Anda di halaman 1dari 54

ANALISIS DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DENGAN METODE

PETROGRAFI STUDI KASUS BATUGAMPING WONOSARI


DI DESA MONGGOL, KECAMATAN SAPTOSARI, KABUPATEN
GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

SEMINAR

Diajukan untuk memenuhi persyaratan akademik tingkat sarjana pada


Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Disusun Oleh:

LARIKIANSYAH
111.10.1043

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA
2015

i
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Larikiansyah
NIM : 111.10.1043
Program Studi : Teknik Geologi
Jurusan : Teknik Geologi

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa proposal seminar :


Judul : Analisis Diagenesis Batuan Karbonat Dengan Metode
Petrografi Studi Kasus Batugamping Wonosari di Desa
Monggol, Kecamatan Saptosari, Kabupaten
Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta
Pembimbing : Arie Noor Rakhman, S. T., M. T.

Adalah benar-benar hasil karya saya. Seminar ini tidak terdapat


keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil
dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol
yang saya akui, seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan
pengakuan kepada penulis aslinya.
Apabila kemudian hari saya terbukti melakukan tindakan menyalin atau
meniru orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia
menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Yogyakarta, 14 November 2014

Larikiansyah
NIM 111.10.1043

iii
INTISARI

ANALISIS DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DENGAN METODE


PETROGRAFI STUDI KASUS BATUGAMPING WONOSARI DESA
MONGGOL, KECAMATAN SAPTOSARI, KABUPATEN
GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Oleh :
Larikiansyah
111.10.1043

Pembimbing :
Arie Noor Rakhman, S.T., M.T.
NIK.08.0576.648E

Daerah penelitian terletak di daerah Desa Monggol, Kecamatan Saptosari,


Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewah Yogyakarta. Secara geografis Posisi
dareah penelitian terletak pada 110o3215 110o3221 BT dan 08o0328
08o0350 LS dengan luas daerah penelitian adalah sebesar 1km2 (1km x 1km).
Geomorfologi lokasi penelitian merupakan kawasan perbukitan karst.
Perbukitan karst ini tersebar luas, dicirikan oleh bukit bukit kecil batugamping.
Bukit bukit batugamping tersebut umumnya berbentuk kerucut.
Stratigrafi Formasi Wonosari yang ada pada daerah penelitian satuan
batugamping klastik. Batugamping daerah penelitian tersusun oleh 5 asosiasi
fasies, yaitu fasies alga foraminefera mudstone, fasies alga foraminefera
wackestone, fasies alga foraminifera packstone, fasies alga floatstone dan fasies
batugamping kristalin.
Proses proses diagenesis yang terjadi pada daerah penelitian Formasi
Wonosari yaitu micritisasi microbial, kompaksi, sementasi dan neomorfisme yang
menandakan bahwa Formasi Wonosari pernah pada lingkungan diagenesis marine
phreatic, burial, meteoric phreatic dan meteoric vadose.

Kata kunci : Formasi Wonosari, Fasies Batugamping, Diagenesis Batugamping

iv
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat, Rahmat dan HidayahNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Proposal seminar dengan judul: ANALISIS DIAGENESIS BATUAN
KARBONAT DENGAN METODE PETROGRAFI STUDI KASUS
BATUGAMPING WONOSARI DESA MONGGOL, KECAMATAN
SAPTOSARI, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA.
Dengan tulus hati penulis menghaturkan terima kasih atas motivasi,

bimbingan, dan saran yang diberikan selama penyusunan seminar ini kepada :

1. Arie Noor Rakhman, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing seminar


yang memberi saran, masukan, dan semangat.
2. Ir. Miftahussalam,M.T. selaku dosen wali yang sealu memberi arahan
dalam akademik.
3. Kepada kedua orang tua yang selalu memberikan dorongan dan bantuan
baik moril maupun materil.
4. Kepada temen-temen keluarga besar GAIA yang selalu memberikan
masukan dalam penyusunan seminar.
Akhirnya penulis mengucapkan selamat membaca, semoga apa yang ada

dalam seminar ini dapat membantu memenuhi kebutuhan kita akan informasi

tentang lingkungan diagenesis batuan karbonat.

Yogyakarta, 14 November 2014

Penyusun

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ILMIAH .................................iii

INTISARI .................................................................................................... iv

PRAKATA .................................................................................................... v

DAFTAR ISI................................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR.................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

I.1. Latar Belakang Masalah................................................................. 1

I.2. Maksud dan Tujuan ........................................................................ 2

I.3. Batasan Masalah............................................................................. 2

I.4. Lokasi Penelitian ............................................................................ 2

I.5. Manfaat Seminar ............................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 5

II.1. Litostratigrafi Regional .................................................................5

II.2. Pergertian Batuan Karbonat ..........................................................9

II.3. Klasifikasi Batuan Karbonat .........................................................10

II.3.1. Menurut Dunham ( 1962 ) ..................................................10

II.3.2. Menurut Embry dan Klovan ( 1971 )..................................11

II.4. Diagenesis Batuan Karbonat .........................................................12

II.4.1. Proses dan produk diagenesis .............................................13

II.4.2. Lingkungan diagenesis........................................................18

vi
BAB III PEMBAHASAN ...........................................................................21

III.1. Litostratigrafi Lokasi Penelitian ..................................................21

III.2. Batuan Daerah Penelitian ............................................................22

III.3. Produk Diagenesis Batuan Karbonat Daerah Panelitian .............29

III.4. Lingkungan Diagenesis Batuan Karbonat Formasi Wonosari.....32

III.5. Sejarah Diagenesis Batuan Karbonat Formasi Wonosari............33

BAB IV KESIMPULAN ..............................................................................35

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian (Penulis, 2014).........................................3

Gambar 2. Geologi Regional Daerah Penelitian (Surono dkk, 1992)............9

Gambar 3. Klasifikasi batuan karbonat Dunham (1962) ...............................11

Gambar 4. Klasifikasi batuan karbonat Embry dan Klovan (1971 )..............12

Gambar 5. Produk Diagenesis Mikritisasi microbial (Amrullah, 2011)........14

Gambar 6. Produk diagenesis pelarutan (Amrullah, 2011)............................15

Gambar 7. Produk diagenesis sementasi (Amrullah, 2011)...........................15

Gambar 8. Produk diagenesis neomorfisme (Amrullah, 2011) ......................16

Gambar 9. Produk diagensis dolomitisasi (Amrullah, 2011).........................17

Gambar 10. Produk diagensis kompaksi (Amrullah, 2011)...........................17

Gambar 11. Lingkungan diagenesis Tucker Dan Wrigth (1990) ...................18

Gambar 12. Bukit kecil batugamping lokasi penelitian (Penulis, 2015)........21

Gambar 13. Lokasi Pengamatan I (Penulis, 2015).........................................22

Gambar 14. Singkapan batuan karbonat fasias Packstone (Penulis, 2015) ...23

Gambar 15. Singkapan batuan karbonat fasies floatstone (Penulis, 2015) ....24

Gambar 16. Singkapan batuan karbonat fasies wackestone (Penulis, 2015) .24

Gambar 17. Lokasi Pengamatan II (Penulis, 2015) .......................................25

