruksi rabat beron dan macadam.
Di sepanjang jalan lingkungan terdapat drainase tersier dengan kondisi yang belum
permanen, sehingga pada saat musim hujan airnya masih sering meluap ke jalan. Perlu dibuat
drainase yang permanen dan tertutup agar kesehatan penduduk DPP tersebut juga baik
karena nyamuk yang berasal dari drainase tersebut tidak keluar ke rumah warga.

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 8
laporan AKHIR

B. Analisis Prasarana DPP Banjarpanepan


Tidak jauh berbeda dengan Karangsalam, DPP Banjarpanepan juga memiliki kondisi
ketenaga listrikan sebagian besar penduduknya sudah terlayani oleh jaingan PLN. Saluran
drainase dan air bersih juga sudah melayani kebutuhan penduduknya dengan baik sampai
saat ini. Prasarana sampah di DPP Banjarpanepan masih menggunakan cara pengolahan
sampah sederhana yaitu dengan ditimbun dan di bakar. Hal tersebut dikarenakan di DPP ini
belum terdapat TPA dan belum diterapkan sistem pengangkutan sampah oleh petugas.
Sebagian besar jalan di DPP Banjarpanepan sudah beraspal, namun untuk jalan
lingkungannya kondisi aspal terdapat kerusakan dibeberapa titik. Jika dibandingkan,
persentase jalan rusak di jalan lingkungan dan jalan utama yang beraspal memiliki persentase
kerusakan tertinggi pada jalan lingkungan. Hal tersebut dikarenakan kurangnya perhatian dari
pemerintah untuk perawatan jalan lingkungan.

C. Analisis Prasarana DPP Bogangin


Jalan di Desa Bogangin terdiri dari 3 jenis yaitu jalan aspal pada jalan utama desa, jalan
rabat beton dan jalan makadam. Kondisi jalan aspal banyak yang mengelupas dan berlubang
sehingga membahayakan pengguna jalan ketika musim penghujan. Untuk jalan rabat beton
kondisinya cukup bagus sedangkan untuk jalan makdam kondisinya cukup bagus, tetapi sulit
dilewati ketika musimpeng hujan. DPP Bogangin berada pada topografi beragam dan curam
sehingga tidak seluruh jalan dilengkapi dengan saluran drainase. Mayoritas saluran drainase
berupa alami. Hanya sebagian kecil saja pada jalan utama yang dilengkapi drainase
permanen. Secara keseluruhan, kondisi jalan di DPP Bogangin kurang layak, sehingga
diperlukan perawatan dan perbaikan agar memberikan kenyamanan bagi penduduk untuk
melewatinya.
Kondisi prasarana di DPP Bogangin cukup baik, dilihat dari aspek ketenaga listrikan
sebagian besar penduduknya sudah terlayani oleh jaingan PLN. Saluran drainase dan air
bersih juga sudah melayani kebutuhan penduduknya dengan baik sampai saat ini. Prasarana
sampah di DPP Bogangin masih menggunakan cara pengolahan sampah sederhana yaitu
dengan ditimbun dan di bakar. Hal tersebut dikarenakan di DPP ini belum terdapat TPA dan
belum diterapkan sistem pengangkutan sampah oleh petugas.

4.1.5. Analisis Prasarana DPP Terpilih Kabupaten Cilacap


A. Analisis Prasarana DPP Tambaksari
DPP Tambaksari merupakan desa di Kabupaten Cilacap yang memiliki kondisi jalan
yang sudah beraspal namun masih terdapat jalan rusak. Jalan ini merupakan jalan utama
menuju Desa Tambaksari. Persentase untuk jalan beraspal yang rusak ini sekitar 50% dari
panjang total jalan beraspal. Jalan beraspal berada pada jalan utama bahkan sampai masuk
pada jalan lingkungan, namun jalan yang tidak terlalu lebar ini membuat akses sulit digunakan

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 9
laporan AKHIR

untuk berpapasan. Jalan di DPP ini termasuk dalam kerusakan sedang, sehingga perlu dibuat
program untuk perawatan jalan beraspal.
Kondisi drainase di Desa Tambaksari merupakan drainase tertutup dan pelayanannya
sudah dapat menjangkau permukiman penduduk. Kondisi drainase tertutup tersebut
menunjukkan bahwa tingkat kesehatan penduduk di DPP tersebut sudah baik karena drainase
terlihat bersih dalam kondisi yang tertutup. Namun disamping itu terdapat permasalahan
karena drainase yag tertutup, yaitu perawatan drainase menjadi sulit dan sering terjadi
penyumbatan oleh sampah.

B. Analisis Prasarana DPP Karangtengah


Kondisi drainase di DPP Tambasari memiliki beberapa permasalahan, hal tersebut
diakibatkan karena keberadaan industri tahu yang membuang limbahnya langsung ke saluran
dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Sehingga dibutuhkan pembuatan pembuangan
limbah industri tahu secara tertutup.
Selain itu saluran irigasi di DPP Karangtengah juga belum permanen, sehingga
dibutuhkan pembuatan saluran irigasi permanen yang dibuat dari semenisasi. Untuk jaringan
listrik dan air bersih, di Desa ini tidak memiliki masalah yang cukup serius. Air bersih di Desa
Karangtengah sudah mencukupi karena sumber mata air berada dekat dengan permukiman
warga.

C. Analisis Prasarana DPP Banjarwaru


Desa Banjarwaru mwerupakan salah satu desa di Kabupaten Cilacap yang memiliki
kondisi prasarana yamg cukup memadai. Namun kondisi jalan di DPP Banjarwaru ini masih
terdapat jalan rusak. Jalan rusak di DPP Banjarwaru berupa kontruksi aspal dengan persentase
25% dari total panjang jalan aspal.
Kondisi drainase di DPP Banjarwaru merupakan drainase terbuka. Sehingga
mengganggu kenyamanan dan kesehatan penduduknya, peru dibuat senderan jalan aga
penduduk yang melewatinya dapat merasa aman. Pada tiap rumah di DPP ini sudah memiliki
MCK masing-masing, untuk air bersih dan jaringan listrik, di DPP ini tidak memiliki masalah.
Sehingga secara keseluruhan DPP Banjarwaru memiliki kondisi prasarana yang cukup baik.

4.2. Analisis Proyeksi Penduduk dan Sarana


4.2.1. Analisis Proyeksi Penduduk dan Sarana DPP Terpilih Kabupaten Wonosobo
Apek kependudukan merupakan komponen penting untuk mengetahui perkembangan
atau karakteristik suatu wilayah. Artinya jika penduduk di suatu wilayah bertambah, maka
kebutuhan terhadap sarana juga ikut mertambah. Oleh karena itu masing-masing DPP di
Kabupaten Wonosobo perlu dilakukan proyeksi terhadap penduduk dan kebutuhan sarananya
untuk beberapa waktu kedepan, sehingga kebutuhan sarana di tahun mendatang dapat

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 10
laporan AKHIR

melayani jumlah penduduk yang bertambah di tahun tersebut. Berikut proyeksi penduduk
dan sarana di Kabupaten Wonosobo untuk DPP Kapencar, Reco, dan Wilayu:
Tabel IV.1.
Analisis Sarana DPP di Kabupaten Wonosobo
Fasilitas Proyeksi Jumlah Fasilitas Penambahan
Nama Standard SNI
Sarana Jenis Sebelum Penduduk Tahun Sesudah Proyeksi Jenis Fasilitas
Desa 2004 (Jiwa )
Proyeksi 2017 2022 2017 2022 2017 2022
Pemerintahan

Kantor
1 5516 5814 30000 0 0 0 0
Kelurahan

Masjid 2 5516 5814 2500 2 2 0 0


Surau 10 5516 5814 250 22 23 12 13
Tergantung
sisitem
gereja 1 5516 5814 - - - -
kekerabatan
Peribadatan

hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
pura 0 5516 5814 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Tergantung
Desa Kapencar

sisitem
wihara 1 5516 5814 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Puskesmas 1 5516 5814 30,000 0 0 0 0
Pustu 0 5516 5814 30,000 0 0 0 0
PKD 1 5516 5814 30,000 0 0 0 0
Rumah
Kesehatan

0 5516 5814 30,000 0 0 0 0


bersalin
Praktek
0 5516 5814 5000 1 1 1 1
dokter
posyandu 4 5516 5814 1250 4 5 0 1
Bidan
1 5516 5814 5000 1 1 0 0
Praktek
TK 1 5516 5814 1250 4 5 3 4
Pendidikan

SD 2 5516 5814 1600 3 4 1 2


SMP 0 5516 5814 4800 1 1 1 1
SMA 0 5516 5814 4800 1 1 1 1
Pasar
0 5516 5814 30,000 0 0 0 0
Perekonomian

umum
pasar
0 5516 5814 30,000 0 0 0 0
hewan
minimarket 0 5516 5814 250 22 23 22 23
toko
53 5516 5814 250 22 23 0 0
kelontong
Peribadatan Pemerintahan
Desa Reco

Kantor
1 6877 7248 30,000 0 0 0 0
Kelurahan

Masjid 8 6877 7248 2500 3 3 0 0


Surau 9 6877 7248 250 28 29 19 20
gereja 1 6877 7248 Tergantung - - - -
sisitem
kekerabatan
hirarki lembaga

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 11
laporan AKHIR

Fasilitas Proyeksi Jumlah Fasilitas Penambahan


Nama Standard SNI
Sarana Jenis Sebelum Penduduk Tahun Sesudah Proyeksi Jenis Fasilitas
Desa 2004 (Jiwa )
Proyeksi 2017 2022 2017 2022 2017 2022
Tergantung
sisitem
pura 0 6877 7248 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
wihara 0 6877 7248 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Puskesmas 0 6877 7248 30,000 0 0 0 0
Pustu 0 6877 7248 30,000 0 0 0 0
PKD 0 6877 7248 30,000 0 0 0 0
Kesehatan

Rumah
0 6877 7248 30,000 0 0 0 0
bersalin
Praktek
0 6877 7248 5000 1 1 1 1
dokter
posyandu 9 6877 7248 1250 6 6 0 0
Bidan
2 6877 7248 5000 1 1 0 0
Praktek
TK 3 6877 7248 1250 6 6 3 3
Pendidikan

SD 3 6877 7248 1600 4 5 1 2


SMP 2 6877 7248 4800 1 2 0 0
SMA 0 6877 7248 4800 1 2 1 2
Pasar
1 6877 7248 30,000 0 0 0 0
umum
Perekonomian

pasar
0 6877 7248 30,000 0 0 0 0
hewan
minimarket 0 6877 7248 250 28 29 28 29
toko
116 6877 7248 250 28 29 0 0
kelontong
Desa Wilayu
Pemerintahan

Kantor
1 1443 1521 30,000 0 0 0 0
Kelurahan

Masjid 3 1443 1521 2500 1 1 0 0


Surau 1 1443 1521 250 6 6 5 5
Tergantung
sisitem
gereja 0 1443 1521 - - - -
kekerabatan
Peribadatan

hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
pura 0 1443 1521 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
wihara 1 1443 1521 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Kesehatan

Puskesmas 0 1443 1521 30,000 0 0 0 0


Pustu 0 1443 1521 30,000 0 0 0 0
PKD 0 1443 1521 30,000 0 0 0 0
Rumah 0 1443 1521 30,000 0 0 0 0
bersalin

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 12
laporan AKHIR

Fasilitas Proyeksi Jumlah Fasilitas Penambahan


Nama Standard SNI
Sarana Jenis Sebelum Penduduk Tahun Sesudah Proyeksi Jenis Fasilitas
Desa 2004 (Jiwa )
Proyeksi 2017 2022 2017 2022 2017 2022
Praktek
0 1443 1521 5000 0 0 0 0
dokter
posyandu 3 1443 1521 1250 1 1 0 0
Bidan
1 1443 1521 5000 0 0 0 0
Praktek
TK 1 1443 1521 1250 1 1 0 0
Pendidikan

SD 1 1443 1521 1600 1 1 0 0


SMP 0 1443 1521 4800 0 0 0 0
SMA 0 1443 1521 4800 0 0 0 0
Pasar
0 1443 1521 30,000 0 0 0 0
umum
Perekonomian

pasar
0 1443 1521 30,000 0 0 0 0
hewan
minimarket 0 1443 1521 250 6 6 6 6
toko
13 1443 1521 250 6 6 0 0
kelontong
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Perkembangan jumlah penduduk DPP Kapencar merupakan komponen penting dalam


pemenuhan kebutuhan terhadap sarana mendatang. Sesuai dengan perhitungan, penduduk
DPP Kapencar pada tahun 2017 jumlahnya bertambah menjadi 5.516 jiwa dan tahun 2022
bertambah menjadi 5.814 jiwa. Pada tahun 2017 dari jumlah penduduk 5.516 jiwa membutuhkan
penambahan sarsana surau dari tahun 2012 sebanyak 12 buah, praktik dokter sebanyak 1 buah,
TK sebanyak 3 buah, SD, SMP dan SMA sebanyak 1 buah, serta minimarket sebanyak 22 buah.
Sedangkan untuk tahun 2022 dengan jumlah penduduk 5.814 jiwa membutuhkan penambahan
sarana surau dari tahun 2012 sebanyak 13 buah, praktek dokter sebanyak 1 buah, posyandu
sebanyak 1 buah, TK sebanyak 4 buah, SD sebanyak 2 buah, SMP dan SMA masing-masing
sebanyak 1 buah, serta minimarket sebanyak 23 buah.
Perkembangan jumlah penduduk DPP Reco merupakan komponen penting dalam pemenuhan
kebutuhan terhadap sarana mendatang. Sesuai dengan perhitungan, penduduk DPP Reco pada
tahun 2017 jumlahnya bertambah menjadi 6.877 jiwa dan tahun 2022 bertambah menjadi 7.248
jiwa. Pada tahun 2017 dari jumlah penduduk 6.877 jiwa membutuhkan penambahan sarsana dari
tahun 2012 surau 19 buah, praktek dokter 1 buah, TK 3 buah, SD 1 buah, SMA 1 buah, serta
minimarket 1 buah. Sedangkan untuk tahun 2022 dengan jumlah penduduk 7.248 jiwa
membutuhkan penambahan sarana dari tahun 2012 surau 20 buah, praktek dokter sebanyak 1
buah, TK sebanyak 3 buah, SD sebanyak 1 buah, SMA sebanyak 2 buah, serta minimarket
sebanyak 29 buah.
Perkembangan jumlah penduduk DPP Wilayu merupakan komponen penting dalam pemenuhan
kebutuhan terhadap sarana mendatang. Sesuai dengan perhitungan, penduduk DPP Wilayu
pada tahun 2017 jumlahnya bertambah menjadi 1.443 jiwa dan tahun 2022 bertambah menjadi
1.521 jiwa. Pada tahun 2017 dari jumlah penduduk 1.443 jiwa membutuhkan penambahan
sarsana dari tahun 2012 surau sebanyak 5 buah dan minimarket sebanyak 6 buah. Sedangkan
untuk tahun 2022 dengan jumlah penduduk 1.521 membutuhkan penambahan sarana dari tahun
2012 surau sebanyak 5 buah dan minimarket 6 buah.

Terdapat proyeksi sarana pada tahun 2017 dan 2022 dengan jumlah 0, menunjukkan
bahwa di DPP Kapencar, Reco, dan Wilayu terdapat 2 kemungkinan untuk kondisi
pelayanannya. Pertama, jika pada tahun 2012 terdapat jumlah untuk sarana tertentu dan pada
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 13
laporan AKHIR

tahun proyeksi jumlah penambahannya 0, maka untuk jenis sarana tersebut tidak
membutuhkan penambahan sarana karena dengan jumlah tersebut sudah dapat melayani
kebutuhan penduduk. Kemungkinan kedua, jika pada tahun 2012 tidak ada jumlah untuk
sarana tertentu serta jumlah sarana proyeksi menunjukkan 0 maka kebutuhan terhadap
sarana tersebut dapat dilayani oleh desa lain yang berada di sekitarnya.

4.2.2. Analisis Proyeksi Penduduk dan Sarana KTP2D Kabupaten Banjarnegara


Apek kependudukan merupakan komponen penting untuk mengetahui perkembangan
atau karakteristik suatu wilayah. Artinya jika penduduk di suatu wilayah bertambah, maka
kebutuhan terhadap sarana juga ikut mertambah. Oleh karena itu masing-masing DPP di
Kabupaten Banjarnegara perlu dilakukan proyeksi terhadap penduduk dan kebutuhan
sarananya untuk beberapa waktu kedepan, sehingga kebutuhan sarana di tahun mendatang
dapat melayani jumlah penduduk yang bertambah di tahun tersebut. Berikut proyeksi
penduduk dan sarana di Kabupaten Banjarnegara untuk DPP Gumiwang, Gumelem Kulon,
dan Kutabanjarnegara:
Tabel IV.2.
Analisis Sarana DPP di Kabupaten Banjarnegara
Fasilitas Proyeksi Jumlah Fasilitas Penambahan
Nama Standard SNI
Sarana Jenis Sebelum Penduduk Tahun Sesudah Proyeksi Jenis Fasilitas
Desa 2004 (Jiwa )
Proyeksi 2017 2022 2017 2022 2017 2022
Desa Gumiwang
Pemerintahan

Kantor
1 7246 7636 30,000 0 0 0 0
Kelurahan

Masjid 9 7246 7636 2500 3 3 0 0


Surau 18 7246 7636 250 29 31 11 13
Tergantung
sisitem
gereja 0 7246 7636 - - - -
kekerabatan
Peribadatan

hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
pura 0 7246 7636 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
wihara 0 7246 7636 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Puskesmas 1 7246 7636 30,000 0 0 0 0
Pustu 0 7246 7636 30,000 0 0 0 0
PKD 0 7246 7636 30,000 0 0 0 0
Rumah
Kesehatan

0 7246 7636 30,000 0 0 0 0


bersalin
Praktek
2 7246 7636 5000 1 2 0 0
dokter
posyandu 6 7246 7636 1250 6 6 0 0
Bidan
2 7246 7636 5000 1 2 0 0
Praktek
TK 4 7246 7636 1250 6 6 2 2
Pendidikan

SD 4 7246 7636 1600 5 5 1 1


SMP 0 7246 7636 4800 2 2 2 2
SMA 0 7246 7636 4800 2 2 2 2

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 14
laporan AKHIR

Fasilitas Proyeksi Jumlah Fasilitas Penambahan


Nama Standard SNI
Sarana Jenis Sebelum Penduduk Tahun Sesudah Proyeksi Jenis Fasilitas
Desa 2004 (Jiwa )
Proyeksi 2017 2022 2017 2022 2017 2022
Pasar
2 7246 7636 30,000 0 0 0 0
Perekonomian
umum
pasar
0 7246 7636 30,000 0 0 0 0
hewan
minimarket 2 7246 7636 250 29 31 27 29
toko
287 7246 7636 250 29 31 0 0
kelontong
Pemerintahan

Kantor
1 10891 11479 30,000 0 0 0 0
Kelurahan

Masjid 17 10891 11479 2500 4 5 0 0


Surau 32 10891 11479 250 44 46 12 14
Tergantung
sisitem
gereja 0 10891 11479 - - - -
kekerabatan
Peribadatan

hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
pura 0 10891 11479 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Desa Gumelem Kulon

Tergantung
sisitem
wihara 0 10891 11479 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Puskesmas 0 10891 11479 30,000 0 0 0 0
Pustu 0 10891 11479 30,000 0 0 0 0
PKD 1 10891 11479 30,000 0 0 0 0
Kesehatan

Rumah
0 10891 11479 30,000 0 0 0 0
bersalin
Praktek
0 10891 11479 5000 2 2 2 2
dokter
posyandu 11 10891 11479 1250 9 9 0 0
Bidan
1 10891 11479 5000 2 2 1 1
Praktek
TK 2 10891 11479 1250 9 9 7 7
Pendidikan

SD 9 10891 11479 1600 7 7 0 0


SMP 1 10891 11479 4800 2 2 1 1
SMA 0 10891 11479 4800 2 2 2 2
Pasar
0 10891 11479 30,000 0 0 0 0
umum
Perekonomian

pasar
0 10891 11479 30,000 0 0 0 0
hewan
minimarket 0 10891 11479 250 44 46 44 46
toko
63 10891 11479 250 44 46 0 0
kelontong
Pemerintahan

Kantor
1 11689 12319 30,000 0 0 0 0
Kelurahan

Masjid 8 11689 12319 2500 5 5 0 0


Surau 23 11689 12319 250 47 49 24 26

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 15
laporan AKHIR

Fasilitas Proyeksi Jumlah Fasilitas Penambahan


Nama Standard SNI
Sarana Jenis Sebelum Penduduk Tahun Sesudah Proyeksi Jenis Fasilitas
Desa 2004 (Jiwa )
Proyeksi 2017 2022 2017 2022 2017 2022
Tergantung
sisitem
gereja 3 11689 12319 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
pura 1 11689 12319 - - - -
kekerabatan
Peribadatan

hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
wihara 0 11689 12319 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Puskesmas 70 11689 12319 30,000 0 0 0 0
Pustu 0 11689 12319 30,000 0 0 0 0
PKD 0 11689 12319 30,000 0 0 0 0
Rumah
Kesehatan

0 11689 12319 30,000 0 0 0 0


bersalin
Praktek
Desa Kutabanjarnegara

0 11689 12319 5000 2 2 2 2


dokter
posyandu 0 11689 12319 1250 9 10 9 10
Bidan
0 11689 12319 5000 2 2 2 2
Praktek
TK 5 11689 12319 1250 9 10 4 5
Pendidikan

SD 5 11689 12319 1600 7 8 2 3


SMP 3 11689 12319 4800 2 3 o 0
SMA 0 11689 12319 4800 2 3 2 3
Pasar
0 11689 12319 30,000 0 0 0 0
umum
Perekonomian

pasar
0 11689 12319 30,000 0 0 0 0
hewan
minimarket 0 11689 12319 250 47 49 47 49
toko
0 11689 12319 250 47 49 47 49
kelontong
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Perkembangan jumlah penduduk DPP Gumiwang merupakan komponen penting dalam


pemenuhan kebutuhan terhadap sarana mendatang. Sesuai dengan perhitungan, penduduk
DPP Gumiwang pada tahun 2017 jumlahnya bertambah menjadi 7.246 jiwa dan tahun 2022
bertambah menjadi 7.636 jiwa. Pada tahun 2017 dari jumlah penduduk 7.246 jiwa membutuhkan
penambahan sarsana dari tahun 2012 surau sebanyak 11 buah, TK sebanyak 2 buah, SD
sebanyak 1 buah, SMP dan SMA masing-masing sebanyak 2 buah, serta minimarket sebanyak 27
buah. Sedangkan untuk tahun 2022 dengan jumlah penduduk 7.636 jiwa membutuhkan
penambahan sarana dari tahun 2012 surau sebanyak 13 buah, TK sebanyak 2 buah, SD sebanyak
1 buah, SMP dan SMA masing-masing sebanyak 2 buah, sedangkan untuk minimarket sebanyak
29 buah.
Perkembangan jumlah penduduk DPP Gumelem Kulon merupakan komponen penting dalam
pemenuhan kebutuhan terhadap sarana mendatang. Sesuai dengan perhitungan, penduduk
DPP Gumelem Kulon pada tahun 2017 jumlahnya bertambah menjadi 10.891 jiwa dan tahun
2022 bertambah menjadi 11.479 jiwa. Pada tahun 2017 dari jumlah penduduk 10.891 jiwa
membutuhkan penambahan sarana dari tahun 2012 surau sebanyak 12 buah, praktek dokter

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 16
laporan AKHIR

sebanyak 2 buah, bidan praktek sebanyak 1 buah, TK sebanyak 7 buah, SMP sebanyak 1 buah,
SMA sebanyak 2 buah, serta minimarket 44 buah. Sedangkan untuk tahun 2022 dengan jumlah
penduduk 11.479 jiwa membutuhkan penambahan sarana dari tahun 2012 surau sebanyak 14
buah, praktek dokter sebanyak 2 buah, bidan praktek sebanyak 1 buah, TK sebanyak 7 buah,
SMP sebanyak 1 buah, SMA sebanyak 2 buah, serta minimarket 46 buah.
Perkembangan jumlah penduduk DPP Kutabanjarnegara merupakan komponen penting dalam
pemenuhan kebutuhan terhadap sarana mendatang. Sesuai dengan perhitungan, penduduk
DPP Kutabanjarnegara pada tahun 2017 jumlahnya bertambah menjadi 11.689 jiwa dan tahun
2022 bertambah menjadi 12.319 jiwa. Pada tahun 2017 dari jumlah penduduk 11.689 jiwa
membutuhkan penambahan sarana dari tahun 2012 surau sebanyak 24 buah, bidan praktek
sebanyak 2 buah, posyandu sebanyak 9 buah, SD sebanyak 3 buah, SMA sebanyak 3 buah,
minimarket sebanyak 47 buah, serta toko kelontong sebanyak 47 buah. Sedangkan untuk 2022
dengan jumlah penduduk sebanyak 12.319 jiwa membutuhkan penambahan sarana dari tahun
2012 surau 26 buah, praktek dokter sebanyak 2 buah, posyandu sebanyak 10 buah, bidan
praktek sebanyak 2 buah, TK sebanyak 5 buah, SD sebnyak 3 buah, SMA sebanyak 3 buah,
minimarket sebanyak 49 buah, serta toko kelontong sebanyak 49 buah.
Terdapat proyeksi sarana pada tahun 2017 dan 2022 dengan jumlah 0, menunjukkan bahwa di
DPP Gumiwang, Gumelem Kulon, dan Kutabanjarnegara terdapat 2 kemungkinan untuk kondisi
pelayanannya. Pertama, jika pada tahun 2012 terdapat jumlah untuk sarana tertentu dan pada tahun
proyeksi jumlah penambahannya 0, maka untuk jenis sarana tersebut tidak membutuhkan
penambahan sarana karena dengan jumlah tersebut sudah dapat melayani kebutuhan penduduk.
Kemungkinan kedua, jika pada tahun 2012 tidak ada jumlah untuk sarana tertentu serta jumlah sarana
proyeksi menunjukkan 0 maka kebutuhan terhadap sarana tersebut dapat dilayani oleh desa lain yang
berada di sekitarnya.

4.2.3. Analisis Proyeksi Penduduk dan Sarana KTP2D Kabupaten Purbalingga


Apek kependudukan merupakan komponen penting untuk mengetahui perkembangan
atau karakteristik suatu wilayah. Artinya jika penduduk di suatu wilayah bertambah, maka
kebutuhan terhadap sarana juga ikut mertambah. Oleh karena itu masing-masing DPP di
Kabupaten Purbalingga perlu dilakukan proyeksi terhadap penduduk dan kebutuhan
sarananya untuk beberapa waktu kedepan, sehingga kebutuhan sarana di tahun mendatang
dapat melayani jumlah penduduk yang bertambah di tahun tersebut. Berikut proyeksi
penduduk dan sarana di Kabupaten Purbalingga untuk DPP Limbasari, Kutabawa, dan
Karangklesem:
Tabel IV.3.
Analisis Sarana DPP di Kabupaten Purbalingga
Fasilitas Proyeksi Jumlah Fasilitas Penambahan
Nama Standard SNI
Sarana Jenis Sebelum Penduduk Tahun Sesudah Proyeksi Jenis Fasilitas
Desa 2004 (Jiwa )
Proyeksi 2017 2022 2017 2022 2017 2022
Pemerintahan

Kantor
1 3202 3374 30,000 0 0 o o
Kelurahan

Masjid 0 3202 3374 2500 1 1 1 1


Surau 0 3202 3374 250 13 13 13 13

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 17
laporan AKHIR

Fasilitas Proyeksi Jumlah Fasilitas Penambahan


Nama Standard SNI
Sarana Jenis Sebelum Penduduk Tahun Sesudah Proyeksi Jenis Fasilitas
Desa 2004 (Jiwa )
Proyeksi 2017 2022 2017 2022 2017 2022
Tergantung
sisitem
gereja 0 3202 3374 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
pura 0 3202 3374 - - - -
kekerabatan
Peribadatan

hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
wihara 0 3202 3374 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Puskesmas 1 3202 3374 30,000 0 0 o o
Pustu 0 3202 3374 30,000 0 0 0 0
PKD 1 3202 3374 30,000 0 0 o o
Rumah
Kesehatan

0 3202 3374 30,000 0 0 0 0


bersalin
Desa Limbasari

Praktek
0 3202 3374 5000 1 1 1 1
dokter
posyandu 3 3202 3374 1250 3 3 0 0
Bidan
1 3202 3374 5000 1 1 0 0
Praktek
TK 1 3202 3374 1250 3 3 2 2
Pendidikan

SD 1 3202 3374 1600 2 2 1 1


SMP 1 3202 3374 4800 1 1 0 0
SMA 0 3202 3374 4800 1 1 1 1
Pasar
0 3202 3374 30,000 0 0 0 0
Perekonomian

umum
pasar
0 3202 3374 30,000 0 0 0 0
hewan
minimarket 0 3202 3374 250 13 13 13 13
toko
67 3202 3374 250 13 13 o o
kelontong
Pemerintahan
Desa Kutabawa

Kantor
1 6615 6972 30,000 0 0 o o
Kelurahan

Masjid 0 6615 6972 2500 3 3 3 3


Surau 0 6615 6972 250 26 28 26 28
Tergantung
sisitem
gereja 0 6615 6972 - - - -
kekerabatan
Peribadatan

hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
pura 0 6615 6972 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
wihara 0 6615 6972 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Puskesmas 1 6615 6972 30,000 0 0 0 0
Pustu 0 6615 6972 30,000 0 0 0 0
PKD 0 6615 6972 30,000 0 0 0 0

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 18
laporan AKHIR

Fasilitas Proyeksi Jumlah Fasilitas Penambahan


Nama Standard SNI
Sarana Jenis Sebelum Penduduk Tahun Sesudah Proyeksi Jenis Fasilitas
Desa 2004 (Jiwa )
Proyeksi 2017 2022 2017 2022 2017 2022
Rumah
0 6615 6972 30,000 0 0 0 0
bersalin
Praktek
1 6615 6972 5000 1 1 0 0
dokter
Pendidikan Kesehatan

posyandu 4 6615 6972 1250 5 6 1 2


Bidan
2 6615 6972 5000 1 1 o 0
Praktek
TK 1 6615 6972 1250 5 6 4 5
SD 3 6615 6972 1600 4 4 1 1
SMP 1 6615 6972 4800 1 1 0 0
SMA 0 6615 6972 4800 1 1 1 1
Pasar
1 6615 6972 30,000 0 0 o o
umum
Perekonomian

pasar
0 6615 6972 30,000 0 0 0 0
hewan
minimarket 0 6615 6972 250 26 28 26 28
toko
75 6615 6972 250 26 28 o o
kelontong
Pemerintahan

Kantor
1 3005 3167 30,000 0 0 0 0
Kelurahan

Masjid 0 3005 3167 2500 1 1 1 1


Surau 0 3005 3167 250 12 13 12 13
Tergantung
sisitem
gereja 0 3005 3167 - - - -
kekerabatan
Peribadatan

hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
Desa Karangklesem

pura 0 3005 3167 - - - -


kekerabatan
hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
wihara 0 3005 3167 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Puskesmas 0 3005 3167 30,000 0 0 0 0
Pustu 0 3005 3167 30,000 0 0 0 0
PKD 1 3005 3167 30,000 0 0 0 0
Kesehatan

Rumah
0 3005 3167 30,000 0 0 0 0
bersalin
Praktek
0 3005 3167 5000 1 1 1 1
dokter
posyandu 3 3005 3167 1250 2 3 0 0
Bidan
2 3005 3167 5000 1 1 0 0
Praktek
TK 0 3005 3167 1250 2 3 2 3
Pendidikan

SD 1 3005 3167 1600 2 2 1 1


SMP 0 3005 3167 4800 1 1 1 1
SMA 0 3005 3167 4800 1 1 1 1
Pasar
1 3005 3167 30,000 0 0 0 0
umum

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 19
laporan AKHIR

Fasilitas Proyeksi Jumlah Fasilitas Penambahan


Nama Standard SNI
Sarana Jenis Sebelum Penduduk Tahun Sesudah Proyeksi Jenis Fasilitas
Desa 2004 (Jiwa )
Proyeksi 2017 2022 2017 2022 2017 2022
pasar
Perekonomian
0 3005 3167 30,000 0 0 0 0
hewan
minimarket 0 3005 3167 250 12 13 12 13
toko
44 3005 3167 250 12 13 0 0
kelontong
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Perkembangan jumlah penduduk DPP Limbasari merupakan komponen penting dalam


pemenuhan kebutuhan terhadap sarana mendatang. Sesuai dengan perhitungan, penduduk
DPP Limbasari pada tahun 2017 jumlahnya bertambah menjadi 3.202 jiwa dan tahun 2022
bertambah menjadi 3.374 jiwa. Pada tahun 2017 dan tahun 2022 membutuhkan penambahan
jumlah sarana yang sama yaitu sarana dari tahun 2012 masjid sebanyak 1 buah, surau sebanyak
13 buah, praktik dokter sebanyak 1 buah, TK sebanyak 2 buah, SD dan SMA masing-masing-
sebanyak 1 buah, serta minimarket sebanyak 13 buah.
Perkembangan jumlah penduduk DPP Kutabawa merupakan komponen penting dalam
pemenuhan kebutuhan terhadap sarana mendatang. Sesuai dengan perhitungan, penduduk
DPP Kutabawa pada tahun 2017 jumlahnya bertambah menjadi 6.615 jiwa dan tahun 2022
bertambah menjadi 6.972 jiwa. Pada tahun 2017 dari jumlah penduduk 6.615 jiwa membutuhkan
penambahan sarana dari tahun 2012 masjid sebanyak 3 buah, surau sebanyak 26 buah,
posyandu sebanyak 1 buah, TK sebanyak 4 buah, SD dan SMA masing-masing sebanyak 1 buah,
serta minimarket sebanyak 26 buah. Sedangkan tahun 2022 dengan penduduk 6.972 jiwa
membutuhkan penambahan sarana dari tahun 2012 masjid sebanyak 3 buah, surau sebanyak 28
buah, posyandu sebanyak 2 buah, TK sebanyak 5 buah, SD dan SMA masing-masing sebanyak 1
buah, serta minimarket sebanyak 28 buah.
Perkembangan jumlah penduduk DPP Karangklesem merupakan komponen penting dalam
pemenuhan kebutuhan terhadap sarana mendatang. Sesuai dengan perhitungan, penduduk
DPP Karangklesem pada tahun 2017 jumlahnya bertambah menjadi 3.005 jiwa dan tahun 2022
bertambah menjadi 3.167 jiwa. Pada tahun 2017 dari jumlah penduduk 3.005 jiwa membutuhkan
penambahan sarana dari tahun 2012 masjid sebanyak 1 buah, surau sebanyak 12 buah, praktek
dokter sebanyak 1 buah, TK sebanyak 2 buah, SD, SMP dan SMA masing-masing 1 buah, serta
minimarket sebanyak 12 buah. Pada tahun 2022 dari jumlah penduduk 3.167 jiwa membutuhkan
penambahan sarana dari tahun 2012 masjid sebanyak 1 buah, surau sebanyak 13 buah, praktek
dokter sebanyak 1 buah, TK sebanyak 3 buah, SD, SMP dan SMA masing-masing 1 buah, serta
minimarket sebanyak 13 buah.
Terdapat proyeksi sarana pada tahun 2017 dan 2022 dengan jumlah 0, menunjukkan bahwa di
DPP Limbasari, Kutabawa, dan Karangklesem terdapat 2 kemungkinan untuk kondisi pelayanannya.
Pertama, jika pada tahun 2012 terdapat jumlah untuk sarana tertentu dan pada tahun proyeksi jumlah
penambahannya 0, maka untuk jenis sarana tersebut tidak membutuhkan penambahan sarana karena
dengan jumlah tersebut sudah dapat melayani kebutuhan penduduk. Kemungkinan kedua, jika pada
tahun 2012 tidak ada jumlah untuk sarana tertentu serta jumlah sarana proyeksi menunjukkan 0 maka
kebutuhan terhadap sarana tersebut dapat dilayani oleh desa lain yang berada di sekitarnya.

