Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat, Taufik
dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Statistik ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam memahami
Korelasi Tata Jenjang dan Teori Uji Perbedaan Dua Mean Sampel Independen.
Harapan kami kiranya makalah ini dapat membantu kita semua sehingga menambah
pengetahuan dan pengalaman kita, dan untuk kami dapat menambah pengalaman dalam
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini semoga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki belum sempurna. Oleh kerena itu kami mengharapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Medan,

November 2014

Penulis
KELOMPOK 8

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Kata korelasi berasal dari bahasa Inggris correlation yang artinya hubungan, saling
hubungan, hubungan timbal balik. Dalam ilmu statistic korelasi adalah hubungan antara dua
variabel atau lebih, hubungan antara dua variabel dikenal dengan istilah Bivariate correlation
sedangkan hubungan antar lebih dari dua variable disebut Multivariate correlation.
Hubungan antara dua variable misalnya hubungan atau korelasi antara prestasi studi
(variable X) dan kerajinan kuliah (variable Y) maksudnnya: prestasi studi ada hubungannya
dengan kerajinan kuliah.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Borg dan Gall bukunya Educational Research,
terdapat 10 macam teknik perhitungan korelasi, diantaranya teknik korelasi tata jenjang
(teknik korelasi rank order) dalam pembahasan makalah ini. Adapula uji perbedaan dua mean
sampel independen dalam kajian teorinya sedikit gambaran yang akan dibahas dalam
makalah ini.
B. Rumusan masalah
Adapun Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Teknik korelasi tata jenjang (teknik korelasi rank order)?
2. Bagaimana uji perbedaan dua mean sampel independen?
[

C. Tujuan penulisan
Adapun Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui Teknik korelasi tata jenjang (teknik korelasi rank order).
2. Mengetahui Uji perbedaan dua mean sampel independen.

BAB II

PEMBAHASAN

1. TEKNIK KORELASI TATA JENJANG(TEKNIK KORELASI RANK ORDER =


RANK ORDER CORRELATION = RANK DIFFERENCE CORRELATION)
A. Pengertian
Pada teknik korelasi tata jenjang ini, besar kecil atau kuat lemahnya suatu variabel yang
sedang kita selidiki korelasinya, kita ukur berdasarkan perbedaan urutan kedudukan skornya;
jadi bukan diddasarkan pada skor hasil pengukuran yang sebenarnya. Dengan kata lain
datanya adalah data ordinal atau data berjenjang atau data urutan, misalnya siswa yang IQ
nya memiliki jenjang yang paling tinggi dalam hal prestasi belajaar matematika; siswa yang
IQ nya paling rendah , prestasi belajar matematika nya juga menempati jenjang yang paling
rendah.
B. Penggunaan
Teknik analisis korelasi tata jenjang ini dapat evektif digunakan apabila subyek yang
dijadikan sampel dalam penelitian lebih dari sembilan tetraapi kurang dari sembilan puluh;
dengan kata lain N antara 10 29, karena itu apabila N sama dengan atau lebih dari 30,
sebaiknya jangan digunakan teknik korelasi ini.
C. Lambang
Teknik korelasi tata jenjang ini angka indek korelasinya dilangbangkan dengan huruf
(baca:Rho). Seperti halnya rxy maka angka indek korelasinya berkisar antara 0,00 sampai
dengan 1,00.
D. Rumus
Untuk mencari digunakan rumus sebagai berikut:
[

=1

6 D2
n(n21)

Keterangan :

: Angka Indek Korelasi Tata Jenjang


D
: perbedaan fariabel urutan skor pada variabel
pertama (R1) dan uraian skor pada variabel yang
kedua (R2); jadi D = R1-R2
N
: Menunjukkan Jumlah Pasang Jenjang
1 dan 6 : Angka Konstanta yang tidak boleh diubah-ubah

