Anda di halaman 1dari 23

MATA KULIAH

STATISTIK PENDIDIKAN

OLEH:

1. ANANCE B. MANAU

2. LAZARUS

3. MUSA

4. IASI SOBALIN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2017
BAB IV

Sub Unit I
Sub Unit II

KETEKUNAN KUNCI KESUSKSESAN

SELAMAT BELAJAR
BAB IV

HUBUNGAN ANATAR DUA VARIABEL


DENGAN
STATISTIK NON PARAMETRIK

PENDAHULUAN
Pada bab IV kita akan mempelajari dan membahas tentang analisis
korelasional dengan statistik non parametrik. Persamaan keduanya adalah
menghitung hubungan dua variabel atau lebih. Perbedaan antara keduanya terletak
pada persyaratan asumsi yang mendasari data yang diolah. Pada statistik
parametrik ada beberapa persyaratan asumsi yang harus dipenuhi sebelum
menggunakan teknik statistik tersebut, sedangkan pada statistik non parametrik
tidak diharuskan persyaratan asumsi tertentu.
Analisis korelasional yang tergolong statistik non parametrik, antara lain:

1. Teknik korelasi Tata Jenjang (Rank Order Correlation),

2. Teknik Korelasi Point Biserial

3. Teknik Korelasi Biserial

4. Teknik Korelasi Phi

5. Teknik Korelasi Kontigensi

6. Teknik Korelasi Kendall Tau

7. Teknik Korelasi Tetrakorik,

Materi ajar unit 4 hanya menguraikan dua teknik korelasi yaitu

1. subunit 1 = Teknik korelasi Tata Jenjang

2. subunit 2 = Teknik korelasi Point Biserial.


Subunit 1
Korelasi Tata Jenjang

PENGANTAR
Teknik korelasi tata jenjang diciptakan oleh Spearman. Teknik ini adalah
salah satu teknik analisis korelasional yang paling sederhana. Pada teknik ini
besar kecilnya korelasi antara variabel yang dianalis dihitung berdasarkan
perbedaan urutan kedudukan skor pasangan dari tiap subjek. Skor tiap subjek
diubah dahulu menjadi urutan kedudukan dalam kelompoknya pada kedua
variabel yang akan dikorelasikan.
Teknik korelasi tata jenjang dapat efektif digunakan apabila subjek yang
dijadikan sampel dalam penelitian lebih dari sembilan tetapi kurang dari 30 yaitu
antara 10 29. Bila jumlah subjek 30 atau lebih sebaiknya tidak menggunakan
teknik korelasi ini.

Lambang korelasi tata jenjang adalah huruf (baca:Rho). Besarnya

sebagai angka indeks korelasi sama dengan prinsip pada rxy yaitu berkisar
antara - 1,00 sampai dengan 1,00. Prinsip yang sama seperti korelasi Product
Moment bahwa tanda minus () di depan angka indeks korelasi menunjukkan arah
korelasi yang negatif, demikian pula sebaliknya.

A. Cara Menghitung Korelasi Tata Jenjang


Menurut Sudijono, (1987), ada tiga macam cara menghitung korelasi tata
jenjang, yaitu dalam keadaan:

1. tidak terdapat urutan yang kembar,

2. terdapat urutan yang kembar dua,

3. urutan yang kembar ada tiga atau lebih.


Langkah-langkah menghitung korelasi tata jenjang berikut ini.

1. Menyiapkan tabel kerja atau tabel perhitungan.

- Kolom 1 memuat no urut subjek,

- kolom 2 memuat beberapa skor variabel 1

- kolom 3 memuat beberapa skor variabel 2.

2. Menetapkan urutan kedudukan skor yang terdapat pada variabel 1 (R1)


pada kolom 4 dan variabel 2 (R2) pada kolom 5, urutan dimulai dari skor
yang tertinggi ke skor yang terendah.

3. Menghitung perbedaan urutan kedudukan tiap pasangan skor antara


variabel 1 dan variabel 2

(B = R1 R2) pada kolom 6, lalu jumlahkan B ( B).

4. Mengkuadratkan tiap-tiap B (B2) pada kolom 7, lalu dijumlahkan (B2).

5. Menghitung korelasi tata jenjang dengan rumus berikut ini.


2
6 B
P=1
N (N 1)

6. Memberikan interpretasi terhadap hasil korelasi dengan membandingkan


pada nilai tabel RHO (Spearman) pada taraf signifikansi tertentu.

