Anda di halaman 1dari 99

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Rumah Sakit Umum Daerah Kanjuruhan Kepanjen


Kabupaten Malang adalah Rumah Sakit Umum Daerah milik pemerintah
Kabupaten Malang terletak diatas tanah seluas 32,140 m 2 dengan
bangunan yang didirikan dan digunakan untuk operasional pelayanan
sampai saat ini seluas 11,550 m 2, berada dimalang selatan dan
mempunyai 270 TT dengan tingkat hunian rata-rata 79,31 % pertahun.
Wilayah dispersi atau jangkauan pelayanan Rumah Sakit meliputi Malang
selatan hingga perbatasan Kabupaten Blitar dan Lumajang. Saat ini
RSUD Kanjuruhan kepanjen telah Terakreditasi Paripurna sesuai
dengan keputusan mentri kesehatan RI tanggal 23 Mei 2016 No.
811/MENKES/SK/X/2016, tentang peningkatan kelas RSUD Kanjuruhan
Kepanjen Kabupaten Malang dari kelas C menjadi kelas B non pendidikan
yang kemudian ditindak lanjuti dengan peraturan Bupati Malang No. 16
Tahun 2007 tentang susunan organisasi dan tata kerja Rumah Sakit
Umum Daerah.

Ruang Diponegoro merupakan salah satu Instalasi Rawat Inap (IRNA)


di RSUD Kanjuruhan Kepanjen dengan unggulan kasus bedah yang
menyediakan ruang perawatan kelas II dan kelas III. Ruang Diponegoro
terletak di area paling selatan dari RSUD Kanjuruhan Kepanjen dan
sebelah utara berbatasan dengan tempat parkir mobil karyawan RSUD
Kepanjen, kemudian sebelah selatan berbatasan dengan SDN Panggung
Rejo 4, sebelah barat berbatasan dengan Jalan Raya Panji, dan sebelah
timur berbatasan dengan Ruang Imam Bonjol.

Model asuhan keperawatan profesional yang saat ini sedang


dilaksanakan Instalasi Rawat Inap Diponegoro Rumah Sakit RSUD
Kanjuruhan Kepanjen adalah model asuhan keperawatan profesional
dengan metode tim. Kelebihan dari metode ini adalah memungkinkan
pelayanan keperawatan menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses
keperawatan, serta memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga
konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim
(Nursalam, 2015). Namun dari metode ini belum optimal dilaksanakan

1
diruang Diponegoro dikarenakan kurangnya tenaga perawat sehingga
karu dan katim merangkap menjadi perawat pelaksana.

Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan metode asuhan keperawatan


professional model tim di Ruang Diponegoro perlu dilakukan evaluasi
bagi ruangan untuk kesinambungan pelaksanaan Manajemen Asuhan
Keperawatan Profesional secara keseluruhan serta kami juga mencoba
menerapkan pemberian asuhan keperawatan profesional di Ruang
Diponegoro RSUD Kanjuruhan Kepanjen.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana aplikasi MAKP di ruang IRNA Diponegoro selama ini ?
2. Bagaimana inovasi MAKP di ruang IRNA Diponegoro sesuai
pengkajian yang muncul?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan,
mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami prinsip
manajemen keperawatan dan mampu mengelola pelayanan profesional
tingkat dasar secara bertanggung jawab dan menunjukkan sikap
kepemimpinan yang profesional dan melakukan model asuhan
keperawatan profesional sesuai dengan prinsip MAKP yang dijalankan
pada Ruang Diponegoro RSUD Kanjuruhan Kepanjen.

1.3.2 Tujuan Khusus


Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran klinik manajemen
dan kepemimpinan keperawatan, peserta didik mampu :
1. Menerapkan konsep, teori dan prinsip manajemen
keperawatan dalam pengelolaan pelayanan keperawatan dan
pengelolaan asuhan keperawatan pada klien ditingkat unit atau
ruang disuatu tatanan pelayanan kesehatan.
2. Berperan sebagai agen pembaharu dan model peran dalam
kepemimpinan dan pengelolaan pelayanan keperawatan profesional
tingkat dasar.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
1. Mampu mengkaji fungsi-fungsi keperawatan manajemen dan
mengaplikasikan ilmu manajemen di ruangan.
2
2. Mendapatkan pengalaman real dalam mengaplikasikan ilmu
manajemen keperawatan di wahana praktik
3. Mampu berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang
ditemukan secara manajerial

1.4.2 Bagi Ruangan


Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang profesional
sekaligus mendapatkan solusi permasalahan manajerial di ruangan

1.4.3 Bagi Klien


1. Meningkatkan kepercayaan klien pada perawat dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan.
2. Klien mendapatkan asuhan keperawatan sesuai dengan teori
manajemen keperawatan
3. Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang
memuaskan.
4. Tingkat kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan
tinggi.

3
BAB II

2.1 Gambaran Umum RSUD Kanjuruhan Kepanjen


Rumah Sakit Umum Daerah Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang
yang disingkat RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang adalah
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan
kesehatan perorang secara paripurna dengan mengutamakan pengobatan
dan pemulihan tanpa mengabaikan peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit yang dilaksanakan melalui penyediaan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, gawat darurat (emergency) dan tindakan medik. Berdasarkan letaknya
RSUD Kanjuruhan Kepanjen berada di Jln. Panji No. 100 Penarukan
Kepanjen Kabupaten Malang. Sebelah utara RSUD Kanjuruhan Kepanjen
berbatasan dengan kantor Pemkab Malang, kemudian sebelah barat
berbatasan dengan Jalan Raya Panji dan Yonzipur, sebelah selatan
berbatasan dengan SDN Panggung Rejo 4, dan sebelah timur berbatasan
dengan STIKES Kepanjen.
RSUD Kanjuruhan Kepanjen adalah Rumah Sakit tipe B dengan
predikat Paripurna non pendidikan yang menyediakan pelayanan kesehatan
perorangan dengan mengutamakan pengobatan dan pemulihan tanpa
mengabaikan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit yang
dilaksanakan melalui penyediaan pelayanan rawat inap, rawat jalan, gawat
darurat, instalasi bedah sentral, farmasi, gizi dan sterilisasi sentral, serta
pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi dan tindakan medik.
4
2.2 Gambaran Ruang Diponegoro
Instalasi Rawat Inap (IRNA) Diponegoro merupakan ruang perawatan
bedah. IRNA Diponegoro terdiri dari 2 kelas yaitu kelas II dan kelas III.
Pasien rencana pembedahan ortopedi, bedah umum, bedah saraf, bedah
mata dapat di rawat di ruangan ini. IRNA Diponegoro juga menerima
pasien kasus penyakit dalam, kulit dan THT yang termasuk raber (rawat
bersama).
Ruang IRNA Diponegoro merupakan bangunan yang terletak di paling
selatan dari RSUD Kanjuruhan yang di sebelah barat berbatasan dengan
jalan Raya Panji dan sebelah timur berbatasan dengan IRNA Imam Bonjol.
Sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan SD Panggung dan sebelah
utara berbatasan dengan tempat parkir. Instalasi Rawat Inap (IRNA)
Diponegoro di bagi menjadi 2 ruang yaitu ruang diponegoro atas dan
bawah. Ruang diponegoro atas di khususkan untuk pasien berjenis kelamin
wanita, sedangkan di ruang diponegoro bawah di khususkan untuk pasien
berjenis kelamin laki-laki. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa ruang
diponegoro atas atau bawah dapat diisi oleh pasien laki-laki ataupun
perempuan pada saat kondisi tidak memungkinkan seperti ruang
diponegoro bawah atau atas dalam keadaan penuh.
Jumlah tempat tidur di instalasi rawat inap Diponegoro atas dan
bawah sebanyak 48 tempat tidur dengan klasifikasi sebagai berikut: 44
tempat tidur terdiri dari 8 tempat tidur kelas II dan 36 tempat tidur kelas
III. Untuk 8 tempat tidur kelas II ada di kamar I dan 36 tempat tidur kelas
III ada di kamar 2, 3, 4 dan 4 tempat tidur isolasi ada di kamar Isolasi 1
dan 2 lantai atas dan bawah. Untuk kasus yang membutuhkan isolasi
misalnya DM dengan Gangren, combustio, tetanus, pasien dengan cidera
kepala dalam kondisi gaduh dan gelisah.

2.3 MAKP

Setelah dilakukan wawancara pada tanggal 23 Januari 2017 pada


Karu Ruang Diponegoro didapatkan data bahwa, di ruang Diponegoro
menggunakan MAKP model Tim. Metode ini diharapkan agar tim yang
terdiri atas anggota yang berbeda-beda optimal dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap sekelompok pasien. Berdasarkan fungsi dan
kelebihan MAKP model tim Menurut Huston (1998) dalam Nursallam (2015)
yaitu:

5
Kelebihan MAKP model tim:

a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh

b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan

c. Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah di


atasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.

Kelemahan:

Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk


konferensi tim (pre, intra post), yang biasanya membutuhkan waktu, yang
sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.

Konsep metode Tim:

a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan


berbagai
teknik kepemimpinan;

b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana


keperawatan
terjamin;

c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim;

d. Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan
berhasil bila
didukung oleh kepala ruang.

Tanggung jawab anggota Tim:

a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dibawah


tanggungjawabnya

b. Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim

c. Memberikan laporan

Tanggung jawab ketua Tim:

a. Membuat perencanaan
6
b. Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi

c. Mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai


tingkat kebutuhan pasien

d. Mengembangkan kemampuan anggota

e. Menyelenggarakan konferensi

Tanggung jawab kepala ruang:

a. Perencanaan:

a) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas diruangan masing masing

b) Mengikuti serah terima pasien pada sift sebelumnya

c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: gawat, transisi,


dan persiapan pulang, bersama ketua tim.

d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan


aktivitas dan kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur
penugasan/ penjadwalan

e) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan

f) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,


tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan, dan
mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan
terhadap pasien.

g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk


kegiatan membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan, membimbing
penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan,
mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah, serta memberikan
informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk.

h) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri

i) Membantu membimbing peserta didik keperawatan

j) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit.

b. Pengorganisasian
7
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan

b) Merumuskan tujuan metode penugasan

c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas

d) Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2 ketua tim


dan ketua tim membawahi 2-3 perawat

e) Mendelegasikan tugas, saat kepala ruangan tidak berada di tempat


kepada ketua tim

f) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus


administrasi pasien

c. Pengarahan

a) Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim

b) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas


dengan baik

c) Memberikan motivasi dan peningkatan pengetahuan,


keterampilan, dan sikap

d) Menginformasikan hal hal yang dianggap penting

e) Membimbing bawahan yang kesulitan dalam menjalankan tugas

f) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain

d. Pengawasan

a) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung


dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan
yang diberikan kepada pasien

b) Melalui supervisi:

1) Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi,


mengamati sendiri dan melalui laporan langsung secara lisan

2) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir


ketua tim, memeriksa dan membaca rencana keperawatan

8
3) Evaluasi

Kepala Ruangan

Ketua TIM Ketua TIM

Anggota / PP Anggota / PP

Klien/pasien Klien/pasien

Gambar 2.1 Sistem Pemberian MAKP Metode TIM (Nursalam, 2015)

2.4 M1 (MAN)
2.4.1 Tenaga Keperawatan
Tabel 2.1 Klasifikasi Tenaga Keperawatan IRNA Diponegoro RSUD
Kanjuruhan Kabupaten Malang

No Klasifikasi Jenis Jumla Jumla Prosen


Kepegaw h h tase
ain Total
1. S1 PNS 1 3 14,78%
HHL 2
Keperawata
n
2. DIII PNS 9 18 85,22%
HHL 9
Keperawata
n
Jumlah 21 100%

9
Berdasarkan tabel 2.1 jumlah perawat di IRNA Diponegoro RSUD
Kanjuruhan Kepanjen sebanyak 21 orang perawat, dengan klasifikasi S1
Keperawatan PNS dan HHL berjumlah 3 orang (14,78%), sedangkan DIII
Keperawatan PNS dan HHL berjumlah 18 orang (85,22%).

2.4.2 Tenaga Non Keperawatan


Tabel 2.2 Tenaga Non Keperawatan IRNA Diponegoro RSUD Kanjuruhan
Kepanjen

No Kualifikasi Jumlah Presentase


1. Administrasi 2 50%
2. Trasporter 2 50%
TOTAL 4 100%

Berdasarkan tabel 2.2 jumlah tenaga non keperawatan berjumlah 4


orang. Dengan klasifikasi, tenaga administrasi berjumlah 2 orang (50%)
dan tenaga transporter berjumlah 2 orang (50%)

2.4.3 Kualifikasi
Berdasarkan wawancara dengan perawat ruangan IRNA Diponegoro
dan file kepegawaian IRNA Diponegoro RSUD Kanjuruhan Kepanjen
sebagai berikut:

Tabel 2.3 Kualifikasi Tenaga Perawat

No Nama Pendidik Masa Jenis Pelatihan


an Kerja Keteranga Yang Pernah
n Diikuti
1 SITI DIII 28 thn PNS Pencegahan
MAROPAH, infeksi, Pasien
Amk safety,
Manajemen
laktasi, PPGD,
Managemen
keperawatan,
MPKP,
Pelayanan
primer,
Training
penatalaksana
an pasien
nyeri dan

10
terminal.

2 Warti, Amd. DIII 13 thn PNS Pelatihan


Kep
manajeme
n
keperawat
an krisis
pasien CVA
dan pasca
bedah
Penangan
an dan
evakuasi
pasien
Bencana
kebakaran
di RS
Pelatihan
MPKP
Pelatihan
kepemim
pinan

3 ANDRI S, S. Ners 1.5 thn HHL BCLS


Kep., Ns

4 OMY ELI DIII 11 thn PNS PPDG,


LAMAS, Amd. Perioperatif
Kep care in
urology
patients,
pengendalian
HIV/AIDS
bagi petugas
kesehatan,
pelayanan
prima, MPKP,
Penataksanaa
n pasien nyeri
dan terminal.

