Tektonik Nusa Tenggara PDF
Tektonik Nusa Tenggara PDF
MAKALAH
MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
kasih kepada semua pihak yang telah membimbing, mengarahkan, dan membantu
1. Bapak Dr. Ir. Musri Mawaleda, MT dan Dr. Eng. Asri Jaya HS., ST. MT selaku
2. Kedua orang tua atas segala dukungan materi dan moril yang senantiasa
kekeliruan yang ada tidak luput dari keterbatasan penulis sebagai manusia biasa
yang memiliki banyak kekurangan. Akhir kata, semoga penyusunan makalah ini
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 22
LAMPIRAN :
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
iii
BAB I
PENDAHULUAN
utara dan lempeng Eurasia yang relatif pasif. Proses-proses geologi yang
tumbukan (collision) antar busur atau antara busur dengan kerak benua (arc-
bagian barat Irian dan blok Timor-Seram (Hamilton, 1979 dan Audley-
Bagian barat Papua terbagi menjadi Sula (Pigram dan Davies, 1987), Tukang
1
2
Besi dan blok Banda, yang kesemuanya bergerak ke arah barat dan
1979).
mengarah ke utara dan lempeng kontinen Eurasia yang ada pada utara dan
barat.
sekitar 3 5 juta tahun yang lalu. Sejak itu imbrikasi di batas kontinen
Australia dihasilkan dari doming yang terjadi di bagian utara Timor yang
1.2).
timur dan bagian barat dari Busur Banda, terdiri dari Kelompok kepulauan
4
dan cekungan cekungan kecil. Secara fisografi, kepulauan ini dibatasi pada
bagian barat oleh Kepulauan Jawa, di timur oleh Busur Banda, pada bagian
utara oleh Laut Flores dan dibagian selatannya oleh Samudera India.
Busur Banda, yang berasal dari gunung api muda dan membentuk lingkaran
terdapat di Nusa Tenggara ini dihasilkan oleh subduksi dari lempeng oseanik
Nusa Tenggara merupakan bagian dari sistem subduksi yang aktif hingga
saat ini baik berupa palung paralel, outer-arc ridge dan cekungan, serta
dari Pulau Jawa dengan bentuk kurva U tajam terbalik. Pada palung bagian
1.3).
5
Sistem tektonik ini membentang sejauh 118 122 bujur timur, dimana
Sumba (Gambar 2.1 dan 2.4), bagian dari Paparan Sunda-Sulawesi sebelum
tersebut merupakan fitur palung yang sama dengan di Jawa bagian selatan
ke arah timur. Palung tersebut terbagi menjadi dua bagian, yaitu Palung
bagian utara dan selatan dari Pulau Sumba. Palung bagian timur Sumba
tergabung dalam Cekungan Sawu yang berada di luar outer-arc basin dan
merupakan kelanjutan dari sisa busur. Cekungan dangkal dan sempit berada
di bagian utara dan timur Timor Timur. Dari Pulau Sumba ke Seram (daerah
sekitar kurva utama busur), outer-arc basin memiliki bentuk seperti bulan
sabit. Pada bagian terluas dari bulan sabit, Weber Basin dengan kedalaman
6
7
sedangkan pada tubuh bagian utara busur, yaitu di sepanjang sisi selatan
dibagi menjadi empat satuan tektonik, yang dijumpai utara dan selatan,
yaitu;
c. Kelompok Busur Luar; yang dihasilkan oleh pulau non vulkanik yaitu
d. Kelompok Busur Depan; yang dijumpai diantara busur dalam dan busur
luar, dan merupakan bagian cekungan dalam yang terdiri dari Cekungan
Daerah busur bagian dalam dari Kepulauan Nusa Tenggara terletak pada
arah timur menjadi sekitar 40 km. Disusun oleh barisan gunung api muda
sepanjang 1.400 km, yang menghubungkan sistem busur dalam gunung api
8
Banda dengan busur gunung api Jawa-Sumatera, yang terdiri dari Bali,
Pantar, Alor, Kambing dan Wetar. van Bammelen (1949) membagi gugusan
gunung api ini menjadi dua bagian yaitu bagian barat dan timur (Hamilton,
1979).
gunung api dari orogenesa Timor, sedangkan bagian barat (dari Sumbawa
tipe oseanik dan kontinen dan Moho berada dikedalaman sekitar 20 km.
Daerah ini merupakan pertemuan antara bagian ujung timur Sunda shelf
(Hamiltom, 1979), Gunung api gunung api tersebut antara lain; Rinjani,
Tambora dan Gunung api sangenag yang masih aktif, serta Sangengeng
9
Dijumpai batas jalur gunung api diantara gunung api Sumba paling timur
dan jalur gunungpi aktif Flores. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat
Flores yang dapat dibagi menjadi tiga satuan morfologi (Bammelen, 1949
dalam Hamilton, 1979); Laut Flores barat laut, Cekungan Flores tengah, dan
Laut Flores timur. Kontur kedalaman dari Laut Flores berarah Timur-Barat.
mempunyai kedalaman lebih dari 5000 km. Menuju ke busur gunung api,
mechanism-nya.
hasil dari relief yang ada atau injeksi magma di dalam busur gunung api,
Dijumpai dua daerah utama pada busur belakang dari Kepulauan Nusa
Tenggara dimana back arc thrusting terjadi (Silver et. al., 1986; Prasetyo
dan Dwiyanto, 1986 dalam Prasetyo, 1992) yaitu; Wetar bagian utara
dan Alor (Wetar Thrust), kemudian yang lainnya adalah Flores bagian
Penyusun Kerak Laut Banda yang sangat dalam dan berupa busur
vulkanik, adalah kerak samudera (Raitt, 1967; Chamalaun et. al., 1976;
Curray et. al., 1977; Purdy et. al., 1977; Purdy dan Detrick, 1978; dalam
Hamilton, 1979). Laut Flores kecil, utara Flores dan Sumbawa bagian timur,
juga sama dalam dan juga laut (Curray et. al., 1977 dalam Hamilton, 1979).