Gambar 18. Singkapan batuan karbonat fasies wackestone (Penulis, 2015) .26

Gambar 19. Singkapan batuan karbonat fasies packstone (Penulis, 2015)....27

Gambar 20. Lokasi Pengamatan III (Penulis, 2015) ......................................27

Gambar 21. Singkapan batuan karbonat fasies wackestone.(Penulis, 2015) .28

Gambar 22. Singkapan batuan fasies batugamping kristalin (Penulis, 2015) 29

viii
Gambar 23. LP II Sampel 1 micritisasi microbial pada fosil foraminefera
(Penulis, 2015) ............................................................................30

Gambar 24. LP I Sampel 1terlihatnya Stylolites padasayatan petrogrfi


(Penulis, 2015) ............................................................................30

Gambar 25. LP I Sampel 2 terlihatnya semen blocky pada sayatan


petrografi (Penulis, 2015)............................................................31

Gambar 26. LP III Sampel 2 dimana terjadinya perubahan ukuran


matrik menjda microspar yang berukuran lebih besar
neomorfisme (Penulis, 2015).......................................................32

Gambar 27. Skema perubahan lingkungan diagenesis yang terjadi pada


daerah penelitian (Tucker dan Wright, 1990) .............................34

ix
1

BAB I
PENDAHULUAN

I.1.Latar Belakang

Daerah penelitian, batuan karbonat merupakan Formasi Wonosari yang

tersingkap dengan cukup baik dan menarik untuk diteliti. Para peneliti

sebelumnya menggambarkan Formasi Wonosari sebagai suatu formasi berumur

Miosen Tengah hingga Pliosen yang disusun oleh litologi batuan karbonat. Batuan

karbonat terdiri dari batugamping klastik dan batugamping terumbu dengan

sisipan yaitu napal dan tuf (Surono dkk., 1992). Keberadaan litologi batuan

karbonat berupa batugamping klastik merupakan suatu fenomena geologi yang

khas dan menarik dan sehingga dijadikan sebagai objek penelitian dalam tugas

seminar. Perkembangan batugamping klastik yang sangat sensitif terhadap

perubahan keadaan geologi akan memberikan informasi yang sangat baik

mengenai sejarah geologi.

Proses diagenesis dapat disebabkan oleh proses fisika, kimia, dan biologi.

Perubahan sedimen akibat aktifitas organik merupakan proses awal diagenesis.

Kompaksi merupakan proses fisika yang terjadi setelah material sedimen

mengalami penimbunan dan berlanjut terus sampai ke tempat yang lebih dalam.

Proses sementasi merupakan proses kimia yang dapat terjadi pada awal proses

diagenesis dan terus berlanjut pada waktu material sedimen mengalami

penimbunan dan pengangkatan (Tuker, 1990).

1
2

Penulis berharap dengan dilakukan penelitian di daerah tersebut, penulis

memberikan informasi geologi daerah Gunungkidul dan sekitarnya mengenai

diagenesis yang terjadi pada batugamping Formasi Wonosari.

I.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan seminar ini adalah untuk memenuhi salah satu

syarat kurikulum di Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral di

Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.

Tujuan dari seminar dengan menggunakan data lapangan dan petrografi

untuk analisis diagenesis batuan karbonat, pengklasifikasian (penamaan),

penafsiran lingkungan diagenesis, mengetahui proses proses diagenesis yang

terjadi pada batuan karbonat, dan aspek aspek lainnya yang berhubungan

dengan batuan karbonat.

I.3. Batasan Masalah

Pembatasan masalah penulis membatasi masalah sebagai berukut :

1. Analisis diagenesis dengan pendekatan model Tucker dan Wright (1990).

2. Objek yang diteliti batuan karbonat dengan metode petrografi.

3. Lokasi analisis diagenesis batuan karbonat Desa Monggol, Kecamatan

Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.


3

I.4. Lokasi Penelitian

Daerah peneliatian berada ke arah selatan kota Yogyakarta , terletak pada

daerah Desa Monggol, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah

Istimawa Yogyakarta. Posisi geografis dareah penelitian terletak pada 110o3215

110o3221 BT dan 08o0328 08o0350 LS.

Luas daerah penelitian adalah sebesar 1km2 (1km x 1km) dapat dicapai

dalam waktu +/- 1 jam dengan menggunakan kendaran bermotor roda dua

maupun roda empat, namun ada beberapa daerah yang hanya dapat dijangkau

dengan cara berjalan kaki.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian (Penulis, 2014)


4

I.5. Manfaat Seminar

Penulis mengambil judul seminar Analisis Diagenesis Batuan Karbonat

Dengan Metode Petrografi Studi Kasus Batugamping Wonosari Desa Monggol,

Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta,

dengan harapan dapat memberikan manfaat :

1. Informasi dan tulisan mengenai diagenesis batuan karbonat dengan pendekatan

model Tucker dan wright (1990).

2. Mengetahui proses proses diagenesis dan lingkungan diagenesa batugamping

di Desa Monggol, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah

Istimewa Yogyakarta.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Litostratigrafi Regional

Lokasi penelitian batuan karbonat Formasi wonosari termasuk kedalam

penamaan satuan litostratigrafi pegunungan Selatan yang telah banyak

dikemukakan oleh beberapa peneliti. Urutan stratigrafi Pegunungan Selatan telah

diteliti antara lain oleh (Surono dkk, 1992).

1. Formasi Wungkal-Gamping

Lokasi formasi ini terletak di G. Wungkal dan G. Gamping, keduanya di

Perbukitan Jiwo. Satuan batuan Tersier tertua di daerah Pegunungan Selatan ini

di bagian bawah terdiri dari perselingan antara batupasir dan batulanau serta

lensa batugamping. Pada bagian atas, satuan batuan ini berupa napal pasiran

dan lensa batugamping. Formasi ini tersebar di Perbukitan Jiwo, antara lain di

G. Wungkal, Desa Sekarbolo, Jiwo Barat, menpunyai ketebalan sekitar 120

meter.

2. Formasi Kebo-Butak

Lokasi formasi ini terletak di G. Kebo dan G. Butak yang terletak di lereng dan

kaki utara gawir Baturagung. Litologi penyusun formasi ini di bagian bawah

berupa batupasir berlapis baik, batulanau, batulempung, serpih, tuf dan

aglomerat. Bagian atasnya berupa perselingan batupasir dan batulempung

dengan sisipan tipis tuf asam. Setempat di bagian tengahnya dijumpai retas

lempeng andesit-basal dan di bagian atasnya dijumpai breksi andesit.