5 KAIDEN BUDI DIII 11 thn PNS BCLS, PPI,

11
W, Amd. Kep Workshop on
Wound
Management,
Workshop
EKG, MPKP

6 ANIK DIII 11 thn PNS Pengendalian


KASIYATIN, HIV/AIDS
Amd. Kep bagi petugas
kesehatan, Uji
kompetensi,
Pelatihan
Pelayanan
Prima, Update
Bedah
Laparascopy
&
Pemeriksaan
Gas Darah,
Workshop
EKG,
Pelayanan
Prima

7 Titak abet DIII 1 thn HHL PMI


nego, Amd. Kep BLS
KSR dasar
PMI
Penanggulang
an bencana
PMI

8 ERNA PUSPITA Ners 6 thn PNS Basic


SARI, S. Kep, Mentality
Ns Training,
Pekerti,
Pelatihan
Pelayanan
Prima, MPKP,
Hospital
Banchmarkin
g a Dedication
for Safety and
excellence

9 ANITA DINI DIII 5 thn HHL BCLS,


LESTARI, Amd. Simposium,
Kep Perawatan
12
Anastesi,
Pelayanan
prima

10 KASMIATUN, DIII 11 thn PNS APN, CVU,


Amd. Kep MPKP,
Pelayanan
Prima

11 IKA PUTRI DIII 4 thn HHL BLS, TOEFL,


KARTIKA SARI, Meningkatkan
Amd. Kep kualitas hidup
perempuan
melalui
optimalisasi
kesehatan
reproduksi,
uji kompetisi

12 ISWIYATI, DIII 4 thn HHL BCLS, PPGD


Amd. Kep ON, SeRVICE
Exellent

13 IDA DII 10 thn HHL BCLS, MPKP,


ISUSSRIANIN Pelayanan
GTYAS Prima,
RAHAYU, Amd. Victoria
Kep English
Course

14 M. SHOLEH, DIII 19 thn PNS BCLS,


Amd. Kep Pengendalian
HIV/AIDS,
Pelayanan
Prima, MPKP

15 RAFIKA, Amd. DIII 5 thn HHL Has Joined


Kep English
Nursing, Has
Taking Toefl,
BCLS,
Pelayanan
Prima, MPKP,
Management
Laktasi

13
16 CHANDRA
PUSPITA S,
Amd. Kep DIII 3 thn HHL BLS

17 JOHAN DIII 1 thn HHL BLS, Praktik


SALASAH, Keperawatan
Amd. Kep Jiwa

18 YUDHA RICKY DIII 1 thn HHL BCLS


SETIAWAN,
Amd. Kep

19 M. RIDWAN, S. Ners 1 thn HHL BCLS


Kep Ners

20 Agung DIII 1 thn BCLS


Haristyawan,
Amd.Kep

21 Surahmad, DIII 7 thn PNS BCLS,


Amd.Kep Pelayanan
Prima

Berdasarkan tabel 2.3 dapat ditarik hasil bahwa perawat yang telah
mengikuti pelatihan MPKP berjumlah 6 orang, pelatihan Pelayanan Prima
9 orang, pelatihan Manajemen Keperawatan 2 orang, dan 12 orang telah
mengikuti pelatihan rawat luka bedah. Dapat disimpulkan bahwa
mayoritas perawat ruang IRNA Diponegoro telah mengikuti pelatihan
keperawatan bedah dan manajemen bangsal yang dapat menunjang tugas
sebagai perawat ruangan.

14
2.4.4 Tingkat Ketergantungan Pasien Dan Kebutuhan Tenaga Perawat
Berdasarkan Metode penghitungan Douglas, tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga keperawatan
secara keseluruhan di Ruang Diponegoro pada tanggal 23 s/d 25 Januari 2017 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.4 Kebutuhan Tenaga Keperawatan di Ruang Diponegoro tanggal 23 s/d 25 Januari 2017

Tingkat Jumlah Kebutuhan Tenaga


Ketergantu 23/01/2017 24/01/2017 25/01/2017
ngan Jmlh P S M Jmlh P S M Jmlh P S M
Pasien Pasie Pasie
n n
Total 2 0.72 0.6 0.4 1 0.36 0.3 0.20 1 0.36 1,2 0,8
Parsial 15 4.5 2.25 1.5 14 3.78 2.1 0.98 18 4.86 3,3 1,54
Mandiri 14 2.3 1.96 1.4 16 2.72 2.24 1.6 17 2.89 1,4 1
Jumlah 31 7.52= 4.81 3.33 31 6.86 4.64 = 2.78 36 8.1 = 5.38 3.16
(7 = (5 (3org) = (5 org) = (8 = =
orng) org) (7 (3 org) org) (5 (3
org) org) org)
Sumber : Buku dan observasi Ruang Diponegoro, Tahun 2017

Total kebutuhantenaga perawat tgl 23-01-2017: Total kebutuhantenaga perawat tgl 24-01-2017: Total
kebutuhantenaga perawat tgl 25-01-2017:

Pagi : 7 orang Pagi : 7 orang Pagi : 8 orang

Sore : 5 orang Sore : 5 orang Sore : 5 orang

Malam : 3 orang + Malam : 3 orang + Malam : 3 orang

15
Total 15 orang Total : 15 orang Total : 16 orang

16
Berdasarkan analisa kebutuhan tenaga keperawatan di Ruang
Diponegorodari tanggal 23-25 Januari 2017 didapatkan bahwa rata rata
kebutuhan tenaga perawat pada shift pagi sebanyak 7 orang, shift sore 5
orang dan shift malam 3 orang.

Tabel 2.5 Perbandingan tenaga perawat yang tersedia dengan


tingkatketergantungan pasien di Ruang Diponegoro tanggal 23 s/d 25
Januari 2017

Shift Kebutuhan Tenaga yang Jumlah Tenaga


Tenaga tersedia yang kurang
23-25/01/2017 23-25/01/2017 23-25/01/2017
Pagi 7 perawat 6 perawat 1 perawat
Sore 5 perawat 4 perawat 1 perawat
Malam 3 perawat 4 perawat 0
Total 15 perawat
Sumber : Observasi Ruang Diponegoro, tanggal 23 s/d 25 Januari 2017

Dari hasil pengkajian dari tanggal l 23 s/d 25 Januari 2017 di


Ruang Diponegoro dapat diketahui bahwa kebutuhan tenaga perawat
shift pagi yaitu7 perawat, shift sore 5 perawat dan shift malam 4
perawat sedangkan jumlah tenaga yang tersedia untuk tiap shift
berjumlah 6 perawat pada shift pagi, 4 perawat shift sore dan 4 perawat
shift malam sementara jumlah tenaga yang kurang yaitu 1 perawat pada
shift pagi, 1 perawat pada shift sore.

2.4.5 BOR (Bed Occupacy Rate)


Menurut Keliat, dkk (2006) BOR adalah proporsi pemakaian
tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Nilai yang didapat
menggambarkan tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur.
Standar Internasional BOR dikatakan baik jika nilainya 80%-90%
sedangkan standar nasional adalah antara 70%-80%.

a. BOR ruangan Diponegoro pada tanggal 23 s.d 25 Januari 2017

Tabel 2.6 BOR (Bed Occupacy Rate) pada ruangan Diponegoro atas
RSUD Kanjuruhan

No Hari/tgl Jumlah bed Bor

1. Senin 23 48 bed 34/48x100 =


januari

17
2017 (kososng 17) 70.8 %

2. Selasa 24 48 bed 34/48x100=


Januari 70.8%
(17 kosong)
2017

3. Rabu, 25 48 bed 36/48x100= 75%


Januari
(12 kosong)
2017

Berdasarkan hasil perhitungan BOR per hari pada tanggal 23 Januari


2017 menunjukan bahwa nilai BOR berada pada nilai >70% sehingga
dapat disimpulkan bahwa penggunaan tempat tidur berdasarkan standar
nasional dapat dikatakan baik

2.4.6 Struktur Organisasi MAKP IRNA Ruang Diponegoro

STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI RAWAT INAP

Direktur
18

Wadir pelayanan
Kepala
PerawatBidang Kepala Bidang
Perawat Perawat
Kepala Instalasi Perawat
Kepala
Pelaksana
bidang
Pelayanan Ketua Tim I
Penunjang Wakil
Kepala
Kepala
Ruang
Ruang Ketua Tim II
Pelaksana Pelayana
Pelaksana
Medik Pelaksana Pelaksana
keperawatan
administrasi
Transponder Transponder

Gambar 2.2 Struktur Organisasi IRNA Diponegoro

M2 MATERIAL (Sarana dan Prasarana)


2.4.7 Penataan Gedung dan Denah Ruang Diponegoro
19
1. Ruang Diponegoro bagian atas terdiri dari 24 Tempat Tidur
- Kamar I sebelah Timur terdiri 4 Tempat Tidur
- Kamar II sebelah Barat terdiri 6 Tempat Tidur
- Kamar III sebelah Barat terdiri 6 Tempat Tidur
- KamarIV sebelah Barat terdiri 6 Tempat Tidur
- Kamar Isolasi I sebelah Barat terdiri 1 Tempat Tidur
- Kamar Isolasi II sebelah timur terdiri 1 Tempat Tidur
2. Ruang Diponegoro bagian bawah terdiri dari 24 Tempat
Tidur
- Kamar I sebelah Timur terdiri 4 Tempat Tidur
- Kamar II sebelah Barat terdiri 6 Tempat Tidur
- Kamar III sebelah Barat terdiri 6 Tempat Tidur
- Kamar IV sebelah Barat terdiri 6 Tempat Tidur
- Kamar Isolasi I sebelah Barat terdiri 1 Tempat Tidur
- Kamar Isolasi II sebelah timur terdiri 1 Tempat Tidur
Data di atas menunjukkan bahwa, tempat tidur (TT) berjumlah
48 TT yang terdiri dari 24 TT pada Diponegoro atas, 24 TT pada
Diponegoro bawah.

3. Denah Ruang Diponegoro


Lokasi denah Ruang Diponegoro RSUD Kanjuruhan Kepanjen sebagai
berikut :
- Sebelah utara berbatasan dengan lapangan parkir
- Sebelah selatan berbatasan dengan SDN Panggungrejo 4
- Sebelah barat berbatasan dengan pintu keluar RS
- Sebelah timur berbatasan dengan Ruang Imam Bonjol

18 ISO 2 (17)
ISO 1 (16)
18

18
Ruang 4 (15)

Jalan

9
2
1
3 4 5

10

18 2 7 6
Ruang 3 (14)
8 20
11

18 Ruang 1(12) 18
Ruang 2 (13)
Gambar 2.5 Denah Lokasi Ruang Diponegoro At

Gambar 2.3 Denah Ruang Diponegoro Bawah

Keterangan :

1. Nurse station
10. Ruang sentralisasi obat
11. Tempat Linen dan Troli
2. Administrasi, Visite dokter
3. Ruang alat RL
4. Toilet petugas 12. Ruang 1
5. Ruang ganti perawat 13. Ruang 2
6. Ruang Mahasiswa 14. Ruang 3
7. Ruang KIE 15. Ruang 4
8. KM perawat 16. Ruang isolasi 1
9. Dapur 17. Ruang isolasi 2
18. KM Pasien

21
18 ISO 2 (17)
ISO 1 (16)
18

18
Ruang 4 (15)

Jalan

9
2
1
3 4 5

10

18 2.1 7 6
Ruang 3 (14)
8
11

18 Ruang 1(12) 18
Ruang 2 (13)

Gambar 2.4 Denah Ruang Diponegoro Bawah


Keterangan :

1. Nurse station
2. Administrasi, Visite dokter 10. Ruang sentralisasi obat
3. Ruang alat 11. Tempat Linen dan Troli
4. Toilet petugas RL
5. Ruang ganti perawat 12. Ruang 1
6. Ruang Mahasiswa 13. Ruang 2
7. Ruang KIE 14. Ruang 3
8. KM perawat 15. Ruang 4
9. Dapur 16. Ruang isolasi 1
17. Ruang isolasi 2
18. KM Pasien 22
Berdasarkan wawancara kepada kepala ruang Diponegoro tentang denah ruang
Diponegoro, didapatkan penjelasan bahwa, lantai 2 ruang Diponegoro, memiliki
Spool Hoek yang berada tepat di samping tangga menuju ke lantai bawah. Enam
meter dari tangga, menghadap ke arah barat terdapat Nurse Station, dan tepat di
belakangnya terdapat ruang ganti perawat bersebelahan dengan ruang
penyimpanan obat. Tiga meter dari nurse station, terdapat kamar perawatan 1
yang memiliki kapasitas 4 bed dan di huni oleh pasien kelas 2. Satu setengah
meter dari kamar perawatan 1 terdapat kamar perawatan 2, yang memiliki
kapasitas 6 bed, dan di huni oleh pasien kelas 3. Satu meter dari kamar perawatan
2 terdapat kamar perawatan 3, yang memiliki kapasitas 6 bed, dan di huni oleh
pasien kelas 3. Dua meter dari kamar perawatan 3 terdapat kamar perawatan 4,
yang memiliki kapasitas 6 bed, dan di huni oleh pasien kelas 3. Tepat berada di
utara kamar perawatan 4 terdapat kamar isolasi 1, yang memiliki kapasitas 1
bed.Pada arah timur dari kamar isolasi 1 terdapat kamar isolasi 2, yang memiliki
kapasitas 1 bed. Dua meter dari kamar isolasi 2, terdapat ruang tunggu keluarga
pasien.

Berdasarkan wawancara kepada kepala ruang Diponegoro tentang denah ruang


Diponegoro, didapatkan penjelasan bahwa, lantai 2 ruang Diponegoro, memiliki
Spool Hoek yang berada tepat di samping tangga menuju ke lantai bawah. Enam
meter dari tangga, menghadap ke arah barat terdapat Nurse Station, dan tepat di
belakangnya terdapat ruang ganti perawat bersebelahan dengan ruang
penyimpanan obat. Tiga meter dari nurse station, terdapat kamar perawatan 1
yang memiliki kapasitas 4 bed dan di huni oleh pasien kelas 2. Satu setengah
meter dari kamar perawatan 1 terdapat kamar perawatan 2, yang memiliki
kapasitas 6 bed, dan di huni oleh pasien kelas 3. Satu meter dari kamar perawatan
2 terdapat kamar perawatan 3, yang memiliki kapasitas 6 bed, dan di huni oleh
pasien kelas 3. Dua meter dari kamar perawatan 3 terdapat kamar perawatan 4,
yang memiliki kapasitas 6 bed, dan di huni oleh pasien kelas 3. Tepat berada di
utara kamar perawatan 4 terdapat kamar isolasi 1, yang memiliki kapasitas 1
bed.Pada arah timur dari kamar isolasi 1 terdapat kamar isolasi 2, yang memiliki

23
kapasitas 1 bed. Dua meter dari kamar isolasi 2, terdapat ruang tunggu keluarga
pasien.

2.4.8 Inventaris Peralatan Ruang Diponegoro


a. Alat tenun
Inventaris alat tenun Ruang Diponegoro RSUD Kanjuruhan
Kepanjen tahun 2017 dapat dilihat dalam gambar di bawah ini :

Gambar 2.5 Alat tenun di Ruang Diponegoro RSUD Kanjuruhan


Kepanjen
Sumber: Lampiran Surat Keputusan Direktur RSUD Kanjuruhan tentang
standar
alat tenun rumah sakit.