4.2.4. Analisis Proyeksi Penduduk dan Sarana KTP2D Kabupaten Banyumas


Apek kependudukan merupakan komponen penting untuk mengetahui perkembangan
atau karakteristik suatu wilayah. Artinya jika penduduk di suatu wilayah bertambah, maka
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 20
laporan AKHIR

kebutuhan terhadap sarana juga ikut mertambah. Oleh karena itu masing-masing DPP di
Kabupaten Banyumas perlu dilakukan proyeksi terhadap penduduk dan kebutuhan sarananya
untuk beberapa waktu kedepan, sehingga kebutuhan sarana di tahun mendatang dapat
melayani jumlah penduduk yang bertambah di tahun tersebut. Berikut proyeksi penduduk
dan sarana di Kabupaten Banyumas untuk DPP Karangsalam, Banjarpanepan, dan Bogangin:
Tabel IV.4.
Analisis Sarana DPP di Kabupaten Purbalingga
Fasilitas Proyeksi Jumlah Fasilitas Penambahan
Nama Standard SNI
Sarana Jenis Sebelum Penduduk Tahun Sesudah Proyeksi Jenis Fasilitas
Desa 2004 (Jiwa )
Proyeksi 2017 2022 2017 2022 2017 2022
Pemerintahan

Kantor
1 5123 5399 30,000 0 0 0 0
Kelurahan

Masjid 9 5123 5399 2500 2 2 0 0


Surau 24 5123 5399 250 20 22 0 0
Tergantung
sisitem
gereja 0 5123 5399 - - - -
kekerabatan
Peribadatan

hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
pura 0 5123 5399 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Desa Karangsalam

Tergantung
sisitem
wihara 0 5123 5399 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Puskesmas 1 5123 5399 30,000 0 0 0 0
Pustu 0 5123 5399 30,000 0 0 0 0
PKD 0 5123 5399 30,000 0 0 0 0
Rumah
Kesehatan

0 5123 5399 30,000 0 0 0 0


bersalin
Praktek
0 5123 5399 5000 1 1 1 1
dokter
posyandu 6 5123 5399 1250 4 4 0 0
Bidan
2 5123 5399 5000 1 1 0 0
Praktek
TK 1 5123 5399 1250 4 4 3 3
Pendidikan

SD 4 5123 5399 1600 3 3 0 0


SMP 1 5123 5399 4800 1 1 0 0
SMA 0 5123 5399 4800 1 1 1 1
Pasar
0 5123 5399 30,000 0 0 0 0
Perekonomian

umum
pasar
0 5123 5399 30,000 0 0 0 0
hewan
minimarket 0 5123 5399 250 20 22 20 22
toko
105 5123 5399 250 20 22 0 0
kelontong
Pemerintahan

Kantor
1 4542 4787 30,000 0 0 0 0
Kelurahan

Masjid 8 4542 4787 2500 2 2 0 0


Surau 11 4542 4787 250 18 19 7 8

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 21
laporan AKHIR

Fasilitas Proyeksi Jumlah Fasilitas Penambahan


Nama Standard SNI
Sarana Jenis Sebelum Penduduk Tahun Sesudah Proyeksi Jenis Fasilitas
Desa 2004 (Jiwa )
Proyeksi 2017 2022 2017 2022 2017 2022
Tergantung
sisitem
gereja 1 4542 4787 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
pura 4 4542 4787 - - - -
kekerabatan
Peribadatan

hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
wihara 0 4542 4787 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Puskesmas 0 4542 4787 30,000 0 0 0 0
Pustu 0 4542 4787 30,000 0 0 0 0
PKD 1 4542 4787 30,000 0 0 0 0
Kesehatan

Rumah
0 4542 4787 30,000 0 0 0 0
bersalin
Desa Banjarpanepan

Praktek
0 4542 4787 5000 1 1 1 1
dokter
posyandu 8 4542 4787 1250 4 4 0 0
Bidan
1 4542 4787 5000 1 1 0 0
Praktek
TK 1 4542 4787 1250 4 4 3 3
Pendidikan

SD 4 4542 4787 1600 3 3 0 0


SMP 0 4542 4787 4800 1 1 1 1
SMA 0 4542 4787 4800 1 1 1 1
Pasar
0 4542 4787 30,000 0 0 0 0
umum
Perekonomian

pasar
0 4542 4787 30,000 0 0 0 0
hewan
minimarket 0 4542 4787 250 18 19 18 19
toko
89 4542 4787 250 18 19 0 0
kelontong
Desa Bogangin
Pemerintahan

Kantor
1 5845 6160 30,000 0 0 0 0
Kelurahan

Masjid 6 5845 6160 2500 2 2 0 0


Surau 14 5845 6160 250 23 25 9 11
Tergantung
sisitem
gereja 0 5845 6160 - - - -
kekerabatan
Peribadatan

hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
pura 0 5845 6160 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
wihara 0 5845 6160 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Puskesmas 0 5845 6160 30,000 0 0 0 0
Pustu 5845 6160 30,000 0 0 0 0
PKD 1 5845 6160 30,000 0 0 0 0
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 22
laporan AKHIR

Fasilitas Proyeksi Jumlah Fasilitas Penambahan


Nama Standard SNI
Sarana Jenis Sebelum Penduduk Tahun Sesudah Proyeksi Jenis Fasilitas
Desa 2004 (Jiwa )
Proyeksi 2017 2022 2017 2022 2017 2022
Rumah
0 5845 6160 30,000 0 0 0 0
bersalin
Praktek
0 5845 6160 5000 1 1 1 1
dokter
posyandu 10 5845 6160 1250 5 5 0 0
Kesehatan

Bidan
2 5845 6160 5000 1 1 0 0
Praktek

TK 2 5845 6160 1250 5 5 3 3


Pendidikan

SD 3 5845 6160 1600 4 4 1 1


SMP 0 5845 6160 4800 1 1 1 1
SMA 0 5845 6160 4800 1 1 1 1
Pasar
0 5845 6160 30,000 0 0 0 0
umum
Perekonomian

pasar
0 5845 6160 30,000 0 0 0 0
hewan
minimarket 0 5845 6160 250 23 25 23 25
toko
134 5845 6160 250 23 25 0 0
kelontong
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Perkembangan jumlah penduduk DPP Karangsalam merupakan komponen penting dalam


pemenuhan kebutuhan terhadap sarana mendatang. Sesuai dengan perhitungan, penduduk
DPP Karangksalam pada tahun 2017 jumlahnya bertambah menjadi 5.123 jiwa dan tahun 2022
bertambah menjadi 5.399 jiwa. Pada tahun 2017 dari jumlah penduduk 5.123 jiwa membutuhkan
penambahan sarana dari tahun 2012 praktek dokter sebanyak 1 buah, TK sebanyak 3 buah, SMA
sebanyak 1 buah, minimarket sebanyak 20 buah. Sedangkan pada tahun 2022 dengan jumlah
penduduk 5.399 jiwa membutuhkan penambahan sarana dari tahun 2012 praktek dokter
sebanyak 1 buah, TK sebanyak 3 buah, SMA sebanyak 1 buah, minimarket sebanyak 22 buah.
Perkembangan jumlah penduduk DPP Banjarpanepan merupakan komponen penting dalam
pemenuhan kebutuhan terhadap sarana mendatang. Sesuai dengan perhitungan, penduduk
DPP Banjarpanepan pada tahun 2017 jumlahnya bertambah menjadi 4.542 jiwa dan tahun 2022
bertambah menjadi 4.787 jiwa. Pada tahun 2017 dari jumlah penduduk 4.542 jiwa membutuhkan
penambahan sarana dari tahun 2012 surau 7 buah, praktek dokter sebanyak 1 buah, TK sebanyak
3 buah, SMP dan SMA masing0masing sebanyak 1 buah, serta minimarket sebanyak 18 buah.
Sedangkan untuk tahun 2022 dengan penduduk penduduk 4.787 jiwa membutuhkan
penambahan sarana dari tahun 2012 surau 8 buah, praktek dokter sebanyak 1 buah, TK
sebanyak 3 buah, SMP dan SMA masing0masing sebanyak 1 buah, serta minimarket sebanyak
19 buah.
Perkembangan jumlah penduduk DPP Bogangin merupakan komponen penting dalam
pemenuhan kebutuhan terhadap sarana mendatang. Sesuai dengan perhitungan, penduduk
DPP Bogangin pada tahun 2017 jumlahnya bertambah menjadi 5.845 jiwa dan tahun 2022
bertambah menjadi 6.160 jiwa. Pada tahun 2017 dari jumlah penduduk 5.845 jiwa membutuhkan
penambahan sarana dari tahun 2012 surau sebanyak 9 buah, praktek dokter sebanyak 1 buah,
TK sebanyak 3 buah, SD, SMP, dan SMA masing-masing sebanyak 1 buah, serta minimarket
sebanyak 23 buah. Sedangkan untuk tahu 2022 dengan jumlah penduduk sebanyak 6.160 jiwa
membutuhkan penambahan sarana dari tahun 2012 surau sebanyak 9 buah, praktek dokter

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 23
laporan AKHIR

sebanyak 1 buah, TK sebanyak 3 buah, SD, SMP, dan SMA masing-masing sebanyak 1 buah, serta
minimarket sebanyak 25 buah.
Terdapat proyeksi sarana pada tahun 2017 dan 2022 dengan jumlah 0, menunjukkan bahwa di
DPP Karangsalam, Banjarpanepan, dan Bogangin terdapat 2 kemungkinan untuk kondisi
pelayanannya. Pertama, jika pada tahun 2012 terdapat jumlah untuk sarana tertentu dan pada tahun
proyeksi jumlah penambahannya 0, maka untuk jenis sarana tersebut tidak membutuhkan
penambahan sarana karena dengan jumlah tersebut sudah dapat melayani kebutuhan penduduk.
Kemungkinan kedua, jika pada tahun 2012 tidak ada jumlah untuk sarana tertentu serta jumlah sarana
proyeksi menunjukkan 0 maka kebutuhan terhadap sarana tersebut dapat dilayani oleh desa lain yang
berada di sekitarnya.

4.2.5. Analisis Proyeksi Penduduk dan Sarana KTP2D Kabupaten Cilacap


Apek kependudukan merupakan komponen penting untuk mengetahui perkembangan
atau karakteristik suatu wilayah. Artinya jika penduduk di suatu wilayah bertambah, maka
kebutuhan terhadap sarana juga ikut mertambah. Oleh karena itu masing-masing DPP di
Kabupaten Cilacap perlu dilakukan proyeksi terhadap penduduk dan kebutuhan sarananya
untuk beberapa waktu kedepan, sehingga kebutuhan sarana di tahun mendatang dapat
melayani jumlah penduduk yang bertambah di tahun tersebut. Berikut proyeksi penduduk
dan sarana di Kabupaten Cilacap untuk DPP Tambaksari, Karangtengah, dan Banjarwaru:
Tabel IV.5.
Analisis Sarana DPP di Kabupaten Cilacap
Fasilitas Proyeksi Jumlah Fasilitas Penambahan
Nama Standard SNI
Sarana Jenis Sebelum Penduduk Tahun Sesudah Proyeksi Jenis Fasilitas
Desa 2004 (Jiwa )
Proyeksi 2017 2022 2017 2022 2017 2022
Pemerintahan
Desa Tambaksari

Kantor
1 3389 3572 30,000 0 0 0 0
Kelurahan

Masjid 5 3389 3572 2500 1 1 0 0


Surau 23 3389 3572 250 14 14 0 0
Tergantung
sisitem
gereja 0 3389 3572 - - - -
kekerabatan
Peribadatan

hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
pura 0 3389 3572 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
wihara 0 3389 3572 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Puskesmas 0 3389 3572 30,000 0 0 0 0
Kesehatan

Pustu 1 3389 3572 30,000 0 0 0 0


PKD 1 3389 3572 30,000 0 0 0 0
Rumah
0 3389 3572 30,000 0 0 0 0
bersalin
Praktek
0 3389 3572 5000 1 1 1 1
dokter
posyandu 5 3389 3572 1250 3 3 0 0
Bidan 1 3389 3572 5000 1 1 0 0
Praktek

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 24
laporan AKHIR

Fasilitas Proyeksi Jumlah Fasilitas Penambahan


Nama Standard SNI
Sarana Jenis Sebelum Penduduk Tahun Sesudah Proyeksi Jenis Fasilitas
Desa 2004 (Jiwa )
Proyeksi 2017 2022 2017 2022 2017 2022
TK 1 3389 3572 1250 3 3 2 2
Pendidikan
SD 2 3389 3572 1600 2 2 0 0
SMP 1 3389 3572 4800 1 1 0 0
SMA 0 3389 3572 4800 1 1 1 1
Pasar
0 3389 3572 30,000 0 0 0 0
Perekonomian

umum
pasar
0 3389 3572 30,000 0 0 0 0
hewan
minimarket 0 3389 3572 250 14 14 14 14
toko
32 3389 3572 250 14 14 0 0
kelontong
Pemerintahan

Kantor
1 7295 7689 30,000 0 0 0 0
Kelurahan

Masjid 10 7295 7689 2500 3 3 0 0


Surau 14 7295 7689 250 29 31 15 17
Tergantung
sisitem
gereja 0 7295 7689 - - - -
kekerabatan
Peribadatan

hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
pura 0 7295 7689 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Desa Karangtengah

Tergantung
sisitem
wihara 0 7295 7689 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Puskesmas 0 7295 7689 30,000 0 0 0 0
Pustu 0 7295 7689 30,000 0 0 0 0
PKD 1 7295 7689 30,000 0 0 0 0
Kesehatan

Rumah
0 7295 7689 30,000 0 0 0 0
bersalin
Praktek
0 7295 7689 5000 1 2 1 2
dokter
posyandu 14 7295 7689 1250 6 6 0 0
Bidan
3 7295 7689 5000 1 2 0 0
Praktek
TK 2 7295 7689 1250 6 6 4 4
Pendidikan

SD 4 7295 7689 1600 5 5 1 1


SMP 0 7295 7689 4800 2 2 2 2
SMA 1 7295 7689 4800 2 2 1 1
Pasar
0 7295 7689 30,000 0 0 0 0
umum
Perekonomian

pasar
0 7295 7689 30,000 0 0 0 0
hewan
minimarket 0 7295 7689 250 29 31 29 31
toko
102 7295 7689 250 29 31 0 0
kelontong

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 25
laporan AKHIR

Fasilitas Proyeksi Jumlah Fasilitas Penambahan


Nama Standard SNI
Sarana Jenis Sebelum Penduduk Tahun Sesudah Proyeksi Jenis Fasilitas
Desa 2004 (Jiwa )
Proyeksi 2017 2022 2017 2022 2017 2022
Pemerintahan

Kantor
1 5190 5469 30,000 0 0 0 0
Kelurahan

Masjid 4 5190 5469 2500 2 2 0 0


Surau 9 5190 5469 250 21 22 12 13
Tergantung
sisitem
gereja 0 5190 5469 - - - -
kekerabatan
Peribadatan

hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
pura 0 5190 5469 - - - -
kekerabatan
hirarki lembaga
Tergantung
sisitem
Desa Banjarwaru

wihara 0 5190 5469 - - - -


kekerabatan
hirarki lembaga
Puskesmas 0 5190 5469 30,000 0 0 0 0
Pustu 1 5190 5469 30,000 0 0 0 0
PKD 0 5190 5469 30,000 0 0 0 0
Rumah
Kesehatan

0 5190 5469 30,000 0 0 0 0


bersalin
Praktek
0 5190 5469 5000 1 1 1 1
dokter
posyandu 8 5190 5469 1250 4 4 0 0

Bidan
2 5190 5469 5000 1 1 0 0
Praktek
TK 1 5190 5469 1250 4 4 3 3
Pendidikan

SD 4 5190 5469 1600 3 3 0 0


SMP 0 5190 5469 4800 1 1 1 1
SMA 0 5190 5469 4800 1 1 1 1
Pasar
0 5190 5469 30,000 0 0 0 0
umum
Perekonomian

pasar
0 5190 5469 30,000 0 0 0 0
hewan
minimarket 0 5190 5469 250 21 22 21 22
toko
63 5190 5469 250 21 22 0 0
kelontong
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Perkembangan jumlah penduduk DPP Tambaksari merupakan komponen penting dalam


pemenuhan kebutuhan terhadap sarana mendatang. Sesuai dengan perhitungan, penduduk
DPP Bogangin pada tahun 2017 jumlahnya bertambah menjadi 3.389 jiwa dan tahun 2022
bertambah menjadi 3.572 jiwa. Pada tahun 2017 dan 2022 sama-sama membutuhkan
penambahan sarana dari tahun 2012 praktek dokter sebanyak 1 buah, TK sebanyak 2 buah, SMA
sebanyak 1 buah, serta minimarket 14 buah.
Perkembangan jumlah penduduk DPP Karangtengah merupakan komponen penting dalam
pemenuhan kebutuhan terhadap sarana mendatang. Sesuai dengan perhitungan, penduduk

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 26
laporan AKHIR

DPP Karangtengah pada tahun 2017 jumlahnya bertambah menjadi 7.295 jiwa dan tahun 2022
bertambah menjadi 7.689 jiwa. Pada tahun 2017 dari jumlah penduduk 7.295 jiwa membutuhkan
penambahan sarana dari tahun 2012 surau sebanyak 15 buah, praktek dokter sebanyak 1 buah,
TK sebanyak 4 buah, SD sebanyak 1 buah, SMP sebanyak 2 buah, SMA sebanyak 1 buah, serta
minimarket sebanyak 29 buah. Sedangkan untuk tahun 2022 dengan jumlah penduduk 7.689
jiwa membutuhkan penambahan sarana dari tahun 2012 surau sebanyak 17 buah, praktek dokter
sebanyak 2 buah, TK sebanyak 4 buah, SD sebanyak 1 buah, SMP sebanyak 2 buah, SMA
sebanyak 1 buah, serta minimarket sebanyak 31 buah
Perkembangan jumlah penduduk DPP Banjarwaru merupakan komponen penting dalam
pemenuhan kebutuhan terhadap sarana mendatang. Sesuai dengan perhitungan, penduduk
DPP Banjarwaru pada tahun 2017 jumlahnya bertambah menjadi 7.295 jiwa dan tahun 2022
bertambah menjadi 7.689 jiwa. Pada tahun 2017 dari jumlah penduduk 7.295 jiwa membutuhkan
penambahan sarana dari tahun 2012 surau sebanyak 12 buah, praktek dokter sebanyak 1 buah,
TK sebanyak 3 buah, SMP dan SMA masing-masing sebanyak 1 buah, serta minimarket
sebanyak 21 buah. Sedangkan tahun 2022 dengan jumlah penduduk 7.689 jiwa membutuhkan
penambahan sarana dari tahun 2012 surau sebanyak 13 buah, praktek dokter sebanyak 1 buah,
TK sebanyak 3 buah, SMP dan SMA masing-masing sebanyak 1 buah, serta minimarket
sebanyak 22 buah.
Terdapat proyeksi sarana pada tahun 2017 dan 2022 dengan jumlah 0, menunjukkan bahwa di
DPP Tambaksari, Karangtengah, dan Banjarwaru terdapat 2 kemungkinan untuk kondisi pelayanannya.
Pertama, jika pada tahun 2012 terdapat jumlah untuk sarana tertentu dan pada tahun proyeksi jumlah
penambahannya 0, maka untuk jenis sarana tersebut tidak membutuhkan penambahan sarana karena
dengan jumlah tersebut sudah dapat melayani kebutuhan penduduk. Kemungkinan kedua, jika pada
tahun 2012 tidak ada jumlah untuk sarana tertentu serta jumlah sarana proyeksi menunjukkan 0 maka
kebutuhan terhadap sarana tersebut dapat dilayani oleh desa lain yang berada di sekitarnya.

4.3. Analisis SWOT


4.3.1 Analisis SWOT DPP Terpilih Kabupaten Wonosobo
A. DPP Kapencar Kecamatan Kertek

DPP Kapencar memiliki beberapa potensi yang dapat dikembangkan untuk memajukan
wilayahnya. Potensi tersebut berasal dari UKM susu sapi perah, perkebunan dan pertanian,
serta rencana pembuatan wisata alam. Potensi tersebut jika dapat dikembangkan dan dikelola
dengan baik akan memberikan sumbangan pendapatan tidak hanya untuk DPP Kapencar,
juga dapat dijadikan pendapatan Kabupaten Wonosobo. Namun dari setiap potensi tersebut
terdapat permasalahan yang dapat menghambat perkembangannya sehingga dibutuhkan
program penanganan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Penentuan program
penanganan dilakukan dengan analisis, dalam hal ini alat analisis yang akan digunakan adalah
SWOT. Sebelum masuk ke dalam analisis SWOT, dari potensi dan permasalahan diambil
kesimpulan berupa kesempatan dan ancaman yang mungkin ada. Berikut penentuan kategori
SWOT yang terdapat di DPP Kapencar:

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 27
laporan AKHIR

Tabel IV.6.
Kategori SWOT DPP Kapencar di Kecamatan Kertek
Potensi/Kekuatan Permasalahan/
KTP2D Kesempatan (O) Ancaman (T)
(S) Kelemahan (W)
DPP: UKM Susu Sapi Produksi susu sapi Belum ada pengemasan Harga jual susu
- Desa Kapencar Perah memiliki peluang pasar Susu Sapi sendiri, masih murni masih rendah
Hinterland: yang besar di Pekalongan dikirim mentah ke
- Desa dan Jakarta Pekalongan dan Jakarta
Candiyasan serta permodalan dan
- Desa Pagerejo kreativitas pengelolaan
Susu Sapi minim
Pengelola kotoran Pemanfaatan biogas untuk Pemanfaatan Biogas Pembuatan pipa
sapi menjadi memenuhi semua penduduk belum dilakukan secara penyaluran biogas
Biogas dan Pupuk DPP Kapencar optimal mahal
Kandang
Penghasil Pemasaran hasil Alat pengemasan hasil Harga jual hasil
Perkebunan perkebuanan tembakau perkebuanan dan perkebunan
Tembakau luas dan mudah pertanian masih tembakau rendah
mengimpor dari wilayah
lain
Penghasil Hasil produksi pertanian Produksi pertanian kubis Jalur perekonomian
Pertanian Kubis kubis dan cabai dapat dan cabai masih rendah, dan pertanian masih
dan Cabai meningkatkan pendapatan hanya memenuhi tanah
serta kesejahteraan kebutuhan pasar lokal
penduduk DPP Kapencar
Potensi Pengelolaan potensi Belum ada pengelolaan Akses jalan menuju
pengembangan Wisata Alam Goa Ketek nyata untuk Potensi lokasi belum dibuat
Wisata Alam Goa dapat meningkatkan Wisata Alam Goa Ketek sehingga masih sulit
Ketek pendapatan perekonomian untuk dilewati
DPP Kapencar
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Dari kategori SWOT yang sudah didapat selanjutnya dibuat tabel analisis SWOT dengan
menggabungkan kekuatan berupa potensi, kelemahan berupa permasalahan, kesempatan,
dan ancaman sehingga menghasilkan beberapa strategi analisis. Berikut tabel analisis SWOT
untuk DPP Kapencar:
Tabel IV.7.
Analisis SWOT DPP Kapencar di Kecamatan Kertek
Potensi/Kekuatan (S) Permasalahan/Kelemahan (W)
Internal 1. UKM Susu Sapi Perah 1. Belum ada pengemasan Susu Sapi sendiri,
2. Pengelola kotoran sapi menjadi masih dikirim mentah ke Pekalongan dan
Biogas dan Pupuk Kandang Jakarta serta permodalan dan kreativitas
3. Penghasil Perkebunan Tembakau pengelolaan Susu Sapi minim
4. Penghasil Pertanian Kubis dan 2. Pemanfaatan Biogas belum dilakukan secara
Eksternal Cabai optimal
5. Potensi pengembangan Wisata 3. Alat pengemasan hasil perkebuanan dan
Alam Goa Ketek pertanian masih mengimpor dari wilayah lain
4. Produksi pertanian kubis dan cabai masih
rendah, hanya memenuhi kebutuhan pasar
lokal
5. Belum ada pengelolaan nyata untuk Potensi
Wisata Alam Goa Ketek

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 28
laporan AKHIR

Kesempatan (O) Strategi SO Strategi WO


1. Produksi susu sapi 1. Terdapat UKM susu sapi perah di 1. Meskipun terdapat peluang besar untuk
memiliki peluang pasar DPP Kapencar yang memiliki pemasaran susu sapi, namun
yang besar di Pekalongan peluang pasar yang besar pendistribusiannya masih berupa susu sapi
dan Jakarta terutama ke Pekalongan dan mentah dan belum dikemas menjadi produk
2. Pemanfaatan biogas untuk Jakarta; S1-O1 lain; W1-O1
memenuhi semua 2. Pengelolaan kotoran sapi menjadi 2. Biogas dapat dimanfaatkan penduduk DPP
penduduk DPP Kapencar biogas dan pupuk kandang untuk Kapencar namun pemanfaatannya belum
3. Pemasaran hasil memenuhi kebutuhan semua dilakukan secara optimal; W2-O2
perkebuanan tembakau penduduk DPP Kapencar; S2-O2 3. Alat pengemasan untuk hasil produksi
luas dan mudah 3. Potensi penghasil perkebuanan perkebuanan tembakau masih mengimpor,
4. Hasil produksi pertanian tembakau memiliki pemasaran namun memiliki peluang pemasaran
kubis dan cabai dapat yang luas dan mudah; S3-O3 tembakau yang luas dan mudah; W3-O3
meningkatkan 4. Penghasil pertanian kubis dan 4. Meskipun produksi pertanian dapat
pendapatan serta cabai yang dapat meningkatkan meningkatkan pendapatan serta
kesejahteraan penduduk pendapatan serta kesejahteraan kesejahteraan penduduk, namun
DPP Kapencar penduduk; S4-O4 pemasarannya hanya memenuhi kebutuhan
5. Pengelolaan potensi 5. Pengembangan potensi Wisata pasar lokal saja; W4-O4
Wisata Alam Goa Ketek Alam Goa Ketek dapat 5. Potensi Wisata Alam Goa Ketek dapat
dapat meningkatkan meningkatkan pendapatan meningkatkan pendapatan perekonomian
pendapatan perekonomian DPP Kapencar; S5- DPP Kapencar, namun belum ada
perekonomian DPP O5 pengelolaan secara nyata dari pemerintah;
Kapencar W5-O5
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
1. Harga jual susu murni 1. UKM susu sapi perah yang berada 1. Kurangnya permodalan dan kreatifitas dalam
masih rendah di DDP Kapencar masih memiliki pengolahan dan pengemasan susu sapi
2. Pembuatan pipa harga jual yang rendah; S1-T1 menyebabkan harga jual susu sapi masih
penyaluran biogas mahal 2. Pengelola kotoran sapi menjadi rendah; W1-T1
3. Harga jual hasil Biogas dan Pupuk Kandang masih 2. Pemasangan pipa penyaluran yang mahal
perkebunan tembakau terhalang pembuatan pipa yang menyebabkan pemanfaatan biogas belum
rendah mahal; S2-T2 optimal; W2-T2
4. Jalur perekonomian dan 3. DPP Kapencar memiliki harga jual 3. Alat pengemasan hasil perkebuanan masih
pertanian masih tanah hasil perkebunan tembakau yang mengimpor sehingga mempengaruhi harga
5. Akses menuju lokasi masih rendah; S3-T3 jual tembakau menjadi rendah; W3-T3
belum dikelola sehingga 4. Jalur pertanian kubis dan cabai 4. Jalur perekonomian dan pertanian masih
masih sulit untuk dilewati masih berkontruksi tanah; S4-T4 tanah sehingga hasil produksi pertanian
5. Akses pengembangan Wisata rendah dan hanya dijual di pasar lokal; W4-T4
Alam Goa Ketek belum dikelola 5. Belum ada pengelolaan nyata untuk Potensi
sehingga masih sulit untuk Wisata Alam Goa Ketek sehingga akses jalan
dilewati; S5-T5 menuju lokasi masih sulit untuk dilewati; W5-
T5
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Dari hasil analisis didapatkan 4 strategi untuk mengembangkan potensi dengan


menyelesaikan permasalahan yang ada di masing-masing potensi DPP Kapencar. Strategi
pengembangan potensi dan penyelesaian masalah adalaha sebagai berikut:
Potensi UKM Susu Sapi Perah:
1. Terdapat UKM susu sapi perah di DPP Kapencar yang memiliki peluang pasar yang besar
terutama di Pekalongan dan Jakarta; S1-O1
2. Meskipun terdapat peluang besar untuk pemasaran susu sapi, namun pendistribusiannya
masih berupa susu sapi mentah dan belum dikemas menjadi produk lain; W1-O1

