Anda di halaman 1dari 17

1.

Tatas
Mampu, arif, bijaksana, memiliki pengetahuan dan cara pandang yang
berwawasan luas serta jauh ke depan
2. Tuhu
Rajin bekerja, dinamis dalam bekerja, ulet, sungguh - sungguh dan tidak
mengenal putus asa dan memiliki kemauan menjalankan tugas.
3. Trasne
Memiliki budi pekerti luhur jiwa kasih sayang terhadap sesama, patuh kepada ibu
bapak termasuk pada guru dan pemimpin (pemerintah) serta kepada masyarakat
dan bangsa.

Tatas Tuhu, dan Trasna adalah semboyan dari kabupaten Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi
NTB, Indonesia. Ibu kota daerah ini ialah Praya. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.208,39
km dengan populasi sebanyak 860.209 jiwa. Kabupaten Lombok Tengah terletak pada posisi
82 7' - 8 30' Lintang Selatan dan 116 10' - 116 30' Bujur Timur, membujur mulai dari kaki
Gunung Rinjani di sebelah Utara hingga ke pesisir pantai Kuta di sebelah Selatan dengan
beberapa pulau kecil yang ada disekitarnya. Secara topografi wilayah Lombok Tengah yang
membujur dari utara ke selatan tersebut mempunyai letak dan ketinggian yang bervariasi mulai
dari nol (0) hingga 2000 meter dari permukaan laut. Secara garis besar topografi masih mirip
dengan kabupaten lain di pulau Lombok.1[1] Berdasarkan klasifikasi Schmid dan Ferguson,
Kabupaten Lombok Tengah memiliki iklim D dan iklim E, yaitu hujan tropis dengan musim
kemarau kering. Mungkin hal tersebut yang membentuk sebagian besar karakter masyarakat
Lombok Tengah adalah keras. Namun bagi penulis hal tersebut tidak semuanya benar, ada sisi
lain juga yang berperan dan menyebabkan kondisi sosial di Lombok Tengah sering terjadi chaos,
perang, yang terkadang disebabkan oleh hal-hal sepele yang pada dasarnya bisa diselesikan
dengan musyawarah. Al tersebut bagi penulis dikarenakan oleh tidak teraktualisasikannya nilai-
nilai luhur Tatas, Tuhu, dan Trasna sebagai semboyan hidup masyarakat sasak Lombok Tengah.
Hal tersebut terbukti ketika muncul pertanyaan mengenai apa makna dari Tatas, Tuhu,
dan Transa?, dan mirisnya tak banyak orang yang tahu mengenai semboyan ini termasuk
masyarakat asli Lombok Tengah itu sendiri baik dari kalangan masyarakat biasa sampai
mahasiswa. Siapa yang salah dalam hal ini apakah karena pemerintah tidak pernah
mensosialisasikan makna ini atau masyarakat lombok tengah yang memang tidak mau tahu
tentang makna lambang ini. Wallahuallam bissawaf.
Penulis tidak terlalu ingin memperdebatkan pada tataran siapa yang salah siapa yang
benar atau siapa yang patut disalahkan dan siapa yang patut dikatakan benar. Penulis lebih
tertarik untuk mengulas semboyan tersebut satu persatu dan apa saja dampak dari tidak
diaktualisasikannya semboyan tersebut di masyarakat sasak Lombok Tengah, serta bagaimana
mengaktualisasikan nilai-nilai luhur dan luar biasa tersebut.
Pertama, Tatas-Ilmu (Ber-Ilmu), menurut Einstein Ilmu tanpa agama adalah buta, dan
agama tanpa ilmu adalah lumpuh. Apakah ilmu itu ? Ilmu (science) merupakan kumpulan
pengetahuan (knowledge) yang mempunyai cirri-ciri tertentu. Tujuan ilmu untuk mengerti
mengapa hal itu terjadi. John G. Kemeny, 1959. H 85 mengatakan Ilmu dimulai dari fakta dan

