PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
a. Untuk memahami pengertian Pertanian
b. Untuk memahami pengertian Geografi Pertanian
c. Menjelaskan kondisi pertanian sawah di wilayah Asia
d. Menjelaskan kondisi pertanian sawah di wilayah Afrika
e. Menjelaskan kondisi pertanian sawah di wilayah Amerika Latin
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pertanian
Pertanian merupakan suatu jenis kegiatan produksi yang berlandaskan proses
pertumbuhan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Pertanian dalam arti sempit
merupakan suatu kegiatan bercocok tanam, sedangkan pertanian dalam arti luas
adalah segala kegiatan manusia yang meliputi kegiatan bercocok tanam, perikanan,
kehutanan, peternakan dan perkebunan.
Awal kegiatan pertanian terjadi ketika manusia mulai mengambil peran dalam
proses kegiatan tanaman dan hewan serta pengaturan dalam pemenuhan
kebutuhannya. Pertanian mempunyai kaitan penting dengan tanah, meteorologi,
hidrologi dan lain-lain, karena semua hal tersebut berpengaruh dalam produk
pertanian secara kuantitas dan kualitas. Pertanian memiliki bentuk-bentuk yang
beragam, diantaranya
a. Sawah
Sawah adalah bentuk pertanian lahan basah karena menggunakan banyak air
dalam kegiatan pertaniannya terutama pada awal kegiatan penanaman.
b. Tegalan
Tegalan adalah lahan kering yang ditanami dengan tanaman musiman atau
tahunan, seperti padi ladang, palawija, dan holtikultura.
c. Ladang Berpindah
Ladang Berpindah adalah kegiatan pertanian yang dilakukan dengan cara
berpindah-pindah tempat. Ladang dibuat dengan cara membuka hutan atau semak
belukar. Pohon atau semak yang telah ditebang/dibabat setelah kering kemudian
dibakar. Setelah hujan tiba, ladang kemudian ditanami dan ditunggu sampai panen
tiba. Setelah ditanami 3 4 kali, lahan kemudian ditinggalkan karena sudah tidak
subur lagi.
d. Pekarangan
Pekarangan adalah bentuk pertanian dengan memanfaatkan pekarangan/ halaman
sekitar rumah.
3
2.2 Geografi Pertanian
Geografi pertanian adalah cabang geografi yang berhubungan dengan bidang
budidaya tanah yang dilakukan oleh manusia dan pengaruh budidaya seperti pada
lanskap fisik. Oleh sebab itu, Geografi Pertanian lebih memusatkan perhatiannya
terhadap hubungan tumbuhan yang dibudidayakan dengan tanah, topografi dan iklim
untuk mengkaji persebaran, jenis beserta agihan, mengapa diusahakan di tempat.
Disamping itu Geografi Pertanian menjelaskan perbedaan kawasan di dalam
pertanian. Sehingga Geografi Pertanian terdiri atas satu perbandingan pertanian yang
sistematik di negara-negara dan benua-benua.
4
rendah, yang memaksa petani untuk menanami tumbuhan lain secara intensif.
Double-cropping adalah keadaan dimana beberapa petani menanam tiga tanaman
dalam setahun.
5
Beras Hitam (Oryza sativa L. indica)
Menurut sejarahnya, beras hitam di Asia merupakan makanan orang-orang di
Kerajaan sehingga memiliki harga yang sangat mahal. Beras hitam banyak
mengandung nutrisi baik dan banyak ditemui di negara Indonesia, Thailand
dan Cina.
6
Pada tahun 2025 produksi beras harus ditambahan untuk memenuhi
permintaan yang diharapkan, namun hai ini menimbulkan tantangan besar.
Bahayanya adalah stabilitas produksi beras terkait dengan stabilitas sosial dan
politik negara-negara di Kawasan Asia. Pertanyaannya menjadi lebih bermasalah
ketika berpikir bahwa produksi meningkat harus direalisasikan setiap tahun
dengan menggunakan lahan yang lebih sedikit, kurang banyak orang, sedikit air
dan lebih sedikit pestisida. Sawah irigasi akan sulit ditingkatkan karena masalah
salinitas tanah, biaya pembangunan yang tinggi, kelangkaan air, penggunaan air
alternatif dan persaingan, kekhawatiran lingkungan akan emisi gas rumah kaca
seperti metana (sawah berkontribusi 20 persen) dan Nitrous oxide (pupuk
berkontribusi 19 persen). Perkiraan Consultative Group on International
Agricultural Research (CGIAR) menunjukkan bahwa sekitar 70 persen produksi
tambahan harus berasal dari ekosistem padi irigasi dan hampir 21 persen dari
lahan sawah tadah hujan. Dengan pergerakan dari subsisten ke ekonomi
berorientasi pasar, produksi padi tadah hujan dapat membawa perubahan
tambahan di banyak negara yang bergantung pada ekosistem dan tidak memiliki
sumber daya untuk mengubah sistem tadah hujan menjadi sistem irigasi.