Gambar di atas menjelaskan bahwa alat tenun RSUD Kanjuruhan


Kepanjen di ruang Diponegoro, terdapat jumlah alat yang kurang (65%),
alat yang telah sesuai dengan standar (30%), dan alat yang melebihi
standar (5%) dari total 22 item alat tenun.

Lampiran Surat Keputusan Direktur RSUD Kanjuruhan Kepanjen


tentang standar linen rumah sakit, menjelaskan bahwa beberapa jumlah
alat tenun belum sesuai dengan standar yang ditentukan, banyak jumlah
alat yang kurang seperti sprei hijau, sarung bantal hijau.

b. Alat Kesehatan
Inventaris alat kesehatan di Ruang Diponegoro RSUD Kanjuruhan
Kepanjen tahun 2017 dapat dilihat dalam gambar di bawah ini :

24
Gambar 2.6 Alat kesehatan di ruang DiponegoroRSUD Kanjuruhan
Kepanjen
Sumber : Data Inventaris bulan Juli - Desember 2016 Ruang
Diponegoro

Gambar di atas menjelaskan bahwa alat kesehatan RSUD Kanjuruhan


Kepanjen pada ruang Diponegoro, terdapat jumlah alat yang kurang
(62,7%), alat yang telah sesuai dengan standar (27,4%), dan alat yang
melebihi standar (9,8%) dari total 51 item alat kesehatan.

Lampiran tabel data inventaris pada bulan Juli - Desember 2016,


menjelaskan beberapa jumlah alat kesehatan di Ruang Diponegoro sudah
sesuai dengan standart seperti Ambu bag, Arteri Klem, Bengkok dll, tetapi
masih juga ada alat yang kurang dari standart seperti gunting gips dan
gliserin spuit.

Selain alat-alat di atas perawat ruangan pun di fasilitasi alat lainnya


seperti seperti Masker, Handscoon dan Scoret sebagai universal
precaution di mana jumlahnya sebanding dengan jumlah pasien.

c. Alat Rumah Tangga


Inventaris alat rumah tangga di Ruang Diponegoro RSUD Kanjuruhan
Kepanjen tahun 2016 dapat dilihat dalam gambar di bawah ini :

25
Gambar 2.8 Alat rumah tangga di ruang Diponegoro RSUD Kanjuruhan
Kepanjen
Sumber : Data Inventaris bulan Juni - Desember 2016 Ruang Diponegoro
RSUD Kanjuruhan

Gambar di atas menjelaskan bahwa alat rumah tangga RSUD


Kanjuruhan Kepanjen pada ruang Diponegoro, terdapat jumlah alat yang
kurang (35%), alat yang telah sesuai dengan standar (38%), dan alat yang
melebihi standar (28%) dari total 35 item alat rumah tangga.

Ruang Diponegoro pun memiliki administrasi penunjang lainnya


seperti Buku laporan timbang terima, buku TTV, buku Injeksi dan buku
Visite yang jumlahnya memadai.

d. Fasilitas untuk Pasien


Inventaris fasilitas untuk pasien di Ruang Diponegoro RSUD
Kanjuruhan Kepanjen tahun 2017 dapat dilihat dalam gambar di bawah
ini :

26
Gambar 2.9 Fasilitas untuk pasien di ruang Diponegoro RSUD
Kanjuruhan Kepanjen
Sumber : Data Inventaris bulan Juni - Desember 2016 Ruang Diponegoro
RSUD Kanjuruhan

Gambar di atas menjelaskan bahwa alat kesehatan RSUD Kanjuruhan


Kepanjen pada ruang Diponegoro, terdapat jumlah alat yang kurang
(10%), alat yang telah sesuai dengan standar (40%), dan alat yang
melebihi standar (50%) dari total 9 item alat rumah tangga.

Fasilitas ruang rawat inap, pada rumah sakit standar tipe B dari
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, berupa :

a. Tempat tidur pasien.


b. Lemari.
c. Nurse call pada ruang Isolasi dan VIP.
d. Meja.
e. Kursi.
f. Televisi pada VIP.
g. Tirai pemisah (sketsel).
h. Telepon.
i. Alat monitoring TTV pasien.
j. Standart infus.
k. Wastafel.
l. Perlengkapan dapur.

Ruang Diponegoro RSUD Kanjuruhan Kepanjen sebagian besar telah


memenuhi kriteria pada poin A, B, C, D, E, F, G, H, J, K, L. Tirai pemisah
tersedia akan tetapi tidak terpasang keseluruhan (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2010).

27
Peraturan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, bahwa
tata letak ruang rawat inap pada rumah sakit tipe B, terdiri dari :

a. Ruang perawatan.
b. Nurse Station.
c. Ruang konsultasi.
d. Ruang tindakan.
e. Ruang administrasi.
f. Ruang dokter jaga.
g. Ruang diskusi.
h. Ruang kepala instalasi rawat inap.
i. Ruang loker.
j. Ruang linen bersih.
k. Ruang linen kotor.
l. Spoolhoek.
m. Kamar mandi (pasien/petugas).
n. Dapur kecil.
o. Ruang tempat penyimpanan alat medis.
p. Ruang untuk menyimpan alat-alat kebersihan.
q. Ruang perawatan isolasi.

Ruang Diponegoro RSUD Kanjuruhan Kepanjen sebagian besar telah


memenuhi kriteria pada poin A, B, C, D, E, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q. Poin
F untuk ruang dokter jaga, terpusat di IGD jika pagi hari (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2010 : 27).

Selain alat-alat di atas perawat ruangan pun di fasilitasi alat lainnya


seperti seperti Masker, Handscoon dan Scoret sebagai universal precaution
di mana jumlahnya sebanding dengan jumlah perawat.

Persediaan consumable (alat habis pakai) selalu tersedia sesuai yang


dibutuhkan pasien, tidak ada kehabisan stok atau meminjam persediaan
ruangan lain. Secara keseluruhan telah sesuai standar kebutuhan pasien
pada rumah sakit tipe B.

2.5 M3 METHOD
2.5.1 MAKP (Metode Asuhan Keperawatan)
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang Diponegoro,
diperoleh data bahwa Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
yang dilakukan di Ruang Diponegoro saat ini menerapkan model asuhan

28
keperawatan tim. Perawat dibagi menjadi 2 tim yakni Tim I dan Tim II
dimana seorang Karu membawahi Katim dan Katim membawahi Perawat
Pelaksana. Katim I yaitu Diponegoro atas dan Katim II Diponegoro
Bawah. Sehingga peran dan tanggung jawab perawat sesuai dengan
tugasnya. Berikut adalah struktur Tim I dan II :

Kepala Ruang

Ketua tim 1
Ketua tim 2

Perawat pelaksana
Perawat pelaksana

Klien / pasien Klien / pasien

Gambar 2.10 Penerapan model MAKP

Berdasarkan kondisi ruang diponegoro yang bertingkat serta model MAKP Tim
modifikasi, tenaga keperawatan dibagi atas 2 tim yaitu tim 1 merawat pasien di
lantai 2 sedangkan tim 2 merawat pasien di lantai 1. Tim 1 dipimpin oleh katim Ibu
Erna Puspita Sari S. Kep. Ns, tim 2 dipimpin oleh katim 2 Ibu Warti Amd. Kep dan
membawahi 2 perawat PP di masing-masing tim. Jadwal shift dibagi menjadi tiga
bagian yaitu dinas pagi jam 07.00-14.00, dinas sore 14.00-21.00, dinas malam
21.00-07.00 dengan jumlah tenaga keperawatan dinas pagi 6 orang, dinas sore 4
orang dan dinas malam 4 orang yang terbagi dua ruangan diponogoro atas dan
bawah.

2.5.2 Timbang Terima/operan


Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan timbang terima tanggal 23
s/d 25 Januari 2017 menurut rumus Gillis, dalam 3 shift berbeda oleh

29
tenaga keperawatan di ruang diponegoro diperoleh hasil sebagai
berikut :

Gambar 2.11 Timbang Terima

Hasil dari pelaksanaan metode timbang terima diruang diponegoro


telah berjalan dengan pencapaian 80% pada Shift pagi, 65% shift sore
dan 50% shift malam. Pelaksanaan timbang terima dilakukan di bed
pasien dengan berkeliling disetiap kamar pasien, perawat shift
sebelumnya menyampaikan materi timbang terima dan perawat shift
baru mendengarkan serta mencatat di buku harian.Pelaksanaan timbang
terima terkadang tidak sesuai dengan SPO Diantaranya sebanyak 20%
pada Shift pagi tidak mengucapkan salam saat masuk maupun keluar
kamar pasien serta memperkenalkan nama yang bertanggung jawab saat
pagi jarang dilakukan, sedangkan 35% pada Shift sore dan 50% pada
shift malam timbang terima hanya dilakukan di Nurse station sehingga
alur timbang terima sesuai SOP tidak dilakukan secara maksimal, dimana
kelemahannya adalah pasien dan keluarga tidak mengetahui perawat
penanggung jawab shift baru, validasi keadaan pasien yang dilakukan
dengan berkeliling tiap kamar tidak tercapai.

2.5.3 Conference
Pre conference adalah komunikasi antara ketua tim dan perawat
pelaksana setelah selesai operan untuk merencanakan kegiatan pada

30
shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diruang Diponegoro tanggal
23 s/d 25 Januari 2017 menurut rumus Gillis tentang pelaksanaan Pre
conference di Ruang Diponegoro di peroleh hasil sebagai berikut :

Gambar 2.12 Conference

Hasil dari pelaksanaan prekonfren di ruang Diponegoro pada


hari 1 sebesar 50% , hari ke 2 sebesar 65% dan Hari ke3 sebanyak 60%.
Pre conferencesudah dilakukan setiap hari akan tetapi belum sepenuhnya
mengikuti SOP yang berlaku, perlunya membaca SOP sebelum
dilakukannya pre conference maupun post conference untuk
memaksimalkan pelaksanaan pre, middle dan post conference. Post
conference yang dilakukan bertujuan untuk mengevaluasi asuhan
keperawatan yang telah dikerjakan sepanjang shift.

2.5.4 Ronde Keperawatan


Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang Diponegoro,
Ronde keperawatan belum memiliki jadwal tetap untuk dipraktekan. Saat
dilakukan ronde tidak semua pihak hadir disebabkan berbagai halangan.
Sebelum dipindahkan ke ruang Diponegoro ronde keperawatan dilakukan
rutin, namun saat menempati ruang baru dengan kapasitas pasien yang
lebih besar dengan jumlah tenaga kesehatan yang terbatas

31
menyebabkan waktu yang dimiliki perawat untuk melakukan ronde
keperawatan belum bisa diaplikasikan secara kontinue seperti
sebelumnya,sehingga baru dapat dilaksanakan ketika mahasiswa
peraktek manajemen.
2.5.5 Supervisi
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Ruang Diponegoro
diketahui metode supervisi yang dilakukan oleh Karu adalah metode
langsung dan tidak langsung, metode langsung dilakukan dengan
langsung mendatangi ruang Diponegoro baik pada Tim I maupun Tim II,
sedangkan supervisi tak langsung dapat dilakukan melaui telepon. Ruang
Diponegoro telah melaksanakan supervisi, akan tetapi supervisi yang
dilakukan di Ruang Diponegoro dengan kondisi ruangan bertingkat
kurang maksimal, sehingga supervisi disalah satu rungannya kurang
intensif baik itu oleh kepala ruangan ataupun pengawas keperawatan.

2.5.6 Pengelolaan Logistik dan sentralisasi Obat


Berdasarkan hasil wawancara dengan Karu Diponegoro diperoleh
informasi bahwa pengelolaan obat diruang Diponegoro telah
tersentralisasidan dikelola oleh perawat. Pelaksanaan penyimpanan obat
dengan memilah obat sesuai dengan nama pasien dan tersimpan pada
loker yang tersedia. Pemberian obat dengan sistem double check untuk
menghindari salah administrasi obat. melakukan pengelolaan logistik
dan obat seefektif mungkin serta dalam pemberian obat juga sangat
teliti dengan memperhatikan 6 tepat (pasien, obat, dosis, cara, waktu,
dokumentasi) dan 1W (waspada/monitoring). Sistem penyediaan obat di
Ruang diponegoro adalah One Day One Dose.

2.5.7 Penerimaan Pasien Baru


Dari hasil observasi penerimaan pasien baru di Ruang Diponegoro
diperoleh hasil sebagai berikut:

32
Gambar 2.13 Penerimaan Pasien Baru

Hasil persentase keefektifan pelaksanaan penerimaan pasien baru


oleh perawat di ruang DiponegoroRSUD Kanjuruhan Kepanjen sesuai
SOP pada 6 pasien sebesar 66,%-76%. Pelaksanaan penerimaan pasien
baru sudah dilakukan namun terdapat beberapa hal yang jarang
disampaikan kepada pasien dan keluarga terkait orientasi ruangan,
perkenalan saat menerima pasien, dan beberapa fasilitas lain yang belum
dijelaskan.

2.5.8 Discharge Planning


Berdasarkan hasil wawancara bersama perawat Discharge Planing
pada ruang Diponegoro akan diberikan pada pasien baru sebelum 24
jam berada di dalam Ruang Diponegoro dan saat Pasien Pulang. Item
Discharge Planing meliputi perawatan diri, pemantauan pemberian obat,
pemantauan diet, perawatan luka, latihan fisik lanjutin, dll. Berdasarkan
observasi pelaksanaan discharge planning sebesar 100%, namun
pemberian informasi dalam bentuk leaflet sebagai informasi tambahan
belum di berikan saat pasien akan pulang.

2.5.9 Dokumentasi Keperawatan.

33
Dari hasil wawancara dengan kepala ruang Diponegoro didapatkan
data bahwa dokumentasi keperawatan pada ruang Diponegoro sudah
berjalan mengikuti ketentuan SOP dengan Nanda NIC NOC sebagai
acuan dalam pemberian asuhan keperawatan.

2.6 M4 - MONEY
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan didapatkan informasi
bahwa Ruang Diponegoro tidak memiliki pemasukan sendiri dan semua
keuangan di kelola oleh pihak manajemen Rumah Sakit.Pengelolaan dana
disesuaikan dengan peraturan daerah ataupun peraturan yang berlaku di RS.
Ada dua macam jenis pembayaran biaya perawatan pasien yaitu umum dan
BPJS. Semua tarif diatur berdasarkan perda yang berlaku.

