Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI PREMATUR

A. Pengertian
Bayi premature adalah bayi yang lahir dengan usia
kehamialan kurang dari 37 minggu dan dengan berat badan
kurang dari 2.500 gram. Sebagian besar organ tubuhnya
juga belum berfungsi dengan baik, karena kelahirannya
yang masih dini (Priyono, 2010).
Menurut WHO bayi premature adalah bayi lahir hidup
sebelum usia kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari
pertama haid terakhir. Bayi premature atau bayi preterem
adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu tanpa
memperhatikan berat badan (Wong, dkk, 2004).

B. Etiologi
Menurut Handayani, dkk (2008), penyebab dari bayi
premature adalah:
1. Faktor Ibu
a. Toksemia gravidarum, yaitu pre eklamsia dan
eklamsia
b. Kelainan bentuk uterus(misal, uterus bikornis,
inkompten serviks)
c. Tumor (misal, mioma uteri, sistoma)
d. Ibu yang mederita penyakit
1) Akut dengan gejala demam tinggi (misalnya, Thypus
abdominalis, Malaria)
2) Kronis (Misalnya, TBC, penyakit jantung, GNK)
e. Trauma pada masa kehamilan
1) Fisik (jatuh)
2) Psikologis (stress)
f. Usia ibu pada waktu hamil krang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun
g. Plasenta (plasenta previa, solusio plasenta)
2. Faktor janin
a. Kehamilan ganda
b. Hodramnion
c. Ketuban pecah dini
d. Cacat bawaan
e. Infeksi (misal, rubella, sifilis, toksoplasma)
f. Insufisiensi plasenta
g. Inkompatibilitas darah ibu dan janin (faktor
rhessus, golongan darah ABO)
3. Faktor plasenta
a. Plasenta previa
b. Solusio plasenta
4. Faktor tidak diketahui

C. Tanda dan Gejala


Menurut Hidayah, dkk (2008), tanda dan gejala bayi
premature adalah:
a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
d. Kuku panjangnya belum melewati ujung jari
e. Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas
f. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
g. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
h. Rambut lanugo masih banyak
i. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
j. Tulang rawan daun telinga belum sempurna
pertumbuhannya,sehingga seolah-olah tidak teraba
tulang tawan daun telinganya
k. Tumit mengilap,telapak kaki halus
l. Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae
pada skrotum kurang.tetis belum turun ke dalam
skrotum.untuk bayi perempuan klitoris menonjol,labia
minora belum tertutup oleh labia mayora
m. Tonus otot lemah,sehingga bayi kurang aktif dan
pergerakannya lemah
n. Fungsi saraf yang belum atau kurang
matang,mengakibatkan reflex isap,menelan dan batuk
masih lemaha atau tidak efektif,dan tangisnya lemah
o. Jaringan kelenjar mamae masih kuraang akibat
pertumbuhan otot dan jaringan lemak masih kurang
p. Verniks kaseosa tidk ada atau sdikit.

D. Patofisiologi
Organ tubuh bayi prematur umumnya belum dapat
bekerja secara sempurna. Hal ini mengakibatkan bayi
prematur sulit menyesuaikan diri dengan kehidupan di luar
Rahim sehingga iapun banyak mengalami banyak gangguan.
Semakin dini ia dilahirkan semakin banyak organ tubuhnya
yang belum siap, dan semakin banyak pula gangguan yang
akan dialami.
Gangguan kesehatan yang dialami bayi premature
cukup rentan dan bias mengancan jiwanya. Ancaman yang
paling berbahaya adalah kesulitan bernafas. Hal ini
akibat paru-paru serta seluruh system pernafasannya,
seperti otot dada dan pusat pernafasan di otak, belum
dapat bekerja secara sempurna.
Karena lapisan lemak yang masih tipis, bayi
prematur juga tidak memiliki perlindungan yang cukup
dalam menghadapi suhu luar yang memang lebih dingin dari
suhu dalam Rahim. Bayi prematur akan lebih sering
mengalami penurunan suhu tubuh di bawah normal
(hipotermi). Selain itu, mekanisme pengontrol suhu tubuh
bayi prematur memang belum mampu bekerja sempurna
sehingga di dalam ruang yang bersuhu normalpun, bayi
sering mengalami kedinginan.
Hati dan ginjal bayi premature juga belum siap
bekerja secra sempurna. Hati (lever) bertugas mengolah
zat-zat makanan yang masuk ke dalam tubuh sekaligus
penawar racun (detoksifikasi). Sedangkan ginjal, bertgas
mengatur dan mengolah pembuangan di dalam tubuh. Karena
hati dan ginjal bayi prematur belum sempurna kerjanya,
maka semua pemasukan dan pengeluaran pada tubuh bayi
prematur harus benar-benar diperhatikan. Bila tidak,
kedua organ ini akan rusak dan bayi semakin rentan
terhadap penyakit.
Bayi premature juga mudah mengalami perdarahan
otak. Hal ini akibat pembuluh darah yang masih sangat
halus dan mudah pecah bila kekurangan zat asam atau
kedinginan. Sementara perdarahan di otak kelak dapat
menimbulkan gangguan perkembangan motorik seperti lambat
berjalan, maupun kognitif seperti lambat bicara (Priyono,
2010).