7
Padi transgenik
Alat rekayasa genetika akan membantu meningkatkan dan menstabilkan hasil
padi dalam situasi bervariasi yang berkembang, dan dengan demikian
mengurangi kesenjangan hasil. Alat-alat ini, akan membantu meningkatkan
potensi hasil.
Benih yang berkualitas
Penggunaan benih berkualitas merupakan cara pertama dan terutama untuk
mewujudkan potensi hasil dari teknologi yang direkomendasikan. Benih murni
kualitas tinggi memastikan perkecambahan yang tepat, tegakan tanaman,
kebebasan dari gulma dan hama dan penyakit bawaan benih. Secara umum,
diketahui bahwa benih berkualitas memastikan hasil panen 10 sampai 15
persen lebih tinggi. Bisa dipastikan beras akan menghasilkan kualitas unggul,
sehingga harga dan keuntungan lebih tinggi.
8
pedalaman (850.000 km2) yang sangat potensial untuk dikembangkan pertanian
sawah.
Benua Afrika mewakili seperlima dari seluruh total tanah di dunia. Sekitar
sepertiganya adalah gurun dan 0,1 persen dari seluruh tanah dipergunakan untuk
sawah irigasi. Lahan basah menempati cakupan yang lebih luas daripada lahan
sawah irigasi. Untuk itu sangat perlu langkah-langkah dalam membangun
peningkatan produksi beras terkhusus di Afrika Tengah yang memiliki lahan
basah yang cukup luas.
9
dengan kehadiran beras asia. Pasalnya varietas padi asia lebih tahan terhadap
hama, tidak sulit dalam merawatnya serta tangguh dan cocok untuk segala
kondisi cuaca di Afrika.
Abakaliki Rice, ialah beras yang tumbuh dan dipanen di Abakaliki, negara
bagian Ebonyi, bagian timur Nigeria. Dipanen sebanyak 3 kali dalam setahun
memiliki dan beras ini memiliki aroma yang manis.
Ofada Rice, adalah beras yang tumbuh di negara bagian Ogun bagian barat
daya Nigeria. Beras ini merupakan varieta campuran yang bukan merupakan
asli varietas dari Afrika.
10
dipergunakan untuk lahan pertanian dan menyumbang skitar 44 % dari total
produksi beras Afrika. Negara-negara yang menjadi produsen beras utama di
Afrika Barat adalah Sierra Leone, Pantai Gading, Liberia, Nigeria dan Guinea
Biissau.
Masalah utama yang dihadapi Sistem pertanian ini adalah sumber air yaitu
hujan. Hujan menjadi sumber air utama dalam pertumbuhan padi. Afrika
merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap kekeringan akibat dari hujan
yang tidak menentu. Selain itu aspek lain yang menghambat dalam pertumhan
padi pada sawah tadah hujan adalah tanah. Sering kali lahan yang dipergunakan
untuk pertanian sawah tadah hujan di tempat pada tanah yang berliat dan lapuk
yang rendah akan retensi air. Tanah ini biasanya sangat miskin nitrogen (N),
fosfor (P), besi (Fe) dan sulfur (S). Kekurangan zat fosfor akibat dari fiksasi
mangan (Mn2+) dan alumunium (AL3+). Selain permasalahan hujan dan
kandungan unsur tanah, berikut adalah permasalahan lain yang menghantui
peningkatan produksi beras melalui pertanian sawah tadah hujan :
Deforestasi akan semakin meluas karena membuka hutan untuk pertanian
sawah.
Kurangnya penerapan penggunaan pupuk oleh petani.
Kurangnya pengendalian gulma mengakibatkan produksi beras sulit untuk
naik.
Hama utama seperti burung dan tikus besar grasscutter (Thyryonomis
swindaranus) sering menyebabkan kerusakan pada padi yang siap panen.
11
Pertanian Sawah Tadah Hujan di Nigeria.
Sumber : (http://www.regional.org.au/au/apen/2006/refereed/5/3223_fashola.htm).
12
Petani yang menggunakan sistem pertanian hidromorpik di Sierra Leonne.
Sumber : (https://www.google.co.id/search?q=-%09Oryza+Glaberrima&hl=).
Diperkirakan 130 juta hektar lembah diperguakan untuk pertanian ini. Sekitar
19 Juta Ha (14,6 %) pertanian ini berada di Afrika Barat. Produksi pertanian
sawah hidromorfik juga bergantung pada teknologi yang dipakauntuk mendukung
pertanian, kondisi tanah dam faktor-faktor sosial ekonomi. Rata-rata panen yang
dihasilkan berkisar antara 1,4 dan 5 ton/Ha.
Kendala yang dihadapi oleh petani Afrika yang menggunakan metode
penanaman padi pada tanah hidromorfik adalah kondisi tanah. Seringkali padi
keracunan besi akibat konsentrasi unsur besi (Fe) dan mangan (Mn2) yang terlalu
tinggi. Dampak keracunan besi ini telah dialami oleh banyak negara di Afrika
Barat yatu Benin, Burkina, Faso, Pantai Gading, Liberia, Nigeria, Senegal dan
Sierra Leone. Selain keracunan besi aspek lain yang menjadi permasalahan yang
dihadapi oleh para peyani adalah banjir yang membajiri padi akibat hujan.
