Pesawat C-Arm
OLEH :
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, hidayah dan karunia-
Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul PESAWAT
C-ARM, yang mana makalah ini kami susun yang bertujuan untuk memenuhi tugas dari
Bapak Agus Komarudin, ST. M.T dalam menempuh pendidikan di Politeknik Kesehatan
Jakarta II jurusan Teknik Elektromedik.
Adapun penyusunan tugas ini sebagai materi serta bukti bahwa adanya mata kuliah
Teori Radiologi Lanjut III. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan
keterbatasan dalam penyajian data dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran, yang membangun dari semua pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini, berguna dan dapat menambah pengetahuan para pembaca.
Demikianlah makalah ini disusun apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dan
banyak dapat kekurangan, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3
A. Pengertian C-Arm ............................................................................................. 3
B. Defenisi Fluoroscopi ......................................................................................... 4
C. Bagian dan fungsi komponen pada C-Arm ........................................................ 5
D. Prinsip kerja C-Arm ........................................................................................... 10
E. Cara pengoperasian C-Arm ............................................................................... 13
BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 14
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 14
B. Saran ................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pesawat C-Arm itu ?
b. Apa pengertian dari Fluoroscopy ?
c. Apa saja bagian dan fungsi masing masing komponen dari pesawat C-Arm ?
d. Bagaimana prinsip kerja dari peasawat C-Arm ?
e. Bagaimana cara pengoperasian peasawat C-Arm ?
2
BAB II
DASAR TEORI
4
2.3 Bagian dan fungsi masing masing komponen pada pesawat C-Arm
Ada tiga komponen utama yang merupakan bagian dari unit fluoroskopi yakni, X-ray
tube beserta generator, Image Intisifier, dan sistem monitoring video. Bagian utama unit
fluoroskopi adalah :
a. X-ray tube dan generator
Tabung sinar-X fluoroskopi sangat mirip desainnya dengan tabung sinar-X
diagnostik konvesional kecuali bahwa tabung sinar-X fluoroskopi dirancang untuk dapat
mengeluarkan sinar-X lebih lama dari pada tube diagnostik konvensional dengan mA
yang jauh lebih kecil. Dimana tipe tabung diagnostik konvensional memiliki range mA
antara 50-1200 mA sedangkan range mA pada tabung sinar-X fluoroskopi antara 0,5-5,0
mA.
Sebuah Intensification Tube (talang penguat) dirancang untuk menambah
kecerahan gambar secara elektronik Pencerah gambar modern sekarang ini mampu
mencerahkan gambar hingga 500-8000 kali lipat.
b. Image Intensifier
Semua sistem fluoroskopi menggunakan Image Intisifier yang menghasilkan
gambar selama fluoroskopi dengan mengkonversi low intensity full size image ke high-
intensity minified image. Image Intisifieradalah alat yang berupa detektor dan PMT (di
dalamnya terdapat photocatoda, focusing electroda, dinode, dan output phospor).Untuk
melakukan fluoroskopi dalam kamar dengan keadaan terang dan tanpa perlu adaptasi
gelap.
Input Screen
Berfungsi untuk menyerap x-ray dan mengkonversikannya ke dalam bentuk
cahaya tampak.
Photokatoda
Terletak setelah input phospor. Memiliki fungsi untuk merubah cahaya tampak
yang diserap dari input phospor menjadi berkas elektron.
Vacum Envelope
Fungsinya untuk menjaga agar udara tidak masuk ke dalam II. Lengkung-
lengkungnya berfungsi untuk menahan tekanan udara dari luar II.
Focusing Elektroda
Elektroda dalam focus Image Intensifier meneruskan elektron-elektron negatif
dari photochatode ke output phospor.
Anode dan Output Phospor.
Elektron dari photochatode diakselerasikan secara cepat ke anoda karena adanya
beda tegangan seta merubah berkas elektron tadi menjadi sinyal listrik.