5
6

3. Formasi Semilir

Formasi ini berlokasi di G. Semilir, sebelah selatan Klaten. Litologi

penyusunnya terdiri dari tuf, tuf lapili, lapili batuapung, breksi batuapung dan

serpih. Komposisi tuf dan batuapung tersebut bervariasi dari andesit hingga

dasit. Bagian bawah satuan batuan ini, yaitu di K. Opak, Dusun Watuadeg,

Desa Jogotirto, Kec. Berbah, Kab. Sleman, terdapat andesit basal sebagai aliran

lava bantal (Bronto dan Mulyaningsih, 2001). Penyebaran lateral Formasi

Semilir ini memanjang dari ujung barat Pegunungan Selatan, yaitu di daerah

Pleret-Imogiri, di sebelah barat G. Sudimoro, Piyungan-Prambanan, di bagian

tengah pada G. Baturagung dan sekitarnya, hingga ujung timur pada tinggian

G. Gajahmungkur, Wonogiri. Ketebalan formasi ini diperkirakan lebih dari 460

meter.

4. Formasi Nglanggran

Lokasi formasi ini adalah di Desa Nglanggran di sebelah selatan Desa Semilir.

Batuan penyusunnya terdiri dari breksi gunungapi, aglomerat, tuf dan aliran

lava andesit-basal dan lava andesit. Breksi gunungapi dan aglomerat yang

mendominasi formasi ini umumnya tidak berlapis. Kepingannya terdiri dari

andesit dan sedikit basal, berukuran 2 50 cm. Bagian tengah formasi ini, yaitu

pada breksi gunungapi, ditemukan batugamping terumbu yang membentuk

lensa atau berupa kepingan. Secara setempat, formasi ini disisipi oleh batupasir

gunungapi epiklastik dan tuf yang berlapis baik.


7

5. Formasi Sambipitu

Lokasi formasi ini terletak di Desa Sambipitu pada jalan raya Yogyakarta-

Patuk-Wonosari kilometer 27,8. Secara lateral, penyebaran formasi ini sejajar

di sebelah selatan Formasi Nglanggran, di kaki selatan Subzona Baturagung,

namun menyempit dan kemudian menghilang di sebelah timur. Ketebalan

Formasi Sambipitu ini mencapai 230 meter. Batuan penyusun formasi ini di

bagian bawah terdiri dari batupasir kasar, kemudian ke atas berangsur menjadi

batupasir halus yang berselang-seling dengan serpih, batulanau dan

batulempung. Pada bagian bawah kelompok batuan ini tidak mengandung

bahan karbonat. Namun di bagian atasnya, terutama batupasir, mengandung

bahan karbonat. Formasi dengan hanya tersusun oleh batupasir tuf serta

meningkatnya kandungan karbonat di dalam Formasi Sambipitu ini

diperkirakan sebagai fase penurunan dari kegiatan gunungapi di Pegunungan

Selatan pada waktu itu (Bronto dan Mulyaningsih, 2001).

6. Formasi Oyo

Lokasi formasi ini berada di K. Oyo. Batuan penyusunnya pada bagian bawah

terdiri dari tuf dan napal tufan. Sedangkan ke atas secara berangsur dikuasai

oleh batugamping berlapis dengan sisipan batulempung karbonatan.

Batugamping berlapis tersebut umumnya kalkarenit, namun kadang-kadang

dijumpai kalsirudit yang mengandung fragmen andesit membulat. Formasi Oyo

tersebar luas di sepanjang K. Oyo. Ketebalan formasi ini lebih dari 140 meter

dan kedudukannya menindih secara tidak selaras di atas Formasi Semilir,


8

Formasi Nglanggran dan Formasi Sambipitu serta menjemari dengan Formasi

Oyo.

7. Formasi Wonosari

Formasi ini oleh (Surono dkk, 1992) dijadikan satu dengan Formasi Punung

yang terletak di Pegunungan Selatan bagian timur karena di lapangan keduanya

sulit untuk dipisahkan, sehingga namanya Formasi Wonosari-Punung. Formasi

ini tersingkap baik di daerah Wonosari dan sekitarnya, membentuk bentang

alam Subzona Wonosari dan topografi karts Subzona Gunung Sewu. Ketebalan

formasi ini diduga lebih dari 800 meter. Kedudukan stratigrafinya di bagian

bawah menjemari dengan Formasi Oyo, sedangkan di bagian atas menjemari

dengan Formasi Kepek. Formasi ini didominasi oleh batuan karbonat yang

terdiri dari batugamping berlapis dan batugamping terumbu. Sedangkan

sebagai sisipan adalah napal. Sisipan tuf hanya terdapat di bagian timur.

Berdasarkan kandungan fosil foraminifera besar dan kecil yang melimpah,

diantaranya Lepidocyclina sp. dan Miogypsina sp., ditentukan umur formasi ini

adalah Miosen Tengah hingga Pliosen. Lingkungan pengendapannya adalah

laut dangkal (zona neritik) yang mendangkal ke arah selatan (Surono dkk,

1992).

8. Formasi Kepek

Lokasi formasi ini terletak di Desa Kepek, sekitar 11 kilometer di sebelah barat

Wonosari. Formasi Kepek tersebar di hulu K. Rambatan sebelah barat

Wonosari yang membentuk sinklin. Batuan penyusunnya adalah napal dan

batugamping berlapis. Tebal satuan ini lebih kurang 200 meter.


9

Gambar 2. Geologi Regional Daerah Penelitian (Surono dkk, 1992) tanda merah sebagai
penunjuk asosiasi satuan batuan Formasi Wonosari

II.2. Pengertian Batuan Karbonat

Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mempunyai komposisi

dominan terdiri dari garam garam karbonat, sedang dalam prakteknya secara

umum meliputi batugamping dan dolomit. Proses pembetukannya dapat terjadi

secara insitu, yang berasal dari larutan yang mengalami proses kimiawi maupun

biokimia, dimana dalam proses tersebut organisme turut berperan dan dapat pula

terjadi dari butiran rombakan yang telah mengalami transportasi secara mekanik

yang kemudian diendapkan pada tempat lain (Koesoemadinata, 1985).


10

Selain itu pembentukannya dapat pula terjadi akibat proses dari batuan

karbonat yang lain (sebagai contoh yang sangat umum adalah proses dolomitisasi,

dimana kalsit berubah menjadi dolomit). Seluruh proses pembentukan batuan

karbonat tersebut terjadi pada lingkungan air laut, sehinnga praktis bebas dari

detritus asal darat.

II.3.Klasifikasi Batuan Karbonat

II.3.1. Klasifikasi batuan karbonat menurut Dunham (1962)

Klasifikasi Dunham (1962) didasarkan pada tekstur deposisi dari

batugamping, dalam sayatan tipis, tekstur deposisional merupakan aspek

yang tetap. Kriteria dasar dari tekstur deposisi yang diambil.

Dasar yang dipakai oleh Dunham (1962) untuk menentukan tingkat energi

adalah fabrik batuan. Bila batuan bertekstur mud supported diinterpretasikan

terbentuk pada energi rendah karena Dunham (1962) beranggapan lumpur

karbonat hanya terbentuk pada lingkungan yang berarus tenang sebaliknya batuan

dengan fabrik grain supported terbentuk pada energi gelombang kuat sehingga

hanya komponen butiran yang dapat mengendap.

