Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Perawatan Kulit pada Dermatitis Kontak


Tempat : Pondok Lansia Tulus Kasih Sarijadi
Sasaran : Tn.B (Klien yang menderita Dermatitis)
Hari / Tanggal : Rabu, 30 Mei 2017
Alokasi waktu : 30 menit.

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM:


Setelah diberikan penyuluhan selama 1x30 menit, klien mampu mengenal dan
mengatasi masalah dermatitis.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS:


Setelah proses pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Memahami pengertian Dermatitis
2. Memahami etiologi Dermatitis
3. Mengetahui manifestasi klinik Dermatitis
4. Memahami penatalaksanaan Dermatitis

C. METODE
Tanya - Jawab
D. MEDIA
Gambar
Leaflet

E. MATERI
(Terlampir)
KEGIATAN PENYULUHAN

No Waktu Kegiatan role play model Kegiatan peserta


1. 5 menit Pembukaan Menjawab salam
Memberikan salam Mendengarkan dan memperhatikan
Perkenalan
Menjelaskan tujuan pembelajaran
Menyebutkan materi atau pokok bahasan yang di sampaikan
2. 15 menit Pelaksanaan materi Menyimak dan memperhatikan
Pelaksanaan materi penyuluhan secara berurutan dan terartur
Materi:
pengertian radang kulit (dermatitis kontak iritan)
Mengetahui penyebab radang kulit
Manifestasi klinik
Penatalaksanaan mandiri
3. 7 menit Evaluasi : Bertanya dan menjawab pertanyaan
Menyimpulkan isi penyuluhan
Menyampaikan secara singkat materi penyuluhan
Memberi kesempatan kepada klien untuk bertanya
Memberikan kesempatan kepada klien untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan
4. 3 menit Penutup Menjawab salam

F. EVALUASI
1. Evaluasi diberikan segera setelah materi pokok telah disampaikan.
2. Jenis evaluasi berupa pertanyaan terbuka secara lisan.
MATERI PENYULUHAN

DERMATITIS
A. Pengertian

Eksema dermatitis adalah semua lesi kulit yang disertai kemerahan,


lepuh, basah, sisik, menebal dan gatal. (Price.2006:)

Eksema dermatitis adalah kelainan pathogen yang unik, tetapi


semuanya memiliki gambaran histology yang sama. (Mitchel.2009:709)

Eksema dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis)


sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau endogen.
(FKUI.2007:129)
Eksema dermatitis adalah reaksi inflamasi kulit terhadap unsur-unsur
fisik, kimia atau biologis. (Smeltzer.2002:1871)

Dermatitis merupakan epidermo-dermitis dengan gejala subyektif


pruritus. Obyektif tampak inflamasi eritema, vesikulasi, eksudasi, dan
pembentukan sisik. Tanda-tanda poliorfi tersebut tidak selalu timbul pada saat
yang sama. Penyakit bertendensi residif dan menjadi kronis.

Eksema dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis)


srbagai respon terhadap pengaruh eksogen dan endogen yang disertai
kemerahan, lepuh, basah, sisik, menebal dan gatal.
B. Penyebab
Penyebab dermatitis kadang-kadang tidak diketahui. Sebagian besar
merupakan respon kulit terhadap agen-agen, misalnya zat kimia, protein,
bakteri, dan fungus. Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi. Alergi
ialah perubahan kemampuan tubuh yang didapat dan spesifik untuk bereaksi.
Reaksi alergi terjadi atas dasar interaksi antara antigen dan antibody.
Karena banyaknya agen penyebab, ada anggapan bahwa nama dermatitis
digunakan sebagai nama tong sampah (catch basket term). Banyak penyakit
alergi yang disertai tanda-tanda polimorfi disebut dermatitis.

