Oleh
Beny Harjadi,
Agung Wahyu Nugroho
Susi Abdiyani
Arina Miardini
Dona Octavia
KEMENTERIAN KEHUTANAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN
BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI KEHUTANAN
PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI
2014
ii
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. viii
I.PENDAHULUAN................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Maksud dan Tujuan ............................................................................... 5
C. Sasaran ................................................................................................ 5
D. Batasan Istilah ...................................................................................... 5
II.PERENCANAAN .................................................................. 8
A. Pengorganisasian .................................................................................. 8
B. Pemetaan Lokasi ................................................................................... 9
C. Kebutuhan ........................................................................................... 13
D. Penentuan ........................................................................................... 18
III.PELAKSANAAN ............................................................... 20
A. Persiapan............................................................................................. 20
B. Pembuatan Jalur Tanggul Angin............................................................. 27
C. Penanaman.......................................................................................... 28
D. Pemeliharaan ....................................................................................... 40
E. Pemanenan Hasil .................................................................................. 43
ii
V.EVALUASI ........................................................................ 66
A. Tingkat Prosentase Tumbuh .................................................................. 66
B. Tingkat Prosentase Hasil........................................................................
C. Tingkat Perawatan dan Pengelolaan .................................................... 68
D. Tingkat Partisipasi Kelompok Tani.......................................................... 69
E. Tingkat Dampak Pengelolaan Lahan Pantai ............................................. 71
F. Analisa Input dan Analisa Output ..............................................................
G. Tingkat Kemanfaatan Tanggul Angin...................................................... 75
H. Tingkat Adopsi Masyarakat ................................................................... 76
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kondisi sebelum dan sesudah ada cemara laut di pantai ...........84
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram alur Penanganan permasalahan Lahan Pantai
Berpasir dengan Cemara Laut ................................................ 4
Gambar 2. Areal Penelitian Lahan Pantai Berpasir di Desa Karanggadung,
Kecamatan Petanahan, Kebumen, Sejak Tahun 2005 .............. 9
Gambar 3. Layout Pengembangan Demplot Tanaman Semusim dan
Tanaman Tanggul Angin Cemara Laut...................................18
Gambar 4. Persiapan Pembibitan Tanaman Tahunan dan Buah-buahan ...21
Gambar 5. Kondisi Awal Cemara Laut (Casuarina equisetifolia), saat
ditanam di Lapangan ...........................................................21
Gambar 6. Perkembangan kematangan biji pada cangkang dari berwarna
hijau (mentah), kuning (matang) dan coklat (biji lepas) .........29
Gambar 7. Contoh persemaian cemara laut dari biji di Pemalang .............30
Gambar 8. Cemara laut dari cangkok, dari biji dan setelah di prunning
(dipangkas cabang-cabang bawah agar cepat meninggi). .......31
Gambar 9. Papan batas dan tanda peringatan untuk pengamanan lokasi
penelitian jangan sampai diganngu pengunjung wisata ..........32
Gambar 10. Pengamatan Pertumbuhan tanaman cemara laut Tahun 2011
dari penanaman Tanaman tahun 2006 sampai tahun 2009 .......33
Gambar 11. Beberapa tanaman yang ada di pantai berpasir, dimanfaatkan
mikorizanya untuk perangsang pertumbuhan tanaman baru ...34
Gambar 12. Demplot Uji Coba dari Kantor BPTKPDAS Solo, antara Lain :
Jagung, Cabe, dan Bawang Merah (Hortikultura) ...................35
Gambar 13. Beberapa Tanaman Hortikultura, dibelakang Cemara Laut :
Gula Kelapa, Semangka, Terong Ungu, dan Pepaya Kalifornia.36
Gambar 14. Beberapa Tanaman Bawah yang ada di Pantai Berpasir .........39
Gambar 15. Beberapa Macam Insektisida untuk Penyemprotan HPT (Hama
Penyakit Tanaman) ..............................................................42
Gambar 16. Ternak Sapi dan Kambing Etawa untuk Peningkatan
Penyediaan Pupuk Kandang dan Menjaga Kesuburan Lahan ...44
Gambar 17. Dampak Cemara Laut Meramaikan Kondisi Wisata : Warung di
Tepi Pantai, Rumah Dekat Pantai (pesisir) dan Jalan Pantai ....45
Gambar 18. Kondisi Biofisik dan Kimia Pantai Berpasir pada Lahan Cemara
Laut, Pasir Pantai dan Lahan Semusim di Pantai Petanahan. ...47
Gambar 19. Pengambilan Sampel Tanah pada Lahan Cemara Laut, Pasir
Pantai, Lahan Semusim Hortikultura di Pantai Petanahan, Desa
Karanggadung, Kec. Petanahan, Kab. Kebumen.....................47
v
Gambar 20. Kondisi tanaman kekeringan akibat musim kemarau yang
panjang, tanaman kering dan layu jika tidak diguyur hujan ....48
Gambar 21. Mengantisipasi perubahan iklim ekstrim di pantai maka
diperlukan pemantauan perubahan iklim dan erosi angin. ......49
Gambar 22. Kelembaban Ruang dan Udara Harian Pagi dan Siang di Desa
Karanggadung, Kec.Petanahan, Kab.Kebumen .......................50
Gambar 23. Suhu Udara dan Ruang pada Pagi dan Siang hari di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen Tahun 2013 .................51
Gambar 24. Suhu Tanah Top Soil (30cm), Solum (90cm), dan Regolit
(150cm) Pagi dan Siang hari di Karanggadung, Kebumen.......52
Gambar 25. Data Hujan : Maximum Hujan, Rerata, Hari Hujan, Jumlah
dan Minimum ......................................................................53
Gambar 26. Curah Hujan Bulanan di Pantai Petanahan, Desa
Karanggadung, Kab.Kebumen Tahun 2009 2013 .................54
Gambar 27. Total Hujan Tahunan dan Hari Hujan di Pantai Petanahan ,
Desa Karanggadung, Kab.Kebumen Tahun 2009 2013 ........55
Gambar 28. Evaporasi pada Pengamatan Siang dan Malam hari Jauh dari
Pantai (sebelah utara) serta Dekat Pantai (sebelah selatan) ...56
Gambar 29. Alat Penangkap Erosi Angin (Sandtrap) dan Bius Beton untuk
Instalasi Air Sumur Renteng .................................................57
Gambar 30. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir Bulan Mei 2006 .......58
Gambar 31. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir Bulan Agustus 2006 ..58
Gambar 32. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir, 22 Desember 2006 .59
Gambar 33. Lay out Tata Letak Stik Erosi untuk Memantau Erosi Angin di
Pantai Petanahan, Kebumen, Tahun 2013 .............................60
Gambar 34. Erosi Angin di Dekat Pantai (D), Gisik Pasir (G), Jauh dari
Pantai (J) dan Pantai (P) di Petanahan, Juni-Agustus 2013 .....61
Gambar 35. Erosi Angin di Dekat Pantai (D), Gisik Pasir (G), Jauh dari
Pantai (J) dan Pantai (P) di Petanahan, September- Desember
2013 ...................................................................................62
Gambar 36. Kecepatan Angin Siang dan Malam Tahun 2007 di Kebumen.63
Gambar 37. Kecepatan Angin Pagi dan Siang Hari di Karanggadung,
Petanahan, Kebumen Tahun 2013. .......................................64
Gambar 38. Arah Angin Pagi dan Siang Hari dari Timur Laut (TL) sampai
Barat Daya (BD) di Karanggadung, Kebumen. .......................65
Gambar 39. Kronologis Perubahan Kondisi Lahan Pantai Petanahan
dengan Cemara Laut dari Tahun 2005 sampai 2013. ..............67
vi
Gambar 40. Pertumbuhan Tanaman Cemara Laut dan Persen Tumbuh
Tahun 2013 .........................................................................68
Gambar 41. Kondisi Tanaman yang Mengalami Kekeringan Akibat Musim
Kemarau panjang dan Mati Akibat Busuk Akar .......................69
Gambar 42. Pengunjung Wisata Meningkat karena Tingkat Kenyamanan
Wisata Semakin Sejuk dan Indah ..........................................72
Gambar 43. Pendapatan Wisata Bulanan di Pantai Petanahan, Desa
Karanggadung, Kab. Kebumen Tahun 2010 - 2013 ................73
Gambar 44. Kunjungan Wisata Pantai Petanahan, Desa Karanggadung
2011-2013...........................................................................74
Gambar 45. Puncak kunjungan wisata saat Lebaran di bulan September
2011 dengan pendapatan mencapai Rp 23.594.000,- .............75
Gambar 46. Sosialisasi Penyelamatan Pantai dengan Menanam Cemara
Laut Pada Masyarakat dan Anak-anak Sekolah ......................77
Gambar 47. Pendekatan dengan Cara Pendampingan Kelompok Tani dan
Anak-anak Sekolah di Ruang Kelas Maupun di Ruang Terbuka 78
Gambar 48. Kondisi Gersang Pantai Petanahan dan Rindang Setelah
Penghijauan dengan Cemara Laut.........................................79
Gambar 49. Peresmian Cemara Laut Wanagama III oleh Menteri
Kehutanan di Pantai Petanahan, Kebumen. ...........................79
Gambar 50. Sosilaisasi penyelamatan dini pantai dengan cemara laut perlu
disampaikan pada semua dari warga biasa, aparat, anak-anak
sekolah untuk membangkitkan partisipasinya ........................80
Gambar 51. Pendekatan secara perorangan atau berkolompok harus
sering dilakukan baik secara formal (aparat kabupaten sampai
desa) maupun informal dengan para tokoh atau warga biasa .81
Gambar 52. Akar cemara laut yang busuk akibat diserang jamur dari
bahan pupuk kandang yang belum matang ...........................89
Gambar 53. Penyerangan akar oleh jamur atau penyakit busuk akar akan
menyebabkan perakaran putus dan tanaman mati permanen. 89
Gambar 54. Bibit cemara laut muda yang mati pada saat penanaman bisa
diakibatkan oleh iklim, tanah, pupuk, penanganan bibit dll ....90
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lahan bermasalah merupakan lahan yang tidak layak atau tidak
sesuai dipergunakan untuk pertumbuhan tanaman, sehingga agar lahan
bermasalah dapat dimanfaatkan perlu dilakukan usaha perbaikan. Macam-
macam permasalahan lahan dapat terjadi karena : 1. Proses alami 2. Proses
buatan 3. Kombinasi keduanya. Proses permasalahan lahan alami meliputi :
lahan marjinal (pasir kuarsa/podsol, pantai berpasir, lahan bergaram, dll),
lahan basah (gambut, payau/estuarin, rawa, dll) dan tanah bencana (berapi,
tsunami, gempa bumi, angin kencang, dll). Proses permasalahan lahan
buatan meliputi lahan kritis, lahan asam/sulfat masam, dan lahan bekas
tambang. Proses permasalahan lahan akibat kombinasi antara faktor alam
dengan buatan manusia meliputi : lahan banjir, kekeringan, dan longsor.