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 29
laporan AKHIR

3. UKM susu sapi perah yang berada di DDP Kapencar masih memiliki harga jual yang rendah;
S1-T1
4. Kurangnya permodalan dan kreatifitas dalam pengolahan dan pengemasan susu sapi
menyebabkan harga jual susu sapi masih rendah; W1-T1

Pengelola kotoran sapi menjadi Biogas dan Pupuk Kandang:


1. Pengelolaan kotoran sapi menjadi biogas dan pupuk kandang untuk memenuhi kebutuhan
semua penduduk DPP Kapencar; S2-O2
2. Biogas dapat dimanfaatkan penduduk DPP Kapencar namun pemanfaatannya belum
dilakukan secara optimal; W2-O2
3. Pengelola kotoran sapi menjadi Biogas dan Pupuk Kandang masih terhalang pembuatan pipa
yang mahal; S2-T2
4. Pemasangan pipa penyaluran yang mahal menyebabkan pemanfaatan biogas belum
optimal; W2-T2
Penghasil Perkebunan Tembakau:
1. Potensi penghasil perkebuanan tembakau memiliki pemasaran yang luas dan mudah; S3-O3
2. Alat pengemasan untuk hasil produksi perkebuanan tembakau masih mengimpor, namun
memiliki peluang pemasaran tembakau yang luas dan mudah; W3-O3
3. DPP Kapencar memiliki harga jual hasil perkebunan tembakau yang masih rendah; S3-T3
4. Alat pengemasan hasil perkebuanan masih mengimpor sehingga mempengaruhi harga jual
tembakau menjadi rendah; W3-T3
Penghasil Pertanian Kubis dan Cabai:
1. Penghasil pertanian kubis dan cabai yang dapat meningkatkan pendapatan serta
kesejahteraan penduduk; S4-O4
2. Meskipun produksi pertanian dapat meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan
penduduk, namun pemasarannya hanya memenuhi kebutuhan pasar lokal saja; W4-O4
3. Jalur pertanian kubis dan cabai masih berkontruksi tanah; S4-T4
4. Jalur perekonomian dan pertanian masih tanah sehingga hasil produksi pertanian rendah dan
hanya dijual di pasar lokal; W4-T4
Potensi pengembangan Wisata Alam Goa Ketek:
1. Pengembangan potensi Wisata Alam Goa Ketek dapat meningkatkan pendapatan
perekonomian DPP Kapencar; S5-O5
2. Potensi Wisata Alam Goa Ketek dapat meningkatkan pendapatan perekonomian DPP
Kapencar, namun belum ada pengelolaan secara nyata dari pemerintah; W5-O5
3. Akses pengembangan Wisata Alam Goa Ketek belum dikelola sehingga masih sulit untuk
dilewati; S5-T5
4. Belum ada pengelolaan nyata untuk Potensi Wisata Alam Goa Ketek sehingga akses jalan
menuju lokasi masih sulit untuk dilewati; W5-T5

B. Analisis SWOT DPP Reco Kecamatan Kertek


DPP Reco memiliki beberapa potensi unggulan berupa wisata rohani khatolik,
perkebuanan dan pertanian. Potensi tersebut jika dapat dikembangkan dan dikelola dengan
baik akan dapat memajukan wilayahnya, seperti memberikan sumbangan pendapatan untuk
DPP Reco dan Kabupaten Wonosobo. Namun dari setiap potensi tersebut terdapat
permasalahan yang dapat menghambat perkembangannya sehingga dibutuhkan program
penanganan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Penentuan program penanganan
dilakukan dengan analisis, dalam hal ini alat analisis yang akan digunakan adalah SWOT.
Sebelum masuk ke dalam analisis SWOT, dari potensi dan permasalahan diambil kesimpulan
berupa kesempatan dan ancaman yang mungkin ada. Berikut penentuan kategori SWOT yang
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 30
laporan AKHIR

terdapat di DPP Reco:


Tabel IV.8.
Kategori SWOT DPP Reco di Kecamatan Kertek
KTP2D Potensi/Kekuatan Permasalahan/
Kesempatan (O) Ancaman (T)
(S) Kelemahan (W)
DPP: Potensi Wisata Keberadaan Potensi Jalan untuk menuju Kondisi jalan
- Desa Reco Rohani Khatolik Wisata Rohani Khatolik tempat wisata disekitar wisata
Hinterland: Taro Anggro Taro Anggro dapat masih berupa tanah kurang nyaman
- Desa Candiyasan mempengaruhi dan batu kerikil untuk dilewati
perkembangan 3 rencana karena sempit
potensi wisata lainnya
(Curug Talang, Watulunyu,
dan Sendang Kencana
Sidomari)
Penghasil Pemasaran hasil Kekurangan lahan Harga jual hasil
Perkebuanan perkebuanan tembakau untuk menjemur perkebunan
Tembakau luas dan mudah tembakau tembakau rendah
Penghasil Pertanian Hasil produksi pertanian Permodalan untuk Banyak tanaman
Kubis, Cabai, dan kubis dan cabai dapat mengembangkan cabai yang busuk
Jagung meningkatkan pendapatan hasil pertanian dan karena cuaca panas
serta kesejahteraan perkebuanan minim yang kurang di DPP
penduduk DPP Kapencar Reco
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Dari kategori SWOT yang sudah didapat selanjutnya dibuat tabel analisis SWOT dengan
menggabungkan kekuatan berupa potensi, kelemahan berupa permasalahan, kesempatan,
dan ancaman sehingga menghasilkan beberapa strategi analisis. Berikut tabel analisis SWOT
untuk DPP Reco:
Tabel IV.9.
Analisis SWOT DPP Reco di Kecamatan Kertek
Potensi/Kekuatan (S) Permasalahan/Kelemahan (W)
Internal 1. Potensi Wisata Rohani 1. Jalan untuk menuju tempat wisata
Khatolik Taro Anggro masih berupa tanah dan batu kerikil
2. Penghasil Perkebuanan 2. Kekurangan lahan untuk menjemur
Tembakau tembakau
3. Penghasil Pertanian Kubis, 3. Permodalan untuk mengembangkan
Eksternal Cabai, dan Jagung hasil pertanian dan perkebuanan
minim
Kesempatan (O) Strategi SO Strategi WO
1. Keberadaan Potensi Wisata 1. Terdapat Wisata Rohani 1. Meskipun keberadaan Taro Anggro
Rohani Khatolik Taro Anggro Khatolik Taro Anggro yang berpengaruh terhadap
dapat mempengaruhi dapat mempengaruhi perkembangan 3 rencana potensi
perkembangan 3 rencana perkembangan 3 rencana wisata lainnya, namun jalan menuju
potensi wisata lainnya (Curug potensi wisata lainnya di DPP ke lokasi tersebut masih berupa
Talang, Watulunyu, dan Reco; S1-O1 tanah dan batu kerikil; W1-O1
Sendang Kencana Sidomari) 2. Potensi penghasil 2. Hasil perkebunan tembakau
2. Pemasaran hasil perkebuanan perkebuanan tembakau memiliki pemasaran luas dan
tembakau luas dan mudah memiliki pemasaran yang luas mudah, namun hal tersebut tidak
3. Hasil produksi pertanian kubis, dan mudah; S2-O2 didukung dengan luasan lahan
cabai dan jagung dapat 3. Terdapat potensi penghasil untuk menjemur; W2-O2
meningkatkan pendapatan serta Pertanian Kubis, Cabai, dan 3. Meskipun produksi pertanian dapat

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 31
laporan AKHIR

kesejahteraan penduduk DPP Jagung yang dapat meningkatkan pendapatan serta


Kapencar meningkatkan pendapatan kesejahteraan penduduk DPP
serta kesejahteraan; S3-O3 Kapencar, namun untuk
permodalannya masih minim; W3-
O3
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
1. Kondisi jalan disekitar wisata 1. Jalan disekitar Wisata Rohani 1. Jalan menuju tempat wisata masih
kurang nyaman untuk dilewati Khatolik Taro Anggro kurang sempit serta berkontruksi tanah dan
karena sempit nyaman untuk dilewati karena batu kerikil sehingga kurang
2. Harga jual hasil perkebunan sempit; S1-T1 nyaman untuk dilewati; W1-T1
tembakau rendah 2. Harga jual hasil untuk potensi 2. Lahan untuk menjemur tembakau
3. Banyak tanaman cabai yang unggulan perkebunan sempit sehingga menurunkan julah
busuk karena cuaca panas yang tembakau rendah; S2-T2 produksi dan harga jual menjadi
kurang di DPP Reco 3. Penghasil Pertanian Kubis, rendah; W2-T2
Cabai, dan Jagung tidak 3. Banyak tanaman cabai yang busuk
didukaung cuaca yang panas karena cuaca panas yang kurang di
sehingga banyak tanaman yag DPP Reco mengakibatkan
busuk; S3-T3 pengembangk hasil pertanian dan
perkebuanan minim; W3-T3
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Dari hasil analisis didapatkan 4 strategi untuk mengembangkan potensi dengan


menyelesaikan permasalahan yang ada di masing-masing potensi DPP Reco. Strategi
pengembangan potensi dan penyelesaian masalah adalaha sebagai berikut:
Potensi Wisata Rohani Khatolik Taro Anggro:
1. Terdapat Wisata Rohani Khatolik Taro Anggro yang dapat mempengaruhi perkembangan 3
rencana potensi wisata lainnya di DPP Reco; S1-O1
2. Meskipun keberadaan Taro Anggro berpengaruh terhadap perkembangan 3 rencana potensi
wisata lainnya, namun jalan menuju ke lokasi tersebut masih berupa tanah dan batu kerikil;
W1-O1
3. Jalan disekitar Wisata Rohani Khatolik Taro Anggro kurang nyaman untuk dilewati karena
sempit; S1-T1
4. Jalan menuju tempat wisata masih sempit serta berkontruksi tanah dan batu kerikil sehingga
kurang nyaman untuk dilewati; W1-T1
Penghasil Perkebuanan Tembakau:
1. Potensi penghasil perkebuanan tembakau memiliki pemasaran yang luas dan mudah; S2-O2
2. Hasil perkebunan tembakau memiliki pemasaran luas dan mudah, namun hal tersebut tidak
didukung dengan luasan lahan untuk menjemur; W2-O2
3. Harga jual hasil untuk potensi unggulan perkebunan tembakau rendah; S2-T2
4. Lahan untuk menjemur tembakau sempit sehingga menurunkan julah produksi dan harga
jual menjadi rendah; W2-T2
Penghasil Pertanian Kubis, Cabai, dan Jagung:
1. Terdapat potensi penghasil Pertanian Kubis, Cabai, dan Jagung yang dapat meningkatkan
pendapatan serta kesejahteraan; S3-O3
2. Meskipun produksi pertanian dapat meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan
penduduk DPP Kapencar, namun untuk permodalannya masih minim; W3-O3
3. Penghasil Pertanian Kubis, Cabai, dan Jagung tidak didukaung cuaca yang panas sehingga
banyak tanaman yag busuk; S3-T3
4. Banyak tanaman cabai yang busuk karena cuaca panas yang kurang di DPP Reco
mengakibatkan pengembangk hasil pertanian dan perkebuanan minim; W3-T3

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 32
laporan AKHIR

C. Analisis SWOT DPP Wilayu Kecamatan Selomerto


DPP Wilayu memiliki beberapa potensi yang dapat dikembangkan untuk memajukan
wilayahnya. Potensi tersebut berasal dari perkebunan dan pertanian, serta rencana
pembuatan wisata alam. Potensi tersebut jika dapat dikembangkan dan dikelola dengan baik
akan dapat mendukung perkembangan DPP Wilayu dan Kabupaten Wonosobo. Namun dari
setiap potensi tersebut terdapat permasalahan yang dapat menghambat perkembangannya
sehingga dibutuhkan program penanganan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
Penentuan program penanganan dilakukan dengan analisis, dalam hal ini alat analisis yang
akan digunakan adalah SWOT. Sebelum masuk ke dalam analisis SWOT, dari potensi dan
permasalahan diambil kesimpulan berupa kesempatan dan ancaman yang mungkin ada.
Berikut penentuan kategori SWOT yang terdapat di DPP Wilayu:
Tabel IV.10.
Kategori SWOT DPP Wilayu di Kecamatan Selomerto
KTP2D Potensi/Kekuatan Permasalahan/
Kesempatan (O) Ancaman (T)
(S) Kelemahan (W)
DPP: Penghasil DPP Wilayu memiliki Hasil perkebuanan Penjualan durian,
- Desa Wilayu Perkebunan Buah peluang pasar yang besar masih dijual dalam manggis, dan duku
Hinterland: Durian, Buah sebagai penjualan durian, bentuk buah, belum dalam bentuk buah
-Desa Manggis, dan Buah manggis, dan duku dikelola menjadi memiliki harga yang
Tumenggungan Duku produk lain lebih rendah
- Desa Adiwarno dibandingkan dengan
- Desa Wulungsari yang sudah diolah
- Desa menjadi produk lain
Sumberwulan Penghasil Penjualan produksi Hasil panen padi Jalan pertanian masih
Pertanian Padi (1 pertanian padi dapat hanya mencukupi tanah (menuju ladang
Ha menghasilkan meningkatkan untuk memenuhi atau kebun)
2 Ton) kesejahteraan penduduk kebutuhan sehari-
hari penduduk
Potensi Wisata Pengelolaan Potensi Belum ada Berkembangnya
Alam Sungai Batu Wisata Alam Sungai Batu pengelolaan nyata mitos mistis
Nganten Nganten dapat untuk Potensi Wisata menghambat
meningkatkan Alam Sungai Batu pengelolaan wisata
pendapatan Nganten
perekonomian DPP
Wilayu
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Dari kategori SWOT yang sudah didapat selanjutnya dibuat tabel analisis SWOT dengan
menggabungkan kekuatan berupa potensi, kelemahan berupa permasalahan, kesempatan,
dan ancaman sehingga menghasilkan beberapa strategi analisis. Berikut tabel analisis SWOT
untuk DPP Wilayu:

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 33
laporan AKHIR

Tabel IV.11.
Analisis SWOT DPP Wilayu di Kecamatan Selomerto
Potensi/Kekuatan (S) Permasalahan/Kelemahan (W)
Internal 1. Penghasil Perkebunan Buah 1. Hasil perkebuanan masih dijual
Durian, Buah Manggis, dan dalam bentuk buah, belum
Buah Duku dikelola menjadi produk lain
2. Penghasil Pertanian Padi (1 Ha 2. Hasil panen padi hanya
menghasilkan 2 Ton) mencukupi untuk memenuhi
Eksternal 3. Potensi Wisata Alam Sungai kebutuhan sehari-hari penduduk
Batu Nganten 3. Belum ada pengelolaan nyata
untuk Potensi Wisata Alam
Sungai Batu Nganten
Kesempatan (O) Strategi SO Strategi WO
1. DPP Wilayu memiliki peluang 1. Sebagai penghasil komoditas 1. Meskipun memiliki peluang pasar
pasar yang besar sebagai unggulan durian, manggis, dan yang besar sebagai penjualan hasil
penjualan durian, manggis, duku sehingga DPP Wilayu buah perkebunan namun belum
dan duku memiliki peluang pasar yang ada pengelolaan buah menjadi
2. Penjualan produksi pertanian besar sebagai penjualan hasil produk lain yang memiliki nilai jual
padi dapat meningkatkan buah perkebunan; S1-O1 lebih tinggi; W1-O1
kesejahteraan penduduk 2.Penghasil pertanian padi yang 2. Hasil panen padi hanya mencukupi
3. Pengelolaan Potensi Wisata berpengaruh untuk untuk memenuhi kebutuhan
Alam Sungai Batu Nganten meningkatkan kesejahteraan sehari-hari penduduk, padahal jika
dapat meningkatkan penduduk; S2-O2 dikembangkan dapat
pendapatan perekonomian 3. Terdapat potensi wisata alam meningkatkan kesejahteraan
DPP Wilayu Sungai Batu Nganten yang penduduk; W2-O2
dapat meningkatkan 3. Belum ada pengelolaan nyata
pendapatan perekonomian untuk Potensi Wisata Alam Sungai
daerah; S3-O3 Batu Nganten, padahal jika
dikelola dengan baik akan
meningkatkan pereonomian DPP
Wilayu; W3-O3
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
1. Penjualan durian, manggis, 1. Komoditas unggulan buah 1. Hasil perkebuanan masih dijual
dan duku dalam bentuk buah durian, masnggis, dan duku dalam bentuk buah, sehingga
memiliki harga yang lebih masih dijual dengan harga memiliki harga yang lebih rendah
rendah dibandingkan dengan rendah; S1-T1 dibandingkan dengan yang sudah
yang sudah diolah menjadi 2. Jalur untuk menuju potensi diolah menjadi produk lain; W1-T1
produk lain unggulan pertanian padi masih 2. Jalan pertanian masih berupa
2. Jalan pertanian masih tanah berupa tanah; S2-T2 tanah liat sehingga produksi
(menuju ladang atau kebun) 3. Keberadaan mitos mistis terhambat dan hanya dapat
3. Berkembangnya mitos mistis mengenai Batu Nganten memenuhi kebutuhan sehari-hari
menghambat pengelolaan menghambat pengelolaan penduduk; W2-T2
wisata potesi wisata tersebut; S3-T3 3. Belum adanya pengelolaan nyata
untuk pengembangan Wisata Alam
Sungai Batu Nganten karena
terdapat mitos mistis yang
membuat; W3-T3
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Dari hasil analisis didapatkan 4 strategi untuk mengembangkan potensi dengan


menyelesaikan permasalahan yang ada di masing-masing potensi DPP Wilayu. Strategi
pengembangan potensi dan penyelesaian masalah adalaha sebagai berikut:

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 34
laporan AKHIR

Penghasil Perkebunan Buah Durian, Buah Manggis, dan Buah Duku:


1. Sebagai penghasil komoditas unggulan durian, manggis, dan duku sehingga DPP Wilayu
memiliki peluang pasar yang besar sebagai penjualan hasil buah perkebunan; S1-O1
2. Meskipun memiliki peluang pasar yang besar sebagai penjualan hasil buah perkebunan
namun belum ada pengelolaan buah menjadi produk lain yang memiliki nilai jual lebih tinggi;
W1-O1
3. Komoditas unggulan buah durian, masnggis, dan duku masih dijual dengan harga rendah;
S1-T1
4. Hasil perkebuanan masih dijual dalam bentuk buah, sehingga memiliki harga yang lebih
rendah dibandingkan dengan yang sudah diolah menjadi produk lain; W1-T1
Penghasil Pertanian Padi (1 Ha menghasilkan 2 Ton):
1. Penghasil pertanian padi yang berpengaruh untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk;
S2-O2
2. Hasil panen padi hanya mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari penduduk,
padahal jika dikembangkan dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk; W2-O2
3. Jalur untuk menuju potensi unggulan pertanian padi masih berupa tanah; S2-T2
4. Jalan pertanian masih berupa tanah liat sehingga produksi terhambat dan hanya dapat
memenuhi kebutuhan sehari-hari penduduk; W2-T2

Potensi Wisata Alam Sungai Batu Nganten:


1. Terdapat potensi wisata alam Sungai Batu Nganten yang dapat meningkatkan pendapatan
perekonomian daerah; S3-O3
2. Belum ada pengelolaan nyata untuk Potensi Wisata Alam Sungai Batu Nganten, padahal jika
dikelola dengan baik akan meningkatkan pereonomian DPP Wilayu; W3-O3
3. Keberadaan mitos mistis mengenai Batu Nganten menghambat pengelolaan potesi wisata
tersebut; S3-T3
4. Belum adanya pengelolaan nyata untuk pengembangan Wisata Alam Sungai Batu Nganten
karena terdapat mitos mistis yang membuat; W3-T3

4.3.2. Analisis SWOT DPP Terpilih Kabupaten Banjarnegara


A. Analisis SWOT DPP Gumiwang Kecamatan Purwanegara
DPP Gumiwang memiliki beberapa potensi yang dapat dikembangkan untuk
memajukan wilayahnya. Potensi tersebut berasal dari pertanian pembudidayaan ikan air
tawar dan pertanian tanaman sawah berupa padi. Potensi tersebut jika dapat dikembangkan
dan dikelola dengan baik maka dapat dijadikan penghasilan utama terbesar untuk penduduk
DPP Gumiwang segaligus sebagai penyumbang pendapatan daerahnya. Namun dari setiap
potensi tersebut terdapat permasalahan yang dapat menghambat perkembangannya
sehingga dibutuhkan program penanganan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
Penentuan program penanganan dilakukan dengan analisis, dalam hal ini alat analisis yang
akan digunakan adalah SWOT. Sebelum masuk ke dalam analisis SWOT, dari potensi dan
permasalahan diambil kesimpulan berupa kesempatan dan ancaman yang mungkin ada.
Berikut penentuan kategori SWOT yang terdapat di DPP Gumiwang:

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 35
laporan AKHIR

Tabel IV.12.
Kategori SWOT DPP Gumiwang Kecamatan Purwanegara
KTP2D Potensi/Kekuatan Permasalahan/
Kesempatan (O) Ancaman (T)
(S) Kelemahan (W)
DPP: Memiliki potensi Produksi pertanian padi Irigasi pertanian Hasil pertanian
- Desa Gumiwang bidang pertanian menjadi pendorong belum permanen padi diambil oleh
Hinterland: yaitu padi untuk perkembangan tengkulak
- Desa Kaliperus perekonomian DPP dengan harga
- Desa Parakan Gumiwang murah
- Desa Kutawaluh Memiliki potensi di Lokasi pembudidayaan Minimnya modal Akses menuju
-Desa Pucungbedug bidang perikanan ikan diakui pemerintah untuk tempat
air tawar daerah dengan pengembangan pembudidayaan
dibuatkannya Kampung perikanan air tawar ikan sempit
Nila
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Dari kategori SWOT yang sudah didapat selanjutnya dibuat tabel analisis SWOT dengan
menggabungkan kekuatan berupa potensi, kelemahan berupa permasalahan, kesempatan,
dan ancaman sehingga menghasilkan beberapa strategi analisis. Berikut tabel analisis SWOT
untuk DPP Gumiwang:
Tabel IV.13.
Analisis SWOT DPP Gumiwang Kecamatan Purwanegara
Potensi/Kekuatan (S) Permasalahan/Kelemahan (W)
Internal 1. Memiliki potensi bidang 1. Irigasi pertanian belum
pertanian yaitu padi permanen
2. Memiliki potensi di bidang 2. Minimnya modal untuk
Eksternal perikanan air tawar pengembangan perikanan air
tawar
Kesempatan (O) Strategi SO Strategi WO
1. Produksi pertanian padi 1. Terdapat potensi pertanian padi 1. Meskipun produksi padi
menjadi pendorong untuk yang mendorong perkembangan dapat mendorong
perkembangan perekonomian perekonoian DPP Gumiwang; perekonomian wilayah,
DPP Gumiwang S1-O1 namun saluran irigasinya
2. Lokasi pembudidayaan ikan 2. Potensi budidaya ikan air tawar belum dibuat permanen; W1-
diakui pemerintah daerah yang sudah diakui pemda di O1
dengan dibuatkannya Kampung Nila; S2-O2 2. Modal untuk pengembangan
Kampung Nila budidaya ikan masih minim
meskipun sudah mendapat
perhatian dari pemda; W2-
O2
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
1. Hasil pertanian padi diambil 1. Padi menjadi komoditas 1. Irigasi pertanian belum
oleh tengkulak dengan harga unggulan, tetapi penjualannya dibuat secara permanen dan
murah masih diambil oleh tengkulak hasil pertanian masih diambil
2. Akses menuju tempat dengan harga relative rendah oleh tengkulak dengan harga
pembudidayaan ikan sempit dari pasaran; S1-T1 murah; W1-T1
2. Akses menuju potensi 2. Minimnya modal untuk
pembudidayaan ikan masih pengembangan budidaya
sempit sehingga sulit dilewati ikan menyebabkan kurang
mobil; S2-T2 terawatnya akses menuju
lokasi; W2-T2
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 36
laporan AKHIR

Dari hasil analisis didapatkan 4 strategi untuk mengembangkan potensi dengan


menyelesaikan permasalahan yang ada di masing-masing potensi DPP Gumiwang. Strategi
pengembangan potensi dan penyelesaian masalah adalaha sebagai berikut:
Memiliki potensi bidang pertanian yaitu padi:
1. Terdapat potensi pertanian padi yang mendorong perkembangan perekonoian DPP
Gumiwang; S1-O1
2. Meskipun produksi padi dapat mendorong perekonomian wilayah, namun saluran irigasinya
belum dibuat permanen; W1-O1
3. Padi menjadi komoditas unggulan, tetapi penjualannya masih diambil oleh tengkulak
dengan harga relative rendah dari pasaran; S1-T1
4. Irigasi pertanian belum dibuat secara permanen dan hasil pertanian masih diambil oleh
tengkulak dengan harga murah; W1-T1

Memiliki potensi di bidang perikanan air tawar:


1. Potensi budidaya ikan air tawar yang sudah diakui pemda di Kampung Nila; S2-O2
2. Modal untuk pengembangan budidaya ikan masih minim meskipun sudah mendapat
perhatian dari pemda; W2-O2
3. Akses menuju potensi pembudidayaan ikan masih sempit sehingga sulit dilewati mobil; S2-
T2
4. Minimnya modal untuk pengembangan budidaya ikan menyebabkan kurang terawatnya
akses menuju lokasi; W2-T2

B. Analisis SWOT DPP Gumelem Kulon Kecamatan Susukan


DPP Gumelem Kulon memiliki beberapa potensi yang dapat dikembangkan untuk
memajukan wilayahnya. Potensi unggulan tersebut berasal dari pembuatan batik tulis yang
dilakukan oleh warga setempat, selain itu juga terdapat potensi penghasil gula jawa dan
potensi pertanian berupa penghasil tanaman padi. Potensi tersebut jika dapat dikembangkan
dan dikelola dengan baik maka dapat dijadikan penghasilan utama terbesar untuk penduduk
DPP Gumelem Kulon segaligus sebagai penyumbang pendapatan Kabupaten Banjarnegara.
Namun dari setiap potensi tersebut terdapat permasalahan yang dapat menghambat
perkembangannya sehingga dibutuhkan program penanganan untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada. Penentuan program penanganan dilakukan dengan analisis, dalam
hal ini alat analisis yang akan digunakan adalah SWOT. Sebelum masuk ke dalam analisis
SWOT, dari potensi dan permasalahan diambil kesimpulan berupa kesempatan dan ancaman
yang mungkin ada. Berikut penentuan kategori SWOT yang terdapat di DPP Gumelem Kulon:
Tabel IV.14.
Kategori SWOT DPP Gumelem Kulon Kecamatan Susukan

KTP2D Permasalahan/
Potensi/Kekuatan (S) Kesempatan (O) Ancaman (T)
Kelemahan (W)
DPP: Memiliki potensi di Batik tulis DPP Kurangnya modal Harga pasaran
- Desa Gumelem bidang industri berupa Gumelem Kulon karena minimnya masih terbilang
Kulon batik tulis dijadikan pakaian bahan baku rendah dari batik
Hinterland: dinas untuk pegawai tulis daerah lain
- Desa Gumelem pemerintah daerah

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 37
laporan AKHIR

KTP2D Permasalahan/
Potensi/Kekuatan (S) Kesempatan (O) Ancaman (T)
Kelemahan (W)
Wetan Memiliki potensi di Berkembangnya 2/3 merupakan Kondisi tanah yang
- Desa Susukan bidang pertanian yaitu potensi pertanian perbukitan sehingga labil mengakibatkan
- Desa Kedawung padi menciptakan lapangan jalan di desa jalan mudah rusak
- Desa Penerusan pekerjaan baru Gumelem Kulon dan berbahaya
Wetan penduduk sebagai rusak dan berlubang karena berpotensi
pandai besi peralatan longsor
bertani
Penghasil industri gula Pemanfaatan pohon Kurangnya Terbatasnya pohon
merah kelapa atau aren yang pemasaran untuk kelapa atau aren di
tumbuh di produksi gula merah DPP Gumelem
perkebuanan Kulon sehingga hasil
penduduk produksi sedikit
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Dari kategori SWOT yang sudah didapat selanjutnya dibuat tabel analisis SWOT dengan
menggabungkan kekuatan berupa potensi, kelemahan berupa permasalahan, kesempatan,
dan ancaman sehingga menghasilkan beberapa strategi analisis. Berikut tabel analisis SWOT
untuk DPP Gumelem Kulon:
Tabel IV.15.
Analisis SWOT DPP Gumelem Kulon Kecamatan Susukan
Potensi/Kekuatan (S) Permasalahan/Kelemahan (W)
Internal 1. Memiliki potensi di bidang 1. Kurangnya modal karena
industri berupa batik tulis minimnya bahan baku
2. Memiliki potensi di bidang 2. 2/3 merupakan perbukitan
pertanian yaitu padi sehingga jalan di desa Gumelem
Eksternal 3. Penghasil industri gula merah Kulon rusak dan berlubang
3. Kurangnya pemasaran untuk
produksi gula merah
Kesempatan (O) Strategi SO Strategi WO
1. Batik tulis DPP Gumelem Kulon 1. Terdapat potensi pembuatan 1. Meskipun batik tulis DPP Gumelem
dijadikan pakaian dinas untuk batik tulis yang dijadikan pakaian Kulon sudah dijadikan pakaian dinas
pegawai pemerintah daerah dinas untuk pegawai pemerintah untuk pegawai pemerintah daerah,
2.Berkembangnya potensi daerah; S1-O1 namun modal dan bahan baku
pertanian menciptakan lapangan 2.Memiliki potensi pertanian padi pembuatannya masih minim; W1-
pekerjaan baru penduduk sebagai yang dapat menciptakan O1
pandai besi peralatan bertani lapangan baru bagi para 2. 2/3 wilayahnya adalah perbukitan,
3. Pemanfaatan pohon kelapa atau pengrajin pandai besi peralatan sehingga membuat penduduk
aren yang tumbuh di pertanian; S2-O2 setempat hanya memilih sebagai
perkebuanan penduduk 3. Penghasil gula merah yang pandaibesi untuk alat-alat
memanfaatkan pohon kelapa pertanian; W2-O2
atau aren yang timbuh di kebun 3. Meskipun pemanfaatan pohon
penduduk; S3-O3 kelapa atau aren sudah maksimal,
namun untuk pemasaran hasil gula
merah kurang baik; W3-O3
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
1. Harga pasaran masih terbilang 1. Harga pasaran untuk batik tulis 1. Kurangnya modal dan bahan baku
rendah dari batik tulis daerah DPP Gumelem Kulon masih menghambat produksi batik tulis
lain terbilang rendah dari batik tulis sehingga untuk harga pasaran masih
2. Kondisi tanah yang labil daerah lain; S1-T1 rendah; W1-T1
mengakibatkan jalan mudah 2. Padi menjadi komoditas 2. 2/3 wilayah merupakan daerah

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 38
laporan AKHIR

rusak dan berbahaya karena unggulan, tetapi jalan untuk perbukitan sehingga kondisi alan
berpotensi longsor menuju lahan pertanian mudah menjadi labil dan berpotensi bahaya
3. Terbatasnya pohon kelapa atau rusak dan berbahaya karena longsor; W2-T2
aren di DPP Gumelem Kulon labil; S2-T2 3. Terbatasnya jumlah pohon kelapa
sehingga hasil produksi sedikit 3. Potensi penghasil gula merah atau aren sebagai bahan utama
terhambat karena jumlah pembuatan gula merah
pohon kelapa atau aren masih mempengaruhi pemasaran menjadi
sedikit; S3-T3 rendah; W3-T3
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Dari hasil analisis didapatkan 4 strategi untuk mengembangkan potensi dengan


menyelesaikan permasalahan yang ada di masing-masing potensi DPP Gumelem Kulon.
Strategi pengembangan potensi dan penyelesaian masalah adalaha sebagai berikut:
Memiliki potensi di bidang industri berupa batik tulis:
1. Terdapat potensi pembuatan batik tulis yang dijadikan pakaian dinas untuk pegawai
pemerintah daerah; S1-O1
2. Meskipun batik tulis DPP Gumelem Kulon sudah dijadikan pakaian dinas untuk pegawai
pemerintah daerah, namun modal dan bahan baku pembuatannya masih minim; W1-O1
3. Harga pasaran untuk batik tulis DPP Gumelem Kulon masih terbilang rendah dari batik tulis
daerah lain; S1-T1
4. Kurangnya modal dan bahan baku menghambat produksi batik tulis sehingga untuk harga
pasaran masih rendah; W1-T1
Memiliki potensi di bidang pertanian yaitu padi:
1. Memiliki potensi pertanian padi yang dapat menciptakan lapangan baru bagi para pengrajin
pandai besi peralatan pertanian; S2-O2
2. 2/3 wilayahnya adalah perbukitan, sehingga membuat penduduk setempat hanya memilih
sebagai pandaibesi untuk alat-alat pertanian ; W2-O2
3. Padi menjadi komoditas unggulan, tetapi jalan untuk menuju lahan pertanian mudah rusak
dan berbahaya karena labil; S2-T2
4. 2/3 wilayah merupakan daerah perbukitan sehingga kondisi alan menjadi labil dan berpotensi
bahaya longsor; W2-T2

Penghasil industri gula merah


1. Penghasil gula merah yang memanfaatkan pohon kelapa atau aren yang timbuh di kebun
penduduk; S3-O3
2. Meskipun pemanfaatan pohon kelapa atau aren sudah maksimal, namun untuk pemasaran
hasil gula merah kurang baik; W3-O3
3. Potensi penghasil gula merah terhambat karena jumlah pohon kelapa atau aren masih
sedikit; S3-T3
4. Terbatasnya jumlah pohon kelapa atau aren sebagai bahan utama pembuatan gula merah
mempengaruhi pemasaran menjadi rendah; W3-T3

C. Analisis SWOT Kelurahan Kutabanjarnegara Kecamatan Banjarnegara


Kelurahan Kutabanjarnegara memiliki potensi sebagai penghasil industri rumah tangga.
Potensi berupa industri di Kelurahan Kutabanjarnegara ini dipengaruhi dengan kondisi
sosialnya yang berada pada daerah pusat pertumbuhan Kabupaten Banjarnegara. Namun dari
setiap potensi tersebut terdapat permasalahan yang dapat menghambat perkembangannya

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 39
laporan AKHIR

sehingga dibutuhkan program penanganan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.