( gambar kulit ruam dan mengelupas )

Tipe-Tipe Dermatitis
1. Dermatitis kontak alergi
Kemerahan, gatal-gatal, melepuh, terjadi saat ada kontak dengan substansi
dimana sistem imun tubuh mengenalinya sebagai benda asing, misalnya
tidak cocok dengan lotion tertentu.
2. Dermatitis atopi
Penyakit kulit kronis yang dimanifestasikan dengan gatal-gatal dan
inflamasi kulit.
3. Ekzema kontak
Suatu reaksi yang terlokalisir dengan tanda-tanda : kemerahan, gatal, dan
rasa terbakar. Ini terjadi karena kulit kontak dengan alergen atau bahan-
bahan iritan seperti asam, bahan pembersih, atau bahan kimia lainnya.
4. Ekzema dishidrotik
Iritasi kulit yang terjadi pada jari-jari tangan dan sela-sela jari kaki, yang
ditandai dengan lepuh dalam, gatal dan nyeri terbakar.
5. Neurodermatitis
Patch yang terdapat di kepala, kaki bagian bawah, pergelangan atau lengan
bagian dalam yang disebabkan oleg gatal yang terlokalisir (misalnya
karena gigitan serangga) yang akhirnya menjadi iritasi.
6. Ekzema nummular
Patch berbentuk coin di lengan, punggung, kaki bawah, yang
kemungkinan timbul krusta, bersisik dan gatal sekali.
7. Ekzema seboroik
Warna kekuningan, berminyak, scalling patch, terdapat di wajah atau
bagian tubuh lainnya.
8. Dermatitis stasis
Iritasi pada kulit pada kaki bawah, biasanya berhubungan dengan
gangguan sirkulasi.