Salah satu permasalahan lahan di Indonesia adalah lahan pantai
berpasir mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki
wilayah pantai yang luas dan panjang. Bentuk lahan (landform) wilayah
pantai secara umum dikelompokkan atas wilayah pantai berlumpur (muddy
shores), pantai berpasir (sandy shores), dan pantai berbatu karang atau
andesit (Bloom, 1979). Wilayah ini bersifat dinamis dimana terdapat
hubungan antara pasokan butir-butir pasir dari hasil abrasi pantai oleh
ombak menuju pantai dan dari gisik (beach) yang merupakan hasil erosi
angin kearah daratan, sehingga pasokan pasir terjadi terus-menerus.
Peristiwa tersebut menyebabkan lahan pantai berpasir menjadi kritis, baik
untuk wilayah itu sendiri maupun wilayah di belakangnya (Sukresno, 1998).
Pengertian tanah berpasir merupakan tanah yang mengandung
banyak pasir tetapi masih ada debu dan liat sehingga tidak mudah terpisah
(Hardjowigeno, 1992 ). Lingkungan pantai (Dahlan, 1992) memiliki karakter
yang sangat khas sebagai ciri yang mencolok pada daerah pesisir pantai
antara lain : a). Angin kencang dengan hembusan garam, b). Kadar garam
1
tinggi dalam tanah, c). Porositas tinggi, dan d). Pergerakan pasir yang
bebas. Sifat Fisik tanah pantai berpasir butirannya kasar mengandung
kerikil, konsistensi lepas sampai gembur, dan warnanya bervariasi dari
merah kuning, coklat kemerahan, dan coklat kekuningan. Sifat Kimia tanah
pantai berpasir kaya akan unsur-unsur hara seperti Posfor (P) dan Kalium
(K) kecuali Nitrogen (N) yang belum terlapuk sehingga perlu tambahan
pupuk organik, pupuk kandang dan pupuk hijau (Suhardjo, Supriyadi, dan
Sudihardjo, 2000). Dengan kandungan garam-garaman yang tinggi
menyebabkan tanah pantai berpasir memiliki pH tanah berkisar antara 6
sampai 7. Sifat Biologi tanah pantai berpasir memiliki sedikit
mikroorganisme yang dapat memfiksasi nitogen dari udara. Terdapat banyak
bakteri bacillus yang dapat melarutkan senyawa fosfat dan kalium di dalam
tanah. Tanah pantai berpasir memiliki beberapa jenis tanah antara lain :
tanah Alluvial, Regosol atau Entisols.
Permasalahan yang terdapat pada lahan pantai berpasir meliputi
(Gambar 1) : a) miskin unsur hara, b). sukar menahan air, c). mudah terjadi
erosi, d). agregat tanah lemah. Cara mengatasi permasalahan tanah
berpasir tersebut antara lain dengan : 1). pemberian mulsa, 2).
menambahkan tanah liat (amelioran/ameliorat), 3). menambahkan bahan
organik (pupuk kandang), 4). menanam tanaman penutup tanah, 5.
menggunakan Bio-P 2000z. Kondisi lahan yang kritis tersebut disebabkan
tidak hanya oleh faktor biofisik semata yang secara alami telah kritis dan bila
tidak segera ditangani berdampak negatif pada lahan yang akan terjadi
semakin meluas (Harsono, 1995). Hendaknya pemanfaatan lahan pantai
berpasir dilakukan secara baik dan benar dan dapat berfungsi ganda, yaitu
untuk mengendalikan erosi (angin) dan untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat melalui usaha budidaya tanaman semusim yang sesuai dan
bernilai ekonomi tinggi.
Berkaitan dengan permasalahan yang ada di wilayah pantai
berpasir, dibutuhkan suatu model pengelolaan untuk rehabilitasi dan
2
konservasi yang bisa meningkatkan produktivitas lahan yang berimplikasi
pada tereduksinya marjinalitas lahan dan peningkatan pendapatan
masyarakat sekitar area tersebut dengan penanaman cemara laut
(Casuarina equisetifolia sp.) sebagai tanggul angin (Nurahmah dkk, 2007).
3
Gambar 1. Diagram alur Penanganan permasalahan Lahan Pantai
Berpasir dengan Cemara Laut
4
B. Maksud dan Tujuan
Petunjuk teknis ini bertujuan memberikan informasi kepada
khalayak umum bagaimana memberdayakan lahan bermasalah pantai
berpasir yang marjinal melalui penanaman tanaman tanggul angin cemara
laut (cemara udang/Casuarina equisetifolia sp.) dan tanaman budidaya
(hortikultura) sehingga dapat dimanfaatkan menjadi lahan produktif untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar pesisir selatan (Sukresno
dkk, 2000).
C. Sasaran
Pelaksanaan teknik konservasi lahan pantai berpasir dengan
pengembangan model tanaman tanggul angin Casuarina equisetifolia sp.
(pembiakan dan pola tanam) sebagai pengendali erosi angin, model
pengelolaan tanaman budidaya (bawang merah, cabe, semangka dan
terong) yang ditanam di belakang tanaman tanggul angin, sehingga dapat
meningkatkan produktivitas lahan marjinal.
D. Batasan Istilah
Beberapa pengertian dan peristilah umum yang digunakan dan
berhubungan dengan masalah pengelolaan wilayah pantai, antara lain:
1. Lahan bermasalah adalah lahan yang diakibatkan oleh rendahnya
sifat fisik, kimia dan biologi sehingga tidak layak untuk pertumbuhan
tanaman karena faktor bawaan/alami atau faktor buatan (eksploitasi
lahan, perusakan lahan, pengelolaan lahan yang salah dll).
2. Pantai (shore), adalah hamparan lahan yang membentang di tepi
laut, atau tepi perairan yang luas.
3. Wilayah Pantai atau Pesisir (coast), adalah daratan di tepi laut,
yang meliputi pantai dan daratan didekatnya (pesisir) yang masih
terpengaruh oleh aktivitas marin (lautan).
5
4. Daerah Pantai, adalah daratan yang terletak dibagian hilir Daerah
Aliran Sungai (DAS) yang berbatasan dengan laut, dengan
kelerengan kurang dari 8% (topografi datar).
5. Gisik (beach), yaitu daerah berbatasan antara permukaan air laut
pasang dan surut, yang umumnya tertutup oleh hamparan pasir dan
kerikil di permukaannya.
6. Beting Gisik, adalah gundukan alami memanjang searah garis
pantai yang merupakan bekas gisik dan sudah tidak aktif lagi karena
pantai mengalami akresi (daratan bertambah luas).
7. Laguna, adalah cekungan memanjang searah/sejajar garis pantai,
diantara beting gisik, biasanya tergenang air.
8. Gumuk Pasir (sand dune), adalah bukit-bukit pasir yang terbentuk
dari akumulasi pasir yang tererosi dan terbawa oleh angin.
9. Rekresi (abrasi), adalah daratan yang terkikis atau susut karena
pengikisan gelombang atau arus laut.
10. Intrusi, adalah masuknya air laut ke arah daratan baik yang melalui
permukaan tanah maupun lewat bawah tanah.
11. Salinitas Air, adalah kadar garam atau tingkat keasinan air.
12. Interface, adalah bidang pembatas antara air bawah tanah yang
tawar (dari daratan) dan asin (dari lautan).
13. Erosi, adalah suatu proses dimana tanah atau partikel tanah atau
batuan terlepas dan dihancurkan, kemudian diangkut, tercuci oleh
suatu gaya (media pengangkut) berupa air, angin, atau gaya berat
partikel tanah atau batuan itu sendiri.
14. Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT), adalah suatu
usaha manusia untuk memperbaiki, meningkatkan, dan
mempertahankan kondisi lahan agar dapat berfungsi secara optimal,
baik sebagai unsur produksi, media pengatur tata air maupun
sebagai unsur perlindungan alam lingkungan.
6
15. Sabuk Hijau Perlindungan Pantai, adalah suatu daratan yang
terletak di sepanjang garis pantai dan berbatasan langsung dengan
laut karena keadaan fisiknya berfungsi sebagai perlindungan bagi
kelestarian sumber daya alam daerah pantai, dengan lebar tertentu
dan ditanami dengan vegetasi tertentu. Tanaman sabuk hijau
berfungsi sebagai pengendali abrasi, penahan uap garam-garaman,
mencegah angin kencang dari lautan, dan pengendali iklim mikro.
7
II.PERENCANAAN
A. Pengorganisasian
Pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah
(RLKT) Pantai berpasir melalui pengembangan teknologi rehabilitasi lahan
berpasir dan peningkatan tingkat pendapatan masyarakat serta
kenyamanan berwisata, melibatkan multi stakeholder. Pihak yang terlibat
meliputi instansi pemerintahan dan masyarakat sekitar sehingga perlu
dilakukan konsultasi dan koordinasi ke instansi terkait dan sosialisasi
rencana kegitan pada masyarakat (Harjadi dkk, 2007).