Penentuan program penanganan dilakukan dengan analisis, dalam hal ini alat analisis yang
akan digunakan adalah SWOT. Sebelum masuk ke dalam analisis SWOT, dari potensi dan
permasalahan diambil kesimpulan berupa kesempatan dan ancaman yang mungkin ada.
Berikut penentuan kategori SWOT yang terdapat di Kelurahan Kutabanjarnegara:
Tabel IV.16.
Kategori SWOT Kelurahan Kutabanjarnegara Kecamatan Banjarnegara
Potensi/Kekuatan Permasalahan/
KTP2D Kesempatan (O) Ancaman (T)
(S) Kelemahan (W)
DPP: Industri rumah Industri RT Pengemasan Banyak makanan
- Kutabanjarnegara tangga berupa dapat menyerap produk makanan yang sejenis
Hinterland: makanan ringan tenaga kerja ringan yang kurang dengan kemasan
- Desa Wangon yang tersebar di menarik yang lebih
- Desa Karangtengah beberapa RT menarik
- Desa Krandegan
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Dari kategori SWOT yang sudah didapat selanjutnya dibuat tabel analisis SWOT dengan
menggabungkan kekuatan berupa potensi, kelemahan berupa permasalahan, kesempatan,
dan ancaman sehingga menghasilkan beberapa strategi analisis. Berikut tabel analisis SWOT
untuk Kelurahan Kutabanjarnegara:
Tabel IV.17.
Analisis SWOT Kutabanjarnegara Kecamatan Banjarnegara
Potensi/Kekuatan (S) Permasalahan/Kelemahan (W)
Internal Industri rumah tangga berupa Pengemasan produk makanan ringan
makanan ringan yang tersebar di yang kurang menarik
Eksternal beberapa RT
Kesempatan (O) Strategi SO Strategi WO
Industri RT dapat menyerap Terdapat potensi industri pembuatan Meskipun industri RT sudah dapat
tenaga kerja makanan ringan yang dapat menyerap menyerap tenaga kerja, namun untuk
tenaga kerja baik penduduk lokal pemasarannya belum memiliki kemasan
maupun luar daerah; S-O yang menarik; W-O
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
Banyak makanan yang Produk makanan ringan dari Kemasan produk makanan ringan dari
sejenis dengan kemasan Kelurahan Kutabanjarnegara kalah Kelurahan Kutabanjarnegara kurang
yang lebih menarik pemasaran dengan produk sejenis menarik, sedangkan produk yang
yang kemasannya lebih menarik; S-T sejenis dengan kemasan yang menarik
lebih diminati oleh pembeli; W-T
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Dari hasil analisis didapatkan 4 strategi untuk mengembangkan potensi dengan


menyelesaikan permasalahan yang ada di masing-masing potensi Kelurahan
Kutabanjarnegara. Strategi pengembangan potensi dan penyelesaian masalah adalaha
sebagai berikut:
Potensi industri rumah tangga berupa makanan ringan yang tersebar di beberapa RT:
1. Terdapat potensi industri pembuatan makanan ringan yang dapat menyerap tenaga kerja
baik penduduk lokal maupun luar daerah; S-O

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 40
laporan AKHIR

2. Meskipun industri RT sudah dapat menyerap tenaga kerja, namun untuk pemasarannya
belum memiliki kemasan yang menarik; W-O
3. Produk makanan ringan dari Kelurahan Kutabanjarnegara kalah pemasaran dengan produk
sejenis yang kemasannya lebih menarik; S-T
4. Kemasan produk makanan ringan dari Kelurahan Kutabanjarnegara kurang menarik,
sedangkan produk yang sejenis dengan kemasan yang menarik lebih diminati oleh pembeli;
W-T

4.3.3. Analisis SWOT DPP Terpilih Kabupaten Purbalingga


A. Analisis SWOT DPP Limbasari Kecamatan Bobotsari
DPP Limbasari memiliki beberapa potensi yang dapat dikembangkan untuk
memajukan wilayahnya. Potensi unggulan tersebut berasal dari pembuatan batik tulis yang
dilakukan oleh warga setempat, selain itu juga terdapat potensi wisata kampung batik dan
peninggalan situs kuno seperti Makam Ayu Putri Limbasari. Potensi tersebut jika dapat
dikembangkan dan dikelola dengan baik maka dapat mengembangkan wilayah tersebut.
Namun dari setiap potensi tersebut terdapat permasalahan yang dapat menghambat
perkembangannya sehingga dibutuhkan program penanganan untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada. Penentuan program penanganan dilakukan dengan analisis, dalam
hal ini alat analisis yang akan digunakan adalah SWOT. Sebelum masuk ke dalam analisis
SWOT, dari potensi dan permasalahan diambil kesimpulan berupa kesempatan dan ancaman
yang mungkin ada. Berikut penentuan kategori SWOT yang terdapat di DPP Limbasari:
Tabel IV.18.
Kategori SWOT DPP Limbasari di Kecamatan Bobotsari
Potensi/Kekuatan Permasalahan/
KTP2D Kesempatan (O) Ancaman (T)
(S) Kelemahan (W)
DPP: Penghasi Batik Tulis Berpotensi untuk Permodalan untuk Harga pemasaran
- Desa Limbasari (2 lokasi) dikembangkansebagai produksi minim dan batik tulis masih
Hinterland: Desa Wisata Kampung tempat pembuatan rendah
- Desa Batik karena banyak batik tulis sempit
Palumbanagan pengunjung yang ingin
Kulon melihat pembuatan
- Desa batik
Karangmalang Potensi Wisata Religi Potensi Desa Wisata Kurangnya Jalan menuju Wisata
- Desa Dagan Makam Putri Situs Purbakala perhatian Religi Makam Putri
Limbasari pemerintah daerah Limbasari rusak
untuk merawat
Makam Putri
Limbasari
Memiliki 3 lokasi Keberadaan situs Kurangnya promosi Banyak penduduk
yang terdapat situs purbakala sudah banyak secara lebih luas luar daerah yang
purbakala menarik wisatawan lokal untuk Desa Wisata belum mengetahui
untuk datang Situs Pubakala keberadaan Desa
berkunjung Wisata Situs
Pubakala
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Dari kategori SWOT yang sudah didapat selanjutnya dibuat tabel analisis SWOT dengan

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 41
laporan AKHIR

menggabungkan kekuatan berupa potensi, kelemahan berupa permasalahan, kesempatan,


dan ancaman sehingga menghasilkan beberapa strategi analisis. Berikut tabel analisis SWOT
untuk DPP Limbasari:
Tabel IV.19.
Analisis SWOT DPP Limbasari di Kecamatan Bobotsari
Potensi/Kekuatan (S) Permasalahan/Kelemahan (W)
Internal 1. Penghasi Batik Tulis (2 lokasi) 1. Permodalan untuk produksi minim dan
2. Potensi Wisata Religi Makam tempat pembuatan batik tulis sempit
Putri Limbasari 2. Kurangnya perhatian pemerintah daerah
3. Memiliki 3 lokasi yang terdapat untuk merawat Makam Putri Limbasari
situs purbakala 3. Kurangnya promosi secara lebih luas
Eksternal untuk Desa Wisata Situs Pubakala
Kesempatan (O) Strategi SO Strategi WO
1. Berpotensi untuk 1. Terdapat banyak pengrajin 1. Meskipun kerajinan batik berpotensi
dikembangkansebagai Desa batik tulis yang dapat dikembangkan menjadi Wisata Kampong
Wisata Kampung Batik dikembangkan menjadi Desa Batik Tulis, namun permodalan dan
karena banyak pengunjung Wisata Kampung Batik Tulis; tempat pembuatan batik masih minim;
yang ingin melihat S1-O1 W1-O1
pembuatan batik 2. Terdapat potensi Wisata Religi 2. Terdapat potensi pengembangan Desa
2. Potensi Desa Wisata Situs Makam Putri Limbasari yang WIsata Situs Purbakala, namun belum ada
Purbakala dapat dikembangkan menjadi perhatian dari pemerintah untuk
3. Keberadaan situs purbakala Desa WIsata Situs Purbakala; mengembangkannya; W2-O2
sudah banyak menarik S2-O2 3. Wisata situs purbakala sudah banyak
wisatawan lokal untuk 3. Memiliki 3 lokasi yang menarik wisatawan lokal, namun promosi
datang berkunjung terdapat situs purbakala keberadaan wisata belum meluas ke lua
sehingga menarik wisatawan daerah; W3-O3
lokal untuk berkunjung; S3-O3
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
1. Harga pemasaran batik tulis 1. Kerajianan batik tulis masih 1. Minimnya tempat produksi dan
masih rendah dijual dengan harga pasaran permodalan mengakibatkan harga
2. Jalan menuju Wisata Religi yang rendah; S1-T1 pasaran untuk batik tulis masih rendah;
Makam Putri Limbasari 2. Potensi Wisata Religi Makam W1-T1
rusak Putri Limbasari tidak 2. Kurangnya perhatian pemda untuk
3. Banyak penduduk luar daerah didukung dengan akses jalan merawat makam dan jalan menuju
yang belum mengetahui yang baik; S2-T2 Makam Putri Limbasari; W2-T2
keberadaan Desa Wisata 3. Keberadaan potensi wisata 3. Kurangnya promosi yang lebih luas
Situs Pubakala situs purbakala belum mengakibatkan banyak penduduk luar
diketahui oleh penduduk luar daerah yang belum mengetahui
daerah; S3-T3 keberadaan situs purbakala di DPP
Limbasari; W3-T3
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Dari hasil analisis didapatkan 4 strategi untuk mengembangkan potensi dengan


menyelesaikan permasalahan yang ada di masing-masing potensi DPP Limbasari. Strategi
pengembangan potensi dan penyelesaian masalah adalaha sebagai berikut:
Penghasi Batik Tulis (2 lokasi):
1. Terdapat banyak pengrajin batik tulis yang dapat dikembangkan menjadi Desa Wisata
Kampung Batik Tulis; S1-O1
2. Meskipun kerajinan batik berpotensi dikembangkan menjadi Wisata Kampong Batik Tulis,
namun permodalan dan tempat pembuatan batik masih minim; W1-O1
3. Kerajianan batik tulis masih dijual dengan harga pasaran yang rendah; S1-T1

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 42
laporan AKHIR

4. Minimnya tempat produksi dan permodalan mengakibatkan harga pasaran untuk batik tulis
masih rendah; W1-T1
Potensi Wisata Religi Makam Putri Limbasari:
1. Terdapat potensi Wisata Religi Makam Putri Limbasari yang dapat dikembangkan menjadi
Desa WIsata Situs Purbakala; S2-O2
2. Terdapat potensi pengembangan Desa WIsata Situs Purbakala, namun belum ada perhatian
dari pemerintah untuk mengembangkannya; W2-O2
3. Potensi Wisata Religi Makam Putri Limbasari tidak didukung dengan akses jalan yang baik;
S2-T2
4. Kurangnya perhatian pemda untuk merawat makam dan jalan menuju Makam Putri
Limbasari; W2-T2

Memiliki 3 lokasi yang terdapat situs purbakala:


1. Memiliki 3 lokasi yang terdapat situs purbakala sehingga menarik wisatawan lokal untuk
berkunjung; S3-O3
2. Wisata situs purbakala sudah banyak menarik wisatawan lokal, namun promosi keberadaan
wisata belum meluas ke lua daerah; W3-O3
3. Keberadaan potensi wisata situs purbakala belum diketahui oleh penduduk luar daerah; S3-
T3
4. Kurangnya promosi yang lebih luas mengakibatkan banyak penduduk luar daerah yang
belum mengetahui keberadaan situs purbakala di DPP Limbasari; W3-T3

B. Analisis SWOT DPP Kutabawa Kecamatan Karangreja


DPP Kutabawa memiliki beberapa potensi yang dapat dikembangkan untuk
memajukan wilayahnya. Potensi unggulan tersebut berasal dari perkebuanan segala jenis
sayurmasyur. Potensi unggulan di DPP Kutabawa didukung dengan keberadaan wilayahnya
yang berada didaerah perbukitan dengan kondisi suhu yang sejuk dan tanah yang subur.
Karena DPP menjadi penghasil perkebuanan sayurmayur terbesar maka di wilayah ini juga
sekaligus berpotensi sebagai pusat jual beli hasil perkebuanan sayur masyur antara dua
kabupaten, yaitu Kabupaten Pemalang dan Kabupaten Pubalingga. Namun dari setiap
potensi tersebut terdapat permasalahan yang dapat menghambat perkembangannya
sehingga dibutuhkan program penanganan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
Penentuan program penanganan dilakukan dengan analisis, dalam hal ini alat analisis yang
akan digunakan adalah SWOT. Sebelum masuk ke dalam analisis SWOT, dari potensi dan
permasalahan diambil kesimpulan berupa kesempatan dan ancaman yang mungkin ada.
Berikut penentuan kategori SWOT yang terdapat di DPP Kutabawa:
Tabel IV.20.
Kategori SWOT DPP Kutabawa di Kecamatan Karangreja
Permasalahan/
KTP2D Potensi/Kekuatan (S) Kesempatan (O) Ancaman (T)
Kelemahan (W)
DPP: Potensi Wisata Alam Membuka lapangan Manajemen Kurangnya perhatian
- Desa Kutabawa Gerbang Pendakian usaha bagi penduduk pengelolaan Wisata pemerintah daerah untuk
Hinterland: Gunung Slamet sekitar untuk berjualan Alam Pendakian pengembangan potensi
- Desa Serang di sekitar gerbang Gunung Slamet Wisata Alam Pendakian
- Desa Siwarak pendakian kurang optimal Gunung Slamet

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 43
laporan AKHIR

Permasalahan/
KTP2D Potensi/Kekuatan (S) Kesempatan (O) Ancaman (T)
Kelemahan (W)
- Desa Tlahab Lor Penghasil segala jenis DPP Kutabawa dapat Kontruksi Jalan Akses jalan di DPP
sayurmayur dikembangkan sebagai Aspal hanya ada di Kutabawa sulit dijangkau
desa Agropolitan Jalan Arteri karena berada pada
daerah perbukitan terjal
dibawah kaki Gunung
Slamet
Memiliki Sub Terminal Memiliki peluang Kurangnya Kondisi STA kurang layak
Agrobisnis (STA) yang sebagai pusat jual beli penerangan lampu karena kurang tertata dan
melayani Kabupaten hasil pertanian jalan di kawasan STA terawat
Purbalingga dan terbesar di Kabupaten
Kabupaten Pemalang Purbalingga dan
Kabupaten Pemalang
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Dari kategori SWOT yang sudah didapat selanjutnya dibuat tabel analisis SWOT dengan
menggabungkan kekuatan berupa potensi, kelemahan berupa permasalahan, kesempatan,
dan ancaman sehingga menghasilkan beberapa strategi analisis. Berikut tabel analisis SWOT
untuk DPP Kutabawa:
Tabel IV.21.
Analisis SWOT DPP Kutabawa di Kecamatan Karangreja
Potensi/Kekuatan (S) Permasalahan/Kelemahan (W)
Internal 1. Potensi Wisata Alam Gerbang 1. Manajemen pengelolaan Wisata
Pendakian Gunung Slamet Alam Pendakian Gunung Slamet
2. Penghasil segala jenis sayurmayur kurang optimal
3. Memiliki Sub Terminal Agrobisnis 2. Kontruksi Jalan Aspal hanya ada di
(STA) yang melayani Kabupaten Jalan Arteri
Purbalingga dan Kabupaten 3. Kurangnya penerangan lampu
Eksternal Pemalang jalan di kawasan STA
Kesempatan (O) Strategi SO Strategi WO
1. Membuka lapangan usaha bagi 1. Keberadaan wisata alam Gerbang 1. Meskipun memberikan peluang
penduduk sekitar untuk Pendakian Gunung Slamet usaha berjualan untuk penduduk
berjualan di sekitar gerbang membuka peluang usaha berjualan sekitar, namun wisata alam
pendakian bagi penduduk sekitar; S1-O1 Gerbang Pendakian Gunung
2. DPP Kutabawa dapat 2. Menjadi pengahasil segala jenis Slamet belum dikelola dengan
dikembangkan sebagai desa sayurmayur sehingga berpotensi optimal; W1-O1
Agropolitan menjadi Desa Agropolitan; S2-O2 2. Meskipun berpotensi untuk
3. Memiliki peluang sebagai pusat 3. Keberadaan STA menjadikan DPP dijadikan Desa Agropolitan,
jual beli hasil pertanian terbesar Kutabawa sebagai pusat jual beli namun kontruksi jalan beraspal
di Kabupaten Purbalingga dan hasil pertanian terbesar di hanya ada di jalan utama/arteri;
Kabupaten Pemalang Kabupaten Purbalingga dan W2-O2
Kabupaten Pemalang; S3-O3 3. Meskipun memiliki peluang
sebagai pusat jual beli terbesar
untuk 2 kabupaten, namun
penarangan lampu jalan di STA
kurang; W3-O3
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
1. Kurangnya perhatian 1. Potensi wisata Gerbang Pendakian 1. Kurangnya perhatian dari pemda
pemerintah daerah untuk Gunung Slamet kurang membuat manajemen
pengembangan potensi Wisata berkembang kaena minimnya pengelolaan Wisata Alam
Alam Pendakian Gunung perhatian dari pemda; S1-T1 Pendakian Gunung Slamet
Slamet 2. Sebagai penghasil segala jenis kurang optimal; W1-T1
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 44
laporan AKHIR

2. Akses jalan di DPP Kutabawa sayurmayur, DPP Kutabawa berada 2. Lokasi desa yang berada di daerah
sulit dijangkau karena berada di bawah kaki Gunung Slamet yang perbukitan terjal mengakibatkan
pada daerah perbukitan terjal berbukit terjal sehingga aksesnya akses jalan berkontruksi hanya
dibawah kaki Gunung Slamet sulit dilewati; S2-T2 berada di jalan utama/arteri; W2-
3. Kondisi STA kurang layak karena 3. STA sebagai pusat jual beli 2 T2
kurang tertata dan terawat kabupaten memiliki kondisi yang 3. Kurangnya penerangan lampu
kurang tertata dan terawat; S3-T3 jalan membuat STA terlihat
kurang terawatt dan tertata; W3-
T3
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Dari hasil analisis didapatkan 4 strategi untuk mengembangkan potensi dengan


menyelesaikan permasalahan yang ada di masing-masing potensi DPP Kutabawa. Strategi
pengembangan potensi dan penyelesaian masalah adalaha sebagai berikut:
Potensi Wisata Alam Gerbang Pendakian Gunung Slamet:
1. Keberadaan wisata alam Gerbang Pendakian Gunung Slamet membuka peluang usaha
berjualan bagi penduduk sekitar; S1-O1
2. Meskipun memberikan peluang usaha berjualan untuk penduduk sekitar, namun wisata alam
Gerbang Pendakian Gunung Slamet belum dikelola dengan optimal; W1-O1
3. Potensi wisata Gerbang Pendakian Gunung Slamet kurang berkembang kaena minimnya
perhatian dari pemda; S1-T1
4. Kurangnya perhatian dari pemda membuat manajemen pengelolaan Wisata Alam
Pendakian Gunung Slamet kurang optimal; W1-T1
Penghasil segala jenis sayurmayur:
1. Menjadi pengahasil segala jenis sayurmayur sehingga berpotensi menjadi Desa Agropolitan;
S2-O2
2. Meskipun berpotensi untuk dijadikan Desa Agropolitan, namun kontruksi jalan beraspal
hanya ada di jalan utama/arteri; W2-O2
3. Sebagai penghasil segala jenis sayurmayur, DPP Kutabawa berada di bawah kaki Gunung
Slamet yang berbukit terjal sehingga aksesnya sulit dilewati; S2-T2
4. Lokasi desa yang berada di daerah perbukitan terjal mengakibatkan akses jalan berkontruksi
hanya berada di jalan utama/arteri; W2-T2

Memiliki Sub Terminal Agrobisnis (STA) yang melayani Kabupaten Purbalingga dan
Kabupaten Pemalang:
1. Keberadaan STA menjadikan DPP Kutabawa sebagai pusat jual beli hasil pertanian terbesar
di Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Pemalang; S3-O3
2. Meskipun memiliki peluang sebagai pusat jual beli terbesar untuk 2 kabupaten, namun
penarangan lampu jalan di STA kurang; W3-O3
3. STA sebagai pusat jual beli 2 kabupaten memiliki kondisi yang kurang tertata dan terawat;
S3-T3
4. Kurangnya penerangan lampu jalan membuat STA terlihat kurang terawatt dan tertata; W3-
T3

C. Analisis SWOT DPP Karangklesem Kecamatan Kutasari


DPP Karangklesem memiliki beberapa potensi yang dapat dikembangkan untuk
memajukan wilayahnya. Potensi unggulan tersebut berasal dari bidang pertanian dan

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 45
laporan AKHIR

perkebuanan. Dalam bidang pertanian DPP Karangklesem menjadi penghasil padi dan jagung
manis dengan kualitas yang baik. Selain itu juga terdapat potensi dari bidang perkebunan
dengan tanaman Pepaya Kalivornia yang baru-baru saja dibudidayakan penduduk DPP
sebagai potensi perkebuanan. Potensi tersebut jika dapat dikembangkan dan dikelola dengan
maksimal maka dapat menjadi pendapatan bagi penduduknya. Namun dari setiap potensi
tersebut terdapat permasalahan yang dapat menghambat perkembangannya sehingga
dibutuhkan program penanganan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Penentuan
program penanganan dilakukan dengan analisis, dalam hal ini alat analisis yang akan
digunakan adalah SWOT. Sebelum masuk ke dalam analisis SWOT, dari potensi dan
permasalahan diambil kesimpulan berupa kesempatan dan ancaman yang mungkin ada.
Berikut penentuan kategori SWOT yang terdapat di DPP Karangklesem:
Tabel IV.22.
Kategori SWOT DPP Karangklesem di Kecamatan Kutasari
Potensi/Kekuatan Permasalahan/
KTP2D Kesempatan (O) Ancaman (T)
(S) Kelemahan (W)
DPP: Penghasil Pertanian Hasil produksi pertanian Permasalahan Adanya pihak ketiga
- Desa Padi dan Jagung memiliki kualitas yang baik distribusi pupuk yang mengatur
Karangklesem Manis yang kurang atau peredaran pupuk
Hinterland: sulit didapat (monopoli jual beli
- Desa Munjul pupuk)
- Desa Karang Penghasil Memiliki peluang sebagai Pembudidayaan Penduduk kurang
Aren Perkebuanan Pepaya tanaman komoditas untuk potensi tertarik untuk
- Desa Kutasari Kalivornia unggulan dengan harga perkebunan Papaya membudidayakan
tinggi Kalivornia belum tanaman Pepaya
luas Kalivornia
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Dari kategori SWOT yang sudah didapat selanjutnya dibuat tabel analisis SWOT dengan
menggabungkan kekuatan berupa potensi, kelemahan berupa permasalahan, kesempatan,
dan ancaman sehingga menghasilkan beberapa strategi analisis. Berikut tabel analisis SWOT
untuk DPP Karangklesem:
Tabel IV.23.
Analisis SWOT DPP Karangklesem di Kecamatan Kutasari
Potensi/Kekuatan (S) Permasalahan/Kelemahan (W)
Internal 1. Penghasil Pertanian Padi dan 1. Permasalahan distribusi pupuk
Jagung Manis yang kurang atau sulit didapat
2. Penghasil Perkebuanan Pepaya 2. Pembudidayaan untuk potensi
Kalivornia perkebunan Papaya Kalivornia
Eksternal belum luas
Kesempatan (O) Strategi SO Strategi WO
1. Hasil produksi pertanian 1. Terdapat potensi pertanian dengan 1. Meskipun terdapat potensi
memiliki kualitas yang baik hasil yang berkualitas tinggi; S1-O1 pertanian dengan kualitas
2. Memiliki peluang sebagai 2. Terdapat perkebunan Pepaya tinggi, namun pendistribusian
tanaman komoditas unggulan Kalovoornia yang berpotensi pupuk sulit didapat; W1-O1
dengan harga tinggi sebagai komoditas unggulan 2. Meskipun berpotensi sebagai
dengan harga tinggi; S2-O2 komoditas unggul dengan
harga tinggi, namun
pembudidayaan Pepaya
Kalivornia belum banyak dan
luas; W2-O2
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 46
laporan AKHIR

Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT


1. Adanya pihak ketiga yang 1. Potensi pertanian kurang maksimal 1. Distribusi pupuk sulit
mengatur peredaran pupuk untuk dikembangkan karena didapatkan oleh petani karena
(monopoli jual beli pupuk) terdapat monopoli jual beli pupuk peredaran (jual beli) pupuk
2. Penduduk kurang tertarik kepada petani; S1-T1 diatur oleh ihak ketiga
untuk membudidayakan 2. Penduduk kurang tertarik dan (monopoli) ; W1-T1
tanaman Pepaya Kalivornia paham tentang keuntungan 2. Penduduk kurang tertarik
pembudidayaan Pepaya Kalovornia; untuk membudidayakan
W2-O2 tanaman Pepaya Kalivornia
sehingga perkebunan papaya
belum luas; W2-T2
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Dari hasil analisis didapatkan 4 strategi untuk mengembangkan potensi dengan


menyelesaikan permasalahan yang ada di masing-masing potensi DPP Karangklesem.
Strategi pengembangan potensi dan penyelesaian masalah adalaha sebagai berikut:
Penghasil Pertanian Padi dan Jagung Manis:
1. Terdapat potensi pertanian dengan hasil yang berkualitas tinggi
2. Meskipun terdapat potensi pertanian dengan kualitas tinggi, namun pendistribusian pupuk
sulit didapat
3. Potensi pertanian kurang maksimal untuk dikembangkan karena terdapat monopoli jual beli
pupuk kepada petani
4. Distribusi pupuk sulit didapatkan oleh petani karena peredaran (jual beli) pupuk diatur oleh
ihak ketiga (monopoli)

Penghasil Perkebuanan Pepaya Kalivornia:


1. Terdapat perkebunan Pepaya Kalovoornia yang berpotensi sebagai komoditas unggulan
dengan harga tinggi
2. Meskipun berpotensi sebagai komoditas unggul dengan harga tinggi, namun
pembudidayaan Pepaya Kalivornia belum banyak dan luas
3. Penduduk kurang tertarik dan paham tentang keuntungan pembudidayaan Pepaya
Kalovornia
4. Penduduk kurang tertarik untuk membudidayakan tanaman Pepaya Kalivornia sehingga
perkebunan papaya belum luas

4.3.4. Analisis SWOT DPP Terpilih Kabupaten Banyumas


A. Analisis SWOT DPP Karangsalam Kecamatan Kemranjen
DPP Karangsalam memiliki potensi yang jika dikembangkan akan bermanfaat untuk
memajukan wilayah tersebut. Potensi di bidang industri berupa gula merah dan perkebunan
berupa cengkeh dan buah-buahan. Namun dari setiap potensi tersebut terdapat
permasalahan yang dapat menghambat perkembangannya sehingga dibutuhkan program
penanganan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Penentuan program penanganan
dilakukan dengan analisis, dalam hal ini alat analisis yang akan digunakan adalah SWOT.
Sebelum masuk ke dalam analisis SWOT, dari potensi dan permasalahan diambil kesimpulan
berupa kesempatan dan ancaman yang mungkin ada. Berikut penentuan kategori SWOT yang
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 47
laporan AKHIR

terdapat di DPP Karangsalam:


Tabel IV.24.
Kategori SWOT DPP Karangsalam di Kecamatan Kemranjen
Potensi/Kekuatan Permasalahan/
KTP2D Kesempatan (O) Ancaman (T)
(S) Kelemahan (W)
DPP: Sebagai penghasil Memiliki peluang untuk
-Desa gula merah menciptakan
Karangsalam (penderes) matapencaharian baru bagi
Hinterland: penduduk DPP
-Desa Alasmalang Karangsalam Proses
Akses jalan
-Desa Sebagai penghasil Penjualan cengkeh dapat pemasaran
yang rusak
Karanggintung cengkeh meningkatkan pendapatan terhambat
-Desa Paterangan penduduk
Penghasil buah Memiliki peluang pasar
durian dan duku yang besar sebagai desa
penjualan durian dan duku
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Dari kategori SWOT yang sudah didapat selanjutnya dibuat tabel analisis SWOT dengan
menggabungkan kekuatan berupa potensi, kelemahan berupa permasalahan, kesempatan,
dan ancaman sehingga menghasilkan beberapa strategi analisis. Berikut tabel analisis SWOT
untuk DPP Karangsalam:
Tabel IV.25.
Analisis SWOT DPP Karangsalam di Kecamatan Kemranjen
Potensi/Kekuatan (S) Permasalahan/ Kelemahan (W)
Internal 1. Sebagai penghasil gula merah (penderes) 1. Proses pemasaran terhambat
2. Sebagai penghasil cengkeh
Eksternal 3. Penghasil buah durian dan duku

