Anda di halaman 1dari 9

Tinjauan Pustaka

VARICELA ZOSTER PADA ANAK

Martin Kurniawan1, Norberta Dessy2, Matheus Tatang3


1
Fakultas Kedokteran, Universitas Pelita Harapan
2
Departemen Patologi Klinik, Universitas Pelita Harapan
3
Departemen Anak, Univeritas Pelita Harapan

ABSTRACT
Varicella is a viral infectious disease which a caused by varicella-zoster virus. It manifests as
chickenpox and its latent reactivation will manifests as herpes zoster (shingles). The clinical
signs of varicella begin as macule that soon becomes itchy vesicle on scalp, face, and trunk.
On the other hand, herpes zosters infection commonly manifests as vesicular lesions which
distributed unilaterally according to the infected sensory nerves. The diagnosis of varicella
should be made clinically rather than laboratory (virology and serology). Vaccination and
administration of immunoglobulin are recommended for prophylaxis. Acyclovir has been the
drug of choice for both varicella and herpes zoster infection. Complications may vary from
bacterial infection until hemorrhage and neurologic disorder.
Key words: varicella - virus - infection

ABSTRAK
Penyakit cacar air adalah penyakit infeksi virus yang disebabkan oleh virus Varicella-Zoster
yang dapat bermanifestasi menjadi varicela (chickenpox) dan reaktivasi latennya
menimbulkan herpes zoster (shingles). Gejala klinis varicela dapat ditemukan pada kulit
kepala, muka, badan, biasanya sangat gatal, berupa makula kemerahan, yang kemudian
dapat berubah menjadi lesi-lesi vesikel. Sedangkan, herpes zoster umumnya menimbulkan
lesi vesikular yang terdistribusi unilateral sesuai dengan perjalanan saraf sensori
terinfeksi. Diagnosis varicela ditegakkan secara klinis maupun laboratorium (teknik virologi
dan serologi). Pencegahan yang dapat digunakan terhadap penyakit ini adalah vaksinasi dan
immunoglobulin. Obat pilihan utama terhadap penyakit varicella dan herpes zoster adalah
antivirus jenis asiklovir. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah infeksi bakteri,
perdarahan, dan gangguan saraf.
Kata kunci: varicela - virus - infeksi

terutama mereka yang belum mendapatkan


PENDAHULUAN imunisasi. Di Indonesia, tidak banyak data
yang mencatat kasus varicela atau cacar air
Penyakit cacar air (varicela) mungkin sudah secara nasional. Data yang tercatat merupakan
tidak asing lagi dan merupakan penyakit yang data epidemi cacar air pada daerah tertentu
mendunia1. Varicela merupakan penyakit saja. Data Dinas Kesehatan Kabupaten
menular yang dapat menyerang siapa saja, Banyumas menyebutkan, selama periode
Januari hingga November 2007, sedikitnya
--------------------------------------------------- 691 warga terkena penyakit cacar air atau
Martinus Kurniawan ( ) varicela. Jumlah penderita terbanyak pada
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Jl. kecamatan Kembaran dengan 155 pasien,
Boulevard Jend.Sudirman, Lippo Karawaci, Tangerang, kemudian kecamatan Kalibagor 79 penderita,
Indonesia. dan kecamatan Karanglewas 75 orang. Kepala
Tel: +62-21-54210130 ; Fax: +62-21-54210133; Bidang Pemberantasan Penyakit Menular dan
e-mail: martinz0203@yahoo.com Penyehatan Lingkungan Dinkes mengatakan

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN 23


VARICELA ZOSTER
9. Drew WL. Herpes Viruses. Dalam: Ryan KJ, Ray CG. Editor. Sherris Medical Microbiology.
Edisi ke-4. New York: McGraw Hill; 1994. h.562-565.

10. Whitley RJ. Varicella-Zoster Virus Infections. Dalam: Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS,
Hauser SL, Longo DL, Jameson JL. Harrisons Principles of Internal Medicine. Edisi ke-16. New
York: McGraw Hill; 2005. h.1042-1045.

11. Parker SP, Quinlivan M, Taha Y, Breuer J. Genotyping of Varicella-Zoster Virus and The
Discrimination of Oka Vaccine Strains by TaqMan Real-Time PCR. Journal of Clinical
Microbiology 2006; 44: 39113914.

12. Warenham DW, Breuer J. Herpes Zoster. BMJ 2007; 334: 1211-1215.

13. Murray PR, Rosenthal KS, Kobayashi GS, Pfaller MA. Medical Microbiology. Edisi ke-3. St.
Louis: Mosby; 1998. h.427-430.