Konsultasi dan koordinasi dari tingkat Kabupaten (Dinas Kehutanan
dan Dinas Wisata), Kecamatan (Polsek dan Kantor Camat), Kelurahan
sampai Kelompok Tani (Kontak Tani, Tokoh Masyarakat dan Tokoh
Agama). Disamping itu juga ditetapkan salah satu rumah penduduk
sebagai Sekretariat Kelompok Tani (KT) sebagai kantor anggota kelompok,
tempat diskusi, dan menyimpan peralatan serta output tulisan hasil
penelitian. Sehingga Sekretariat KT juga sebagai pusat sosialisasi hasil
penelitian dan pusat informasi agenda acara KT.
Pertemuan KT ditetapkan rutin setiap bulan dan bergilir dari rumah
ke rumah anggota KT, kadang juga dilakukan di Balai Desa atau di
Sekolah (SD Negeri I Karanggadung), dan di lokasi (Pondok Kerja).
Kegiatan penanaman cemara laut juga melibatkan Bapak-Bapak dan Ibu-
Ibu anggota KT serta anak-anak sekolah.
8
B. Pemetaan Lokasi
Pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan dimulai
dengan melakukan pemetaan lokasi untuk penanaman tanaman tanggul
angin dan tanaman budidaya (Gambar 1) dengan menggunakan GPS
(Global Positioning System). Lokasi pengelolaan lahan bermasalah di
pantai berpasir (pantai selatan) di Desa Karanggadung, Kecamatan
Petanahan, dan Kabupaten Kebumen (Harjadi dan Octavia, 2008).
9
besar dan luas permukaan yang lebih kecil dibandingkan fraksi debu dan
liat. Oleh karena itu, tidak banyak berfungsi dalam mengatur kimia tanah
tetapi lebih sebagai penyokong tanah di mana sekitarnya terdapat partikel
debu dan liat yang aktif. Tanah berpasir memiliki struktur butir tunggal,
berupa butir-butir primer yang besar tanpa adanya bahan pengikat
agregat, berukuran 0,002 mm - 2,0 mm.
ii. Porositas dan Temperatur
Tanah berpasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit
menahan air. Porositas tanah pasir bisa mencapai lebih dari 50 %, maka
bersifat mudah merembeskan air dan gerakan udara di dalam tanah
menjadi lebih lancar (aerasi). Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap
proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air
atau angin. Oleh sebab itu, media pasir lebih membutuhkan pengairan
dan pemupukan organik yang lebih intensif .
Tanah berpasir memiliki temperatur yang tinggi yang disebabkan
karena kemampuan tanah menyerap panas yang tinggi. Tanah pasir
memiliki kemampuan yang rendah dalam menahan lengas karena sifat
tanah yang porous berakibat sempitnya kisaran kandungan air tersedia
serta tingginya kecepatan infiltrasi 2,5-25 cm/jam (dibandingkan 0,001 -
0,1 cm/jam pada tanah liat/clay). Tanah pasir menyimpan air sangat
rendah yaitu 1,6-3% dari total air yang tersedia.
10
ii. pH Tanah (Kemasaman Tanah)
Tanah berpasir di daerah pantai cenderung bersifat basa karena
kandungan garamnya yang tinggi dan sedikitnya partikel liat serta
kurangnya bahan organik. Kelebihan garam dalam tanah dapat
menurunkan potensial air larutan tanah dan menyebabkan tumbuhan
kekurangan air meskipun hidup pada lingkungan yang banyak air. Ini
disebabkan karena potensial air di lingkungan lebih rendah daripada
potensial air jaringan, kemudian yang terjadi adalah kehilangan air bukan
menyerapnya. Menurut Hasan Basri Jumin (Sipayung, 2003 : 4), salinitas
menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang menghambat
pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein serta penambahan
biomassa tumbuhan.
11
dan gulungan. Tanah bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang
lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tanah
bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur
kasar (Madjid, 2009).
Tanah pasir tidak memiliki kemampuan menjerap air dan unsur
hara sehingga tanah pasir mudah kering dan tidak subur. Tanah pasir juga
sedikit mengandung liat, miskin bahan organik atau humus dan memiliki
KTK yang rendah (Utami, 2009).
c. Tanaman Budidaya
Pemetaan lokasi penanaman tanaman budidaya dengan
memperhatikan sebaran dan lay out jalur tanggul angin. Hal-hal yang
perlu dirancang antara lain:
a. Pemilihan jenis tanaman budidaya sesuai dengan kebutuhan
petani/masyarakat setempat dan sesuai ditanam di pantai.
b. Lokasi penanaman (mengikuti letak jalur tanggul angin yang
ada) yaitu tepat di belakang tanaman tanggul angin.
12
c. Penetapan waktu tanam, volume kebutuhan masing-masing
bibit serta waktu dan dosis pemberian ameliorat (amelioran).
Ameliorat berupa pupuk kandang, tanah liat maupun pupuk
buatan (urea, TSP, ZA dan KCl)
C. Kebutuhan
a. Kebutuhan Bahan
Tanaman cemara laut (Casuarina equisetifolia) ditanam dengan
jarak 5 m x 5 m. Untuk kebutuhan bibit disesuaikan dengan luas areal yang
akan ditanami. Kebutuhan bibit tanaman semusim bibit bawang merah
sebanyak 200 kg per hektar dan jagung 20 kg per hektar (Ambarwati dan
Purwanti, 2002). Bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan perbaikan tanah
berupa pupuk kandang dengan dosis 20 ton/ha (Atmojo, 2003) serta pupuk
anorganik 200 kg/ha ZA, KCl, urea, TSP, racun insektisida (serangga), dan
fungisida (jamur).
b. Kebutuhan Alat
Alat yang dibutuhkan untuk kegiatan penetapan lokasi, pembuatan
rancangan, dan pemetaan lokasi antara lain patok, meteran, kompas dan
peta dasar. Alat yang dibutuhkan untuk kegiatan pengembangan sarana
pengairan tanaman budidaya antara lain berupa bak renteng, pralon,
gembor, selang dan pompa air. Alat yang dibutuhkan untuk kegiatan
pengamatan perlakuan, antara lain: penjerap pasir (sand trap),
evaporimeter (pengukur evaporasi), ombrometer (penakar hujan),
anemometer (kecepatan angin), termometer udara, dan termometer
tanah (kedalaman 30cm = top soil, 90cm = solum, 150cm = regolit). Alat
yang dibutuhkan untuk kegiatan sosialisasi masyarakat adalah leaflet,
poster, tulisan ilmiah dan laporan. Sedangkan untuk mengumpulkan
informasi sosek (sosial ekonomi) dengan blanko kuisioner.
13
c. Kebutuhan Tenaga
Tenaga yang dibutuhkan terdiri atas tenaga pengamat untuk data
iklim (suhu, curah hujan, kecepatan angin) dan erosi pasir serta pengamat
pertumbuhan tanaman. Disamping itu untuk keamanan melibatkan
seluruh warga Karanggadung dan Karyawan Obyek wisata Karanggadung
untuk mengawasi kalau ada pengunjung wisata yang sengaja atau
sekedar iseng merusak tanaman.
d. Kebutuhan Biaya
Biaya bibit (Cemara laut dan tanaman semusim) dan pupuk
(organik dan an-organik) yang dibutuhkan per hektarnya sekitar Rp.
25.000.000,- dan biaya perlengkapan lapangan sekitar Rp.3.000.000,-.
Beberapa biaya yang tidak terhitung berupa bantuan tenaga dari
Kelompok Tani dari mulai penanaman, perawatan dan pengamanan serta
pengamatan dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat.
e. Kebutuhan Lahan
Luasan lahan disesuaikan dengan ketersediaan bibit, jarak tanam
yang dipilih dan ragam tanaman yang ditanam (disesuaikan dengan
kemampuan anggaran biaya). Dari pihak kantor Obyek Wisata
Karanggadung selaku pihak yang bertanggung jawab pengelolaan lahan
pantai berpasir, mengijinkan untuk penggunaan lahan pantai berpasir
seluas 11,71 ha untuk tanaman Cemara laut dan tanaman semusim.
f.Kebutuhan Ameliorat
Dengan karakteristik tanah berpasir seperti di atas, dapat dilihat
bahwa amelioran yang paling sesuai untuk meningkatkan kesuburan tanah
berpasir adalah bahan organik (BPT, 2005). Penambahan bahan organik
akan meningkatkan kemampuan tanah untuk diolah pada lengas yang
rendah. Pada tanah berpasir yang kering yang semula tidak lekat, tidak
14
liat pada saat basah, dengan tambahan bahan organik dapat menjadi
agak lekat dan liat serta sedikit teguh, sehingga mudah diolah.
Hasil penelitian Nugroho dan Sumardi, 2010 menunjukkan bahwa
penambahan amelioran (40% tanah dan 10% bahan organik) ke dalam
media dasar pasir mampu meningkatkan daya hidup cemara udang
sampai 78,3%. Penambahan tanah (20% dan 40%) ke dalam media dasar
pasir mampu meningkatkan daya hidup cemara udang sebesar 60,83%
dan 63,75%. Penambahan pupuk kandang 10% pada media dasar pasir
mampu meningkatkan daya hidup cemara udang sebesar 65,55% dan
penambahan pupuk kandang hingga 30% dan 50% tidak memberikan
pengaruh yang berbeda nyata.