Kesempatan (O) Strategi SO Strategi WO


1. Memiliki peluang untuk 1. Produksi gula merah membuka peluang 1. Peluang terbukanya
menciptakan matapencaharian baru bagi penduduk DPP matapencahaian baru
matapencaharian baru bagi Karangsalam; S1-O1 terhambat karena
penduduk DPP Karangsalam 2. Hasil dari produksi cengkeh dapat terhambatnya proses
2. Penjualan cengkeh dapat meningkatkan pendapatan penduduk; S2- pemasaran; W1-O1
meningkatkan pendapatan O2 2. Peningkatan pendapatan
penduduk 3. Produksi buah durian dan duku memiliki penduduk terhambat karena
3. Memiliki peluang pasar yang peluang pasar yang besar. S3-O3 terhambatnya proses
besar sebagai desa pemasaran; W2-O2
penjualan durian dan duku 3. Peluang pasar yang besar
terkendala karena
terhambatnya proses
pemasaran; W3-O3
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
1. Akses jalan yang rusak 1. Produksi gula merah terkendala oleh akses 1. Terhambat proses pemasaran
jalan yang rusak; S1-T1 dikarenakan akses jalan yang
2. Hasil dari produksi cengkeh terkendala oleh rusak; W1-T1
akses jalan yang rusak; S2-T2
3. Produksi buah durian dan duku terkendala
oleh akses jalan yang rusak. S3-T3
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 48
laporan AKHIR

Dari hasil analisis didapatkan 4 strategi untuk mengembangkan potensi dengan


menyelesaikan permasalahan yang ada di masing-masing potensi DPP Karangsalam. Strategi
pengembangan potensi dan penyelesaian masalah adalaha sebagai berikut:

Sebagai penghasil gula merah (penderes):


1. Produksi gula merah membuka peluang matapencaharian baru bagi penduduk DPP
Karangsalam; S1-O1
2. Peluang terbukanya matapencahaian baru terhambat karena terhambatnya proses
pemasaran; W1-O1
3. Produksi gula merah terkendala oleh akses jalan yang rusak; S1-T1
4. Terhambat proses pemasaran dikarenakan akses jalan yang rusak; W1-T1
Sebagai penghasil cengkeh:
1. Hasil dari produksi cengkeh dapat meningkatkan pendapatan penduduk; S2-O2
2. Peningkatan pendapatan penduduk terhambat karena terhambatnya proses pemasaran;
W2-O2
3. Hasil dari produksi cengkeh terkendala oleh akses jalan yang rusak; S2-T2
4. Terhambat proses pemasaran dikarenakan akses jalan yang rusak; W1-T1

Penghasil buah durian dan duku:


1. Produksi buah durian dan duku memiliki peluang pasar yang besar. S3-O3
2. Peluang pasar yang besar terkendala karena terhambatnya proses pemasaran; W3-O3
3. Produksi buah durian dan duku terkendala oleh akses jalan yang rusak. S3-T3
4. Terhambat proses pemasaran dikarenakan akses jalan yang rusak; W1-T1

B. Analisis SWOT DPP Banjarbanepan Kecamatan Sumpiuh


Berkaitan dengan potensi yang ada di DPP Banjarpanepan yaitu agrowisata tanaman
obat, buah, gula kristal dan potensi alam berupa panjat tebing, maka DPP Banjarpanepan ini
dapat berkembang dengan mendistribusikan dan memasarkan potensi yang ada. Namun dari
setiap potensi tersebut terdapat permasalahan yang dapat menghambat perkembangannya
sehingga dibutuhkan program penanganan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
Penentuan program penanganan dilakukan dengan analisis, dalam hal ini alat analisis yang
akan digunakan adalah SWOT. Sebelum masuk ke dalam analisis SWOT, dari potensi dan
permasalahan diambil kesimpulan berupa kesempatan dan ancaman yang mungkin ada.
Berikut penentuan kategori SWOT yang terdapat di DPP Banjarpanepan:
Tabel IV.26.
Kategori SWOT DPP Banjarpanepan di Kecamatan Sumpiuh
Permasalahan/
KTP2D Potensi/Kekuatan (S) Kesempatan (O) Ancaman (T)
Kelemahan (W)
DPP: Potensi agrowisata Memiliki kesempatan Pendistribusian hasil Akses jalan yang
-Desa Banjarpanepan tanaman obat mengolahsendiri potensi terhambat sempit
Hinterland: tanaman obat
- Desa Kebokura menjadi racikan obat

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 49
laporan AKHIR

Permasalahan/
KTP2D Potensi/Kekuatan (S) Kesempatan (O) Ancaman (T)
Kelemahan (W)
- Desa Ketanda Potensi agrowisata Memiliki potensi
buah untuk dikembangkan
menjadi kawasan
wisata alam
agrowisata
Penghasil gula Kristal Memiliki peluang
(gula merah yang untuk membuka
dihaluskan) lapangan pekerjaan
bagi penduduk DPP
Banjarpanepan
Potensi wisata alam Potensi wisata dapat Kurangnya promosi Banyak penduduk
berupa panjat tebing meningkatkan terhadap keberadaan luar daerah yang
pendapatan ekonomi potensi wisata panjat belum mengetahui
daerah tebing keberasaan potensi
wisata panjat tebing
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Dari kategori SWOT yang sudah didapat selanjutnya dibuat tabel analisis SWOT dengan
menggabungkan kekuatan berupa potensi, kelemahan berupa permasalahan, kesempatan,
dan ancaman sehingga menghasilkan beberapa strategi analisis. Berikut tabel analisis SWOT
untuk DPP Banjarpanepan:
Tabel IV.27.
Analisis SWOT DPP Banjarpanepan di Kecamatan Sumpiuh
Potensi/Kekuatan (S) Permasalahan/ Kelemahan
Internal 1. Potensi agrowisata tanaman (W)
obat 1. Pendistribusian hasil
Eksternal 2. Potensi agrowisata buah potensi terhambat
3. Penghasil gula Kristal (gula 2. Kurangnya promosi
merah yang dihaluskan) terhadap keberadaan
4. Potensi wisata alam berupa potensi wisata panjat
panjat tebing tebing

Kesempatan (O) Strategi SO Strategi WO


1. Memiliki kesempatan 1. Potensi Agrowisata taman obat 1. Peluang pengolahan
mengolahsendiri tanaman membuka kesempatan tanaman obat terhambat
obat menjadi racikan obat mengolahsendiri tanaman obat karena terhambatnya
2. Memiliki peluang untuk menjadi racikan obat; S1-O1 proses pendistibusian; W1-
dikembangkan menjadi 2. Potensi Agrowisata buah O1
kawasan wisata alam memiliki peluang untuk 2. Pengembangan menjadi
agrowisata dikembangkan menjadi kawasan kawasan wisata alam
3. Memiliki peluang untuk wisata alam agrowisata; S2-O2 terhambat karena
membuka lapangan 3. Produksi gula kristal memiliki terhambatnya proses
pekerjaan bagi penduduk peluang untuk membuka pendistibusian hasil buah;
DPP Banjarpanepan lapangan pekerjaan bagi W1-O2
4. Potensi wisata dapat penduduk DPP Banjarpanepan; 3. Peluang lapangan
meningkatkan pendapatan S3-O3 pekerjaan terhambat
ekonomi daerah 4. Potensi wisata alam berupa karena terhambatnya
panjat tebing dapat proses pendistibusian hasil
meningkatkan pendapatan produksi gula kristal; W1-
ekonomi daerah. S4-O4 O3
4. Peningkatkan pendapatan
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 50
laporan AKHIR

ekonomi daerah
terkendala oleh kurangnya
promosi terhadap
keberadaan potensi wisata
panjat tebing. W2-O4
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
1. Akses jalan yang sempit 1. Potensi Agrowisata taman obat 1. Pendistribusian hasil
2. Banyak penduduk luar daerah terkendala oleh akses jalan yang potensi yang terhambat
yang belum mengetahui sempit; S1-T1 dikarenakan akses jalan
keberasaan potensi wisata 2. Potensi agrowisata buah yang sempit; W1-T1
panjat tebing terkendala oleh akses jalan yang 2. Kurangnya promosi
sempit; S2-T1 terhadap keberadaan
3. Penghasil gula Kristal terkendala potensi wisata panjat
oleh akses jalan yang sempit; S3- tebing mengakibatkan
T1 banyak penduduk luar
4. Potensi wisata alam berupa daerah yang belum
panjat tebing belum maksimal mengetahui keberasaan
karena banyak penduduk luar potensi wisata panjat
daerah yang belum mengetahui tebing. W2-T2
keberasaan potensi wisata
panjat tebing. S4-T2
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Dari hasil analisis didapatkan 4 strategi untuk mengembangkan potensi dengan


menyelesaikan permasalahan yang ada di masing-masing potensi DPP Banjarpanepan.
Strategi pengembangan potensi dan penyelesaian masalah adalaha sebagai berikut:
Potensi agrowisata tanaman obat:
1. Potensi Agrowisata taman obat membuka kesempatan mengolahsendiri tanaman obat
menjadi racikan obat; S1-O1
2. Peluang pengolahan tanaman obat terhambat karena terhambatnya proses pendistibusian;
W1-O1
3. Potensi Agrowisata taman obat terkendala oleh akses jalan yang sempit; S1-T1
4. Pendistribusian hasil potensi yang terhambat dikarenakan akses jalan yang sempit; W1-T1
Potensi agrowisata buah:
1. Potensi Agrowisata buah memiliki peluang untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata
alam agrowisata; S2-O2
2. Pengembangan menjadi kawasan wisata alam terhambat karena terhambatnya proses
pendistibusian hasil buah; W1-O2
3. Potensi agrowisata buah terkendala oleh akses jalan yang sempit; S2-T1
4. Pendistribusian hasil potensi yang terhambat dikarenakan akses jalan yang sempit; W1-T1
Penghasil gula Kristal (gula merah yang dihaluskan):
1. Produksi gula kristal memiliki peluang untuk membuka lapangan pekerjaan bagi penduduk
DPP Banjarpanepan; S3-O3
2. Peluang lapangan pekerjaan terhambat karena terhambatnya proses pendistibusian hasil
produksi gula kristal; W1-O3
3. Penghasil gula Kristal terkendala oleh akses jalan yang sempit; S3-T1
4. Pendistribusian hasil potensi terhambat karena akses jalan yang sempit; W1-T1

Potensi wisata alam berupa panjat tebing:


Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 51
laporan AKHIR

1. Potensi wisata alam berupa panjat tebing dapat meningkatkan pendapatan ekonomi daerah.
S4-O4
2. Peningkatkan pendapatan ekonomi daerah terkendala oleh kurangnya promosi terhadap
keberadaan potensi wisata panjat tebing. W2-O4
3. Potensi wisata alam berupa panjat tebing belum maksimal karena banyak penduduk luar
daerah yang belum mengetahui keberasaan potensi wisata panjat tebing. S4-T2
4. Kurangnya promosi terhadap keberadaan potensi wisata panjat tebing mengakibatkan
banyak penduduk luar daerah yang belum mengetahui keberasaan potensi wisata panjat
tebing. W2-T2

C. Analisis SWOT DPP Bogangin Kecamatan Sumpiuh


DPP Bogangin memiliki potensi yang berkaitan dengan bidang industri, namun dari
setiap potensi tersebut terdapat permasalahan yang dapat menghambat perkembangannya
sehingga dibutuhkan program penanganan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
Penentuan program penanganan dilakukan dengan analisis, dalam hal ini alat analisis yang
akan digunakan adalah SWOT. Sebelum masuk ke dalam analisis SWOT, dari potensi dan
permasalahan diambil kesimpulan berupa kesempatan dan ancaman yang mungkin ada.
Berikut penentuan kategori SWOT yang terdapat di DPP Bogangin:

Tabel IV.28.
Kategori SWOT DPP Bogangin di Kecamatan Sumpiuh
Potensi/Kekuatan Permasalahan/
KTP2D Kesempatan (O) Ancaman (T)
(S) Kelemahan (W)
DPP: Potensi di bidang Memiliki peluang Permodalan minim Akses jalan
- Desa Bogangin industri yaitu gula sebagai pendorong sehingga industri gula yang rusak
Hinterland: merah, jamur perekonomian merah, jamur merang,
-Desa Selanegara merang, tempe dan daerah tempe dan gembus
- Desa Kebokura gembus sulit berkembang lagi
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Dari kategori SWOT yang sudah didapat selanjutnya dibuat tabel analisis SWOT dengan
menggabungkan kekuatan berupa potensi, kelemahan berupa permasalahan, kesempatan,
dan ancaman sehingga menghasilkan beberapa strategi analisis. Berikut tabel analisis SWOT
untuk DPP Bogangin:

Tabel IV.29.
Analisis SWOT DPP Bogangin di Kecamatan Sumpiuh
Potensi/Kekuatan (S) Permasalahan/ Kelemahan (W)
Internal Potensi di bidang industri yaitu Permodalan minim sehingga
gula merah, jamur merang, tempe industri gula merah, jamur merang,
Eksternal dan gembus tempe dan gembus sulit
berkembang lagi

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 52
laporan AKHIR

Kesempatan (O) Strategi SO Strategi WO


Memiliki peluang sebagai Potensi di bidang industri yaitu Peluang sebagai pendorong
pendorong perekonomian gula merah, jamur merang, tempe perekonomian daerah terkendala
daerah dan gembus memiliki peluang oleh permodalan yang minim; W - O
sebagai pendorong perekonomian
daerah; S - O
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
Akses jalan yang rusak Potensi di bidang industri yaitu Akses jalan yang rusak serta
gula merah, jamur merang, tempe permodalan minim mengakibatkan
dan gembus terkendala oleh akses industri gula merah, jamur merang,
jalan yang rusak; S - T tempe dan gembus sulit
berkembang lagi; W - T
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Dari hasil analisis didapatkan 4 strategi untuk mengembangkan potensi dengan


menyelesaikan permasalahan yang ada di masing-masing potensi DPP Bogangin. Strategi
pengembangan potensi dan penyelesaian masalah adalaha sebagai berikut:
Potensi di bidang industri yaitu gula merah, jamur merang, tempe dan gembus:
1. Potensi di bidang industri yaitu gula merah, jamur merang, tempe dan gembus memiliki
peluang sebagai pendorong perekonomian daerah; S - O
2. Peluang sebagai pendorong perekonomian daerah terkendala oleh permodalan yang minim;
W-O
3. Potensi di bidang industri yaitu gula merah, jamur merang, tempe dan gembus terkendala
oleh akses jalan yang rusak; S - T
4. Akses jalan yang rusak serta permodalan minim mengakibatkan industri gula merah, jamur
merang, tempe dan gembus sulit berkembang lagi; W - T

4.3.5. Analisis SWOT DPP Terpilih Kabupaten Cilacap


A. Analisis SWOT DPP Tambaksari Kecamatan Wanareja

DPP Tambaksari memiliki beberapa potensi yang dapat dikembangkan untuk memajukan
wilayahnya. Potensi tersebut berasal dari perkebuanan karet, penghasil gula semut, industri serbutet
(sabut kelapa campur karet), dan bidang pertanian tanaman padi. Namun dari setiap potensi tersebut
terdapat permasalahan yang dapat menghambat perkembangannya sehingga dibutuhkan program
penanganan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Penentuan program penanganan dilakukan
dengan analisis, dalam hal ini alat analisis yang akan digunakan adalah SWOT. Sebelum masuk ke
dalam analisis SWOT, dari potensi dan permasalahan diambil kesimpulan berupa kesempatan dan
ancaman yang mungkin ada. Berikut penentuan kategori SWOT yang terdapat di DPP Tambaksari:
Tabel IV.30.
Kategori SWOT DPP Tambaksari di Kecamatan Wanareja
Permasalahan/
KTP2D Potensi/Kekuatan (S) Kesempatan (O) Ancaman (T)
Kelemahan (W)
DPP: Memiliki potensi berupa Memiliki peluang Jenis karet sheet ini Hasil perkebunan karet
-Desa Tambaksari perkebunan karet yang menciptakan banyak tidak bisa dijual diambil oleh tengkulak
Hinterland: merupakan perkebunan lapangan kerja bagi setiap hari karena dengan harga yang
- Desa Palugon rakyat penduduk DPP prosesnya yang rendah dari pasaran
- Desa Majingkrak Tambaksari lama yaitu harus di
- Desa Madusari giling dan di oven

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 53
laporan AKHIR

Permasalahan/
KTP2D Potensi/Kekuatan (S) Kesempatan (O) Ancaman (T)
Kelemahan (W)
Memiliki potensi bidang Hasil produksi Pendistribusian hasil Adanya jalan rusak dan
pertanian berupa padi pertanian dapat pertanian terhambat berlubang sehingga
meningkatkan mempersulit akses
kesejahteraan menuju Desa
penduduk Tambaksari
Memiliki potensi penghasil Memiliki potensi Pembudidayaan Pemasaran belum
gula semut untuk dijadikan gula semut yang berjalan opimal
matapencaharian kurang dikenal oleh sehingga perlu
tambahan bagi penduduk DPP lembaga yang dapat
penduduk DPP Tambaksari memfasilitasi
Tambaksari sehingga tidak
dapat berjalan
Memiliki potensi penghasil Memiliki peluang Permodalan minim Penduduk luar daerah
produk unggulan berupa untuk melatih dan pencarian bahan kurang mengenal
serbutet (serabut kelapa kreativitas dan baku yang sulit keberadaan kerajinan
campur karet) yang sudah membuka lapangan serbutet
diekspor ke Taiwan, kerja penduduk DPP
Australia dan Korea Tambaksari
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Dari kategori SWOT yang sudah didapat selanjutnya dibuat tabel analisis SWOT dengan
menggabungkan kekuatan berupa potensi, kelemahan berupa permasalahan, kesempatan,
dan ancaman sehingga menghasilkan beberapa strategi analisis. Berikut tabel analisis SWOT
untuk DPP Tambaksari:
Tabel IV.31.
Analisis SWOT DPP Tambaksari di Kecamatan Wanareja
Potensi/Kekuatan (S) Permasalahan/ Kelemahan (W)
1. Memiliki potensi berupa perkebunan 1. Jenis karet sheet ini tidak bisa dijual
Internal karet yang merupakan perkebunan setiap hari karena prosesnya yang lama
rakyat yaitu harus di giling dan di oven
2. Memiliki potensi bidang pertanian 2. Pendistribusian hasil pertanian
berupa padi terhambat
3. Memiliki potensi penghasil gula semut 3. Pembudidayaan gula semut yang kurang
Eksternal
4. Memiliki potensi penghasil produk dikenal oleh penduduk DPP Tambaksari
unggulan berupa serbutet (serabut sehingga tidak dapat berjalan
kelapa campur karet) yang sudah 4. Permodalan minim dan pencarian bahan
diekspor ke Taiwan, Australia dan Korea baku yang sulit
Kesempatan (O) Strategi SO Strategi WO
1. Memiliki peluang 1. Potensi berupa perkebunan karet yang 1. Jenis karet sheet yang tidak bisa dijual
menciptakan banyak merupakan perkebunan rakyat memiliki setiap hari karena prosesnya yang lama
lapangan kerja bagi peluang menciptakan banyak lapangan menghambat peluang menciptakan
penduduk DPP Tambaksari kerja bagi penduduk DPP Tambaksari; banyak lapangan kerja; W1-O1
2. Hasil produksi pertanian S1-O1 2. Pendistribusian hasil pertanian
dapat meningkatkan 2. Potensi bidang pertanian yang berupa terhambat yang menyebabkan
kesejahteraan penduduk padi dapat meningkatkan kesejahteraan terkendalanya peningkatan
3. Memiliki peluang untuk penduduk; S2-O2 kesejahteraan penduduk; W2-O2
dijadikan matapencaharian 3. Potensi penghasil gula semut memiliki 3. Peluang terbukanya matapencaharian
tambahan bagi penduduk peluang untuk dijadikan tambahan pembudidayaan gula semut
DPP Tambaksari matapencaharian tambahan bagi tidak berjalan lancar karena kurang
4. Memiliki peluang untuk penduduk DPP Tambaksari; S3-O3 dikenal oleh penduduk DPP Tambaksari;
melatih kreativitas dan 4. Produksi produk unggulan berupa W3-O3
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 54
laporan AKHIR

membuka lapangan kerja serbutet (serabut kelapa campur karet) 4. Pelatihan kreativitas dan pembuka
penduduk DPP Tambaksari yang sudah diekspor ke Taiwan, lapangan kerja terkendala oleh
Australia dan Korea memiliki permodalan minim dan pencarian bahan
kesempatan untuk melatih kreativitas baku serbutet yang sulit. W4-O4
dan membuka lapangan kerja penduduk
DPP Tambaksari. S4-O4

Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT


1. Hasil perkebunan karet 1. Potensi berupa perkebunan karet yang 1. Jenis karet sheet yang tidak bisa dijual
diambil oleh tengkulak merupakan perkebunan rakyat memiliki setiap hari karena prosesnya yang lama
dengan harga yang rendah ancaman yaitu hasil perkebunan karet serta hasil perkebunan karet diambil oleh
dari pasaran diambil oleh tengkulak dengan harga tengkulak dengan harga yang rendah dari
2. Adanya jalan rusak dan yang rendah dari pasaran; S1-T1 pasaran semakin mempersulit penduduk;
berlubang sehingga 2. Potensi bidang pertanian yang berupa W1-T1
mempersulit akses menuju padi terhambat oleh adanya jalan rusak 2. Pendistribusian hasil pertanian
Desa Tambaksari dan berlubang sehingga mempersulit terhambat disebabkan oleh adanya jalan
3. Pemasaran belum berjalan akses menuju Desa Tambaksari; S2-T2 rusak dan berlubang sehingga
optimal sehingga perlu 3. Potensi penghasil gula semut terkendala mempersulit akses menuju Desa
lembaga yang dapat oleh pemasaran yang belum berjalan Tambaksari; W2-T2
memfasilitasi optimal sehingga perlu lembaga yang 3. Kurang dikenalnya pembudidayaan gula
4. Penduduk luar daerah kurang dapat memfasilitasi; S3-T3 semut oleh penduduk DPP Tambaksari
mengenal keberadaan 4. Produksi produk unggulan berupa bertambah buruk dengan pemasarannya
kerajinan serbutet serbutet belum berjalan maksiimal yang belum berjalan optimal sehingga
karena penduduk luar daerah kurang perlu lembaga yang dapat memfasilitasi;
mengenal keberadaan kerajinan W3-T3
serbutet. S4-O4 4. Permodalan yang minim dan pencarian
bahan baku serbutet yang sulit serta
penduduk luar daerah kurang mengenal
keberadaan kerajinan serbutet menjadi
penghambat. W4-T4
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Dari hasil analisis didapatkan 4 strategi untuk mengembangkan potensi dengan


menyelesaikan permasalahan yang ada di masing-masing potensi DPP Tambaksari. Strategi
pengembangan potensi dan penyelesaian masalah adalaha sebagai berikut:
Memiliki potensi berupa perkebunan karet yang merupakan perkebunan rakyat:
1. Potensi berupa perkebunan karet yang merupakan perkebunan rakyat memiliki peluang
menciptakan banyak lapangan kerja bagi penduduk DPP Tambaksari; S1-O1
2. Jenis karet sheet yang tidak bisa dijual setiap hari karena prosesnya yang lama menghambat
peluang menciptakan banyak lapangan kerja; W1-O1
3. Potensi berupa perkebunan karet yang merupakan perkebunan rakyat memiliki ancaman
yaitu hasil perkebunan karet diambil oleh tengkulak dengan harga yang rendah dari pasaran;
S1-T1
4. Jenis karet sheet yang tidak bisa dijual setiap hari karena prosesnya yang lama serta hasil
perkebunan karet diambil oleh tengkulak dengan harga yang rendah dari pasaran semakin
mempersulit penduduk; W1-T1
Memiliki potensi bidang pertanian berupa padi:
1. Potensi bidang pertanian yang berupa padi dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk;
S2-O2

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 55
laporan AKHIR

2. Pendistribusian hasil pertanian terhambat yang menyebabkan terkendalanya peningkatan


kesejahteraan penduduk; W2-O2
3. Potensi bidang pertanian yang berupa padi terhambat oleh adanya jalan rusak dan berlubang
sehingga mempersulit akses menuju Desa Tambaksari; S2-T2
4. Pendistribusian hasil pertanian terhambat disebabkan oleh adanya jalan rusak dan berlubang
sehingga mempersulit akses menuju Desa Tambaksari; W2-T2
Memiliki potensi penghasil gula semut:
1. Potensi penghasil gula semut memiliki peluang untuk dijadikan matapencaharian tambahan
bagi penduduk DPP Tambaksari; S3-O3
2. Peluang terbukanya matapencaharian tambahan pembudidayaan gula semut tidak berjalan
lancar karena kurang dikenal oleh penduduk DPP Tambaksari; W3-O3
3. Potensi penghasil gula semut terkendala oleh pemasaran yang belum berjalan optimal
sehingga perlu lembaga yang dapat memfasilitasi; S3-T3
4. Kurang dikenalnya pembudidayaan gula semut oleh penduduk DPP Tambaksari bertambah
buruk dengan pemasarannya yang belum berjalan optimal sehingga perlu lembaga yang
dapat memfasilitasi; W3-T3

Memiliki potensi penghasil produk unggulan berupa serbutet (serabut kelapa campur
karet) yang sudah diekspor ke Taiwan, Australia dan Korea:
1. Produksi produk unggulan berupa serbutet (serabut kelapa campur karet) yang sudah
diekspor ke Taiwan, Australia dan Korea memiliki kesempatan untuk melatih kreativitas dan
membuka lapangan kerja penduduk DPP Tambaksari. S4-O4
2. Pelatihan kreativitas dan pembuka lapangan kerja terkendala oleh permodalan minim dan
pencarian bahan baku serbutet yang sulit. W4-O4
3. Produksi produk unggulan berupa serbutet belum berjalan maksiimal karena penduduk luar
daerah kurang mengenal keberadaan kerajinan serbutet. S4-O4
4. Permodalan yang minim dan pencarian bahan baku serbutet yang sulit serta penduduk luar
daerah kurang mengenal keberadaan kerajinan serbutet menjadi penghambat. W4-T4

B. Analisis SWOT DPP Karangtengah Kecamatan Sampang


DPP Karangtengah memiliki beberapa potensi yang dapat dikembangkan untuk
memajukan wilayahnya. Potensi tersebut berasal dari penghasil tempe dan tahu, penghasil
batu bata, pengrajin anyaman, dan potensi dalam bidang pertanian tanaman padi. Potensi
tersebut jika dapat dikembangkan dan dikelola dengan baik akan memberikan sumbangan
pendapatan untuk DPP Karangtengah. Namun dari setiap potensi tersebut terdapat
permasalahan yang dapat menghambat perkembangannya sehingga dibutuhkan program
penanganan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Penentuan program penanganan
dilakukan dengan analisis, dalam hal ini alat analisis yang akan digunakan adalah SWOT.
Sebelum masuk ke dalam analisis SWOT, dari potensi dan permasalahan diambil kesimpulan
berupa kesempatan dan ancaman yang mungkin ada. Berikut penentuan kategori SWOT yang
terdapat di DPP Karangtengah:
Tabel IV.32.
Kategori SWOT DPP Karangtengah di Kecamatan Sampang
Potensi/Kekuatan Permasalahan/
KTP2D Kesempatan (O) Ancaman (T)
(S) Kelemahan (W)
DPP: Memiliki potensi Sisa perebusan tempe Limbah tempe Limbah tempe
- Desa Karangtengah penghasil tempe digunakan untuk menimbulkan bau tidak ada irigasi
Hinterland: makanan ternak yang tidak sedap tertutup
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 56
laporan AKHIR

Potensi/Kekuatan Permasalahan/
KTP2D Kesempatan (O) Ancaman (T)
(S) Kelemahan (W)
- Desa Sampang Memiliki potensi Industri pembuat tahu Permodalan untuk Pemasaran dalam
- Desa Brani penghasil tahu dapat mendorong memproduksi tahu hal penjualan lebih
- Desa Paketingan pendapatan minim laku ampas
perekonomian daerah dibandingkan tahu
Memiliki potensi Pejualan hasil produksi Produksi berhenti jika Tidak dapat
penghasil batu batu bata dapat musim hujan membeli tanah jika
bata meningkatkan musim hujan
penghasilan penduduk
Memiliki potensi Melatih kretivitas Produksi anyaman Kalah saing dengan
pengrajin anyaman penduduk untuk berkurang barang-barang
menciptakan berbagai plastik yang
produk dari anyaman beredar di pasaran
Memiliki potensi Hasil produksi pertanian Saluran irigasi kering Adanya ancaman
bidang pertanian dapat meningkatkan hama wereng
yaitu padi kesejahteraan
penduduk
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Dari kategori SWOT yang sudah didapat selanjutnya dibuat tabel analisis SWOT dengan
menggabungkan kekuatan berupa potensi, kelemahan berupa permasalahan, kesempatan,
dan ancaman sehingga menghasilkan beberapa strategi analisis. Berikut tabel analisis SWOT
untuk DPP Karangtengah:
Tabel IV.33.
Analisis SWOT DPP Karangtengah di Kecamatan Sampang
Potensi/Kekuatan (S) Permasalahan/ Kelemahan (W)
Internal 1. Memiliki potensi penghasil tempe 1. Limbah tempe menimbulkan bau
2. Memiliki potensi penghasil tahu yang tidak sedap
3. Memiliki potensi penghasil batu 2. Permodalan untuk memproduksi
bata tahu minim
Eksternal 4. Memiliki potensi pengrajin 3. Produksi berhenti jika musim hujan
anyaman 4. Produksi anyaman berkurang
5. Memiliki potensi bidang pertanian 5. Saluran irigasi kering
yaitu padi
Kesempatan (O) Strategi SO Strategi WO
1. Sisa perebusan tempe 1. Potensi penghasil tempe memiliki 1. Sisa perebusan tempe yang
digunakan untuk makanan kesempatan untuk dikembangkan digunakan untuk makanan ternak
ternak karena sisa perebusan tempe menimbulkan bau yang tidak sedap;
2. Industri pembuat tahu dapat digunakan untuk makanan ternak; W1-O1
mendorong pendapatan S1-O1 2. Permodalan untuk memproduksi
perekonomian daerah 2. Produksi tahu dapat mendorong tahu minim menghambat
3. Pejualan hasil produksi batu pendapatan perekonomian peningkatan pendapatan
bata dapat meningkatkan daerah; S2-O2 perekonomian daerah; W2-O2
penghasilan penduduk 3. Potensi penghasil batu bata 3. Pejualan hasil produksi batu bata
4. Melatih kretivitas penduduk memiliki kesempatan untuk yang dapat meningkatkan
untuk menciptakan berbagai meningkatkan penghasilan penghasilan penduduk akan berhenti
produk dari anyaman penduduk; S3-O3 jika musim hujan; W3-O3
5. Hasil produksi pertanian 4. Pengrajin anyaman dapat melatih 4. Produksi anyaman yang berkurang
dapat meningkatkan kretivitas penduduk untuk menghambat kretivitas penduduk
kesejahteraan penduduk menciptakan berbagai produk dari untuk menciptakan berbagai produk
anyaman. S4-O4 dari anyaman; W4-O4
5. Potensi bidang pertanian yaitu 5. Saluran irigasi kering berdampak
padi dapat meningkatkan menurunnya hasil produksi pertanian