E. Cara Memberikan Interperetasi Terhadap Angka Indek Korelasi Terhadap Angka


Jenjang
Untuk mmberikan korelasi terhadap angka indek korelasi tata jenjang , terlebih dahulu
kita rumuskan hipotesis alternatif dan hipotesis nol nya:
Ha : rho < 0 : ada korelasi yang sangat positif antara variabel I dengan variable II
Ho : rho = 0 : tidak ada korelasi yang sangat positif antara variabel I dengan variable II
Setelah diperoleh angka indek korelasi tentang tata jenjangnya yaitu Rho, lalu kita berikan
interpretasi dengan menggunakan tabel nilai dengan df = N, baik pada taraf signifikasi 5%
maupun pada taraf signifikasi 1%, jika yang kita peroleh dalam perhitungan sama besar
dengan harga yang tercantum dalam tabel yaitu (yaitu: 0,648 dan 0,794), maka hipotesis nol
ditolak; sebaliknya hipotesis alternative disetujui apabila 1 lebih kecil dari pada 2. Dan
setelah itu, menarik kesimpulan.
F. Contoh Cara Mencari Menghitung dan Memberikan Interpretasi Terhadap Angka
Indek Korelasi Tata Jenjang
Ada tiga macam cara mencari perhitungan Rho, yaitu ;
1) Dalam keadaan tidak terdapat urutan yang kembar
2) Dalam keadan terdapat urutan yang kembar dua
3) Dalam keadaan urutan yang kembar tiga atau lebih
Dalam pembicaraan berikut akan dikemukakan contohnya satu persatu.
1) Cara menghitung dan memberikan interpretasi terhadap angka indek korelasi tata
jenjang, yang tidak terdapat urutan yang kembar.
Misalkan sejumlah 10 arang mahasiswa dikenal sebagai tokoh penting organisasi ekstra
disebuah universitas ditetapkan sebagai sampel dalam penelitian yang antara lain bertujuan
mengetahui apakah memang secara signifikan terdapat korelasi positif antara keaktifan
menreka dalam berorganisasi (variabel I) dan prestasi studi mereka difakultas (variabel II ).
Dari kegiatan penelitian tersebut, berhasil diperoleh tata berupa skor yang menunjukkan
mean prestasi studi mereka difakultas, sebagai mana terlihat ditabel.
Langkah yang perlu untuk ditempuh untuk mecari angka indek korelasi Rho adalah sebagai
berikut ;
a. Menyiapkan tabel kerja atau tabel perhitungan
b. Menetapkan kedudukan skor yang terdapat pada variabel I

Skor

No
urut

Nama

Keaktifan dalam organisasi


(I)

Mean prestasi studi

37

63

41

45

38

60

44

50

35

65

43

52

40

55

42

47

36

64

10

39

59

(II)

c. Menetapkan urutan kedudukan skor yang terdapat pada variabel II


d. Menghitung perbedaan urutan kedudukan untuk masing-masing pasangan yang yang
dikorelasikan ( D= R1 R2). Jumlah D atau D harus sama dengan 0
e. Menguadratkan D; setelah selesai lalu dijumlahkan, sehingga diperoleh D2 = 312
f. Menghitung Rho dengan rumus:
6 D2
=1
n(n21)

Diketahui

N = 10
D2 = 312

[[[

Jawab :

=1

6 x 312
10 (1001)

= 1-1,891 = - 0,891

g. Memberikan interpretasi terhadap Rho. Dari perhitungan diatas maka Rho kita peroleh
sebesar 0,891

Dengan melihat tanda yang terdapat didepan angka indek korelasi tersebut (minus) maka
hal ini mengandung arti bahwa angka keaktifan berorganisasi ekstra dan prestasi studi
difakultas terdapat korelasi yang berlawanan arah , dalam arti : makin aktif seorang
mahasiswa dalam kegiatan organisasi tersebut diikuti, makin menurunnya prestasi belajar
difakultas.