2.7 M5 MUTU
Pelaksanaan jaminan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit
dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan pengen dalian mutu. Kegiatannya
dapat dilaksanakan dalam 2 tingkat yaitu rumah sakit dan tingkat ruang
rawat. Kegiatan menilaimutu pada tingkat ruang rawatakan diawali dengan
kriteria menetapkan kriteria pengendalian, mengidentifikasi informasi yang
relevan dengan kriteria menetapkan cara pengumpulan data/informasi.
Kemudian melakukan pengumpulan dan menganalisis informasi / data,
membandingkan informasidangan kriteria yang telah ditetapkan,
menetapkan keputusan tentang kualitas,serta memperbaiki sesuai hasil yang
diperoleh, lalu menetapkan kembali cara mengumpulkan informasi (Marquis
dan Hudstun, 2000, dalam Nursalam, 2011). Ada 6 indikator utama kualitas
pelayanan kesehatan di rumah sakit yaitu.
a. Keselamatan pasien (pasient safety)
b. Pengelolaan nyeri dan kenyamanan
c. Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
d. Perawatan diri dan kemandirian
e. Kecemasan pasien
f. Perilaku (sikap, pengetahuan, ketrampilan) pasien
Enam indicator diatas dibahas dalam masing masing sub-indikator
dibawah beserta temuannya:

2.7.1 Patient Safety

34
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk
mengukur dan mengevaluasi kualitas keperawatan yang berdampak pada
pelayanan kesehatan, sejak malpraktik sering terjadi dan menyebar
melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik hingga ke jurnal-
jurnal ilmiah ternama,dunia kesehatan mulai menaruh kepedulian yang
tinggi terhadap isu keselamatan pasien.
Berdasarkan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) yang dikeluarkan oleh
standar Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1, (Kemenkes, 2011) dan JCI
Acredition, maka sasaran tersebut 6 meliputi elemen berikut.
Sasaran I : ketepatan identifikasi pasien
Sasaran II : peningkatan komunikasi yang efektif (SBAR)
Sasaran III :peningkatan keamanan obat yang
perlu diwaspadai (hight Alert Medication)
Sasaran IV : kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien
operasi
Sasaran V : pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Sasaran VI : pengurangan resiko pasien jatuh

2.7.2 Sasaran I: ketepatan identifikasi pasien


Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang Diponegoro
didapatkan data prosedur mengidentifikasi pasien dilakukan dengan :
a) Setiap pasien yang masuk rawat inap di pasangkan gelang
identitas pasien. Dimana gelang identitas terdiri dari 4 warna
berbeda yang memiliki fungsi tersendiri tiap-tiap warnanya. Gelang
identitas ada 2 macam :
- Pasien laki-laki biru muda
- Pasien perempuan merah muda
- Label pasien resiko jatuh berwarna kuning
- Label pasien alergi berwarna merah
- Laebl pasien DNR (do not resusitasi) berwarna ungu
b) Ada dua identitas yaitu menggunakan NAMA dan TANGGAL
LAHIR atau NAMA dan NO REGISTER yang disesuaikan dengan
tanda pengenal resmi.
Cara identifikasi pasien
Saat pertama kontak dengan pasien secara
Verbal : memperkenalkan diri, menanyakan nama dan
tanggal lahir
Visual : melihat gelang pasien untuk mencocokkan
dengan data yang ada
35
Selanjutnya setiap sebelum melakukan tindakan dilakukan
dengan cara visual.

HR 1 HR 2 HR 3
hari 1 hari 2 hari 3

Gambar 2.14 ketepatan identifikasi pasien

Berdasarkan hasil observasi tanggal 23 s/d 25 Januari 2017 tentang


ketepatan identifikasi pasien didapatkan dan rata-rata ketepatan identifikasi
sesuai indicator sebanyak (80%) dan yang tidak sesuai dengan indicator
sebanyak (20%).

2.7.3 Sasaran II: peningkatan komunikasi yang efektif (SBAR)


Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang Diponegoro
didapatkan data pola komunikasi yang efektif (SBAR) sebagai berikut :
a. Ruang Diponegoro menggunakan teknik SBAR (situation-
background-assessment-recommendation) dalam melaporkan
kondisi pasien untuk meningkatkan efektifitas komunikasi antar
pemberi layanan.
- Situation :kondisi terkini yang terjadi pada pasien
- Background : informasi penting apa yang berhubungan
dengan kondisi pasien terkini
- Assessment : hasil pengkajian pasien terkini
36
- Recommendation : apa yang perlu dilakukan untuk
mengatasi masalah pasien saat ini
b. Ruang Diponegoro konsisten dalam melakukan verifikasi
terhadap akurasi dari komunikasi lisan dengan tulis lengkap, baca
kembali dan konfirmasi ulang (TULBAK) terhadap perintah yang
diberikan. Untuk pembacaan obat hight alert harus di EJA.
Pelaporan kondisi pasien kepada DPJP pasien menjadi tanggung
jawab petugas ruangan yang bertugas.

Gambar 2.15 Peningkatan Komunikasi yang Efektif


(SBAR)

Berdasarkan hasil observasi tanggal 23 s/d 25 Januari 2017 tentang


pola komunikasi yang efektif (SBAR) didapatkan data rata-rata didapatkan
kesesuaian indicator sebanyak (100%) dan yang tidak sesuai dengan
indicator sebanyak (0%).

2.7.4 Sasaran III : peningkatan keamanan obat yang perlu


diwaspadai (hight Alert Medication)
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang Diponegoro
didapatkan data keamanan obat-obatan yang perlu kewaspadaan tinggi
(Hight Alert Medication) sebagai berikut :
a. Obat-obatan yang termasuk dalam Hight Alert Medication :
- Elektrolit pekat : NaCl > 0,3%, KCL, MgSO4 50%, Natrium
Bikarbonat, NaCl10 3%.

37
- NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Miri) / Lasa )Look Alike
Sound Alike) yaitu obat-obat yang terlihat mirip dan
kedengarannya mirip.
- Insulin
- Narkotika dan psikotropika
b. Penggunanan hight alert medication :
- Obat hight alert disimpan dalam tempat atau lemari terpisah
dengan obat lainnya dan diberi label berwarnamerah pada
sekeliling area penyimpanan.
- Larutan konsentrasi NaCl > 0,3%, KCL, MgSO4 50%,
Natrium Bikarbonat, NaCl10 3% tidak boleh disimpan diruang
perawat kecuali di Unit Perawatan Intensif (ICU), IGD, Kaber dan
IBS.
- Ruang perawat yang boleh menyimpan elektrolit pekat
disimpan di lokasi dengan akses terbatas dengan petugas yang
diberi wewenang
- Obat diberi penandaan yang jelas berupa stiker berwarna
merah bertuliskan hight alert dan khusus untuk elektrolit pekat
harus ditempelkan stiker yang di tuliskan elektrolit pekat, harus
diencerkan, obat NORUM/LASA diberi label LASA.

23/01/2017
HR 1 24/01/2017
HR 2 25/01/2017
HR 3

Gambar 2.16 Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai


(high Alert Medication)

38
Berdasarkan hasil opservasi tentang keamanan obat obatan yang
perlu kewaspadaan tinggi (high alert medication) didapatkan data rata
rata kesesuaian indicator sebanyak (100%) dan yang tidak sesuai dengan
indicator sebanyak (0%).

2.7.5 Sasaran IV : kepastian tepat lokasi , tepat prosedur, tepat


kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang Diponogoro


didapatkan data tepat kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien
operasi sebagai berikut :

a. Prosedur penandaan lokasi yang akan di operasi di ruang


Diponogoro yaitu :
1) Orang yang bertanggung jawab membuat tanda pada pasien
adalah operator / orang yang akan melakukan tindakan.
2) Operator yang membuat tanda itu harus hadir pada operasi
tersebut
3) Penandaan titik yang akan di operasi adalah sebelum pasien di
pindahkankeruangan dimana operasi akan dilakukan. Pasien ikut
terlibat, terjaga dan sadar; sebaiknya dilakukan sebelum
pemberian obat pre medikasi.
4) Tanda berupa 0 di titik yang akan di operasi.
5) Tanda itu harus di buat denga pena atau spidol permanen
berwarna hitam dan juga memungkinkan, harus terlihat dan jika
memungkinkan harus terlihat sampai pasien di siapkan dan
diselimuti.
6) Lokasi untuk semua prosedur yang melibatkan sayatan,
tusukan perkutan, atau penyisipan instrument harus ditandai.
7) Semua penandaan harus dilakukan bersamaan saat pengecekan
hasil pencitraan pasien diagnosis misalnya sinar RX, scan,
pencitraan elektronik atau hasil tes lainnya dan pastikan dengan
catatan medis pasien dan gelang identitas pasien.
8) Lokasi operasi ditandai pada semua kasus termasuk sisi
(laterality), struktur multiple ( jaringan, jari kaki, lesi ) atau
multiple level (tulang belakang).
39
Beberapa prosedur yang tidak memerlukan penandaan :

a. Kasus organ tunggal misalnya operasi jantung atau Caesar


b. Kasus intervensi misalnya kateter jantung
c. Kasus yang melibatkan gigi
d. Prosedur yang melibatkan bayi premature dimana penandaan akan
menyebabkan tato permanen.

Dalam kasus-kasus dimana tidak dilakukan penandaan, alas an harus


dapat menjelaskan dan dipertanggung jawabkan. Untuk pasien dengan
warna kulit hitam gelap, boleh digunakan warna selain hitam atau biru
gelap ( biru tua ) agar penandaan jelas terlihat, misalnya warna merah. Pada
kasus-kasus seperti operasi spinal, dapat dilakukan proses dua tahap yang
meliputi penandaan preoperative perlevel spinal ( yang akan dioperasi) dan
inter space spesifik intra operatif menggunakan radio graphic. Marking

b. Prosedur chek list keselamatan operasi yaitu :

Proses checklist ini merupakan standar operasi yang emliputi


pembacaan dan pengisian formulir sign in (surgical safety check
list)yang
dilakukan
sebelum pasien
di anastesi di
holding area,
time out yang
dilakukan di
ruang operasi
sesaat sebelum
insisi pasien
operasi dn sign out setelah operasi selesai ( dpat dilakukan di recovery
room). Proses sign in, time out dan sign out ini di pandu olehperawat
dan di pandu oleh operator, dokter anastesi dan perawat.

40
Gambar 2.17 Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien
Operasi

23/01/2017 24/01/2017 25/01/2017

HR
hari
1 1 hari
HR 2 2 HR
hari
33

Keterangan :

Berdasarkan hasil observasi tentang kepastian tepat lokasi, tepat prosedur,


tepat pasien operasi di dapatkan data rata rata di dapatkan kesesuaian
indicator sebanyak (100%) dan yang tidak sesuai dengan indicator sebanyak
(0%).

2.7.6 Sasaran V : Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan


Kesehatan

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang Diponogoro


didapatkan data Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
sebagai berikut:

a. Standar prosedur cuci tangan yang benar dirumah sakit


Semua petugas dirumah sakit termasuk dokter melaksanakan cuci
tangan dengan 6 langkah sesuai standar WHO dan dilakukan pada 5
MOMEN, yakni :
1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Sebelum tindakan aseptic
3. Sesudah terkena cairan tubuh pasien
4. Sesudah kontak dengan tubuh pasien
5. Sesudah kontak dengan lingkungan pasien
b. Ada 2 cara cuci tangan yaitu
41
HANDWASH : dengan menggunakan air mengalir WAKTUNYA : 40-60
detik
HANDRUB : dengan gel berbasis alcohol WAKTUNYA : 20-30 detik

Gambar2.18 FiveMoment hand hygiene

Berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan tersebut


didapatkan kegiatan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
keperawatan perawat ruang Diponogoro, didapatkan rata-rata Sebelum KP
(Kontak Pasien) =33.1 % -MTA (Melakukan Tindakan Aseptik ) = 75%
% ,Sesudah TA (Tindakan Aseptik) =100% -KCP (Kontak Cairan Pasien) =
93 % .Sesudah KLP (Kontak Lingkungan Pasien) = 100 %..

2.7.7 Sasaran VI : Pengurangan Resiko Pasien Jatuh

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang Diponogoro


didapatkan data Angka Kejadian Pasien Jatuh sebagai berikut :

a. Cara mengkaji pasien resiko jatuh yaitu :


1) Penilaian pasien resiko jatuh yaitu saat pasien datang kerumah
sakit dengan indikasi jatuh menggunakan form pengkajian resiko
jatuh yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.
2) Penatalaksanaan pasien resiko jatuh :
Pengkajian tersebut dilakukan oleh perawat dan kemudian di
jadikan dasar pemberian rekomendasi kepada dokter untuk tata
42
laksana lebih lanjut SPO pengkajian dan pencegahan pasien resiko
jatuh. Perawat memasang label warna KUNING untuk label resiko
jatuh pada gelang identitas gelang pasien dan mengedukasi pasien
dan keluarga maksud pemasangan label warna kuning tersebut.
Pengkajian ulang oleh perawat dilakukan secara berkala sesuai
hasil penilaian resiko jatuh pasien dan jika terjadi perubahan
kondisi pasien / pengobatan.
b. Pengkajian tentang resiko jatuh pasien trmasuk dalam
pengkajian pokok dalam kelengkapan dokumentasi rekait rencana
tindakan yang penting tekam medis dan menjadi informasi yang
penting terkait rencana tindakan.
c. Pasien dengan resiko jatuh mendapat tanda kusus berupa
gelang berwarna kuning sebagai penanda resiko jatuh, sehingga dapat
mencegah terjadinya cedera pasien dan meningkatkan kwalitas pasien
safety.

Gambar 2.19 pengurangan pasien resiko jatuh

Keterangan
Berdasarkan hasil opservasi tentang pengurangan resiko pasien
jatuh di dapatka rata- rata kesesuaian indicator sebanyak (100%) dan
yang tidak sesuai indicator sebanyak (0%).
Berikut adalah beberapa indicator pengukuran keselamatan
pasien yang bias digunakan di rumah sakit.

2.7.8 Angka kejadian infeksi daerah operasi (IDO)


Tabel 2.6 Rekapitulasi kejadian IDO

No Bulan Kejadian Pasien Presentase


1. Januari 2017 0 224 0%
43
Kesimpulan
Dari data diatas disimpulkan angka kejadian IDO bulan Januari 2017
diketahui rata- rata sebesar 0%.

2.7.9 Angka kejadian infeksi saluran kemih (ISK)


Tabel 2.7 Rekapitulasi kejadian ISK

No Bulan Kejadian Pasien Presentase


1. Januari 2017 0 224 0%

Kesimpulan
Dari data diatas disimpulkan angka kejadian ISK bulan Januari 2017
diketahui rata- rata sebesar 0%.

2.7.10 Angka kejadian flebitis


Tabel 2.8Rekapitulasi kejadian flebitis

No Bulan Kejadian Pasien Presentase


1. Januari 2017 0 224 0%

Kesimpulan
Dari data diatas disimpulkan angka kejadian flebitis bulan Januari
2017 diketahui rata- rata sebesar 0%.