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemantauan glukosa darah terhadap hipoglikemia
Nilai normal glukosa serum : 45 mg/dl
2. Pemantauan gas darah arteri
Normal untuk analisa gas darah apabila kadar PaO2 50
70 mmHg dan kadar PaCO2 3545 mmHg dan saturasi oksigen
harus 9294 %.
3. Kimia darah sesuai kebutuhan
a. Hb (Hemoglobin)
Hb darah lengkap bayi 13 hari adalah 14,5
22,5 gr/dl
b. Ht (Hematokrit)
Ht normal berkisar 45%-53%
c. LED darah lengkap untuk anakanak
Menurut:
1) Westerfreen : 010 mm/jam
2) Wintrobe : 013 mm/jam
d. Leukosit (SDP)
Normalnya 10.000/mm.pada bayi preterm jumlah
SDP bervariasi dari 6.000225.000/mm.
e. Trombosit
Rentang normalnya antara 60.000100.000/ mm.
f. Kadar serum / plasma pada bayi premature (1 minggu)
Adalah 1427 mEq/ L
g. Jumlah eritrosit (SDM) darah lengkap bayi (13
hari)
Adalah 4,06,6 juta/mm.
h. MCHC darah lengkap : 30%-36% Hb/sel atau gr Hb/dl
SDM
i. MCH darah lengkap : 3137 pg/sel
j. MCV darah lengkap : 95121 m
k. Ph darah lengkap arterial prematur (48 jam) : 7,35
7,5
4. Pemeriksaan sinar sesuai kebutuhan
5. Penyimpangan darah tali pusat.

