Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

STATISTIKA DESKRIPTIF
“ KONSEP KORELASI TATA JENJANG (RANK ORDER
CORRALETION) ”

Dosen Pengampu
Dr. Rezki Hariko, M.Pd., Kons

Disusun Oleh :
KELOMPOK 10
MUHAMMAD FAUZUL ADZIM DAULAY
FUZA DESKA PUTRI

DEPARTEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
14 November 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt karena dengan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “KONSEP KORELASI TATA JENJANG” dengan baik. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Statistika Deskriptif. Ucapan terima kasih
kepada Bapak Dr. Rezki Hariko, M.Pd., Kons. selaku dosen mata kuliah Statistika
Deskriptif. .Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian khususnya
menambah wawasan tentang statistika konsep korelasi tata jenjang. Kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami
senantiasa mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Alhamdulillah kami telah merampungkan menyusun makalah ini yang berjudul


“Konsep Korelasi Tata Jenjang (rank order correlation). Kami mengucapkan terima kasih
sebesar-besar nya kepada pembaca yang telah menyempatkan waktunya untuk membaca
makalah yang telah kami susun ini. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi bahasa ataupun penulisan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun, khususnya dari dosen pengampu
mata kuliah ini guna menjadi acuan bagi kami untuk lebih baik lagi dalam menyusun
makalah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada khususnya dan bagi
masyarakat pada umumnya.

Padang, 14 November 2023

Kelompok 10
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………...1
C. Tujuan………………………………………………………………………...1

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Konsep Korelasi Tata Jenjang……………………………………2
B. Syarat – syarat Penggunaan Korelasi Tata Jenjang………………………...3
C. Cara Perhitungan Korelasi Tata Jenjang…………………………………..4

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan…………………………………………………………………..5
B. Saran…………………………………………………………………………6

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………...7
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Korelasi Rank Spearman berbeda dengan korelasi product moment pearson dimana
sumber data untuk variabel yang akan dikorelasikan harus sama, yaitu data interval atau
rasio dan harus berdistribusi normal, maka pada korelasi rank spearman data yang akan di
korelasikan bisa berasal dari sumber data yang tidak sama, jenis data yang akan
dikorelasikan berasal dari data ordinal, dan variabel tidak harus berdistribusi normal.
Korelasi rank spearman digunakan untuk mencari tingkat hubungan atau menguji
signifikansi hipotesis asosiatif bila masing - masing variabel yang dihubungkan datanya
berbentuk ordinal, dan sumber data antar variabel tidak harus sama. Dalam hal ini, korelasi
rank spearman disimbolkan dengan rs, atau terkadang juga ditulis dengan rho. Data yang
digunakan pada korelasi ini adalah data berskala ordinal, maka dari itu sebelum dilakukan
pengelolahan data, data kuantitatif yang akan dianalisis perlu disusun dalam bentuk ranking
terlebih dahulu.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi konsep korelasi tata jenjang ?
2. Bagaimana cara menghitung dan mengintepretasikan korelasi tata jenjang ?
3. Pemaknaan hasil kolerasi tata jenjang ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi korelasi tata jenjang.
2. Mengetahui bagaimana cara perhitungan korelasi tata jenjang
3. Mengetahui bagaimana menganalisis koefisien dan makna hasil korelasi tata jenjang.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Konsep Korelasi Tata Jenjang


Dalam kegiatan statistik khususnya statistik inferensial, analisis korelasi merupakan
hubungan antara dua variabel atau lebih, yaitu antara variabel bebas (independen) dan
variabel terikat (dependen). Hubungan korelasi terdiri atas dua jenis yakni (Syah, 2007):
a. Bivariate correlation yaitu analisis terhadap hubungan antara dua variabel, satu varaiabel
bebas dengan satu variable terikat.
b. Multivariate Correlation yaitu analisis hubungan antara lebih dua variable bebas.
Lambang yang digunakan korelasi adalah rxy artinnya korelasi antaravariable X dan
variable Y. Nilai korelasi berkisar antara 0 (nol) sampai dengan1,00 artinya nilai korelasi
paling rendah adalah nol dan paling tinggi adalah 1.
Korelasi tata jenjang disebut juga rank order correlation atau rank difference
correlation adalah teknik korelasi yang dikembangkan oleh seorang ahli psikologi yan
bernama Charles Spearman (1904). Korelasi tata jenjang/teknik korelasi rank order adalah
teknik korelasi yang dimaksudkan untuk menghitung atau menentukan tingkat hubungan
antara dua variabel yang kedua - duanya merupakan data ordinal atau tata jenjang. Pada
teknik ini, angka indeks korelasi dilambangkan dengan huruf ρ (baca: rho) dengan angka
indeks korelasi berkisar antara 0,00 sampai dengan +1,00.
Nilai korelasi rank spearman juga sama yaitu berada diantara -1 < rho < 1. Bila nilai rho
= 0, berarti tidak ada korelasi atau tidak ada hubungannya antara variabel independen dan
dependen. Jika nilai rho = +1 berarti terdapat hubungan yang positif antara variabel
independen dan dependen. Apabila nilai rho = -1 berarti terdapat hubungan yang negatif
antara variabel independen dan dependen. Dengan kata lain, tanda “+” dan “-“ menunjukkan
arah hubungan di antara variabel yang sedang dioperasikan.
Data ordinal selalu menunjukkan adanya suatu urutan, tingkatan, atau ranking yang
menunjukkan perbedaan antara nilai variabel yang satu dan yang lainnya. Oleh sebab itu,
apabila data yang dianalisis merupakan data jenis interval atau rasio maka data tersebut harus
diubah terlebih dahulu kedalam urutan ranking yang merupakan ciri dari data ordinal. Teknik
analisis korelasi tata jenjang efektif digunakan untuk menganalisis data berjenjang yang
jumlah subjek (N) lebih dari 9 dan kurang dari 30. Untuk jumlah subjek lebih dari 30 tidak
tepat digunakan teknik ini.