Atmojo (2003) menjelaskan bahwa pemberian bahan organik
mampu menciptakan kondisi yang sesuai untuk tanaman dengan
memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah, aerasi lebih baik sehingga
mempermudah penetrasi akar, memperbaiki kapasitas menahan air,
meningkatkan pH, KTK dan serapan hara. Bahan organik merupakan
sumber makanan bagi mikroorganisme tanah, maka bahan organik juga
mempercepat perbanyakan fungi, bakteri, mikroflora dan mikrofauna tanah
lainnya. Peran bahan organik yang paling besar terhadap sifat fisik tanah
meliputi : struktur, konsistensi, porositas, daya mengikat air, dan yang tidak
kalah penting adalah peningkatan ketahanan terhadap erosi.
Pada tanah berpasir, bahan organik dapat merubah struktur tanah
dari berbutir tunggal menjadi bentuk gumpal, sehingga meningkatkan
derajat struktur dan ukuran agregat atau meningkatkan kelas struktur dari
halus menjadi sedang atau kasar (Scholes et al., 1994 dalam Atmojo, 2003).
Bahkan bahan organik dapat mengubah tanah yang semula tidak
berstruktur (pejal) dapat membentuk struktur yang baik atau remah,
dengan derajat struktur yang sedang hingga kuat. Penambahan bahan
organik pada tanah kasar (berpasir), akan meningkatkan pori yang
berukuran menengah dan menurunkan pori makro sehingga meningkatkan
15
kadar air pada kapasitas lapang. Dengan demikian akan meningkatkan
kemampuan menahan air (Stevenson, 1982 dalam Atmojo, 2003). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa asam humat (di dalam humus) lebih
bertanggung jawab pada pembentukkan agregat di tanah regosol, yang
ditunjukkan oleh meningkatnya kemantapan agregat tanah (Pertoyo, 1999
dalam Atmojo, 2003).
Pengaruh penambahan bahan organik terhadap pH tanah dapat
meningkatkan atau menurunkan tergantung oleh tingkat kematangan bahan
organik dan jenis tanahnya. Penambahan bahan organik yang belum masak
(misal pupuk hijau) atau bahan organik yang masih mengalami proses
dekomposisi, biasanya akan menyebabkan penurunan pH tanah karena
terjadinya pelepasan asam-asam organik selama proses dekomposisi.
Peningkatan pH tanah juga akan terjadi apabila bahan organik yang kita
tambahkan telah terdekomposisi lanjut (matang), karena bahan organik
yang telah termineralisasi akan melepaskan mineralnya, berupa kation-
kation basa (Atmojo, 2003).
Sumber utama N di dalam tanah berasal dari dekomposisi bahan
organik. Pada tanah berpasir, potensi N dalam bentuk ion nitrat (NO3-) yang
mengalami pencucian (leaching) lebih besar karena ion nitrat yang
bermuatan negatif tersebut tidak bisa diadsorbsi oleh lempung/humus
sehingga sering terlarut dalam air. Demikian juga unsur makro K lebih
mudah terlindi di tanah berpasir karena kurangnya koloid tanah berupa
humus dan lempung (clay), Hasil penelitian Gong et al. (2009) di Cina
memperlihatkan bahwa perlakuan pemberian setengah pupuk organik dan
pupuk mineral NPK mampu meningkatkan kandungan C dan N dalam tanah
secara signifikan melebihi hasil pada penerapan pupuk mineral saja.
g. Kebutuhan Saprotan
Saprotan (Sarana Produksi Pertanian) diperlukan untuk meningkatkan
produktivitas lahan pantai berpasir yang marjinal. Dosis ameliorat pupuk
16
kandang untuk meningkatkan produktivitas tanaman-tanaman budidaya
tersebut sebanyak 20 ton per hektar untuk MT I. Dosis pupuk kimia per
hektar seperti ZA, urea, KCl, dan TSP masing-masing sebanyak 200 kg/ha.
Perawatan tanaman semusim dengan melakukan penyiraman rutin pagi
dan sore, terutama pada saat setelah turun hujan karena suhu tanah
meningkat yang menyebabkan tanaman layu jika tidak segera disirami.
Pemberian saprotan dimaksudkan untuk memanipulasi lingkungan
terutama tapak/site untuk pertumbuhan di lahan berpasir agar dapat
tercipta kondisi tapak yang lebih sesuai untuk mendukung pertumbuhan
tanaman dengan meminimalkan pembatas (constrain) pertumbuhan
seperti perbaikan agregat tanah, peningkatan KTK tanah, peningkatan
bahan organik, N tanah, P tersedia dan K tersedia.
Pada tanah berpasir, khususnya unsur makro N dan K akan lebih
mudah terlindi/pencucian (mengalami leaching). Pembatas pertumbuhan
tersebut bisa diatasi dengan penambahan bahan organik dan juga dengan
inokulasi mikoriza untuk membantu ketersediaan P (Gong et.al., 2009).
Bahan organik akan mengurangi jerapan fosfat (P) sehingga menjadi
tersedia bagi tanaman. Unsur P ini merupakan key of agriculture karena
dari jumlahnya yang sangat kecil di alam, dari jumlah tersebut
kebanyakan dalam bentuk tidak tersedia bagi tanaman. Oleh sebab itu,
pemberian mikoriza untuk membantu ketersediaan P diharapkan akan
mengoptimalkan pertumbuhan tanaman terutama di awal pertumbuhan.
17
D. Penentuan
a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berdekatan dengan pariwisata (300 m) yang
sebelumnya di sebelah utara tanggul pasir (Gumuk Pasir) dan
selanjutnya dikembangkan di sebelah selatan yang berdekatan dengan
garis pantai dengan jarak kurang dari < 100 m (Gambar 3). Disamping
itu lokasi pengembangan berdekatan dengan desa Tanggul Angin yang
merupakan pemukim eksodan yaitu pemukiman kembali penduduk
yang pulang kampung dari transmigrasi dan korban bencana tsunami
serta tidak memiliki tempat tinggal.
18
c. Tersedia sumber air tawar (air hujan atau air sumur)
d. Tersedia cukup bahan ameliorat (peningkat kesuburan) tanah
(pupuk kandang atau tanah liat) di sekitar lokasi.
e. Termasuk dalam tipe iklim B (basah), C (agak basah) dan D
(sedang) menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Fergusson.
19
III.PELAKSANAAN
A. Persiapan
a. Persiapan Lokasi
Persiapan lokasi meliputi penempatan gubuk kerja, lokasi areal
tanaman dan pos pengamatan. Untuk itu perlu ijin penempatan lokasi
penelitian berikut mekanisme perijinan ke Pemda (Kabupaten) :
20
Gambar 4. Persiapan Pembibitan Tanaman Tahunan dan Buah-buahan
21
Pembuatan ajir ukuran 150 cm sebanyak 350 buah untuk tanaman
buah-buahan yaitu ajir sekaligus untuk menguatkan tegaknya
tanaman, dan ajir ukuran 80 cm sebanyak 1100 buah untuk
tanaman lainnya.
22
b. Persiapan SDM
Untuk persiapan SDM (Sumber Daya Manusia) dilakukan dengan
melakukan konsultasi dan koordinasi ke instansi terkait dan
pendekatan pada masyarakat.
1. Konsultasi dan Koordinasi
i. Dinas PEDAL (Perhutanan dan Pengendalian Dampak Lingkungan)
Dinas PEDAL mendukung kegiatan pengembangan penelitian
di lokasi pantai berpasir yang dilaksanakan oleh kantor Solo yang saat
itu bernama BP2TPDAS-IBB (Balai Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran SungaiIndonesia Bagian Barat).
Bentuk dukungan dari Dinas PEDAL antara lain diwujudkan dalam
bentuk : mendampingi setiap konsultasi dengan beberapa kantor dinas
yang terkait di kabupaten pemerintah daerah Kebumen, dan PKL
(Penyuluh Kehutanan Lapangan) yang ditugaskan untuk terlibat
langsung di lapangan dan saat pertemuan dengan Kelompok.
23
2. Koordinasi di Daerah
i. Kecamatan Petanahan
Dari kantor BP2TPDAS-IBB melaporkan ke kantor kecamatan
Petanahan, bahwa ada kegiatan pengembangan penelitian di desa
Karanggadung, Kecamatan Petanahan yang sudah dilakukan sejak
tahun 2005. Pemilihan lokasi pantai Petanahan merupakan permintaan
dari Bupati Kebumen (Ibu Rustriningsih) setelah mendengar paparan
tentang penanaman cemara laut di pantai Samas, Bantul.
24
September dan Januari) serta setelah selesai perbaikan instalasi
air dan sumur renteng.
25
d. Persiapan Lembaga dan Kelompok Tani
Penelitian pengembangan tanaman pantai berpasir tidak hanya
pengembangan suatu tanaman tertentu, tetapi lebih diutamakan merubah
pola pikir masyarakat sekitar pantai berpasir. Masyarakat di sekitar pantai
berpasir yang semula menganggap lahan pantai tidak dapat ditanami
menjadi pola pikir bahwa lahan pantai dapat menghasilkan sesuatu yang
menguntungkan dengan menjaga kelestarian alam lewat RLKT. Semua
sarana dan prasarana yang ditempatkan di lokasi menjadi milik Kelompok
Tani (KT) Pasir Makmur dan bukan menjadi milik perseorangan atau milik
peneliti atau teknisi BP2TPDAS-IBB, sehingga semua anggota kelompok
tani wajib merasa memiliki dan merawat, mengawasi serta menjaga dan
mengamankannya untuk dipergunakan secara berkelompok.
26
6. Kegiatan pengamatan perlakuan, antara lain: Sand trap,
evaporimeter, ombrometer, anemometer, termometer udara,
kelembaban udara dan ruang serta termometer tanah.
7. Kegiatan sosialisasi masyarakat berupa penyebaran leaflet, poster,
kalender dan karya tulis ilmiah, dan pengumpulan data sosek
dengan menyebar blanko kuisioner yang relevan.
27
c. Tanggul Angin Sementara
Tanggul angin sementara dapat secara mekanis ataupun vegetatif.