Batugamping dengan kandungan beberapa butir (< 10 %) di dalam matrik

lumpur karbonat disebut mudstone, dan bila mudstone tersebut mengandung

butiran tidak saling bersinggungan disebut wackestone. lain halnya bila antar

butirannya saling bersinggungan disebut packstone atau grainstone. Packstone

mempunyai tekstur grain- supported dan biasanya memiliki matriks mud.

Dunham (1962) memakai istilah boundstone untuk batugamping dengan fabrik

yang mengindikasikan asal-usul komponen- komponennya yang direkatkan


11

bersama selama proses deposisi (misalnya pengendapan lingkungan

terumbu).

Gambar 3. Klasifikasi batuan karbonat (Dunham 1962)

II.3.2. Klasifikasi batuan karbonat menurut Embry dan Klovan (1971).

Modifikasi klasifikasi Dunham (1962) dengan membagi batugamping

menjadi dua kelompok besar yaitu autochtonous limestone dan

allochtonous limestone berupa batugamping yang komponen-komponen

penyusunnya tidak terikat secara organis selama proses deposisi.

Pembagian allochtonous dan autochtonous limestone oleh Embry dan

Klovan (1971) telah dilakukan oleh Dunham tetapi tidak terperinci. Dunham

hanya memakainya sebagai dasar klasifikasi batugamping yang tidak terikat

(packstone, mudstone, wackestone, grainstone) dan terikat (boundstone)

sedangkan Embry dan Klovan (1971) membagi lagi boundstone menjadi tiga

kelompok yaitu framestone, bindstone, dan bafflestone, berdasarkan atas


12

komponen utama terumbu yang berfungsi sebagai perangkap sedimen. Selain itu

juga ditambahkan nama kelompok batuan yang mengandung komponen

berukuran lebih besar dari 2 cm >10 %. Nama yang mereka berikan adalah

rudstone untuk component-supported dan floatstone untuk matrix supported

(Klasifikasi Embry & Klovan 1971).

Gambar 4. Klasifikasi batuan karbonat (Embry dan Klovan 1971 )

II.4. Diagenesis Batuan Karbonat

Diagenesis merupakan proses yang terjadi setelah proses sedimentasi pada

suatu batuan meliputi proses kimia maupun fisika, namun perubahan ini bukan

yang disebabkan oleh perubahan suhu maupun tekanan (metamorfisme) (Scholle

dan (Ulmer Scholle, 2003 dalam Flugel, 2004).

Beberapa hal yang mengontrol proses diagenesis diantaranya, yaitu :


13

1. Komposisi dan mineralogi dari sedimen asal.

2. Komposisi dari cairan pori serta kecepatan cairan fluida.

3. Faktor sejarah geologi sedimen asal, seperti pengangkatan dan perubahan muka

air laut mempengaruhi proses diagenesis. Proses diagenesis tahap awal dimulai

bila batuan terangakat ke permukaan.

4. Iklim, pada iklim kering, sementasi di lingkungan air tawar kemungkinan akan

terbatas dibandingkan dengan porositas primer yang terawetkan. Sebaliknya

pada iklim dingin, umumnya sangat sedikit sekali porositas primer yang

terhidar dari proses sementasi, tetapi porositas sekunder seperti moldic dan vug

berkembang secara signifikan.

II.4.1. Proses dan produk diagenesis

Enam proses utama yang terdapat dalam proses diagenesis, yaitu :

pelarutan, sementasi, neomorfisme, dolomitisasi, mikritisasi mikrobial dan

kompaksi. Proses ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, tekanan,

temperatur, stabilitas mineral, kondisi kesetimbangan, rate of water influx, waktu

dan kontrol struktur. Tiga proses utama dalam proses diagenesis adalah, pelarutan

(dissolution), sementasi dan penggatian (replacement). Setiap proses ini dicirikan

oleh kenampakan berbeda beda yang menginterpretasikan kondisi pembetukan

batuan karbonat. Berikut adalah proses yang terjadi dalam proses diagenesis :

1. Mikritisasi Mikrobial

Proses ini terjadi di lingkungan laut, yang terbentuk oleh adanya, aktivitas

pemboran butiran oleh endolithic algae, fungi dan bakteri di sekitar skeletal

kemudian lubang yang terbentuk diisi dengan sedimen berbutir halus atau
14

semen yang micrite envelope, yaitu mikrit yang mengelilingi cangkang.

Aktivitas organisme tersebut sangat aktif, maka akan dihasilkan cangkang yang

sepenuhnya termikritisasi. Proses ini merupakan proses yang peting umumnya

terjadi dalam lingkungan stagnant marine phreatic zone dan active merine

phreatic zone (Longman, 1980).

Gambar 5. Produk Diagenesis Mikritisasi microbial (Amrullah, 2011)

2. Pelarutan

Proses pelarutan diketahui dengan adanya mineral yang tidak stabil larut dan

membentuk mineral lain yang stabil pada lingkungan yang baru, hal ini terjadi

adanya perbedaan lingkungan diagenesis. Proses pelarutan dapat terjadi pada

freshwater vadose maupun freshwater phreatic (Longman, 1980).


15

Gambar 6. Produk diagenesis pelarutan (Amrullah, 2011)

3. Sementasi

Proses sementasi merupakan proses diagenesis utama dalam sedimen karbonat

terjadi pada waktu air pori yang sudah jenuh sewaktu fase semen dan tidak ada

faktor kinetik yang bisa menghalangi presipitasi semen. Proses ini memerlukan

sirkulasi air tawar ataupun air laut yang besar sekali. Lingkungan diagenesis

ditunjukkan oleh adanya mineralogi dan fabric semen yang berbeda beda

tergantung pada komposisi air pori, kecepatan suplai karbonat dan presipitasi.

Gambar 7. Produk diagenesis sementasi (Amrullah, 2011)


16

4. Neomorfisme

Neomorfisme adalah proses penggatian dan rekristalisasi dimana terjadi

perubahan mineralogi. Contohnya yaitu pengasaran ukuran kristal pada lumpur

karbonat atau mikrit (aggrading neomorphism) dan penggatian cangkang

aragonit dan semen oleh kalsit (calcitization) (Tucker, 1990). Proses ini dapat

terjadi pada awal sedimentasi freshwater phreatic dan deep burial.

Gambar 8. Produk diagenesis neomorfisme (Amrullah, 2011)

5. Dolomitisasi

Dolomitisasi adalah proses penggatian mineral kalsit menjadi dolomit yang

disebabkan oleh meningkatnya kadar Mg dalam batuan karbonat. Faktor

faktor yang mempercepet presipitasi dolomit adalah besarnya perbandingan

Mg/Ca pada mineral, besarnya kandungan CO2, tingginya temperatur dan pH,

rendahnya kandungan sulfat, rendahnya kadar silinitas serta pengaruh material

organik. Proses dolomitisasi bisa berubah replacement melalui proses

presipitasi atau berupa sementasi, yang dapat terjadi pada lingkungan mixing

zone dan deep burial (Morrow. 1982)


17

Gambar 9. Produk diagensis dolomitisasi (Amrullah, 2011)

6. Kompaksi

Menurut Tucker Dan Wrigth (1990) proses kompaksi dibagi 2 macam, yaitu :

1. Kompaksi mekanik yang terjadi pada saat pembebanan semakin besar yang

menyebabkan terjadinya retakan dalam butiran, butir saling berdekatan,

porositas berkurang.