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 57
laporan AKHIR

kesejahteraan penduduk. S5-O5 dan juga menghambat peningkatan


kesejahteraan penduduk. W5-O5

Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT


1. Limbah tempe tidak ada 1. Produksi tempe memiliki kendala 1. Sisa perebusan tempe yang
irigasi tertutup yaitu tidak ada irigasi tertutup menimbulkan bau yang tidak sedap
2. Pemasaran dalam hal untuk limbah tempe; S1-T1 diperparah dengan tidak ada irigasi
penjualan lebih laku ampas 2. Produksi tahu memiliki ancaman tertutup untuk limbah tempe; W1-T1
dibandingkan tahu berupa penjualan ampas tahu yang 2. Permodalan untuk memproduksi
3. Tidak dapat membeli tanah lebih laku dibandingkan tahu; S2- tahu minim dan penjualan ampas
jika musim hujan T2 tahu yang lebih laku dibandingkan
4. Kalah saing dengan barang- 3. Potensi penghasil batu bata tahu merupakan masalah yang harus
barang plastik yang beredar di memiliki kendala yatu tidak dapat segera diselesaikan ; W2-T2
pasaran membeli tanah jika musim hujan; 3. Berhentinya produksi batu bata jika
5. Adanya ancaman hama S3-T3 musim hujan dikarenakan penduduk
wereng 4. Pengrajin anyaman kalah saing tidak dapat membeli tanah untuk
dengan barang-barang plastik produksi; W3-T3
yang beredar di pasaran; S4-T4 4. Produksi anyaman yang berkurang
5. Potensi bidang pertanian memiliki serta kalah saing dengan barang-
ancaman hama wereng. S5-T5 barang plastik yang beredar di
pasaran mempersulit produksi
anyaman; W4-T4
5. Saluran irigasi kering dan ancaman
hama wereg berdampak negatif bagi
penduduk. W5-T5
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Dari hasil analisis didapatkan 4 strategi untuk mengembangkan potensi dengan


menyelesaikan permasalahan yang ada di masing-masing potensi DPP Karangtengah.
Strategi pengembangan potensi dan penyelesaian masalah adalaha sebagai berikut:
Memiliki potensi penghasil tempe:
1. Potensi penghasil tempe memiliki kesempatan untuk dikembangkan karena sisa perebusan
tempe digunakan untuk makanan ternak; S1-O1
2. Sisa perebusan tempe yang digunakan untuk makanan ternak menimbulkan bau yang tidak
sedap; W1-O1
3. Produksi tempe memiliki kendala yaitu tidak ada irigasi tertutup untuk limbah tempe; S1-T1
4. Sisa perebusan tempe yang menimbulkan bau yang tidak sedap diperparah dengan tidak ada
irigasi tertutup untuk limbah tempe; W1-T1
Memiliki potensi penghasil tahu:
1. Produksi tahu dapat mendorong pendapatan perekonomian daerah; S2-O2
2. Permodalan untuk memproduksi tahu minim menghambat peningkatan pendapatan
perekonomian daerah; W2-O2
3. Produksi tahu memiliki ancaman berupa penjualan ampas tahu yang lebih laku dibandingkan
tahu; S2-T2
4. Permodalan untuk memproduksi tahu minim dan penjualan ampas tahu yang lebih laku
dibandingkan tahu merupakan masalah yang harus segera diselesaikan ; W2-T2
Memiliki potensi penghasil batu bata:
1. Potensi penghasil batu bata memiliki kesempatan untuk meningkatkan penghasilan
penduduk; S3-O3
2. Pejualan hasil produksi batu bata yang dapat meningkatkan penghasilan penduduk akan
berhenti jika musim hujan; W3-O3

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 58
laporan AKHIR

3. Potensi penghasil batu bata memiliki kendala yatu tidak dapat membeli tanah jika musim
hujan; S3-T3
4. Berhentinya produksi batu bata jika musim hujan dikarenakan penduduk tidak dapat
membeli tanah untuk produksi; W3-T3
Memiliki potensi pengrajin anyaman:
1. Pengrajin anyaman dapat melatih kretivitas penduduk untuk menciptakan berbagai produk
dari anyaman. S4-O4
2. Produksi anyaman yang berkurang menghambat kretivitas penduduk untuk menciptakan
berbagai produk dari anyaman; W4-O4
3. Pengrajin anyaman kalah saing dengan barang-barang plastik yang beredar di pasaran; S4-
T4
4. Produksi anyaman yang berkurang serta kalah saing dengan barang-barang plastik yang
beredar di pasaran mempersulit produksi anyaman; W4-T4
Memiliki potensi bidang pertanian yaitu padi:
1. Potensi bidang pertanian yaitu padi dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk. S5-O5
2. Potensi bidang pertanian yaitu padi dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk. S5-O5
3. Potensi bidang pertanian yaitu padi dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk. S5-O5
4. Potensi bidang pertanian yaitu padi dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk. S5-O5

C. Analisis SWOT DPP Banjarwaru Kecamatan Nusawungu


DPP Banjarwaru memiliki beberapa potensi yang dapat dikembangkan untuk
memajukan wilayahnya.diantara potensi tersebut berupa penghasil tas dan industri
pengolahan makanan ringan dari pisang. DPP ini merupakan wilayah dengan sektor industri
yang dapat dibilang maju. Namun dari setiap potensi tersebut terdapat permasalahan yang
dapat menghambat perkembangannya sehingga dibutuhkan program penanganan untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada. Penentuan program penanganan dilakukan dengan
analisis, dalam hal ini alat analisis yang akan digunakan adalah SWOT. Sebelum masuk ke
dalam analisis SWOT, dari potensi dan permasalahan diambil kesimpulan berupa kesempatan
dan ancaman yang mungkin ada. Berikut penentuan kategori SWOT yang terdapat di DPP
Banjarwaru:
Tabel IV.34.
Kategori SWOT DPP Banjarwaru di Kecamatan Nusawungu
Permasalahan/
KTP2D Potensi/Kekuatan (S) Kesempatan (O) Ancaman (T)
Kelemahan (W)
DPP: Pengrajin barang Memiliki peluang Kreativitas untuk Tergeser oleh alat-
- Desa Banjarwaru berbahan dari kayu, sebagai pekerjaan mengolah kerajinan alat modern yang
Hinterland: penghasil kesed, sambilan penduduk DPP kayu masih minim ada saat ini
serabut kelapa dan Banjarwaru
- Desa Danasari
penghasil tas yang
- Desa Klumprit berasal dari kain
- Desa maupun kulit
Karangputat Industri ceriping pisang Memiliki peluang untuk Permodalan yang Banyak produk
jenis raja nangka meningkatkan minim menghambat sejenis yang
perekonomian dan pemasaran pemasarannya lebih
kesejahteraan penduduk tinggi

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 59
laporan AKHIR

Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Dari kategori SWOT yang sudah didapat selanjutnya dibuat tabel analisis SWOT dengan
menggabungkan kekuatan berupa potensi, kelemahan berupa permasalahan, kesempatan,
dan ancaman sehingga menghasilkan beberapa strategi analisis. Berikut tabel analisis SWOT
untuk DPP Banjarwaru:
Tabel IV.35.
Analisis SWOT DPP Banjarwaru di Kecamatan Nusawungu
Potensi/Kekuatan (S) Permasalahan/ Kelemahan (W)
Internal 1. Pengrajin barang berbahan dari 1. Kreativitas untuk mengolah
kayu, penghasil kesed, serabut kerajinan kayu masih minim
kelapa dan penghasil tas yang 2. Permodalan yang minim
Eksternal
berasal dari kain maupun kulit menghambat pemasaran
2. Industri ceriping pisang jenis raja
nangka
Kesempatan (O) Strategi SO Strategi WO
1. Memiliki peluang sebagai 1. Pengrajin barang berbahan dari 1. Peluang sebagai pekerjaan
pekerjaan sambilan penduduk kayu, penghasil kesed, serabut sambilan penduduk DPP
DPP Banjarwaru kelapa dan penghasil tas yang Banjarwaru terhambat oleh
2. Memiliki peluang untuk berasal dari kain maupun kulit kreativitas untuk mengolah
meningkatkan perekonomian dan memiliki peluang sebagai pekerjaan kerajinan kayu masih minim; W1-
kesejahteraan penduduk sambilan penduduk DPP O1
Banjarwaru; S1-O1 2. Peluang untuk meningkatkan
2. Industri ceriping pisang jenis raja perekonomian dan kesejahteraan
nangka memiliki peluang untuk penduduk terkendala oleh
meningkatkan perekonomian dan permodalan yang minim sehingga
kesejahteraan penduduk; S2-O2 menghambat pemasaran; W2-O2
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
1. Tergeser oleh alat-alat modern 1. Pengrajin barang berbahan dari 1. Kreativitas untuk mengolah
yang ada saat ini kayu, penghasil kesed, serabut kerajinan kayu masih minim dan
2. Banyak produk sejenis yang kelapa dan penghasil tas yang semakin tergeser oleh alat-alat
pemasarannya lebih tinggi berasal dari kain maupun kulit modern yang ada saat ini
memiliki ancaman tergeser oleh alat- menyulikan para pengrajin; W1-T1
alat modern yang ada saat ini; S1-T1 2. Permodalan yang minim sehingga
2. Industri ceriping pisang jenis raja menghambat pemasaran
nangka memiliki banyak pesaing menyebabkan sulit bersaing
produk sejenis yang pemasarannya dengan produk sejenis yang
lebih tinggi; S2-T2 pemasarannya lebih tinggi; W2-T2
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Dari hasil analisis didapatkan 4 strategi untuk mengembangkan potensi dengan


menyelesaikan permasalahan yang ada di masing-masing potensi DPP Banjarwaru. Strategi
pengembangan potensi dan penyelesaian masalah adalaha sebagai berikut:
Pengrajin barang berbahan dari kayu, penghasil kesed, serabut kelapa dan penghasil tas yang
berasal dari kain maupun kulit:
1. Pengrajin barang berbahan dari kayu, penghasil kesed, serabut kelapa dan penghasil tas
yang berasal dari kain maupun kulit memiliki peluang sebagai pekerjaan sambilan penduduk
DPP Banjarwaru; S1-O1
2. Peluang sebagai pekerjaan sambilan penduduk DPP Banjarwaru terhambat oleh kreativitas
untuk mengolah kerajinan kayu masih minim; W1-O1
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 60
laporan AKHIR

3. Pengrajin barang berbahan dari kayu, penghasil kesed, serabut kelapa dan penghasil tas
yang berasal dari kain maupun kulit memiliki ancaman tergeser oleh alat-alat modern yang
ada saat ini; S1-T1
4. Kreativitas untuk mengolah kerajinan kayu masih minim dan semakin tergeser oleh alat-alat
modern yang ada saat ini menyulikan para pengrajin; W1-T1
Industri ceriping pisang jenis raja nangka:
1. Industri ceriping pisang jenis raja nangka memiliki peluang untuk meningkatkan
perekonomian dan kesejahteraan penduduk; S2-O2
2. Peluang untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan penduduk terkendala oleh
permodalan yang minim sehingga menghambat pemasaran; W2-O2
3. Industri ceriping pisang jenis raja nangka memiliki banyak pesaing produk sejenis yang
pemasarannya lebih tinggi; S2-T2
4. Permodalan yang minim sehingga menghambat pemasaran menyebabkan sulit bersaing
dengan produk sejenis yang pemasarannya lebih tinggi; W2-T2

4.4. Pembobotan Potensi dan Permasalahan


Setelah melakukan proses skoring dengan menggunakan data potensi dan
permasalahan penghambat pertumbuhan yang terdapat di masing-masing DPP, selanjutnya
adalah menghitung bobot dari masing-masing kategori SWOT. Kategori swot tersebut dibagi
menjadi 2 tabel yaitu IFAS (Internal) dan EFAS (Eksternal). Pembobotan dalam tabel IFAS dan
EFAS ini berfungsi untuk menentukan prioritas program penanganan terhadap
perkembangan potensi serta meminimalisir permasalahan yang dapat menghambat
perkembangan potensi. Tabel IFAS berisi kekuatan dan permasalahan dengan pemberian
bobot 4 = potensi yang paling menonjol; 3 = potensi pendukung; 2 = permasalahan yang tidak
terlalu menghambat; dan 1 = masalah yang sangat menghambat perkembangan. Berikut
tabel pembobotan IFAS dan EFAS:
4.4.1. DPP Terpilih Kabupaten Wonosobo
A. Pembobotan DPP Kapencar Kecamatan Kertek
DPP Kapencar dengan potensi berupa UKM susu sapi perah, perkebunan dan pertanian,
serta rencana pembuatan wisata alam, memiliki beberapa permasalahan atau faktor
penghambat dari perkembangan potensi. Oleh karena itu, DPP Kapencar membutuhkan
sebuah program penanganan yang dapat meminimalisir permasalahan yang terjadi pada
saat pengembangan potensi dilakukan. Program penanganan di DPP Kapencar dibuat
dengan melakukan pembobotan dari masing-masing indikator SWOT, pembobotan SWOT
ini berfungsi untuk mendapatkan program utama yang akan dilakukan untuk
mengembangkan fungsi dari DPP Kapencar. Berikut tabel pembobotan SWOT DPP
Kapencar yang dilihat dari segi internal berupa kekuatan atau potensi, serta kelemahan
atau permasalahan:
Tabel IV.36.
Analisis Bobot IFAS DPP Kapencar Kecamatan Kertek
DPP: Desa Kapencar Hinterland:Desa Candiyasan dan Desa Pagerejo
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
INTERNAL RATING
KEKUATAN (Streght)
a. UKM Susu Sapi Perah 0,20 4 0,80 Terdapat kelompok peternak susu sapi yang

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 61
laporan AKHIR

DPP: Desa Kapencar Hinterland:Desa Candiyasan dan Desa Pagerejo


FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
INTERNAL RATING
dibina atau bekerjasama dengan PT
Pertamina
b. Pengelola kotoran sapi menjadi Terdapat kelompok peternak susu sapi yang
Biogas dan Pupuk Kandang 0.15 3 0,45 memanfaatkan sisa kotoran sapi untuk bahan
energy biogas
c. Penghasil Perkebunan Tembakau Masih terdapat banyak lahan
0,05 3 0,15 perkebunan/pertanian yang dapat
dimanfaatkan untuk menanam tembakau
d. Penghasil Pertanian Kubis dan Masih terdapat banyak lahan
Cabai perkebunan/pertanian yang dapat
0,05 3 0,15
dimanfaatkan untuk menanam kubis dan
cabai
e. Potensi pengembangan Wisata Terdapat banyak kera liar yang berada di
0,05 3 0,15
Alam Goa Ketek kawasan hutan di wilayah DPP Kapencar
KELEMAHAN (Weakness)
a. Belum ada pengemasan Susu Sapi
sendiri, masih dikirim mentah ke Peternak atau masyarakat DPP Kapencar
Pekalongan dan Jakarta serta 0,05 1 0,10 belum memiliki koperasi untuk menampung
permodalan dan kreativitas keterampian untuk mengelola susu sapi
pengelolaan Susu Sapi minim
b.Pemanfaatan Biogas belum DPP Kapencar tidak memiliki dana yang
dilakukan secara optimal 0,10 2 0,20 cukup untuk pengembangan penggunaan
biogas untuk penduduk sekitar
c. Alat pengemasan hasil Merupakan daerah yang jika ditanami pohon
perkebuanan dan pertanian masih pisang sulit untuk tumbuh, padahal pelapah
0,15 2 0,15
mengimpor dari wilayah lain pisang tersebut menjadi salah satu bahan
pengemas tembakau
d.Produksi pertanian kubis dan cabai Karena hasil pertanian cabai dan kubis
masih rendah, hanya memenuhi 0,10 2 0,20 cepatbusuk maka hanya dijual pada pasar
kebutuhan pasar lokal lokal
e. Belum ada pengelolaan nyata Lokasi yang direncanakan sebagai Wisata
untuk Potensi Wisata Alam Goa Alam Goa Ketek masih berupa hutan dan
0,10 2 0,20
Ketek akses jalan menuju ke lokasi tersebut masih
sulit dijangkau
Total 1,00 2,55
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Menurut pembobotan IFAS, DPP Kapencar didapat potensi yang paling menonjol yaitu
berupa UKM susu sapi perah dengan hasil perkalian antara bobot dan rating paling tinggi
dari potensi yang lainnya, yaitu 0,80. Sedangkan untuk permasalahan yang paling krusial
atau paling menghambat perkembangan di DPP Kapencar adalah belum ada pengemasan
Susu Sapi sendiri dengan hasil perkalian bobot dan rating paling kecil, yaitu o,1. Berikut
tabel pembobotan SWOT DPP Kapencar yang dilihat dari segi eksternal berupa peluang
dan ancaman:

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 62
laporan AKHIR

Tabel IV.37.
Analisis Bobot EFAS DPP Kapencar Kecamatan Kertek
DPP: Desa Kapencar Hinterland:Desa Candiyasan dan Desa Pagerejo
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
PELUANG (opportunity)
a. Produksi susu sapi memiliki Susu sapi murni DPP Kapencar sudah
peluang pasar yang besar di 0,30 4 1,20 memiliki pelanggan dari pabrik susu di
Pekalongan dan Jakarta Jakarta
b.Pemanfaatan biogas untuk Keberadaan biogas yang sudah
memenuhi semua penduduk berkembang di DPP Kapencar dapat
0,11 3 0,33
DPP Kapencar dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
energi penduduknya
c. Pemasaran hasil Tembakau DPP Kapencar sudah memiliki
perkebuanan tembakau luas 0,09 3 0,27 pelanggan dari pabrik rokok Djarum yang
dan mudah berada di Kabupaten Temanggung
d.Hasil produksi pertanian
Jenis pertanian kubis dan cabai memiliki
kubis dan cabai dapat
waktu panen yang singkat sehingga
meningkatkan pendapatan 0,05 3 0,15
dimanfaatkan penduduk untuk
serta kesejahteraan
mendapatkan penghasilan tambahan
penduduk DPP Kapencar
e. Pengelolaan potensi Wisata Jika dikelola dengan baik maka Wisata
Alam Goa Ketek dapat Alam Goa Ketek akan mendatangkan para
0,05 3 0,15
meningkatkan pendapatan pengunjung dan mendingkatkan
perekonomian DPP Kapencar perekonomian desa
ANCAMAN (Threat)
a. Harga jual susu murni Karena hanya berupa susu sapi murni, maka
masih rendah 0,02 1 0,02 dari pabrik pembeli susu menghargainya
dengan harga yang rendah
b. Pembuatan pipa penyaluran Alat pengelolaan biogas terbilang mahal
biogas mahal 0,10 2 0,20 dan harus membeli ke kota besar seperti
Bandung
c. Harga jual hasil perkebunan Karena penjualannya dilakukan pada pabrik
tembakau rendah 0,12 1 0,12 besar, maka harga beli untuk tembakau dari
petani DPP Kapencar dihargai rendah
d. Jalur perekonomian dan Karena berupa perdesaaan di daerah
pertanian masih tanah 0,08 2 0,16 perbukitan, maka akses di DPP Kapencar
masih banyak yang terbuat dari tanah
e. Akses menuju lokasi belum Lokasi yang direncanakan sebagai Wisata
dikelola sehingga masih Alam Goa Ketek masih berupa hutan dan
0,08 2 0,16
sulit untuk dilewati akses jalan menuju ke lokasi tersebut masih
sulit dijangkau
Total 1,00 2,68
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Menurut pembobotan EFAS, DPP Kapencar didapat peluang yang paling menonjol
untuk dikembangkan yaitu berupa UKM susu sapi perah yang memiliki peluang pasar yang
besar di Pekalongan dan Jakarta dengan hasil perkalian antara bobot dan rating paling
tinggi, yaitu 1,20. Sedangkan untuk ancaman yang paling krusial atau paling mengancam
perkembangan di DPP Kapencar adalah hasil jual berupa susu sapi murni yang rendah
dengan hasil perkalian bobot dan rating paling kecil, yaitu 0,02.

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 63
laporan AKHIR

B. Pembobotan DPP Reco Kecamatan Kertek


DPP Reco memiliki beberapa potensi unggulan berupa wisata rohani khatolik,
perkebuanan dan pertanian. Potensi tersebut jika dapat dikembangkan dan dikelola
dengan baik akan dapat memajukan wilayahnya, seperti memberikan sumbangan
pendapatan untuk DPP Reco dan Kabupaten Wonosobo, namun dari poitensi tersebut
terdapat beberapa permasalahan atau faktor penghambat dari perkembangan potensi.
Oleh karena itu, DPP Reco membutuhkan sebuah program penanganan yang dapat
meminimalisir permasalahan yang terjadi pada saat pengembangan potensi dilakukan.
Program penanganan di DPP Reco dibuat dengan melakukan pembobotan dari masing-
masing indikator SWOT, pembobotan SWOT ini berfungsi untuk mendapatkan program
utama yang akan dilakukan untuk mengembangkan fungsi dari DPP Reco. Berikut tabel
pembobotan SWOT DPP Reco yang dilihat dari segi internal berupa kekuatan atau potensi,
serta kelemahan atau permasalahan:
Tabel IV.38.
Analisis Bobot IFAS DPP Reco Kecamatan Kertek
DPP: Desa Reco Hinterland: Desa Candiyasan
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
INTERNAL RATING
KEKUATAN (Streght)
a. Potensi Wisata Rohani Khatolik Merupakan wisata rohani khatolik yang
Taro Anggro 0,35 4 1,40 mendapat bantuan pengelolaan langsung dari
Vatikan
b.Penghasil Perkebuanan Masih terdapat banyak lahan
Tembakau 0,15 3 0,45 perkebunan/pertanian yang dapat
dimanfaatkan untuk menanam tembakau
c. Penghasil Pertanian Kubis, Masih terdapat banyak lahan
Cabai, dan Jagung 0,10 3 0,30 perkebunan/pertanian yang dapat
dimanfaatkan untuk menanam kubis dan cabai
KELEMAHAN (Weakness)
a. Jalan untuk menuju tempat Merupakan perdesaaan di daerah perbukitan,
wisata masih berupa tanah dan 0,10 1 0,10 maka akses di DPP Reco masih banyak yang
batu kerikil terbuat dari tanah
b.Kekurangan lahan untuk Merupakan daerah perbukitan sehingga DPP
menjemur tembakau 0,20 2 0,40 Reco sulit ditemukan tempat datar untuk
menjemur tembakau
c. Permodalan untuk Penduduk DPP Kapencar sebgian besar bekerja
mengembangkan hasil pertanian sebagai petani sawah dan perkebunan
0,10 2 0,20
dan perkebuanan minim sehingga tidak memiliki modal untuk
mengebangkan hasil pertanian
Total 1,00 2,85
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Menurut pembobotan IFAS, DPP Reco didapat potensi yang paling menonjol yaitu
berupa Potensi Wisata Rohani Khatolik Taro Anggro dengan hasil perkalian antara bobot
dan rating paling tinggi dari potensi yang lainnya, yaitu 1,40. Sedangkan untuk
permasalahan yang paling krusial atau paling menghambat perkembangan di DPP
Kapencar adalah jalan untuk menuju tempat wisata masih berupa tanah dan batu kerikil
dengan hasil perkalian bobot dan rating paling kecil, yaitu o,1. Berikut tabel pembobotan
SWOT DPP Reco yang dilihat dari segi eksternal berupa peluang dan ancaman:
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 64
laporan AKHIR

Tabel IV.39.
Analisis Bobot EFAS DPP Reco Kecamatan Kertek
DPP: Desa Reco Hinterland: Desa Candiyasan
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
PELUANG (opportunity)
a. Keberadaan Potensi Wisata
Rohani Khatolik Taro Anggro Lokasi 3 rencana potensi wisata
dapat mempengaruhi lainnya (Curug Talang, Watulunyu,
perkembangan 3 rencana 0,25 4 1,00 dan Sendang Kencana Sidomari)
potensi wisata lainnya (Curug memiliki arah jalan yang sama
Talang, Watulunyu, dan Sendang dengan Taro Anggro
Kencana Sidomari)
b. Pemasaran hasil perkebuanan Tembakau dari hasil panen DPP Reco
tembakau luas dan mudah 0,25 3 0,75 mudah dijual ke pabrik-pabrik rokok
seperti Kudus dan Temanggung
c. Hasil produksi pertanian kubis Jenis pertanian kubis dan cabai memiliki
dan cabai dapat meningkatkan waktu panen yang singkat sehingga
0,15 3 0,45
pendapatan serta kesejahteraan dimanfaatkan penduduk untuk
penduduk DPP Kapencar mendapatkan penghasilan tambahan
ANCAMAN (Threat)
a. Kondisi jalan disekitar wisata Merupakan perdesaaan di daerah
kurang nyaman untuk dilewati perbukitan, maka akses di DPP Reco
0,10 1 0,10
karena sempit masih banyak yang terbuat dari tanah
dan jalan sempit
b. Harga jual hasil perkebunan Karena penjualannya dilakukan pada
tembakau rendah pabrik besar, maka harga beli untuk
0,10 1 0,10
tembakau dari petani DPP Reco
dihargai rendah
c. Banyak tanaman cabai yang Kondisi cuaca yang sejuk dan kurang
busuk karena cuaca panas yang 0,15 2 0,30 sinar matahari membuat tanaman cabai
kurang di DPP Reco menjadi lembab dan mudah busuk
Total 1,00 2,65
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Menurut pembobotan EFAS, DPP Reco didapat peluang yang paling menonjol untuk
dikembangkan yaitu berupa keberadaan Potensi Wisata Rohani Khatolik Taro Anggro
dapat mempengaruhi perkembangan 3 rencana potensi wisata lainnya (Curug Talang,
Watulunyu, dan Sendang Kencana Sidomari) dengan hasil perkalian antara bobot dan
rating paling tinggi, yaitu 1,00. Sedangkan untuk ancaman yang paling krusial atau paling
mengancam perkembangan di DPP Reco adalah hasil jual berupa kondisi jalan disekitar
wisata kurang nyaman untuk dilewati karena sempit dengan hasil perkalian bobot dan
rating paling kecil, yaitu 0,10.

C. Pembobotan DPP Wilayu Kecamatan Selomerto


DPP Wilayu dengan potensi yang berasal dari perkebunan dan pertanian, serta rencana
pembuatan wisata alam, memiliki beberapa permasalahan atau faktor penghambat dari
perkembangan potensi. Oleh karena itu, DPP Wilayu membutuhkan sebuah program

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 65
laporan AKHIR

penanganan yang dapat meminimalisir permasalahan yang terjadi pada saat


pengembangan potensi dilakukan. Program penanganan di DPP Wilayu dibuat dengan
melakukan pembobotan dari masing-masing indikator SWOT, pembobotan SWOT ini
berfungsi untuk mendapatkan program utama yang akan dilakukan untuk
mengembangkan fungsi dari DPP Wilayu. Berikut tabel pembobotan SWOT DPP Wilayu
yang dilihat dari segi internal berupa kekuatan atau potensi, serta kelemahan atau
permasalahan:

Tabel IV.40.
Analisis Bobot IFAS DPP Wilayu Kecamatan Selomerto
DPP: Desa Wilayu Hinterland: Desa Tumenggungan, Desa Adiwarno, Desa Wulungsari, dan Desa Sumberwulan
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
INTERNAL RATING
KEKUATAN (Streght)
a. Penghasil Perkebunan Buah Durian, Memiliki lahan perkebunan yang luas
Buah Manggis, dan Buah Duku 0,30 4 1,20 untuk ditanami berbagai jenis pohon
seperti durian, manggis, dan duku
b. Penghasil Pertanian Padi (1 Ha Memiliki lahan pertanian yang cukup
0,25 3 0,75
menghasilkan 2 Ton) luas untuk ditanami padi
c. Potensi Wisata Alam Sungai Batu Sungai dengan pemandangan alam
Nganten 0,15 3 0,45 menjadikan potensi untuk
dikembangkan menjadi wisata alam
KELEMAHAN (Weakness)
a. Hasil perkebuanan masih dijual Penduduk DPP Wilayu belum memiliki
dalam bentuk buah, belum dikelola 0,05 1 0,05 keterampilan dalam mengelola buah
menjadi produk lain menjadi makanan olahan lain
b. Hasil panen padi hanya mencukupi Meski memiliki lahan yang luas namun
untuk memenuhi kebutuhan sehari- penduduk DPP Wilayu belum bisa untuk
0,10 2 0,20
hari penduduk mengelola padi menjadi komoditas
unggulan
c. Belum ada pengelolaan nyata untuk Pengetahuan dan keterampilan
Potensi Wisata Alam Sungai Batu pengelolaan wisata yang minim menjadi
0,15 2 0,30
Nganten penghalang untuk mengembangkan
rencana wisata
Total 1,00 2,95
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Menurut pembobotan IFAS, DPP Wilayu didapat potensi yang paling menonjol yaitu
berupa penghasil Perkebunan Buah Durian, Buah Manggis, dan Buah Duku dengan hasil
perkalian antara bobot dan rating paling tinggi dari potensi yang lainnya, yaitu 1,20.
Sedangkan untuk permasalahan yang paling krusial atau paling menghambat
perkembangan di DPP Wilayu adalah hasil perkebuanan masih dijual dalam bentuk buah,
belum dikelola menjadi produk lain dengan hasil perkalian bobot dan rating paling kecil,
yaitu o,05. Berikut tabel pembobotan SWOT DPP Wilayu yang dilihat dari segi eksternal
berupa peluang dan ancaman:

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 66
laporan AKHIR

Tabel IV.41.
Analisis Bobot EFAS DPP Wilayu Kecamatan Selomerto
Desa Wilayu Hinterland: Desa Tumenggungan, Desa Adiwarno, Desa Wulungsari, dan Desa Sumberwulan
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
PELUANG (opportunity)
a. DPP Wilayu memiliki peluang pasar Karena banyak memiiki pohon durian,
yang besar sebagai penjualan manggis, dan duku maka DPP Wilayu
0,35 4 1,40
durian, manggis, dan duku dikenel dan memiliki pemasaran
terhadap 3 buah tersebut cukup tinggi
b. Penjualan produksi pertanian padi Jenis pertanian padi memiliki waktu
dapat meningkatkan kesejahteraan panen yang singkat sehingga
0,20 3 0,60
penduduk dimanfaatkan penduduk untuk
mendapatkan penghasilan tambahan
c. Pengelolaan Potensi Wisata Alam Jika dikelola dengan baik Wisata Alam
Sungai Batu Nganten dapat Sungai Batu Nganten akan
meningkatkan pendapatan 0,15 3 0,45
mendatangkan para pengunjung dan
perekonomian DPP Wilayu mendingkatkan perekonomian desa
ANCAMAN (Threat)
a. Penjualan durian, manggis, dan Karena hanya berbentuk buah, maka
duku dalam bentuk buah memiliki harga pasaran lebih rendah
harga yang lebih rendah 0,05 1 0,05
dibandingkan dengan yang sudah
dibandingkan dengan yang sudah
diolah menjadi produk lain
diolah menjadi produk lain
b. Jalan pertanian masih tanah Merupakan perdesaaan di daerah
(menuju ladang atau kebun) perbukitan, maka akses di DPP Wilayu
0,10 2 0,20
masih banyak yang terbuat dari tanah
dan jalan sempit
c. Berkembangnya mitos mistis Banyak warga yang percaya terhadap
menghambat pengelolaan wisata mitos sehingga tidak berani untuk
0,15 2 0,30
mengelola atau merubah kondisi dari
sungai batu nganten
Total 1,00 3,00
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Menurut pembobotan EFAS, DPP Wilayu didapat peluang yang paling menonjol untuk
dikembangkan yaitu berupa peluang pasar yang besar sebagai penjualan durian, manggis,
dan duku dengan hasil perkalian antara bobot dan rating paling tinggi, yaitu 1,40.
Sedangkan untuk ancaman yang paling krusial atau paling mengancam perkembangan di
DPP Wilayu adalah penjualan durian, manggis, dan duku dalam bentuk buah memiliki
harga yang lebih rendah dibandingkan dengan yang sudah diolah menjadi produk lain
dengan hasil perkalian bobot dan rating paling kecil, yaitu 0,05.