14. Grose C. Variation on a Theme by Fenner: The Pathogenesis of Chickenpox. Pediatrics 1981; 68:
735737.

15. Joklik WK, Willet HP, Amos DB, Willfert CM. Zinsser Microbiology. Edisi ke-20. Connecticut:
Appleton & Lange; 1992. h.959-961.

16. Gilden DH, Demasters BKK, Laguardia JJ, Mahalingam R, Cohrs RJ. Neurologic Complications
of The Reactivation of Varicella-Zoster Virus. NEJM 2000; 342: 635-645.

17. Johnson RW. Herpes Zoster-Predicting and Minimizing the Impact of Postherpetic Neuralgia.
Journal of Antimicrobial Chemotheraphy 2001; 47: 1-8.

18. Center for Disease Control. Varicella (Chickenpox) Photos. 11 September 2007. Didapat dari
http://phil.cdc.gov. Diakses pada tanggal 19 Juni 2008.

19. Gilchrest B, Baden HP. Photodistribution of Viral Exanthems. Pediatrics 1974; 54: 136138.
20. Vasquez M, Shapiro ED. Varicella Vaccine and Infection with Varicella-Zoster Virus. NEJM
2005; 352: 439-440.

21. Johnson CE, Stancin T, Fattlar D, Rome LP, Kumar ML. A Long-Term Prospective Study of
Varicella Vaccine in Healthy Children. Pediatrics 1997; 100: 761-766.

22. Fisher RG, Edwards KM. Varicella-Zoster. Pediatrics in Review 1998; 19: 62-67.

23. English R. Varicella. Pediatrics in Review 2003; 24: 372-379.

24. Reynolds L, Struik S, Nadel S. Neonatal Varicella: Varicella-Zoster Immunoglobulin (VZIG)


Does Not Prevent Disease. Arch. Dis. Child. Fetal Neonatal Ed. 1999; 81: 69-70.

25. Enright AM, Prober CG. Herpesviridae Infections in Newborns: Varicella-Zoster Virus, Herpes
Simplex Virus, and Cytomegalovirus. Pediatr Clin N Am 2004; 51: 889 908.

26. Lokeshwar MR. Varicella-Zoster Virus. 25 Mei 2007. Didapat dari:


http://www.pediatriconcall.com. Diakses pada tanggal 4 Juli 2008.

27. Gershon AA. Varicella-Zoster Infections. Pediatrics in Review 2008; 29: 5-11.

28. Hay WW, Hayward AR, Levin MJ, Sondheimer JM. Current Pediatric Diagnosis & Treatment.
Edisi ke-16. New York: McGraw Hill; 2003. h.1117-1119.

30 UNIVERSITAS PELITA HARAPAN


MEDICINUS Vol. 3 No. 1 Februari 2009 Mei 2009

Reaktivasi VZV pada nervus trigeminus dapat Pada bayi rata-rata resiko kematian adalah
menyebabkan terjadinya konjungtivitis, sekitar 4 kali lebih besar dan pada dewasa
keratitis dendritik, anterior uveitis, sekitar 25 kali lebih besar. Rata-rata 100
iridosiklitis, dan panoftalmitis. Kebutaan kematian terjadi di USA sebelum
akibat herpes biasanya jarang terjadi. Apabila ditemukannya vaksin varicella, komplikasi
sampai terjadi kebutaan biasanya disebabkan yang menjadi penyebab utama kematian,
akibat terjadinya retrobulbar neuritis dan atrofi antara lain: pneumonia, komplikasi SSP,
optikus.34 Lesi pada lidah dapat infeksi sekunder, dan perdarahan.1,5,6
mengindikasikan adanya infeksi pada saraf
kranial 7 dan berhubungan dengan hilangnya KESIMPULAN
indera pengecapan. Herpes zoster yang
menyerang cabang 2 dan 3 dari nervus 5 dapat Varicela merupakan penyakit menular yang
menyebabkan kelumpuhan oral. Di sisi lain, disebabkan oleh virus Varicella Zoster yang
reaktivasi virus pada ganglion genikulatum hingga kini masih tetap menjadi epidemi di
pada saraf kranial ke 7 dan ke 8 dapat dunia dan di Indonesia. Walaupun infeksi
menyebabkan terjadinya Ramsay Hunt Varicella Zoster tergolong ke dalam infeksi
sindrome. Apabila virus menginfeksi daerah ringan, namun dalam kondisi defisiensi imun
lumbosakral ganglia maka dapat terjadi penyakit dapat menjadi berat dan tidak
disfungsi dari kandung kemih dan ileus.34 menutup kemungkinan berujung kepada
kematian. Pemberian vaksinasi dan
PROGNOSIS immunoglobulin telah terbukti efektif
memberikan perlindungan dari infeksi virus
Infeksi primer varicella memiliki tingkat ini. Hingga saat ini, asiklovir oral tetap
kematian 2-3 per 100.000 kasus dengan case menjadi obat utama untuk pengobatan
fatality rate pada anak berumur 1-4 tahun dan varicella dan herpes zoster.
5-9 tahun (1 kematian per 100.000 kasus).