2. Kompaksi kimia, terjadi ketika antara butir bersentuhan sehingga

mengalami pelarutan yang menghasilkan kontak suture dan kontak

concavo-convex

Gambar 10. Produk diagensis kompaksi (Amrullah, 2011)


18

II.4.2. Lingkungan diagenesis

Lingkungan diagenesis merupakan daerah dimana pola diagenesis yang

sama muncul, lingkungan diagenesis tidak ada kaitannya dengan lingkungan

pengendapan dan dapat berubah sepanjang waktu.

Gambar 11. Lingkungan diagenesis Tucker Dan Wright (1990)

. Mempelajari produk-produk diagenesis yang hadir pada lingkungan

tertentu merupakan kunci penting untuk memprediksi kecenderungan porositas

pada batuan karbonat. menurut (Longman, 1980 dalam Tucker dan wright, 1990)

membagi lima lingkungan diagenesis (Gambar 11), yaitu :

1. Zona marine phreatic

Sedimen berada pada lingkungan marine phreatic bila semua roga porinya

terisi oleh air laut yang normal. Umumnya karbonat diendapakan dan memulai

sejarah diagenesisnya pada lingkungan marine phreatic. Lingkungan ini dapat

di bagi menjadi dua, yaitu lingkungan yang berhubungan dengan sirkulasi air

sedikit, dicirikan oleh kehadiran mikritisasi dan sementasi setempat.


19

Lingkungan kedua berupa lingkungan yang berhubungan dengan sirkulasi air

yang baik dimana tingkat sementasi intergranular dan mengisi ronga lebih

intensif. Semen aragonit berserabut dan Mg kalsit merupakan ciri lain dari

lingkungan ini.

2. Zona mixing

Zona mixing merupakan percampuran lingkungan freshwater phreatic dan

freshwater vadose dengan karakteristik adanya air payau dan bersifat diam.

Seluruh ronga yang semua terisi air laut akan mulai tergantikan oleh air tawar.

Dolomitisasi merupakan salah satu penciri lingkungan ini jika salinitas air

sekitarnya rendah. Selinitas tinggi akan terbentuk Mg kalsit yang menjarum.

3. Zona meteoric phreatic

Zona ini terletak di bawah zona meteoric vadose dan zona mixing. Semua

ruang pori batuan diisi air meteorik yang mengandung material karbonat hasil

pelarutan dengan kadar yang bervariasi. Lingkungan ini dicirikan dengan

proses pencucian, neomorfisme butir yang diikuti atau tanpa diikuti sementasi

kalsit secara intensif.

4. Zona meteoric vadose

Zona meteoric vadose terletak di bawah permukaan dan di atas muka air tanah

yang menyebabkan rongga pada batuan terisi oleh udara dan air meteorik.

Proses utama yang terjadi di lingkungan ini beruapa pelarutan yang

menghasilakan porositas sekunder vug dan saturasi yang membentuk semen

pendant dan maniskus akibat air yang jenuh kalsit maupun penguapan CO2
20

5. Zona burial

Lingkungan ini dicirikan adanya proses kompaksi baik kompaksi mekanik

maupun kimia. Menurut Longmen (1980), lingkungan ini dicirikan oleh semen

kalsit atau dolomit kasar yang bersifat ferroan dengan tekstur poikilotopik,

terjadinya grain failure, stylolite dan dissolution seam.


21

BAB III
PEMBAHASAAN

III. 1. Litostratigrafi Lokasi Penelitian

Litostratigrafi lokasi penelitian berdasarkan pengamatan dilapangan dan

studi literatur termasuk ke dalam Formasi Wonosari dengan litologi batugamping

klastik. Sementara itu, berdasarkan hasil pengamatan pertrografi litologi di lokasi

penelitian berupa batugamping Fasies Alga Floatstone, Fasies Alga

Foraminefera Packstone, Fasies Alga - Foraminefera Wackestone, Facies Alga

Foraminefera Mudstone dan Fasies Batugamping Kristalin (Embry dan Kloven,

1971). Lokasi penelitian merupakan kawasan perbukitan karst. Hal ini didasarkan

atas hasil pengamatan disekitar lokasi penelitian dan studi literatur. Perbukitan

karst ini tersebar luas, dicirikan oleh bukit bukit kecil batugamping (Gambar

12). Bukit bukit batugamping tersebut umumnya berbentuk kerucut.

Gambar 12. Bukit kecil batugamping lokasi penelitian (Penulis, 2015)

21
22

III. 2. Batuan Daerah Penelitian

Berdasarkan dari hasil pengamatan lapangan dan sayatan petrografi pada

batuan karbonat daerah penelitian maka di simpulkan bahwa batuan karbonat

daerah penelitian, yaitu :

a. Fasies Alga Floatstone

b. Fasies Alga Foraminefera Packstone

c. Fasies Alga - Foraminefera Wackestone

d. Facies Alga Foraminefera Mudstone

e. Fasies Batugamping Kristalin

Lokasi Penelitian I

Pada LP I desa Monggol dan sekitarnya kordinat LS 08o0328, BT

110o3215 ditemukan singkapan batuan batugamping tebal 10,4 m singkapan

mempunyai slope 19o dan memiliki kedudukan N 160o E/3o. Pada LP I singakapan

tersusun dari beberapa litologi Fasies Alga Floatstone, Fasies Alga

Foraminefera Packstone dan Fasies Alga - Foraminefera Wackestone.

Gambar 13. Lokasi Pengamatan I (Penulis, 2015)


23

a. Fasies Alga Foraminefera Packstone LP I/ Sempel 1

Analisis secara dilapangan pada fasies ini batuan dicirikan memiliki

sortasi sedang buruk dengan kemas terbuka dan fragmen umumnya

mengambang dalam matrik, lumpur karbonat umumnya berwarna terang.

Berdasarkan analisis petrografi terhadap sempel 1 batuan terlihat fasies

packstone yang terdapat memiliki kerakteristik Foraminefera besar dan

pecahan alga, matrik berupa biomicrit, semen kalsit.

Gambar 14. Singkapan batuan karbonat fasias Packstone. Foto diambil mengadap arah
barat (Kanan). Sayatan batuan karbonat packstone, terlihat adanya
foraminefera Nummulites dan Red alga (Kiri). (Penulis, 2015)

b. Fasies Alga Floatstone LP I/ Sampel 2

Analisis secara dilapangan pada fasies ini batuan dicirikan memiliki

sortasi sedang buruk dengan kemas terbuka dan fragmen pada umumnya

mengambang dalam metrik berupa pecaha cangkang, lumpur karbonat

umumnya berwarna terang.