B. Cara Menginterpretasikan Indeks Korelasi


Hasil perhitungan korelasi ( -0,891) menunjukkan arah korelasi yang
negatif. Nilai korelasi tabel Rho pada taraf signifikansi 5% dengan db 10
sebesar 0,648.
Tes Formatif 1

Kerjakan soal-soal berikut ini.

1. Bagaimana cara mengubah data interval menjadi data ordinal bila ada data
yang sama dari beberapa siswa?

2. Bagaimana cara menginterpretasikan indeks korelasi tata jenjang?

3. Berikan kesimpulan konsistensi penilaian dua juri terhadap 12 peserta lomba.

4. Berikan kesimpulan terhadap hubungan antara nilai Aritmatika dan nilai


Kumon berdasarkan sebagian dari data berikut ini.

Kunci Jawaban
Tes Formatif 1

1. Bila Anda menemukan skor atau nilai yang sama dari beberapa siswa yang
akan diberikan urutan, maka dapat dilakukan dengan cara sederhana atau
dengan rumus. Kedua cara tersebut dijelaskan dengan diberikan contoh data.
(skor 5).

2. Soal ini dapat Anda jawab dengan memperhatikan taraf signifikansi, mencari
derajat kebebasan, menghitung korelasi, melihat nilai tabel korelasi,
membandingkan hasil perhitungan dengan nilai tabel. (skor 5)

3. = 0,90 (skor 15) .

4. = 0,12 (skor 15)


Subunit 2
Korelasi Point Biserial

PENGANTAR
Teknik korelasi Point Biserial adalah salah satu teknik analisis korelasional
bivariat. Persyaratan data dalam teknik ini adalah variable 1 merupakan variabel
diskrit (data nominal atau data dikotomi) dan variabel 2 merupakan variabel
kontinu (data interval).
Teknik korelasi ini juga dapat digunakan untuk mengetahui validitas soal
yaitu skor tiap butir soal dikorelasikan dengan skor total. Angka indeks korelasi
Point Biserial dilambangkan dengan rpbi.

A. Cara Menghitung Indeks Korelasi Point Biserial.

1. Mencari Mean total (Mt) dengan rumus

Mt=1
X1
N

2. Mencari Mean skor dari jawaban yang menjawab ya (kode1sebanyak n)


X 1+ X 2 . Xn
Mp=
N

3. Mencari Standar Deviasi total (SDt) dengan rumus


X1

X 12
P=1
N 2

4. Mencari proporsi (p) yaitu perbandingan banyaknya subjek yang menjawab


ya dengan jumlah seluruh subjek.

Proporsi (q) adalah 1 p


5. Mencari angka indeks korelasi dengan rumus berikut ini.

r pbi =
M p M 1
SD 1 p
q

Keterangan
rpbi = Angka indeks korelasi Point Biserial
Mp = Mean skor dari subjek yang menjawab benar/ya
Mt = Mean skor total
SDt = Standar deviasi total
p = Proporsi subjek yang menjawab benar/ya terhadap jumlah total
subjek
q =1p

B. Cara Memberikan Interpretasi Angka Indeks Korelasi Point Biserial


Untuk memberikan interpretasi terhadap korelasi Point Biserial
digunakan tabel nilai korelasi Product Moment. Hal yang perlu ditentukan
terlebih dahulu adalah menentukan taraf signifikansi dan mencari derajat
kebebasan (db = N 2). Bila indeks korelasi (rpbi) sama atau lebih besar
daripada nilai korelasi tabel maka kedua variabel atau antara butir soal dan
total berkorelasi secara signifikan. Jika hasil rpbi lebih kecil daripada nilai
korelasi tabel berarti tidak ada korelasi yang signifikan.
Tes Formatif 2

Bagaimana menginterpretasi validitas soal tes objektif?

1. Berikan contoh dua variabel (selain bentuk butir tes) yang dapat dianalisis
dengan korelasi point biserial?

2. Seorang peneliti mempunyai data tentang skor kemandirian. Skor tersebut


diperoleh dari 40 siswa yang terdiri dari 22 anak sulung dan 18 anak bungsu.
Menurut Anda bagaimana menganalisis data tersebut bila akan diketahui
keterkaitan dua variabel tersebut?

3. Bila Anda ingin menggunakan teknik korelasi point biserial, bagaimana data
yang akan dipersiapkan agar dapat dianalisis dengan tepat?