6
Contoh gambar anoda dan output phospor
7
Cara kerja PMT mirip Phototube, terdiri dari photocathode dan beberapa buah anode
(tidak seperti pada phototube yang hanya terdiri dari satu buah anode) yang disusun secara
serie (disebut dynode). Sinar UV (photons) yang ditembakan ke cathode akan menyebabkan
emisi electron dari cathode ke anode. Anode yang satu dengan yang lainya diberi beda
potensial, sehingga apabila emisi electron dari cathode sampai di dynode pertama, akan ada
tambahan electron yang diteruskan ke dynode berikutnya, dan seterusnya sehingga secara
akumulasi jumlah electron yang emisi di dynode terakhir semakin banyak (arusnya semakin
besar), itu sebabnya mengapa PMT lebih sensitif dibandingkan dengan phototube.
Pick up tube yang berfungsi untuk merubah cahaya tampak menjadi sinyal listrik,
dilaksanakan oleh face plate (bidang sasaran) yang terbuat dari bahan foto konduktif.
Didalam pick up tube, elektron-elektron yang dibangkitkan oleh filamen, kemudian dikontrol
oleh G1, dipercepat oleh G2 dan difocuskan oleh G3 menjadi elektron gun untuk menuju ke
bidang sasaran bagian dalam. Pada bidang sasaran bagian dalam inilah terjadi
scanning/pemayaran. Maksud dari scanning/pemayaran dalam hal ini adalah menabraknya
berkas elektron ke bidang sasaran sesuai dengan pola horizontal dan vertikal deflection.Pada
horizontal dan vertical deflection dilakukan dan diolah oleh horizontal dan vertical deflection
circuit blok 2 dan 3. Blok circle production berfungsi untuk membentuk lingkaran pada
bidang sasaran dan central TV (control unit) sehingga objek yang tergambar pada monitor
dapat lebih terfocus.
8
c. Sistem Monitoring dan Video
Beberapa viewing system telah mampu mengirim gambar dari output screen menuju
alat penampil gambar (Viewer). Dikarenakan output phospor hanya berdiameter 1 inch (2,54
cm), gambar yang dihasilkan relatif kecil, karena itu harus diperbesar dan di monitor oleh
sistem tambahan. Termasuk diantaranya Optical Mirror, Video, Cine dan sistem spot film.
Beberapa dari sistem penampil gambar tersebut mampu menampilkan gambar bergerak
secara langsung (Real-Time Viewing) dan beberapa yang lainnya untuk gambar diam (Static
Image)
.
9
2.4 Prinsip kerja pesawat C-Arm
Keterangan:
Display monitors : Menampilkan hasil pengambilan gambar, dan proses
editing
Image intensifier : Mengubah sinar x menjadi cahaya tampak dan memperkuat
berkaas-berkas cahaya sehingga gambar yang dihasilkan lebih tajam
Detektor : Terbuat dari crystals iodide (CsI) yang mempunyai sifat
memendarkan cahaya apabila terkena radiasi sinar-X. Absorpsi dari detektor
sebesar 60% dari radiasi sinar-X.
X-Ray Tube : Penghasil sinar x
C-arm motion : Untuk menggerakkan lengan dari pesawat C-arm
Colimator : Untuk menentukan luas penyinaran sinar x
TV camera : Mengubah cahaya tampak menjadi sinyal listrik
Control table : Untuk pemilihan mode c-arm difungsikan sebagai fluoroscopy
atau radiologi, pemilihan kV dan mA
Perputaran lengan c-arm tidak mengikat hal tersebut tergantung dari fitur yang
disediakan sesuai dengan merk c-arm yang dipakai.
10
Blok diagram C-Arm
Cara kerja C-Arm :
Xray tube menembakkan sinar X yang menembus pasien
Sebagian diserap tubuh dan sebagian diteruskan ke image intensifier
Oleh image intensifier Sinar X dirubah menjadi cahaya tampak
Yang kemudian cahaya tampak akan dirubah menjadi sinyal listrik,lalu akan teruskan
ke tv camera
video atau CCD camera yang dihasilkan dari tv camera akan dirubah ke ADC dan
Digital image yg akan lansung muncul di monitor.
Proses Citra pada C-Arm :
Pada saat pemeriksaan berlangsung, berkas cahaya sinar-x primer menembus tubuh
pasien menuju input screen yang berada dalam Image Intensifier Tube . Input screen yang
berada pada Image Intensifier adalah layar yang menyerap sinar-x dan mengubahnya menjadi
berkas cahaya tampak, yang kemudian akan ditangkap oleh PMT (Photo Multiplier Tube).