1[1] Dinas Pertanahan Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2001. Di akses pada
tanggal 19 Mei 2015
diakhiri dengan fakta.2[2] Secara terperinci ilmu mempunyai tiga asumsi, yaitu: Menganggap
obyek-obyek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, bahwa suatu benda tidak
mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu, dan determinasi yaitu menganggap tiap
gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan. Sehingga hakekat ilmu
ditentukan oleh cara berfikir yang dilakukan menurut persyaratan keilmuan. Tujuan utama
kegiatan keilmuan adalah mencari pengetahuan yang bersifat umum dalam bentuk teori, hukum,
kaidah, asas dan sebaginya. Jadi ilmu merupakan salah satu hasil dari usaha manusia untuk
memperadab dirinya yang mengahasilkan kebenaran. Pada dasarnya ilmu harus digunakan dan
dimanfaatkan untuk kemaslahatan manusia dan kesejahteraan bersama.
Kedua, Tuhu-Akhlak (Ber-Akhlak), menurut Imam Ghazali, akhlak adalah keadaan yang
bersifat bathin, di mana, dari sana lahir perbuatan dengan mudah tanpa dipikir dan tanpa dihitung
resikonya. Pertanyaannya, mengapa demikian ?. Bahwa konsep baik dan buruk menurut ilmu
Akhlak berasal dari kata kholaqo yang artinya penciptaan, maka nilai kebaikan dari akhlak
basisnya adalah dari nilai kebaikan universal, yakni sifat-sifat kebaikan yang dimiliki oleh Tuhan
Yang Maha Baik. Oleh karena itu sumber utama nilai akhlak adalah wahyu.
Ketiga, Trasna-Ber-Etika-Ber-Masyarakat, dengan modal kebudayaan etika, yang diberi
sinar-Nur (cahaya) wahyu, maka kehidupan masyarakat yang diharapkan adalah dengan
hipotesys Jika hati (qalb) nya baik (nuraniyyun-sesuatu yang bersifat cahaya), maka perilakunya
juga baik. Sehingga pemimpin sejati yang perlu dibangun adalah berani mengatakan kebenaran
adalah kebenaran
,memimpin dengan hati, karena hati 70 x lebih benar dari keberan dari hasil otak kita, memiliki
moralitas yang baik, dalam kepemimpinan tim / bersama, mengenali diri sendiri dalam meraih
mimpi / visi, dan peduli pada diri sendiri dan orang lain serta dilakukan dengan sempurna.
Pertanyaan selanjutnya pun muncul yaitu mengenai mengapa kita perlu membumikan nila-nilai
Tatas, Tuhu, dan Trasna?. Penulis menganalogikan ketidaktahuan masyarakat lombok tengah
mengenai apa itu makna tatas, tuhu, dan trasna ibarat seseorang yang tak mengetahui rumahnya
sendiri meskipun dia tinggal bertahun-tahun bahkan berabad-abad di rumah tersebut, dan dia
tidak pernah bisa membedakan mana kamar tidur, mana kamar mandi, dan mana dapur. Sehingga
terkadang dia mandi di kamar tidur, makan di kamar mandi, dan tidur di dapur. Bayangkan
betapa kacaunya kehidupan ketika hal tersebut terjadi. Hal tersebutlah yang kerap terjadi di
masyarakat sasak Lombok Tengah terhadap kondisi sosial, dan budaya. hal tersebut dikarenakan
tidak memahami apa yang menjadi tujuan bersama yang perlu diperjuangkan dan menjadi
prioritas di atas segalanya yang dimana hal tersebut sudah terpatri didalam semboyan/moto/visi
dari Lombok Tengah itu sendiri yaitu Tatas, Tuhu, dan Trasna.
Maka dari itu diperlukannya sinergi yang berkelanjutan antara pemerintah, masyarakat,
tokoh adat, tokoh agama dan kaum intelektual/ think tank3[3] untuk bersinergi satu sama lain
dalam megaktulisasikan nilai-nilai tersebut. Tidak hanya untuk disosialisasikan akan tetapi
diwujudkan dalam bentuk tindakan yang nyata yang dimana para pemimpin Lombok Tengah
2[2] John G. Kemeny, A Philosopher Lokks at Science, New York: Van Nostrand, 1959.

3[3] Think tank adalah para kaum cendikia/pemikir/mahasiswa. Peter Haas di dalam
jurnalnya yang berjudul Epistemic Community menyebutnya para Epistemic
Community yang artinya suatu kelompok intelektual yang bekumpul untuk
membahas tentang suatu masalah secara scientific tanpa ada intervensi dari
kelompok lain, dalam artian kelompok ini adalah kelompok netral.
harus memulai untuk mencotohkan sudah terpatrinya nilai-nilai tersebut dalam bersikap, bertutur
kata dan memimpin. Kemudian para tokoh adat dan agama lebih sering mewasukkan
pembahasan mengenai nila-nilai luhru tersebut kedalam khotbah jumat dan para tokoh adat di
aktualisasikan di dalam sangkep-sangkep besar atau kecil bagi para tokoh adat sasak di Lombok
Tengah 4[4]. Selanjutnya dikalangan makasiswa khususnya mahasiswa Lombok Tengah selaku
sebagai kaum cendikia harus sering memasukkan nilai-nilai luhur tersebut di dalam wacana-
wacana diskusi, baik diskusi di tataran komunitas atau tataran yang lebih luas. Sehingga ketika
nilai-nilai tersebut bisa terealisasikan, teraktualisasikan, dan tertanam dalam diri masyarakat
lombok tengah di setiap aktor seperti individu, komunitas, dan pemimpin maka tidak menutup
kemunkinan cita-cita besar yang diinginkan oleh para Founding Father yaitu lombok tengah
yang Tatas, Tuhu, dan Trasna akan menjadi kenyataan dan bukan hanya sekedar retorika belaka.

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Gunung Rinjani, gunung tertinggi di Pulau Lombok.

Lumbung, tempat penyimpanan padi ciri khas masyarakat suku Sasak


di Pulau Lombok.

Sabuk Anteng, semacam sabuk yang spesifik bagi kaum wanita yang
coraknya khas Lombok Tengah.

Kubah, perlambang ketaatan dan ketaqwaan masyarakat Lombok


Tengah terhadap ajaran agama yang dianutnya.

Perisai Segi Lima, benteng pertahanan dalam mengawal serta


menegakkan Pancasila.

Bintang Segi Lima, melambangkan Falsafah Negara Pancasila


sebagai Pandangan dan Tuntunan Hidup.

Kapas Bermahkota Empat, dan berdasar Kelopak lima melukiskan


landasan UUD 1945.

Laut Biru dengan Gelombang Putih, menggambarkan semangat


perjuangan yang tidak kunjung padam sekaligus menampakkan
keadaan alam Kabupaten Lombok Tengah.

Tulisan berbunyi LOMBOK TENGAH, merupakan nama daerah


sesuai dengan Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958.
4[4] Sangkep adalah sebutan musyawarah bagi masyarakat sasak.
TATAS TUHU TRASNA, merupakan Motto Daerah

profil lombok tengah


Selasa, 09 Juli 2013
profil lombok tengah

http://profil-lomboktengah.blogspot.com
Profil Jurusan pendidikan Matematika IAIN Mataram

Nama : nurul Fajriah II.C matematika


Jurusan Pendidikan Matematika didirikan pada bulan Mei tahun 2001 dengan nomor SK
E/123/2001 yang dikeluarkan oleh Dirjen Pendidikan Tinggi Islam

Visi Program Studi :


Visi program studi adalah Terkemuka dalam menghasilkan tenaga pendidik dan kependidikan
di bidang Matematika berbasis keislaman, keilmuan, dan keindonesiaan .