F. Penatalaksanaan Medis
1. Perawatan di Rumah Sakit
Mengingat belum sempurnanya kerja alatalat tubuh yang
perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian
diri dengan lingkungan hidup di luar uterus maka perlu
diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan
dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi serta
mencegah kekurangan vitamin dan zat besi.
a. Pengaturan suhu
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita
hipotermia bila berada di lingkungan yang dingin.
Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh
bai yang relative lebih luas bila dibandingkan
dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak di
bawah kulit dan kekurangan lemak coklat (brown
flat). Untuk mencegah hipotermia perlu diusahakan
lingkunagn yang cukup hangat untuk bayi dan dalam
keadaan istirahat konsumsi okigen paling sedikit,
sehingga suhu tubuh bayi tetap normal. Bila bayi di
rawat di dalam incubator maka suhu untuk bayi
dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35 C
dan untuk bayi dengan berat badan 22,5 kg adalah
34 C agar ia dapta mempertahankan suhu tubuh
sekitar 37 C. Kelembapan incubator berkisar antara
50%-60%. Kelembapan yang lebih tinggi diperlukan
pada bayi dengan sindroma gangguan pernafasan. Suhu
incubator dapat diturunkan 1C perminggu untuk bayi
dengan berat badan 2 kg dan secara berangsurangsur
ia dapat di letakkan di dalam tempat tidur bayi
dengan suhu lingkungan 27C-29C.
Bayi dalam incubator hanya dipakaikan popok.
Hal ini mungkin untuk pengawasan mengenai keadaan
umum, perubahan tingkah laku, warna kulit,
pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit
yang diderita dapat dikenal sedinidininya dan
tindakan serta pengobatan dapat dilaksanakan
secepatnya (Priyono, 2010).
b. Pemberian ASI pada bayi premature
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik
yang dapat diberikan oleh ibu pada bayinya, juga
untuk bayi premature. Komposisi ASI yang dihasilkan
ibu yang melahirkan premature berbeda dengan
komposisi ASI yang dihasilkan oleh ibu yang
melahirkan cukup bulan dan perbedaan ini
berlangsung selama kurang lebih 4 minggu.
c. Makanan bayi
Pada bayi prematur, reflek hisap, telan dan
batuk belum sempurna, kapasitas lambung masih
sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase
masih kurang disamping itu kebutuhan protein 35
gram/ hari dan tinggi kalori (110 kal/ kg/ hari),
agar berat badan bertambah sebaikbaiknya. Jumlah
ini lebih tinggi dari yang diperlukan bayi cukup
bulan. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi
berumur 3 jam agar bayi tidak menderita
hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.
Sebelum pemberian minum pertama harus
dilakukan penghisapan cairan lambung. Hal ini perlu
untuk mengetahui ada tidaknya atresia esophagus dan
mencegah muntah. Penghisapan cairan lambung juga
dilakukan setiap sebelum pemberian minum
berikutnya. Pada umumnya bayi denagn berat lahir
2000 gram atau lebih dapat menyusu pada ibunya.
Bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram
kurang mampu menghisap air susu ibu atau susu
botol, terutama pada harihari pertama, maka bayi
diberi minum melalui sonde lambung (orogastrik
intubation).
Jumlah cairan yang diberikan untuk pertama
kali adalah 15 ml/jam dan jumlahnya dapat ditambah
sedikit demi sedikit setiap 12 jam. Banyaknya
cairan yang diberikan adalah 60mg/kg/hari dan
setiap hari dinaikkan sampai 200mg/kg/hari pada
akhir minggu kedua.
d. Mencegah infeksi
Bayi prematur mudah sekali terserang infeksi.
Ini disebabkan oleh karena daya tahan tubuh
terhadap infeksi kurang, relatif belum sanggup
membentuk antibodi dan daya fagositosis serta
reaksi terhadap peradangan belum baik oleh karena
itu perlu dilakukan tindakan pencegahan yang
dimulai pada masa perinatal memperbaiki keadaan