2.7.11 Angka kejadian decubitus


Tabel 2.9Rekapitulasi kejadian decubitus

No Bulan Kejadian Pasien Presentase


1. Januari 2017 0 224 0%

Kesimpulan
Dari data diatas disimpulkan angka kejadian decubitus bulan Januari
2017 diketahui rata- rata sebesar 0%.

44
2.7.12 Angka kejadian pasien jatuh
Tabel 2.10 rekapitulasi pasien jatuh

No Bulan Kejadian Pasien Presentase


1. Januari 2017 0 224 0%

Kesimpulan
Dari data diatas disimpulkan angka kejadian pasien jatuh bulan Januari
2017 diketahui rata- rata sebesar 0%.

2.7.13 Kepuasan Pasien

Berdasarkan hasil kuisioner kepuasaan pasien yang dilberikan kepada


27 orang pasien dan keluarga pasien yang ada di Ruang Diponegoro pada
tanggal 23-24 Januari 2017 didapatkan hasil sebagai berikut : berdasarkan
aspek reability tidak ada (0 %) pasien menyatakan tidak puas, 9 (84%)
pasien menyatakan puas, 1 (11%) pasien menyatakan sangat puas.
Berdasarkan aspek Assurance 1 (13%) menyatakan tidak puas, 9 (82%)
menyatakan puas, 1 (5%) menyatakan sangat puas. Pasien menyatakan tidak
puas pada aspek Reability (keandalan) yaitu ketepatan waktu perawat tiba
diruangan ketika anda membutuhkan, perawat mampu mangatasi masalah
keperawatan anda dengan tepat dan professional, Assurance (jaminan) yaitu
perawat memberi keluhan terhadap yang anda rasakan, dan pada aspek
Emppathy (Empati) yaitu perawat sering menengok dan memeriksa kedaan
anda seperti mengukur tensi, suhu, nadi, pernafasan dan cairan infus,
perawat teliti dan terampil dalam melaksanakan tindakan keperawatan
kepada anda, perawat selalu salam dan senyum ketika bertemu dengan anda
Tngibles (kenyataan) yaitu perawat memberi informasi tentang administrasi
yang berlaku baggi pasien rawat inap di rumah sakit. Responsifeness
(Tanggung Jawab) yaitu perawat menyediakan waktu khusus untuk
membantu anda berjalan BAB, BAK, ganti posisi tidur dan lain-lain.
Berdasarkan hasil kuisioner dapat dilihat bahwa sebagaian besar klien
sudah merasa puas dengan pelayanan yang diberikan di Ruang
Diponegoro.Kepuasan ini dikarenakan perawat di Ruang Diponegoro
terdidik dan mampu melayani dengan baik, perawat ramah dan sopan
45
bahkan perawat mampu memberikan perawatan yang sesuai. Kemudian
ditinjau dari segi lingkungan, seluruh pasien yang menjadi sampel merasa
nyaman di rawat di Ruang Diponegoro, karena tempatnya yang bersih dan
nyaman. Namun ada beberapa kritik dari pasien atau keluarga terkait
dengan kejelasan tentang kondisi klien, prosedur tindakan, perkembangan
kondisi setiap harinya, edukasi terkait penyakit yang masih kurang.
Prosentase ketidakpuasaan yang lebih sedikit dari pada prosentase
kepuasaan klien menunjukkan bahwa keseluruhan pelayanan di Ruang
Diponegoro sudah baik namun akan jauh lebih baik lagi jika diadakan
perbaikan perbaikan sesuai dengan kritik yang klien sampaikan.

2.7.14 Kenyamanan (nyeri)


Berikut akan dipaparkan mengenai kenyamanan pasien terhadap
keluhan nyeri yang dialami saat MRS. Pelaksana evaluasi menggunakan
wawancara terkait nyeri, skala dan durasi dalam hari. Dari hasil
wawancara tentang kenyamanan pasien kepada 12 responden secara
umum menyatakan bahwa kenyamanan pasien berdasarkan nyerinya di
ruang Diponogoro yaitu sebanyak 3 responden tidak merasa nyeri
setelah operasi, 4 responden merasa tidak nyeri pada hari pertama post
operasi dengan variasi nyeri awal skala 1-6, dan 3 responden merasa
sudah tidak nyeri pada hari kedua post operasi dengan variasi nyeri
skala 6, dan 1 responden mengeluh nyeri selama 3 hari post operasi
dengan skala nyeri 8. Sehingga disimpulkan dengan rata-rata responden
tidak nyeri /nyeri berkurang setelah hari pertama post operasi dengan
tingkat nyeri skala 1-6.

2.7.15 Kecemasan
Berikut akan dipaparkan mengenai kecemasan pasien selama
perawatan di rumah sakit.

46
Gambar 2.21 kecemasan pasien selama perawatan dirumah sakit

Pelaksana evaluasi menggunakan kuestioner Zung Self Rating Anxiety


Scale yang berisi 20 soal tentang kecemasan. Pertanyaan mencakup
kecemasan pasien terkait perasaan cemas yang dialami pasien dan
tanda gejala cemas yang dirasakan selama dirawat dirumah sakit. Dari
hasil kuestioner tentang Kecemasan Pasien yang dibagikan kepada 15
responden secara umum didapatkan bahwa kecemasan pasien di Ruang
Diponogoro yaitu 12 responden mengalami kecemasan ringan (skor 20-
44), dan 3 renponden mengalami kecemasan sedang (skor 45-59).

2.7.16 Perawatan diri


Tabel 2.11 Kategori tingkat kemandirian pasien pada 25 Januari 2017
berdasarkan indeks KATS

Kategori Diskriminasi Jumlah


pasien
A Mandiri dalam hal makan, BAB/BAK, 8
menggunakan pakaian, pergi ke toilet,
berpindah dan mandi
B Mandiri semuanya kecuali salah satu 4
fungsi diatas
C Mandiri, kecuali mandi dan salah satu 5
47
satu fungsi diatas
D Mandiri, kecuali mandi, berpakaian 3
dan salah satu fungsi diatas
E Mandiri, kecuali mandi ,berpakaian, 1
toilet dan salah satu fungsi diatas
F Mandiri, kecuali mandi ,berpakaian, 3
toilet,berpindah dan salah satu fungsi
diatas
G Tergantung untuk semua fungsi diatas 8
Total 32

Persentase kebutuhan perawatan diri pasien tanggal 25 Januari 2017

( jumlah pasien jumlah pasienmandiri)x 100


jmlah pasien yang dirawat

(328) x 100
=75
32

Berikut akan dipaparkan mengenai kemandirian pasien selama


perawatan di rumah sakit . Pelaksana evaluasi menggunakan kuestioner
KATZ yang berisi 7 indikator tentang kemandirian. Pertanyaan indikator
mencakup kemandirian pasien terkait ADLs selama dirawat dirumah sakit.
Dari hasil kuestioner tentang Kemandirian Pasien terhadap ADLs nya yang
dibagikan kepada 32 responden secara umum didapatkan bahwa
persentase kemandirian pasien di ruang Diponogoro sebanyak 75% pasien
membutuhkan bantuan dalam perawatan diri.

2.7.17 Pengetahuan/ perilaku pasien


Berikut hasil wawancara tentang pengetahuan pasienkan di paparkan
menegnai pengetahuan pasien selama perawatan dirumah sakit. Pelaksana
evaluasi menggunakan wawancara terbuka tentang pengetahuan pasien
terkait kesehatannya dan edukasi yang pernah diberikan selama dirawat.
Dari hasil wawancara tentang pengetahuan pasien kepada 12 responden
secara umum mengatakan bahwa pelayanan edukasi untuk meningkatkan

48
pengetahuan pasien dan keluarga tentang kesehatan belum sepenuhnya
dilakukan di ruang Diponogoro(58%).

2.7.18 ALOS (Average Length Of Stay)

ALOS menurut DEPKES RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang


pasien.Indikatorini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga
dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada
diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih
lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (depkes, 2005)

Rumus :

jumlah lama dirawat


jmlah pasienkeluar (hidup+meninggal )

815
=5
159+ 4

Sehingga ALOS secara umum di ruang bedah Diponogorodiketahui lama


rawat inap pasien pada bulan Januari di dapatkan bernilai 5, dimana nilai
tersebut menunjukan adanya percepatan lama rawat inap pasien yang
idealnya 6-9 hari

BAB III

3.1 Analisa SWOT

Tabel 3.1 .1 Analisa Swot Method (Pre)


49
NO ANALISA SWOT BOBOT RATING JUMLA BOBOT x
H RATING
1.
M1 (Ketenagaan)

a. Internal factor (IFAS)


STRANGTH
0.1 2 0.2 S-W=3.3-
1. Terdapat 3 perawat yang
0.8=2.5
sudah ners 0.2 3 0.6
2. Sebagian besar perawat
diruang diponegoro sudah
memiliki pengalaman kerja 0.4 4 1.6
lebih dari 5 tahun
3. 12 Perawat yang telah
mengikuti seminar
workshop dan pelatihan 0.3 3 0.9
yang menjadi peraturan
ruang bedah 1
3.3
4. 6 perawat yang telah
mengikuti MAKP
TOTAL

0.4 2
WEAKNESS 0.8 O-T=3.7-
1. Belum dipasang SO MAKP 0.6 2 2.4=1.3
0.12
ruangan
2. Jumlah kebutuhan tenaga
keperawatan kurang dari
pasien (berdasarkan gillis).
jumlah tenaga perawat yang
dibutuhkan dalam satu hari 1
0.8
ada 9 orang, sedangkan di
ruang diponegoro dalam
satu hari hanya ada satu
perawat.
TOTAL
0.6 4
1.6

0.4
50
b. Eksternal Faktor (EFAS) 4
OPPORTUNITY 1.2
1. Peluang sebagai wahana
praktik manajemen
keperawatan prodi 1
profesi ners
2.8
2. peluang pengiriman
delegasi pelatihan/
workshop/ seminar 0.3
tentang bedah dan
4 1.6
manajemen
keperawatan.
0.3
TOTAL
3
THREATENED 0.2
0.9
1. Ada tuntunan tinggi dari
masyarakat untuk 0.2 3
pelayanan yang lebih
2 0.6
professional 1
2. Makin tinggi tingkat 0.4
kesadaran masyarakat
akan hukum
3. Makin tingginya kesadaran 3.5
masyarakat akan
kesehatan
4. Persaingan antar RS yang 0.4 S-W=3.8-
semakin kuat 1.3=2.5

0.4 4
TOTAL
0.2
(M2) Sarana dan Prasarana 1.6
4
a. Internal Faktor (IFAS)
1
Strengh
3
1. Gedung dengan
1.6
penataan baik, lebar
dan besar 0.6
2. Fasilitas untuk pasien 0.3
dan perawat lengkap
3.8
3. Inventaris alat rawat
luka memadai 3

51
TOTAL

WEAKNESS 0.2
0.9
1. Jumlah rasio alat
kesehatan. Terdapat 5
set alat rawat luka 1 2
dimana jumlah ini tidak
sebanding dengan
jumlah pasien yang 0.4
dirawat O-T=4.0-
0.5
2. Lokasi gedung jauh dari 3.2=0.8
IBS dan Radiologi.
0.5 1.3
4
TOTAL
1
4
b. Eksternal Faktor ( EFAS)
OPPURTUNITY

1. Peluang pengadaan sarana dan


0.3 2.0
prasarana sesuai dengan RBA
2. Peluang pelatihan 2.0
pengoprasian alat medis 0.3
seperti syringe pump 4 4.0
TOTAL 0.4
4
THREATENED
1. Kesenjangan antara jumlah
pasien dengan peralatan 2 1.2
1
yang ada
2. Makin tingginya kesadaran 1.2
masyarakat akan
pentingnya kesehatan
3. Ada tuntutan tinggi dari 0.8
masyarakat untuk
melengkapi sarana dan
prasarana
3.2
TOTAL

52
Method (M3)
Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
1. Sudah melakukan MAKP 0.2 4 0.8 S-W= 3.5-
2. 6 Perawat yang telah mengikuti 0.2 3 0.6 1.2=
MAKP 0.2 5 1.0 2.3
3. 100% uraian tentang kepala
ruangan dilaksanakan sesuai SOP 0.2 3 0.6
4. 59% uraian tentang ketua tim
dilaksanakan sesuai SOP 0.1 3 0.3
5. 53% uraian tentang perawat
pelaksana dilaksanakan sesuai 0.1 2 0.2
SOP
6. 50% pre conference dilaksanakan
sesuai SOP

1 3.5

TOTAL
0.3 3 0.9

WEAKNESS. 0.1 2 0.2


1. Perawat yang belum O-T=
mengikuti pelatihan MAKP 0.1 1 0.1 3-2.5=0.5

53
2. Middle conference tidak
selalu dilakukan dimeja nurse 1 1.2
station.
3. Tidak pernah dilakukan post
conference 0.5 1.5
3
TOTAL

Eksternal faktor (EFAS) 0.5 1.5


OPPORTUNITY
1. Peluang untuk mengikuti 3
1 3
pelatihan MAKP tentang
perawat yang belum pernah
mengikuti pelatihan.
2. Peluang wahana praktik 1.6
0.4
manajemen keperawatan prodi
4
ners.

0.9
0.3
TOTAL 3

2.5
1
TREATHENED
1. Meningkatknya keingintahuan
pasien dan keluarga terkait
penyakit dan tindakan
S-W=3.5-
keperawatan
2.1=1.4
2. Meningkatnya kesadaran
masyarakat tentang tanggung
jawab dan tugas perawat 0.8
0.2
sebagai pemberi asuhan 4
keperawatan.
1.2
TOTAL 0.3
4
1.5
0.5
3
M5 (Mutu)
Internal Faktor (IFAS)

STRENGTH 3.5
1
1. Kepuasan pasien terhadap
54
pelayanan kesehatan dirumah
sakit cukup tinggi yaitu sebanyak
66%
2. Penggunaan tempat tidur 0.3 0.9
berdasarkan standar nasional 3
dikatakan baik berdasarkan data
BOR yaitu 64%
3. Adanya karakteristik dari pasien 0.3 0.6
(BPJS, umum) 2

0.2 0.6
TOTAL 3

WEAKNESS.
1. Penulisan asuhan keperawatan 1 2.1
kurang optimal, kelengkapan O-T=4.0-
data belum sesuai dengan 3.5=0.5
NANDA, NIC NOC.
2. Belum menerapkan dan 0.5 2.0
memberikan pendidikan 4
kesehatan saat discard 0.5 2.0
planning pada pasien dan 4
keluarga.
3. Belum optimal dalam
menerapkan penulisan nama 1 4.0
dan nomer register pada spuit
dan lembar inform concent
tidak diberikan pada pasien
atau keluarga saat injeksi. 0.5 1.5
3
TOTAL
0.5 2.0
Eksternal faktor (EFAS)
4
OPPORTUNITY
1. Adanya kerjasama yang
1 3.5
baik antara perawat dan
mahasiswa
2. Adanya mahasiswa
keperawatan yang
melakukan praktek
manajemen keperawatan.