Tanggul angin sementara secara mekanis antara lain dengan daun kelapa,
gedek bambu. Prinsip pembuatan tanggul angin sementara angin dapat
menembus tetapi tidak sampai merusak tanaman, karena kecepatan angin
sudah terhalang oleh tanggul angin, disamping itu juga mampu mengurangi
bahaya kadar garam yang dibawa oleh uap air. Begitu juga tanggul angin
sementara dapat dilakukan dengan vegetatif tanaman semusim yang cepat
tumbuh dan lebih tinggi dari tanaman utamanya, misalnya : jagung,
sorghum dll.
C. Penanaman
a. Tanaman Tanggul Angin
Penanaman tanaman Casuarina equisetifolia sebagai tanaman
tanggul angin permanen sepanjang 750 m searah garis pantai selebar 25
m. Tanaman tersebut berfungsi sebagai tanaman penghijauan untuk
melindungi tanaman budidaya yang ditanam di antara jalur tanaman
tanggul dari pengaruh erosi pasir, tiupan angin dan kadar garam (NaCl).
Metode penanaman tanaman tanggul angin (TA) tersebut dilakukan
dengan jarak tanam 5 m x 5 m setiap jalurnya, dengan model gigi
belalang atau nguntu walang selang-seling dengan 5 jalur tanam. Data
biofisik akan dianalisis secara deskriptif untuk menunjukkan perlakuan
yang paling efektif. Dengan mengamati prosentase tumbuh tanaman TA
cemara laut (Casuarina equisetifolia) dan mengamati pertumbuhan setiap
bulannya.
Pengembangan kebun bibit desa masih dalam taraf teori kepada
anggota Kelompok Tani (KT) dan latihan pembuatan bedengan. Namun
beberapa anggota KT sudah mampu mengembangan bibit cemara laut.
Penjelasan tersebut antara lain mengenai pengembangan bibit cemara
28
laut yang dapat dilakukan secara vegetatif dengan cara mencangkok dan
merunduk, sedangkan secara generatif dengan cara biji. Biji pada saat
dipohon dipilih pohon yang telah berumur lebih dari 10 tahun, dan pilih
cangkang yang sudah menguning dari perkembangan biji cangkang yang
berwarna hijau, kuning dan coklat (Gambar 6). Semakin tua >10 tahun
umur pohon maka kualitas biji cemara laut akan semakin baik, dan untuk
cabang yang mau dicangkok dipilih yang mengarah keatas (autotorof).
29
Bibit umur 1 bulan di Bibit umur 2 bulan Bibit umur 3 bulan
tempat persemaian dipindah ke polybag disirami pagi dan siang
Bibit umur 6 bulan tinggi Bibit umur 8 bulan Bibit umur setahun,
>60 cm diameter >5 mm siap ditanam sudah lewat umur
Gambar 7. Contoh persemaian cemara laut dari biji di Pemalang
30
Cemara dari Cangkok
31
Papan lokasi Demplot Papan Sekretariat Papan batas pinggir
Peringatan di pantai
Papan depan wisata Batas lokasi
Gambar 9. Papan batas dan tanda peringatan untuk pengamanan lokasi
penelitian jangan sampai diganngu pengunjung wisata
32
Gambar 10. Pengamatan Pertumbuhan tanaman cemara laut Tahun 2011
dari penanaman Tanaman tahun 2006 sampai tahun 2009
b. Tanaman Tahunan
Beberapa tanaman yang tumbuh di lokasi pantai berpasir di
Kebumen dapat dimanfaatkan mikoriza atau bakteri yang ada pada
perakaran untuk merangsang pertumbuhan tanaman baru di pantai
berpasir. Beberapa tanaman yang ada di pantai Karanggadung,
Petanahan, Kebumen antara lain : Pandan berduri, Akasia, Widuri, Cemara
laut, Rumput berduri, Jarak pagar, Kebun campuran, Kelapa, Gamal,
Bekol, Buah Naga, Jambu Mete (Gambar 11).
33
Pandan berduri Akasia Widuri
c. Tanaman Semusim
Tanaman semusim yang dapat dikembangkan di pantai berpasir
antara lain bawang merah, cabe, jagung, semangka dan lain-lain. Data
pencatatan hasil produksi di Bantul dari tahun 2000 sampai 2007
menunjukkan hasil yang fluktuatif yaitu kadang tinggi dan kadang
34
menurun. Hasil bawang merah tertinggi pada bulan Januari 2007 (29
ton/ha) dan terendah pada bulan Januari 2000 (10 ton/ha). Hasil cabe
tertinggi pada bulan Mei 2002 (26,7 ton/ha) dan terendah pada bulan
Januari 2003 (8 ton/ha). Begitu juga harga kedua komoditi tersebut juga
fluktuatif naik turun, yaitu untuk bawang merah harga terendah Rp
2.500,-/kg dan harga tertinggi bisa mencapai Rp 6.000,-/kg, sedangkan
harga cabe jauh lebih fluktuatif yaitu harga terendah Rp 2.500,-/kg dan
harga tertinggi bisa mencapai Rp 10.000,-/kg.
Gambar 12 dibawah ini merupakan demplot pengembangan
tanaman semusim yang pernah dikembangkan oleh BPTKPDAS yang dulu
masih bernama BPK Solo dan telah banyak meyakinkan kepada
masyarakat sekitar pesisir pantai untuk mengelola lahan pantai berpasir.
Beberapa tanaman yang pernah dikembangkan dan sekarang sudah
banyak dicontoh dan dikembangkan oleh masyarakat di pantai Petanahan
antara lain : Jagung, Cabe dan Bawang Merah.
Gambar 12. Demplot Uji Coba dari Kantor BPTKPDAS Solo, antara Lain :
Jagung, Cabe, dan Bawang Merah (Hortikultura)
35
Dari demplot yang telah dikembangkan oleh kantor BPTKPDAS
Solo berdampak positif dan dirasakan oleh masyarakat bahwa demplot
tersebut mampu meyakinkan petani kalau lahan pasir yang semula
marjinal ternyata dapat berproduksi jika dikelola dengan baik dan benar.
Selanjutnya dengan mencontoh demplot tersebut para petani pengelola
lahan pantai berpasir di belakang cemara laut dengan mengembangkan
komoditi tanaman lain, antar lain : semangka, terong ungu, dan paling
favorit sekarang ini adalah pepaya (gandul) kalifornia (Gambar 13).
36
menjadi lahan marjinal. Lahan pantai berpasir yang kering dengan
struktur tanah lepas-lepas dapat menjadi lebih baik jika ada tanaman
bawah, disamping itu juga adanya seresah daun-daun dan ranting yang
berguguran. Sehingga daun-daun cemara laut yang berguguran
sebaiknya tidak diambil untuk bahan kayu bakar, walaupun daun-daun
kering cemara sebenarnya sangat baik untuk merebus nira gula kelapa.
Fungsi kompos biomasa tersebut sangat baik untuk pemantapan struktur
tanah dan menjaga kelembaban tanah.
37
Rumput Merakan Pogonatherum Ipomea pescaprea
paniceum (Lam.) Hackn
38
Tanaman Lenglengan (Leucas
Tanaman Bunga Kenop (Gomphrena
lavandulifolia L.)
globosa L)
Tapak liman
Tapak Dara
(Elephanthopus scaber L)
(Catharanthus roseus L. G. Don)
39
D. Pemeliharaan Tanaman Semusim
a. Pemupukan
1. Pemupukan I (Pupuk dasar), diberikan sebelum tanam atau
awal tanam dengan cara menyebar pupuk NPK dicampur
dengan tanah dan pasir dengan alat cangkul atau sebilah
bambu. Pupuk dasar per hektar : SP36 = 500 kg, Urea =
100 kg, KCl = 100 kg dan ZA = 100 kg.
2. Pemupukan II (Pupuk pertumbuhan/vegetatif), pupuk NPK
200 kg/ha diberikan 15 HST (Hari Setelah Tanam) dengan
disebar merata dalam tanah.
3. Pemupukan III (Pupuk produksi/generatif), pupuk NPK 200
kg/ha diberikan 25 HST.
b. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari dengan cara dibentuk regu
penyiraman dan perawatan tanaman dari KT (Kelompok Tani)
Pasir Makmur. Apabila terjadi hujan maka besuk paginya tetap
dilakukan penyiraman dengan tujuan untuk menetralisir suhu
tanah yang sangat panas dari penguapan panas bumi, agar
tanaman bawang merah tetap sehat dan tidak terbakar.
c. Penyemprotan HPT (Hama Penyakit Tanaman)
1. Umur kurang 2 HST (Hari Setelah Tanam) untuk
pemberantasan gulma atau rumput pengganggu, dengan
GOAL 2E sebanyak 1 tutup untuk 1 tangki air.
2. Umur 15 sampai 25 hari, penyemprotan dilakukan setelah 15
hari untuk interval waktu setiap 5 hari (15, 20 dan 25 hari),
dengan :
(a) PPC = 10 cc (1 tutup racun hpt)
(b) Larvin = 1 sendok
(c) Danvil 50 SC = 10 cc (1 tutup)
40
(d) Barer = 10 cc (1 tutup)
3. Umur 25 sampai 45 hari (Gambar 15)
(a) N-Balancer = 10 cc
(b) Manzate 200 = 1 sendok makan
(c) Puanmur 50 SP = 1 sendok sirup
(d) Larvin+Danvil+Barer+N-Balancer+Manzate+Puanmur,
dicampur untuk 1 tangki (12-17 liter).
41
Racun sayur daun Danvil 50SC Goal 2E
42
E. Pemanenan Hasil
Contoh input-output hasil yang disampaikan masyarakat untuk
penanaman papaya kalifornia sejumlah 500 batang (1/3 ha) diperlukan
modal 18 juta dan mendapatkan keuntungan sebanyak Rp. 180
juta/tahun. Penanaman papaya tersebut dengan jarak tanam 2,5 x 2,5 m
dibutuhkan 38 ton pupuk kandang per tahun dan pupuk NPK 20
g/bt/bulan, sehingga keuntungan bersih per bulannya 12.5 juta.