DAFTAR PUSTAKA

1. Arvin AM. Varicella-Zoster Virus. Clinical Microbiology Reviews 1996; 9: 361-381.

2. Comitee on Infectious Diseases. Varicella Vaccine Update. Pediatrics 2000; 105: 136-141.

3. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi dan Penyakit
Tropis. Edisi ke-1. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2002. h.152-159.

4. Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 22 November 2007.
Didapat dari www.depkes.go.id. Diakses pada tanggal 14 Juni 2008.

5. Hambleton S, Gershon AA. Preventing Varicella-Zoster Disease. Clinical Microbiology Reviews


2005; 18: 70-80.

6. Kliegman RM, Marcdante KJ, Jenson HB, Behrman RE. Nelson Essentials of Pediatrics. Edisi
ke-5. Philadelphia: Elseviers Saunders; 2006. h.470-472.

7. Myers MG, Stanberry LR, Seward JF. Varicella-Zoster Virus. Dalam: Behrman RE, Kliegman
RM, Jenson HB. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia: Elseviers Saunders;
2004. h.1057-1062.

8. Ludwig H, Haines HG, Biswal N, Melnick MB. The Characterization of Varicella-Zoster Virus
DNA. J. gen. Virol 1972; 14: 111-114.

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN 29


VARICELA ZOSTER
jumlah limfosit berkisar di atas 700, dapat terjadinya arthritis virus, yang disebabkan
mengurangi sekitar 13% kejadian serangan. karena adanya virus varicella di dalam sendi.
Walaupun demikian, anak-anak dengan Infeksi sendi biasanya sembuh dalam 3 hingga
leukemia yang telah mendapatkan vaksin sulit 5 hari. Komplikasi lain yang mungkin pula
untuk memperoleh peningkatan cell-mediated terjadi, namun jarang sekali ditemukan adalah
imunity terhadap VZV. Perlu ditekankan myocarditis, pericarditis, pancreatitis, dan
bahwa vaksin tidak dianjurkan untuk diberikan orkitis.1
pada pasien yang sedang mengalami
imunodefisiensi karena justru dapat Herpes Zoster
menyebabkan timbulnya aktivasi penyakit Komplikasi umum dari herpes zoster adalah
setelah 1 bulan mendapatkan imunisasi. PHN (post herpetic neuralgia). Dari beberapa
Namun, perlu diingat pada dasarnya data, didapatkan keterangan bahwa 9% kasus
pencegahan lebih baik untuk mengurangi dari herpes zoster berkaitan dengan PHN
angka kematian daripada mengobati penyakit selama 4 minggu hingga mencapai 10 tahun.
yang sudah terjadi.1 Nyeri menetap dirasakan oleh 22% pasien
yang mendapatkan sindroma ini. Resiko dari
KOMPLIKASI PHN sebenarnya berhubungan dengan
peningkatan usia dan kondisi imunodefisiensi
Varicela dari pasien. Resiko PHN berkepanjangan
Komplikasi yang paling sering ditemukan meningkat, 40 hingga 50% pada usia lebih
akibat infeksi varicella adalah infeksi bakteri dari 60 tahun.6,34
S. aureus atau Streptococcus pyogenes (grup
A beta hemolitik streptococcus).6,45,46 Herpes zoster juga dapat menyerang sistem
Antibiotik sebenarnya dapat dipakai untuk saraf pusat dan menyebabkan ensefalitis,
mengurangi resiko kematian, namun pada namun hal ini sangat jarang terjadi kira-kira
keadaan sepsis kurang berguna.47 Infeksi hanya 0,2-0,5% dari keseluruhan pasien.
sekunder akibat bakteri biasanya ditandai Penjalaran dari kulit hingga menyebabkan
dengan munculnya bula atau selulitis, ensefalitis terjadi dalam waktu 9 hari hingga 6
limfadenitis regional dan abses subkutan dapat minggu. Gejala-gejala yang dapat muncul,
muncul. S. pyogenes umumnya menyebabkan antara lain: terganggunya fungsi sensori, sakit
varicela gangrenosa yang bersifat invasif. kepala, fotophobia, meningismus, dan terlihat
Manifestasi lain yang adalah pneumonia, elektroensefalogram yang abnormal. Paresis
arthritis, dan osteomyelitis.48 Sindroma Reye, saraf kranial dan peripheral dapat terjadi
yang merupakan ensefalopati non inflamasi akibat komplikasi herpes zoster pada susunan
dengan degenerasi lemak pada hati dapat saraf pusat. Biasanya ensefalitis akibat
merupakan komplikasi yang menyulitkan. varicella hanya terjadi sekitar 16 hari.143
Anak yang menderita varicela tidak boleh
diberikan aspirin, karena dapat meningkatkan Ensefalitis akibat herpes zoster jarang
resiko terjadinya sindroma Reye.49,50 menyebabkan kematian, kebanyakan pasien
sembuh tanpa ada suatu kecacatan tertentu.
Komplikasi neurologis seperti Ensefalitis juga biasanya berhubungan dengan
meningoensefalitis dan serebelar ataxia akut vaskulitis. Gejala lain yang biasanya
merupakan gejala utama yang biasa terjadi. terjadi adalah serebral angitis, yang
Komplikasi pada susunan saraf pusat biasanya merupakan suatu sindrom yang terdiri dari
terjadi pada anak dibawah 5 tahun dan lebih vaskulitis, trombosis, dan mikroinfark yang
dari usia 20 tahun. Varicella ensefalitis terkait dengan herpes zoster oftalmikus dan
biasanya dapat hilang dengan sendirinya reaktivasi saraf kranial pada individu berusia
dalam waktu 24 hingga 72 jam. Begitu pula lanjut.
dengan ataksia serebelum, biasanya hilang
dalam beberapa waktu.6 Gejala seperti Pada CT-Scan biasanya diperoleh hasil adanya
perdarahan, petekie, purpura, epistaksis, tampilan infark pada daerah yang diperfusi
hematuria, perdarahan gastrointestinal, dan oleh arteri serebri media. Dilaporkan pula
DIC disebabkan karena komplikasi yang dapat terjadi transverse myelitis, gejala ini
berupa trombositopenia, terjadi 1 sampai 2 jarang terjadi, namun apabila terjadi dapat
minggu setelah infeksi varicella.5,6 Dapat juga menimbulkan resiko kematian yang tinggi.1,6