Misi Program Studi :


Berdasarkan visi, maka misi Program Studi Pendidikan Matematika adalah :
Mengembangkan pendidikan, pengajaran dan penelitian dalam bidang Pendidikan
Matematika secara profesional, kompetitif dan integratif.
Meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak dalam melaksanakan Tri Darma Perguruan
Tinggi terutama di bidang Pendidikan Matematika.
Menegakkan nilai, etika profesional dan moral akademis untuk pengendalian mutu dan
menjaga kewibawaan pendidikan Matematika.
Tujuan Program Studi :
Tujuan diselenggarakan Program Studi Pendidikan Matematika adalah menghasilkan Sarjana
Pendidikan matematika yang :

1. Profesional dalam bidang Pendidikan Matematika.

2. Profesional dalam penelitian dan pengembangan pendidikan Matematika.

3. Mampu menyusun buku-buku teks mata pelajaran Matematika.

4. Mempunyai motivasi tinggi, gemar, dan aktif dalam membaca , mendengarkan, menulis
dan berbicara Pengetahuan Matematika.
Profil Lombok Tengah
Nama Resmi : Kabupaten Lombok Tengah
Ibukota : Praya
Provinsi :NUSA TENGGARA BARAT
Batas Wilayah:Utara: Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Timur
Selatan: Samudera Hindia
Barat: Kabupaten Lombok Barat
Timur: Kabupaten Lombok Timur
Luas Wilayah :1.095,03 Km2
Jumlah Penduduk: 972.965 Jiwa
Wilayah Administrasi : Kecamatan: 12, Kelurahan : 12, Desa :112
Sejarah Kabupaten Lombok Tengah
Kabupaten Lombok Tengah terbentuk menjadi otonom berdasarkan Undang-undang Nomor 69
Tahun 1958 tentang Pembentukan daerah-daerah Tingkat II dalam wilayah Daerah-Daerah
Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Undang-undang tersebut
disahkan pada tanggal 14 Agustus 1958. Namun demikian, sebelum terbentuk sebagai sebuah
wilayah pemerintahan, entitas Lombok Tengah telah ada jauh sebelum itu. Beberapa momentum
historis yang menandai keberadaan Lombok Tengah, antara lain adalah dengan dikeluarkan Stb
Nomor 248 Tahun 1898, kemudian pasca proklamasi, Lombok Tengah secara integral menjadi
bagian dari NKRI ditandai dengan pelantikan secara formal Kepala Pemerintahan Setempat
Lombok Tengah yang pertama, pada tanggal15 Oktober 1945. Momentum ini menjadi leverage
factor yang memicu tumbuhnya semangat integrasi, patriotisme dan nasionalisme di Kabupaten
Lombok Tengah. Enam momentum yang diklasifikasi menjadi dua kategori masa kejadian
perostiwa penting perjalanan Kabupaten Lombok Tengah, yakni pada masa sebelum dan sesudah
kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945.
Lambang Daerah

Arti Lambang

Gunung Rinjani, gunung tertinggi di Pulau Lombok.

Lumbung, tempat penyimpanan padi ciri khas masyarakat suku Sasak di Pulau Lombok.

Sabuk Anteng, semacam sabuk yang spesifik bagi kaum wanita yang coraknya khas
Lombok Tengah.

Kubah, perlambang ketaatan dan ketaqwaan masyarakat Lombok Tengah terhadap ajaran
agama yang dianutnya.

Perisai Segi Lima, benteng pertahanan dalam mengawal serta menegakkan Pancasila.

Bintang Segi Lima, melambangkan Falsafah Negara Pancasila sebagai Pandangan dan
Tuntunan Hidup.

Kapas Bermahkota Empat, dan berdasar Kelopak lima melukiskan landasan UUD
1945.

Laut Biru dengan Gelombang Putih, menggambarkan semangat perjuangan yang tidak
kunjung padam sekaligus menampakkan keadaan alam Kabupaten Lombok Tengah.

Tulisan berbunyi LOMBOK TENGAH, merupakan nama daerah sesuai dengan


Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958.