Dengan adanya permintaan pupuk kandang untuk menjaga
kesuburan lahan pantai maka diperlukan ternak besar (sapi) dan ternak
kecil (kambing etawa) untuk pemasok pupuk kandang yang semakin
langka (Gambar 16). Sebelumnya pupuk kandang berlimpah dan harga
sangat murah, namun akhir-akhir ini kondisinya berbalik yaitu harga
pupuk kandang cukup mahal yang sebelumnya hanya membayar upah
para pengangkut saja, sedangkan sekarang ini harga pupuk kandang per
colt pick-up Rp 150.000,-
43
Gambar 16. Ternak Sapi dan Kambing Etawa untuk Peningkatan
Penyediaan Pupuk Kandang dan Menjaga Kesuburan Lahan
44
Gambar 17. Dampak Cemara Laut Meramaikan Kondisi Wisata : Warung di
Tepi Pantai, Rumah Dekat Pantai (pesisir) dan Jalan Pantai
45
IV. MONITORING
A. Pengamatan Tanah
Kondisi biofisik tanah pantai berpasir merupakan tanah Regosol
atau Entisols yang kurang subur. Ketidak suburan lahan tersebut dicirikan
oleh kondisi sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang kurang
menguntungkan bagi produktivitas tanaman. Unsur hara NPK di pantai
berpasir termasuk rendah begitu juga unsur hara lainnya kecuali Na
(Natrium) karena banyak mengandung garam-garaman NaCl (Gambar
18). Kondisi yang paling baik pada lahan bepasir yang sudah ada
tanaman semusim (hortikultura) karena ada pengelolaan dari petani
dengan menambahkan pupuk organik (kadang) dan pupuk an-organik
(NPK).
Kemasaman tanah cukup baik (netral) yaitu pH 6-7, dan pH
terendah pada lahan semusim karena pengaruh pemberian pupuk kimia
NPK. Kadar air tertinggi pada tanah yang ditanamani tanaman semusim
karena banyak mengandung bahan organik, sehingga tanah dalam
keadaan lembab. Kondisi air tanah pantai berpasir sepanjang pantai
selatan walaupun dekat dengan pantai airnya tawar, berbeda dengan
pantai utara yang air tanahnya terasa asin. Air tanah yang tawar di pantai
selatan disebabkan oleh adanya pegunungan kapur sepanjang pantai yang
dapat menyaring dan mengendapkan garam-garaman, sehingga intrusi air
dari laut ke daratan telah menjadi tawar.
46
Gambar 18. Kondisi Biofisik dan Kimia Pantai Berpasir pada Lahan Cemara
Laut, Pasir Pantai dan Lahan Semusim di Pantai Petanahan.
Gambar 19. Pengambilan Sampel Tanah pada Lahan Cemara Laut, Pasir
Pantai, Lahan Semusim Hortikultura di Pantai Petanahan, Desa
Karanggadung, Kec. Petanahan, Kab. Kebumen
47
B. Pengamatan Iklim
Iklim yang ekstrim di pantai menyebabkan tanaman mudah kering
karena evapotranspirasi yang tinggi dan ketersediaan air tanah yang
rendah (Gambar 20). Kondisi ekstrim pada lahan pantai berpasir
menyebabkan tanaman mengalami dehidrasi dan sangat kekurangan air,
sehingga menjadi kering dan mudah terbakar.
48
tepi lokasi, Hand Phone dan Tustel. Disarankan untuk alat-alat yang
bahan dasarnya dominan dari logam agar hati-hati penggunaannya di
pantai seperti HP (Hand Phone), Tustel/Kamera, Handycam, dll. Untuk
mencegah kerusakan akibat uap garam-garman sebaiknya dibungkus
dengan plastik. Sifat uap air yang mengandung garam-garaman sangat
halus dan lembut sehingga lubang sekecil jarum pun dapat ditembus dan
menyebabkan karatan sehingga beberapa onderdil di dalam yang berasal
dari logam jadi macet/rusak.
49
a. Kelembaban Ruang dan Udara
Pengamatan kelembaban ruang dan udara pada pagi dan siang
hari di pantai Petanahan, Desa Karanggadung (Gambar 22). Kelembaban
ruang terendah bulan Juli di siang hari (61%) dan Kelembaban ruang
tertinggi pada bulan Desember (74%). Kelembaban udara tertinggi pada
bulan Desember di pagi hari (76%) dan terendah pada bulan Juli di siang
hari (60%).
Gambar 22. Kelembaban Ruang dan Udara Harian Pagi dan Siang di Desa
Karanggadung, Kec.Petanahan, Kab.Kebumen
50
b. Suhu Ruang dan Udara
Pengamatan suhu ruang dan suhu udara pada pagi dan sore hari,
yaitu untuk mengetahui fluktuasi temperatur yang berpengaruh pada
pertumbuhan tanaman (Gambar 23). Pada pagi hari, suhu ruang terendah
25 oC (Januari) sampai tertinggi 30 oC (April). Suhu udara pada pagi hari
terendah 23 oC (November dan Desember) dan tertinggi 26 oC (Maret dan
Januari).
Kaitan suhu (temperatur) udara dengan pengunjung wisata,
dimana setelah jam 09.00 pagi temperatur sudah mulai panas maka
pengunjung datang pada pagi hari sebelum jam tersebut. Jika tidak pagi
hari mereka akan berkunjung pada sore hari setelah jam 15.00 karena
suhu udara mulai menurun. Pada siang hari suhu ruang antara 25 oC
sampai 27 oC (November dan Desember), sedangkan suhu udara dari 24
o
C (November dan Desember) sampai 28 oC (Maret).
Gambar 23. Suhu Udara dan Ruang pada Pagi dan Siang hari di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen Tahun 2013
51
c. Suhu Tanah Top, Solum, Regolit
Suhu tanah pagi dan siang hari berkisar 25 oC -34 oC dan suhu
terpanas pada kedalaman solum tanah 30-90 cm karena pada kedalaman
tersebut banyak air yang mengalami penguapan akibat panas inti bumi
(Gambar 24). Hal tersebut menyebabkan pada saat tanah pasir diguyur air
hujan maka harus segera disiram air agar uap air yang meninggi suhunya
dari inti bumi tidak sampai ke akar tanaman semusim. Suhu tanah
terendah pada top soil <30 cm, sebab semakin jauh dari inti bumi maka
suhu tanah akan menurun.
Gambar 24. Suhu Tanah Top Soil (30cm), Solum (90cm), dan Regolit
(150cm) Pagi dan Siang hari di Karanggadung, Kebumen.
52
Suhu tanah pantai berpasir pada siang hari tertinggi 34oC untuk
kedalaman regolit 90-150 cm dari permukaan tanah (Gambar 19).
Semakin kearah atas top soil permukaan tanah (<30cm) dan juga kearah
lebih dalam regolit (>90cm) maka suhu tanah akan menurun, sehingga
disarankan untuk lubang tanam pada lahan berpasir antara 30-50 cm agar
suhu tanah diperoleh paling rendah.
d. Curah Hujan
Curah hujan tertinggi pada bulan Februari (1400 mm) dan curah
hujan terendah pada bulan Oktober (30 mm), dengan bulan basah selama
6 bulan dari bulan Oktober sampai Februari (Gambar 25).
Gambar 25. Data Hujan : Maximum Hujan, Rerata, Hari Hujan, Jumlah
dan Minimum
53
beberapa warung yang berada di tepi pantai. Pada saat tsunami datang
ditandai dengan permukaan air laut yang surut secara mendadak sehingga
dasar lautan nampak sampai sepanjang sekitar 200 m, dan selanjutnya air
naik mendadak dengan cepat melebihi batas tinggi permukaan. Pada
tahun 2013 relatif hujan sepanjang tahun dan hanya mengalami 3 bulan
kering yaitu bulan Juli-September (Gambar 26).
54
Total hujan tahunan dari tahun 2009 sampai 2013 tertinggi pada
tahun 2010 yaitu sebanyak 5738,3 mm dengan jumlah hari hujan yang
relatif sedikit yaitu hanya 177 hari, sehingga intensitas hujan cukup tinggi.
Kondisi tersebut berlawanan dengan curah hujan tahun 2013 dengan total
hujan yang jauh lebih rendah (2489,4 mm) tetapi hari hujan cukup tinggi
268 hari (Gambar 27).
Gambar 27. Total Hujan Tahunan dan Hari Hujan di Pantai Petanahan ,
Desa Karanggadung, Kab.Kebumen Tahun 2009 2013
e.Evaporasi
Evaporasi diamati pada waktu siang dan malam hari, dimana siang
hari merupakan proses penguapan pada waktu sepanjang pagi hari
(06.00-12.00), sedangkan pengamatan malam hari sebagai hasil
penguapan sepanjang siang hari sampai sore (12.0018.00). Oleh karena
itu tinggi evaporasi malam hari (rata-rata 0,4 mm) selalu lebih tinggi dari
pada siang hari (rata-rata 0,3 mm). Begitu juga yang dekat pantai lebih
tinggi penguapannya dibandingkan yang jauh dari pantai, karena
55
kecepatan angin menambah tingginya penguapan disamping panas
matahari (Gambar 28).