55
TOTAL

TREATHENED
1. Persaingan yang ketat antar
RS dalam memberikan
pelayanan kesehatan
keperawatan
2. Adanya peningkatan standar
masyarakat yang harus
dipenuhi.

TOTAL
Ronde Keperawatan
Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
1. Terdapat SOP ronde 0.3 3 0.9 S W=5-
keperawatan 0.4 4 1.6 2.5=2.5
2. Tenaga kesehatan multidisiplin 0.3 3 0.9
lengkap 0.4 4 1.6
3. Adanya kasus yang layak di
rondekan
4. RSUD Kanjuruhan telah 1 5
berstatus Akreditasi paripurna
dengan ronde keperawatan
masih pada point penilaian
0.5 3 1.5
TOTAL

0.5 2 1.0
WEAKNESS
1. Kesulitan mengatur waktu
yang sesuai untuk
1 2.5
pelaksanaan keperawatan.
2. Kurang koordinasi dengan
multidisiplin dalam hal
pengadaan ronde
keperawatan. OT
0.5 4 2.0 = 4.5 3.6
0.5 5 2.5 = -0.9
TOTAL
1 4.5
56
Eksternal faktor (EFAS) 0.6 4 2.4
OPPORTUNITY
1. Peluang MAKP
2. Peluang wahana praktik prodi 0.4 3 1.2
ners

1
3.6
TOTAL

TREATHENED
1. Adanya tuntutan masyarakat
untuk mendapat pelayanan
keperawatan yang profesional
2. Persaingan antar RS semakin
3 1.2
kuat dalam pemberian pelayanan
0.4 2 1.2 S-W = 2.4-
TOTAL 0.6 2.6
2.4 = -0.2
1

Timbang Terima (TT)


Internal Faktor (IFAS) 0.8
2
STRENGHTS 1.8
0.4 3
1. Adanya SOP timbang terima
0.6
2. 80,5% prosedure timbang
terima dilakukan dengan
benar

TOTAL

WEAKNESS
1. Belum adanya buku timbang
terima
2. 19,5% prosedure timbang
terima (TT) tidak dilakukan
yaitu pada kegiatan yaitu
dimulai dengan menyebut
atau mengidentifikasi secara
satu persatu berurutan
tempat tidur pasien/kamar) :
a. Identitas klien : nama,

57
umur, alamat, no registrasi
b. Data (Keluhan/subjektif
dan objektif) 2.6
c. Jelaskan diagnosa medis
d. Jelaskan diagnosa
keperawatan sesuai data
fokus
e. Intervensi Kolaborasi dan 1
dependen

f. Rencana umum dan O-T = 4.0-


persiapan yang perlu 2.9=1.1
2.0
dilakukan (persiapan
2.0
operasi, pemeriksaan
4.0
penunjang).
0.5 4
dan menjelaskan hasil
0.5 4
tindakan : masalah teratasi,
sebagian, belum atau muncul/ 0.6
masalah baru.
0.9
TOTAL
0.2 3 0.6

0.3 3

0.3 2 0.8
External faktor (EFAS)
OPPORTUNITIES
1. Peluang pelatihan MAKP 2.9
0.2 4
2. Peluang wahana praktik
mahasiswa prodi ners.
1

TOTAL

TREATHENED
1. Persaingan dengan RS lain
semakin ketat
2. Tuntutan masyarakat akan
pelayanan yang maksimal
3. Kebebasan pers
mengakibatkan mudahnya
penyebaran informasi di
dalam ruangan ke masyarakat

58
4. Makin tinggi kesadaran
masyarakat akan pentingnya
kesehatan.

TOTAL

DISCHARGE PLANNING

Internal Faktor (IFAS)


STRENGHTS

1. Adanya SOP Discard Planning 0.4 3 1.2 S-W= 3.3-


2.5=0.8
2. Adanya tim PKPRS (Promosi
0.3 3 0.9
Kesehatan Pasin Rumah Sakit)
0.3 4 1.2
3. Adanya anggota tim PKPRS di
tiap-tiap ruangan.
1 3.3
TOTAL

0.5 2 1.0
WEAKNESSES
1. Keterbatasan jumlah leaflet yang
0.5 3 1.5
teregistrasi PKPRS
2. Keterbatasan jenis leaflet yang
teregistrasi di PKPRS 2.5
1 3
TOTAL

O-T= 4.5
3.5 =
1.0
4 2.0
0.5
External faktor (EFAS)
OPPORTUNITIES 5 2.5
0.5
4.5
1. Peluang pelatihan PKPRS 1

2. Peluang prodi ners praktik


manajemen
3 1.5
0.5

59
TOTAL 4 2.0
0.5
3.5
TREATHENED 1

1. Adanya tuntutan masyarakat


untuk mendapatkan pelayanan
keperawatan yang professional

2. Makin tingginya kesadaran


masyarakat akan pentingnya
kesehatan.
TOTAL

SUPERVISI
STRENGHTS

1. Sudah menggunakan sentralisasi S-W= 2.9-


obat Supervisor mempunyai 0.3 4 1.2 0=2.9
keterampilan dan pengetahuan
yang lebih

2. Supervisi dilakukan dengan unsur


0.3 3 0.9
edukatif

3. Semua karyawan menjadi objek


supervisi 0.4 2 0.8

TOTAL 1 2.9

WEAKNESSES 0 0

TOTAL O-T=2.6-3=-
OPPORTUNITIES 0.4

1. Adanya reward dalam bentuk 0.4 2 0.8


pelatihan, sekolah, maupun jasa
bagi yang melaksanakan

60
pekerjaan dengan baik. 0.3 3 0.9

2. Adanya teguran dari kepala


ruangan bagi perawat yang tidak
melaksanakan tugas dengan baik.
0.3 3 0.9
3. Hasil supervisi dapat dilakukan
sebagai pedoman untuk Daftar 1 2.6
Penilaian Ptestasi Pegawai (DP3)
TOTAL

THREATS
1 3 3
1. Tuntutan pasien sebagai
konsumen untuk mendapatkan
pelayanan yang profesional
TOTAL 1 3
Sentralisasi obat
Internal faktor (IFAS) SW
STRENGTH =3 -4 = -1
1. Sudah menggunakan 1 3 3
sentralisasi obat

TOTAL 1 4 4

WEAKNESS 1 4
1. Tidak adanya farmasi klinik
O T =3.5-
2.7=0.8
TOTAL 0.5 3 1.5

0.5 4 2.0
External Factor (EFAS)
OPPORTUNITY 1 3.5
1. Sentralisasi obat langsung
diawasi oleh Kepala Ruangan 0.3 3
2. Terhindarnya penumpukan obat 0.9
0.4 3 1.2

61
TOTAL 0.3 2 0.6

TREATHENED 1 2.7
1. Jarak Depo dengan ruangan
cukup jauh
2. Adanya tuntutan pasien terhadap
pelayanan yang profesional
3. Makin tinggi kesadaran
masyarakat akan hukum
TOTAL

Dokumentasi
Internal faktor (IFAS)
STRENGTH
1. Adanya kesadaran perawat 0.5 3 1.5 S-W = 3.5 3
tentang tanggung jawab dan = 0.5
tanggung gugat
2. Format asuhan keperawatan 0.5 4 2
sudah ada
TOTAL 1 3.5

WEAKNESS 1 3 3
1. Hasil observasi pada 5 buku
rekamedik pasien ditemukan 1 3 3
beberapa format yang belum diisi
dengan lengkap
TOTAL

External Factor (EFAS) 1 3 3 O-T = 3 2


OPPORTUNITY =1
1. Adanya supervisi kelengkapan 1 3
dokumen setiap hari
TOTAL
0.5 2 1.0
TREATHENED
1. Adanya peningkatan standar 0.5 2 1.0
masyarakat yang harus
62
dipenuhi
2. Persaingan yang ketat antar
RS dalam memberikan 1 2.0
pelayanan kesehatan
keperawatan

TOTAL

3.1.2 DIAGRAM LAYANG

2.9
3.3
2.5
RK (2.5; -0.9)
2.9 M2 M1
(2.5;0.8) (2.5;1.3)
2.5
M3
M5
2.3
(1.4;0.5) (2.3;0.5)
1.2
1.4
TT (-
1
0.2;1.1) RK (1.0 ; -0.
DP
1.1 (0,8
0.8
0.5
0.2

0.1 0.5 0.8 0.9 1.0 1.3 3,3


- 1 - 0.9 -0.6 -0.4 -0.2

0.04 Man (M1) :

Material (M2) :

-1.0
Methode (M3)

SO (-
Mutu (M5) :

-1.2 Ronde (R) :

Discharge planning (DP) :

Dokumentasi :

Keperawatan (DK)
-2.0 63
Supervisi (SV)

Sentralisasi Obat :

Timbang Terima (TT):


3.2 DENTIFIKASI MASALAH
1. M1 (MAN) / KETENAGAAN
a. Belum diperbaharuinya struktur organisasi di Irna
Diponegoro
b. Ketidaksesuaian antara jumlah perawat dan jumlah pasien,
karena jumlah pasien yang banyak dan merupakan ruangan yang
multi kasus, serta perawat juga harus harus mengurusi administrasi
pasien dan tugas medis lainnya (tidak diangkat sebagai masalah).

2. M2 (MATERIAL)
a. Penempatan tempat sampah yang masih kurang yaitu tempat
sampah khusus vial
b. Belum tersedianya secara optimal penkes berupa leaflet
penyakit hemmoroid, collitiasis, selulitis, glaukoma

3. M3 (METHOD)
a. Belum terlaksananya ronde keperawatan secara optimal
b. Timbang terima sudah dilaksanakan, tetapi belum sesuai
dengan SOP
c. Conference (pre, middle, dan post) tidak dilakukan maksimal
sesuai SOP dan pelaksanaan middle dan post conference belum
diterapkan secara optimal.

4. M5 (MUTU)
a. 5 moment cuci tangan belum sepenuhnya diterapkan oleh
perawat dan mahasiswa terutama sebelum ke pasien dan Kurangnya
perilaku cuci tangan sesuai five moment hand hygine antara petugas
dan klien.
b. Belum menerapkan pemberian penkes berupa leaflet pada saat
pasien pulang (Discard Planning) dan belum tersedinya leaflet untuk
penyakit hemmoroid, collitiasis, selulitis, glaukoma
64
3.3 Prioritas Masalah

No Masalah Mg Sv Mn Nc Av Total Rangkin


. g
1. MAN (M1) 4 4 3 3 4 576 II

Belum optimalnya pelaksanaan


asuhan keperawatan pada pasien
karena ketidaksesuaian antara
jumlah perawat dan jumlah pasien

Belum diperbaharuinya struktur


organisasi di Irna Diponegoro.
2. MATERIAL 4 3 3 2 4 288 III
Pengadaan tempat sampah khusus
vial dan
Pengadaan kelengkapan leaflet
sebagai sumber informasi pasien
3. METHODE 4 3 3 2 3 216 IV
Pelaksanaan ronde keperawatan
dan timbang terima yang belum
optimal diruangan.
Conference (pre, middle, dan
post) tidak dilakukan maksimal
sesuai SOP dan pelaksanaan
middle dan post conference belum
diterapkan secara optimal.

4. MUTU 4 5 2 3 5 600 I
Pendidikan kesehatan (Discard
Planning) belum optimal
Sosialisasi dan demonstrasi
cara mencuci tanga dengan
benar pada pasien dan
keluarga.
65
Belum menerapkan pemberian
penkes berupa leaflet pada saat
pasien pulang (Discard Planning)
dan belum tersedinya leaflet
untuk penyakit hemmoroid,
collitiasis, selulitis

Keterangan :

1. Kriteria matrik tecnique


a. Kecenderungan besar dan seringnya kejadian masalah (Magnitude =
Mg)
b. Besarnya kerugian yang ditimbulkan (Severity = Sv)
c. Bisa dipecahkan (Manageability)
d. Perhatian perawat terhadap masalah (Nursing Concern = Nc)
e. Ketersediaan sumberdaya (Affordability = Af)
2. Skala
5 : Sangat sering atau sangat besar/ sangat mudah
dipecahkan/sangat diperhatikan
4 : Sering/besar kerugian/mudah dipecahkan/diperhatikan
3 : Kadang kadang / kurang sedang/ agak mudah dipecahkan kurang
diperhatikan
2 : Jarang/sedikit kerugian/agak sulit dipecahkan/kurang diperhatikan
1 : Tidak terjadi/tidak ada kerugian/sulit dipecahkan/tidak diperhatikan

66
BAB IV

RENCANA INTERVENSI

4.1 Table Plan of Action

NO Problem Rencana tindakan Tujuan Waktu Penaggungjawab Prioritas


Masalah

1. Man
- Realisasinya - untuk mengurangi Minggu Husnul Chotimah II
- Ketidaksesuaian ke-2 Gita Rahayu
yaitu beban kerja
antara jumlah
meminimalkan perawat dan
perawat dan jumlah
beban kerja mengoptimalkan
pasien. Berdasarkan
perawat untuk serta memudahkan
hasil observasi pada
melaksanakan dalam penulisan
tgl 23 s/d 25 Januari
asuhan asuhan
2017 perhitungan
keperawatan keperawatan pada
tingkat
pada pasien pasien.
ketergantungan
dengan cara
pasien dan kebutuhan
memudahkan
tenaga perawat
penulisan
menurut Douglas
asuhan
pada shift pagi kurang
keperawatan
67
1 perawat dan pada yaitu membuat
shift sore kurang 1 lembar rencana
perawat. keperawatan
yang sudah
tertera
berdasarkan
NANDA NIC - Untuk
NOC memudahkan
mengetahui
bentruk struktur Minggu Trias Yogi III
- Membuat dan ke-2 Desi Marta
organisasi di IRNA
memperbarui
Diponegoro.
papan struktur
organisasi
sesuai yanper

- Untuk memisahkan
sampah medis

Minggu Desy Marta IV


- Menyediakan - Ronde Keperawatan ke-2 Andriani Puspita
tempat sampah Melaksanakan dan Dewi

khusus vial menyelesaikan


68
- Belum diperbarui nya - Melakukan masalah
Minggu Intan Kurniaty
struktur organisasi roleplay ronde keperawatan ke-3 Trias Yogi
keperawatan melalui pendekatan
2.
berfikir kritis dan
Material diskusi serta
berkolaborasi
- Belum tersedianya
dengan tim medis
tempat sampah khusus
(dokter, apoteker,
vial
ahli gizi dan tim