Kunci Jawaban
Tes Formatif 2.

1. Menentukan taraf signifikansi tertentu, mencari nilai tabel korelasi,


menghitung korelasi antara skor butir dengan skor total, dan membandingkan
hasil hitung korelasi dengan nilai tabel korelasi.(skor 4).

2. Contoh dapat bervariasi. Salah satu contoh:

- variabel 1 adalah jenis kelamin,

- variabel 2 adalah ketelitian menghitung. (skor 2).

3. Untuk menganalisis data tersebut digunakan rumus korelasi point biserial.


BAB V

Sub Unit : I
Sub Unit : II

KERAJINAN PANGKAL KEPANDAIAN

RAJIN MEMBACA
BAB V

ANALISIS KOMPARATIF
DENGAN UJI PERBEDAAN DUA MEAN

PENDAHULUAN
Pada materi ajar unit 5 ini akan ditemukan bersama-sama jawaban dari
pertanyaan tadi. Unit ini akan mengantar Anda agar memperoleh pemahaman dan
menguasai lebih jauh mengenai konsep perbedaan antara dua variabel dengan
pengolahan data melalui analisis komparatif.
Untuk mencapai kompetensi tersebut terlebih dahulu Anda diharapkan
untuk mempelajari unit 5 agar Anda mampu untuk mencapai kompetensi
pendukung seperti:

1. Menguasai penerapan analisis data untuk menguji signifikansi perbedaan mean


dari dua sampel yang independen.

2. Menguasai pengolahan data untuk menguji signifikansi perbedaan mean dari


dua sampel yang dependen.
Subunit 1
Uji Perbedaan Dua Mean Sampel Independen

A. PERBEDAAN ANTARA KELOMPOK


Data yang diperoleh dalam satu penelitian sering berbeda dengan data
penelitian-penelitian yang lain. Uji beda untuk jenis penelitian yang
menghasilkan data berskala interval, pada umumnya dimaksudkan untuk
menguji perbedaan mean hitung di antara kelompok-kelompok tertentu yang
memiliki persyaratan tertentu yang diteliti. Jika kelompok sampel yang
ingin diuji perbedaan mean hitungnya hanya terdiri dari dua kelompok,
teknik statistik yang dipergunakan pada umumnya adalah teknik t-tes, Analisis
Varians (Anava). Walupun demikian jika dikehendaki anava juga dapat
dipergunakan untuk menguji perbedaan mean hitung dua kelompok sampel,
dan t-tes untuk kelompok sampel yang lebih dari dua kelompok.
Mean hitung yang ingin diuji perbedaannya, yaitu apakah berbeda secara
signifikan atau tidak, dapat berasal dari distribusi sampel yang berbeda, dapat
pula dari sampel yang berhubungan. Distribusi sampel yang berbeda
dimaksudkan sebagai sampel-sampel yang berasal dari dua populasi yang
berbeda, distribusi sampel berhubungan dimaksudkan sebagai sampel yang
sama atau kelompok subjek yang sama.

B. PENGUJIAN SAMPEL INDEPENDEN


Ciri dari sampel independen adalah sampling secara random, sampel
diambil dari populasi yang berdistribusi normal, menganut prinsip homogenitas
(varian populasi sama), observasi dilakukan secara independen (skor dalam
tiap sampel tidak terikat satu sama lainnya), dan sampel diambil dari
kelompok-kelompok yang berlainan.
Dalam uji t independen terdapat 2 macam pengujian:
1. Non direksional

2. Direksional
Pengujian direksional digunakan apabila dalam penelitian tidak terdapat
pendapat yang mengasumsikan bahwa salah satu kelompok lebih pandai, atau
lebih baik atau lebih tinggi dari kelompok yang lain.
Namun apabila dalam penelitian terdapat pendapat yang mengasumsikan
bahwa salah satu kelompok lebih pandai, atau lebih baik atau lebih tinggi dari
kelompok yang lain, maka Anda menggunakan pengujian direksional.

C. Langkah langkah pengerjaan teknik statistik uji t independen


8 langkah untuk menjawab soal uji t independen

1. Buatlah Ha dan Ho dalam bentuk kalimat


Ho : Tidak terdapat perbedaan antara .............. dengan ..............
Ha : Terdapat perbedaan antara ................. dengan ..................