PMT terdiri dari photokatoda, focusing elektroda, dan anoda dan output phospor. Cahaya
tampak yang diserap oleh photokatoda pada PMT akan dirubah menjadi elektron, kemudian
dengan adanya focusing elektroda elektron-elektron negatif dari photokatoda difokuskan dan
dipercepat menuju dinoda pertama. Kemudian elektron akan menumbuk dinoda pertama dan
dalam proses tumbukan akan menghasilkan elektron-elektron lain. Elektron-elektron yang
telah diperbanyak jumlahnya yang keluar dari dinoda pertama akan dipercepat menuju dinoda
kedua sehingga akan menghasilkan elektron yang lebih banyak lagi, demikian seterusnya
sampai dinoda yang terakhir. Setelah itu elektron-elektron tersebut diakselerasikan secara
cepat ke anoda karena adanya beda potensial yang kemudian nantinya elektron tersebut
11
dirubah menjadi sinyal listrik yang kemudian oleh tv monitor sinyal listrik di rubah menjadi
sinyal video/gambar.
12
2.5 Cara pengoperasian C-Arm
Pastikan C-Arm terhubung dengan jala-jala listrik.
Tekan tombol ON untuk menghidupkan pesawat C-Arm.
Atur lengan C-Arm secara vertical dan horizontal sesuai bagian objek yang
akan di expose.
Pilih mode fluoroskopi atau radiografi, pada fluoroskopi terdapat 4 mode yaitu
N/F, S/F, M/F dan BST yang memiliki batas nilai kV dan mA yang berbeda.
Pada mode radiografi operator dapat mengatur nilai kV dan mA sesuai
kebutuhan.
Setting kV dan mA sesuai dengan yang dibutuhkan.
Tekan tombol lock untuk mengunci mode dan setting, agar pengaturan setting
tidak berubah-ubah.
Untuk mode radiografi, tekan tombol ready kemudian tekan expose untuk
mengambil gambar.
Untuk mode fluoroscopy, injak pada footswitch untuk mengambil gambar.
Setelah proses expose selesai maka tekan tombol storage untuk
menghubungkan alat dengan komputer yang bertujuan untuk melihat hasil
expose.
Apabila hasil masih belum terlihat jelas, maka dilakukan proses editing agar
gambar yang diperoleh lebih maksimal.
Terdapat 2 Komputer pada C-Arm dimana masing-masing berfungsi sebagai
display dan editing.
13
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
C-Arm (alat yang berbentuk seperti huruf C) merupakan salah satu alat radiologi yang
biasa digunakan untuk operasi. C-Arm merupakan alat radiologi yang menghasilkan sinar-X
dengan cara fluoroskopi dengan pancaran radiasi yang kecil. Jadi fluoroscopi disini sebagai
metode pemeriksaan dari C-Arm. C-Arm dapat digunakan sebagai tindakan medis untuk
bedah ortopedi, bedah laparoskopi, dan bedah syaraf. Dengan c-arm, letak benda atau obyek
pemeriksaan yang berada di dalam tubuh dengan mudah dapat dideteksi, bahkan dapat dilihat
secara lansung.
2. Saran
Fluoroskopi memiliki risiko yang kebanyakan disebabkan oleh radiasi. Inilah alasan
mengapa tindakan ini tidak disarankan bagi wanita hamil, karena fluoroskopi memiliki efek
radiasi yang dapat membahayakan janin. Sebagai peraturan, tindakan pencitraan ini hanya
boleh dilakukan apabila manfaat yang diharapkan melebihi kemungkinan risikonya. Sebisa
mungkin, ahli medis akan menggunakan radiasi dalam dosis rendah untuk mengurangi risiko.
Namun, dosis radiasi akan bergantung pada kondisi pasien. Dalam kasus di mana fluoroskopi
digunakan untuk membantu tindakan yang membutuhkan waktu yang lama (misalnya dalam
tindakan intervensi yang membutuhkan pemasangan cincin), dosis radiasi akan disesuaikan,
sehingga ada kemungkinan pasien akan mendapatkan radiasi dalam dosis yang tinggi.
14
DAFTAR PUSTAKA
15