Berdasarkan analisis petrografi terhadap sempel 2 batuan terlihat fasies

floatstone yang terdapat memiliki kerakteristik pecahan green alga yang

memiliki Mg-kalsit, adanya Stylolites, matrik biomicrit dan semen kalsit


24

Gambar 15. Singkapan batuan karbonat fasies floatstone. Foto diambil mengadap arah
barat (Kanan). Sayatan batuan fasies floatstone, terlihat adanya green alga
(Kiri). (Penulis, 2015)

c. Fasies Foraminefera Wackestone LP I/ Sampel 3

Analisis secara dilapangan pada fasies ini batuan dicirikan memiliki sortasi

baik- sedang dengan kemas tertutup dan fragmen pada umumnya mengambang

dalam metrik berupa pecaha cangkang tidak terlalu banyak , lumpur karbonat

umumnya berwarna terang.

Berdasarkan analisis petrografi terhadap sempel 3 batuan terlihat fasies

Wackestone yang terdapat memiliki kerakteristik plantonik foraminefera

Nummulites memiliki usur kalsit, matrik micrit dan semen kalsit.

Gambar 16. Singkapan batuan karbonat fasies wackestone. Foto diambil mengadap
arah barat (Kanan). Sayatan batuan fasies wackestone, terlihat adanya
foraminefera Nummulites (Kiri). (Penulis, 2015)
25

Lokasi Penelitian II

Pada LP II desa Monggol dan sekitarnya kordinat LS 08o0347, BT

110o3220 ditemukan singkapan batuan batugamping tebal 4,4 m singkapan

mempunyai slope 13o dan memiliki kedudukan N 133o E/3o. Pada LP II

singakapan batugamping tingkat pelapukan relatif tinggi, warna gelap pada

singkapan sangat dominan dan tersusun dari beberapa litologi Fasies

Foraminefera Wackestone dan Fasies Alga - Foraminefera Packstone.

Gambar 17. Lokasi Pengamatan II (Penulis, 2015)

a. Fasies Foraminefera Wackestone LP II/Sampel 1

Analisis secara dilapangan pada fasies ini batuan dicirikan memiliki sortasi

baik- sedang dengan kemas tertutup dan fragmen pada umumnya mengambang

dalam metrik berupa pecaha cangkang tidak terlalu banyak , lumpur karbonat

umumnya berwarna terang. Pada singkapan sampel 1 batuan karbonat memiliki

tingkat pelapukan relatif tinggi dibuktikan adanya warna gelap pada singkapan

dan terlihat seperti berlapis.


26

Berdasarkan analisis petrografi terhadap sempel 1 batuan karbonat terlihat

fasies wackestone yang terdapat memiliki kerakteristik plantonik foraminefera

Nummulites memiliki usur kalsit, matrik micrit dan semen kalsit.

Gambar 18. Singkapan batuan karbonat fasies wackestone. Foto diambil mengadap
arah barat (Kanan). Sayatan batuan fasies wackestone, terlihat adanya
foraminefera Nummulites (Kiri). (Penulis, 2015)

b. Fasies Alga Foraminefera Packstone LP II/Sampel 2

Analisis secara dilapangan pada fasies ini batuan dicirikan memiliki

sortasi sedang buruk dengan kemas terbuka dan fragmen umumnya

mengambang dalam matrik, lumpur karbonat umumnya berwarna terang. Pada

singkapan sampel 2 batuan karbonat memiliki tingkat pelapukan relatif tinggi

dibuktikan adanya warna gelap pada singkapan dan terlihat seperti berlapis

Berdasarkan analisis petrografi terhadap sempel 2 batuan karbonat terlihat

fasies packstone yang terdapat memiliki kerakteristik plantonik foraminefera dan

pecahan green alga yang mengandung Mg- Kalsit, matrik berupa biomicrit,

semen kalsit.
27

Gambar 19. Singkapan batuan karbonat fasies packstone. Foto diambil mengadap arah
barat (Kanan). Sayatan batuan fasies packstone, terlihat adanya
foraminefera dan Green Alga (Kiri). (Penulis, 2015)

Lokasi Pengamatan III

Pada LP III desa Monggol dan sekitarnya kordinat LS 08o0350, BT

110o32221 ditemukan singkapan batuan batugamping tebal 5,2 m singkapan

mempunyai slope 9o. Pada LP III singakapan batugamping berwarna putih,

adanya pengotor akibat pelarutan yang masuk ke dalam rongga rongga batuan

batugamping tersebut dan tersusun dari beberapa litologi Fasies Alga -

Foraminefera Mudstone dan Fasies Batugamping Kristalin.

Gambar 20. Lokasi Pengamatan III (Penulis, 2015)


28

a. Fasies Alga Foraminefera Mudstone LPIII/Sampel 1

Analisis secara dilapangan pada fasies ini batuan dicirikan memiliki sortasi

baik - sedang dengan kemas tertutup dan fragmen umumnya mengambang dalam

matrik, lumpur karbonat umumnya berwarna terang.

Berdasarkan analisis petrografi terhadap sempel 1 batuan karbonat terlihat

fasies mudstone yang terdapat memiliki kerakteristik plantonik Foraminefera dan

pecahan red alga, matrik berupa micrit, semen kalsit.

Gambar 21. Singkapan batuan karbonat fasies Mudstone. Foto diambil mengadap arah
barat (Kanan). Sayatan batuan fasies mudstone, terlihat adanya
foraminefera dan Red Alga (Kiri). (Penulis, 2015)

b. Fasies Batugamping Kristalin LPIII/Sampel 2

Analisis secara dilapangan pada fasies batugamping kristalin yang terdapat

pada daerah penelitain desa monggol yang ditemukan berwarna cerah, sangat

kompak dan tersusun dari kristal karbonat seluruhnya.

Pada sayatan petrografi fasies batugamping kristalin terdiri dari mineral

dolomit tapi pada sayatan petrografi tidak diberikan larutan alizerin red untuk

mengindentifikasi dolomit tersebut, tekstur kristalin dengan sortasi baik kemas

tertutup dan metrik dari micrit sampai microspar.


29

Gambar 22. Singkapan batuan fasies batugamping kristalin. Foto diambil mengadap
arah barat (Kanan). Sayatan batuan fasies batugamping kristalin, terlihat
adanya perubahan ukuran butiran menjadi kristal - kristal (Kiri). (Penulis,
2015)

III.3. Produk Diagenesis Batuan Karbonat Daerah Panelitian

Berdasarkan hasil pengamatan sayatan petrografi dari contoh batugamping

bisa diketahui produk diagenesis yang terdapat pada batugamping Formasi

Wonosari yaitu :

a. Micritisasi microbial

b. Kompaksi

c. Sementasi

d. Neomorfisme

a. Micritisasi microbial

Micrtisasi microbial merupakan produk diagenesis yang terbentuk pada

tahap awal yaitu di lingkungan marine phreatic (Longman, 1980). Produk ini

hampir tedapat pada semua sayatan petrografi batuan karbonat dimana pada

butiran fosil oleh selaput yang terbuat dari macrit. Selaput berfungsi melindungi

cangkang fosil tersebut sehingga lebih tahap terhadap pelarutan.