TATAS TUHU TRASNA, merupakan Motto Daerah

Lombok Tengah memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya yang
ada di Nusa Tenggara Barat yaitu:
Air Terjun Benang Stokel Lombok Tengah
Tempat Wisata di Lombok Tengah setinggi 20 m di Desa Aik Berik, Batukliang Utara, 22 Km
dari Praya, airnya bisa menyembuhkan penyakit, ada warung makan, warung kopi, penginapan,
dan pos pengamanan.
Air Terjun Benang Kelambu Lombok Tengah
Tempat Wisata di Lombok Tengah setinggi 35 m, 1 Km dari Air Terjun Benang Setokel, bisa
ditempuh dengan naik kendaraan atau berjalan kaki lewat hutan yang dihuni kawanan kera ekor
panjang.
Bendungan Pengga Lombok Tengah
Tempat Wisata di Lombok Tengah di Desa Pelambik, Praya Barat, diresmikan pada 16
Oktober 1994, digunakan sebagai irigasi pertanian seluas 3.589 ha, PLTA 400 mwh/tahun, dan
pengendali banjir.
Bendungan Batujai Lombok Tengah
Tempat Wisata di Lombok Tengah di Desa Batujai, Kecamatan Praya Barat, sekitar 5 Km dari
Kota Praya, Lombok Tengah, dimana tersedia tempat untuk memancing serta warung.
Gua Bengkang Lombok Tengah
Tempat Wisata di Lombok Tengah di Kecamatan Pujut, mengandung endapan fosfat yang
berasal dari kelelawar. Ada gua lain yang bernama Gua Pengembur, namun tidak ada informasi
yang jelas mengenai gua ini.
Kerajinan Gerabah Penujak Lombok Tengah
Tempat Wisata di Lombok Tengah di Desa Penujak, Praya Barat, sekitar 1,5 jam dari Kota
Mataram, yang merupakan keahlian yang diajarkan secara turun temurun oleh penduduk di desa
ini.
Kerajinan Tenun Tradisional Sukarara Lombok Tengah
Tempat Wisata di Lombok Tengah di Desa Sukarara, Jonggat, 28 Km dari Mataram, dengan
benang kapas, sutera, perak, dan emas serupa kain songket, bisa melihat pembuatan kain tenun
oleh wanita Sasak.
Makam Nyatok Lombok Tengah
Tempat Wisata di Lombok Tengah di Desa Rembitan, Pujut, 49 km dari Mataram, dekat
Masjid Tua Rembitan. Wali Nyatok merupakan orang yang sangat berjasa dalam penyebaran
agama Islam di wilayah itu.
Makam Serewe Lombok Tengah
Tempat Wisata di Lombok Tengah yang merupakan kompleks makam raja-raja Pejanggik dan
keluarganya, yang pernah berkuasa di Lombok Tengah, sebelum ditaklukan oleh Kerajaan
Karangasem.
Masjid Gunung Pujut Lombok Tengah
Tempat Wisata di Lombok Tengah di puncak Gunung Pujut, Lombok Tengah yang berasal dari
jaman Hindu-Islam (Waktu Telu).
Masjid Kuno Rembitan Lombok Tengah
Tempat Wisata di Lombok Tengah di Desa Rembitan, Pujut, didirikan pada abad 16, dengan
fondasi tanah, tali dari bahan ijuk dan tali saot, dan tali pengikat atap alang-alang yang disebut
male.
Pantai Awang Lombok Tengah
Tempat Wisata di Lombok Tengah di Desa Awang, Pujut. Awal tahun 2009 beberapa ruas jalan
dan jembatan menuju ke Pantai Awang dikabarkan rusak, yang mudah-mudahan saat ini sudah
diperbaiki.
Pantai Gerupuk Lombok Tengah
Tempat Wisata di Lombok Tengah di Desa Gerupuk, Pujut, sekitar 9 km dari Pantai Kuta,
dimana pengunjung bisa berenang, berselancar di Teluk Gerupuk dengan naik perahu nelayan
dari pantai ini.
Pantai Mawi Lombok Tengah
Tempat Wisata di Lombok Tengah dengan panorama indah dan ombak untuk berselancar,
berada 35 menit perjalanan dari Pantai Kuta, dengan prasarana jalan yang tampaknya masih
memerlukan perbaikan.
Pantai Mawun Lombok Tengah
Tempat Wisata di Lombok Tengah berpasir putih bersih yang berada di barat Pantai Kuta,
diantara dua perbukitan, dengan ombak untuk berselancar, bisa berjemur, berenang, dan
bersantai.
Pantai Kuta Lombok Tengah
Tempat Wisata di Lombok Tengah berpasir putih yang sangat indah pada saat air laut surut,
dengan lipatan kerang, terumbu karang dan bermacam biota lain; Februari Maret ada upacara
Bau Nyale.
Pantai Seger Lombok Tengah
Tempat Wisata di Lombok Tengah berpasir putih bersih dengan pemandangan indah
perbukitan, 65 km dari Mataram, dengan air jernih dan tenang untuk berenang. Antara Februari
Maret, ada pesta Bau Nyale.
Pantai Tanjung Aan Lombok Tengah
Tempat Wisata di Lombok Tengah di Desa Aan, Lombok Tengah, tidak jauh dari Pantai Kuta,
54 km dari Kota Mataram, yang ombaknya sesuai untuk berselancar, juga untuk snorkeling, dan
berenang.
Pemandian Aik Bukak Lombok Tengah
Tempat Wisata di Lombok Tengah di Desa Aik Bukak, Batukliang Utara, 20 Km dari Praya,
dibangun tahun 1970, dengan pemandian dengan air jernih, ada restoran, penginapan, dikelilingi
kawasan hutan.
Perkebunan Kopi Persil Lombok Tengah
Tempat Wisata di Lombok Tengah seluas 270 ha di Desa Lantan, Batukliang Utara, 25 Km
dari Prayadi, di lereng Rinjani, pada 1.020 mdpl, dibangun pada 1930, ada warung,
pemancingan, dan penginapan.
Selong Belanak Lombok Tengah
Tempat Wisata di Lombok Tengah yang letaknya berada di antara perbukitan yang sesuai
untuk lokasi penyelaman, berselancar, berenang dan memancing ikan.
Dan yang membuat Lombok tengah lebih unggul lagi adalah adanya adat istiadat atau kebiasaan
yang dilakukan yaitu bau nyale, yang tak pernah atau yang tidak ada didaerah-daerah lainnya
yang ada ni NTB.
Cara merayakan Hari Ulang Tahun Repoblik Indonesia tergolong meriah, Banyak diadakan
lomba, ntah itu perlombaan kebersihan sekolah, pameran, acara-acara yang menghibur, gerak
jalan dan masih banyak lagi lainnya.
Pengibaran bendera Pusaka untuk 17 Agustuspun sangat dipersiapkan.
Yaitu dengan menyeleksi siswa dan siswi yang ada diseluruh sekolah yang ada dilombok tengah.
Dengan beberapa cara penyeleksian yaitu:

1. Penyeleksian dari tingkat sekolah

2. Penyeleksian tingkat sekolah lanjutan

3. Penyeleksian tingkat kabupaten

4. Penyeleksian tingkat kabupaten lanjutan

5. Provinsi

6. Nasional

Yang dinamakan dengan Paskibraka adalah singkatan dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka
dengan tugas utamanya mengibarkan duplikat bendera pusaka dalam upacara peringatan
proklamasi kemerdekaan Indonesia di 3 tempat, yakni kabupaten/kota, prov dan Nasional
Dengan dibimbing oleh para pelatih yang sangat tegas dalam melatih, yakni berjumlah 11 orang,
yang terdiri dari 3 orang polisi, 2 tentara, dan orang-orang yang ahli dan pernah mengibarkan
bendera Pusaka pada tingkat provinsi dan Nasional.
Latihan yang dilakukan sebulan penuh, dari pagi hingga dengan siang.
Dari upacara bendera Merah putih, sebenarnya banyak pelajaran yan bias kita dapatkan dari
sana, yaitu kita sebagai anak muda penerus bangsa seharus nya muai berfikir, bagaimana cara
nya kita bisa merubah bangsa ini menjadi jauh lebih baik. Bukan hanya berkata2 tanpa bertindak.

Beri aku sepuluh pemuda maka akan ku guncangkan dunia, itulah perkataan Presiden Pertama
Indonesia yang menegaskan betapa pentingnya peran pemuda dalam kemajuan bangsa dan
Negara. Baik buruknya suatu Negara dilihat dari kualitas pemudanya, karena generasi muda
adalah penerus dan pewaris bangsa dan Negara. Untuk bisa terus mengibarkan bendera Merah
putih.

Siapa yang membuat slogan mestinya suda tahu dan faham akan apa yang ingin dicapai. Slogan
partai politik yang teriak akar rumput pasti bukan untuk mencari akar wangi untuk menghias
kampanyenya. Tetap mereka bermaksud merangkul rakyat jelata dengan memamerkan betapa
meraka adalah pengayom rakyat jelata. Bahwa tanpa akar yang kuat tidak ada artinya rumput
hidup.

Kemudian untuk menyebarkan slogan itu harus dibagikan pamplet berupa lembaran tulisan besar
dan kecil yang mengembangkan ide besar dari slogan itu. Kalau slogan dapat dianggap sebagai
visi maka pamplet dapat mengejawantahkannya dalam bentuk misi yang sekiranya dapat
diwujudkan dalam action kelak.

Lombok mempunyai motto atau prinsip yang tertuang dalam kata kata yang mencerminkan visi
masyarakatnya agar meberdayakan semua sumber dan kekuatan dalam rangka mencapi cita cita
bersama.

Lombok Barat adalah yang paling dahulu mengangkat motto Patuh, Patut, Pacu dengan harapan
besar bahwa visi itu akan termanifestasikan lewat misi dan aksi dalam pembangunan masyarakat.
Patuh adalah taat azas, konsisten, tunduk atau tawaddu. Patut adalah sopan, bersahaja, sesuai,
proper. Pacu adalah rajin, tekun dan pantang menyerah.
Lombok Tengah mencoba mengetengahkan visi yang lebih cerdas lagi yaituT atas, Tuhu, Trasna .
Karena masyarakat memiliki kebiasaan hangat-hangat tai ayam rupanya perlu didorong agar
TATAS artinya segalasesuatu harus tuntas dengan kerja yang cerdas. TUHU diperlukan
kareanbagaimana mungkin seseorang dapat tuntas bekerja tanapa ketekunan seperti Eddison
yang menerangi dunia dengan listriknya?. TRASNA adalah karakter dari kedua visi sebelumnya.
Tanpa rasa kasih bagaimana seseorang dapat mengabdi, tekun dan cerdas dalam membangun
masyarakat luas?

Lombok Timur, seperti manusianya yang berwatak sederhana dan terus terang. Mereka
mengajukan visi Patuh Karya. Karena masyarakatberkeyakinan bahwa manusia yang patuh yaitu
yang tunduk, samina wa atona adalah manusia sejati. Oleh karena itu tidak ada lain kecuali
mengerahkan seluruh tenaga untuk bekerja bahu membahu dalam membangun manusia dibidang
material dan ruhaninya.
Motto harus menggunakan bahasa tinggi, belum pernah ada bangsa menggunakan selera pasar
dalam memancang visinya. Orang Belanda dan Inggris saja mengunakan Bahasa Perancis dalam
mottonya. Bangsa Indonesia memakai bahasa Sangsekerta. Isinya merupakan tekad bulat sebuah
bangsa dan dipajang pula dalam dokumen kenegaraan. Sudah tentu sebagain rakyat juga tak tahu
menahu soal motto itu. Karena yang utama adalah apapun yang menjadai kebijakan pemimpin
harus merupakan pencerminan motto itu.

Mengapa kelihatannya slogan tidak sampai tujuan kecuali jadi pajangan di tepi jalan untuk
pamer sekedar membanggakan diri? Semuanya kembali kepada siapa yang menjadai pemimpin
pada saat itu. Ibarat orang muslim yang sholat tetapi tak tahu apa yang dibalik sholat itu bahkan
niat saja tidak faham. Demikian gambaran pemimpin yang bercokol diseantero Lombok. Mereka
tidak tahu apa yang tertera dalam visi yang kalau dalam
agama islam disebut sebagai niat. Kalau ada visi atau niat yang salah maka misi dan aksi akan
keliru dan tidak akan mencapai tujuan bersama, bahkan bisa menimbulkan konflik
berkepanjangan. Pemimpin yang tidak berakar di masyarakat, tidak dapat membaca niat bersama
dengan baik. Apalagi kalau pemimpin itu dikendalikan oleh kelompoknya seperti
partai dan organisasi yang selama ini membesarkannya.

