1. Pengertian
Kanker ovarium adalah tumor ganas yang tumbuh pada ovarium (indung telur) yang
paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 70 tahun. Kanker ovarium bisa
menyebar melalui system getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar
ke hati dan paru paru.
Kanker ovarium adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat dan tidak
terkendali. (Apotik Online dan Media Informasi Obat-Penyakit. Hal.2 di akses tgl 20-7-
2009).
Kanker indung telur atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang berasal
dari sel-sel ovarium atau indung telur. (Sofyan, 2006)
Kanker ovarium disebut sebagai the silent lady killer karena sulit diketahui gejalanya
sejak awal. Sebagian besar kasus kanker ovarium terdiagnosis dalam stadium yang sudah
lanjut. Kebanyakan kanker ovarium ini berawal dari kista. (Colombo N,Parma G, et al.
Role of conservative surgeri in ovarian cancer 2005)
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kanker indung telur atau kita sebut
dengan kanker ovarium, adalah kanker yang berasal dari sel-sel ovarium atau indung
telur. dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga
mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat dan tidak terkendali.
2. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
1) Mons pubis
Mons pubis adalah jaringan lemak subkutan berbentuk bulat yang lunak dan padat serta
merupakan jaringan ikat jarang di atas simpisis pubis. Mons banyak mangandung banyak
kelenjar sebasea (minyak) dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar dan ikal pada
masa pubertas, yakni sekitar satu sampai dua bulan sebelum wanita haid. (Rodriguez et
al, 2006).
2) Labia mayora
Labia mayora sangat sensitis terhadap sentuhan, nyeri dan suhu tinggi. Hal ini di
akibatkan adanya saraf saraf yang menyebar luas, yang juga berfungsi selama
rangsangan seksual. (Rodriguez et al, 2006).
3) Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit yang panjang,
sempit, dan tidak berambut yang memanjang kearah bawah dari bawah kritoris ddan
menyatu dengan fourchette. Sementara bagiian lateral dan anterior labia biasanya
mengandung pigmen, permukaan media labia minora sama dengan mukosa vagina :
merah muda kemerahan dan memungkinkan labia minora membengkak, bila ada
stimulus emosional atau stimulus spesifik. Kelenjar kelenjar labia minora juga
melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat banyak membuat labia minora sensitif,
sehingga meningkatkan fungsi erotiknya. Ruangan di antara labia minora disebut
vestibulum. (Rodriguez et al, 2006).
4) Kritoris
Kelenjar sebasea kritoris menyekresi sigma, suatu substansi lemak seperti keju yang
memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai feromon (senyawa organic yang
memfasilitasi komunikasi olfaktorius dengan anggota lain pada spesies yang sama untuk
membangkitkan respon tertentu, yang dalam hal ini adalah stimulasi erotis pada pria).
Fungsi utama kritoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual.
(Rodriguez et al, 2006).
5) Prepusium kritoris
Dekat sambungan anterior, labia minora kanan dan kiri memisah menjadi bagian media
dan lateral. Bagian lateral menyatu dibagian atas kritoris dan membentuk prepusium,
penutup yang berbentuk seperti kait. Bagian media menyatu dibagian bawah kritoris
untuk membentuk frenulum. Kadang kadang prepusium menutupi kritoris. Akibatnya,
daerah ini terlihat seperti suatu muara yang dapat disalah artikan sebagai meatus uretra,
bila perawat tidak mengidentifikasi struktur struktur dalam vulva dengan seksama.
Usaha memasukan kateter ke daerah yang sensitif ini dapat menimbulkan rasa yang
tidak nyaman. (Rodriguez et al, 2006).
6) Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan tranversal yang pipih dan tipis, terletak pada
pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah di bawah orifisium
vagina. (Rodriguez et al, 2006).
7) Perineum
Perineum adalah daerah muscular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus.
(Rodriguez et al, 2006).
a) Ovarium
Sebuah ovarium yang terletak disisi uterus, dibawah dan di belakang tuba falopi.
Ovarium memiliki sal yang sama (homolog) dengan testis
Pada pria. Ukuran dan bentuk setiap ovarium menyerupai sebuah almon berukuran
besar. Saat ovulasi, ukuran ovarium dapat menjadi dua kali lipat untuk sementara.
Ovarium yang berbentuk oval ini memiliki konsistensi yang padat dan sedikit kenyal.
Sebelum menarche permukaan ovarium licin. Setelah maturitas seksual luka parut akibat
ovulasi dan ruptur folikel yang berulang membuat permukaan nodular menjadi kasar.
Dua fungsi ovarium adalah menyelenggarakan hormon dan memproduksi hormon.
(Rodriguez et al, 2006).
b) Tuba fallopi
Panjang tuba kira kira 0,6 cm. Setiap tuba mempunyai lapisan peritoneum di bagian
luar, lapisan otot tipis di bagian tengah dan lapisan mukosa dibagian dalam. Lapisan
mukosa terdiri dari bagian sel sel kolumnar, beberapa di antaranya bersilia dan yang
lain mengeluarkan sekret. Lapisan mokusa paling tipis saat menstruasi.
Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum. Tonjolan tonjolan infundibulum yang
menyerupai jari (fibria) menarik ovum kedalam tuba dengan gerakan gerakan seperti
gelombang. (Rodriguez et al, 2006).
c) Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular pipih, cekung yang Nampak mirip buah
pir terbalik. Pada wanita dewasa berat uterus ialah 60 g (2 ons). Uterus normal memiliki
bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin dan padat. (Rodriguez et al, 2006).
d) Dinding uterus
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu endometrium. Miometrium dan peritoneum
parietalis. Endometrium mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu lapisan
membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan permukaan padat, lapisan
tengah jaringan ikat berongga dan lapisan dalam padat menghubungkan endometrium
dengan miometrium. Miometrium yang tebal tersusun atas lapisan lapisan serabut
otot polos yang membentang ketiga arah (longitudinal, tranversal dan oblik). Peritoneum
palietalis adalah suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri kecuali
seperempat permukaan anterior bagian bawah, dimana terdapat kandung kemih dan
serviks. (Rodriguez et al, 2006).
e) Serviks
Bagian paling bawah uterus adalah serviks atau leher. Panjang serviks sekitar 2,5 3 cm.
Serviks terutama disusun oleh jaringan ikat fibrosa serta sejumlah kecil serabut otot dan
jaringan elastis. Serviks pada wania nulipara mempunyai bentuk seperti kumparan yang
hampir seperti kerucut bundar, dan agak padat. Karateristik serviks yang paling signifikan
ialah kemampuannya merenggang pada saat melahirkan anak pervaginan. (Rodriguez et
al, 2006).
f) Kanal
Dua kavum di dalam uterus disebut kanal serviks. Kanal uterus pada wanita tidak hamil
ditekan oleh dinding otot yang tebal, sehingga kanal hanya merupakan suatu ruangan
potensial, datar dan membentuk segitiga. (Rodriguez et al, 2006).
g) Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu merenggang
secara luas. Karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina, panjang dinding anterior
vagina 7,5 cm sedangkan panjang dinding posterior sekitar 9 cm. (Rodriguez et al, 2006).
b. Fisiologi
Wanita pada umumnya mempunyai dua indung telur, masing - masing di kanan dan kiri
rahim. Ovarium terletak pada lapisan belakang Ligamentum Latum. Ovarium besarnya
kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira - kira 4 cm, lebar dan
tebal kurang lebih 1,5 cm. Sebagian besar ovarium berada diintraperitoneal dan tidak
dilapisi peritoneal. Sebagian kecil ovarium berada didalam Ligamentum Latum, dan di
sini masuk pembuluh darah darah dan saraf ke ovarium. Lipatan yang menghubungkan
lapisan belakang Ligamentum Latum dengan ovarium dinamakan mesovarium.
1) Korteks disebelah luar yang diliputi oleh Epitelium Germinativum yang berbentuk
kubik, dan didalam terdiri dari : Tunika Albugine, jaringan ikat di sela - sela jaringan lain,
strome, Folikel, de Graaf dal sel-sel granulosum
Adapun fungsi ovarium yaitu menghasilkan sel telur ( ovum ) yang matang, menghasilkan
dan mensekresi estrogen, progesterone, dan ikut serta mengatur siklus haid. (Rodriguez
et al, 2006).
3. Etiologi
Penyebab timbulnya kanker ovarium belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa
faktor risiko yang dapat menimbulkan penyakit kanker ovarium yaitu :
d. Menarche dini
g. Merokok
h. Alkohol
j. Nulipara
k. Infertilitas
1. Pengkajian Keperawatan
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan teoritis adalah penilaian atau kesimpulan yang
diambil dari pengkajian keperawatan menjelaskan status kesehatan, masalah
aktual resiko maupun potensial yang dapat diperioritaskan. Adapun diagnosa
keperawatan yang bisa muncul pada pasien post operasi Ca.ovarium. (Gadduci,
2007)
1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontuinitas
jaringan.
2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri
3) Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tindakan hygiene yang tidak
adekuat.