30

Gambar 23. LP II/Sempel 1 micritisasi microbial pada fosil foraminefera (Penulis, 2015)

b. Kompaksi

Produk diagenesis ini disebabkan akibat adanya gejalah kompaksi kimia

yang disebabkan oleh peningkatan tekanan pembebenan menyebabkan antara

butir bersentuhan dan larut sehingga menghasilkan Stylolites.

Gambar 24. LP I Sampel 1terlihatnya Stylolites pada sayatan petrogrfi (Penulis, 2015)
31

c. Sementasi

Produk diagenesis ini menujukan jenis semen yang terbentuk pada sayatan

petrografi. Jenis semen pada analisis sayatan petrografi blocky berkomposisi kalsit

dapat terbentuk pada lingkungan diagenesis meteoric phreatic.

Gambar 25. LP I/Sampel 2 terlihatnya semen blocky pada sayatan petrografi (Penulis,
2015)

d. Neomorfisme

Dari hasil pengamatan sayatan petrografi, yang dihasilkan oleh proses ini

adalah aggrading neomorphism yaitu rekristalisasi micrit menjadi kristal kristal

berukuran menjadi besar yaitu microspar. Kristal kristal yang terbentuk

memiliki kenampakan yang lebih keruh microspar hal ini disebabkan karena

kristal kristal tersebut berasal dari rekristalisasi micrit dari lumpur karbonat.

Tucker dan Wright (1990) menyatankan bahwa neomorfisme terjadi pada

lingkungan diagenesis meteoric phreatic dan meteoric vadose.


32

Gambar 26. LP III/ Sampel 2 dimana terjadinya perubahan ukuran matrik menjadi
microspar yang berukuran lebih besar neomorfisme (Penulis, 2015)

III.4. Lingkungan Diagenesis Batuan Karbonat Formasi Wonosari

Berdasarkan pengamatan terhadap produk diagenesis baik dari observasi

lapangan pada singkapan maupun pada analisis sayatan petrografi dapat

diinterpretasikan lingkungan diagenesis yang dilalui oleh batugamping Formasi

Wonosari, meliputi lingkungan marine phreatic, burial, meteoric phreatic dan

meteori vadose.

Selaput micrit akibat organisme pembor (micritisai microbial) pada

foraminefera dan alga salah satu penciri lingkungan diagenesis marine phreatic.

Lingkungan diagenesis burial dicirikan oleh adanya stylolites dan rekahan pada

butiran yang merupakan hasil dari kompaksi kimia. Kehadiran semen jenis blocky

komposisi kalsit menunjukan lingkungan diagenesis meteoric phreatic.

Neomorfisme micrit menjadi microspar menujukan lingkungan diagenesis

meteoric vadose.
33

III.5. Sejarah Diagenesis Batuan Karbonat Formasi Wonosari

Perjalanan diagenesis batugamping yang terjadi pada Formasi Wonosari di

daerah penelitian yaitu lingkungan diagenesis marine phreatic, burial, meteoric

phreatic dan meteoric vadose. Menganalisis produk produk diagenesis yang

teramati, diperkirakan sejarah lingkungan diagenesis dimulai dari lingkungan

marine phreatic. Produk diagenesis ini yang ditandai oleh melimpahnya

micritisasi microbial yang menghasilkan selaput micrit pada cangkang

foraminefera, kemudian tejadi pengendapan satuan batuan yang lebih mudah

menyebabkan satuan batugamping memasuki lingkungan burial yang ditandai

dengan kehadiran stylolites.

Setelah itu lingkungan diagenesis batugamping pada daerah penelitian

mengalami perubahan menjadi meteoric phreatic hal ini ditandai oleh

terbentuknya semen kalsit blocky, kemudian akibat proses tektonik menyebabkan

terangkatnya batugamping Formasi Wonosari di daerah penelitian menujukan

lingkungan meteoric vadose yang di tandai adanya proses aggrading

neomorphism dimana micrit menjadi microspar.

Skema perubahan lingkungan diagenesis batugamping Formasi Wonosari

di daerah penelitian bisa diinterpretasikan seperti gambar dibawah ini.

1. Marine phreatic
2. Burial
3. Meteoric phreatic
4. Meteoric vadose
34

Gambar 27. Skema perubahan lingkungan diagenesis yang terjadi pada daerah penelitian
(Tucker dan Wright, 1990)

Berdasarkan waktu terjadinya diagenesis maka proses diagenesis pada

daerah penelitian meliputi (a) tahap eogenetik terjadi dekat permukaan, (b) tahap

mesogenetik yaitu diagenesis pada lingkungan burial, dan (c) tahap telogenetik

yang terjadi setelah pengangkatan (Chquette dan Pray, 1970 dalam Flugel, 2004).

Sejarah perkembang diagenesis batuan daerah penelitian dikontrol struktur

geologi berdasarkan studi literatur diketahui bahwa deformasi di daerah

Gunungkidul dipengaruhi oleh gaya utara selatan yang terjadi pada kala Miosen

Tengah dan Pleistosen (Surono dkk, 1992). Proses diagenesis dapat dikontrol oleh

komposisi dan mineralogi dari sedimen asal, komposisi dari cairan pori serta

kecepetan fluida, faktor sejarah geologi sedimen asal dan iklim.


35

BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan analisis analisis yang telah dilakukan, maka penulis

menarik kesimpulan bahwa :

1. Geomorfologi lokasi penelitian merupakan kawasan perbukitan karst.

Perbukitan karst ini tersebar luas, dicirikan oleh bukit bukit kecil

batugamping. Bukit bukit batugamping tersebut umumnya berbentuk

kerucut.

2. Stratigrafi formasi Wonosari yang ada pada daerah penelitian satuan

batugamping klastik.

3. Dengan metode petrografi batugamping daerah penelitian tersusun oleh 5

asosiasi fasies, yaitu fasies alga foraminefera mudstone, fasies alga

foraminefera wackestone, fasies alga foraminifera packstone, fasies alga

floatstone dan fasies batugamping kristalin.

4. Analisis diagenesis dengan pendekatan model Tucker dan Wright (1990).

Proses proses diagenesis yang terjadi pada daerah penelitian Formasi

Wonosari yaitu micritisasi microbial, kompaksi, sementasi dan

neomorfisme yang menandakan bahwa Formasi Wonosari pernah pada

lingkungan diagenesis marine phreatic, burial, meteoric phreatic dan

meteoric vadose.