28 UNIVERSITAS PELITA HARAPAN


MEDICINUS Vol. 3 No. 1 Februari 2009 Mei 2009

dicegah, dan mengubah prognosis infeksi Infeksi limfoblastik leukemia akut


varicella pada anak yang beresiko tinggi. dalam masa remisi dan HIV dengan
Terapi asiklovir pada anak imunodefisiensi CD4 >25%, diberikan vaksin dalam 2
harus dimulai pada 24 hingga 72 jam sesudah dosis dengan jarak 3 bulan.
muncul ruam kulit. Oleh karena rendahnya Kontraindikasi:
absorbsi oral, obat diberikan intravena dengan Kongenital imunodefisiensi
tiap pemberian dosis 500 mg/m2 dalam 8 jam. Leukemia, limpoma, atau keganasan
Terapi dilanjutkan untuk 7 hari atau sampai lain
tidak ada lesi baru yang muncul dalam 48 Infeksi HIV simptomatik
jam.31,35,36 Kortikosteroid dosis tinggi
Kehamilan
Efikasi dari famsiklovir dan valasiklovir Alergi neomisin
belum terevaluasi baik pada penderita yang Asam salisilat lebih dari 6 minggu
sehat dan imonudefisiensi. BvaraU
(sorivudine) yang diberikan dalam 40 mg/hari Tidak ada simptom klinis yang muncul dari
selama 5 hari telah diteliti dapat mengurangi pemberian vaksin dengan dosis 9000 PFU
demam, lesi kulit, walaupun pemberian infeksius virus. Vaksin ini dapat menginduksi
ditunda hingga 24 sampai 96 jam setelah proteksi hingga lebih dari 95% terhadap
kemunculan lesi pertama.1 terjadinya penularan.41,42 Studi imunologis
menunjukan bahwa pemberian vaksin
Pencegahan Pasif dengan Antibodi varicella hidup yang dilemahkan dapat
Varicella zoster immunoglobulin (VZIG) meningkatkan serokonversi (sekitar 95%),
adalah antibodi IgG terhadap VZV dengan sama baiknya seperti pemberian antibodi
dosis pemberian satu vial untuk 10 kg berat VZIG setelah 1 tahun. Vaksin ini dapat
badan secara intramuskular (IM). VZIG meningkatkan limfosit T yang mengenali VZV
profilaksis diindikasikan untuk individu antigen atau protein virus. Sirkulasi T limfosit
beresiko tinggi, termasuk anak-anak yang spesifik terhadap VZV dapat muncul
imunodefisiensi, wanita hamil yang pernah pada darah perifer sekitar 2 hingga 6 minggu
mempunyai kontak langsung dengan penderita setelah pemberian varicella vaksin. Imunisasi
varicella, neonatal yang terekspose oleh ibu dengan vaksin varicella juga dapat
yang terinfeksi varicella, setidaknya diberikan meningkatkan sitotoksik T sel yang dapat
dalam waktu tidak lebih dari 96 jam.37,38 melisis VZV protein. Proliferasi limfosit T
Antibodi yang diberikan setelah timbulnya terhadap antigen VZV dapat terus terjaga
gejala tidak dapat mengurangi keparahan yang hingga 6 tahun pada anak dengan imunitas
terjadi.5,6 yang baik dan telah diberikan vaksin varicella.