2. Buatlah Ha dan Ho dalam bentuk hipotesis statistik

3. Masukkan angka-angka statistik dari tabel distribusi. Hitunglah skor X1 2


dan X 22

4. Tentukan besarnya X1, X 2 , dan Jk 1, Jk 2 (Jk = jumlah kwadrat)

5. Uji perbedaan dengan menggunakan rumus uji t independen.

6. Menguji tingkat kesalahan ( alpha ) = 5% atau 1%

7. Bandingkan hasil t hitung dengan t tabel

8. Berikan kesimpulannya
Tes Formatif 1

Seorang guru ingin menguji apakah terdapat perbedaan kemandirian anak sulung
dan anak yang bukan sulung. Data sebagai berikut
X1 11 14 14 17 12 16
X2 14 10 9 15 11 7

1. Rumuskan hipotesis.

2. Ujilah dengan taraf nyata 5%.

3. Berikan kesimpulan berdasarkan hasil analisis tersebut.

Kunci Jawaban

Tes Formatif 1

1. H 0 : Tidak terdapat perbedaan kemandirian belajar antara anak sulung dan


anak yang bukan sulung.
Ha : Terdapat perbedaan kemandirian belajar antara anak sulung dan anak
yang bukan sulung.
Hipotesis statistik
H0 : M 1 = M2

Ha : M 1 M2

2. Menghitung uji t
Uji t ind = 14 - 11
26+ 46
( 6 +6 )2
1 1
()( + )
6 6

Hasil uji t hitung = 1,936


Sub unit 2
Perbedaan Dua Mean Dengan Sampel Dependen

PENGANTAR
Uji t dependen adalah teknik statistik untuk menilai satu kelompok subjek
yang diberikan kondisi treatment yang berbeda. Pada uji t sampel dependen,
sampling diambil secara random ( acak ) dan sampel diambil dari populasi yang
berdistribusi normal.
Hasil penelitian dikatakan signifikan bila t hitung > t tabel. maka, hipotesis
alternatif diterima, dan hipotesis nol ditolak.
Hasil perhitungan dikatakan non signifikan bila t hitung < t tabel, maka
hipotesis alternatif ditolak, dan hipotesis nol ditolak.

Langkah langkah Pengerjaan Teknik Statistik uji t Dependen

8 langkah untuk menjawab soal uji t dependen

1. Buatlah Ha dan Ho dalam bentuk hipotesis statistik

2. Buatlah Ha dan Ho dalam bentuk kalimat

3. Masukkan angka-angka statistik dari tabel distribusi.

4. Tentukan besarnya D dan D2 ( dalam kolom tabel distribusi )

5. Hitung besarnya SD

6. Hitung besarnya S D / kesalahan baku distribusi samplin

7. Uji perbedaan dengan menggunakan rumus uji t dependen


8. Menguji tingkat kesalahan ( alpha ) = 5% atau 1% dengan rumus

db = n 1

Kesimpulan
Terdapat perbedaan kemandirian belajar antara anak sulung dan anak yang
bukan sulung.
Tes Formatif 2

Peneliti ingin menguji apakah terdapat perbedaan produktivitas kerja 8


guru sebelum dan sesudah diberi insentif.
Data sebagai berikut.
X 12 8 10 9 10 5 11 8
Y 5 9 8 6 12 2 5 7

Berdasarkan data tersebut,

a. Rumuskan hipotesis.

b. Ujilah dengan taraf nyata 5%.

c. Berikan kesimpulan berdasarkan hasil analisis tersebut.

Kunci Jawaban
Tes Formatif 2

a. Hipotesis :
H0 = Tidak terdapat perbedaan produktivitas kerja 8 guru sebelum dan
sesudah diberi insentif.
Ha = Terdapat perbedaan produktivitas kerja 8 guru sebelum dan sesudah
diberi insentif.
Hipotesis statistik
H0 :M 1 = M2

Ha : M 1 M2

b. Rumus Uji t dependen


X 1X 2 9,1256,75
uji t= = =2,15 9
SD 1,100

c. Kesimpulan

Tidak terdapat perbedaan produktivitas kerja 8 guru sebelum dan sesudah


diberi insentif.