B. Syarat – syarat Penggunaan Korelasi Tata Jenjang


1. Data harus berskala ordinal
Jika data tidak dalam bentuk rangking/ordinal, maka harga d tidak dapat dicari
sehingga nilai koefiesien korelasi tata jenjangnya juga tidak dapat ditentukan. Jika data
yang ada bukan data ordinal, maka untuk menjadikannya ordinal masing – masing
variabel diranking. Jika terdapat nilai data yang sama maka rankingnya adalah rata-
ratanya.
2. Banyaknya data dari masing – masing variabel harus sama
Apabila jumlah data tidak sama, maka akan ada data yang tidak terpakai. Yang harus
dilakukan adalah membuang data yang tidak mempunyai pasangan tersebut sehingga
banyaknya data antara variabel satu dengan lainnya sama.
3. Penggunaan Data Ordinal dalam Korelasi Tata Jenjang
Metode non parametik atau disebut sebagai metode kualitatif merupakan metode yang
bersifat historis, komperatif dan sebagainya, sehingga dalam pelaksanaan analisis dari
data yang bersifat kualitatif tersebut perlu dilakukan tahapan tersendiri dalam melakukan
Langkah perhitungan dan pengujiannya. Data yang berskala ordinal memiliki arti urutan
kode berdasarkan tingkat kepentingan, misalnya sangat bagus, bagus, cukup bagus, jelek
dan sangat jelek, dengan kode 1,2,3,4,5, maka urutan angka-angka tersebut mempunyai
urutan ke bawah.

C. Cara Perhitungan Korelasi Tata Jenjang


Dalam menyelesaikan tabel kerja analisis statistik korelasi tata jenjang yaitu terlebih
dahulu kita harus membuat ranking dari data yang dianalisis. Membuat ranking dalam tabel
kerja korelasi rank order dilakukan dengan mengurutkan atau meranking skor mulai dari
ranking 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan seterusnya. Apabila dalam urutan itu terdapat skor yang sama
atau ganda, berarti di sini terdapat dua kedudukan urutan yang sama, maka ranking-nya
harus diambil dari nilai rata-rata ranking dari skor yang ganda tersebut.
Contoh skor 80, 75, 75, 70, 70, 70, 65, 60, 55. Kalau diurutkan, maka ranking-nya 1, 2,
3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. Namun hal ini menjadi tidak proporsional. Dapat dilihat pada skor ini ada
skor yang sama atau ganda yaitu skor 75 ada sebanyak 2 buah dan skor 70 ada sebanyak 3
buah diberi ranking yang berbeda, padahal skornya dalah sama.
Untuk itu ranking skor 75 diberi ranking 2 dan 3, kemudian dicari rata-ratanya, yaitu
ranking 2 + 3 = 5. 5/2=2,5. Adapun untuk skor 70 dilanjutkan dari ranking sebelumnya
menjadi ranking 4, 5, dan 6, kemudian di cari rata-ratanya 4 + 5 + 6 + 15. 15/3=5. Maka
untuk skor 70 masing masing memperoroleh ranking 5. Sehingga ranking dari skor tersebut
adalah 1. 2,5. 2,5. 5, 5, 5, 6, 7. Selanjutnya apabila dalam urutan itu terdapat skor atau
ranking yang sama lebih dari dua, maka perlu dilakukan penghitungan yang lebih cermat.
Berikut rumus yang digunakan untuk korelasi tata jenjang adalah :

𝟔. ∑ 𝑫𝟐
𝒓𝒉𝒐 = 𝟏 −
𝑵(𝑵𝟐 −𝟏 )