Profilaksis dengan Terapi Antiviral Dalam beberapa studi juga disebutkan bahwa
Uji efikasi profilaksis asiklovir memberikan indeks stimulasi cell mediated immune
hasil yang cukup baik pada penderita response terhadap VZV pada pemberian dosis
transplantasi sumsum tulang yang beresiko vaksin ganda selama 1 tahun adalah 22.2
tinggi terkena infeksi VZV. Namun secara 6.42 dibandingkan dengan pemberian dosis
klinis, profilaksis asiklovir sebagai tunggal yaitu 9.3 1.39. Semakin tinggi
pencegahan infeksi VZV jarang dipergunakan, antigen yang terdapat di dalam vaksin maka
karena terapi VZV akan lebih efektif apabila semakin besar kontribusinya dalam
simptom telah muncul.39 meningkatkan level dari imunitas. Imunisasi
dengan vaksin varicella dapat meningkatkan
Indikasi and Kontraindikasi Vaksin memori dari limfosit T yang berguna untuk
Varicella:1 memproliferasi dan memproduksi limfokin
Indikasi: terhadap protein IE62 dan glikoprotein
Usia 12 bulan-13 tahun. Diberikan satu virus.43,44
dosis
Usia 13 tahun hingga dewasa. Dua Oka vaksin yang diberikan kepada anak
dosis, interval 4-8 minggu dengan leukemia dalam masa remisi dengan

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN 27


VARICELA ZOSTER
DIAGNOSIS LABORATORIUM PENGOBATAN DAN PROFILAKSIS

Pemeriksaan laboratorium sangat penting Asiklovir, famsiklovir, dan valasiklovir adalah


untuk mendiagnosis pasien yang dicurigai agen antiviral yang telah diakui untuk
menderita varicella atau herpes zoster serta penanganan terhadap infeksi varicella.
untuk menentukan terapi antivirus yang Nukleotida ini telah menggantikan vidarabin
sesuai.26 Leukopenia terjadi pada 72 jam dan IFN-, yang merupakan antivirus pertama
pertama, diikuti oleh limfositosis. yang diketahui memiliki efek klinis untuk
Pemeriksaan fungsi hati (75%) juga mengatasi infeksi primer dan rekurens dari
mengalami kenaikan. Pasien dengan gangguan VZV.31
neurologi akibat varicela biasanya mengalami
limfositik pleositosis dan peningkatan protein Asiklovir hanya terfosforilasi ketika bertemu
pada cairan serebrospinal serta glukosa yang dengan timidin kinase dari virus, obat ini
umumnya dalam batas normal.5,6 cenderung inaktif di dalam tubuh kecuali bila
tersensitisasi dengan sel yang terinfeksi VZV
Tehnik PCR atau yang telah memiliki enzim virus. Setelah
Metode virologi dengan mendeteksi DNA terjadi penggabungan antara asiklovir dengan
virus ataupun protein virus digunakan sebagai timidine kinase, maka selular kinase akan
salah satu metode diagnosis infeksi VZV. memetabolisme monofosfat menjadi trifosfat
Spesimen sebaiknya disimpan di dalam es atau yang bersifat kompetitif inhibitor dan menjadi
pendingin dengan suhu -70C apabila rantai terminasi DNA virus polimerase.
penyimpanan dilakukan untuk waktu yang Konsentrasi yang biasanya diperlukan untuk
lebih lama.26 menginhibisi VZV adalah sekitar 1 hingga 2
mg/ml.32 Obat lainnya adalah famsiklovir yang
Teknik Serologi merupakan diasetil, 6-deoksi ester penciclovir,
Salah satu metode serologik yang digunakan yang merupakan analog dari guanosin
untuk mendiagnosis infeksi VZV di dasarkan nukleotida. Metabolisme dari obat ini dimulai
pada pemeriksaan serum akut dan konvalesens dari uptake di sel usus dan diselesaikan di hati.
yaitu IgM dan IgG. Cara kerjanya serupa dengan asiklovir.33
Pemeriksaan VZV IgM memiliki sensitifitas Valasiklovir adalah asiklovir dengan derivat
dan spesifisitas yang rendah. Reaktivasi VZV valin ester yang memungkinkan absorbsi
memacu IgM yang terkadang sulit dibedakan secara oral lebih baik dari asiklovir biasa,
dengan kehadiran IgM pada infeksi primer.28 valasiklovir berubah kembali menjadi
Salah satu kepentingan pemeriksaan antibodi asiklovir pada saat proses absorbsi dan
IgG adalah untuk mengetahui status imun memiliki cara kerja yang sama terhadap VZV
seseorang, dimana riwayat penyakit dengan derivat asiklovir biasa. Selain itu,
varicelanya tidak jelas. Pemeriksaan IgG terdapat pula BvaraU yang merupakan
mempunyai kepentingan klinis, guna nukleosida lain yang juga memiliki
mengetahui antibodi pasif atau pernah kemampuan tinggi untuk menginhibisi
mendapat vaksin aktif terhadap varicela. aktivitas VZV in vitro.1 Untuk mereka yang
Keberadaan IgG, pada dasarnya merupakan mengalami resistensi terhadap asiklovir maka
petanda dari infeksi laten terkecuali pasien dapat diberikan foskarnet sebagai
telah menerima antibodi pasif dari penggantinya.6
immunoglobulin. Teknik lain adalah dengan
menggunakan fluorescent-antibodi membrane Pengobatan
antigen assay, pemeriksaan ini dapat Pemberian asetaminofen untuk mengurangi
mendeteksi antibodi yang terikat pada sel yang perasaan tidak nyaman akibat demam;
terinfeksi oleh VZV. Tes ini sangat sensitif antipruritus seperti difenhidramin 1,25 mg/kg
dan spesifik, hampir serupa dengan setiap 6 jam atau hidroksin 0,5 mg/kg setiap 6
pemeriksaan enzyme immunoassay atau jam. Topikal dan antibiotik sistemik dapat
imunoblotting.29 Pemeriksaan serologik lain diberikan untuk mengatasi superinfeksi
yang mendukung adalah lateks aglutinasi, bakteri.34 Terapi antivirus menurunkan
untuk mengetahui status imunitas terhadap mortalitas karena progresif pneumonia dapat
VZV.29,30

