Anda di halaman 1dari 31

SINDROMA DISPEPSIA

Dr.Hermadia SpPD
Pendahuluan

Dispepsia merupakan keluhan klinis yg sering dijumpai


Menurut studi berbasis populasi tahun 2007
peningkatan prevalensi dispepsia fungsional dr 1,9% pd
th 1988 menjadi 3,3% th 2003
SINDROMA DISPEPSIA
Bukan istilah dari suatu nama penyakit tapi istilah untuk
suatu sindroma/kumpulan dari beberapa gejala/keluhan,
berupa:

Nyeri di daerah ulu hati (epigastrium)


Rasa panas di epigastrium
Rasa tidak nyaman (discomfort) di epigastrium
Kembung
Mual muntah
Rasa cepat kenyang/perut rasa cepat penuh/begah
Rasa seperti menyesak dari ulu hati ke atas

3
Keluhan2 di atas tidak harus ada semuanya pada seorang
pasien Sindroma Dispepsia
Keluhan bisa episodik atau menetap
Awam : bila ada keluhan spt di atas diasumsikan Sakit
Maag
Ringan berat RS

4
Etiologi Dispepsia

Keluhan2 dispepsia timbul sbg akibat kondisi2 sbb:

1. Akibat penyakit/gangguan dalam lumen


saluran cerna atas, seperti penyakit:
Tukak gaster (ulkus lambung)
Ulkus duodenum
Inflamasi : gastritis/duodenitis
Tumor gaster
Gastropati karena :
NSAID/OAINS
ASA
5
2. Penyakit2 hati, pankreas, dan bilier, spt: hepatitis,
pankreatitis, kolesistitis dll

3. Penyakit sistemik, spt :


DM, GGK, hamil, PJK, CHF

4. Ggn fungsional Non Organik (dispepsia fungsional) =


dispepsia non ulkus
- 30% dari kasus dispepsia
- tanpa kelainan/ggn organik/struktural

6
Klasifikasi
Dispepsia terbagi atas 2 subklasifikasi
yaitu dispepsia organik dan dispepsia
funsional

Dispepsia funsional dibagi 2 yaitu:


*postprandial distress syndrome
(perasaan begah setelah makan)
*epigastric pain syndrome > rasa nyeri
konstan
Dalam salah satu sistem penggolongan, dispepsia
fungsional diklasifikasikan ke dalam ulcer-like
dyspepsia dan dysmotility-like dyspepsia; apabila
tidak dapat masuk ke dalam 2 subklasifikasi di
atas,didiagnosis sebagai dispepsia nonspesifik.
FAKTOR RISIKO
Individu dengan karakteristik berikut ini lebih berisiko
mengalami dispepsia: konsumsi kafein berlebihan,
minum minuman beralkohol, merokok, konsumsi
steroid dan OAINS, serta berdomisili di daerah dengan
prevalensi H.pylori tinggi
Mekanisme Patologis

1. Abnormalitas fungsi motorik lambung,


khususnya keterlambatan pengosongan
lambung, hipomotilitas antrum, hubungan antara
volume lambung saat puasa yg rendah dg
pengosongan lambung yg lebih cepat, serta
gastric compliance yg lebih rendah
2. Infeksi Helicobacter pylori
3. Faktor-faktor psikososial, khususnya terkait
dengan gangguan cemas dan depresi
Pendekatan Diagnostik pada Dispepsia

Anamnesis : gambaran, karakteristik dan lokasi


keluhan
Pemeriksaan fisik abdomen:
Nyeri tekan/lepas, organomegali,massa tumor
Labor:
jml lekosit (infeksi)
Serologi (helicobacter pylori)
Amilase & lipase (pankreatitis)
Marker tumor (keganasan sal.cerna) : CEA, CA 19-9, AFP