2)

No

Nama

Sekor

Rank

D=R1-R2

D2

(X)

(Y)

I=R1

II = R2

37

63

-5

25

41

45

36

38

60

-3

44

50

10

49

35

65

10

-9

81

43

52

25

40

55

42

47

36

36

64

-7

49

10

39

59

-1

Total

10 = N

0 = D

312 = D2

Car

a menghitung dan memberikan interpretasi terhadap angka indek korelasi tata jenjang
dimana terdapat urutan kedudukan yang kembar dua
Apabila dalam menghitung indek korelasi tata jenjang didapati skor yang kembar dua,
yang berarti pula bahwa disini terdapat dua kedudukan yang sama maka urutan yang kembar
itu harus dijumlahkan, kemudian dibagi dua.
Misalkan sejumlah 10 orang mahasiswa ditetapkan sebagai sampel dalam penelitian yang
antara lain bertujuan untuk mengetahui apakan secara signifikan terdapat korelasi positif
tentang keaktifan berkunjung keperpustakaan dan prestasi belajar mereka difakultas.
Data yang berhasil dikumpulkan menunjukkan angka sebagai berikut:
Pada tabel kita lihat bahwa baik ada variabel I maupun variabel II masing-masing
terdapat dua skor yang sama. Untuk variabel I skor yang kembar adalah 30, sedangkan untuk
variabel II skor yang kembar adalah 60. Karena ada skor yang kembar maka sudah tentu

urutan kedudukannya pun akan kembar pula dalam keadaan demikian maka untuk
memperoleh indek korelasi tata jenjang adalah seperti dapat diperiksa pada tabel dibawah ini.
Skor
Mean nilai hasil

No
Nama

Keaktifan berkunjung

urut

belajar difakultas

keperpustakaan(I)
(II)

28

(60)

35

72

16

54

41

64

(30)

68

44

78

11

45

23

(60)

(30)

70

10

19

57

Tabel perhitungan untuk mencari indek koelasi tata jenjang yang terdapat skor kembar dua.
No
urut

Nama

Skor

Rank

(I)

(II)

II

D = R1 R2

D2

28

(60)

4,5

0,5

0,25

35

72

-1

16

54

41

64

(30)

68

6,5

-0,5

0,25

44

78

10

10

11

45

23

(60)

4,5

-0,5

0,25

(30)

70

6,5

-1,5

2,25

10

19

57

N = 10

D = 0

D2 = 13,00

Dua buah skor 30 pada variabel satu mestinya menempati urutan kedudukan ke-6 dan ke7. Tetapi karena kembar maka kedua urutan kedudukan itu kita jumlahkan (6+7) =13 lalu kita
bagi 2 = 6,5. Demikian juga skor 60 dan 60 pada variabel II mestinya menempati urutan
kedudukan ke 4 dan 5; karena kembar maka kedudukannya = (4+5) = 9 dibagi dua = 4,5
Dari perhitungan pada tabel diatas telah kita peroleh D2 = 13,00 sedangkan N = 10
.dengan demikian dapat kita cari indek korelasi Rho:
6 D2
=1
n(n21)

Kita rumuskan terlebih dahulu

=1

6 x 13,00
10 (1001)

dan

= 1-0,079 = - 0,921

nya:

Ha : rho < 0 : Ada korelasi yang segnifikan antara keaktifan para mahasiswa berkunjung
keperpustakaan dan prestasi studi mereka difakultas
Ho : rho = 0 : Tidak korelasi yang segnifikan antara keaktifan para mahasiswa berkunjung
keperpustakaan dan prestasi studi mereka difakultas
Df : N = 10 . (konsultasi tabel nilai Rho)
Dengan df sebesar 10, diperoleh Rho pada taraf segnifikan 5% sebesar 0,648; sedangkan
pada taraf signifikasi 1% Rho diperoleh sebesar 0,794.
Dengan demikian Rho yang kita peroleh dalam perhitungan (yaitu 0,921) adalah jauh
lebih besar daripada Rho yaitu (0,648 dan 0,794). Dengan demikian hipotesis nol ditolak.
Berarti ada korelasi positif antara variabel I dan Variabel II.
Kesimpulan kita, tinggi rendahnya prestasi studi para mahasiswa erat sekali
hubungannya dengan keaktifan mereka dalam mengunjungi perpustakaan. Dalam arti
pemanfaatan fasilitas perpustakaan berpengaruh positif terhadap prestasi studi mahasiswa di
fakultas.
3) Cara menghitung dan memberikan interpretasi terhadap angka indek korelasi tata
jenjang dimana terdapat urutan kedudukan yang kembar tiga atau lebih dari tiga
Teknik menghitung rata rata kedudukan skor yang kembar dua seperti yan gtelah
dikemukakan diatas tadi , dikembangkan oleh dubois, tetapi perhitungan rata rata dari
jumlah urutan yang kembar itu dipandang cukup tepat apabila urutan yang kembar itu hanya