Gambar 28. Evaporasi pada Pengamatan Siang dan Malam hari Jauh dari
Pantai (sebelah utara) serta Dekat Pantai (sebelah selatan)
56
C. Pengamatan Erosi
a. Erosi angin
Pemasangan alat penangkap erosi angin (sandtrap) yaitu dekat
dengan laut (D), pada puncak gisik gumuk/gundukan pasir (G), dan jauh
dari laut (J). Masing-masing diletakkan sebelah Timur (DT, GT, dan JT),
diletakkan sebelah barat (DB, GB, dan JB), dan diletakkan di tengah atau
pusat (DP, GP, dan JP). Sehingga ada 9 tiang sandtrap dan masing-
masing dipasang 5 alat penangkap disebelah paling atas (PA), atas (A),
tengah (T), bawah (PB), dan paling bawah (PB), lihat Gambar 29.
Gambar 29. Alat Penangkap Erosi Angin (Sandtrap) dan Bius Beton untuk
Instalasi Air Sumur Renteng
Pengamatan erosi angin pada bulan Mei 2006 tertinggi justru jauh
dari pantai sebelah timur yaitu total mencapai 6 gram, dan terendah pada
jauh dari pantai bagian barat yaitu hanya mencapai kurang dari 3 gram
(lihat Gambar 30).
57
Gambar 30. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir Bulan Mei 2006
Gambar 31. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir Bulan Agustus 2006
58
pada daerah yang jauh dari pantai yaitu sebesar 6 g pada tiang bagian
barat (Gambar 32).
Gambar 32. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir, 22 Desember 2006
59
Gambar 33. Lay out Tata Letak Stik Erosi untuk Memantau Erosi Angin di
Pantai Petanahan, Kebumen, Tahun 2013
60
Gambar 34. Erosi Angin di Dekat Pantai (D), Gisik Pasir (G), Jauh dari
Pantai (J) dan Pantai (P) di Petanahan, Juni-Agustus 2013
61
Gambar 35. Erosi Angin di Dekat Pantai (D), Gisik Pasir (G), Jauh dari Pantai
(J) dan Pantai (P) di Petanahan, September- Desember 2013
b. Kecepatan angin
Kecepatan angin siang hari (>5 km/jam) lebih cepat dibandingkan
malam hari (< 1 km/jam), dan pada malam hari sering 0 km/jam karena
saat itu berhembus angin dari daratan ke lautan, pada siang hari angin
berhembus dari lautan (Gambar 36). Dengan bantuan ombak kecepatan
angin di siang hari meningkat sampai 20 km/jam.
62
Gambar 36. Kecepatan Angin Siang dan Malam Tahun 2007 di Kebumen
63
Gambar 37. Kecepatan Angin Pagi dan Siang Hari di Karanggadung,
Petanahan, Kebumen Tahun 2013.
64
Gambar 38. Arah Angin Pagi dan Siang Hari dari Timur Laut (TL) sampai
Barat Daya (BD) di Karanggadung, Kebumen.
65
V.EVALUASI
A. Tingkat Prosentase Tumbuh
Pengembangan cemara laut disampaikan pada saat pertemuan
Kelompok Tani yang diadakan setiap bulan dari rumah ke rumah petani
mengenai pengembangan bibit cemara laut yang dapat dilakukan secara
vegetatif dengan cara mencangkok dan merunduk, sedangkan secara
generatif dengan cara biji. Biji pada saat dipohon dipilih pohon yang telah
berumur lebih dari 10 tahun agar bibitnya lebih kaut dan tahan terhadap
iklim yang ekstrim di pantai, dan dari perkembangan biji dari cangkang
yang berwarna hijau, kuning dan coklat dipilih biji yang masih berwarna
kuning. Semakin tua umur pohon maka kualitas biji cemara laut akan
semakin baik, dan untuk cabang yang mau dicangkok dipilih yang
mengarah keatas (autotorof).
Perkembangan Cemara laut Cangkok, Biji, dan setelah diprunning,
dapat dilihat pada Gambar 39. Pada upaya pengelolaan lahan marjinal
seperti pantai berpasir untuk pelaksanaan konservasi tanah sebaiknya
menggunakan bibit cemara laut yang berasal dari biji karena memiliki akar
tunggang yang kuat dan berumur panjang. Sebaiknya seresah atau daun-
daun cemara laut yang berguguran tidak diambil untuk bahan bakar
pembuatan gula kelapa, tetapi dibarkan tetap disitu agar terbentuk humus
untuk menjaga kelembaban dan bahan organik.
66
Gambar 39. Kronologis Perubahan Kondisi Lahan Pantai Petanahan
dengan Cemara Laut dari Tahun 2005 sampai 2013.
67
Gambar 40. Pertumbuhan Tanaman Cemara Laut dan Persen Tumbuh
Tahun 2013
68
Gambar 41. Kondisi Tanaman yang Mengalami Kekeringan Akibat Musim
Kemarau panjang dan Mati Akibat Busuk Akar
69
pendapatan maka akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Adanya ternak selain akan meningkatkan pendapatan juga
menyediakan bahan untuk rehabilitasi lahan pantai melalui kotorannya.
70
20 pohon harus bayar pemilik pohon kelapa sebanyak 20 pohon x Rp
1.500,- = Rp. 30.000,-.
Kelapa legen deresan ada yang berwarna hitam coklat yang
berasal dari asli kelapa saja, putih untuk campuran pasir gula, dan basah
untuk kecap. Kegiatan rutin muslim setiap malam jumat ada yasinan dari
rumah ke rumah secara bergiliran. Setiap yasinan yang hadir 20-30 orang
mulai jam 08.30 sampai 11.00 WIB, dipimpin oleh Kyai Barnawi. Khusus
malam jumat kliwon banyak pengunjung yang datang dari luar kota yang
datang ke tempat wisata (Punden/Makam) dengan membayar secara
sukarela, dengan juru kunci Pak Manten Abdur Rachman.
71
Gambar 42. Pengunjung Wisata Meningkat karena Tingkat Kenyamanan
Wisata Semakin Sejuk dan Indah
72
Gambar 43. Pendapatan Wisata Bulanan di Pantai Petanahan, Desa
Karanggadung, Kab. Kebumen Tahun 2010 - 2013
73
naik motor maka akan meningkatkan total pendapatan wisata (Gambar
44).
74
Status lahan pantai berpasir yang akan dikembangkan dan prediksi
persoalan yang timbul kedepan.
Respon pemerintah daerah dalam pengembangan lahan pantai
berpasir.
4500 14000
4054
4000 Pengunjung 11590 12000
Pemasukan Wisata (Rp.1000,-)
3500 Parkir
Pengunjung (Jiwa) &
Pemasukan 10000
Parkir(Rp.1000,-)
3000
2500 8000
2000 6000
1,511
1500
4000
1000
2000
500
0 0
JAN FEB MRT APR MEI JUN JUL AGS SPT OKT NOV DES
Bulan Pengamatan Tahun 2011
75
Peningkatkan tingkat pendapatan masyarakat lahan pantai berpasir
antara lain juga diamati perubahan kondisi ekonomi masyarakat, yaitu :
Investasi awal pengembangan lahan pantai berpasir, jaringan irigasi
sumur renteng, pembangunan tanggul angin permanen dan
sementara, pembangunan site budidaya pertanian dan buah-buahan.
Input output usahatani (tenaga kerja, bibit, pupuk, racun hama
penyakit, output usahatani pokok dan sampingan) dalam volume dan
harganya.
Kondisi ekonomi masyarakat pantai dan kondisi ekonomi rumah
tangga petani pelaksana plot pengembangan.
Pemanfaatan lahan pantai selama ini.
Minat masyarakat terhadap upaya rehabilitasi dan pemanfaatan lahan
pantai berpasir untuk usaha tani.
Minat masyarakat terhadap jenis-jenis tanaman budidaya yang akan
ditanam dan potensi pasar bagi jenis-jenis tanaman budidaya
tersebut.
76
Gambar 46. Sosialisasi Penyelamatan Pantai dengan Menanam Cemara
Laut Pada Masyarakat dan Anak-anak Sekolah
77
Gambar 47. Pendekatan dengan Cara Pendampingan Kelompok Tani dan
Anak-anak Sekolah di Ruang Kelas Maupun di Ruang Terbuka
78
Gambar 48. Kondisi Gersang Pantai Petanahan dan Rindang Setelah
Penghijauan dengan Cemara Laut
79
Dampak demplot tanaman semusim yang pernah diperkenalkan
BPTKPDAS yang dulu masih bernama BPK Solo dalam bentuk tanaman
semusim telah merubah persepsi masyarakat terhadap lahan pasir
(Gambar 49).
Lahan pasir yang dulu dianggap lahan bermaslaah atau tidak
produktif tetapi setelah ada tanaman tanggul cemara laut dan dibuktikan
dalam bentuk demplot maka hasilnya meningkat 3 kali lipat dari pada
tanahmineral biasa. Hal tersebut mengingat tanah pasir bersifat porous
sehingga proses aerasi (pertukaran udara dan air) dalam tanah menjadi
baik, tanah pasir karena panas maka jauh dari gangguan hama
penyakit/gulma,
80
Pendekatan pada masyarakat setempat dari tingkat Kabupaten,
Kecamatan sampai ke Desa dalam bentuk Silaturahmi dengan Masyarakat
dan Para Tokoh baik secara perorangan maupun kelompok haru sering
dilakukan (Gambar 51). Dalam rangka meningkatkan hubungan kedekatan
dengan masyarakat maka diperlukan frekuensi tinggal dan menginap di
lokasi cukup lama, dan juga diperlukan untuk merekrurt orang di lokasi
yang berpendidikan minimal SLTP.
81
VI. MANFAAT PLOT PENELITIAN
A. Pemeliharaan Plot Penelitian
a. Manfaat Plot penelitian sebagai show window dari BPTKPDAS, yang
mengawali melakukan kegiatan penanaman Cemara laut sejak
tahun 2005 pada lahan bermasalah pantai berpasir. Dampak dari
kegiatan litbanghut Surakarta ini telah diikuti oleh Dinas Kehutanan
di Kebumen bekerja sama dengan UGM dengan anggaran dari
BPDAS SOP Jogyakarta, untuk pengembangan Cemara laut
sepanjang pantai selatan dari Samas sampai Cilacap.