C. Manifestasi Klinis

Pada umumnya penderita dermatitis mengeluh gatal. Kelainan kulit


bergantung pada stadium penyakit, batasnya sirkumskrip, dapat pula difus.
Penyebarannya dapat setempat, generalisata, dan universal. Tanda dan gejala
dibagi menjadi 3 fase :
1. Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel/bula, erosi
dan eksudasi sehingga tampak basah (madidans).
2. Stadium sub akut : eritema dan edema berkurang, eksudat mengering
menjadi krusta.
3. Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan
likenifikasi, mungkin juga terdapat erosi atau okskoriasi karena garukan.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja suatu dermatitis sejak awal
memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.
D. Penatalaksanaan
1. Non farmakologi
Pengobatan yang tepat didasarkan kausa yaitu menyingkirkan
penyebabnya. Seperti yang diketahui penyebab dermatitis multifaktor,
kadang juga tidak diketahui dengan pasti. Jadi pengobatan bersifat
simtomatis yaitu dengan menghilangkan atau mengurangi keluhan dan
gejala dan menekan peradangan.
a. Kompres yang sejuk dan basah
Dilakukan pada daerah dermatitis vesikuler yang kecil. Remukan halus
es yang di tambahkan pada air kompres kerap kali memberikan efek
anti pruritus. Kompres basah biasanya membantu membersihkan lesi
eksema yang mengeluarkan secret.
b. Balutan oklusif
Balutan oklusif dapat dibuat atau diproduksi secara komersial dari
potongan kain penutup atau kasa yang steril atau nonsteril dan
harganya tidak begitu mahal. Kasa ini dipakai untuk menutup obat
topikal yang dioleskan pada dermatosis (lesi kulit abnormal). Daerah
lesi dibuat kedap udara dengan memakai lembaran plastik yang tipis
(seperti plastik pembalut). Lembaran plastik itu tipis dan mudah
beradaptasi dengan semua ukuran tubuh, bentuk tubuh serta
permukaan kulit. Plester bedah dari plastik yang mengandung
kortikosteroid pada lapisan perekat dapat dipotong menjadi ukuran
tertentu dan ditempelkan pada setiap lesi. Umumnya plastik pembalut
ini tidak boleh digunakan lebih 12 jam dalam sehari.
Untuk memasang kasa ini dirumah, pasien harus mendapatkan
instruksi berikut:
1) Mencuci daerah yang sakit, kemudian mengeringkannya;
2) Mengoleskan obat pada lesi ketika kulit tersebut berada dalam
keadaan basah;
3) Menutupi dengan lembaran plastik (misalnya, plastik pembalut,
sarung tangan vinil, kantong plastik);
4) Menutupi dengan pembalut elastic, kasa atau plester kertas agar
bagian tepinya tersegel. Kasa harus dilepas selama 12 jam dari
setiap 24 jam untuk mencegah penipisan kulit (atrofi), striae
(guratan mirip sabuk), telangiektasia(lesi yang merah dan kecil
akibat pelebaran pembuluh darah).
c. Mandi terapeutik (balneoterapi)
Rendaman yang dikenal dengan istilah balneoterapi dapat digunakan
jika lesi mengenai daerah kulit yang luas; bentuk terapi ini dilakukan
untuk menghilangkan krusta, skuama serta obat lama dan untuk
meredakan inflamasi serta rasa gatal yang menyertai dermatosis akut.
Suhu air rendaman harus nyaman bagi pasien, dan lama tetapi
rendaman tidak boleh lebih dari 30 menit karena perendaman dan
pencelupan cenderung menimbulkan maserasi kulit. Untuk berbagai
tipe terapi rendaman dan pemakaiannya. (Smeltzer, 2002 : 1845)
2. Farmakologi
Pengobatan secara farmakologi dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Pengobatan topical
Hidrasi kulit. Kulit kering, mudah retak, sehingga mempermudah
masuknya mikroorganisme patogen, bahan iritan dan allergen. Pada
kulit yang demikian diperlukan pelembab misal, losion dank rim untuk
stadium akut, dan salep ketiaka inflamasi menjadi kronik dan kulit
menjadi likenifikasi( penebalan kulit).
1) Losion
Losin memiliki dua tipe : suspensi yang terdiri atas serbuk dalam
air yang perlu dikocok sebelum digunakan, dan larutan jernih yang
mengndung-unsur-unsur aktif yang bisa dilarutkan sepenuhnya.
Losion biasanya dioleskan langsung pada kulit tetapi kasa yang
dicelupkan ke dalam losion dapat ditempelkan pada daerah yang
sakit. Losion dioleskan setiap 3-4 jam.
2) Krim
Dapat berupa suspensi minyak air atau emulsi air dalam minyak
dengan unsure-unsur mencegah pertumbuhan bakteri hingga jamur.
Emulsi air dalam minyak lebih terasa berminyak dan lebih disukai
untuk mengeringkan serta mengelupaskan dermatosis. Krim
oleskan pada kulit pada tangan. Preparat ini dipakai untuk
memberikan efek pelembabdan emolion.
3) Salep
Bersifat menahan kehilangan air dan melumasi serta melindungi
kulit,prerarat ini unuk kelainan kulit yang kronis. Dioleskan
dengan tangan yang memakai sarung tangan. (Smeltzer, 2002 :
1843 )
b. Pengobatan sistemik
1) Kortikosteroid
Digunakan untuk eksaserbasi akut dalam jangka pendek.
Pemakaian jangka panjang menimbulkan efek samping yaitu lesi
akan bertambah berat.
2) Antihistamin
Membantu mengurangi rasa gatal yang hebat terutama malam hari,
sehingga menggangu tidur dengan dosis 10-75 mg secara oral pada
malam hari.
3) Anti infeksi eritromisin, asitromisin, atau klaritromisin,
dikloksasilin, oksasilin, atau generasi pertama sefalosporin.
(Marwali , 2000 : 9 dan FKUI, 2007 : 145)
Pengobatan yang paling tepat adalah menghilangkan penyebab
dermatitis. Tetapi dermatitis multifaktor, kadang tidak diketahui pasti
penyebabnya sehingga pengobatan bersifat :
1. Simtomatis yaitu menghilangkan atau mengurangi keluhan dan
menekan peradangan.
2. Sitemik : untuk kasus ringan diberi antihistamin atau kombinasi
dengan anti serotonin.
3. Pada kasus akut dan berat dapat diberi kortikosteroid
4. Topikal :
a. Dermatitis basah atau akut (madidans) harus diobati secara
basah (kompres terbuka)
b. Dermatitis subakut, diberi lotion (bedak kocok), krim, pasta,
atau linimentum (pasta pendingin)
1) Krim diberikan pada daerah yang berambut.
2) Pasta diberikan pada lokasi atau bagian yang tidak
berambut. (Hetharia, 2009,94)
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem


Integumen. Jakarta : Salemba Medika.

Brown, Robin Graham dan Tony Burns. 2005. Dermatologi.


Jakarta : Erlangga.

Smeltzer, Suzanne C. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah Edisi 8 volume 3. Jakarta : EGC.

FKUI. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media


Aesculapius.

Price Anderson Sylvia. 1994. Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Hetharia, Rospa. 2009. Asuhan Keperawatan gangguan Sistem


Integumen. Jakarta : Trans Info Media.

Raharyani, Loetfia Dwi. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan


Klien Gangguan Sistem Integumen. Jakarta : EGC.

Mitchel, Richard N. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit.


Jakarta : EGC.

Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : hipocrates.

Anda mungkin juga menyukai