- Kelengkapan leaflet belum medis lainnya)

memadai
- Melaksanakan
- Melakukan roleplay
timbang terima
timbang terima
3. sesuai SOP agar
sesuai dengan SOP
penyampaian
informasi dalam Minggu Andriani Puspita
Metode ke-2 Dewi
pelaksanaan asuhan
Intan Kurniaty
- Belum terlaksananya keperawatan pada

Belum terlaksananya pasien lebih jelas.

ronde keperawatan secara


- Melakukan
optimal untuk mengatasi
69
masalah keperawatan Conference (pre,
pasien. Berdasarkan hasil middle dan post - Melaksanakan

wawancara dengan kepala conference sesuai Conference sesuai

ruangan diponegoro. dengan SOP. dengan SOP agar

Ronde keperawatab belum penyampaian

memiliki jadwal tetap informasi dan


Minggu Husnul Chotimah
untuk dipraktekkan. tindakan yang ke-2 Mke Gita
sudah dilakukan
- Timbang terima sudah
dan belum
dilakukan tetapi belum
dilakukan dapat
dilakukan dengan optimal.
disampaikan secara
Timbang terima pada shift
jelas untuk
pagi dilakukan 80%, sore
melaksanakan
65%, dan malam 50% yang
- Membacakan SOP asuhan
sesuai dengan SOP.
dan Menerapkan keparawatan secara
cuci tangan (five optimal.
moment hand
higiene) sebelum
breefing dan - untuk memberikan
mensosialisasikan pendidikan kesehatan
pada pasien dan tentang cara cuci Husnul Chotimah I

70
keluarga cara tangan yang benar Andriani Puspitaks
5. Dewi
- Conference (pre, middle, mencuci tangan
dan post) tidak dilakukan
maksimal sesuai SOP dan - Memberikan
pelaksanaan middle dan penkes berupa
post conference belum leaflet pada saat
Minggu
diterapkan secara pasien pulang Mike Gita
ke - 2
Intan Kurniaty
optimal. (Discard Planning). - untuk memberikan
Pelaksanaan pre
pengetahuan pada
conference hari ke-1 50%,
pasien dan
hari ke-2 65%, hari ke-3
keluarga.
65% yang dilakukan sesuai
SOP, dan berdasarkan
hasil observasi middle dan
post conference hanya
dilakukan antar sesame
perawat.
Minggu
Mike Gita
ke-2
Intan Kurniaty

71
Mutu

- Kurangnya perilaku
cuci tangan sesuai five
moment hand hygine
antara petugas dan
klien.

- Belum menerapkan
pemberian penkes
berupa leaflet pada
saat pasien pulang

72
4.2 Time Table Pelaksanaan POA

NO. KEGIATAN TANGGAL (Tanggal/Bulan/Tahun)

30/01/17 31/01/17 1/2/17 2/2/17 3/2/17 4/2/17 5/2/17 6/2/17 7/2/17

1. Melakukan role play


2. Melakukan Pre Ronde
3. Melakukan Ronde
Keperawatan
4. Penerapan model
MAKP Tim

5. Inovasi penambahan
etiket pada spuit
6. Discharge Planning

7. Membuat lembar
rencana keperawatan
berdasarkan Nanda Nic
Noc
8. memperbarui papan
struktur organisasi
sesuai Yanper
9. menyedeiakan tempat
sampah kusus vial
10. melakukan role play
ronde keperawatan

73
11. melakukan role play
timbang terima sesuai
SOP
12. melakukan midle
conference dan post
conference sesuai
dengan SOP
13. penerapan penulisan
nama dan no. register
pada spuit injeksi
14. membacakan SOP dan
menerapkan cuci
tangan 5 moment hand
higine sebelum
breafing dan
mensosialisasikan pada
pasien dan keluarga
15. memberikan penkes
berupa riflet pada saat
pasien pulang atau
discard planing

Pembimbing Lahan Kepala Ruang Pembimbing Institusi

(Erna Puspita Sari, (Siti Maropah, Amk) (Zahid Fikri, S.Kep., Ns.,
S.Kep., Ns.) M.Kep)

74
4.3 Time Table Pelaksanaan Kegiatan Mahasiswa Setiap Hari Pada Bulan Januari
Februari 2017

NO KEGIATAN
30 31 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Melakukan
1 timbang
terima
melakukan
2 penerimaan L L
pasien baru
melakukan
3 discharge I I
planning
melakukan
4 ronde B B
keperawatan
melakukan
5 pre U U
conference
melakukan
6 middle R R
conference
melakukan
7 post
conference
Pembimbing Lahan Kepala Ruang Pembimbing Institusi

75
(Erna Puspita Sari, S.Kep., (Siti Maropah, Amk) (Zahid Fikri, S.Kep., Ns.,
Ns.) M.Kep)
JADWAL DINAS MANAJEMEN KEPERAWATAN MINGGU KEDUA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS UMM GELOMBANG 14 TAHUN 2017

NAMA SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT SABTU MINGGU


30/01/2017 31/01/2017 1/02/2017 2/02/2017 3/0202/17 4/02/2017 5/02/2017
Trias Yogi KARU KATIM M S PP M L
Irawan
Andriani KARU KATIM M S PP L
Puspita Dewi PP
Husnul PP PP KARU KATIM M S L
Chotimah
Intan Kurniaty S PP PP KARU KATIM PP L

Desy Marta M S PP PP KARU L


KATIM
Gita Rahayu KATIM M S PP PP KARU L

76
JADWAL DINAS MANAJEMEN KEPERAWATAN MINGGU KETIGA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS UMM GELOMBANG 14 TAHUN 2017

NAMA SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT SABTU MINGGU


6/02/2017 7/02/2017 8/02/2017 9/02/2017 10/02/17 11/02/2017 12/02/2017
Trias Yogi KARU KATIM M S PP M L
Irawan
Andriani KARU KATIM M S PP L
Puspita Dewi PP
Husnul PP PP KARU KATIM M S L
Chotimah
Intan Kurniaty S PP PP KARU KATIM PP L

Desy Marta M S PP PP KARU L


KATIM
Gita Rahayu KATIM M S PP PP KARU L

77
78
BAB 1V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 3.1.3 Analisa Swot Method (post)

NO ANALISA SWOT BOBOT RATING JUMLAH BOBOT x RATING


1.
M1 (Ketenagaan)

c. Internal factor (IFAS)


STRANGTH
0.1 2 0.2 S-W=3.3-0.8=2.5
1. Terdapat 3 perawat yang
sudah ners 0.2 3 0.6
2. Sebagian besar perawat
diruang diponegoro sudah
memiliki pengalaman kerja 0.4 4 1.6
lebih dari 5 tahun
3. 12 Perawat yang telah
mengikuti seminar
0.3 3 0.9
workshop dan pelatihan
yang menjadi peraturan
ruang bedah 1
3.3
4. 6 perawat yang telah
mengikuti MAKP
TOTAL 0.1 1
0.1
0.9 1
0.9
WEAKNESS
1. Belum dipasang SO MAKP
ruangan
2. Jumlah kebutuhan tenaga
keperawatan kurang dari
pasien (berdasarkan gillis). 1 1.0
jumlah tenaga perawat
yang dibutuhkan dalam
satu hari ada 9 orang,
sedangkan di ruang O-T=3.7-2.4=1.3
0.6 4
79
diponegoro dalam satu hari 1.6
hanya ada satu perawat. 0.4 4
TOTAL 1.2

d. Eksternal Faktor (EFAS)


OPPORTUNITY
1. Peluang sebagai wahana
1
praktik manajemen
2.8
keperawatan prodi
profesi ners
0.3
2. peluang pengiriman 4 1.6
delegasi pelatihan/
workshop/ seminar 0.3
3
tentang bedah dan 0.9
manajemen
keperawatan.
0.2
TOTAL
3
THREATENED 0.6
1. Ada tuntunan tinggi 0.2
dari masyarakat
untuk pelayanan 1 2 0.4
yang lebih 3.5
S-W=3.8-1.3=2.5
professional
2. Makin tinggi tingkat
kesadaran
0.4
masyarakat akan
hukum 4 1.6
3. Makin tingginya 0.4
kesadaran
masyarakat akan 0.2 4 1.6
kesehatan
1 3 0.6
4. Persaingan antar RS
yang semakin kuat
0.3 3.8
TOTAL
3
(M2) Sarana dan Prasarana
c. Internal Faktor (IFAS) 0.9
Strengh

80
1. Gedung dengan 0.2
penataan baik, lebar 2
dan besar
1 0.4
2. Fasilitas untuk pasien
dan perawat lengkap
O-T=4.0-3.2=0.8
3. Inventaris alat rawat 1.3
luka memadai

TOTAL

WEAKNESS
1. Jumlah rasio alat 0.5
kesehatan. Terdapat 5 4
set alat rawat luka
dimana jumlah ini tidak 0.5 2.0
4
sebanding dengan
jumlah pasien yang
dirawat 1 2.0
2. Lokasi gedung jauh dari
IBS dan Radiologi.
0.3 4.0
TOTAL 2

0.3 1.2
0.4

d. Eksternal Faktor ( EFAS) 1.2


OPPURTUNITY
1 0.8
1. Peluang pengadaan
sarana dan
3.2
prasarana sesuai
dengan RBA
2. Peluang pelatihan
pengoprasian alat
medis seperti
syringe pump
TOTAL

THREATENED
81
1. Kesenjangan antara jumlah
pasien dengan peralatan
yang ada
2. Makin tingginya kesadaran
masyarakat akan
pentingnya kesehatan
3. Ada tuntutan tinggi dari
masyarakat untuk
melengkapi sarana dan
prasarana
TOTAL

Method (M3)
Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
1. Sudah melakukan MAKP 0.2 4 0.8 S-W= 3.5-1.6=
2. 6 Perawat yang telah mengikuti MAKP 0.2 3 0.6 1.9
3. 100% uraian tentang kepala ruangan 0.2 5 1.0
4. 59% uraian tentang ketua tim 0.2 3 0.6
5. 53% uraian tentang perawat pelaksana 0.1 3 0.3
6. 50% pre conference 0.1 2 0.2
1 3.5
TOTAL

WEAKNESS. 0.3 3 0.9


1. Perawat yang belum mengikuti
pelatihan MAKP 0.3 1 0.3
2. Middle conference tidak selalu
0.4 1 0.4
dilakukan dimeja nurse station.
3. Tidak pernah dilakukan post
1 1.6
conference
TOTAL

3 O-T=
Eksternal faktor (EFAS) 0.5 1.5
3-2.5=0.5
OPPORTUNITY
82
1. Peluang untuk mengikuti pelatihan
MAKP tentang perawat yang belum 0.5 3 1.5
pernah mengikuti pelatihan.
2. Peluang wahana praktik 1 3
manajemen keperawatan prodi
ners.

TOTAL 1.6
0.4 4

TREATHENED 0.3
1. Meningkatknya keingintahuan 3 0.9
pasien dan keluarga terkait
penyakit dan tindakan keperawatan
2. Meningkatnya kesadaran 1
2.5
masyarakat tentang tanggung
jawab dan tugas perawat sebagai
pemberi asuhan keperawatan.

TOTAL

0.2 4 0.8
S-W=3.3-1.2=2.1
M5 (Mutu)
Internal Faktor (IFAS)
0.3 4
STRENGTH 1.2
1. Kepuasan pasien terhadap 0.3 3 0.9
pelayanan kesehatan dirumah sakit
cukup tinggi yaitu sebanyak 66% 0.2 2 0.4
2. Penggunaan tempat tidur
berdasarkan standar nasional
1
dikatakan baik berdasarkan data 3.3
BOR yaitu 64%
3. Adanya karakteristik dari pasien
(BPJS, umum) 0.4 2
4. Sebagai tempat praktik mahasiswa 0.8
keperawatan D3 maupun S1.

TOTAL 0.3 1 0.3


83
WEAKNESS. 0.3 1 0.3
1. Penulisan asuhan keperawatan
kurang optimal, kelengkapan data
belum sesuai dengan NANDA, NIC
1 1.4
NOC.
2. Belum menerapkan dan
memberikan pendidikan kesehatan
saat discard planning pada pasien 0.5 4 2.0
dan keluarga.
3. Belum optimal dalam menerapkan 4 2.0 O-T=4.0-3.5=0.5
0.5
penulisan nama dan nomer register
pada spuit dan lembar inform
1 3 4.0
concent tidak diberikan pada
pasien atau keluarga saat injeksi.
TOTAL
0.5 4 1.5
Eksternal faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
1. Adanya kerjasama yang baik antara 0.5 2.0
perawat dan mahasiswa
2. Adanya mahasiswa keperawatan
yang melakukan praktek 1 3.5
manajemen keperawatan.

TOTAL

TREATHENED
1. Persaingan yang ketat antar RS
dalam memberikan pelayanan
kesehatan keperawatan
2. Adanya peningkatan standar
masyarakat yang harus dipenuhi.

TOTAL
Ronde Keperawatan
Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
84
1. Terdapat SOP ronde keperawatan 0.3 3 0.9 S W=5-2.5=2.5
2. Tenaga kesehatan multidisiplin lengkap 0.4 4 1.6
3. Adanya kasus yang layak di rondekan 0.3 3 0.9
4. RSUD Kanjuruhan telah berstatus 0.4 4 1.6
paripurna dengan....