dua buah. Jika urutan kedudukan yang kembar itu tiga buah atau lebih maka perlu dilakukan
perhitungan yang lebih teliti, yaitu dengan mencari urutan kedudukan yang kita harapkan (Re)
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Re = M 2R +

n21
12

Keterangan :
Re = Rank (urutan kedudukan) yang kita cari (kita harapkan) sahubungan dengan terjadinya
kekembaran.
MR = Mean (nilai rata-rata hitung) dari rank (urutan kedudukan) skor kembar.
n

= Banyaknya skor yang kembar.

1 dan 12 = Bilangan konstan (tidak bolah diubah-ubah).


Misalkan kita memiliki data seperti tertera pada tabel sebelumnya.
Pada tabel sebelumnya dapat kita saksikan bahwa untuk variable I terdapat empat buah
skor 30 (skor 30 kembar empat), sedangkan untuk variable II terjadi kekembaran skor 60
sejumlah lima buah.
No
urut

Nama

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

A
B
C
D
E
F
G
H
I
J

Skor
Keaktifan berkunjung
keperpustakaan
(I)
28
(30)
16
41
(30)
44
(30)
23
(30)
19

Mean nilai hasil


belajar difakultas
(II)
(60)
72
(60)
(60)
54
64
78
(60)
45
(60)

Proses perhitungan untuk mencari Rho dalam keadaan seperti ini adalah sebagai berikut:
Pertama-tama kita cari terlebih daahulu urutan kedudukan dari masing-masing skor pada
Variabel I dan variable II :
No urut

Nama

Skor

Rank

D = R1-R2

D2

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
N = 10

(I)
28
(30)
16
41
(30)
44
(30)
23
(30)
19
-

A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
-

(II)
(60)
72
(60)
(60)
54
64
78
(60)
45
(60)
-

I
4
6,6
1
9
6,6
10
6,6
3
6,6
2
-

II
5,2
9
5,2
5,2
2
8
10
5,2
1
5,2
-

-1,2
-2,4
-4,2
3,8
4,6
2
-3,4
-2,2
5,6
-3,2
D = 0

1,44
5,76
17,64
14,44
21,16
4,00
11,56
4,84
31,36
10,24
D2 = 122,44

Empat buah skor 30 pada variabel satu mestinya menempati urutan kedudukan ke
(5,6,7,8). Tetapi karena kembar maka keempat urutan kedudukan itu kita jumlahkan
(5+6+7+8) =26 lalu kita bagi 2 = 6,5. Demikian juga skor 60 yang ada pada variabel II
mestinya menempati urutan kedudukan ke (3,4,5,6,7); karena kembar maka kedudukannya =
(3+4+5+6+7) = 25 dibagi lima = 5
Dengan demikian dapat kita cari Re untuk variabel I :

Re = M 2R +

n21
12

6,52+

421
= 43,5=
12

6,595 = 6,6

Dan, selanjutnya dapat kita cari Re untuk variable II :

Re = M 2R +

n21
12

52+

521
= 27
12

= 5,196 = 5,2

Marilah kita hitung angka indeks korelasi Rho melalui Tabel kerja/ Tabel perhitungan
berikut ini
No urut

Nama

Skor

Rank

D = R1-R2

D2

(I)

(II)

II

28

(60)

5,2

-1,2

1,44

(30)

72

6,6

-2,4

5,76

16

(60)

5,2

-4,2

17,64

41

(60)

5,2

3,8

14,44

(30)

54

6,6

4,6

21,16

44

64

10

4,00

(30)

78

6,6

10

-3,4

11,56

23

(60)

5,2

-2,2

4,84

(30)

45

6,6

5,6

31,36

10

19

(60)