26 UNIVERSITAS PELITA HARAPAN


MEDICINUS Vol. 3 No. 1 Februari 2009 Mei 2009

simptomatik dapat menyebabkan timbulnya dan 2 hari setelah partus juga memerlukan
lesi vesikular pada kulit yang terdistribusi pemberian VZIG sebanyak 1 vial.
hanya pada dermatom tertentu mengikuti saraf
sensori tertentu.17 Terjadi proses inflamasi, Untuk ibu terinfeksi varicela dengan jarak > 1
nekrosis, dan disrupsi morfologi dari sel minggu sebelum partus, bayi yang dilahirkan
neuron dan nonneuron menyebabkan myelitis, tetap diberikan VZIG. Pada neonatus yang
defisit fungsi motorik, dan postherpetik telah terinfeksi varicella hingga dapat
neuralgia (PHN). 21,22 mengancam jiwa atau yang mengalami
komplikasi berat dapat diberikan asiklovir IV
MANIFESTASI KLINIS sebanyak 10 mg/kgBB tiap 8 jam.5,6

Dimulai dengan gejala prodromal seperti Sindroma Varicella Kongenital


demam, malaise, sakit kepala, dan sakit Diketahui hanya 2% fetus dengan ibu
abdomen, yang langsung 24-48 jam sebelum terinfeksi varicella yang menampilkan VZV
lesi kulit muncul. Gejala sistemik seperti embriopati pada usia 20 minggu kehamilan.
demam, lelah, dan anoreksia dapat timbul Fetus yang terinfeksi pada usia 6-12 minggu
bersamaan dengan lesi kulit. Gejala pada dapat menyebabkan gangguan pada
saluran pernafasan dan muntah jarang sekali pertumbuhan ekstremitas. Infeksi pada fetus
terjadi.5,6 Lesi kulit awal mengenai kulit 16-20 minggu dapat menyebabkan gangguan
kepala, muka, badan, biasanya sangat gatal, pada mata dan otak. Infeksi pada fetus juga
berupa macula kemerahan, kemudian berubah dapat menyebabkan gangguan pada saraf
menjadi lesi vesikel kecil dan berisi cairan di simpatis pada servikal dan lumbosakral
dalamnya, seperti tampilan tetesan air mata.1 sehingga menyebabkan sindroma horner dan
Penyembuhan adalah terbentuknya sel epitel disfungsi dari uretra dan sfingter anal. Gejala
kulit baru yang muncul dari dasar lesi. yang khas biasanya terlihat pada kulit,
Hipopigmentasi dapat terjadi akibat ekstremitas, mata, dan otak. Gejala pada kulit
penyembuhan lesi. Scar atau bekas luka sikatriks, malformasi ekstremitas. Kelainan
jarang terjadi akibat infeksi varicella. pada mata berupa katarak; serta afasia bila
mengenai otak secara keseluruhan Pada
Breakthrough Varicella pemeriksaan histology ditemukan adanya
Apabila infeksi terjadi 2 minggu pasca infeksi proses nekrosis pada otak. Diagnosis dapat
primer ataupun immunisasi dengan ditandai mengunakan pemeriksaan DNA virus dengan
munculnya kembali ruam-ruam kulit (bentuk metode PCR.5,6
makulopapular) tanpa disertai demam,
diperkirakan disebabkan oleh VZV tipe Herpes Zoster
virulen.5,6 Herpes zoster sangat jarang ditemukan pada
anak; namun dapat pula timbul sebagai akibat
Progresif Varicella infeksi varicela pada awal kehidupan anak
Progresif varicella adalah suatu keadaan yang yang didapat dari ibu.6 Vesikel yang timbul
ditandai dengan koagulopati, perdarahan juga serupa dengan varicella, yaitu berupa
hebat, dan terus munculnya lesi-lesi baru. vesikel berisi cairan dan disertai rasa nyeri
Timbul rasa sakit yang hebat di daerah neuropatik. Herpes zoster biasanya menyerang
abdominal disertai dengan perdarahan pada dermatom toraks, sekitar T5 hingga T12.
vesikel. Faktor resiko keadaan ini adalah Sekitar 14 sampai 20% pasien memiliki
penderita kongenital dengan imundefisiensi, penyakit yang terdistribusi pada saraf kranial
keganasan, kemoterapi, dan jumlah limfosit dan 16% pasien terinfeksi pada dermatom
<500 sel/mm3. lumbosakral terutama L1 hingga L2.24 Sekitar
40% pasien dengan herpes zoster memiliki
Neonatal Chickenpox nilai leukosit dan protein yang meningkat pada
Infeksi ini timbul apabila jarak infeksi varicela cairan serebrospinal.25 Pada individu yang
pada ibu dengan kelahiran < 1 minggu. Sangat memiliki sistem imun yang baik, dermatom
