Analisis Diagenesis Batuan Karbonat PDF
Analisis Diagenesis Batuan Karbonat PDF
SEMINAR
Disusun Oleh:
LARIKIANSYAH
111.10.1043
i
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ILMIAH
Larikiansyah
NIM 111.10.1043
iii
INTISARI
Oleh :
Larikiansyah
111.10.1043
Pembimbing :
Arie Noor Rakhman, S.T., M.T.
NIK.08.0576.648E
iv
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat, Rahmat dan HidayahNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Proposal seminar dengan judul: ANALISIS DIAGENESIS BATUAN
KARBONAT DENGAN METODE PETROGRAFI STUDI KASUS
BATUGAMPING WONOSARI DESA MONGGOL, KECAMATAN
SAPTOSARI, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA.
Dengan tulus hati penulis menghaturkan terima kasih atas motivasi,
bimbingan, dan saran yang diberikan selama penyusunan seminar ini kepada :
dalam seminar ini dapat membantu memenuhi kebutuhan kita akan informasi
Penyusun
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................ii
INTISARI .................................................................................................... iv
PRAKATA .................................................................................................... v
DAFTAR ISI................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
vi
BAB III PEMBAHASAN ...........................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 14. Singkapan batuan karbonat fasias Packstone (Penulis, 2015) ...23
Gambar 15. Singkapan batuan karbonat fasies floatstone (Penulis, 2015) ....24
Gambar 16. Singkapan batuan karbonat fasies wackestone (Penulis, 2015) .24
Gambar 18. Singkapan batuan karbonat fasies wackestone (Penulis, 2015) .26
viii
Gambar 23. LP II Sampel 1 micritisasi microbial pada fosil foraminefera
(Penulis, 2015) ............................................................................30
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1.Latar Belakang
tersingkap dengan cukup baik dan menarik untuk diteliti. Para peneliti
Miosen Tengah hingga Pliosen yang disusun oleh litologi batuan karbonat. Batuan
sisipan yaitu napal dan tuf (Surono dkk., 1992). Keberadaan litologi batuan
khas dan menarik dan sehingga dijadikan sebagai objek penelitian dalam tugas
Proses diagenesis dapat disebabkan oleh proses fisika, kimia, dan biologi.
mengalami penimbunan dan berlanjut terus sampai ke tempat yang lebih dalam.
Proses sementasi merupakan proses kimia yang dapat terjadi pada awal proses
1
2
Maksud dari penyusunan seminar ini adalah untuk memenuhi salah satu
terjadi pada batuan karbonat, dan aspek aspek lainnya yang berhubungan
Luas daerah penelitian adalah sebesar 1km2 (1km x 1km) dapat dicapai
dalam waktu +/- 1 jam dengan menggunakan kendaran bermotor roda dua
maupun roda empat, namun ada beberapa daerah yang hanya dapat dijangkau
Istimewa Yogyakarta.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Formasi Wungkal-Gamping
Perbukitan Jiwo. Satuan batuan Tersier tertua di daerah Pegunungan Selatan ini
di bagian bawah terdiri dari perselingan antara batupasir dan batulanau serta
lensa batugamping. Pada bagian atas, satuan batuan ini berupa napal pasiran
dan lensa batugamping. Formasi ini tersebar di Perbukitan Jiwo, antara lain di
meter.
2. Formasi Kebo-Butak
Lokasi formasi ini terletak di G. Kebo dan G. Butak yang terletak di lereng dan
kaki utara gawir Baturagung. Litologi penyusun formasi ini di bagian bawah
dengan sisipan tipis tuf asam. Setempat di bagian tengahnya dijumpai retas
5
6
3. Formasi Semilir
penyusunnya terdiri dari tuf, tuf lapili, lapili batuapung, breksi batuapung dan
serpih. Komposisi tuf dan batuapung tersebut bervariasi dari andesit hingga
dasit. Bagian bawah satuan batuan ini, yaitu di K. Opak, Dusun Watuadeg,
Desa Jogotirto, Kec. Berbah, Kab. Sleman, terdapat andesit basal sebagai aliran
Semilir ini memanjang dari ujung barat Pegunungan Selatan, yaitu di daerah
tengah pada G. Baturagung dan sekitarnya, hingga ujung timur pada tinggian
meter.
4. Formasi Nglanggran
Lokasi formasi ini adalah di Desa Nglanggran di sebelah selatan Desa Semilir.