13
Endoskopi (esofagoduodenoskopi),
diindikasikan bila:
Dispepsia + Alarm symptoms :
Petunjuk awal akan kemungkinan adanya
kelainan organik: BB, anemia, muntah2 hebat,
dugaan obstruksi, hematemesis,melena, keluhan
berulang, umur > 45 th.
Endoskopi dpt mengidentifikasi kelainan
organik pada lumen sal.cerna, biopsi dan
pengambilan spesimen untuk biakan kuman H.
pylori

14
USG : batu empedu, kolesistitis,
sirosis hati, hepatoma dsb

Radiologi (Barium meal) :


Dapat mengidentifikasi kelainan
mukosa

15
DISPEPSIA

Alarm symptoms
(anemia, BB, hematemesis, melena dsb)

- Terapi gagal
+
Terapi empirik Eksplorasi diagnostik : (endoskopik,
radiologi, USG dll)

Penyebab organik Penyebab organik tidak


teridentifikasi teridentifikasi

Terapi definitif Dispepsia fungsional

Alur tatalaksana ringkas diagnosis kasus dispepsia


16
TATALAKSANA DISPEPSIA
NON MEDIKAMENTOSA
Hindari makanan/minum sbg pencetus, makanan
merangsang spt:
Pedas
Asam
tinggi lemak
mengandung gas
Kopi
alkohol dll
Bila muntah hebat, jgn makan dulu
Makan teratur, tidak berlebihan, porsi kecil tapi
sering
Hindari stress, olah raga 19
Terapi Medikamentosa
ANTASIDA :
penetralisir faktor asam sesaat, pe nyeri sesaat
Paling umum digunakan
Study metaanalisis manfaat (-), efektifitas =
plasebo

Penyekat H2 reseptor: pesekresi asam lambung


Telah umum juga dikonsumsi
Study : manfaat 20% diatas plasebo
Generik : cimetidin, ranitidin, famotidin

20
Penghambat pompa proton / proton pump inhibitor (PPI)
menghambat produksi asam lambung :
Paling efektif dan superior dlm menghambat produksi
asam lambung
omeprazol, lansoprazol, pantoprazol, rabeprazol,
esomeprazol
mahal

21
Prokinetik (anti mual-muntah):
dimenhidrinat, metoklopramid, domperidon, cisapride,
ondansetron
Antagonis reseptor dopamin2 dan reseptor serotonin
Utk tipe dismotilitas efektif dibanding plasebo

22
Sitoprotektor :
sukralfat, teprenon, rebamipid
Mucopromotor

me prostaglandin
me aliran darah mukosa

23
Antibiotik:
bila terbukti terlibatnya H.pylori (+)
Amoxicillin, claritromisin, tetrasiklin, metronidazol,
bismuth

Tranguilizer antianxietas, antidepresan


Bila ada faktor psikik

24
GASTRITIS KRONIS

25
GASTRITIS EROSI

26
ULKUS GASTER

27
KANKER LAMBUNG

28
Hasil esofagogastroduodenoskopi pada 591 kasus
Dispepsia di RSCM th 1994

Hasil Jumlah kasus %


Normal 168 28,43
Esofagitis 35 5,91
Gastritis 295 49,1
Ulkus gaster 13 2,20
Ulkus duodeni 21 3,55
Tumor esofagus 1 0,16
Tumor gaster 6 1,01
Lain lain 52 8,83
29
KAPAN HARUS MERUJUK?
Pasien dispepsia harus dirujuk ke dokter spesialis terkait jika
ditemukan tanda dan gejala di bawah ini:
1. Jika pasien mengalami gejala dan tanda bahaya (alarming
features) seperti berikut: perdarahan saluran cerna, sulit
menelan, nyeri saat menelan, anemia yang tidak bisa
dijelaskan sebabnya, perubahan nafsu makan, dan penurunan
berat badan, atau ada indikasi endoskopi. Segera rujuk
pasien ke spesialis
gastroenterologi atau rumah sakit dengan fasilitas endoskopi.
2. Bila gejala dan tanda lebih mengarah pada kelainan
jantung, segera rujuk ke spesialis jantung
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai