Anda di halaman 1dari 9

PENDIDIKAN Islam DI ERA GLOBALISASI

KATA PENGANTAR


Alhamdulillahirobbil alamin. Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan nikmat
dan karunia-Nya berupa rahmat, hidayah, dan inayah-Nya serta kesehatan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat dan salam penulis
sampaikan kepada Nabi Muhammad Rasulullah SAW.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua orang yang selama ini
menemani penulis terutamanya orang tua dan keluarga penulis. Ucapan terima kasih
penulis haturkan kepada bapak Dr. Phil. Khoirun Niam yang telah membimbing penulis
dalam mata perkuliahan TPKI (Teknis Penulisan Karya Ilmiah). Tidak terlupa, penulis terima
kasih kepada teman-teman penulis di kelas B Semester I jurusan Pendidikan Matematika
yang turut menghiasi hari-hari penulis dan memotivasi penulis agar lebih memaknai hidup.
Penulis menyadari sepenuhnya, makalah ini masih banyak kekurangan dan bahkan
menimbulkan banyak pertanyaan yang belum sempat terjawab. Oleh karena itu, kritik, saran
dan masukan yang konstruktif sangat penulis harapkan dari berbagai kalangan demi
perbaikannya ke depan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca,
terutama bagi mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya. Bagi penulis, semoga mendapat
ridho Allah, sebagai amal sholeh dan menjadi ilmu yang bermanfaat fid al danya wa al
akhirat. Amin....

Surabaya, 05 Januari 2010


Siti Kholifatur Rofiah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Arus globalisasi saat ini menimbulkan banyak sekali perubahan dari segala aspek
kehidupan. Perubahan ini tidak dapat dihindari akibat ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semakin canggih. Hal ini menggugah kesadaran masyarakat umum akan pentingnya
pendidikan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan kewajiban bagi
mereka.
Di era globalisasi ini, Dunia pendidikan mau tak mau harus menerima perkembangan
zaman dan kemajuan teknologi yang sebagian besar bersumber dari negara-negara barat
seperti: televisi, handphone, komputer dan lain-lain, tidak terkecuali pendidikan Islam yang
tidak bisa lepas dari bias fenomena globalisasi ini, karena tidak mungkin pendidikan Islam
hanya melalui cara-cara dasar yang seperti ceramah dalam menyampaikan materi. Tetapi
pendidikan yang berbasis teknologi dalam penyampaiannya terbukti dengan adanya LCD,
laboratorium bahasa.
Walaupun demikian umat Islam harus bisa membentengi pendidikan Islam itu
sendiri. apabila tidak bisa melakukannya maka yang akan terjadi adalah pendidikan Islam
akan melenceng dari ajaran-ajaran Islam Nabi ketika perjalanan hidup tidak lepas dari
teknologi yang berjalan cepat dihadapan umat Islam. maka tidak seharusnya mereka hanya
menyibukkan dirinya dengan kehidupan yang berbau teknologi tetapi yang harus mereka
lakukan yaitu menerima globalisasi tanpa harus melupakan perbuatan dalam ajaran Islam
untuk mendapat kebahagiaan dunia akhirat.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
Bagaimana pendidikan Islam di era globalisasi?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, tujuan penulis makalah ini adalah:
Untuk mengetahui pendidikan Islam di era globalisasi ini.
BAB II
PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Pendidikan Islam


Pada saat ini dunia pendidikan memiliki banyak cabang , di antaranya pendidikan
bahasa Inggris, pendidikan Kewarganegaraan, pendidikan Dasar Matematika, pendidikan
Islam dan lain-lain. dalam bab ini yang akan dibahas adalah tentang pendidikan Islam. istilah
pendidikan Islam berasal dari gabungan dua kata yaitu kata pendidikan dan Islam. dalam
bahasa Arab, pendidikan Islam dikenal dengan At Tarbiyatul Al Islamiyah () .
Adapun dalam bahasa Inggris sering disebut Islamic Education.
Kata pendidikan yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
[1] Sedangkan Islam yaitu agama universal yang Allah perintahkan kepada seluruh manusia
dan imani Rosul-Rosulnya.[2] Jadi pendidikan Islam yaitu usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran tentang Agama Universal.
Seluruh umat manusia harus mengetahui tentang pendidikan Islam secara
keseluruhan agar memantapkan keimanan dan ketaatan untuk melakukan apa yang
diperintahkan oleh Allah SWT. apabila mereka tidak mengetahui tentang pendidikan Islam
sama saja, mereka hanya Islam dalam KTP (Islam KTP). Pada hakikatnya, mereka
mengakui bahwa mereka beragama Islam, tetapi mereka tidak mengetahui apa agama
Islam itu.
Pendidikan Islam dapat dijumpai di berbagai lembaga-lembaga yang berbasis Islami
mulai dari tingkat rendah sampai tingkat yang paling tinggi, seperti : MI, pondok pesantren,
MTs, MA, IAIN, dan lain-lain. Namun pendidikan Islam juga bisa diperoleh di lembaga-
lembaga umum misalnya : SD, SMP, SMA, SMK, dan lain-lain, sebagai salah satu mata
pelajaran.
Pendidikan Islam dikaitkan dengan konsepsi kejadian manusia yang sejak awal
kejadiannya sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna yang dibekali potensi akal dan
ilmu.[3] Hal ini merupakan sebuah bukti bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan yang
paling sempurna harus bisa menjadi khalifah yang berilmu dan bertanggungjawab atas apa
yang telah dipimpinnya.

B. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam


Setiap pengetahuan atau ilmu mempunyai dasar-dasarnya. Dasar pendidikan Islam
adalah Al-Quran dan Al-Hadits (sunah Nabi). Di atas kedua pilar ini dibangun konsep dasar
pendidikan Islam.[4] Menuntut ilmu adalah instruksi agama, karena ilmu merupakan salah
satu bekal manusia di alam kubur agar tidak tersiksa di alam baqa. Allah SWT.
memerintahkan manusia untuk membaca sesuai firman-Nya :
( ).
( ).( ).


().( ).
Artinya:
Bacalah engkau (Muhammad) dengan nama Tuhanmu yang menjadikan (segala makhluk)
yang menjadi manusia daripada segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu adalah yang paling
Maha Mulia yang mengajar dengan (perantara) kalam. Ia (Allah) yang mengajar manusia
apa yang mereka tidak tahu. (QS. Al-Alaq : 1-5).[5]
Demikian juga dalam hadits Nabi perintah menuntut ilmu sebagai kewajiban yang
harus dilakukan umat Islam, meskipun tempat menuntut ilmu di daerah non Muslim, seperti
hadits Nabi:
.
Artinya:
Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina.
Tujuan dari Pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
1. Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah Tuhan muka bumi dengan sebaik-baiknya,
yaitu melaksanakan tugas memakmurkan dan mengolah bumi sesuai dengan aturan-aturan
dan kehendak Tuhan.
2. Mengarahkan manusia agar tugas kekhalifahannya di muka bumi dilaksanakan dalam
rangka beribadah kepada Tuhan SWT.
3. Mengarahkan manusia agar berakhlak mulis, sehingga ia tidak menyalahgunakan fungsi
kekhalifahannya.
4. Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmaninya, sehingga ia memiliki ilmu,
akhlak dan ketrampilan untuk mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahanya.
5. Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.[6]
Pendidikan Islam berfungsi membina dan menyiapkan peserta didik yang berilmu,
berteknologi, beriman, dan beramal sholeh. Untuk melahirkan manusia yang baik (ahsan)
agar bisa menjalankan kekhalifahannya di muka bumi. Semua dilakukan hanya semata-
mata untuk beribadah kepada Allah. hal ini diperkuat dengan firman Allah:
() .


Artinya:
Tidaklah kami menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah.[7]

C. Lembaga Pendidikan Islam


Pendidikan Islam telah dimulai di Indonesia sejak masuknya Islam ke wilayah ini.
Pendidikan Islam mulanya berlangsung di daerah-daerah pesisir pantai. Mereka berdagang
sambil mengajarkan agama Islam setelah masyarakat Muslim terbentuk kemudian di
bangun masjid sebagai tempat ibadah dan mengajarkan pendidikan Islam melalui ceramah,
membaca Al-Qur'an dan lain-lainnya. selanjutnya muncullah lembaga pendidikan yang
khusus untuk proses pembelajaran yang disebut pesantren.
Menurut Haidar Putra, lembaga pendidikan Islam terdiri dari 3 bentuk, pertama
lembaga pendidikan informal yaitu yang berlangsung di rumah tangga. Kedua, lembaga
pendidikan non formal yang berlangsung di masyarakat. ketiga, lembaga pendidikan formal
yang berlangsung di sekolah. Khusus lembaga pendidikan formal ada empat jenis
bentuknya, yakni pesantren, sekolah, madrasah, dan perguruan tinggi.[8]
Sedangkan menurut Ungguh Muliawan, lembaga pendidikan Islam menurut
bentuknya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu, lembaga pendidikan di luar sekolah dan
lembaga pendidikan di dalam sekolah. Lembaga pendidikan di luar sekolah yang dimaksud
yaitu lembaga nonformal seperti keluarga, masyarakat, tempat peribadatan, TPA, pesantren.
Sedangkan lembaga pendidikan di dalam sekolah (formal) seperti sekolah Islam madrasah
dan perguruan tinggi Islam.[9]
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam dapat diperoleh di
mana saja dan kapan saja. Dalam pandangan Ungguh Muliawan bahwa pendidikan di luar
sekolah secara hierarkis menduduki tempat pertama (paling konkrit) sekaligus terakhir
(paling filosofis) dengan beberapa alasan. Alasan pertama, menurut urutan proses,
pendidikan di luar sekolah lebih awal dan akhir didapat oleh peserta didik dibandingkan
pendidikan di dalam sekolah. Alasan lain secara Akumulatif ruang dan waktu, pendidikan
yang didapat oleh peserta didik di dalam lingkungan persekolahan secara umum relatif lebih
sedikit dibandingkan di luar sekolah.[10]

BAB III
GLOBALISASI

A. Pengertian Globalisasi
Menurut wikipedia, kata globalisasi di ambil dari kata global yang
maknanya universal. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan kecuali sekitar definisi
kerja (working definition), sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. [11]Dari
perbedaan orang-orang memandang globalisasi maka muncullah masyarakat yang
menerima globalisasi (masyarakat pro-globalisasi) dan masyarakat yang menolak
globalisasi (masyarakat anti globalisasi).
Setiap manusia tidak bisa terhindar dari arus globalisasi ini, kecuali dia tidak menjalin
kontak dengan orang lain, tidak melihat acara-acara di televisi, tidak mendengarkan radio,
dan dia hidup dengan apa adanya. Namun, hanya segelintir manusia bisa melakukan hal
seperti itu karena manusia mempunyai sifat makhluk sosial yaitu selalu membutuhkan orang
lain.
Globalisasi berawal dari transportasi dan komunikasi. Tetapi dampaknya segera
terasa dalam berbagai bidang kehidupan manusia baik ekonomi, politik, perdagangan, gaya
hidup, bahkan agama.[12] Begitu cepat masyarakat mengikuti perkembangan zaman,
mereka tidak mau ketinggalan sedikitpun dari perkembangan ini. Berikut ini beberapa ciri
yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia:
1. Perubahan dalam konsep dan waktu seperti adanya telepon
genggam, televisi, dan internet menjadikan komunikasi semakin
cepat.
2. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda
menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan
Perdagangan international.
3. Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media
massa.
4. Meningkatkan masalah bersama, misalnya pada bidang
lingkungan krisis multinasional, instalasi regional, dan lain-lain.

B. Dampak Globalisasi
Perkembangan zaman mengakibatkan gaya hidup manusia menjadi berubah yang
semula mereka saling membutuhkan menjadi bersikap individualis dan tak peduli dengan
orang lain. Globalisasi selain menghadirkan dampak positif untuk hidup mudah, nyaman,
murah, indah, maju. juga mendatangkan dampak negatif yaitu menimbulkan keresahan,
penderitaan dan penyesatan.
Bagi masyarakat, Globalisasi merupakan sebuah fenomena yang banyak
menimbulkan dampak negatif yang di bawa oleh negara-negara Barat (terutama Amerika
Serikat) dengan tujuan agar masyarakat mengikuti cara hidup di negara mereka. efek-efek
negatif tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pemiskinan nilai spiritual. Tindakan sosial yang mempunyai nilai materi (tidak produktif)
dianggap sebagai tindakan yang rasional.
2. Jatuhnya manusia dari makhluk spiritual menjadi makhluk material.
3. Peran agama digeser menjadi urusan akhirat sedang urusan dunia menjadi wewenang
sains (sekularistik).
4. Tuhan hanya hadir dalam pikiran, lisan, tetapi tidak hadir dalam perilaku dan tindakan.
5. Gabungan ikatan primordial dengan sistem politik melahirkan nepotisme, birokratisme, dan
otoriterisme.
6. Individualistic.
7. Terjadinya frustasi eksistensial seperti hasrat yang berlebihan untuk berkuasa merasa
hidupnya tidak bermakna.
8. Terjadinya ketegangan-ketegangan informasi di kota dan di desa, kaya dan miskin,
konsumeris.[13]

Qodri Azizy menyatakan juga bahwa globalisasi dapat berarti alat. Ketika itu,
globalisasi menjadi netral artinya ia mengandung hal-hal positif jika dimanfaatkan dengan
tujuan baik dan begitupun sebaliknya. Selain itu globalisasi juga bisa berarti ideologi. Ia
sudah mempunyai arti tersendiri dan netralitasnya sangat berkurang menyebabkan terjadi
benturan nilai ideologis globalisasi dan nilai agama. Baik sebagai alat atau ideologi,
globalisasi menjadi sebagai ancaman sekaligus tantangan.[14]

BAB IV
PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBALISASI

A. Pengaruh Globalisasi dalam Pendidikan Islam


Globalisasi sering diterjemahkan mendunia. Segala apapun yang terjadi di dunia
begitu cepatnya menyebar di seluruh pelosok baik berupa data, temuan-temuan, bencana,
peristiwa apapun. Semua orang di dunia bisa mengetahui semua itu melalui berbagai media
seperti HP, TV, Radio. Malahan sekarang ada yang lebih canggih yaitu internet.
Azyumardi Azra mengatakan pendidikan Islam merupakan pendidikan manusia
seutuhnya, akal dan ketrampilan dengan tujuan menyiapkan manusia untuk menjalani hidup
dengan lebih baik.[15] Namun hal itu tidak berjalan dengan lurus, karena pendidikan Islam
dipengaruhi oleh arus globalisasi yang terjadi saat ini. Globalisasi merupakan ancaman
besar bagi pendidikan Islam untuk mempertahankan nilai-nilai agama yang murni.
Perubahan dalam bidang pendidikan meliputi isi pendidikan, metode pendidikan,
media pendidikan, dan lain sebagainya. salah satu aspek yang amat besar pengaruhnya
adalah kurikulum.[16]
Kurikulum bersifat fleksibel sehingga bisa menerima perubahan-perubahan sesuai
dengan perkembangan zaman. Namun mengakibatkan para guru kebingungan dalam
menyampaikan materi. Hal ini tidak dirasakan guru saja tapi juga dialami para peserta didik.
Terutama mereka yang berada pada tingkat TK (taman kanak-kanak). Mereka yang
seharusnya masih bermain dan bernyanyi, mereka dituntut untuk menghafal angka-angka
dengan versi bahasa Inggris, ini berlaku juga di TK Islam.
Pendidikan Islam nampaknya masih terkungkung dalam posisi defensif (untuk tidak
mengatakan tertinggal) dan tidak mempunyai posisi tawar yang kuat, apalagi ke arah otensif
dalam peradaban dunia. padahal pendidikan Islam sarat dengan muatan moral dan spiritual
bisa berfungsi, menjadi terapi tragedi kemanusiaan akibat dampak globalisasi.

