Anda di halaman 1dari 3

6.

Sesungguhnya ganjaran silaturahmi lebih besar dari pada


memerdekakan budak
dari Ummul mukminin Maimunah binti al-Harits radhiyallahu 'anha, bahwasanya dia
memerdekakan budak yang dimilikinya dan tidak memberi kabar kepada Nabi saw
sebelumnya, maka tatkala pada hari yang menjadi gilirannya, ia berkata: Apakah
engkau merasa wahai Rasulullah bahwa sesungguhnya aku telah memerdekakan
budak (perempuan) milikku? Beliau bertanya: "Apakah sudah engkau lakukan?" Dia
menjawab: Ya. Beliau bersabda:

"
"
"Adapun jika engkau memberikannya kepada paman-pamanmu niscaya lebih besar
pahalanya untukmu."
berikut merupakan 10 manfaat Silaturahmi menurut Abu Laits Samarqandi, yaitu:

1. Mendapatkan ridha dari Allah SWT.


2. Membuat orang yang kita dikunjungi berbahagia. Hal ini amat sesuai dengan
sabda Rasulullah SAW, yaitu Amal yang paling utama adalah membuat seseorang
berbahagia.
3. Menyenangkan malaikat, karena malaikat juga sangat senang bersilaturahmi.
4. Disenangi oleh manusia.
5. Membuat iblis dan setan marah.
6. Memanjangkan usia.
7. Menambah banyak dan berkah rejekinya.
8. Membuat senang orang yang telah wafat. Sebenarnya mereka itu tahu keadaan
kita yang masih hidup, namun mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka merasa
bahagia jika keluarga yang ditinggalkannya tetap menjalin hubungan baik.

9. Memupuk rasa cinta kasih terhadap sesama, meningkatkan rasa kebersamaan


dan rasa kekeluargaan, mempererat dan memperkuat tali persaudaraan dan
persahabatan.

10. Menambah pahala setelah kematiannya, karena kebaikannya (dalam hal ini,
suka bersilaturahmi) akan selalu dikenang sehingga membuat orang lain selalu
mendoakannya.
Demikianlah 10 manfaat dari suka bersilaturahmi, Semoga kita termasuk kedalam
orang-orang yang suka bersilaturahmi.
Silaturrahmi merupakan salah satu ajaran dalam Islam akan tetapi masih banyak
yang belum memahami hakikat dan faidah-faidah silaturahmi. Artikel ini mengupas
pengertian, faidah dan tips dalam mempererat silaturahmi

Shilah artinya Hubungan atau menghubungkan sedangkan ar-Rahm berasal dari


Rahima-Yarhamu-Rahmun/ Rahmatan yang berarti lembut dan kasih
sayang. Taraahamal-Qaumu artinya kaum itu saling berkasih sayang. Taraahama
'Alayhi berarti mendo'akan seseorang agar mendapat rahmat. Sehingga dengan
pengertian ini seseorang dikatakan telah menjalin silaturrahmi apabila ia telah
menjalin hubungan kasih sayang dalam kebaikan bukan dalam dosa dan
kema'siatan.

Selain itu kata ar-Rahm atau ar-Rahim juga mempunyai arti peranakan (rahim) atau
kekerabatan yang masih ada pertalian darah (persaudaraan). Inilah keunikan
Bahasa Arab, Satu kata saja sudah dapat menjelaskan definisinya sendiri tanpa
bantuan kata-kata lain. Dengan demikian Shilaturrahmi atau Shilaturrahim secara
bahasa adalah menjalin hubungan kasih sayang dengan saudara dan kerabat yang
masih ada hubungan darah (senasab). Seseorang tidak dapat dikatakan menjalin
hubungan silaturrahmi bila ia berkasih sayang dengan orang lain sementara
saudara dan kerabatnya dia jadikan musuh. Islam dalam hal ini mengajarkan
kepada kita tentang skala prioritas, yaitu dahulukanlah keluarga dan kaum
kerabatmu baru kemudian orang lain. Hubungan baik dengan orang lain jangan
sampai merusak hubungan kekeluargaan. Hubungan kasih sayang dengan istri
jangan sampai merusak hubungan kita dengan orang tua dan saudara.

Peliharalah Tali Silaturrahmi, maksudnya peliharalah hubungan kekeluargaan


kamu. Jangan sampai kamu lupa dengan nasab kamu, orang tua kamu, saudara-
saudara kamu dan kerabat-kerabat kamu. Setelah itu baru peliharalah hubungan
kasih sayang dengan orang-orang mu`min sebagaimana dengan saudara sendiri.
Anjuran menjalin Silaturrahmi adalah anjuran untuk tidak melupakan nasab dan
hubungan kekerabatan. Satu-satunya bangsa yang paling hebat dalam menjalankan
silaturrahmi adalah bangsa Arab. Mengapa? Karena mereka tidak lupa nenek
moyang mereka. Makanya mereka selalu mengaitkan nama mereka dengan bapak,
dan kakek-kakek mereka ke atas. Oleh karena itu dalam nama mereka pasti ada
istilah bin atau Ibnu yang artinya anak.
Nabi kita Muhammad Saw mengetahui nasabnya sampai beberapa generasi
sebelumnya. Nasab beliau adalah Muhammad bin 'Abdullah bin 'Abdul-Muthalib bin
Hasyim bin Abdul- Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luay bin
Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin
Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan.
Bukan hanya Nabi yang seperti itu, hampir seluruh orang-orang Arab mengetahui
nasabnya masing-masing sampai beberapa generasi sebelumnya. Hubungan
kekeluargaan dan persaudaraan diantara mereka sangat kuat. Allah menjadikan
mereka sebagai contoh untuk diteladani. Lalu bagaimana dengan bangsa-bangsa
lain dan bangsa kita yang kebanyakan mengetahui hanya sampai kakek dan buyut.
Akibat pengetahuan nasab yang terbatas ini maka efeknya sangat memprihatinkan.
Diantaranya tidak mengetahui saudaranya yang jauh, menganggap bahwa dirinya
tidak punya saudara, tidak mendapat bantuan dan pertolongan bila dirinya
mengalami kesengsaraan, tidak punya tempat untuk mengadu dan meminta
pertolongan kecuali orang lain. Akhirnya ujung-ujungnya timbullah kemiskinan, anak
gelandangan, dan lain sebagainya. Padahal seandainya mereka mengetahui nasab
mereka siapa tahu bahwa direktur perusahaan disamping gubuknya adalah
saudaranya dari buyut kakeknya.

Anda mungkin juga menyukai