13
laut. Meskipun rawa-rawa bakau memliki tingkat kandungan garam yang cukup
tinggi, tetapi selama musim hijan tanah tercuci akibat banjir air tawar. Periode
waktu ini berlangsung sangat pendek yakni 4 6 bulan walaupun hal tesebut
terjadi tetaplah sangat lama untuk menumbuhkan padi.
Sekitar 84 % luas rawa bakau dijadikan pertanian sawah, namun dalam
perkembangannya produksi padi tidak dapat meningkat dan bahkan panen
cenderung melambat karena disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut :
Mahalnya biaya pertanian.
Kurangnya peralatan penunjang pelaksanaan aktivitas pertanian sawah di
lahan rawa bakau.
Jauhnya jarak anatar lahan pertanian dengan permukiman warga sehigga
petani tidak dapat mengelola sawah secara optimal.
Kurangnya tenaga yang mau melakukan pertanian di lahan rawa bakau.
Perlindungan bakau dari penebangan karena alasan ekologi.
Kondisi tanah yang mengandung besi, magaan dan toksisitas yang tinggi
mengganggu pertumbuhan padi.
Gulma yang tumbuh khususnya pada lahan rawa yang jauh dari laut.
Hama seperti kepeting yang jauh lebih merusak tanaman.
Produkitivitas lahan ini untuk penanaman padi memang sangat rendah tetapi
karena adanya pembaruan teknologi dan penigkatan aplikasi iput walaupun masih
dibilang kurang jumlahnya produksi beras yang dihasilkan pada lahan mencapai
angka 12,2 ton/Ha.
14
Madagaskar (31 %). Rata-rata produksi beras Afrika yang menggunakan sistem
pertanian sawah irigasi dapat memproduksi 3,57 juta ton/Ha.
Pengembanganlahan basah untuk pertanian ini di wilayah Afrika Timur dan
Barat masih belum sepenuhnya dapat dikembangkan. Di Afrika Barat,pertanian
ini diharapkan dapat berkembang dari 231.000 Ha (1980-84) menjadi 340.000 Ha
di tahun 2000. Data tersbut dianalisis terhadap kegiatan yang dilakukan oleh
Nigeria dan Pantai Gading yang sedang memperdayagunakan lahan basah dan
pengembangan sitem pertanian irigasi.
15
yang didapat oleh para petani akibat serangan serangga, penyakit dan gulma
adalah 33,7 % dari potensi hasil yang diperoleh.
Ilmuwan IRRI sedang meneliti pengembangan varietas Komboka dan Tai di Tanzania.
Sumber : (http://irri.org/images/media_release/20130423-new-rice-in-tanzania-story2.jpg)
Komboka yang berarti dibebaskan dan Tai yang berarti elang memiliki
potensi produksi 6 7,7 ton per hektar (dua kali lebih banyak dibandingkan
dengan varietas padi yang ada saat ini). Komboka adalah varietas padi
beraromatik dan dapat dikembangkan dengan baik di dataran rendah tadah huan
dengan ekosistem air terbatas yang merupakan jenis lahan terluas yang berada di
Tanzania. Kedua varietas baru ini dapat ditanam dua kali dalam setahun yakni
selama musim hujan (Januari Juni) dan (Agustus Desember). Petani
mendapatkan keuntungan yaitu dapat memanennya lebih awal karena varietas ini
16
dapat tumbuh dengan cepat (5 14 hari) dibandingkan dengan varietas lokal.
Varietas ini juga memiliki ketahanan moderat untuk penyakit hawar daun bakteri.
17
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Pertanian merupakan modifikasi terhadap permukaan bumi yang dilakukan secara
sengaja. Sehingga manusia mengusahakan untuk bertahan hidup. Pertanian tidak
hanya membahas mengenai bercocok tanam, melainkan juga membahas mengenai
perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan. Pertanian sendiri memiliki bentuk-
bentuk yang beragam, salah satunya adalah sawah. Pertanian sawah identik dengan
komoditas beras. Di dalam makalah ini pun dibahas pertanian sawah negara-negara
berkembang di benua Asia, Afrika dan Amerika Latin. Bisa disimpulkan jika hampir
semua negara berkembang yang mengusahakan pertanian sawah, memiliki beberapa
kendala. Diantaranya beras yang telah dipanen, di ekspor ke negara lain padahal
jumlah penduduk dan kebutuhan beras di negara pengekspor itu sendiri semakin
meningkat, serta para petani yang belum menggunakan teknologi canggih untuk
pertanian.
18
DAFTAR PUSTAKA
http://www.fftc.agnet.org/library.php?func=view&id=20110630120054&type_id=1
(diakses pada tanggal 1 Juni 2017 pukul 22.44 WIB)
Oteng, J. W. dan Sant, Anna R. Rice Production in Africa: Current Situation and
Issues. http://www.fao.org/docrep/003/x2243t/x2243t05.htm (diakses pada
tanggal 6 Juni 2017 pukul 20.34 WIB)
19