Dimana : 𝒓𝒉𝒐 = koefisien r tata jenjang


D = difference atau beda antar rangking atau ordinal
N = number atau jumlah individu
1 & 6 = bilangan konstan
Nilai rho juga bisa diinterpretasikan bagaimana makna dari nilai tersebut dengan tabel
dibawah ini :

rho positif rho negatif Kategori


0,9 ≤ rho < 1 0,9 ≤ rho < -1 Sangat kuat
0,7 ≤ rho < 0,9 0,7 ≤ rho < -0,9 Kuat
0,7 ≤ rho < 0,9 -0,5 ≤ rho < -0,7 Cukup
0,3 ≤ rho < 0,5 -0,3 ≤ rho < -0,5 Lemah
0 ≤ rho< 0,3 -0 ≤ rho < -0,3 Sangat lemah

Jika dilakukan secara manual, maka langkah-langkah dalam melakukan uji korelasi rank
spearman adalah sebagai berikut:
a.) Jumlahkan skor item-item di tiap variabel untuk mendapatkan skor total variabel
(misalnya cari skor total variabel X dengan menotalkan item-item variabel X).
b.) Lakukan rangking skor total x (rx) dan rangking skor total y (ry). Pembuatan ranking
dapat dimulai dari nilai terkecil atau nilai terbesar tergantung permasalahannya. Bila ada
data yang nilainya sama, maka pembuatan ranking didasarkan pada nilai rata-rata dari
ranking-ranking data tersebut. Apabila proporsi angka yang sama tidak besar, maka
formula diatas masih bisa digunakan.
c.) Cari nilai d yaitu selisih rx – ry.
d.) Cari nilai d2 yaitu kuadrat d (selisih rx – ry).

Untuk uji signifikansi dapat dilakukan dengan dua rumus yaitu :


1. Uji signifikansi untuk N ≤ 30
𝑵−𝟏
t = 𝒓𝒔 √ , dengan menggunakan tabel t
𝟏− 𝒓𝟐𝒔

2. Uji signifikansi untuk N > 30


𝒓𝒔
z= 𝟏 , dengan menggunakan tabel z
√𝒏−𝟏

Kriteria penolakan adalah dengan z hitung ≥ z tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Cara
membaca table z adalah :
1. Tentukan Taraf Keyakinan Penelitian (misalnya 95%). Taraf Keyakinan 95% berarti
Interval Keyakinan-nya (alpha) 0,05. Nilai 0,05 ini merupakan bentuk desimal dari 5%
yang diperoleh dari pengurangan 100% selaku kebenaran absolut dengan 95% (100% –
95% = 5% atau 0,05).
2. Tentukan Uji yang digunakan. Apakah 1 sisi (One-Tailed) atau 2 sisi (Two-Tailed).
Penentuan 1 sisi atau 2 sisi ini didasarkan hipotesis penelitian. Jika hipotesis hanya
menyebutkan “terdapat hubungan” maka artinya bentuk hubungan belum ditentukan
apakah positif atau negatif dan dengan demikian menggunakan uji 2 sisi. Jika hipotesis
menyatakan “terdapat hubungan positif” atau “terdapat hubungan negatif” maka artinya
bentuk hubungan sudah ditentukan dan dengan demikian menggunakan uji 1 sisi.
3. Jika Uji 2 Sisi (Two-Tailed) maka lihat Tabel Z. Dalam uji 2 sisi Interval Keyakinan
dibagi dua yaitu 0,05 / 2 = 0,025. Cari pada kolom tabel nilai yang paling mendekati
0,025. Dari nilai yang paling dekat tersebut tarik garis ke kiri sehingga bertemu dengan
nilai 1,9 + 0,060 = 1,96. Batas kiri pengambilan keputusan dengan kurva adalah –1,96
batas kanannya +1,96. Keputusannya: Tolak H0 dan Terima H1 jika –z hitung < dari –
1,96 dan > dari +1,96. Sebaliknya, Terima H0 dan Tolak H1 jika – z hitung > -1,96 dan
< dari +1,96
Contoh Soal :
Dilakukan penelitian hubungan nilai tes masuk jenis Bahasa Imggris dengan nilai ujian
akhir semester (UAS) mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan. Diperoleh data
sebagai berikut :

Data Nilai Tes Masuk Jenis Bahasa Inggris dan UAS

Subjek A B C D E F G H I J
Tes 54 54 44 94 84 84 74 69 69 54
Masuk
UAS 74 64 59 54 93 89 79 99 94 96

Selanjutnya menghitung koefisien rs dengan menggunakan tabel kerja


Subjek Tes Masuk UAS Rank Tes Masuk Rank UAS d d2
A 54 74 8 7 1 1

B 54 64 8 8 0 0
C 44 59 10 9 1 1
D 94 54 1 10 -9 81
E 84 93 2,5 4 -1,5 2,25
F 84 89 2,5 5 -2,5 6,25
G 74 79 3 6 -3 9
H 69 99 5,5 1 4,5 20,25
I 69 94 5,5 3 2,5 6,25
J 54 96 8 2 6 36