35
36

DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, I. 2011. Geologi dan Studi Diagenesis Batugamping Formasi


Tendenhantu Daerah Gunung Antu dan Sekitarnya, Desa Tanjung
Mangkalihat Kecamatan Sandaran Kabupaten Kutai Timur Provinsi
Kalimatan Timur. Skripsi. Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Bronto, S. dan Mulyaningsih, S., 2001. Volcanostratigraphic development from
Tertiary to Quaternary: A case study at Opak River, Watuadeg-Berbah,
Yogyakarta.
Dunham, R. J. 1962. Classifcation of Carbonate Rocks According to Depositional
Texture. The America Association of Petroleum Geologists Bulletin.
Embry, A. F. And Kloven, J. E., 1971, A late Devonia reef trect on northeastern
Bank Island Northwest Territories. Bulletin Canadania Petroleum
Geologists.
Flugel, E., 2004. Microfacies of Carbonat Rock. Springer, Inc, New York.
Koesoemadinata, R.P., 1985, Prinsip Prinsip Sedimentasi, Dapartemen
Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung.
Longman, M. W. 1980. Carbonat Diagenetic Texture From Nearsurface
Diagenetic Environment. Buletin AAPG.
Morrow, D. W., 1982. Diagenesis 2 : Dolomite, Part 2. The Geological
Association of Canada.
Sorono dkk., 1992, Peta Geologi Lembar Surakarta-Giritontro, Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Tucker, M.E dan Wright, V.P., 1990. Carbonat Sedimentology. London,
Blackwell Scientifie Publications.
DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, I. 2011. Geologi dan Studi Diagenesis Batugamping Formasi


Tendenhantu Daerah Gunung Antu dan Sekitarnya, Desa Tanjung
Mangkalihat Kecamatan Sandaran Kabupaten Kutai Timur Provinsi
Kalimatan Timur. Skripsi. Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Bronto, S. dan Mulyaningsih, S., 2001. Volcanostratigraphic development from
Tertiary to Quaternary: A case study at Opak River, Watuadeg-Berbah,
Yogyakarta.
Dunham, R. J. 1962. Classifcation of Carbonate Rocks According to Depositional
Texture. The America Association of Petroleum Geologists Bulletin.
Embry, A. F. And Kloven, J. E., 1971, A late Devonia reef trect on northeastern
Bank Island Northwest Territories. Bulletin Canadania Petroleum
Geologists.
Flugel, E., 2004. Microfacies of Carbonat Rock. Springer, Inc, New York.
Koesoemadinata, R.P., 1985, Prinsip Prinsip Sedimentasi, Dapartemen
Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung.
Longman, M. W. 1980. Carbonat Diagenetic Texture From Nearsurface
Diagenetic Environment. Buletin AAPG.
Morrow, D. W., 1982. Diagenesis 2 : Dolomite, Part 2. The Geological
Association of Canada.
Sorono dkk., 1992, Peta Geologi Lembar Surakarta-Giritontro, Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Tucker, M.E dan Wright, V.P., 1990. Carbonat Sedimentology. London,
Blackwell Scientifie Publications.
ANALISIS SAYATAN

Nomor Sayatan : Sampel 1/LP I


Pebesaran : 40x
Posisi : Nikol Sejajar
Pemerian Petrografi : Sayatan
petrografi Batugamping klastik,
berwarna krem, mud-grain dan
fragmen skeletel.
Komponen Penyusun :
Fosil : Tidak berwarna atau
kecoklatan, relief sedang, sebagai
besar dalam kondisi utuh, berupa
pecahan alga dan foraminifera.
Biomicrit : Tidak berwarna,
berukuran > 0,02mm, hadir merata
dalam sayatan.
Penamaan Petrografis :
Alga Foraminefera Packstone
(Klasifikasi Embry dan Kloven,
1971)

Nomor Sayatan : Sampel 2/LP I


Pebesaran : 40x
Posisi : Nikol Sejajar
Pemerian Petrografi : Sayatan
petrografi Batugamping klastik,
berwarna krem, matrik supported
dan fragmen skeletel.
Komponen Penyusun :
Fosil : Tidak berwarna atau
kecoklatan, relief sedang, sebagai
besar dalam kondisi utuh, berupa
pecahan alga.
Biomicrit : Tidak berwarna,
berukuran > 0,02mm, hadir merata
dalam sayatan.
Penamaan Petrografis :
Alga Floatstone (Klasifikasi Embry
dan Kloven, 1971)
Nomor Sayatan : Sampel 3/LP I
Pebesaran : 40x
Posisi : Nikol Sejajar
Pemerian Petrografi : Sayatan
petrografi Batugamping klastik,
berwarna krem, mud grain
supported dan fragmen skeletel.
Komponen Penyusun :
Fosil : Tidak berwarna atau
kecoklatan, relief sedang, sebagai
besar dalam kondisi utuh, berupa
pecahan Foraminifera.
Micrit : Tidak berwarna, berukuran
< 0,02mm, hadir merata dalam
sayatan.
Penamaan Petrografis :
Foraminefera Wackestone
(Klasifikasi Embry dan Kloven,
1971)

Nomor Sayatan : Sampel 1/LP II


Pebesaran : 40x
Posisi : Nikol Sejajar
Pemerian Petrografi : Sayatan
petrografi Batugamping klastik,
berwarna krem, mud grain
supported dan fragmen skeletel.
Komponen Penyusun :
Fosil : Tidak berwarna atau
kecoklatan, relief sedang, sebagai
besar dalam kondisi utuh, berupa
pecahan Foraminifera.
Micrit : Tidak berwarna, berukuran
< 0,02mm, hadir merata dalam
sayatan.
Penamaan Petrografis :
Foraminefera Wackestone
(Klasifikasi Embry dan Kloven,
1971)
Nomor Sayatan : Sampel 2/LP II
Pebesaran : 40x
Posisi : Nikol Sejajar
Pemerian Petrografi : Sayatan
petrografi Batugamping klastik,
berwarna krem, mud-grain dan
fragmen skeletel.
Komponen Penyusun :
Fosil : Tidak berwarna atau
kecoklatan, relief sedang, sebagai
besar dalam kondisi utuh, berupa
pecahan alga dan foraminifera.
Biomicrit : Tidak berwarna,
berukuran > 0,02mm, hadir merata
dalam sayatan.
Penamaan Petrografis :
Alga Foraminefera Packstone
(Klasifikasi Embry dan Kloven,
1971)

Nomor Sayatan : Sampel 1/LP III


Pebesaran : 40x
Posisi : Nikol Sejajar
Pemerian Petrografi : Sayatan
petrografi Batugamping klastik,
berwarna krem, mud supported dan
fragmen skeletel.
Komponen Penyusun :
Fosil : Tidak berwarna atau
kecoklatan, relief sedang, sebagai
besar dalam kondisi utuh, berupa
pecahan alga dan foraminifera.
Micrit : Tidak berwarna, berukuran
< 0,02mm, hadir merata dalam
sayatan.
Penamaan Petrografis :
Alga Foraminefera Mudstone
(Klasifikasi Embry dan Kloven,
1971)
Nomor Sayatan : Sampel 2/LP III
Pebesaran : 40x
Posisi : Nikol Sejajar
Pemerian Petrografi : Sayatan
petrografi Batugamping Non -
klastik, berwarna krem, Mikrit
Microspar.
Komponen Penyusun
Micrit : Tidak berwarna, berukuran
< 0,02mm, hadir merata dalam
sayatan.
Microspsr : Warna keruh,
berukuran > 0,02mm, sebagian
dalam sayatan.
Penamaan Petrografis :
Batugamping Kristalin.

Anda mungkin juga menyukai