Batuan penyusunnya terdiri dari breksi gunungapi, aglomerat, tuf dan aliran
lava andesit-basal dan lava andesit. Breksi gunungapi dan aglomerat yang
andesit dan sedikit basal, berukuran 2 50 cm. Bagian tengah formasi ini, yaitu
lensa atau berupa kepingan. Secara setempat, formasi ini disisipi oleh batupasir
5. Formasi Sambipitu
Lokasi formasi ini terletak di Desa Sambipitu pada jalan raya Yogyakarta-
Formasi Sambipitu ini mencapai 230 meter. Batuan penyusun formasi ini di
bagian bawah terdiri dari batupasir kasar, kemudian ke atas berangsur menjadi
bahan karbonat. Formasi dengan hanya tersusun oleh batupasir tuf serta
6. Formasi Oyo
Lokasi formasi ini berada di K. Oyo. Batuan penyusunnya pada bagian bawah
terdiri dari tuf dan napal tufan. Sedangkan ke atas secara berangsur dikuasai
tersebar luas di sepanjang K. Oyo. Ketebalan formasi ini lebih dari 140 meter
Oyo.
7. Formasi Wonosari
Formasi ini oleh (Surono dkk, 1992) dijadikan satu dengan Formasi Punung
alam Subzona Wonosari dan topografi karts Subzona Gunung Sewu. Ketebalan
formasi ini diduga lebih dari 800 meter. Kedudukan stratigrafinya di bagian
dengan Formasi Kepek. Formasi ini didominasi oleh batuan karbonat yang
sebagai sisipan adalah napal. Sisipan tuf hanya terdapat di bagian timur.
diantaranya Lepidocyclina sp. dan Miogypsina sp., ditentukan umur formasi ini
laut dangkal (zona neritik) yang mendangkal ke arah selatan (Surono dkk,
1992).
8. Formasi Kepek
Lokasi formasi ini terletak di Desa Kepek, sekitar 11 kilometer di sebelah barat
Gambar 2. Geologi Regional Daerah Penelitian (Surono dkk, 1992) tanda merah sebagai
penunjuk asosiasi satuan batuan Formasi Wonosari
dominan terdiri dari garam garam karbonat, sedang dalam prakteknya secara
secara insitu, yang berasal dari larutan yang mengalami proses kimiawi maupun
biokimia, dimana dalam proses tersebut organisme turut berperan dan dapat pula
terjadi dari butiran rombakan yang telah mengalami transportasi secara mekanik
Selain itu pembentukannya dapat pula terjadi akibat proses dari batuan
karbonat yang lain (sebagai contoh yang sangat umum adalah proses dolomitisasi,
karbonat tersebut terjadi pada lingkungan air laut, sehinnga praktis bebas dari
Dasar yang dipakai oleh Dunham (1962) untuk menentukan tingkat energi
karbonat hanya terbentuk pada lingkungan yang berarus tenang sebaliknya batuan
dengan fabrik grain supported terbentuk pada energi gelombang kuat sehingga
butiran tidak saling bersinggungan disebut wackestone. lain halnya bila antar
terumbu).
Klovan (1971) telah dilakukan oleh Dunham tetapi tidak terperinci. Dunham
sedangkan Embry dan Klovan (1971) membagi lagi boundstone menjadi tiga
komponen utama terumbu yang berfungsi sebagai perangkap sedimen. Selain itu
berukuran lebih besar dari 2 cm >10 %. Nama yang mereka berikan adalah
suatu batuan meliputi proses kimia maupun fisika, namun perubahan ini bukan
3. Faktor sejarah geologi sedimen asal, seperti pengangkatan dan perubahan muka
air laut mempengaruhi proses diagenesis. Proses diagenesis tahap awal dimulai
4. Iklim, pada iklim kering, sementasi di lingkungan air tawar kemungkinan akan
pada iklim dingin, umumnya sangat sedikit sekali porositas primer yang
terhidar dari proses sementasi, tetapi porositas sekunder seperti moldic dan vug
dan kontrol struktur. Tiga proses utama dalam proses diagenesis adalah, pelarutan
batuan karbonat. Berikut adalah proses yang terjadi dalam proses diagenesis :
1. Mikritisasi Mikrobial
Proses ini terjadi di lingkungan laut, yang terbentuk oleh adanya, aktivitas
pemboran butiran oleh endolithic algae, fungi dan bakteri di sekitar skeletal
kemudian lubang yang terbentuk diisi dengan sedimen berbutir halus atau
14
Aktivitas organisme tersebut sangat aktif, maka akan dihasilkan cangkang yang
terjadi dalam lingkungan stagnant marine phreatic zone dan active merine
2. Pelarutan
Proses pelarutan diketahui dengan adanya mineral yang tidak stabil larut dan
membentuk mineral lain yang stabil pada lingkungan yang baru, hal ini terjadi
3. Sementasi
terjadi pada waktu air pori yang sudah jenuh sewaktu fase semen dan tidak ada
faktor kinetik yang bisa menghalangi presipitasi semen. Proses ini memerlukan
sirkulasi air tawar ataupun air laut yang besar sekali. Lingkungan diagenesis
ditunjukkan oleh adanya mineralogi dan fabric semen yang berbeda beda
tergantung pada komposisi air pori, kecepatan suplai karbonat dan presipitasi.