82
pendapatan daerah dari sektor wisata di Desa Karanggadung, Kec.
Petanahan, Kab. Kebumen selalu meningkat.
83
l. Masyarakat yang banyak dilibatkan merasa bersyukur dan senang
karena ada proses pembelajaran dan pengenalan dari lahan yang
tidak produktif/bermaslah/marjinal dan ternyata setelah dikelola
dengan penambahan pupuk kandang, ameliorat dan adanya
tanggul angin dari Cemara laut maka lahan pantai akan bisa
menghasilkan tiga kali lipat dari tanah mineral biasa, selama
ketersediaan air untuk tanaman tercukupi dengan penyiraman
setiap hari dilakukan pagi dan sore.
84
gersang, sehingga waktu diminta walau diminta untuk sewa
untuk mengelola lahan tidak ada tahunan pada kantor wisata, dan
yang mau walaupun diberi lahan wisata mulai memetakan persil
secara gratis magersari bagi pengelola lahan
c. Kebiasaan buruk masyarakat c. Kebiasaan buruk masyarakat
pesisir yang suka mabuk dan pesisir berangsur-angsur
menjadi preman dengan berkurang, dan sebagian sudah
meminta uang keamanan bagi mau bercocok tanam seperti
para pengunjung dan meminta Iping dan Alm.Dirun sebagai
hasil pertanian sangat Kepala Keamanan desa, sehingga
mengganggu perkembangan tidak ada yang suka memalak
ekonomi dan pertanian di pantai, atau mengganggu hasil pertanian
karena pendatang takut pada saat panen
d. Kelompok Tani yang dulunya d. Kelompok Tani sudah mantap
hanya jadi-jadian atau nama saja karena ada pendampingan
sehingga setiap ada bantuan dari dengan pertemuan setiap awal
Pemerintah seperti sapi dan bulan malam kamis sehingga
perahu nelayan maka selalu bantuan terus mengalir seperti
cepat diambil dan dijual kembali sapi kepada KTT Bhakti Usaha
untuk dijadikan uang dan segera dan perahu nelayan, karena
dapat dimanfaatkan atau dipakai kebiasaan buruk masyarakat
untuk mabuk dan judi sudah berkurang banyak
e. Obyek Wisata hanya untuk e. Obyek Wisata menjadi bersih,
kunjungan nyepi karena ada nyaman, sejuk dan pengunjung
Punden PANDAN KUNING bagi semakin banyak berdatangan,
pengalap berkah dan untuk sehingga dengan perlahan-lahan
perbuatan mesum, sehingga kegiatan yang mengarah negatif
semakin menambah gelap semakin berkurang atau hampir
suasana pantai dan seram serta menghilang dan jadi segar
menakutkan di malam hari menyenangkan
f. Pengelolaan lahan Pantai f. Pengelolaan Lahan Pantai
Berpasir tidak ada yang berminat Berpasir dari perpakiran,
dan tidak mau karena tahu penempatan warung, sampai
bahwa lahan pantai yang pada pengelolaan lahan semakin
gersang dan panas tidak bisa bergairah dan bersaing dengan
menghasilkan apapun. para pendatang dari luar,
Seandainya diolah pun akan sehingga di musim liburan
membutuhkan input yang sangat rumah-rumah penduduk laku
besar dan hasilnya tidak disewakan untuk menginap para
seberapa, karena kondisi iklim pengunjung atau pedagang
yang ekstrim, unsur hara yang musiman dari tempat lain untuk
rendah, tanah yang miskin, dan beradu meraup keuntungan
adanya uap garam-garaman besar-besaran.
85
g. Rumah penduduk yang paling g. Rumah penduduk mulai tahun
dekat sekitar 2 km dari garis 2010 sudah mulai banyak yang
pantai untuk berjaga-jaga kalau didirikan dengan jarak kurang
air pasang (tsunami) dan dari 1 km dari pantai walaupun
mencegah angin kencang yang belum permanen (dari bambu
mengandung uap garam- dan papan). Tapi mulai tahun ini
garaman yang akan merusak sudah mulai membangun rumah
perabot atau barang-barang permanen dari tembok, sehingga
yang dari logam karena mudah akan meningkatkan harga tanah
karatan atau keropos/hancur di sekitar pantai (pesisir)
h. Para pengunjung atau pedagang h. Dalam waktu dekat kalau
musiman jika mau menginap pengunjung atau pedagang
menggunakan rumah-rumah musiman akan menginap bisa di
penduduk yang boleh disewa Losmen atau Home Stay yang
atau ditempati sementara selama mulai akan didirikan seperti yang
liburan hari raya (Idul Fitri, Idul sudah banyak penginapan di
Adha, dan Natal serta Tahun pantai Glagah.
Baru).
86
b. Kurangnya perawatan cemara laut
1. Kurangnya perawatan tanaman karena penanaman dilakukan
secara borongan oleh pihak ke-3 atau CV bekerjasama dengan
masyarakat setempat dengan kondisi sesaat pada saat proyek
masih berlangsung saja, setelah itu dibiarkan saja.
2. Perlu pemberian ameliorat atau tanah mineral dari tempat lain
untuk mengikat unsur hara, dan perlu penambahan pupuk kandang
yang sudah matang dengan tingkat C/N < 1/3.(mineralisasi)
3. Pemberian humus dari daun tanaman yang ada disekitar lokasi
untuk mempertahankan kelembaban tanah, karena panas bumi
akan mengangkat kelembaban air keatas permukaan.
87
e. Bibit cemara laut yang belum sesuai standard
1. Bibit cemara laut yang layak untuk ditanam minimal batang
berukuran 0,5 cm dengan tinggi tanaman minimal 60 cm dan umur
bibit 6 bulan sampai satu tahun.
2. Cara membawa bibit harus hati-hati baik pada saat pengangkutan
dengan truk, memindahkan dengan gerobak atau pada saat
membawa dengan tangan harus disangga dari bawah agar bibit
tidak patah akarnya.
3. Pada saat penenaman polybag dibuka bawahnya saja, agar tanah
tidak mudah lepas sebelum bibit tersebut tumbuh dengan baik.
4. Lubang tanam diberi mikoriza yaitu tanah pasir yang berada
disekitar tanaman pantai yang sudah ada, misalnya tanah dibawah
perakaran pandan berudiri atau dibawah tanaman gamal.
88
Gambar 52. Akar cemara laut yang busuk akibat diserang jamur dari
bahan pupuk kandang yang belum matang
Gambar 53. Penyerangan akar oleh jamur atau penyakit busuk akar akan
menyebabkan perakaran putus dan tanaman mati permanen.
89
Gambar 54. Bibit cemara laut muda yang mati pada saat penanaman bisa
diakibatkan oleh iklim, tanah, pupuk, penanganan bibit dll
90
VII. PENUTUP
Dampak adanya cemara laut di pantai berpasir Petanahan antara
lain iklim semakin sejuk yaitu suhu udara dari 23 oC sampai 28 oC, dan
kelembaban semakin meningkat yaitu tertinggi sampai 76%, sehingga
lingkungan wisata akan semakin nyaman dan sejuk. Dengan
meningkatnya kenyamanan wisata berdampak pada peningkatan
pengunjung dan pendapatan wisata sampai meningkat 56,37% dari tahun
2010 sampai 2013. Disamping itu yang dulu kunjungan wisata
terkonsentrasi 75% pada hari besar saja yaitu Idul Fitri, Idul Adha, Natal
dan Tahun Baru, maka sekarang sudah mulai relatif tersebar merata pada
bulan-bulan lainnya.
91
lahan berubah menjadi lebih subur karena kelembaban meningkat dan
suhu menurun serta pengaruh humus dan pupuk kandang. Hasil yang
diperoleh dari petani hortikultura jauh lebih menguntungkan pada lahan
berpasir dibandingkan tanah mineral biasa, karena pengaruh porositas
tanaman yang tinggi akan meningkatkan aerasi dan pengolahan tanah
yang mudah karena tesktur tanah yang ringan (sand).
92
DAFTAR PUSTAKA
Gong, W., X.Yan, J.Wang, T.Hu dan Y. Gong. 2009. Long-term manure
and fertilizer effects on soil organic matter fractions and microbes
under a wheatmaize cropping system in northern china.
Geoderma 149: 318 -324.
Harjadi B, Cahyono S.A., Octavia D., Gunawan, Priyanto A., dan Siswo,
2007. Laporan Hasil Proyek (LHP) Model Rehabilitasi Lahan dan
Konservasi Tanah Pantai Berpasir. DepHut, Balitbanghut, BPK
Solo.
Harjadi, B., dan Octavia, D., 2008. Penerapan teknik konservasi tanah di
pantai berpasir untuk agrowisata, Info Hutan Vol. V, No. 2, Tahun
2208. Dephut., Balitbanghut, Puslitbang Hutan dan Konservasi
Alam (P3HKA). Bogor.
Harsono, 1995. Hand Out Erosi dan Sedimentasi. Program Pasca Sarjana
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
93
Nurahmah, Y, Mile, M.Yamin, Suhaendah, E. 2007. Tekhnis Perbanyakan
Tanaman Laut (Casuarina equisetifolia) pada Media Pasir. Info
Tekhnis Vol 5 no. 1. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan
Pemuliaan Tanaman Hutan
Sukresno, 1998. Laporan Kajian Konservasi Tanah dan Air pada Kawasan
Pantai Berpasir dan Berlumpur di Jawa Tengah dan DIY. Dephut,
Balitbanghut, BTPDAS. Solo.
Utami, N.H. 2009. Kajian Sifat Fisik, Sifat Kimia dan Sifat Biologi Tanah
Paska Tambang Galian C pada Tiga Penutupan Lahan.
Departemen Silvikultur. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian
Bogor. Skripsi.Tidak Diterbitkan.
94