Kalau seseorang akan diajukan menjabat suatau posisi tertentu harus melalui tes kelayakan,
mengapa para calon pemimpin di Lombok tidak melewati ujian semacam itu? Distulah akan
ketahuan seorang itu adalah politisi busuk, negarawan, pemban atau babu partai dan
organisasinya. Harus dikorek sampai sedalam mungkin mengenai pemahamannya akan visi
daerahnya itu. Orang Amerika menggunakan jalur konvensi untuk menggasak siapa saja yang
brani maju jadi calon pemimpin dengan begitu khalayak dapat membaca siapa dan kemana arah
sang kandidat bila kelak memegang amanat. Pengalaman babak belur selama konvensi yang
merupakan kawah candra dimuka adalah bekal paling hebat yang menempa besi karat menjadi
baja.

Motto adalah kristalisasi dari pengalaman jasmani dan rohani dari generasi ke generasi. Bukan
sekedar pajangan tetapi niat atau sumpah yang menjadi jiwa dari seluruh perjuangan dalam
memajukan peri kehidupan rakyat dan negara. Slogan bisa kosong tetapi niat atau sumpah tidak
mungkin diabaikan begitu saja. Seandainya Gajah Mada tidak bersumpah amukti palapa,
sangat diragukan bahwa dia dapat mencapi cita cita besarnya menyatukan Nusantara kita ini.

Sorong Serah Aji Krama ,Adat Perkawinan Suku Sasak Lombok


Sorong Serah Aji Krama

SASAK LOMBOK

Adat perkawinan pada masyarakat Sasak Lombok dikaitkan dengan upacara adat sorong serah aji
kerama. Seorang pemuda (terune) dapat memperoleh seorang istri berdasarkan adat dengan dua
cara yaitu: pertama dengan soloh (meminang kepada keluarga si gadis); kedua dengan cara
merariq (melarikan si gadis), Setelah salah satu cara sudah dilakukan, maka keluarga pria akan
melakukan tata cara perkawinan sesuai adat Sasak.

Upacara perkawinan Sasak Lombok sering dikaitkan dengan upacara adat perkawinan sorong
serah aji kerama yang merupakan salah satu tradisi yang ada sejak zaman dahulu dan telah
melekat dengan kuat serta utuh didalam tatanan kehidupan masyarakat suku Sasak Lombok,
bahkan beberapa kalangan masyarakat baik itu tokoh agama dan tokoh masyarakat adat itu
sendiri menyatakan bahwa jika tidak melaksanakan upacara adat ini akan menjadi aib bagi
keluarga dan masyarakat setempat.
Sorong serah berasal dari kata sorong yang berarti mendorong dan serah yang berarti
menyerahkan, jadi sorong serah merupakan suatu pernyataan persetujuan kedua belah pihak baik
dari pihak perempuan maupun pihak laki-laki dalam prosesi suatu perkawinan antara terune
(jejaka) dan dedare (gadis).
Upacara sorong serah ini merupakan salah satu rangkaian upacara terpenting pada prosesi
perkawinan adat Sasak Lombok. Adapun prosesi perkawinan Runutan adalah sebagai berikut:

1. Mesejati
Mengandung arti bahwa dari pihak laki-laki mengutus beberapa orang tokoh masyarakat
setempat atau tokoh adat untuk melaporkan kepada kepala desa atau keliang/kepala dusun untuk
mempermaklumkan mengenai perkawinan tersebut tentang jati diri calon pengantin laki-laki dan
selanjutnya melaporkan kepada pihak keluarga perempuan.

2. Selabar
Mengandung maksud untuk memper maklumkan kepada pihak keluarga calon pengantin
perempuan yang ditindaklanjuti dengan pembicaraan adat istiadatnya meliputi aji kerama yang
terdiri dari nilai-nilai 33-66-100 dengan dasar penilaian uang kepeng bolong atau kepeng jamaq,
bahkan kadang-kadang acara selabar ini dirangkaikan dengan permintaan wali sekaligus.

3. Mengambil Wali
Yang dimaksud dengan mengambil wali adalah mengambil wali dari pihak perempuan bisa
langsung pada saat selabar atau beberapa hari setelah pelaksanaan selabar dan hal ini tergantung
dari kesepakatan dua belah pihak (kapisuka)

4. Mengambil Janji
Dalam pelaksanaan mengambil janji ini adalah membicarakan seputar sorong serah dan aji
kerama sesuai dengan adat istiadat yang berlaku di dalam desa atau kampung asal calon
mempelai perempuan.

5. Sorong Serah
Roh atau Inti dari pelaksanaan proses adat merariq ini adalah Sorong Serah Aji Krame, prosesi
ini merupakan pengumuman resmi secara adat bahwa perkawinan seorang laki-laki dan seorang
perempuan yang disertai dengan penyerahan peralatan mempelai pihak laki-laki atau yang
dikenal dengan piranti-piranti simbul adat. Sebab biasanya jika Prosesi ini tidak dilaksanakn
maka kedepannya akan timbul pertanyaan sehingga timbul permasalahan baru secara intern

6. Nyongkolan
Dalam pelaksanaan nyongkolan keluarga pihak laki-laki disertai oleh kedua mempelai
mengunjungi pihak keluarga perempuan yang diiringi oleh kerabat dan handai taulan dengan
mempergunakan pakaian adat diiringi gamelan bahkan gendang beleq.
Adab dari Nyongkolan akan disaya tampilkan dperiode berikutnya.