B. Tantangan Pendidikan Islam di Era Globalisasi


Pendidikan Islam di zaman ini menghadapi tantangan-tantangan yang serius
untuk tetap eksis di dunia pendidikan. Adapun tantangannya adalah sebagai berikut:
Pertama, orientasi dan tujuan pendidikan. Kedua, pengelolaan (manajemen) sistem
manajemen ini yang akan mempengaruhi dan mewarnai keputusan dan kebijakan yang
diterapkan dalam sebuah lembaga pendidikan. Ketiga, hasil (out put). Bagaimana produk
yang dihasilkan dari sebuah lembaga pendidikan bisa dilihat dari kualitas luaran (out
putnya).[17]
Dalam pandangan Haidar Putra Daulay menjelaskan tantangan globalisasi bagi
pendidikan Islam yaitu masalah kualitas. era global adalah era pesaing bebas. Maka akan
terjadi pertukaran antar negara baik resmi maupun tidak.[18] pertukaran manusia, barang,
jasa, teknologi dan lain-lain adalah hal yang dipersaingan dalam era global ini. Untuk itu
perlu dibentuk manusia yang unggul jadi kualitas SDM sangat penting untuk menentukan
kualitas lembaga pendidikan, negara dan agama.
Selain tantangan kualitas juga tantangan moral era globalisasi banyak membawa
dampak negatif generasi muda sekarang sudah terpengaruh dengan pergaulan yang global.
Hal-hal yang tidak semestinya dilakukan oleh generasi muda seperti minum miras,
menggunakan narkoba, melakukan seks bebas malahan menjadi kebiasaan bagi mereka.
moral mereka bisa dikatakan seperti moral syaitan. Mereka hanya mengikuti hawa nafsu
belaka tanpa memikirkan akibatnya. Berkenaan itu maka pendidikan Islam harus semakin
diefektifkan di lingkungan lembaga pendidikan Islam.

C. Peluang Pendidikan Islam di Era Globalisasi


Dr. A. Qodri Azizi (2003 : 19) menyatakan pada prinsipnya globalisasi mengadu
pada perkembangan-perkembangan yang cepat dalam teknologi, komunikasi, transformasi
dan informasi yang bisa membawa bagian-bagian dunia yang jauh menjadi mudah untuk
dijangkau.[19] Dari perkembangan yang cepat di berbagai bidang inilah, pendidikan Islam
bisa berpeluang besar untuk menyebarkan ajaran Islam dengan cepat pula. Menurut tim
penyusun IAIN Sunan Ampel, agar Islam dapat berarti bagi masyarakat global maka Islam
diharapkan tampil dengan nuansa sebagai berikut:
Pertama, menampilkan Islam yang lebih ramah dan sejuk, sekaligus menjadi pelipur lara bagi
kegarahan hidup modern.
Kedua, menghadirkan Islam yang toleran terhadap manusia secara keseluruhan agama apapun
yang dianutnya
Ketiga, menampilkan visi Islam yang dinamis, kreatif, dan inovatif.
Keempat, menampilkan Islam yang mampu mengembangkan etos kerja, etos politik, etos
ekonomi, etos ilmu pengetahuan dan etos pembangunan.
Kelima, menampilkan revivalitas Islam dalam bentuk intensifikasi keislaman lebih berorientasi
ke dalam (in mard ariented) yaitu membangun kesalehan, intrinsik dan esoteris daripada
intersifikasi ke luar (out wad oriented) yang lebih bersifat ekstrinsik dan eksoteris, yakni
kesalehan formalitas.[20]

BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa pada intinya pendidikan Islam di era
globalisasi adalah pendidikan Islam yang mampu menyesuaikan perkembangan zaman dan
perkembangan teknologi. Maka yang harus dilakukan adalah mengembangkan sistem
pendidikan yang berwawasan global agar menghasilkan out put (lulusan) dari lembaga
pendidikan Islam yang lebih bermutu, supaya mereka percaya diri dalam menghadapi
persaingan global
DAFTAR PUSTAKA