sosial ekonomi, program pendidikan (nutrisi,
kebersihan dan kesehatan, keluarga berencana,
perawatan antenatal dan post natal), screening
(TORCH, Hepatitis, AIDS), vaksinasi tetanus serta
tempat kelahiran dan perawatan yang terjamin
kebersihannya. Tindakan aseptik antiseptik harus
selalu digalakkan, baik dirawat gabung maupun
dibangsal neonatus. Infeksi yang sering terjadi
adalah infeksi silang melalui para dokter, perawat,
bidan, dan petugas lain yang berhubungan dengan
bayi.Untuk mencegah itu maka perlu dilakukan :
1) Diadakan pemisahan antara bayi yang terkena
infeksi dengan bayi yang tidak terkena infeksi
2) Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah
memegang bayi
3) Membersihkan temapat tidur bayi segera setelah
tidak dipakai lagi (paling lama seorang bayi
memakai tempat tidur selama 1 minggu untuk
kemudian dibersihkan dengan cairan antisptik)
4) Membersihkan ruangan pada waktuwaktu tertentu
5) Setiap bayi memiliki peralatan sendiri
6) Setiap petugas di bangsal bayi harus menggunakan
pakaian yang telah disediakan
7) Petugas yang mempunyai penyakit menular dilarang
merawat bayi
8) ulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan
sebaikbaiknya
9) Para pengunjung hanya boleh melihat bayi dari
belakang kaca
e. Minum cukup
Selama dirawat, pihak rumah sakit harus
memastikan bayi mengkonsumsi susu sesuai kebutuhan
tubuhnya. Selama belum bisa menghisap denagn benar,
minum susu dilakukan dengan menggunakan pipet.
f. Memberikan sentuhan
Ibu sangat disarankan untuk terus memberikan
sentuhan pada bayinya. Bayi prematur yang mendapat
banyak sentuhan ibu menurut penelitian menunjukkan
kenaikan berat badan yang lebih cepat daripada jika
si bayi jarang disentuh (Priyono, 2010).
g. Membantu beradaptasi
Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di
RS bertujuan membantu bayi beradaptasi dengan
limgkungan barunya. Setelah suhunya stabil dan
dipastikan tidak ada infeksi, bayi biasanya sudah
boleh dibawa pulang. Namunada juga sejmlah RS yang
menggunakan patokan berat badan. Misalnya bayi baru
boleh pulang kalau beratnya mencapai 2kg kendati
sebenarnya berat badan tidak berbanding lurus
dengan kondisi kesehatan bayi secara umum
(Didinkaem, 2007).
2. Perawatan di rumah
a. Minum susu
Bayi prematur membutuhkan susu yang berprotein
tinggi. Namun dengan kuasa Tuhan, ibu ibu hamil
yang melahirkan bayi prematur dengan sendirinya
akan memproduksi ASI yang proteinnya lebih tinggi
dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi cukup
bulan. Sehingga diusahakan untuk selalu memberikan
ASI eksklusif, karena zat gizi yang terkandung
didalamnya belum ada yang menandinginya dan ASI
dapat mempercepat pertumbuhan berat anak.
b. Jaga suhu tubuhnya
Salah satu masalah yang dihadapi bayi prematur
adalah suhu tubuh yang belum stabil. Oleh karena
itu, orang tua harus mengusahakan supaya lingkungan
sekitarnya tidak memicu kenaikan atau penurunan
suhu tubuh bayi. Bisa dilakukan dengan menempati
kamar yang tidak terlalu panas ataupun dingin.
c. Pastikan semuanya bersih
Bayi prematur lebih rentan terserang penyakit
dan infeksi. Karenanya orang tua harus berhatihati
menjaga keadaan si kecil supaya tetap bersih
sekaligus meminimalisir kemungkinan terserang
infeksi. Maka sebaiknya cuci tangan sebelum
memberikan susu, memperhatikan kebersihan kamar.
d. BAB dan BAK
BAB dan BAK bayi prematur masih terhitung
wajar kalau setelah disusui lalu dikeluarkan dalam
bentuk pipis atau pup. Menjadi tidak wajar apabila
tanpa diberi susu pun bayi terus BAB dan BAK. Untuk
kasus seperti ini tak ada jalan lain kecuali segera
membawanya ke dokter.
e. Berikan stimulus yang sesuai
Bisa dilakukan dengan mengajak berbicara,
membelai, memijat, mengajak bermain, menimang,
menggendong, menunjukkan perbedaan warna gelap dan
terang, gambargambar dan mainan berwarna cerah
(Bobak, 2004).