7. Bales Ones Nae (Napak Tilas)


Merupakan salah satu tradisi untuk berkunjung ke rumah orang tua perempuan
secara khusus bersama kedua orang tua pihak laki-laki.
Salah satu kebudayaan suku Sasak di Lombok adalah tradisi Bau Nyale. Ini merupakan salah
satu tradisi sekaligus identitas suku Sasak. Oleh sebab itu, tradisi ini masih tetap dilakukan oleh
suku Sasak sampai sekarang. Bau Nyale biasanya dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir pantai di pulau Lombok selatan, khususnya di pantai selatan Lombok Timur
seperti pantai Sungkin, pantai Kaliantan, dan Kecamatan Jerowaru.

Selain itu, juga dilakukan di Lombok Tengah seperti di pantai Seger, Kuta, dan pantai sekitarnya.
Saat melakukan tradisi ini biasanya juga dilengkapi dengan berbagai hiburan pendamping.

Bau Nyale selalu dilakukan secara rutin setiap tahun. Tradisi ini sebenarnya sudah dilakukan
sejak lama dan dilakukan secara turun temurun. Sayangnya, kapan kepastian waktu dimulainya
tradisi ini masih belum diketahui. Berdasarkan isi babad, Bau Nyale mulai dikenal masyarakat
dan diwariskan sejak sebelum abad 16. Bau Nyale berasal dari bahasa Sasak. Dalam bahasa
Sasak, Bau artinya menangkap sedangkan Nyale adalah nama sejenis cacing laut. Jadi sesuai
dengan namanya, tradisi ini kegiatan menangkap nyale yang ada di laut.

Cacing laut yang disebut dengan Nyale ini termasuk dalam filum Annelida. Nyale hidup di
dalam lubang-lubang batu karang yang ada dibawah permukaan laut. Uniknya, cacing-cacing
nyale tersebut hanya muncul ke permukaan laut hanya dua kali setahun.

Tradisi Bau Nyale merupakan sebuah kegiatan yang dihubung-hubungkan dengan kebudayaan
setempat. Bau Nyale berawal dari legenda lokal yang melatarbelakangi yakni tentang kisah Putri
Mandalika. Menurut kepercayaan masyarakat Lombok, nyale konon merupakan jelmaan Putri
Mandalika. Putri Mandalika dikisahkan sebagai putri yang cantik dan baik budi pekerinya.
Karena kecantikan dan kebaikannya, banyak raja dan pangeran yang jatuh cinta kepadanya dan
ingin menjadikannya sebagai permaisuri. Putri tersebut bingung dan tidak bisa menentukan
pilihannya. Ia sangat bingung. Jika ia memilih salah satu dari mereka, ia takut akan terjadi
peperangan. Putri yang baik ini tidak menginginkan peperangan karena ia tidak mau rakyat
menjadi korban.
Oleh sebab itulah, putri pub lebih memilih mengorbankan dirinya dengan menceburkan dirinya
ke laut dan berubah menjadi nyale yang berwarna-warni. Oleh sebab itu, masyarakat di sini
percaya bahwa nyale tidak hanya sekedar cacing laut biasa tetapi merupakan makhluk yang
dipercaya dapat membawa kesejahteraan bagi yang menangkapnya. Masyarakat di sini
meghormati dan percaya bahwa orang yang mengabaikannya akan mendapat kemalangan.
Mereka yakin nyale dapat membuat tanah pertanian mereka lebih subur dan mendapatkan hasil
panen yang memuaskan. Selain itu, nyale juga digunakan untuk lauk pauk, obat dan keperluan
lain yang bersifat magis sesuai kepercayaan masing-masing.

Tradisi Bau Nyale biasanya dilakukan dua kali setahun. Tradisi ini dilakukan beberapa hari
sesuai bulan purnama yaitu pada hari ke-19 dan 20 bulan 10 dan 11 dalam penanggalan suku
Sasak. Biasanya tanggal tersebut jatuh pada bulan Februari dan Maret. Upacara penangkapan
cacing nyale dibagi menjadi dua yakni dilihat dari bulan keluarnya nyale-nyale dari laut dan
waktu penangkapannya. Dilihat dari waktu penangkapan juga masih dibagi lagi menjadi jelo
pemboyak dan jelo tumpah. Bulan keluarnya nyale dikenal dengan nyale tunggak dan nyale poto.
Nyale tunggak merupakan nyale-nyale yang keluarnya pada bulan kesepuluh sedangkan nyale
poto keluarnya pada bulan kesebelas. Kebanyakan nyale-nyale keluar saat nyale tunggak. Oleh
sebab itu, banyak masyarakat yang menangkap nyale saat bulan ke-10. Masyarakat menangkap
nyale biasanya saat menjelang subuh. Pada saat tersebut, nyale berenang ke permukaan laut. Saat
itulah masyarakat menangkap nyale-nyale tersebut.