direkomendasikan pemberian antibodi (VZIG) yang terinfeksi akan sembuh dalam 2 minggu,
pada neonatus yang terinfeksi. Bayi dengan namun hipersensitivitas kulit dapat terus
ibu terinfeksi varicella 5 hari sebelum partus berlangsung hingga 2 bulan.1

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN 25


VARICELA ZOSTER
terdapat lebih dari lima ratus penderita, akan hamil terjangkit varicela pada 5 hari sebelum
tetapi jumlah tersebut menurun dibandingkan melahirkan atau 48 jam setelah melahirkan.
tahun 2006. Data Dinkes tahun 2006 mencatat, Kematian berkaitan dengan rendahnya sistem
jumlah penderita penyakit cacar air sebanyak imununitas pada neonatus. Kongenital
1.771 orang.3 Berdasarkan data-data tersebut, varicella ditandai dengan hipoplasia
diperlukan adanya usaha pencegahan dengan ekstremitas, lesi kulit, dan mikrosefali.7,8,9,10
vaksinasi yang telah terbukti sangat efektif Secara keseluruhan, insidens dari herpes
untuk mengontrol penyebaran penyakit zoster adalah 215 per 100.000 orang per
varicela. Vaksin ini mempunyai kemampuan tahun. Sekitar 75% kasus terjadi pada umur di
70-90% untuk mencegah varicela dengan atas 45 tahun, insidens akan meningkat pada
efektifitas 95% dalam mencegah varicela penderita dengan system imun rendah.5
berat.2
PATOGENESIS
DEFINISI
VZV merupakan virus yang menular selama
Virus varicella-zoster dapat menyebabkan 1-2 hari sebelum lesi kulit muncul, dapat
infeksi primer, laten, dan rekuren. Infeksi ditularkan melalui jalur respirasi, dan
primer bermanifestasi sebagai varicela menimbulkan lesi pada orofaring, lesi inilah
(chickenpox); reaktivasi dari infeksi laten yang memfasilitasi penyebaran virus melalui
menyebabkan herpes zoster (shingles).6 jalur traktus respiratorius.11,12 Pada fase ini,
Penyakit ini sangat menular dengan penularan terjadi melalui droplet kepada
karakteristik lesi-lesi vesikel kemerahan. membran mukosa orang sehat misalnya
Reaktivasi laten dari virus varicella-zoster konjungtiva. Masa inkubasi berlangsung
umumnya terjadi pada dekade ke enam dengan sekitar 14 hari, dimana virus akan menyebar
munculnya shingles yang berkarakteristik ke kelenjar limfe, kemudian menuju ke hati
sebagai lesi vesikular terbatas pada dermatom dan sel-sel mononuklear.13 VZV yang ada
tertentu dan disertai rasa sakit yang hebat.7 dalam sel mononuklear mulai menghilang 24
jam sebelum terjadinya ruam kulit; pada
ETIOLOGI penderita imunokompromise, virus
menghilang lebih lambat yaitu 24-72 jam
Chickenpox dan shingles disebabkan oleh setelah timbulnya ruam kulit.14,15 Virus-virus
varicella-zoster virus (VZV) dari keluarga ini bermigrasi dan bereplikasi dari kapiler
herpes virus, sangat mirip dengan herpes menuju ke jaringan kulit dan menyebabkan
simplex virus. Virus ini mempunyai amplop, lesi makulopapular, vesikuler, dan krusta.
berbentuk ikosahedral, dan memiliki DNA Infeksi ini menyebabkan timbulnya fusi dari
berantai ganda yang mengkode lebih dari 70 sel epitel membentuk sel multinukleus yang
macam protein.5,6 ditandai dengan adanya inklusi eosinofilik
intranuklear.16,17 Perkembangan vesikel
EPIDEMIOLOGI berhubungan dengan peristiwa ballooning,
yakni degenerasi sel epitelial akan
Virus ini ditemukan pada tahun 19956 dengan menyebabkan timbulnya ruangan yang berisi
manusia sebagai satu-satunya reservoir. Tidak oleh cairan. Penyebaran lesi di kulit diketahui
terdapat perbedaan jenis kelamin maupun ras. disebabkan oleh adanya protein ORF47 kinase
Penyakit ini sangat menular dengan attack yang berguna pada proses replikasi virus.18
rate 90% terhadap orang yang rentan.7 VZV dapat menyebabkan terjadinya infeksi
Insidensinya berkisar antara 65-86% dengan diseminata yang biasanya berhubungan
masa penularan 24-48 jam sebelum lesi kulit dengan rendahnya sistem imun dari
muncul serta 3-7 hari setelah lesi muncul.6 penderita.21