Tanda dan Gejala
Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa :
Haid tidak teratur
Ketegangan menstrual yang terus meningkat
Menoragia
Nyeri tekan pada payudara
Menopause dini
Rasa tidak nyaman pada abdomen
Dispepsia
Tekanan pada pelvis
Sering berkemih
Flatulenes
Rasa begah setelah makan makanan kecil
Lingkar abdomen yang terus meningkat.
Pada stadium dini gejala-gejala kanker ovarium tidak khas, lebih dari 70%
penderita kanker ovarium sudah dalam stadium lanjut. Gejala kanker ovarium
yang sering ditemukan :
Nyeri perut
Perut buncit
Gangguan fungsi saluran cerna
Berat badan turun secara nyata
Perdarahan pervaginam yang tidak normal
Gangguan saluran kencing
Rasa tertekan pada rongga panggul
Nyeri punggung
Penderita bisa meraba sendiri tumor di bagian bawah perut
Manifestasi Klinis
Gejala kanker ovarium tidak spesifik dan lebih mirip gejala-gejala umum
seperti gejala gangguan pencernaan atau kandung kemih. Seorang wanita dengan
kanker ovarium dapat didiagnosis dengan cara membandingkan dengan kondisi
lain sebelum akhirnya memahami dia menderita kanker.
Kunci utama untuk memahami kanker ovarium adalah tanda-tanda dan gejala
yang terus memburuk. Gejala tersebut meliputi gangguan pencernaan, yang
cenderung untuk datang dan hilang atau terjadi dalam situasi tertentu atau setelah
makan makanan tertentu. Kanker ovarium, biasanya fluktuatif, konstan, dan
secara bertahap memburuk.
Studi terbaru menunjukkan bahwa wanita dengan kanker ovarium lebih
mungkin dibandingkan perempuan lain untuk secara konsisten mengalami gejala
berikut:
3. Urinary urgensi
5. Mual
6. Sembelit
8. Pemeriksaan Diagnostik
3. Serum HCG
4. Alfa fetoprotein
9. Pemeriksaan panggul.
12. CA 125 tes darah. CA 125 adalah protein yang ditemukan pada
permukaan sel kanker ovarium dan beberapa jaringan sehat. Banyak
wanita dengan kanker ovarium memiliki tingkat abnormal tinggi CA 125
dalam darah mereka.
9. Penatalaksanaan
Pengobatan
1. Operasi
Salpingo ooporekmitomi yaitu mengangkat kedua ovarium dan kedua saluran tuba
fallopii
2. Radioterapi
Teleterapi pelvis dan abdomen dan penetesan isotop radioaktif pada
rongga peritoneal digunakan pada wanita dengan kanker ovarium tahap awal
(stadium I dan II). Isotop radioaktik (P32) digunakan sebagai terapi residual
kanker pada rongga peritoneum. Pasien yang memiliki residu penyakit yang
terbatas, kurang dari 2cm, merupakan kandidat utama terapi P32 ini.
3. Kemoterapi
PATOFISIOLOGI
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture
akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5-2 cm
dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus
luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila
terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara
gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-
kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh
gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk
karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang
berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan
choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes,
HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi
infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH)
atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi
ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang
ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini,
keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian
besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah
kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari
area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan
germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel
yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal,
dan mesodermal.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
b. Keluhan utama
Pengertian
Kanker indung telur adalah terjadinya pertumbuhan sel-sel yang tidak lazim
(kanker) pada satu atau dua bagian indung telur (Conectique.com, 2008, diakses
tanggal 28 Mei 2009).
Kanker indung telur atau kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium
(indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 70 tahun.
Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem
getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru.
Kanker ovarium sangat sulit di diagnosa dan kemungkinan kanker ovarium
ini merupakan awal dari banyak kanker primer. (Wingo, 1995).
Kanker indung telur atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang
berasal dari sel-sel ovarium atau indung telur. (Sofyan, 2006)
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
Donges, Marilynn E. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
file:///D:/KARSINOMA OVARIUM Jadilah Yang Terbaik.htm
Gale, Danielle. 1999. Rencana asuhan keperawatan onkologi. Jakarta ;EGC
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Price, Sylvia Anderson. 1995. patofisiologi. Konsep kliniks proses penyakit . jakarta : EGC.
Sastrawinata, sulaiman. 1981. Ginekologi. Bandung : Elstar offset
Tambunan, Gani 1995. diagonosis dan tatalaksanaan sepuluh jenis kanker terbanyak di
Indonesia. Jakarata: EGC
www. Carcinoma ovarium.com
www. Kanker ovarium.co.id
Yatim, Faisal 2005. penyakit kandung . jakarta : pustaka popular obor.