4.4.2. DPP Terpilih Kabupaten Banjarnegara


A. Pembobotan DPP Gumiwang Kecamatan Purwanegara
DPP Gumiwang dengan potensi yang berasal dari pertanian pembudidayaan ikan air
tawar dan pertanian tanaman sawah berupa padi, memiliki beberapa permasalahan atau
faktor penghambat dari perkembangan potensi. Oleh karena itu, DPP Gumiwang

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 67
laporan AKHIR

membutuhkan sebuah program penanganan yang dapat meminimalisir permasalahan


yang terjadi pada saat pengembangan potensi dilakukan. Program penanganan di DPP
Gumiwang dibuat dengan melakukan pembobotan dari masing-masing indikator SWOT,
pembobotan SWOT ini berfungsi untuk mendapatkan program utama yang akan dilakukan
untuk mengembangkan fungsi dari DPP Gumiwang. Berikut tabel pembobotan SWOT DPP
Gumiwang yang dilihat dari segi internal berupa kekuatan atau potensi, serta kelemahan
atau permasalahan:
Tabel IV.42.
Analisis Bobot IFAS DPP Gumiwang Kecamatan Purwanegara
DPP: Desa Gumiwang Hinterland: Desa Kaliperus, Desa Parakan, Desa Kutawaluh, danDesa Pucungbedug
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
INTERNAL RATING
KEKUATAN (Streght)
a. Memiliki potensi bidang
Memiliki lahan pertanian yang cukup luas dan
pertanian yaitu padi 0,20 3 0,60
kondisi tanah yang subur
b.Memiliki potensi di bidang
Merupakan daerah pegunungan sehingga ikan
perikanan air tawar 0,35 4 1,20
yang dibudidayakan berupa ikan air tawar
KELEMAHAN (Weakness)
a. Irigasi pertanian belum Kondisi lahan yang berada pada daerah
permanen 0,30 2 0,60 perbukitan menyulitkan untuk dibuat irigasi
pertanian secara permanen
b.Minimnya modal untuk
Penduduk DPP Gumiwang merupakan
pengembangan perikanan air 0,15 1 0,15 pembudidaya ikan air tawar kecil, sehingga
tawar memiliki penghasilan yang rendah
Total 1,00 2,50
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Menurut pembobotan IFAS, DPP Gumiwang didapat potensi yang paling menonjol
yaitu berupa potensi di bidang perikanan air tawar dengan hasil perkalian antara bobot dan
rating paling tinggi dari potensi yang lainnya, yaitu 1,20. Sedangkan untuk permasalahan
yang paling krusial atau paling menghambat perkembangan di DPP Gumiwang adalah
minimnya modal untuk pengembangan perikanan air tawar dengan hasil perkalian bobot
dan rating paling kecil, yaitu o,15. Berikut tabel pembobotan SWOT DPP Gumiwang yang
dilihat dari segi eksternal berupa peluang dan ancaman:
Tabel IV.43.
Analisis Bobot EFAS DPP Gumiwang Kecamatan Purwanegara
DPP: Desa Gumiwang Hinterland: Desa Kaliperus, Desa Parakan, Desa Kutawaluh, danDesa Pucungbedug
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
PELUANG (opportunity)
a. Produksi pertanian padi menjadi Jenis pertanian padi memiliki waktu
pendorong untuk perkembangan panen yang singkat sehingga
0,30 3 0,90
perekonomian DPP Gumiwang dimanfaatkan penduduk untuk
mendapatkan penghasilan tambahan
b. Lokasi pembudidayaan ikan diakui 0,35 4 1,40 Karena tempat pembudidayaan sudah
pemerintah daerah dengan diakui oleh pemerintah daerah maka
dibuatkannya Kampung Nila untuk pemasarannya banyak

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 68
laporan AKHIR

DPP: Desa Gumiwang Hinterland: Desa Kaliperus, Desa Parakan, Desa Kutawaluh, danDesa Pucungbedug
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
konsumenyang mendatangi tempat
pembudidayaan
ANCAMAN (Threat)
a. Hasil pertanian padi diambil oleh Karena minimnya alat untuk
tengkulak dengan harga murah mengangkut hasil pertanian padi ke
0,20 2 0,40
pasar, maka banyak tengkulak yang
mengambil dan mendatangi desa
b. Akses menuju tempat Karena pembudidayaan berupa petak-
pembudidayaan ikan sempit 0,15 1 0,15 petak tambak maka jalan yang berada
di daera pembudidayaan sempit
Total 1,00 2,85
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Menurut pembobotan EFAS, DPP Gumiwang didapat peluang yang paling menonjol
untuk dikembangkan yaitu berupa lokasi pembudidayaan ikan diakui pemerintah daerah
dengan dibuatkannya Kampung Nila dengan hasil perkalian antara bobot dan rating
paling tinggi, yaitu 1,40. Sedangkan untuk ancaman yang paling krusial atau paling
mengancam perkembangan di DPP Gumiwang adalah akses menuju tempat
pembudidayaan ikan sempit dengan hasil perkalian bobot dan rating paling kecil, yaitu
0,15.

B. Pembobotan DPP Gumelem Kulon Kecamatan Susukan


DPP Gumelem Kulon dengan potensi yang berasal dari pembuatan batik tulis yang
dilakukan oleh warga setempat, selain itu juga terdapat potensi penghasil gula jawa dan
potensi pertanian berupa penghasil tanaman padi, memiliki beberapa permasalahan atau
faktor penghambat dari perkembangan potensi. Oleh karena itu, DPP Gumelem Kulon
membutuhkan sebuah program penanganan yang dapat meminimalisir permasalahan
yang terjadi pada saat pengembangan potensi dilakukan. Program penanganan di DPP
Gumelem Kulon dibuat dengan melakukan pembobotan dari masing-masing indikator
SWOT, pembobotan SWOT ini berfungsi untuk mendapatkan program utama yang akan
dilakukan untuk mengembangkan fungsi dari DPP Gumelem Kulon. Berikut tabel
pembobotan SWOT DPP Gumelem Kulon yang dilihat dari segi internal berupa kekuatan
atau potensi, serta kelemahan atau permasalahan:
Tabel IV.44.
Analisis Bobot IFAS DPP Gumelem Kulon Kecamatan Susukan
DPP: Desa Gumelem Kulon Hinterland: Desa Gumelem Wetan, Desa Susukan, Desa Kedawung, dan Desa
Penerusan Wetan
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
INTERNAL RATING
KEKUATAN (Streght)
a. Memiliki potensi di bidang industri Sebagian besar penduduk DPP
berupa batik tulis 0,30 4 1,20 Gumelem Kulon memiliki keahlian
membatik sejak bertahun-tahun
b.Memiliki potensi di bidang 0,18 3 0,54 Memiliki lahan pertanian yang cukup

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 69
laporan AKHIR

DPP: Desa Gumelem Kulon Hinterland: Desa Gumelem Wetan, Desa Susukan, Desa Kedawung, dan Desa
Penerusan Wetan
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
INTERNAL RATING
pertanian yaitu padi luas dan kondisi tanah yang subur
c. Penghasil industri gula merah Terdapat banyak pohon kelapa atau
aren yang yang tumbuh di pekarangan
0,12 3 0,36 dan dimanfaatkan penduduk DPP
Gumelem Kulon untuk membuat gula
merah
KELEMAHAN (Weakness)
a. Kurangnya modal karena Bahan baku pembuatan batik sulit
minimnya bahan baku 0,05 1 0,05 ditemukan di DPP Gumelem Kulon
sehingga harus membeli keluar daerah
b.2/3 merupakan perbukitan Merupakan perdesaaan di daerah
sehingga jalan di desa Gumelem perbukitan, maka akses di DPP
0,20 2 0,40
Kulon rusak dan berlubang Gumelem Kulon banyak jalan yang
rusak dan berubang
c. Kurangnya pemasaran untuk
Karena bahan baku yang terbatas, maka
produksi gula merah 0,15 2 0,30
pemasaran hanya berada di daerah lokal
Total 1,00 2,85
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Menurut pembobotan IFAS, DPP Gumelem Kulon didapat potensi yang paling
menonjol yaitu berupa potensi di bidang industri berupa batik tulis dengan hasil perkalian
antara bobot dan rating paling tinggi dari potensi yang lainnya, yaitu 1,20. Sedangkan
untuk permasalahan yang paling krusial atau paling menghambat perkembangan di DPP
Gumelem Kulon adalah kurangnya modal karena minimnya bahan baku dengan hasil
perkalian bobot dan rating paling kecil, yaitu o,05. Berikut tabel pembobotan SWOT DPP
Gumelem Kulon yang dilihat dari segi eksternal berupa peluang dan ancaman:
Tabel IV.45.
Analisis Bobot EFAS DPP Gumelem Kulon Kecamatan Susukan
DPP: Desa Gumelem Kulon Hinterland: Desa Gumelem Wetan, Desa Susukan, Desa Kedawung, dan Desa Penerusan
Wetan
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
PELUANG (opportunity)
a. Batik tulis DPP Gumelem Kulon Untuk melestarikan dan mengenalkan
dijadikan pakaian dinas untuk motif batik dari DPP Gumelem Kulon,
0,35 4 1,40
pegawai pemerintah daerah maka pegawai pemda memakai pakaian
dinas dari batik
b. Berkembangnya potensi pertanian
Banyaknya penduduk yang berprofesi
menciptakan lapangan pekerjaan
sebagai petani membuat sebagian
baru penduduk sebagai pandai besi 0,16 3 0,48
penduduk lainnya mencari keuntungan
peralatan bertani dari pengrajin besi untuk alat pertanian

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 70
laporan AKHIR

DPP: Desa Gumelem Kulon Hinterland: Desa Gumelem Wetan, Desa Susukan, Desa Kedawung, dan Desa Penerusan
Wetan
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
c. Pemanfaatan pohon kelapa atau
aren yang tumbuh di perkebuanan Pohon kelapa yang sebelumnya tidak
0,14 3 0,42 dimanfaatkan digunakan penduduk
penduduk
untuk membuat gula merah

ANCAMAN (Threat)
a. Harga pasaran masih terbilang Karena promosi yang minim, membuat
rendah dari batik tulis daerah lain batik DPP Gumelem Kulon kurang
0,02 1 0,02
dikenal dan masih dalam harga jual
rendah
b. Kondisi tanah yang labil
Merupakan perdesaaan di daerah
mengakibatkan jalan mudah rusak
perbukitan, maka akses di DPP
dan berbahaya karena berpotensi 0,08 2 0,16
Gumelem Kulon banyak labil dan
longsor berpotensi longsor

c. Terbatasnya pohon kelapa atau aren Pohon kelapa yang sebelumnya tidak
di DPP Gumelem Kulon sehingga dibudidayakan mengakibatkan
0,15 2 0,35
hasil produksi sedikit kelangkaan sehingga menghambat
proses produksi gula merah
Total 1,00 2,83
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Menurut pembobotan EFAS, DPP Gumelem Kulon didapat peluang yang paling
menonjol untuk dikembangkan yaitu batik tulis dari DPP Gumelem Kulon dijadikan
pakaian dinas untuk pegawai pemerintah daerah dengan hasil perkalian antara bobot dan
rating paling tinggi, yaitu 1,40. Sedangkan untuk ancaman yang paling krusial atau paling
mengancam perkembangan di DPP Gumelem Kulon adalah harga pasaran masih terbilang
rendah dari batik tulis daerah lain dengan hasil perkalian bobot dan rating paling kecil,
yaitu 0,02.

C. Pembobotan Kelurahan Kutabanjarnegara Kecamatan Banjarnegara


Kelurahan Kutabajarnegara dengan potensi yang berasal dari penghasil industri rumah
tangga, memiliki beberapa permasalahan atau faktor penghambat dari perkembangan
potensi. Oleh karena itu, Kelurahan Kutabajarnegara membutuhkan sebuah program
penanganan yang dapat meminimalisir permasalahan yang terjadi pada saat
pengembangan potensi dilakukan. Program penanganan di Kelurahan Kutabajarnegara
dibuat dengan melakukan pembobotan dari masing-masing indikator SWOT, pembobotan
SWOT ini berfungsi untuk mendapatkan program utama yang akan dilakukan untuk
mengembangkan fungsi dari Kelurahan Kutabajarnegara. Berikut tabel pembobotan
SWOT Kelurahan Kutabajarnegara yang dilihat dari segi internal berupa kekuatan atau
potensi, serta kelemahan atau permasalahan:

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 71
laporan AKHIR

Tabel IV.46.
Analisis Bobot IFAS DPP Kutabanjarnegara Kecamatan Banjarnegara
DPP: Kelurahan Kutabanjarnegara Hinterland: Desa Wangon, Desa Karangtengah, dan Desa Krandengan
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
INTERNAL RATING
KEKUATAN (Streght)
a. Industri rumah tangga Kelurahan Kutabanjarnegara berada pada
berupa makanan ringan pusat pertumbuhan daerah, maka
yang tersebar di beberapa 0,65 4 2,60 penduduknya memilih untuk berprofesi
RT sebagai pengelola industri RT disamping
sudah tidak adanya lahan persawahan
KELEMAHAN (Weakness)
b. Pengemasan produk
Penduduk Kelurahan Kutabanjarnegara
makanan ringan yang 0,35 1 0,35 kurang memiliki kreatifitas dalam
kurang menarik mengemas produk makanan ringan
Total 1,00 2,95
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Menurut pembobotan IFAS, Kelurahan Kutabajarnegara didapat potensi yang paling


menonjol yaitu berupa industri rumah tangga berupa makanan ringan yang tersebar di
beberapa RT dengan hasil perkalian antara bobot dan rating paling tinggi dari potensi yang
lainnya, yaitu 2,60. Sedangkan untuk permasalahan yang paling krusial atau paling
menghambat perkembangan di Kelurahan Kutabajarnegara adalah pengemasan produk
makanan ringan yang kurang menarik dengan hasil perkalian bobot dan rating paling kecil,
yaitu o,35. Berikut tabel pembobotan SWOT Kelurahan Kutabajarnegara yang dilihat dari
segi eksternal berupa peluang dan ancaman:
Tabel IV.47.
Analisis Bobot EFAS DPP Kutabanjarnegara Kecamatan Banjarnegara
DPP: Kelurahan Kutabanjarnegara Hinterland: Desa Wangon, Desa Karangtengah, dan Desa Krandengan
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
PELUANG (opportunity)
a. Industri RT dapat menyerap tenaga Karena banyak berkembang industri RT
kerja 0,55 4 2,20 maka banyak pula membutuhkan orang
untuk dijadikan karyawan
ANCAMAN (Threat)
b.Banyak makanan yang sejenis Pengemasan produk yang kurang
dengan kemasan yang lebih menarik sehingga banyak konsumen
0,45 1 0,45
menarik memilih makanan sejenis dengan
kemasan yang lebih menarik
Total 1,00 2,65
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Menurut pembobotan EFAS, Kelurahan Kutabajarnegara didapat peluang yang paling


menonjol berupa industri RT dapat menyerap tenaga kerja dengan hasil perkalian antara
bobot dan rating paling tinggi, yaitu 0,55. Sedangkan untuk ancaman yang paling krusial
atau paling mengancam perkembangan di Kelurahan Kutabajarnegara adalah banyak

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 72
laporan AKHIR

makanan yang sejenis dengan kemasan yang lebih menarik dengan hasil perkalian bobot
dan rating paling kecil, yaitu 0,45.

4.4.3. DPP Terpilih Kabupaten Purbalingga


A. Pembobotan DPP Limbasari Kecamatan Bobotsari
DPP Limbasari dengan potensi yang berasal dari pembuatan batik tulis yang dilakukan
oleh warga setempat, selain itu juga terdapat potensi wisata kampong batik dan
peninggalan situs kuno seperti Makam Ayu Putri Limbasari, memiliki beberapa
permasalahan atau faktor penghambat dari perkembangan potensi. Oleh karena itu, DPP
Limbasari membutuhkan sebuah program penanganan yang dapat meminimalisir
permasalahan yang terjadi pada saat pengembangan potensi dilakukan. Program
penanganan di DPP Limbasari dibuat dengan melakukan pembobotan dari masing-masing
indikator SWOT, pembobotan SWOT ini berfungsi untuk mendapatkan program utama
yang akan dilakukan untuk mengembangkan fungsi dari DPP Limbasari. Berikut tabel
pembobotan SWOT DPP Limbasari yang dilihat dari segi internal berupa kekuatan atau
potensi, serta kelemahan atau permasalahan:
Tabel IV.48.
Analisis Bobot IFAS DPP Limbasari Kecamatan Bobotsari
DPP: Desa Limbasari Hinterland: Desa Palumbanagan Kulon, Desa Karangmalang, Desa Dagan
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
INTERNAL RATING
KEKUATAN (Streght)
a. Penghasil Batik Tulis (2 lokasi) Sebagian besar penduduk DPP
0,30 4 1,20 limbasari memiliki keahlian membatik
sejak bertahun-tahun
b. Potensi Wisata Religi Makam Putri Pengetahuan dan keterampilan
Limbasari pengelolaan wisata yang minim menjadi
0,15 3 0,45
penghalang untuk mengembangkan
rencana wisata
c. Memiliki 3 lokasi yang terdapat Banyak terdapat situs purbakala yang di
0,20 4 0,80
situs purbakala temukan di DPP Limbasari
KELEMAHAN (Weakness)
a. Permodalan untuk produksi minim Bahan baku pembuatan batik sulit
dan tempat pembuatan batik tulis 0,15 1 0,15 ditemukan di DPP Limbasari sehingga
sempit harus membeli keluar daerah
b. Kurangnya perhatian pemerintah Lokasi yang sulit jangkau membuat
daerah untuk merawat Makam 0,12 2 0,24 pemerintah kurang memperhatikan
Putri Limbasari keberadaan Makam Putri Limbasari
c. Kurangnya promosi secara lebih Minimnya pengetahuan penduduk DPP
luas untuk Desa Wisata Situs Limbasari dalam mempromosikan
Pubakala 0,18 1 0,18
keberadaan dan keindahan Wisata
Situs Pubakala
Total 1,00 3,02
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Menurut pembobotan IFAS, DPP Limbasari didapat potensi yang paling menonjol yaitu
berupa potensi di bidang industri berupa batik tulis dengan hasil perkalian antara bobot
dan rating paling tinggi dari potensi yang lainnya, yaitu 1,20. Sedangkan untuk
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 73
laporan AKHIR

permasalahan yang paling krusial atau paling menghambat perkembangan di DPP


Limbasari adalah kurangnya modal karena minimnya bahan baku dan tempat pembuatan
batik tulis sempit dengan hasil perkalian bobot dan rating paling kecil, yaitu o,15. Berikut
tabel pembobotan SWOT DPP Limbasari yang dilihat dari segi eksternal berupa peluang
dan ancaman:

Tabel IV.49.
Analisis Bobot EFAS DPP Limbasari Kecamatan Bobotsari
DPP: Desa Limbasari Hinterland: Desa Palumbanagan Kulon, Desa Karangmalang, Desa Dagan
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
PELUANG (opportunity)
a.Berpotensi untuk dikembangkan
Banyaknya pengrajin batik membuat
sebagai Desa Wisata Kampung
0,27 4 1,08 konsumen ingin mendatangi dan melihat
Batik karena banyak pengunjung
proses pembuatan batik di DPP Limbasari
yang ingin melihat pembuatan batik
b.Potensi Desa Wisata Situs Purbakala Banyak terdapat situs purbakala yang di
0,13 3 0,39
temukan di DPP Limbasari
c. Keberadaan situs purbakala sudah Banyak terdapat situs purbakala yang di
banyak menarik wisatawan lokal 0,25 4 1,00 temukan di DPP Limbasari dan berada di
untuk datang berkunjung daerah perbukitan dengan suasana sejuk
ANCAMAN (Threat)
a. Harga pemasaran batik tulis masih Karena promosi yang minim, membuat
rendah kualitas batik dari DPP Limbasari kalah
0,05 1 0,05
bersaing dengan batik dari Pekalongan dan
Solo
b.Jalan menuju Wisata Religi Makam Lokasi yang sulit dijangkau membuat
0,15 2 0,30
Putri Limbasari rusak pengembangan terhambat
c. Banyak penduduk luar daerah yang Promosi terhadap keberadaan Wisata Situs
belum mengetahui keberadaan 0,15 2 0,30 Pubakala kurang dikembangkan
Desa Wisata Situs Pubakala sehingga kurang dikenal masyarakat luas
Total 1,00 3,12
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Menurut pembobotan EFAS, DPP Limbasari didapat peluang yang paling menonjol
untuk dikembangkan yaitu dikembangkan sebagai Desa Wisata Kampung Batik karena
banyak pengunjung yang ingin melihat pembuatan batik dengan hasil perkalian antara
bobot dan rating paling tinggi, yaitu 1,08. Sedangkan untuk ancaman yang paling krusial
atau paling mengancam perkembangan di DPP Limbasari adalah harga pasaran masih
terbilang rendah dari batik tulis daerah lain dengan hasil perkalian bobot dan rating paling
kecil, yaitu 0,10.

B. Pembobotan DPP Kutabawa Kecamatan Karangreja


DPP Kutabawa dengan potensi yang berasal dari perkebuanan segala jenis sayurmasyur
dan terdapatnya STA, memiliki beberapa permasalahan atau faktor penghambat dari
perkembangan potensi. Oleh karena itu, DPP Kutabawa membutuhkan sebuah program
penanganan yang dapat meminimalisir permasalahan yang terjadi pada saat
pengembangan potensi dilakukan. Program penanganan di DPP Kutabawa dibuat dengan
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 74
laporan AKHIR

melakukan pembobotan dari masing-masing indikator SWOT, pembobotan SWOT ini


berfungsi untuk mendapatkan program utama yang akan dilakukan untuk
mengembangkan fungsi dari DPP Kutabawa. Berikut tabel pembobotan SWOT DPP
Kutabawa yang dilihat dari segi internal berupa kekuatan atau potensi, serta kelemahan
atau permasalahan:
Tabel IV.50.
Analisis Bobot IFAS DPP Kutabawa Kecamatan Karangreja
DPP: Desa Kutabawa Hinterland: Desa Serang, Desa Siwarak, dan Desa Tlahab Lor
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
INTERNAL RATING
KEKUATAN (Streght)
a. Potensi Wisata Alam Gerbang Karena lokasinya berada pada kaki
Pendakian Gunung Slamet 0,23 3 0,69 Gunung Slamet maka dijadika gerbang
atau pos awal pendakian
b. Penghasil segala jenis sayur mayur Wilayahnya yang berada pada
perbukitan memiliki suhu yang sejuk
0,25 4 1,00 dan kondisi tanah yang subur sehingga
cocok untuk ditanami segala macam
sayur maur
c. Memiliki Sub Terminal Agrobisnis Merupakan enghasil sayur mayor
(STA) yang melayani Kabupaten terbesar dan melayani 2 kabupaten
0,17 4 0,68
Purbalingga dan Kabupaten yaitu Purbalingga dan Wonosobo
Pemalang sehingga dibuat STA
KELEMAHAN (Weakness)
a. Manajemen pengelolaan Wisata Kurangnya promosi untuk pendakian
Alam Pendakian Gunung Slamet melalui DPP Kutabawa mengakibatkan
0,20 2 0,40
kurang optimal sepi pengunjung dan menjadikan
tempat kurang terawat
b. Kontruksi Jalan Aspal hanya ada di Merupakan perdesaaan di daerah
Jalan Arteri perbukitan, maka akses di DPP
0,05 2 0,10
Kutabawa yang beraspal hanya berada
di Jalan Arteri
c. Kurangnya penerangan lampu Karena prose jual beli hanya terjadi
jalan di kawasan STA pada pagi hari, maka lampu jalan
kurang diperhatikan untuk
0,10 1 0,10 ditambahkan. Padahal saat cuaca
berkabut, tanpa lampu jalan akan
menggangu pengelihatan penduduk
yang melewatinya
Total 1,00 2,82
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Menurut pembobotan IFAS, DPP Kutabawa didapat potensi yang paling menonjol yaitu
berupa penghasil sayur mayur dengan hasil perkalian antara bobot dan rating paling tinggi
dari potensi yang lainnya, yaitu 0,69. Sedangkan untuk permasalahan yang paling krusial
atau paling menghambat perkembangan di DPP Kutabawa adalah kontruksi Jalan Aspal
hanya ada di Jalan Arteri dengan hasil perkalian bobot dan rating paling kecil, yaitu o,10.
Berikut tabel pembobotan SWOT DPP Kutabawa yang dilihat dari segi eksternal berupa
peluang dan ancaman:

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 75
laporan AKHIR

Tabel IV.51.
Analisis Bobot EFAS DPP Kutabawa Kecamatan Karangreja
DPP: Desa Kutabawa Hinterland: Desa Serang, Desa Siwarak, dan Desa Tlahab Lor
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
PELUANG (opportunity)
a. Membuka lapangan usaha bagi Gerbang pendakian yang sekaligus
penduduk sekitar untuk berjualan di menjadi tempat wisata, memberikan
0,12 3 0,36
sekitar gerbang pendakian peluan penduduk untuk menjajakan
dagangannya
b.DPP Kutabawa dapat Merupakan daerah dengan penghasil
dikembangkan sebagai desa segala macam sayur mayor membuat
0,20 4 0,80
Agropolitan DPP Kutabawa memiliki peluang untuk
dijadikan Desa Agropolitan
c. Memiliki peluang sebagai pusat jual
Memiliki STA yang melayani wilayah
beli hasil pertanian terbesar di
0,18 4 0,72 secara luas yaitu Purbalingga dan
Kabupaten Purbalingga dan
Pemalang
Kabupaten Pemalang
ANCAMAN (Threat)
a. Kurangnya perhatian pemerintah
daerah untuk pengembangan Koordinasi yang kurang dari pemerintah
0,15 2 0,30
potensi Wisata Alam Pendakian desa dengan pemerintah kabupaten
Gunung Slamet
b.Akses jalan di DPP Kutabawa sulit Merupakan perdesaaan di daerah
dijangkau karena berada pada perbukitan, maka akses di DPP
0,10 2 0,20
daerah perbukitan terjal dibawah Kutabawa terjal dan labil sehingga
kaki Gunung Slamet mudah longsor
c. Kondisi STA kurang layak karena Kurangnya perhatian dari pemerintah
kurang tertata dan terawat 0,25 1 0,25 kabupaten untuk mengembangkan
bangunan STA
Total 1,00
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Menurut pembobotan EFAS, DPP Kutabawa didapat peluang yang paling menonjol
untuk dikembangkan yaitu DPP Kutabawa dapat dikembangkan sebagai desa Agropolitan
dengan hasil perkalian antara bobot dan rating paling tinggi, yaitu 0,80. Sedangkan untuk
ancaman yang paling krusial atau paling mengancam perkembangan di DPP Kutabawa
adalah akses jalan di DPP Kutabawa sulit dijangkau karena berada pada daerah perbukitan
terjal dibawah kaki Gunung Slamet dengan hasil perkalian bobot dan rating paling kecil,
yaitu 0,20.

C. Pembobotan DPP Karangklesem Kecamatan Kutasari


DPP Karangklesem dengan potensi yang berasal dari bidang pertanian dan
perkebuanan, memiliki beberapa permasalahan atau faktor penghambat dari
perkembangan potensi. Oleh karena itu, DPP Karangklesem membutuhkan sebuah
program penanganan yang dapat meminimalisir permasalahan yang terjadi pada saat
pengembangan potensi dilakukan. Program penanganan di DPP Karangklesem dibuat
dengan melakukan pembobotan dari masing-masing indikator SWOT, pembobotan SWOT
ini berfungsi untuk mendapatkan program utama yang akan dilakukan untuk
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 76
laporan AKHIR

mengembangkan fungsi dari DPP Karangklesem. Berikut tabel pembobotan SWOT DPP
Karangklesem yang dilihat dari segi internal berupa kekuatan atau potensi, serta
kelemahan atau permasalahan:
Tabel IV.52.
Analisis Bobot IFAS DPP Karangklesem Kecamatan Kutasari
DPP: Desa Karangklesem Hinterland: Desa Munjul, Desa Karangaren, dan Desa Kutasari
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
INTERNAL RATING
KEKUATAN (Streght)
a. Penghasil Pertanian Padi dan Masih terdapat banyak lahan pertanian
0,35 4 1,40
Jagung Manis untuk menanam padi dan jagung manis
b.Penghasil Perkebuanan Pepaya Mesih terdapat banyak lahan
Kalivornia perkebunan yang berpotensi untuk
0,25 3 0,75
dijadikan pengembangan budidaya
papaya Kalivornia
KELEMAHAN (Weakness)
a. Permasalahan distribusi pupuk Terdapat pihak ketiga yang
yang kurang atau sulit didapat 0,25 1 0,25 memonopoli pengeluaran pupuk
kepada kelompok tani
b. Pembudidayaan untuk potensi Sosialisasi tentang keuntungan
perkebunan Papaya Kalivornia membudidayakan papaya Kalivornia
0,15 2 0,30
belum luas belum diketahui oleh banyak penduduk
DPP Karangklesem
Total 1,00 2,70
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Menurut pembobotan IFAS, DPP Karangklesem didapat potensi yang paling menonjol
yaitu penghasil Pertanian Padi dan Jagung Manis dengan hasil perkalian antara bobot dan
rating paling tinggi dari potensi yang lainnya, yaitu 1,40. Sedangkan untuk permasalahan
yang paling krusial atau paling menghambat perkembangan di DPP Karangklesem adalah
permasalahan distribusi pupuk yang kurang atau sulit didapat dengan hasil perkalian bobot
dan rating paling kecil, yaitu o,25. Berikut tabel pembobotan SWOT DPP Karangklesem
yang dilihat dari segi eksternal berupa peluang dan ancaman:

Tabel IV.53.
Analisis Bobot EFAS DPP Karangklesem Kecamatan Kutasari
DPP: Desa Karangklesem Hinterland: Desa Munjul, Desa Karangaren, dan Desa Kutasari
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
PELUANG (opportunity)
a. Hasil produksi pertanian memiliki Bibit yang digunakan untuk pertanian di
kualitas yang baik 0,35 4 1,40 DPP Karangklesem memiliki kualitas
yang baik terutama untuk jagung
b. Memiliki peluang sebagai
Papaya Kalivornia memiliki harga
tanaman komoditas unggulan 0,15 3 0,45
pasaran yang tinggi
dengan harga tinggi
ANCAMAN (Threat)
a. Adanya pihak ketiga yang mengatur Karena peredaran pupuk dimonopoli
peredaran pupuk (monopoli jual beli oleh pihak ke tiga, maka petani
0,30 1 0,30
pupuk) terhambat dalam mengembangkan
hasil produksi pertaniannya

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 77
laporan AKHIR

DPP: Desa Karangklesem Hinterland: Desa Munjul, Desa Karangaren, dan Desa Kutasari
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
b. Penduduk kurang tertarik untuk Sosialisasi tentang keuntungan
membudidayakan tanaman membudidayakan papaya Kalivornia
0,20 2 0,40
Pepaya Kalivornia belum diketahui oleh banyak penduduk
DPP Karangklesem
Total 1,00 2,55
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Menurut pembobotan EFAS, DPP Karangklesem didapat peluang yang paling menonjol
berupa penghasilasil produksi pertanian memiliki kualitas yang baik dengan hasil perkalian
antara bobot dan rating paling tinggi, yaitu 1,40. Sedangkan untuk ancaman yang paling
krusial atau paling mengancam perkembangan di DPP Karangklesem adalah adanya pihak
ketiga yang mengatur peredaran pupuk (monopoli jual beli pupuk) dengan hasil perkalian
bobot dan rating paling kecil, yaitu 0,30.