G. Komplikasi
Menurut Nelson (2000), komplikasi dari bayi
prematur adalah:
1. System pernafasan
a. Sindrom gawat nafas, defisiensi surfaktan
Surfaktan yang belum terbentuk dapat
menurunkan komplience paru. Alveoli belum sempurna
sehingga sering terjadi apnoe.
b. Apnoe Recurent
Adalah periode tidak bernafas lebih dari 20
detik yang disertai dengan bradikardi dan sianosis.
Hal ini timbul karena SSP dan paru belum matang.
c. Air leak syndrome
Bayi premature yang mendapat terapi oksigen
dapat timbul komplikasi kebocoran udara, karena
pemberian tekanan yang terlalu besar.

d. Broncho Pulmonary Displasia


Penyakit ini timbul sebagai komplikasi dari
pemakaian oksigen yang terlalu lama.
2. System cardiovaskuler
a. Penutupan duktus botalli terhambat dapat
dipengaruhi oleh input cairan yang berlebihan dan
pemberian oksigen yang agresif.
b. Bayi mudah mengalami hypotensi karena adanya
hypovolemic.
3. Gastrointestinal
Pada bayi premature dapat terjadi tidak
matangnya system/fungsi dari gastrointestinal,
ditandai dengan refleks isap yang belum baik sampai
usia 3435 minggu. Pengosongan lambung dalam waktu
yang lama, rendahnya absorpsi lemak, kurangnya
motilitas, adanya trauma hypoksi iskemik pada saluran
cerna dan kolonisasi bakteri pathogen yang berlebihan
dalam lumen usus bisa menimbulkan resiko tinggi
terjadinya NEC.
4. System urogenitalis
Struktur ginjal bayi premature belum matang dan
fungsi belum sempurna, terutama fungsi filtrasi masih
rendah serta ketidakmampuan mengatur keseimbangan
elektrolit, sehingga mudah mengalami keracunan obat
dan menderi asidosis metabolic
5. Immunologi
Bayi premature sangat mudah mengalami infeksi,
hali ini berhubungan dengan kedua immunoglobulin yang
masih rendah, aktifitas bakterisidal, serta efek
cytotoksik lymphocyte masih rendah
6. Metabolisme
Pada bayi premature bisa terjadi ikterus
neonatorum, karena produksi enzim glucoronil
transferase kedlam sel sel hati belum sempurna.
Disamping itu juga mudah mengalami hypoglikemi dan
hypokalsemi dini, teritama jika bayi premature
mengalami keracunan obat dan menderita asidosis
metabolik
7. Hematologi
Anemi berhubungan dengan menurunnya eritrosit
waktu lahir, sebagai akibat perdarahan pre dan post
natal atau penyebab lainnya. Jika bayi premature
menderita sepsis dapat timbul komplikasi DIC.
8. System neurologi
a. Perdarahan periventrikuler
Terjadi akibat rupture pembuluh darah
subependimal/lapisan germinal pada bagian bawah
kepala yang berasal dari nucleus caudatus di depan
foramen monrow.
b. Leucomasia periventrikuler
Adalah suatu lesi iskemik pada otak bayi
premature hingga dapat menyebabkan terjadinya
nekrosis koagulasi.
c. Aktifitas reflek batuk masih lemah
Bayi dapat tersedak dan selanjutnya dapat
timbul aspirasi.
d. Refleks primitive seperti menoleh, menghisap, dan
menelan masih lemah, mengakibatkan bayi belum bisa
menetek, sehingga pemberian makanan melalui sonde.
9. System termoregulasi
Pusat termoregulasi belum sempurna karena lemak
subkutan dan lemak coklat masih sedikit, sehingga
mudah mengalami hypotermi dan hypertermi.
10. System integument
Kulit bayi bayi premature sangat tipis,
transparan terutama pada bayi dengan gestasi kurang
dari 30 minggu, sehingga kehilangan IWL sangat tinggi.

11. System optalmologis


Merupakan komplikasi pada bayi premature yang
mengenai mata atau disebut juga dengan Retinopathy of
Prematurity. Retina yang sedang berkembang sangat
sensitive terhadap perubahan perfusi dan oksigenasi.