Patofisiologi
Tidak ada penyebab definitif dan Ca. Ovarium yang ada berupa faktor-faktor resiko
seperti :
- Genetik berperan dalam menimbulkan penyakit ini, dan banyak dokter menyarankan
pemeriksaan bimanual bagi wanita yang mempunyai ibu saudara perempuan dengan
Ca.ovarium, karena adanya gen BRCAI dan BRCA2 yang bersifat autosom
- Pada nulipara yang berusia > 45 tahun atau pada wanita dengan kehamilan 1 berusia >
30 tahun biasanya mengalami penurunan atau perubahan fungsi sel ovarium yang
menyebab gangguan proliferasi
- Riwayat tumor jinak beresiko menimbulkan kegagalan differensial sel (anaplasia) yang
menyebabkan pelumorfis (dari bentuk dan ukurannya)
- Pada wanita yang terpapar terus menerus oleh talk akan terjadi penumpukan talk di
organ genitalia, lalu tubuh menganggap ini sebagai benda asing dan terjadilah reaksi
antibodi sehingga terjadi gangguan proliferasi
- Merokok merupakan salah satu zat kasinogenk yang bisa menimbulkan Ca.ovarium,
sedangkan riwayat peminum alkohol akan meningkatkan radikal bebas sehingga
mengakibatkan jejas jaringan terutama pada sel ovarium
Gangguan proliferasi menyebabkan timbulnya sel-sel kanker pada sel epitel ovarium. Sel-
sel tumor akan mendesak jaringan disekitarnya seperti ; menekan kolon yang
menyebabkan gangguan defekasi dan juga bisa terjadi hiperfleks muskulus detrusor yang
menyebabkan sering berkemih sehingga genitalia menjadi lembab dan lama kelamaan
mudah timbul lesi.
Kanker ovarium bermetatasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan dengan
abdomen dan pelvis dan sel-sel yang menempatkan diri pada rongga abdomen dan
pelvis melalui penyebaran benih tumor melalui cairan peritoneal ke rongga abdomen
(mengakibatkan peritonitis) dan rongga panggul. Jika metastasis melalui sistem bisa
bermetastasis ke mammae (Ca.mammae), colon (gangguan BAB) dan pleura (efusi
pleura). Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami cairan peritoneal sehingga inplantasi dan
pertumbuhan keganasan selanjutnya dapat timbul pada semua permukaan
interperitoneal. Limfatik yang disalurkan ke ovarium juga merupakan jalur untuk
penyebaran sel-sel ganas. Semua kelenjar pada pelvis dan kavum abdominal pada
akhirnya akan terkena. Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur interperitoneal
dan limfatik muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat pada pelvis, sering
berkemih dan disuria, dan perubahan fungsi gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual
dan rasa tidak enak diperut, cepat kenyang, dan konstipasi. Pada beberapa perempuan
dapat terjadi perdarahan abnormal vagina sekunder akibat hyperplasia endometrium
bila tumor menghasilkan estrogen; beberapa tumor menghasilkan testosterone dan
menyebabkan virilisasi. Gejala-gejala keadaan akut pada abdomen dapat timbul
mendadak bila terdapat perdarahan dalam tumor, rupture, atau torsi ovarium. Namun,
tumor ovarium paling sering terdeteksi selama pemeriksaan pelvis rutin.
Jika ukuran Ca ovarium besar maka bisa terjadi obstruksi jalan lahir yang meyebabkan
ruptur uteri. Beberapa tumor dapat memproduksi testosteron yang menyebabkan
gangguan hormonal sehingga menimbulkan gangguan haid berupa perdarahan abnormal
yang jika terjadi terus menerus bisa berakibat anemia (Sylvia. A. Price, 1995).
B. Etiologi
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang
menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya: 1. Hipotesis incessant
ovulation Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk
penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang
terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor. 2. Hipotesis
androgen Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal
ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor
androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel
ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium. Penyebab dari kanker ovarium adalah
multifaktor. Teori pertama menerangkan mengenai trauma minor yang berlangsung
terus menerus selama siklus ovulasi (siklus pengeluaran telur setiap bulannya), teori
kedua menerangkan mengenai pajanan indung telur terhadap hormon gonadotropin
dapat meningkatkan risiko keganasan. Teori ketiga menerangkan mengenai karsinogen
(zat yang dapat merangsang terjadinya keganasan) dapat berkontak dengan indung telur
melalui saluran reproduksi. Ca mamae diduga memeliki hubungan terhadap kejadian
kanker ovarium pada wanita.. sebaliknya pada wanita yang mengidap Ca ovarium juga
mempunyai faktor resiko mengidap Ca mamae 3-4 kali lipat.