Namun, di ujung barat dari ekstremitas selatan Busur Banda, yaitu pada
Cekungan Bali, di sepanjang sisi utara Vulkanik Bali, Lombok dan Sumbawa
Barat, memiliki batimetri yang relatif sempit dan dengan kedalaman sekitar
yang berasal dari kerak samudera dan benua, hal ini sesuai dengan
besar terbentuk dari subduksi melange pada Kapur Akhir Tersier Awal.
Pada bagian bawah cekungan outer-arc tersusun dari kerak samudera (Purdy
junction dari tiga lempeng besar, yaitu Indo-Australia, Eurasia dan Lempeng
Pasifik. Interaksi dari tiga lempeng ini membentuk tatanan tektonik yang
Nusa Tenggara;
subduksi ini terjadi di bagian dalam dari busur gunung api Kepulauan
Nusa Tenggara.
Busur gunung api yang ada pada bagian timur wilayah Sunda Shelf, yang
1975). Bagian dalam dari busur gunung api kepulauan ini disusun oleh
oseanik tersubduksikan.
Ukuran dari pulau yang berada di dalam lingkaran gunugapi ini semakin
kecil ke arah timur, dari pulau Jawa sampai Bali, Lombik, Sumbawa,
tinggi, ofiolit, batuan beku kristalin, dan lain-lain. Batuan tersebut kemudian
daerah imbrikasi (Gambar 2.9). Kondisi tersebut adalah produk dari hasil
(Hamilton, 1979).
Timor bagian Barat (Hamilton, 1979), di mana posisi kedudukan batuan pada
Trias,
dari rombakan sekis yang melensis, ofiolit, batugamping merah muda dan
Pada tahun 1941 di daerah yang sama, van West memetakan melange
secara acak terdiri dari lensa batuan sedimen klastik terrigenous, sedimen
pelagis berumur Kapur, Trias, Eosen, dan batugamping laut dangkal berumur
Miosen Awal, semua fragmen terletak di antara lensa dari sekis dan ofiolit
tengah dan beberapa di bagian selatan Pulau Timor. Meski berumur relatif
berlangsung hingga kedalaman laut menjadi semakin dangkal seperti saat ini
(Hamilton, 1979).
Gambar 2.5 Batas lempeng kawasan Asia bagian Tenggara (Katili, 1971).
17
Pulau Timor umumnya tersusun oleh jenis batuan yang mirip dengan batuan
berapi aktif. Namun, beberapa pulau lain seperti Pulau Alor, Kambing,
Wetar, dan Roma memiliki aktivitas vulkanik yang masih berlangsung hingga
dasar palung bagian utara dari punggungan gunung berapi yang telah non
(Hamilton, 1979).
sebelah barat dari zona kontak antara Kerak Australia dengan Busur Banda.
Di daerah ini, baik gunung berapi aktif dan zona Benioff menunjukkan efek
berkelanjutan dari subduksi utara dari sisi selatan sistem busur, sehingga
pembalikan yang berlangsung di daerah ini lebih muda daripada yang terjadi
Di daerah Timor, fitur lain yang tidak biasa adalah punggungan outer-
arc yang berada di atas Pulau Timor dan Leti. Pertemuan kedua pulau terjadi
akibat eksistensi sistem busur vulkanik yang bergerak ke utara dan akibat
18
dapat dijelaskan oleh subduksi dari bagian bawah cekungan outer-arc baik
KESIMPULAN
sebagai berikut :
timur dan bagian barat dari Busur Banda, terdiri dari Kelompok
Depan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Hamilton, W., 1979. Tectonics of the Indonesian Region, United States Geological
Survey, Washington.
Katili, J.A., 1971. A review of the geotectonic theories and tectonic maps of
Indonesia, Journal of Earth Sciences, Elsevier Publishing Company.,
Amsterdam, p. 143-163.
Katili, J.A., 1975. Volcanism and plate tectonics in the Indonesian Island Arcs,
Journal of Tectonophysics, Elsevier Scientific Publishing Company.,
Amsterdam, p. 165-188.
Pigram, C.J. and Davies, H.L., 1987. Terranes and the accretion history of the New
Guinea orogen, BMR Journal of Australian Geology & Geophysics Volume
10 number 3, Department of Primary Industries and Energy, Northfield -
Australia, p. 193-211.
Prasetyo, H., 1992. The Bali-Flores Basin : Geological transition from extensional
to subsequent compressional deformation, Proceedings Indonesian
Petroleum Association 21st Annual Convention, Indonesian Petroleum
Association, Jakarta.
Price, N.J. and Audley-Charles, M.G., 1987. Tectonic collision processes after plate
rupture, Journal of Tectonophysics Vol. 140, Elsevier Scientific Publishing
Company., Amsterdam, p. 121-129.
Simanjuntak, T.O. and Barber, A.J., 1996. Contrasting tetonic styles in the
Neogene orogenic belts of Indonesia. In: Hall, R. and Blundell, D.J. (Eds),
Tectonic evolution of Southeast Asia, Geological Society Special
Publication. London, p. 185-201.
22
L
A
M
P
I
R
A
N
Peta Tektonik Regional Nusa Tenggara (Modifikasi dari Hamilton, 1979)