H. Data yang perlu dikaji


1. Riwayat kehamilan
a. Umur ibu dibawah 16 tahun dengan latar belakang
pendidikan rendah
b. Kehamilan kembar
c. Status sosial ekonomi, prenatal care tidak adekuat,
nutrisi buruk
d. Kemungkinan penyakit genetic
e. Riwayat melahirkan premature
f. Infeksi seperti TORCH, penyakit menular seksual dan
lain sebagainya
g. Kondisi seperti toksemia, prematur rupture membran,
abruptio placenta dan prolaps umbilicus
h. Penyalahgunaaan obat, merokok, konsumsi kafeine dan
alcohol
i. Golongan darah, faktor Rh, amniocentesis.
2. Status bayi baru lahir
a. Umur kehamilan antara 2437 minggu, berat badan
lahir rendah atau besar masa kehamilan
b. Berat badan dibawah 2500 gram
Kurus, lemak subkutan minimal
c. Adanya kelainan fisik yang terlihat
d. APGAR skore 15 menit : 03 mengindikasikan
distress berat, 46 menunjukkan disstres sedang dan
710 merupakan nilai normal.
3. Kardiovaskular
a. Denyut jantung 120160 x per menit pada sisi apikal
dengan irama teratur
b. Saat kelahiran, terdengar murmur
4. Gastrointestinal
a. Protruding abdomen
b. Keluaran mekonium setelah 12 jam
c. Kelemahan menghisap dan penurunan reflex
d. Pastikan anus tanpa/dengan abnormalitas kongenital
5. Integumen
a. Cyanosis, jaundice, mottling, kemerahan, atau kulit
berwarna kuning
b. Verniks caseosa sedikit dengan rambut lanugo di
seluruh tubuh
c. Kurus
d. Edema general atau local
e. Kuku pendek
f. Kadang-kadang terdapat petechie atau ekimosis
6. Muskuloskeletal
a. Cartilago pada telinga belum sempurna
b. Tengkorak lunak
c. Keadaan rileks, inaktive atau lethargi
7. Neurologik
a. Refleks dan pergerakan pada test neurologik tanpa
resistansi
b. Reflek menghisap, swalowing, gag reflek serta
reflek batuk lemah atau tidak efektif
c. Tidak ada atau minimalnya tanda neurologic
d. Mata masih tertutup pada bayi dengan umur kehamilan
2526 minggu
e. Suhu tubuh yang tidak stabil : biasanya hipotermik
8. Pulmonary
a. Respiratory rate antara 4060 x/menit dengan
periode apnea
b. Respirasi irreguler dengan nasal flaring, grunting
dan retraksi (interkostal, suprasternal,
substrenal)
c. Terdengar crakles pada auskultasi
9. Renal
a. Berkemih terjadi 8 jam setelah lahir
Kemungkinan ketidakmampuan mengekresikan sulution
dalam urine.
10. Reproduksi
a. Perempuan : labia mayora belum menutupi klitoris
sehingga tampak menonjol
b. Laki-laki : testis belum turun secara sempurna ke
kantong skrotum, mungkin terdapat inguinal hernia.
11. Data penunjang

I. Diagnosa Keperawatan dan Prioritas


1. Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi
paru
2. Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi
alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan
3. Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan
cairan dan elektrolit b/d ketidakmampuan ginjal
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tidak adekuatnya persediaan zat
besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang
kurang adekuat
5. Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas
fungsi termoregulasi atau perubahan suhu lingkungan

J. Rencana tindakan keperawatan


1. Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi
paru.
a. Tujuan : Pola nafas yang efektif
b. Kriteria hasil : Kebutuhan oksigen menurun
Nafas spontan, adekuat
Tidak sesak
Tidak ada retraks

c. Tindakan :
1) Observasi irama, kedalaman dan frekuensi
pernafasan
Rasional: Distress pernafasan yang dibuktikan
dengan dyspnea dan takipnea sebagai
indikasi penurunan
kemampuamenyediakan oksigen bagi
jaringan.
2) Berikan posisi kepala sedikit ekstensi
Rasional: Untuk mengoptimalkan jalannya saluran
nafas
3) Berikan oksigen dengan metode yang sesuai
Rsional: Meningkatkan suplai oksigen
jaringan paru

2. Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi


alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan
a. Tujuan : Pertukaran gas adekuat
b. Kriteria hasil : Tidak sianosis
Analisa gas darah normal
Saturasi oksigen normal
c. Tindakan:
1) Lakukan isap lendir kalau perlu
Rasional: Membantu pembersihan jalan
nafas
2) Berikan oksigen dengan metode yang sesuai
Rasional: Meningkatkan suplai oksigen
jaringan paru
3) Observasi warna kulit, catat adanya sianosis
pada kulit, kuku dan jaringan sentral
Rasional: Sianosis kuku menunjukkan
vasokontriksi. Sedangkan sianosis
daun telinga, membrane mukosa dan
kulit sekitar mulut (membrane
hangat) menunjukkan hipoksemia
sistemik.
4) Ukur saturasi oksigen
Rasional: Evaluasi berkala keberhasilan
terapi/tindakan tim kesehatan
5) Observasi tanda-tanda perburukan pernafasan
Rasional: Distress pernafasan yang dibuktikan
dengan dyspnea dan takipnea sebagai
indikasi penurunan kemampuan
menyediakan oksigen bagi jaringan.
6) Kolaborasi dalam pemeriksaan analisa gas darah
Rasional: AGD yang menunjukkan penurunan PO2
sebagai indikasi penurunan oksigen
jaringan.
7) Kolaborasi dalam pemeriksaan surfaktan
Rasional: Untuk menentukan intervensi yang tepat
dan sesuai