4.4.4. DPP Terpilih Kabupaten Banyumas


A. Pembobotan DPP Karangsalam Kecamatan Kemranjen
DPP Karangsalam dengan potensi yang berasal dari bidang pertanian dan
perkebuanan, memiliki beberapa permasalahan atau faktor penghambat dari
perkembangan potensi. Oleh karena itu, DPP Karangsalam membutuhkan sebuah
program penanganan yang dapat meminimalisir permasalahan yang terjadi pada saat
pengembangan potensi dilakukan. Program penanganan di DPP Karangsalam dibuat
dengan melakukan pembobotan dari masing-masing indikator SWOT, pembobotan SWOT
ini berfungsi untuk mendapatkan program utama yang akan dilakukan untuk
mengembangkan fungsi dari DPP Karangsalam. Berikut tabel pembobotan SWOT DPP
Karangsalam yang dilihat dari segi internal berupa kekuatan atau potensi, serta kelemahan
atau permasalahan:
Tabel IV.54.
Analisis Bobot IFAS DPP Karangsalam Kecamatan Kemranjen
DPP: Desa Karangsalam Hinterland: Desa Alasmalang, Desa Karanggintung, Desa Paterangan
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
INTERNAL RATING
KEKUATAN (Streght)
a. Sebagai penghasil gula merah Terdapat banyak pohon kelapa atau
(penderes) aren yang yang tumbuh di pekarangan
0,25 4 1,00 dan dimanfaatkan penduduk DPP
Karangsalam untuk membuat gula
merah
b. Sebagai penghasil cengkeh Masih terdapat banyak lahan
0,20 3 0,60 perkebunan/pertanian yang dapat
dimanfaatkan untuk menanam cengkeh
c. Penghasil buah durian dan duku Masih terdapat banyak lahan
perkebunan/pertanian yang dapat
0,35 4 1,40
dimanfaatkan untuk menanam pohon
durian dan duku

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 78
laporan AKHIR

DPP: Desa Karangsalam Hinterland: Desa Alasmalang, Desa Karanggintung, Desa Paterangan
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
INTERNAL RATING
KELEMAHAN (Weakness)
Keterampilan untuk memasarkan hasil
a. Proses pemasaran terhambat 0,20 1 0,20 produksi minim dan keterbatasan alat
pengangkut dari desa ke pasar
Total 1,00 3,20
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Menurut pembobotan IFAS, DPP Karangsalam didapat potensi yang paling menonjol
yaitu penghasil buah durian dan duku dengan hasil perkalian antara bobot dan rating
paling tinggi dari potensi yang lainnya, yaitu 1,00. Sedangkan untuk permasalahan yang
paling krusial atau paling menghambat perkembangan di DPP Karangsalam adalah proses
pemasaran terhambat dengan hasil perkalian bobot dan rating paling kecil, yaitu o,20.
Berikut tabel pembobotan SWOT DPP Karangsalam yang dilihat dari segi eksternal berupa
peluang dan ancaman:
Tabel IV.55.
Analisis Bobot EFAS DPP Karangsalam Kecamatan Kemranjen
DPP: Desa Karangsalam Hinterland: Desa Alasmalang, Desa Karanggintung, Desa Paterangan
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
PELUANG (opportunity)
a. Memiliki peluang untuk menciptakan Keberadaan industri rumah tangga
matapencaharian baru bagi penduduk pembuatan gula merah menarik
0,30 4 1,20
DPP Karangsalam penduduknya untuk membuka produksi
dan menarik karyawannya
b.Penjualan cengkeh dapat Hasil penjualan cengkeh yang cukup
0,14 3 0,42
meningkatkan pendapatan penduduk tinggi di pasaran
c. Memiliki peluang pasar yang besar Karena banyak memiiki pohon durian,
sebagai desa penjualan durian dan dan duku maka DPP Karangsalam
0,40 4 1,60
duku dikenel dan memiliki pemasaran
terhadap 2 buah tersebut cukup tinggi
ANCAMAN (Threat)
Berada pada daerah perbukitan dengan
a. Akses jalan yang rusak 0,16 1 0,16 kondisi tanah yang labil membuat jalan
mudah rusak
Total 1,00 3,38
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Menurut pembobotan EFAS, DPP Karangsalam didapat peluang yang paling menonjol
berupa peluang pasar yang besar sebagai desa penjualan durian dan duku dengan hasil
perkalian antara bobot dan rating paling tinggi, yaitu 1,20. Sedangkan untuk ancaman
yang paling krusial atau paling mengancam perkembangan di DPP Karangsalam adalah
akses jalan yang rusak dengan hasil perkalian bobot dan rating paling kecil, yaitu 0,16.
B. Pembobotan DPP Banjarpanepan Kecamatan Sumpiuh
DPP Banjarpanepan dengan potensi yang berasal dari bidang agrowisata tanaman
obat, buah, gula kristal dan potensi alam berupa panjat tebing, memiliki beberapa
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 79
laporan AKHIR

permasalahan atau faktor penghambat dari perkembangan potensi. Oleh karena itu, DPP
Banjarpanepan membutuhkan sebuah program penanganan yang dapat meminimalisir
permasalahan yang terjadi pada saat pengembangan potensi dilakukan. Program
penanganan di DPP Banjarpanepan dibuat dengan melakukan pembobotan dari masing-
masing indikator SWOT, pembobotan SWOT ini berfungsi untuk mendapatkan program
utama yang akan dilakukan untuk mengembangkan fungsi dari DPP Banjarpanepan.
Berikut tabel pembobotan SWOT DPP Banjarpanepan yang dilihat dari segi internal
berupa kekuatan atau potensi, serta kelemahan atau permasalahan:
Tabel IV.56.
Analisis Bobot IFAS DPP Banjarpanepan Kecamatan Sumpiuh
DPP: Desa Banjarpanepan Hinterland: Desa Kebokura dan Desa Ketanda
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
INTERNAL RATING
KEKUATAN (Streght)
a. Potensi agrowisata tanaman obat Masih tedapat banyak lahan yang dapat
0,24 3 0,72 dimanfaatkan untuk menanam
tanaman obat
b.Potensi agrowisata buah Masih tedapat banyak lahan
0,17 4 0,68 perkebunan yang dapat dimanfaatkan
untuk pohon buah-buahan
c. Penghasil gula Kristal (gula merah Penduduk DPP Banjarpanepan memiliki
yang dihaluskan) 0,20 4 0,80 keterampilan dalam mengolah gula
kristal
d.Potensi wisata alam berupa panjat Daerahya yang berupa perbukitan
tebing 0,16 3 0,48 sehingga menjadikan terbentuknya
wisata panjat tebing
KELEMAHAN (Weakness)
a.Pendistribusian hasil potensi Kondisi jalan yang berada di darah
0,13 1 0,13
terhambat perbukitan sulit diakses
b.Kurangnya promosi terhadap Pemerintah kabupaten kurang
keberadaan potensi wisata panjat memperhatikan keberadaan potensi
0,10 2 0,20
tebing wisata panjat tebing yang dapat
dijadikan sebagai pemasukan daerah
Total 1,00 3,01
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Menurut pembobotan IFAS, DPP Banjarpanepan didapat potensi yang paling menonjol
yaitu penghasil gula Kristal (gula merah yang dihaluskan) dengan hasil perkalian antara
bobot dan rating paling tinggi dari potensi yang lainnya, yaitu 0,72. Sedangkan untuk
permasalahan yang paling krusial atau paling menghambat perkembangan di DPP
Banjarpanepan adalah pendistribusian hasil potensi terhambat dengan hasil perkalian
bobot dan rating paling kecil, yaitu o,13. Berikut tabel pembobotan SWOT DPP
Banjarpanepan yang dilihat dari segi eksternal berupa peluang dan ancaman:
Tabel IV.57.
Analisis Bobot IFAS DPP Banjarpanepan Kecamatan Sumpiuh
DPP: Desa Banjarpanepan Hinterland: Desa Kebokura dan Desa Ketanda
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
PELUANG (opportunity)
a. Memiliki kesempatan mengolah 0,12 3 0,36 Penduduk DPP Banjarpanepan memiliki

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 80
laporan AKHIR

DPP: Desa Banjarpanepan Hinterland: Desa Kebokura dan Desa Ketanda


FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
sendiri tanaman obat menjadi racikan keterampilan untuk mengelola atau
obat meracil obat/jamu dari tanaman yang
dibudidayakan
b.Memiliki potensi untuk Wilayahnya yang banyak ditanami
dikembangkan menjadi kawasan pepohonan buah membuat banyak
0,18 3 0,54
wisata alam agrowisata pengunjung yang mendatangi lokasi
perkebunan untuk memetik sendiri
c. Memiliki peluang untuk membuka Industri RT gula kristal membuka
lapangan pekerjaan bagi penduduk 0,23 4 0,92 lapangan kerja bagi penduduk DPP
DPP Banjarpanepan Banjarpanepan
d.Potensi wisata dapat meningkatkan Banyak wisatawan yang tertarik dengan
pendapatan ekonomi daerah 0,27 4 1,08 panjat tebing sehingga menghasilkan
keuntungan
ANCAMAN (Threat)
Karena berada didaerah perbukitan,
a. Akses jalan yang sempit 0,05 1 0,05 maka memiliki akses jalan yang sempit
dan sulit dilalui
b.Banyak penduduk luar daerah yang
belum mengetahui keberasaan Promosi terhadap keberadaan potensi
potensi wisata panjat tebing 0,15 2 0,30 panjat tebing di DPP Banjarpanepan
kurang dikenal oleh masyarakat luas

Total 1,00 3,25


Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Menurut pembobotan EFAS, DPP Banjarpanepan didapat peluang yang paling


menonjol berupa memiliki peluang untuk membuka lapangan pekerjaan bagi penduduk
DPP Banjarpanepan dengan hasil perkalian antara bobot dan rating paling tinggi, yaitu
0,92. Sedangkan untuk ancaman yang paling krusial atau paling mengancam
perkembangan di DPP Banjarpanepan adalah akses jalan yang rusak dengan hasil
perkalian bobot dan rating paling kecil, yaitu 0,05.

C. Pembobotan DPP Bogangin Kecamatan Sumpiuh


DPP Bogangin dengan potensi yang berasal dari bidang industri, memiliki beberapa
permasalahan atau faktor penghambat dari perkembangan potensi. Oleh karena itu, DPP
Bogangin membutuhkan sebuah program penanganan yang dapat meminimalisir
permasalahan yang terjadi pada saat pengembangan potensi dilakukan. Program
penanganan di DPP Bogangin dibuat dengan melakukan pembobotan dari masing-masing
indikator SWOT, pembobotan SWOT ini berfungsi untuk mendapatkan program utama
yang akan dilakukan untuk mengembangkan fungsi dari DPP Bogangin. Berikut tabel
pembobotan SWOT DPP Bogangin yang dilihat dari segi internal berupa kekuatan atau
potensi, serta kelemahan atau permasalahan:

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 81
laporan AKHIR

Tabel IV.58.
Analisis Bobot IFAS DPP Bogangin Kecamatan Sumpiuh
DPP: Desa Bogangin Hinterland: Desa Selanegara dan Desa Kebokura
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
INTERNAL RATING
KEKUATAN (Streght)
a.Potensi di bidang industri yaitu gula Penduduk DPP Bogangin memiliki
merah, jamur merang, tempe dan keterampiln dalam mengelola gula
0,65 4 2,60
gembus merah, jamur merang, tempe dan
gembus
KELEMAHAN (Weakness)
a. Permodalan minim sehingga
Industri rumah tangga masih dalam
industri gula merah, jamur merang,
0,35 1 0,35 skala kecil sehingga laba yang didapat
tempe dan gembus sulit
kurang mencukupi untuk permodalan
berkembang lagi
Total 1,00 2,95
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Menurut pembobotan IFAS, DPP Bogangin didapat potensi bidang industri yaitu gula
merah, jamur merang, tempe dan gembus dengan hasil perkalian antara bobot dan rating
paling tinggi dari potensi yang lainnya, yaitu 2,60. Sedangkan untuk permasalahan yang
paling krusial atau paling menghambat perkembangan di DPP Bogangin adalah
permodalan minim sehingga industri gula merah, jamur merang, tempe dan gembus sulit
berkembang lagi dengan hasil perkalian bobot dan rating paling kecil, yaitu o,35. Berikut
tabel pembobotan SWOT DPP Bogangin yang dilihat dari segi eksternal berupa peluang
dan ancaman:
Tabel IV.59.
Analisis Bobot EFAS DPP Bogangin Kecamatan Sumpiuh
DPP: Desa Bogangin Hinterland: Desa Selanegara dan Desa Kebokura
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
PELUANG (opportunity)
a. Memiliki peluang sebagai Banyaknya industri gula merah, jamur
pendorong perekonomian daerah merang, tempe dan gembus
0,55 4 2,20
menarik penduduk DPP Bogangin
untuk mndapatkan pekerjaan
ANCAMAN (Threat)
a. Akses jalan yang rusak Karena berada didaerah perbukitan,
0,45 1 0,45 maka memiliki akses jalan yang sempit
dan rusak
Total 1,00 2,65
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Menurut pembobotan EFAS, DPP Bogangin didapat peluang yang paling menonjol
berupa memiliki peluang sebagai pendorong perekonomian daerah dengan hasil perkalian
antara bobot dan rating paling tinggi, yaitu 2,20. Sedangkan untuk ancaman yang paling
krusial atau paling mengancam perkembangan di DPP Bogangin adalah akses jalan yang
rusak dengan hasil perkalian bobot dan rating paling kecil, yaitu 0,45.

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 82
laporan AKHIR

4.4.5. DPP Terpilih Kabupaten Cilacap


A. Pembobotan DPP Tambaksari Kecamatan Wanareja
DPP Tambaksari dengan potensi yang berasal dari bidang perkebuanan karet, penghasil
gula semut, industri serbutet (sabut kelapa campur karet), dan bidang pertanian tanaman
padi, memiliki beberapa permasalahan atau faktor penghambat dari perkembangan
potensi. Oleh karena itu, DPP Tambaksari membutuhkan sebuah program penanganan
yang dapat meminimalisir permasalahan yang terjadi pada saat pengembangan potensi
dilakukan. Program penanganan di DPP Tambaksari dibuat dengan melakukan
pembobotan dari masing-masing indikator SWOT, pembobotan SWOT ini berfungsi untuk
mendapatkan program utama yang akan dilakukan untuk mengembangkan fungsi dari
DPP Tambaksari. Berikut tabel pembobotan SWOT DPP Tambaksari yang dilihat dari segi
internal berupa kekuatan atau potensi, serta kelemahan atau permasalahan:
Tabel IV.60.
Analisis Bobot IFAS DPP Tambaksari Kecamatan Wanareja
DPP: Desa Tambaksari Hinterland: Desa Palugon, Desa Majingkrak, dan Desa Madusari
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
INTERNAL RATING
KEKUATAN (Streght)
a. Memiliki potensi berupa
perkebunan karet yang merupakan Terdapat perkebunan rakyat yang masih
0,10 3 0,30
perkebunan rakyat luas

b.Memiliki potensi bidang pertanian


Masih terdapat lahan pertanian yang
berupa padi 0,12 3 0,36
luas
c. Memiliki potensi penghasil gula Penduduk DPP Tambaksari memiliki
semut 0,18 4 0,72 kemampuan untuk membuat gula
semut
d.Memiliki potensi penghasil produk
unggulan berupa serbutet (serabut
Penduduk DPP Tambaksari memiliki
kelapa campur karet) yang sudah 0,17 4 0,68 kreatifitas dalam mengelola serabut
diekspor ke Taiwan, Australia dan karet menjadi produk bernilai tinggi
Korea

KELEMAHAN (Weakness)
a. Jenis karet sheet ini tidak bisa dijual
setiap hari karena prosesnya yang
Proses pengelolaan untuk jenis karet
lama yaitu harus di giling dan di 0,15 2 0,30
sheet membutuhkan waktu yang lama
oven

b.Pendistribusian hasil pertanian Akses jalan yang rusak dan minimnya


terhambat 0,13 2 0,26 kendaraan untuk mendistribusikan hasil
pertanian ke pasar masih sulit
c. Pembudidayaan gula semut yang
kurang dikenal oleh penduduk DPP Kurangnya pelatihan kemampuan
Tambaksari sehingga tidak dapat 0,05 1 0,05 pengelolaan gula semut pada penduduk
berjalan DPP Tambaksari lainnya

d.Permodalan minim dan pencarian 0,10 1 0,10 Serabut kelapa dan karet sebagai bahan
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 83
laporan AKHIR

DPP: Desa Tambaksari Hinterland: Desa Palugon, Desa Majingkrak, dan Desa Madusari
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
INTERNAL RATING
bahan baku yang sulit pembuatan serbutet langka didapatkan
Total 1,00 2,77
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Menurut pembobotan IFAS, DPP Tambaksari didapat potensi potensi penghasil gula
semut dengan hasil perkalian antara bobot dan rating paling tinggi dari potensi yang
lainnya, yaitu 0,72. Sedangkan untuk permasalahan yang paling krusial atau paling
menghambat perkembangan di DPP Tambaksari adalah pembudidayaan gula semut yang
kurang dikenal oleh penduduk DPP Tambaksari sehingga tidak dapat berjalan dengan hasil
perkalian bobot dan rating paling kecil, yaitu o,05. Berikut tabel pembobotan SWOT DPP
Tambaksari yang dilihat dari segi eksternal berupa peluang dan ancaman:
Tabel IV.61.
Analisis Bobot EFAS DPP Tambaksari Kecamatan Wanareja
DPP: Desa Tambaksari Hinterland: Desa Palugon, Desa Majingkrak, dan Desa Madusari
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
PELUANG (opportunity)
a. Memiliki peluang menciptakan
Industri serbutet membutuhkan banyak
banyak lapangan kerja bagi 0,16 4 0,64 karyawan sehingga membuka lapangan
penduduk DPP Tambaksari pekerjaan untuk DPP Tambaksari
b.Hasil produksi pertanian dapat Pengelolaan lahan persawahan dan
meningkatkan kesejahteraan keanekaragaman tanaman memberikan
0,14 4 0,56
penduduk peluang untuk menambah penghasilan
penduduknya
c. Memiliki potensi untuk dijadikan Penduduk DPP Tambaksari mayoritas
matapencaharian tambahan bagi bermatapencaharian sebagai petani,
penduduk DPP Tambaksari 0,11 3 0,33 namun dengan adanya budidaya gula
semut maka memberikan penghasilan
tambahan
d.Memiliki peluang untuk melatih
Penduduk DPP Tambaksari memiliki
kreativitas dan membuka lapangan 0,09 3 0,27 kreatifitas dalam mengelola serabut
kerja penduduk DPP Tambaksari karet menjadi produk bernilai tinggi
ANCAMAN (Threat)
a. Hasil perkebunan karet diambil oleh Belum adanya koperasi yang
tengkulak dengan harga yang menampung hasil perkebunan karet
rendah dari pasaran 0,09 2 0,18 membuat para tengkulak berdatangan
untuk mengambil secara langsung
dengan harga rendah
b.Adanya jalan rusak dan berlubang
sehingga mempersulit akses menuju Kurang adanya perawatan jalan dari
0,11 1 0,11
Desa Tambaksari pemerintah daerah

c. Pemasaran belum berjalan opimal Belum terbentuknya koperasi untuk


sehingga perlu lembaga yang dapat menampung hasil pengelolaan
0,15 1 0,15
memfasilitasi budidaya gula semut dan serbutet dari
DPP Tambaksari sendiri
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 84
laporan AKHIR

DPP: Desa Tambaksari Hinterland: Desa Palugon, Desa Majingkrak, dan Desa Madusari
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
d.Penduduk luar daerah kurang
Promosi yang kurang di dalam negeri
mengenal keberadaan kerajinan 0,10 2 0,20 untuk hasil olahan serabut kelapa dan
serbutet karet berupa kerajinan serbutet
Total 1,00 2,44
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Menurut pembobotan EFAS, DPP Tambaksari didapat peluang yang paling menonjol
berupa memiliki peluang menciptakan banyak lapangan kerja bagi penduduk DPP
Tambaksari dengan hasil perkalian antara bobot dan rating paling tinggi, yaitu 0,64.
Sedangkan untuk ancaman yang paling krusial atau paling mengancam perkembangan di
DPP Tambaksari adalah akses jalan yang rusak dan belubang dengan hasil perkalian bobot
dan rating paling kecil, yaitu 0,11.

B. Pembobotan DPP Karangtengah Kecamatan Sampang


DPP Karangtengah dengan potensi yang berasal dari bidang perkebuanan karet,
penghasil gula semut, industri serbutet (sabut kelapa campur karet), dan bidang pertanian
tanaman padi, memiliki beberapa permasalahan atau faktor penghambat dari
perkembangan potensi. Oleh karena itu, DPP Karangtengah membutuhkan sebuah
program penanganan yang dapat meminimalisir permasalahan yang terjadi pada saat
pengembangan potensi dilakukan. Program penanganan di DPP Karangtengah dibuat
dengan melakukan pembobotan dari masing-masing indikator SWOT, pembobotan SWOT
ini berfungsi untuk mendapatkan program utama yang akan dilakukan untuk
mengembangkan fungsi dari DPP Karangtengah. Berikut tabel pembobotan SWOT DPP
Karangtengah yang dilihat dari segi internal berupa kekuatan atau potensi, serta
kelemahan atau permasalahan:
Tabel IV.62.
Analisis Bobot IFAS DPP Karangtengah Kecamatan Sampang
DPP: Desa Karangtengah Hinterland: Desa Sampang, Desa Brani, dan Desa Paketing
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
INTERNAL RATING
KEKUATAN (Streght)
a. Memiliki potensi penghasil
Penduduk DPP Karangtengah memiliki
tempe 0,12 3 0,36
ketrampilan dalam mengolah tempe
b. Memiliki potensi penghasil
Penduduk DPP Karangtengah memiliki
tahu 0,20 4 0,80
ketrampilan dalam mengolah tahu
c. Memiliki potensi penghasil
Penduduk DPP Karangtengah memiliki
batu bata 0,16 4 0,64
ketrampilan dalam mengolah batu bata
d. Memiliki potensi pengrajin Penduduk DPP Karangtengah memiliki
anyaman 0,08 3 0,24 kreatifitas dalam membuat kerajianan
anyaman

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 85
laporan AKHIR

DPP: Desa Karangtengah Hinterland: Desa Sampang, Desa Brani, dan Desa Paketing
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
INTERNAL RATING
e. Memiliki potensi bidang
Masih terdapat lahan pertanian yang cukup
pertanian yaitu padi 0,14 4 0,56
banyak untuk menanam padi
KELEMAHAN (Weakness)
a. Limbah tempe menimbulkan
Tidak adanya irigasi khusus untuk
bau yang tidak sedap 0,10 1 0,10
membuang limbah tempe
b. Permodalan untuk
Kurangnya perhatian pemerintah dalam
memproduksi tahu minim 0,06 2 0,12
memodali para pengusaha tahu
c. Produksi berhenti jika musim
Saat musim hujan tanah menjadi gembur
hujan 0,07 2 0,14
dan sulit untuk dibuat adonan bata
d. Produksi anyaman berkurang Penduduk yang memiliki kerajinan
0,04 2 0,08 menganyam memilih untuk mencari
pekerjaan lain
e. Saluran irigasi kering Belum terdapat saluran yang
0,03 1 0,03 menghubungkan irigasi pertanian dengan
sungai besar di sekitar DPP Karangsalam
Total 1,00 3,07
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Menurut pembobotan IFAS, DPP Tambaksari didapat potensi potensi bidang pertanian
yaitu padi dengan hasil perkalian antara bobot dan rating paling tinggi dari potensi yang
lainnya, yaitu 0,80. Sedangkan untuk permasalahan yang paling krusial atau paling
menghambat perkembangan di DPP Tambaksari adalah saluran irigasi kering dengan hasil
perkalian bobot dan rating paling kecil, yaitu o,03. Berikut tabel pembobotan SWOT DPP
Tambaksari yang dilihat dari segi eksternal berupa peluang dan ancaman:
Tabel IV.63.
Analisis Bobot EFAS DPP Karangtengah Kecamatan Sampang
DPP: Desa Karangtengah Hinterland: Desa Sampang, Desa Brani, dan Desa Paketing
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
PELUANG (opportunity)
a. Sisa perebusan tempe digunakan Perebusan tempe berupa kulit kedelai
untuk makanan ternak 0,12 3 0,36 dapat dimanfaatkan untuk makanan
ternak
b.Industri pembuat tahu dapat
Industri RT memproduksi tahu setiap
mendorong pendapatan 0,14 4 0,56 hari dan sudah mendistribusikannya ke
perekonomian daerah luar daerah
c. Pejualan hasil produksi batu bata Pembuatan batu bata dapat
dapat meningkatkan penghasilan memberikan penghasillan tambahan
0,16 4 0,64
penduduk sebagai pekerjaan sampingan bagi
penduduk Karangtengah
d.Melatih kretivitas penduduk untuk
menciptakan berbagai produk dari Pengembangan kreatifitas dengan cara
0,11 3 0,33
anyaman sosialisasi terus dilakukan

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 86
laporan AKHIR

DPP: Desa Karangtengah Hinterland: Desa Sampang, Desa Brani, dan Desa Paketing
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
e. Hasil produksi pertanian dapat Jenis pertanian memiliki waktu panen
meningkatkan kesejahteraan yang singkat sehingga dimanfaatkan
0,18 4 0,72
penduduk penduduk untuk mendapatkan
penghasilan tambahan
ANCAMAN (Threat)
a. Limbah tempe tidak ada irigasi Lokasi produksi yang berada di sebelah
tertutup 0,02 1 0,02 pekarangan membuat limbah dibuang
sembarangan
b.Pemasaran dalam hal penjualan
lebih laku ampas dibandingkan Harga untuk ampas tahu lebih murah
0,09 2 0,18
tahu dari tahu

c. Tidak dapat membeli tanah jika Saat musim hujan tanah menjadi
musim hujan 0,04 2 0,08 gembur dan sulit untuk dibuat adonan
bata
d.Kalah saing dengan barang-
barang plastik yang beredar di Keberadaan barang plastik lebih
0,04 2 0,08
pasaran diminati karena dianggap lebih awet

Total 1,00 2,97


Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Menurut pembobotan EFAS, DPP Tambaksari didapat peluang yang paling menonjol
berupa industri pembuatan tahu dengan hasil perkalian antara bobot dan rating paling
tinggi, yaitu 0,72. Sedangkan untuk ancaman yang paling krusial atau paling mengancam
perkembangan di DPP Tambaksari adalah limbah tempe tidak ada irigasi tertutup dengan
hasil perkalian bobot dan rating paling kecil, yaitu 0,02.

C. Pembobotan DPP Banjarwaru Kecamatan Nusawungu


DPP Banjarwaru dengan potensi yang berupa penghasil tas dan industri pengolahan
makanan ringan dari pisang, memiliki beberapa permasalahan atau faktor penghambat
dari perkembangan potensi. Oleh karena itu, DPP Banjarwaru membutuhkan sebuah
program penanganan yang dapat meminimalisir permasalahan yang terjadi pada saat
pengembangan potensi dilakukan. Program penanganan di DPP Banjarwaru dibuat
dengan melakukan pembobotan dari masing-masing indikator SWOT, pembobotan SWOT
ini berfungsi untuk mendapatkan program utama yang akan dilakukan untuk
mengembangkan fungsi dari DPP Banjarwaru. Berikut tabel pembobotan SWOT DPP
Banjarwaru yang dilihat dari segi internal berupa kekuatan atau potensi, serta kelemahan
atau permasalahan:
Tabel IV.64.
Analisis Bobot IFAS DPP Banjarwaru Kecamatan Nusawungu
DPP: Desa Banjarwaru Hinterland: Desa Danasari, Desa Klumprit, dan Desa Karangputat
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
INTERNAL RATING
KEKUATAN (Streght)
Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 87
laporan AKHIR

DPP: Desa Banjarwaru Hinterland: Desa Danasari, Desa Klumprit, dan Desa Karangputat
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
INTERNAL RATING
a. Pengrajin barang berbahan dari Penduduk DPP Banjarwaru memiliki
kayu, penghasil kesed, serabut ketrampilan dalam membuat kerajinan
kelapa dan penghasil tas yang dari kayu, penghasil kesed, serabut
0,35 4 1,40 kelapa dan penghasil tas yang berasal
berasal dari kain maupun kulit
dari kain maupun kulit dan telah
membentuk koperasi untuk
menampung hasil produksinya
b.Industri ceriping pisang jenis raja
Merupakan desa dengan tanaman
nangka 0,20 3 0,60
pisang raja nangka yang banyak
KELEMAHAN (Weakness)
a. Kreativitas untuk mengolah Belum diadakannya pelatihan untuk
kerajinan kayu masih minim 0,25 2 0,50 penduduk DPP Banjarwaru dalam
kerajianan kayu
b. Permodalan yang minim
Kurangnya perhatian dari pemerintah
menghambat pemasaran 0,20 1 0,20
untuk memberikan modal usaha
Total 1,00 2,70
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Menurut pembobotan IFAS, DPP Banjarwaru didapat potensi potensi bidang pengrajin
barang berbahan dari kayu, penghasil kesed, serabut kelapa dan penghasil tas yang berasal
dari kain maupun kulit dengan hasil perkalian antara bobot dan rating paling tinggi dari
potensi yang lainnya, yaitu 1,40. Sedangkan untuk permasalahan yang paling krusial atau
paling menghambat perkembangan di DPP Banjarwaru adalah permodalan yang minim
menghambat pemasaran dengan hasil perkalian bobot dan rating paling kecil, yaitu o,20.
Berikut tabel pembobotan SWOT DPP Banjarwaru yang dilihat dari segi eksternal berupa
peluang dan ancaman:

Tabel IV.65.
Analisis Bobot EFAS DPP Banjarwaru Kecamatan Nusawungu
DPP: Desa Banjarwaru Hinterland: Desa Danasari, Desa Klumprit, dan Desa Karangputat
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
PELUANG (opportunity)
a. Memiliki peluang sebagai
pekerjaan sambilan penduduk Banyak permintaan dari luar daerah
0,20 3 0,60
DPP Banjarwaru untuk kerajinan kayu

b.Memiliki peluang untuk


meningkatkan perekonomian dan Kerajinan kayu di pasaran memiliki
0,45 4 1,80
kesejahteraan penduduk harga yang tinggi

ANCAMAN (Threat)

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 88
laporan AKHIR

DPP: Desa Banjarwaru Hinterland: Desa Danasari, Desa Klumprit, dan Desa Karangputat
FAKTOR FAKTOR STRATEGI BOBOT X
BOBOT RATING Keterangan
EKSTERNAL RATING
a. Tergeser oleh alat-alat modern
Banyak alat modern dengan fungsi lebih
yang ada saat ini 0,20 2 0,40
canggih dari alat yang terbuat dari kayu
b.Banyak produk sejenis yang
Banyak produk sejenis yang lebih
pemasarannya lebih tinggi 0,15 1 0,15
harganya lebih rendah dari daerah lain
Total 1,00 2,95
Sumber: Analisis Tim KTP2D (Lanjutan) Paket III, 2014

Menurut pembobotan EFAS, DPP Banjarwaru didapat peluang yang paling menonjol
berupa peluang untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan penduduk dengan
hasil perkalian antara bobot dan rating paling tinggi, yaitu 1,80. Sedangkan untuk
ancaman yang paling krusial atau paling mengancam perkembangan di DPP Banjarwaru i
adalah banyak produk sejenis yang pemasarannya lebih tinggi dengan hasil perkalian
bobot dan rating paling kecil, yaitu 0,15.

Penyusunan Rencana Induk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) (Lanjutan) Paket III Provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2014
IV - 89

Anda mungkin juga menyukai