BAB VI

SUB UNIT : I
SUB UNIT : II

KETEKUNAN DAN KEDISIPLINAN DALAM BELAJAR


ADALAH KUNCI KEBERHASILAN
DAN
KESUKSESAN
SUKSES MENANTI TONG

BAB VI

ANALISIS KOMPARATIF
DENGAN
PENGUJIAN CHI KWADRAT

PENDAHULUAN
Pada bab VI ini diharapkan kita memiliki kompetensi dalam penguasaan
pengolahan data diskrit dengan menggunakan rumus chi kwadrat pada dua
variabel. Dengan kata lain, pada unit 6 ini Anda diarahkan agar dapat

1. Menguraikan manfaat penggunaan rumus chi kwadrat.

2. Menguasai pengujian analisis komparatif antara dua variable dengan


menggunakan rumus chi kwadrat.

Dalam penelitian yang dilakukan data yang diperoleh tidak selamanya


berupa data skala interval saja, melainkan juga data skala nominal.

Pada materi ajar unit 6 ini akan diuraikan mengenai:

1. apa itu chi kwadrat?

2. Apa saja fungsi chi kwadrat?

3. Kasus apa saja dalam penelitian yang dapat dipecahkan menggunakan


teknik chi kwadrat?
4. Bagaimana cara pengolahan teknik chi kwadrat?

SUB UNIT 1

PENGUJIAN CHI KWADRAT

PADA

VARIABEL TUNGGAL

PENGANTAR

Teknik chi kwadrat juga termasuk dalam teknik analisis komparatif. Berbeda
dengan teknik uji t, pada teknik chi kwadrat digunakan untuk melakukan

analisis komparatif yang mendasarkan pada perbedaan frekuensi atau data yang
bersifat nominal.

A. Pengertian Chi Kwadrat


Teknik chi kwadrat termasuk dalam teknik analisa komparasional. Teknik
chi kwadrat digunakan untuk melakukan analisa komparasional yang
mendasarkan pada perbedaan frekuensi dari data yang sedang diselidiki. Skala
yang digunakan adalah skala yang bersifat nominal. Artinya, jika data berskala
interval, maka ia tidak dapat diolah dengan chi kwadrat

B. Cara menginterprestasikan hasil chi kwadrat


Fungsi teknik statistik chi kwadrat adalah menguji pebedaan frekuensi 1
variabel, menguji perbedaan frekuensi 2 variabel yang sel selnya memiliki
10, menguji perbedaan frekuensi 2 variabel di mana terdapat sel yang memiliki
frekuensi kurang dari 10.

TES FORMATIF 1

Peneliti ingin menguji apakah terdapat perbedaan pendapat orang tua murid kelas
VI SD N SYABES mengenai acara perpisahan kelas VI yang rencananya akan
diadakan di Bandung. Berdasarkan pengumpulan data, diperoleh data sebagai
berikut.

Pendapat fo
Setuju 32
Ragu ragu 26
Tidak setuju 62
TOTAL 120

Kunci Jawaban

Test Formatif I

H0 dan Ha dalam bentuk statistik


H0 : M 1 = M2
Ha :M1 M2

Pendapat fo fh (fo-fh) (fo-fh)2 (fo-fh)2 / fh


Setuju 32 40 -8 64 1,6
Ragu ragu 26 40 -14 196 4,9
Tidak setuju 62 40 22 484 12,1
TOTAL 120 2 hitung = 18,6
Subunit 2

Pengujian Chi Kwadrat Pada Dua Variabel

Pengujian chi kwadrat 2 variabel dapat menggunakan rumus fo-fh, atau


dengan rumus ABCD. Namun kedua rumus tersebut digunakan apabila skor sel
dalam frekuensi lebih besar dari 10. Apabila skor dalam sel berada di bawah 10,
maka perlu koreksi yates dalam pengerjaannya.

Prinsip pengujian.
X 2 hitung > X 2 tabel signifikan,
Ha diterima, H0 ditolak

X 2 hitung < X 2 tabel non signifikan,


Ha ditolak, H0 diterima
TES FORMATIF II

Seorang peneliti ingin mengetahui perbedaan pendapat siswa dan siswi


mengenai Persipura. 50 orang siswi SMU dan 30 orang siswa diminta
menjawab setuju atau tidak setuju terhadap ajakan untuk membentuk Tim
Persipura.
Pendapat Setuju Tidak Setuju Total
Siswi 42 8 50
Siswa 9 21 30
Total 51 29 80

Kunci Jawaban

Tes Formatif II

Tabel:

Pendapat Setuju Tidak Setuju Total


Siswi 42 8 50
Siswa 9 21 30
Total 51 29 80

Anda mungkin juga menyukai