3. Resiko tinggi gangguan keseimbangan cairan dan


elektrolit b/d ketidakmampuan ginjal mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit
a. Tujuan : Hidrasi baik
b. Kriteria hasil : Turgor kulit elastic
Tidak ada edema
Produksi urin 1-2 cc/Kg
BB/jam
Elektrolit darah dalam
batas normal
c. Tindakan :
1) Observasi turgor kulit
Rasional: Penurunan turgor kulit mengindikasikan
adanya kekurangan cairan.
2) Catat intake dan output
Rasional: Untuk mengetahui perkembangan
intake danoutput cairan sehingga
dapat menentukan keputusan untuk
tindakan selanjutnya.
3) Kolaborasi dalam pemberian cairan intra vena dan
elektrolit
Rasional: Pembatasan cairan akan menentukan
berat tubuh ideal, haluaran urine
dan respon terhadap terapi
4) Kolaborasi dalam pemeriksaan elektrolit darah
Rasional: Menentukan adanya kelainan yang
berkaitan dengan cairan dan uneuk
menentukan intervensi yang tepat

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan tidak adekuatnya persediaan zat
besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang
kurang adekuat
a. Tujuan : Nutrisi adekuat
b. Kriteria hasil : Berat badan naik 10-30 gr/hari
Tidak ada edema
Protein dan albumin darah
dalam batas normal
a. Tindakan :
1) Berikan ASI/PASI dengan metode yang tepat
Rasional: Dapat meningkatkan input meskipun
nafsu makan mungkin lambat untuk
kembali.
2) Observasi dan catat toleransi minum
Rasioanl: Untuk menentukan jumlah cairan yang
akan diberikan sesuai kebutuhan.

3) Timbang berat badan setiap hari


Rasional: Memberikan hasil pengkajian yang
terbaik dari status cairan yang
sedang berlangsung dan selanjutnya
dalam memberikan cairan sesuai
dengan kebutuhan.
4) Catat intake dan output
Rasional: Untuk mengetahui perkembangan
intake danoutput cairan sehingga
dapat menentukan keputusan untuk
tindakan selanjutnya.
5) Kolaborasi dalam pemberian total parenteral
nutrition kalau perlu
Rasional: Mempercepat menangani masalah
pasien

5. Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas


fungsi termoregulasi atau perubahan suhu lingkungan
a. Tujuan : Suhu tubuh stabil
b. Kriteria hasil : Suhu 36,5 0C -37,2 0C
Akral hangat
c. Tindakan :
1) Rawat bayi dengan suhu lingkungan sesuai
Rasional: Suhu lingkungan yang sesuai dapat
menjaga keseimbangan suhu tubuh.
2) Hindarkan bayi kontak langsung dengan benda
sebagai sumber dingin/panas
Rasional: Perubahan suhu tubuh pada prematur
cepat terjadi sehingga benda yang
dingin maupun panas dapt mempengaruhi
suhu tubuh bayi.

3) Ukur suhu bayi setiap 3 jam atau kalau perlu


Rasional: Untuk mengetahui tingkat perkembangan
pasien dan menentukan intervensi yang
tepat
4) Ganti popok bila basah
Rasional: Mencegah terjadinya hipotermi
DAFTAR PUSTAKA

Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak, Volume 2 Edisi 15. EGC.


Jakarta

Handayani, dkk. 2008. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. EGC:


Jakarta

Priyono, Yunisa. 2010. Merawat Bayi Tanpa Baby Sitter. Media


Pressindo: Jakarta

Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.


Jakarta: EGC

Boback. 2004. Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa


Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC

Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal. Ed.


2. Jakarta: EGC

Saccharin, Rossa M. 2004. Prinsip Keperawatan Pediatrik.


Ed. 2. Jakarta: EGC

Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.


Jakarta: EGC
LAPORAN PENDAHULUAN
BAYI PREMATUR

OLEH :
MUTHIAH WARDANI
011.01.2329

PROGRAM PROFESI NERS XII B


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)MATARAM
2016

Anda mungkin juga menyukai