TOTAL 1 5

WEAKNESS
0.6 2 1.2
1. Kesulitan mengatur waktu yang
sesuai untuk pelaksanaan
keperawatan. 0.4 1 0.4
2. Kurang koordinasi dengan
multidisiplin dalam hal pengadaan
ronde keperawatan.
1 1.6
TOTAL

Eksternal faktor (EFAS)


OPPORTUNITY OT
0.5 4 2.0 = 4.5 3.6
1. Peluang MAKP 0.5 5 2.5 = -0.9
2. Peluang wahana praktik prodi ners
1 4.5
TOTAL

TREATHENED 0.6 4 2.4


1. Adanya tuntutan masyarakat untuk
mendapat pelayanan keperawatan
yang profesional 0.4 3 1.2
2. Persaingan antar RS semakin kuat
dalam pemberian pelayanan 1
3.6

TOTAL

Timbang Terima (TT) S-W = 2.4-2.6


Internal Faktor (IFAS) 3 1.2 = -0.2
85
STRENGHTS 0.4 2 1.2
1. Adanya SOP timbang terima 0.6
2. 80,5% prosedure timbang terima 2.4
dilakukan dengan benar 1
TOTAL
0.3
1
WEAKNESS 0.3
1.4
1. Belum adanya buku timbang terima 2
2. 19,5% prosedure timbang terima
0.7
(TT) tidak dilakukan yaitu pada
kegiatan yaitu dimulai dengan
menyebut atau mengidentifikasi
secara satu persatu berurutan
tempat tidur pasien/kamar) :
a. Identitas klien : nama, umur,
alamat, no registrasi
b. Data (Keluhan/subjektif dan
objektif)
c. Jelaskan diagnosa medis\
d. Jelaskan diagnosa keperawatan
sesuai data fokus
e. Intervensi Kolaborasi dan 1.7
dependen
f. Rencana umum dan persiapan yang
perlu dilakukan (persiapan operasi,
pemeriksaan penunjang) dan 1
menjelaskan hasil tindakan :
masalah teratasi, sebagian, belum
atau muncul/ masalah baru.
2.0
TOTAL 2.0

4.0
0.5 O-T = 4.0-2.9=1.1
0.5

1 0.6
External faktor (EFAS)
OPPORTUNITIES
1. Peluang pelatihan MAKP 0.9

86
2. Peluang wahana praktik mahasiswa 0.2
prodi ners. 4 0.6
0.3
TOTAL 4
0.3 0.8
TREATHENED 3
0.2 2.9
1. Persaingan dengan RS lain semakin
3
ketat
1
2. Tuntutan masyarakat akan
2
pelayanan yang maksimal
3. Kebebasan pers mengakibatkan
mudahnya penyebaran informasi di
dalam ruangan ke masyarakat
4. Makin tinggi kesadaran masyarakat
akan pentingnya kesehatan.

TOTAL

DISCHARGE PLANNING

Internal Faktor (IFAS)


STRENGHTS

4. Adanya SOP Discard Planning 0.4 3 1.2 S-W= 3.3-2.5=0.8

5. Adanya tim PKPRS (Promosi Kesehatan 0.3 3 0.9


Pasin Rumah Sakit)
0.3 4 1.2
6. Adanya anggota tim PKPRS di tiap-tiap
ruangan.
1 3.3
TOTAL

WEAKNESSES
0.5 1 0.5
1. Keterbatasan jumlah leaflet yang
teregistrasi PKPRS 0.5 2 1.0
2. Keterbatasan jenis leaflet yang
teregistrasi di PKPRS
1 1.5
TOTAL

87
O-T= 4.5 3.5
= 1.0

External faktor (EFAS) 0.5 4 2.0


OPPORTUNITIES
0.5 2.5
5
1. Peluang pelatihan PKPRS 1
4.5
2. Peluang prodi ners praktik
manajemen

TOTAL

0.5
3 1.5
TREATHENED

1. Adanya tuntutan masyarakat untuk 0.5


4 2.0
mendapatkan pelayanan
1
keperawatan yang professional 3.5
2. Makin tingginya kesadaran
masyarakat akan pentingnya
kesehatan.
TOTAL

SUPERVISI
STRENGHTS

1. Sudah menggunakan sentralisasi S-W= 2.9-0=2.9


0.3 4 1.2
obat Supervisor mempunyai
keterampilan dan pengetahuan
yang lebih
2. Supervisi dilakukan dengan unsur
0.3 3 0.9
edukatif
3. Semua karyawan menjadi objek
supervisi
0.4 2 0.8

TOTAL
1 2.9

88
O-T=2.6-3= -0.4

WEAKNESSES

TOTAL
OPPORTUNITIES 0.4 2 0.8

1. Adanya reward dalam bentuk


pelatihan, sekolah, maupun jasa
bagi yang melaksanakan pekerjaan
dengan baik. 0.3 3 0.9
2. Adanya teguran dari kepala
ruangan bagi perawat yang tidak
melaksanakan tugas dengan baik.
3. Hasil supervisi dapat dilakukan
0.3 3 0.9
sebagai pedoman untuk Daftar
Penilaian Ptestasi Pegawai (DP3)
1 3 2.6
TOTAL

THREATS
1. Tuntutan pasien sebagai konsumen 1 3
untuk mendapatkan pelayanan
yang profesional
TOTAL 1 3
Sentralisasi obat
Internal faktor (IFAS) SW
STRENGTH =3 -4 = -1
1. Sudah menggunakan sentralisasi 1 3 3
obat

TOTAL
1 4 4
WEAKNESS
1. Tidak adanya farmasi klinik
89
1 3 0.6
TOTAL
0.6
O T =3.5-
External Factor (EFAS) 0.5 3 1.5 2.7=0.8
OPPORTUNITY
1. Sentralisasi obat langsung diawasi 0.5 4 2.0
oleh Kepala Ruangan
2. Terhindarnya penumpukan obat 1 3.5

TOTAL 0.3 3 0.9

TREATHENED 0.4 3 1.2


1. Jarak Dipo dengan ruangan cukup
jauh 0.3 2 0.6
2. Adanya tuntutan pasien terhadap
1 2.7
pelayanan yang profesional
3. Makin tinggi kesadaran masyarakat
akan hukum
TOTAL

Dokumentasi
Internal faktor (IFAS)
STRENGTH
1. Adanya kesadaran perawat tentang 0.5 3 1.5 S-W = 3.5 3
tanggung jawab dan tanggung = 0.5
0.5 4 2
gugat
2. Format asuhan keperawatan sudah
1 3.5
ada
TOTAL
1 2 2
WEAKNESS
1. Hasil observasi pada 5 buku
rekamedik pasien ditemukan 1 2 2
beberapa format yang belum diisi
dengan lengkap
90
TOTAL
1 3 3 O-T = 3 2
External Factor (EFAS) =1
OPPORTUNITY 1 3
1. Adanya supervisi kelengkapan
dokumen setiap hari
TOTAL 0.5 2 1.0

TREATHENED 0.5 2 1.0


1. Adanya peningkatan standar
masyarakat yang harus dipenuhi
2. Persaingan yang ketat antar RS
1 2.0
dalam memberikan pelayanan
kesehatan keperawatan

TOTAL

91
4.2 Pembahasan Pre & Post Intervensi

1. M1 (Man)
Pra intervensi menjelaskan Man berada pada kuadran I dimana kekuatan dan kesempatan

92
memilki nilai yang tinggi dengan skor 0,7-0,3. Implementasi Man yaitu pemasangan struktur
organisasi dan tidak merubah nilai analisa SWOT tetap berada pada kuadran I yang artinya
ruangan Diponegoro memiliki kekuatan dan peluang untuk meningkatkan sumber daya tenga
kesehatan

2. M2 (Material)
M2 mengalami pergeseran titik kuadran dimana pada pra intervensi skornya yaitu 0,6-0,5 dan
mengalami pergeseran titik kuadran pada pasca intervensi yaitu dengan skor 0,9-0,5. Letaknya
masih berada pada kuadran I. Hal ini terjadi karena adanya implementasi yang dlakukan berupa
pemberian tempat sampah khusus vial sehingga menguatkan M2 pada posisi kuadran I.

3. M3 (Metode)
a. Timbang terima
Terdapat pergeseran titik kuadran yang signifikan pada timbang terima setelah intervensi
dari 0,2-0,5 menjadi 1,3-0,5. Penigkatan nilai disebabkan karena implementasi timbang
terima dilakukan oleh semua perawat saat pergantian shift dan dilakukan dengan berkeliling
ke pasien.
b. Penerimaan pasien baru
Terdapat pergeseran titik kuadran yang signifikan pada timbang terima pasca intervensi dari
0,2-0,3 menjadi 0,7-0,3. Penigkatan nilai diduga pelaksanaan penerimaan pasien baru yang
lebih terperinci terutama tentang orientasi ruangan, fasilitas ruangan, pendidikan kesehatan
(pemberian leaflet pada saat pasien pulang).
c. Ronde Keperawatan
Tidak terdapat pergeseran titik kuadran yang signifikan pada pra dan pasca intervensi pada
ronde keperawatan dengan skor 0,3-(-0,3). Hal ini sedebabkan kaena setelah dilakukan
observasi, ronde keperawatan hanya akan berjalan saat ada mahasiswa diruangan..

4. M5 (Mutu)
Pada saat pengkajian yang dilakukan pada tanggal 23-25 Januari 2017 didapatkan
prosentase 5 moment cuci tangan didapatkan sebelum kontak dengan pasien 37,5% ;sebelum
melakukan tindakan aseptic 79,1% % ;sesudah kindakan aseptic 100% ;sesudah kontak dengan
cairan pasien 91,6 % ;sesudah kontak dengan lingkungan pasian 100 %. Pada saat implementasi
dan evaluasinya tanggal 7-9 September 2016 didapatkan prosentase 5 moment cuci tangan
sebelum kontak dengan pasien 91% ;sebelum melakukan tindakan aseptic 100% % ;sesudah
kindakan aseptic 100% ;sesudah kontak dengan cairan pasien 100 % ;sesudah kontak dengan
lingkungan pasian 100 %,.

93
Diagram Pre Post Evaluasi 5 Moment Cuci Tangan 23-25 Januari 2017

Diagram di atas mendukung mutu tetap berada pada Kuadran 1.Pada saat implementasi
di setiap pelaksanaan preconference selalu di bacakan SOP 5 moment cuci tangan, serta
sosialisasi pada pasien, keluarga dan pengunjung di Ruang Diponogoro Atas tentang tata tertib
ruangan, serta kami juga melakukan observasi ketepatan dalam 5 moment cuci tangan, 6 langkah
cuci tangan, serta penggunaan masker dan APD lengkap dalam pelaksanaan kelompok tidak
mengalami kendala karena semua perawat bisa diajak kerja sama dalam pelaksanaan program
ini.
Tindak lanjut yang kami lakukan adalah mensosialisasikan ulang program pencegahan
resiko infeksi dengan penerapan 5 moment cuci tangan, 6 langkah cuci tangan, serta
penggunaan masker dan APD lengkap pada semua perawat di setiap kegiatan preconference
ruang Diponogoro atas dan ke pasien, keluarga pasien serta pengunjung di Ruang Diponogoro
Atas saat selesai tindakan asuhan keperawatan. Kami juga melakukan observasi tentang
ketepatan dalam 5 moment cuci tangan, 6 langkah cuci tangan serta penggunaan masker dan
APD Lengkap dengan mengisi lembar observasi yang telah kami buat. Tidak hanya itu kami juga
memperagakan tata cara cuci tangan 6 langkah dan edukasi penggunaan APD, disetiap
penerimaan pasien baru pada bagian dari orientasi ruangan dan fasilitas ruangan Diponogoro
atas.M5 berada dikuadran satu, implementasi pemberian leaflet untuk pasien yang akan pulang.

4.3 Rekomendasi

1. M1 (Man)
a. Lembar asuhan keperawatan yang sudah diberikan agar dikembangkan dan digunakan di
setiap ruangan agar mempermudah dan mempercepat kinerja perawat.
2. M2 (Material)
94
a. Menggunakan fasilitas sesuai dengan SPO dan instruksi keja
b. Merawat dan menjaga fasilitas yang digunakan bersama
3. M3 (metode)
a. Membudayakan orientasi penerimaan pasien baru sesuai SOP
b. Membudayakan validasi status pasien dengn timbang terima keliling setiap pergantian
sift
c. Memperkenalkan diri saat Timbang Terima sebagai wujud tanggung gugat seorang
perawat
4. M5 (Mutu)
a. Mempertahankan kualitas pelayanan melalui AMI (Audit Mutu Internal), AME (Audit
Mutu Eksternal) dan akreditasi

BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Setelah dilakukan implementasi diharapkan
1. Timbang terima ruang Diponegoro mengalami peningkatan presentase yang
mengindikasikan perubahan perilaku timbang terima ke arah lebih sempurna sesuai SOP.

95
2. Ronde keperawatan aktif kembali saat adanya mahasiswa praktik menejemen. Ruangan
Diponegoro pada dasarnya memiliki jadwal aktif dalam melakukan timbang terima aktif kembali
setelah terhenti beberapa waktu dikarenakan beberapa hal internal seperti waktu yang kurang
dan lain sebagainya.
3. Konfrensi diruangan Diponegoro berjalan aktif sesuai dengan SOP, hal ini akan
berpengaruh positif terhadap diskusi dan planning dalam melaksanakan asuhan keperawatan
terutama pada pasien-pasien penyakit-penyakit tertentu.
4. Dalam pemberian injeksi diharapkan dicantumkan nama dan nomer register pasien
5. Pada discharge planning pasien pulang diberikan leaflet sesuai standart PKPRS.

5.2 SARAN
Bagi Ruangan diponegoro RSUD Kanjuruhan di harapkan dapat menerapkan ronde keperawatan,
timbang terima, discard planning, Dokumentasi, Supervisi, Conference (pre, middle dan post
conference) berdasarkan SOP agar asuhan keperawatan pada pasien dapat dilakukan secara optimal.
Mengembangkan dan mempertahankan strategi yang telah dijalankan dalam penyelesaian
masalah di ruang Diponegoro seperti penulisan nama, nomer register dan no bed dengan
menggunakan e-tiket pada spuit untuk patient safety, membudayakan 5 hand hand hygine.
Menerapkan penulisan asuhan keperawatan berdasarkan NANDA NIC NOC dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Seri Perencanaan : Pedoman Teknis Sarana dan
Prasana Rumah Sakit Kelas B. Jakarta : Pusat Sarana, Prasarana dan Peralatan Kesehatan.

___________________________________. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia :


Nomor 340/Menkes/PER/III/2010. Jakarta : Kemenkes RI.

Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

________. 2015. Manajemen Keperawatan Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.


96
Panjaitan, Elisa Saktiar. 2014. Tingkat Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RS. Tk.
II Putri Hijau Medan. Jurnal Publikasi : Universitas Sumatera Utara. 1(1), 1-13.

Pitaloka, Diah. 2010. Pengaruh Kondisi Kerja dan Beban Kerja Terhadap Stres Kerja pada Perawat di
Ruang Rawat Inap RSU Kaban Jahe Kab. Karo Tahun 2010. Jurnal Publikasi: Universitas
Sumatera Utara. 1(1), 1-22.

RSUD Kanjuruhan Kepanjen. 2016. Arsip RSUD Kanjuruhan Kepanjen. Malang : Ketenagakerjaan
Rumah Sakit.

_________________________. 2016. Data Inventaris RSUD Kanjuruhan Kepanjen. Malang: Sarana,


Prasarana dan Peralatan Kesehatan.

Dokumentasi

1. Ronde Keperawatan

97
2.Penerimaan Pasein Baru

3.Discharge Planning

98
5. Tempat sampah vial dan botol kaca

99

Anda mungkin juga menyukai