Sekitar 50% kasus terjadi pada anak-anak usia Infeksi VZV pada ganglion dorsalis
5-9 tahun, banyak pula ditemukan pada usia 1- merupakan akibat penjalaran lesi mukokutan
4 tahun dan 10-14 tahun.7. 11.000 kasus melalui akson sel neuron pada infeksi primer
diperlukan perawatan di rumah sakit dan 100 atau disebabkan oleh penularan dari sel
meninggal setiap tahunnya.6 Perinatal varicela mononuklear terinfeksi sebelum terjadinya
dengan kematian dapat terjadi apabila ibu ruam-ruam pada kulit.6 Reaktivasi VZV

24 UNIVERSITAS PELITA HARAPAN


MEDICINUS Vol. 3 No. 1 Februari 2009 Mei 2009

29. Steinberg SP, Gershon AA. Measurement of Antibodies to Varicella-Zoster Virus by Using a
Latex Agglutination Test. J. Clin. Microbiol 1991; 29: 15271529.

30. Brunell PA, Straus SE, Krause PR. Recent Advances in Varicella-Zoster Virus Infection. Ann
Intern Med. 1999; 130: 922-932.

31. Morfin F, Thouvenot D, Tessier MDT, Lina B, Aymard M, Ooka T. Phenotypic and Genetic
Characterization of Thymidine Kinase from Clinical Strains of Varicella-Zoster Virus Resistant
to Acyclovir. Antimicrobial Agents and Chemotherapy 1999; 43: 24122416.

32. Committee on Infectious Diseases. The Use of Oral Acyclovir in Otherwise Healthy Children
With Varicella. Pediatrics 1993; 91: 674-676.

33. Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Medical Microbiology. Edisi ke-23. New York: McGraw Hill;
2004. h.438-442.

34. Committee on Infectious Diseases. Recommendations for the Use of Live Attenuated Varicella
Vaccine. Pediatrics 1995; 95: 791-796.

35. Preblud SR. Varicella: Complications and Costs. Pediatrics 1986; 78: 728-735.

36. Djoerban, Z. Penatalaksanaan Pasien Terminal. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.
ed.3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2001.

37. Atwater, E. Psychology of Adjustment. 2nd Ed. New Jersey: Prentice Hall; 1983.

38. Sarafino, Edward P. Health Psychology. In: Biopsychosocial Interactions. 4th ed. USA: John
Wiley & Sons, 2002.

39. Taylor, Shelley E. Health Psychology. 5th ed. USA: McGraw-Hill; 2003.

40. Anderson, Merrill P. Stress Management for Chronic Disease: An Overview. UK: Pergamon
Press; 1998.

41. Sheridan, Charles L, Radmacher, Sally A. Health Psychology Challenging the Biomedical Model.
New York: John Wiley & Sons; 1992.

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN 31

Anda mungkin juga menyukai