5,2

-3,2

10,24

N = 10

D = 0

D2 = 122,44

Dari perhitungan diatas, kita peroleh D2 = 122,44 dengan demikian dapat kita peroleh Rho:
2

=1

6 D
2
n(n 1)

=1

6 x 122,44
10 (1001)

= 1-0,742 = - 0,258

Kita rumuskan hipotesis alternatif dan hipotesis nolnya:


Ha : rho < 0 = Ada korelasi positif yang signifikan antara keaktifan para mahasiswa
mengunjungi perpustakaan Universitas dan hasil belajar mereka di fakultas.
Ho : rho = 0=

Tidak ada korelasi positif yang siknifikan antara keaktifan para mahasiswa
mengunjungi perpustakaan Universitas dan nilai hasil belajar mereka di
fakultaas.

df = N = 10 (Konsultan tabel nilai Rho).


Dengan df sebesar 10 diperoleh Rho tabel pada taraf signifikasi 5% = 0,648 dan pada
taraf signifikansi 1% = 0, 794. Ternyata Rho yang kita perolah dari perhitungan (- 0,258)
adalah lebih kecil dari pada taraf signifikansinya (0,648> 0,258< 0,794) Dengan demikian Ho
ditolak; berarti: tidak ada korelasi positif yang signifikan antara keaktifan para mahasiswa
mengunjungi perpustakaan Universitas dan nilai hasil belajar mereka di fakultas; sebaliknya
Ha disetujui karena terbukti kebenarannya.
2. Uji Perbedaan Dua Mean Sampel Independen
Kegiatan sebuah penelitian ada kalanya dimaksudkan untuk menguji keadaan suatu hal
yang terdapat dalam suatu kelompok dengan kelompok yang lain.
Misalnya Anda akan menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara keadaan
atau sesuatu yang terdapat pada kelompok - kelompok tersebut. Jika hal itu yang menjadi
tujuan penelitian Anda, maka teknik statistik yang tepat adalah analisis komparatif yaitu
untuk menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan di antara kelompok-kelompok

yang diuji. Kemudian pertanyaan mengenai apakah terdapat perbedaan di antara kelompokkelompok yang diuji tersebut, biasanya telah diteorikan sebelumnya, sehingga pernyataan
terdapat atau tidak terdapat perbedaan, telah diwujudkan ke dalam bentuk hipotesis. Dengan
kata lain, teknik statistik uji beda dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian, baik
berupa hipotesis nol atau hipotesis nihil (Ho) maupun hipotesis alternatif atau hipotesis kerja
( Ha).

A. Perbedaan antara Kelompok


Data yang diperoleh dalam satu penelitian sering berbeda dengan data penelitianpenelitian yang lain, misalnya yang menyangkut perbedaan skala. Perhatikan contoh berikut,
penelitian yang satu berwujud pengukuran tertentu (seperti: kemampuan berbahasa Inggris,
berbahasa Indonesia, Statistik) kelompok siswa atau mahasiswa, sedang yang lain tentang
survei pendapat siswa atau mahasiswa (seperti: kegemaran membaca majalah tertentu,
kegemaran menonton acara tertentu di televisi). Bila Anda cermati, penelitian yang pertama
menghasilkan data yang berskala interval, sedang yang kedua nominal. Penganalisisan data
penelitian pertama dan kedua, walau sama-sama untuk menguji perbedaan, tidak dapat
mempergunakan teknik statistik yang sama.
Apakah Anda sudah dapat memahami penjelasan tersebut?
Coba simak bersama-sama uraian berikut ini. Uji beda untuk jenis penelitian yang
menghasilkan data berskala interval, pada umumnya dimaksudkan untuk menguji perbedaan
mean hitung di antara kelompok-kelompok tertentu yang memiliki persyaratan tertentu yang
diteliti. Jika kelompok sampel yang ingin diuji perbedaan mean hitungnya K5 4 Unit 5
hanya terdiri dari dua kelompok, teknik statistik yang dipergunakan pada umumnya adalah
teknik t-tes, Analisis Varians (Anava). Walupun demikian jika dikehendaki anava juga dapat
dipergunakan untuk menguji perbedaan mean hitung dua kelompok sampel, dan t-tes untuk
kelompok sampel yang lebih dari dua kelompok. Sebagai peneliti Anda misalnya ingin
menguji apakah penggunaan soal uraian lebih baik dibanding dengan penggunaan soal
pilihan berganda dalam mengembangkan belajar siswa, apakah faktor kesabaran berkaitan
dengan jenis kelamin (pria atau wanita), manakah lebih efektif, metode A atau metode B
dalam meningkatkan motivasi berprestasi siswa.
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa masing-masing contoh menggambarkan
situasi yang berkaitan dengan perbandingan atau perbedaan dua buah kelompok. Coba Anda