4. Neomorfisme
aragonit dan semen oleh kalsit (calcitization) (Tucker, 1990). Proses ini dapat
5. Dolomitisasi
Mg/Ca pada mineral, besarnya kandungan CO2, tingginya temperatur dan pH,
presipitasi atau berupa sementasi, yang dapat terjadi pada lingkungan mixing
6. Kompaksi
Menurut Tucker Dan Wrigth (1990) proses kompaksi dibagi 2 macam, yaitu :
1. Kompaksi mekanik yang terjadi pada saat pembebanan semakin besar yang
porositas berkurang.
concavo-convex
pada batuan karbonat. menurut (Longman, 1980 dalam Tucker dan wright, 1990)
Sedimen berada pada lingkungan marine phreatic bila semua roga porinya
terisi oleh air laut yang normal. Umumnya karbonat diendapakan dan memulai
di bagi menjadi dua, yaitu lingkungan yang berhubungan dengan sirkulasi air
yang baik dimana tingkat sementasi intergranular dan mengisi ronga lebih
intensif. Semen aragonit berserabut dan Mg kalsit merupakan ciri lain dari
lingkungan ini.
2. Zona mixing
freshwater vadose dengan karakteristik adanya air payau dan bersifat diam.
Seluruh ronga yang semua terisi air laut akan mulai tergantikan oleh air tawar.
Dolomitisasi merupakan salah satu penciri lingkungan ini jika salinitas air
Zona ini terletak di bawah zona meteoric vadose dan zona mixing. Semua
ruang pori batuan diisi air meteorik yang mengandung material karbonat hasil
proses pencucian, neomorfisme butir yang diikuti atau tanpa diikuti sementasi
Zona meteoric vadose terletak di bawah permukaan dan di atas muka air tanah
yang menyebabkan rongga pada batuan terisi oleh udara dan air meteorik.
pendant dan maniskus akibat air yang jenuh kalsit maupun penguapan CO2
20
5. Zona burial
maupun kimia. Menurut Longmen (1980), lingkungan ini dicirikan oleh semen
kalsit atau dolomit kasar yang bersifat ferroan dengan tekstur poikilotopik,
BAB III
PEMBAHASAAN
1971). Lokasi penelitian merupakan kawasan perbukitan karst. Hal ini didasarkan
atas hasil pengamatan disekitar lokasi penelitian dan studi literatur. Perbukitan
karst ini tersebar luas, dicirikan oleh bukit bukit kecil batugamping (Gambar
21
22
Lokasi Penelitian I
mempunyai slope 19o dan memiliki kedudukan N 160o E/3o. Pada LP I singakapan
Gambar 14. Singkapan batuan karbonat fasias Packstone. Foto diambil mengadap arah
barat (Kanan). Sayatan batuan karbonat packstone, terlihat adanya
foraminefera Nummulites dan Red alga (Kiri). (Penulis, 2015)
sortasi sedang buruk dengan kemas terbuka dan fragmen pada umumnya
Gambar 15. Singkapan batuan karbonat fasies floatstone. Foto diambil mengadap arah
barat (Kanan). Sayatan batuan fasies floatstone, terlihat adanya green alga
(Kiri). (Penulis, 2015)
Analisis secara dilapangan pada fasies ini batuan dicirikan memiliki sortasi
baik- sedang dengan kemas tertutup dan fragmen pada umumnya mengambang
dalam metrik berupa pecaha cangkang tidak terlalu banyak , lumpur karbonat
Gambar 16. Singkapan batuan karbonat fasies wackestone. Foto diambil mengadap
arah barat (Kanan). Sayatan batuan fasies wackestone, terlihat adanya
foraminefera Nummulites (Kiri). (Penulis, 2015)
25
Lokasi Penelitian II
Analisis secara dilapangan pada fasies ini batuan dicirikan memiliki sortasi
baik- sedang dengan kemas tertutup dan fragmen pada umumnya mengambang
dalam metrik berupa pecaha cangkang tidak terlalu banyak , lumpur karbonat
tingkat pelapukan relatif tinggi dibuktikan adanya warna gelap pada singkapan
Gambar 18. Singkapan batuan karbonat fasies wackestone. Foto diambil mengadap
arah barat (Kanan). Sayatan batuan fasies wackestone, terlihat adanya
foraminefera Nummulites (Kiri). (Penulis, 2015)
dibuktikan adanya warna gelap pada singkapan dan terlihat seperti berlapis
pecahan green alga yang mengandung Mg- Kalsit, matrik berupa biomicrit,
semen kalsit.