Bau nyale adalah istilah yang kerap kali digunakan oleh masyarakat suku sasak kepulauan
Lombok. Dimana "Bau" dalam bahasa Indonesia artinya menangkap sedangkan "Nyale" adalah
cacing laut yang tergolong jenis filum annelida. Tradisi Bau Nyale salah satu tardisi turun
temurun yang dilakukan sejak ratusan tahun silam. Awal mula tradisi ini tidak ada yang
mengetahui secara pasti. Namun berdasarkan isi babad sasak yang dipercaya oleh masyarakat,
tradisi ini berlangsung sejak sebelum 16 abad silam. Berbicara persoalan Bau Nyale sudah pasti
akan berhubungan dengan cerita yang melegenda diingatan masyarakat tentang Putri Mandalika.
Putri yang cantik nan jelita diperebutkan oleh banyak pangeran dari berbagai kerajaan. Putri
yang terlahir dari rahim seorang permaisuri bernama Dewi seranting serta raja Tonjang Beru.
Raja dan permaisuri ini amat terkenal dengan kerendahan hati serta kewibawaannya. Begitupun
dengan putri yang dilahirkannya. Rupanya warisan budi pekerti dari kedua orang tuanya itu
menjadi warisan yang terpatriot dalam jiwa sang putri. Saat dewasa ia amat disegani banyak
orang akibat kelembutan hati dan tutur sapa terhadap masyarakat setempat. Dari sinilah sejarah
Nyale bermula. Disamping paras yang cantik dan kelembutan hati yang dimiliki putri sang raja,
banyak diantara pangeran-pangeran yang berasal dari kerajaan suku sasak yang lainnya mulai
mengincar Putri Mandalika untuk dijadikan permaisuri. Ada dua kerajaan yang amat getol dalam
memperebutkan sang putri yaitu kerajaan johor dan kerajaan lipur. Mereka adalah pangeran Datu
Taruna dan Pangeran Maliawang, kedua pangeran ini bertekat untuk mendapatkan Putri
Mandalika. Namun takdir berkata lain. Putri Mandalika yang tidak berpihak pada kedua
pangeran tersebut memilih jalan lain untuk hidupnya. Dikarenakan apabila ia memilih salah satu
diantara kedua pangeran tersebut sudah pasti akan terjadi bencana besar yang mengakibatkan
kerugian banyak orang khususnya masyarkata setempat. Akhirnya jalan satu-satunya yang dipilih
oleh sang putri adalah menceburkan dirinya ke laut. Dengan alasan agar bisa bermanfaat bagi
orang banyak. Dilansir dari Website LOMBOK CYBR4RTdalam cerita rakyat, Putri Mandalika
sebelum akhirnya menjelma menjadi cacing laut ia menyampaikan pesan yang amat singkat
namun syarat makna. Wahai ayahanda dan ibunda serta semua pangeran dan rakyat negeri
Tonjang Beru yang aku cintai. Hari ini aku telah menetapkan bahwa diriku untuk kamu semua.
Aku tidak dapat memilih satu diantara pangeran. Karena ini takdir yang menghendaki agar aku
menjadi Nyale yang dapat kalian nikmati bersama pada bulan dan tanggal saat munculnya Nyale
di permukaan laut." Setelah kejadian itu, tidak ada yang tahu pasti keberadaan Putri Mandalika,
namun yang ada adalah ribuan cacing laut yang berwarna-warni menampakkan dirinya.
Masyarakat meyakini bahwa binatang kecil berupa cacing laut ini adalah jelmaan dari sang Putri
Mandalika. Bau Nyale bagian dari Promosi Wisata Putri mandalika yang dilahirkan pada tanggal
20 bulan 10 ( penaggalan Sasak ) atau awal bulan februari dalam kalender nasional menjadi
momentum yang banyak dinanti oleh masyarakat pada umumnya tidak terkecuali wisatawan
mancanegara. Tradisi ini biasanya jatuh pada bulan februari dan maret. Ia dan memang betul hari
ini 16 februari adalah hari pertama dirayakannya festival Bau Nyale hingga esok 17 februari.
Pesta rakyat sekaligus penangkapan cacing-caing laut itu banyak menarik perhatian masyarkat
lokal maupun mancanegara. Selain memanfaatkan pariwisata yang tidak kalah cantik pesona
alamnya dengan pulau dewata itu, pemerintah setempat juga memanfaatkan moment ini sebagai
ajang promosi dikancah internasional. Mungkin bagi warga kelahiran suku sasak yang terpenting
adalah tradisi ini terus dielestarikan selain untuk memperekat solidaritas juga melestarikan
kebudayaan yang sudah mengakar dari para leluhur. Ada kebanggaan tersendiri yang hadir saat
perayaan Bau Nyale ini diselenggarakan. Mengingatkan kita akan sosok Putri Mandalika yang
meimilih jalan hidupnya supaya bermanfaat bagi masyarakat banyak yang hingga saat ini bisa
manfaatkan ataupun dikonsumsi. ynale-58a67daa66afbdf539a82958.jpg ynale-
58a67daa66afbdf539a82958.jpg Sumber Foto : Google Bentuknya yang unik dan cita rasa yang
khas memiliki manfaat masing-masing sesuai dengan keyakinan masyarakat. Banyak yang
mengaggap cacing laut jelmaan Putri Mandalika ini bisa dimanfaatkan sebagia obat-obatan.
Tidak hanya diolah menjadi makanan pelengkap nasi saja akan tetapi banyak diantara
masyarakat juga secara langsung memakan hidup-hidup Nyale tersebut. Sebelum perayaan
dimulai biasanya banyak persiapan yang dilakukan berupa ritual-ritual pembacaan doa. Setiap
rangakaian acara festival Bau Nyale, biasanya akan diikuti dengan pagelaran seni dan budaya
suku sasak. Mulai dari karnaval sekaligus pemilihan kandidat Putri Mandalika, Perisaian dan
Gendang Blek. Adapun lokasi penangkapan Nyale ini berada di lokasi tertentu, tidak sembarang
pesisir pantai. Biasanya banyak dijumpai di pesisir pantai Lombok Selatan. Seperti pantai
Jerowaru, Pantai Sungkin dan pantai Kaliantan. be06deb0-fc31-47a8-9052-3b28ef3d1710-169-
58a67df535977362244d780b.jpg

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/nahrul/bau-nyale-tradisi-turun-temurun-suku-
sasak_58a5980ef49273e93963d81f

Anda mungkin juga menyukai