perhatikan lagi. Setiap pertanyaan paling tidak melibatkan dua buah variabel yaitu: satu
variabel bebas (bentuk soal, jenis kelamin dan metode pelatihan) dan satu variabel terikat
yang berskala interval (kebiasaan belajar, tingkat kesabaran, dan motivasi berprestasi).
Perbandingan sebuah variabel antara dua kelompok dapat berupa perbandingan mean,
median, modus, dan variasi skor yang diperoleh melalui pengukuran. Ukuran yang
dibandingkan tergantung dari masalah yang dihadapi dan indikator. Apabila keberhasilan
metode diukur dari mean kemampuan kelompok, maka perbandingan antara kelompok
menggunakan metode yang berbeda.
Namun, jika homogenitas anggota kelompok merupakan ukuran utama keberhasilan
suatu metode, maka perbandingan variansi merupakan alternatif yang mungkin dipilih.
Teknik pengujian perbedaan dua mean digunakan apabila mean kemampuan kelompok
merupakan indikator utama keberhasilan perlakuan (metode) yang diteliti.
Mean hitung yang ingin diuji perbedaannya, yaitu apakah berbeda secara signifikan atau
tidak, dapat berasal dari distribusi sampel yang berbeda, dapat pula dari sampel yang
berhubungan. Distribusi sampel yang berbeda dimaksudkan sebagai sampel-sampel yang
berasal dari dua populasi yang berbeda, atau singkatnya : kelompok subjeknya berbeda, atau
sering juga disebut sebagai sampel bebas (independent sampels). Sebaliknya, distribusi
sampel berhubungan dimaksudkan sebagai sampel yang sama atau kelompok subjek yang
sama (correlated samples atau paired sampels). Rumus yang dipergunakan untuk kedua
distribusi tersebut berbeda.
Penghitungan untuk menguji perbedaan rata rata hitung dari kedua distribusi tersebut
akan kita bahas satu persatu. Statistika Pendidikan 5 -5
B. Pengujian Sampel Independen
Jika Anda mengobservasi hasil pengukuran dari dua kelompok sampel yang berbeda,
misalnya kemampuan bahasa Inggris terhadap kelompok sampel siswa putra dan siswa putri,
besar kemungkinan mean hitung dari kedua sampel tersebut tidak sama. Misalnya, ratarata
hitung siswa putri lebih tinggi. Akan tetapi, bila dilihat berdasarkan bukti empirik saja, belum
dapat dikatakan bahwa mean hitung siswa putri lebih tinggi secara signifikan daripada mean
hitung siswa putra. Coba Anda selidiki lebih lanjut. Adanya perbedaan tersebut haruslah
dipertanyakan apakah hal itu disebabkan oleh kesalahan sampling atau memang signifikan
(bermakna) secara statistik. Yang perlu Anda ingat adalah kesalahan sampling merupakan
kesalahan dalam pengambilan sampel, misalnya: diambil sampel yang tidak dilakukan secara