Arifi, Ahmad. (ed). 2009. Politik Pendidikan Islam: Menelusuri Ideologi dan Aktualisasi
Pendidikan Islam di Tengah Arus Globalisasi. Yogyakarta: Teras.
Azizy, A. Qodri. 2003. Melawan Globalisasi: Interpretasi Agama Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Azra, Azyumardi. 1995. Pendidikan, Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru.
Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Daulay, A. Haidar Putra. 2009. Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta:
Rineka Cipta.
Muliawan, Jasa Ungguh. 2005. Pendidikan Islam Integratif: Usaha Mengintegrasikan
Kembali Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rifai'i, Moh. dan Rosidi Abdulghani. 1991. Al-Qur'an dan Terjemah. Semarang: CV.
Wicaksana.
Tim Penyusun. 2009. Pengantar Studi Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.
Wikipedia. 2009. Globalisasi (online) (http://id.wikipedia.org/wiki/globalisasi, diakses
tanggal 25 Desember 2009).
Wikipedia. 2009. Pendidikan (online) (http://id.wikipedia.org/wiki/pendidikan, diakses
tanggal 25 Desember 2009)
Wordpress. 2009. Definisi Islam (online) (http://islam murni.wordpress.com/2009/
10/31/definisi Islam/, diakses tanggal 25 Desember 2009)

[1] http://id.wikipedia.org/wiki/pendidikan?
[2] http://islam murni.wordpress.com/2009/10/31/definisi Islam/
[3] Dr. Ahmad Arifi, MA. (ed). 2009. Politik Pendidikan Islam: Menelusuri Ideologi dan
Aktualisasi Pendidikan Islam di Tengah Arus Globalisasi. Yogyakarta: Teras. hlm. 1.
[4] Prof. Dr. A. Haidar Putra Daulay, MA. 2009. Pemberdayaan Pendidikan Islam di
Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 7.
[5] Moh. Rifai'i dan Rosidi Abdulghani. 1991 Al-Qur'an dan Terjemah. Semarang: CV.
Wicaksana. hlm. 59.
[6] Dr. Ahmad Arifi, MA. (ed). 2009. Politik Pendidikan Islam: Menelusuri Ideologi dan
Aktualisasi Pendidikan Islam di Tengah Arus Globalisasi. Yogyakarta: Teras. hlm. 36.
[7] Moh. Rifai'i dan Rosidi Abdulghani. 1991 Al-Qur'an dan Terjemah. Semarang: CV.
Wicaksana. hlm. 529.
[8] Prof. Dr. A. Haidar Putra Daulay, MA. 2009. Pemberdayaan Pendidikan Islam di
Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 10.
[9] Jasa Ungguh Muliawan. 2005. Pendidikan Islam Integratif: Usaha Mengintegrasikan
Kembali Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm. 154.
[10] Ibid. hlm. 162.
[11] http://id.wikipedia.org/wiki/globalisasi
[12] Tim Penyusun. 2009. Pengantar Studi Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press. hlm.
233.
[13] Tim Penyusun. hlm. 235.
[14] Dr. A. Qodri Azizy, MA. 2003. Melawan Globalisasi: Interpresi Agama Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. hlm. 22.
[15] Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA. 1995. Pendidikan, Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju
Milenium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. hlm. 5.
[16] Prof. Dr. A. Haidar Putra Daulay, MA. 2009. Pemberdayaan Pendidikan Islam di
Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 95.
[17] Ibid. hlm. 104-105.
[18] Prof. Dr. A. Haidar Putra Daulay, MA. 2009. Pemberdayaan Pendidikan Islam di
Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 27-20.
[19] Dr. A. Qodri Azizy, MA. 2003. Melawan Globalisasi: Interpresi Agama Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. hlm. 19.
[20] Tim Penyusun. 2009. Pengantar Studi Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press. hlm.
236-237.

Anda mungkin juga menyukai