Total : 163

𝟔. ∑ 𝒅𝟐
𝒓𝒉𝒐 = 𝟏 − 𝑵(𝑵𝟐 −𝟏 )

𝟔. 𝟏𝟔𝟑
= 1 – 𝟏𝟎( 𝟏𝟎𝟐 −𝟏) = 0,012

Langkah selanjutnya menguji hipotesis, yakni :


Cara 1 : Koefisien 𝑟𝑠 yang digunakan :

1. Hipotesis yang diuji Ho : X = Y = 0


2. db = N = 10
3. Periksa tabel rho Spearman 𝛼 0,05 ; 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,648 > 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,012
4. Jadi Ho tidak ditolak
5. Kesimpulan : tidak ada hubungan yang signifikan antara nilai tes masuk jenis
Bahasa Inggris dan nilai UAS (r = 0,012 ; sangat rendah )

Cara 2 : Menghitung koefisien uji t (N ≤ 30)


𝑁−1 10−1
t = rs. √ = 0,012 . √ = 0,036
1− 𝑟𝑠2 1− 0,0122

Uji hipotesis :
1. Hipotesis yang diuji Ho : X = Y = 0
2. db = = N – 1 = 9
3. Periksa tabel t dengan 𝛼 0,05; 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,833 > 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,036
4. Jadi Ho tidak ditolak
5. Kesimpulannya, tidak ada hubungan yang signifikan antara nilai tes masuk jenis
Bahasa Inggris dan nilai UAS

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Korelasi tata jenjang atau disebut juga dengan rank order correlation atau rank
difference correlation adalah teknik korelasi yang dimaksudkan untuk menghitung atau
menentukan tingkat hubungan antara dua variabel yang kedua - duanya merupakan data
ordinal atau tata jenjang. Korelasi tata jenjang digunakan untuk menguji hipotesis
hubungan antara dua variabel dan untuk melihat kuat lemahnya hubungan dan arah
hubungan antara dua variabel. Teknik analisis korelasi tata jenjang efektif digunakan
untuk menganalisis data berjenjang yang jumlah subjek (N) lebih dari 9 dan kurang dari
30. Untuk jumlah subjek lebih dari 30 tidak tepat digunakan teknik ini. Lambang yang
digunakan dalam Rank Order Correlation ialah 𝜌 (rs atau rho). Adapun syarat – syarat
penggunaan korelasi tata jenjang yaitu :
1. Data harus berskala ordinal
2. Banyaknya data dari masing – masing variabel harus sama
3. Penggunaan Data Ordinal dalam Korelasi Tata Jenjang

B. Saran
Berdasarkan makalah di atas, kami sebagai penyusun makalah mengharap agar para
pembaca dapat memahami apa yang dimaksud dengan teknik korelasi tata jenjang dan
bisa mengaplikasikannya. Kami sadar bahwa banyak kekurangan dalam makalah ini baik
dalam tulisan maupun bahasan yang kami sajikan, oleh karena itu mohon diberikan kritik
dan saran yang membangun agar kami dapat membuat makalah lebih baik lagi, dan
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembacanya. Akhir kata kami ucapkan terima
kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. S. (2007). Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur Dalam Penelitian. Bandung:
Pustaka Setia.
Asra, A. (2016). Pengantar Statistika I. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Gunawan, I. (2016). Pengantar Statistika Inferensial. Jakarta : Rajawali Pers.
Harinaldi. (2005). Prinsip-Prinsip Statistik untuk Teknik dan Sains. Jakarta:Erlangga
Isparyadi. (1988) . Statistik pendidikan. Jakarta: Depdikbud.Perpustakaan.uns
Kurniawan, R. (2016). Analisis Regresi : Dasar Penerapannya dengan R. Jakarta :
Kencana
Rafii, S. (1983). Metode statistic analisiss. Bandung: binacipta
Salvatore, D. (1982). statistic and econometrics. McGraw-Hill. New York.
Santoso, S. (2010). SPSS versi 15: Mengolah Data Statistik dengan SPSS. Jakarta :
Media Komputindo
Sidney. (1998). Statistik NonParametik. Jakarta: Gramedia
Siregar, S, (2010). Statistika Deskriptif Untuk Penelitian. Jakarta : Rajawali Press.
Sudjana. 1989. Metoda Statistik. Bandung : tarsito.
Sugiyono. (2006). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Syah, D. (2007). Pengantar Statistik Pendidikan Jakarta: Putra Grafika.
Winarsunu, T. (2009). Statistik Dalam Penelitian Pendidikan. Malang : UMM Press

Anda mungkin juga menyukai