random (acak) tetapi memihak. Langkah selanjutnya, untuk estimasikan ada atau tidak
adanya perbedaan yang mungkin hanya bersifat kebetulan atau memang signifikan secara
statistik, harus dilakukan uji statistik. Teknik statistik yang biasa dipergunakan untuk menguji
perbedaan mean hitung dari kedua kelompok sampel adalah uji t independen.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri dari sampel independen
adalah sampling secara random, sampel diambil dari populasi yang berdistribusi normal,
menganut prinsip homogenitas (varian populasi sama), observasi dilakukan secara
independen (skor dalam tiap sampel tidak terikat satu sama lainnya), dan sampel diambil dari
kelompok-kelompok yang berlainan, dengan tujuan melihat perbedaan 2 kelompok sampel
yang tidak ada hubungannya atau berasal dari populasi yang berbeda. Misalnya: kelompok
guru dan kelompok kepala sekolah, pria dan wanita, kelas VI A dan kelas VI B, siswa yang
mengikuti bimbingan belajar dan siswa yang tidak mengikuti bimbingan belajar. Selain itu,
uji t independen juga menguji 2 kelompok dengan treatmen yang tidak sama. Misalnya :
Anda ingin menguji perbedaan efektifitas penggunaan media audio (kelas III A) dengan
media visual (kelas III B) terhadap prestasi Bahasa Indonesia. Berdasarkan konsep tersebut,
maka uji t independen sering disebut Between-group design atau Independent-sampels
design. Nah, sekarang apakah Anda sudah lebih paham mengenai konsep dari teknik statistik
uji t independen ?
Dalam uji t independen terdapat 2 macam pengujian.
1. Non direksional (disebut juga two tailed test) Ho: 12 atau 1-2 02.
Ho : 1 2 atau 1-2 0
2. Direksional (disebut juga one tailed test) Ho: 12 atau 12
Ho : 1 > 2 atau 1 < 2

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Teknik korelasi tata jenjang dalam
statistik dikenal sebagai teknik korelasional yang sangat sederhana jika dibandingkan dengan
teknik analisis korelasional lainnya.
Pada teknik korelasi tata jenjang ini, besar kecil atau kuat lemahnya suatu variabel yang
sedang kita selidiki korelasinya, kita ukur berdasarkanper bedaan urutan kedudukan skornya;
jadi bukan diddasarkan pada skor hasil pengukuran yang sebenarnya. Dengan kata lain
datanya adalah data ordinal atau data berjenjang atau data urutan, nisalnya siswa yang IQ nya
memiliki jenjang yang paling tinggi dalam hal prestasi belajaar matematika; siswa yang IQ
nya paling rendah , prestasi belajar matematika nya juga menempati jenjang yang paling
rendah.
Teknik analisis korelasi tata jenjang ini dapat evektif digunakan apabila subyek yang
dijadikan sampel dalam penelitian lebih dari sembilan tetraapi kurang dari sembilan puluh;
dengan kata lain N antara 10 29, karena itu apabila N sama dengan atau lebih dari 30,
sebaiknya jangan digunakan teknik korelasi ini.
Teknik korelasi tata jenjang ini angka indek korelasinya dilangbangkan dengan huruf
(baca:Rho). Seperti halnya rxy maka angka indek korelasinya berkisar antara 0,00 sampai
dengan 1,00.
Ciri dari sampel independen adalah sampling secara random, sampel diambil dari
populasi yang berdistribusi normal, menganut prinsip homogenitas (varian populasi sama),
observasi dilakukan secara independen (skor dalam tiap sampel tidak terikat satu sama
lainnya), dan sampel diambil dari kelompok-kelompok yang berlainan, dengan tujuan melihat
perbedaan 2 kelompok sampel yang tidak ada hubungannya atau berasal dari populasi yang
berbeda.

Dalam uji t independen terdapat 2 macam pengujian : (1). Non direksional (disebut juga
two tailed test) Ho: 12 atau 1-2 02. ( Ho : 1 2 atau 1-2 0 ). (2). Direksional (disebut
juga one tailed test) Ho: 12 atau 12 (Ho : 1 > 2 atau 1 < 2)

DAFTAR PUSTAKA

Sudiyono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2009.


Amudi Pasaribu, Dr., Pengantar Statistik, Medan: Imballo, 1965.
Hananto Sigit B.St., Statistik suatu pengantar, Jakarta: Ikhtiar, 1960.
Oppusunggu, Statistik, Jakarta: PT. Pradnjaparamita, 1962.

Anda mungkin juga menyukai