27
Gambar 19. Singkapan batuan karbonat fasies packstone. Foto diambil mengadap arah
barat (Kanan). Sayatan batuan fasies packstone, terlihat adanya
foraminefera dan Green Alga (Kiri). (Penulis, 2015)
adanya pengotor akibat pelarutan yang masuk ke dalam rongga rongga batuan
Analisis secara dilapangan pada fasies ini batuan dicirikan memiliki sortasi
baik - sedang dengan kemas tertutup dan fragmen umumnya mengambang dalam
Gambar 21. Singkapan batuan karbonat fasies Mudstone. Foto diambil mengadap arah
barat (Kanan). Sayatan batuan fasies mudstone, terlihat adanya
foraminefera dan Red Alga (Kiri). (Penulis, 2015)
pada daerah penelitain desa monggol yang ditemukan berwarna cerah, sangat
dolomit tapi pada sayatan petrografi tidak diberikan larutan alizerin red untuk
Gambar 22. Singkapan batuan fasies batugamping kristalin. Foto diambil mengadap
arah barat (Kanan). Sayatan batuan fasies batugamping kristalin, terlihat
adanya perubahan ukuran butiran menjadi kristal - kristal (Kiri). (Penulis,
2015)
Wonosari yaitu :
a. Micritisasi microbial
b. Kompaksi
c. Sementasi
d. Neomorfisme
a. Micritisasi microbial
tahap awal yaitu di lingkungan marine phreatic (Longman, 1980). Produk ini
hampir tedapat pada semua sayatan petrografi batuan karbonat dimana pada
butiran fosil oleh selaput yang terbuat dari macrit. Selaput berfungsi melindungi
Gambar 23. LP II/Sempel 1 micritisasi microbial pada fosil foraminefera (Penulis, 2015)
b. Kompaksi
Gambar 24. LP I Sampel 1terlihatnya Stylolites pada sayatan petrogrfi (Penulis, 2015)
31
c. Sementasi
Produk diagenesis ini menujukan jenis semen yang terbentuk pada sayatan
petrografi. Jenis semen pada analisis sayatan petrografi blocky berkomposisi kalsit
Gambar 25. LP I/Sampel 2 terlihatnya semen blocky pada sayatan petrografi (Penulis,
2015)
d. Neomorfisme
Dari hasil pengamatan sayatan petrografi, yang dihasilkan oleh proses ini
memiliki kenampakan yang lebih keruh microspar hal ini disebabkan karena
kristal kristal tersebut berasal dari rekristalisasi micrit dari lumpur karbonat.
Gambar 26. LP III/ Sampel 2 dimana terjadinya perubahan ukuran matrik menjadi
microspar yang berukuran lebih besar neomorfisme (Penulis, 2015)
meteori vadose.
foraminefera dan alga salah satu penciri lingkungan diagenesis marine phreatic.
Lingkungan diagenesis burial dicirikan oleh adanya stylolites dan rekahan pada
butiran yang merupakan hasil dari kompaksi kimia. Kehadiran semen jenis blocky
meteoric vadose.
33
1. Marine phreatic
2. Burial
3. Meteoric phreatic
4. Meteoric vadose
34
Gambar 27. Skema perubahan lingkungan diagenesis yang terjadi pada daerah penelitian
(Tucker dan Wright, 1990)
daerah penelitian meliputi (a) tahap eogenetik terjadi dekat permukaan, (b) tahap
mesogenetik yaitu diagenesis pada lingkungan burial, dan (c) tahap telogenetik
yang terjadi setelah pengangkatan (Chquette dan Pray, 1970 dalam Flugel, 2004).
Gunungkidul dipengaruhi oleh gaya utara selatan yang terjadi pada kala Miosen
Tengah dan Pleistosen (Surono dkk, 1992). Proses diagenesis dapat dikontrol oleh
komposisi dan mineralogi dari sedimen asal, komposisi dari cairan pori serta
BAB IV
KESIMPULAN
Perbukitan karst ini tersebar luas, dicirikan oleh bukit bukit kecil
kerucut.
batugamping klastik.
meteoric vadose.
35
36
DAFTAR PUSTAKA