Anda di halaman 1dari 141

ANALISIS KESESUAIAN PENERAPAN AKUNTANSI PADA PRODUK

PEMBIAYAAN ATAS PERJALANAN HAJI DI PERBANKAN SYARIAH

DENGAN PSAK 107 ( STUDI KASUS PADA BANK SYARIAH MANDIRI

CABANG CIBINONG )

SKRIPSI
Disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Disusun oleh :
Syarief Husein
10121049

UNIVERSITAS TRILOGI
Program Pendidikan (Strata-1)
Jurusan Akuntansi
JAKARTA
2016

i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Nama : Syarief Husein


Nim : 10121049
Program Pen-
: Strata-1
didikan
Jurusan : Akuntansi
Analisa Kesesuaian Penerapan Akuntansi pada Produk Pembiayaan
Judul : atas Perjalanan Ibadah Haji di Perbankan Syariah dengan PSAK 107,
(Studi Kasus pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Cibinong).
Tanggal Lulus : 16 Januari 2016

Disetujui oleh :
Pembimbing

Muyassaroh, S.E., Ak., M.M., CA.


Tanggal :
Mengetahui :
Ketua Program Studi Akuntansi

Muyassaroh, S.E., Ak., M.M., CA.


Tanggal :

ii
iii
iv
ABSTRAK

Penelitian ini adalah hasil dari observasi dan studi kasus dengan judul
Analisis Kesesuaian Penerapan Akuntansi pada Produk Pembiayaan atas Perjalan-
an Ibadah Haji di Perbankan Syariah Dengan PSAK 107, (Studi Kasus pada Bank
Syariah Mandiri Kantor Cabang Cibinong). Penelitian ini bertujuan untuk mem-
berikan informasi mengenai perlakuan akuntansi pada produk pembiayaan atas
perjalanan ibadah haji di perbankan syariah, terutama pada produk pembiayaan
Dana Talangan Haji di Bank Syariah Mandiri.

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada skripsi ini adalah teknik
observasi dan telaah dokumen yang dianalisa dengan menggunakan metode
deskriptif kualitatif serta ditunjang dengan beberapa literatur terkait untuk mem-
perkuat teori yang relevan dengan fakta di lapangan mengenai penerapan perilaku
akuntansi pada produk pembiayaan atas perjalanan ibadah haji di perbankan syari-
ah, terutama pada produk pembiayaan Dana Talangan di Haji Bank Syariah Man-
diri Kantor Cabang Cibinong.

Hasil dari penelitian, penulis dapat menyimpulkan bahwasanya penerapan


perilaku akuntansi di dalam produk pembiayaan perjalanan ibadah haji pada Bank
Syariah Mandiri Kantor Cabang Cibinong sudah sesuai dan mengikuti aturan
akuntansi yang serta hukum yang ada, terutama pada pola penerapan perilaku
akuntansinya sudah sesuai dengan PSAK 107, namun ada celah pada waktu
pengakuannya.

Kata Kunci : Produk pembiayaan Dana Talangan Haji, qardh, ijaraah, PSAK 107.

v
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahman nirrahim.

Assalamualaikum warrahmatullahi, wabarrakatuh, Alhamdulillahirrabil

alamin, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT pemilik seluruh semes-

ta alam yang tidak pernah berhenti memberikan berjuta nikmat kepada umatnya.

Subhannallah walhamdulillah walaillahaillallah, Maha Suci Allah SWT

yang telah memudahkan segala urusan, karena berkat rahmat dan karunia serta

kasih sayangNya pada akhirnya penulis diberikan izin untuk sampai ke tahap ini

dan dapat menyelesaikan tanggung jawab penulis dalam penulisan skripsi untuk

mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi.

Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasullah SAW beserta

keluarga, sahabat dan pengikut yang setia sampai akhir zaman. Penulis menyadari

dalam tahap penyelesaian skripsi yang berjudul Analisa Kesesuaian Penerapan

Akuntansi pada Produk Pembiayaan atas Perjalanan Ibadah Haji di Perbankan Sya-

riah dengan PSAK 107, (Studi Kasus pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang

Cibinong) bukan hanya karena usaha keras dari penulis sendiri, akan tetapi tak

lepas dari bantuan dari berbagai pihak.

Untuk itu sudah sepantasnya penulis menghaturkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah berjasa membantu penulis serta

memotivasi dan selalu mengingatkan penulis selama proses pembuatan hingga ke

vi
tahap penyelesaian skripsi ini. Terutama penulis menghaturkan terimakasih sebe-

sar-sebesarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Asep Saefuddin, M.Sc., selaku Rektor Universitas Trilogi.

2. Ibu Muyassaroh, S.E., Ak., M.M., CA., selaku Ketua Prodi Akuntansi dan se-

bagai dosen pembimbing pengganti serta salah satu orang yang memiliki

pengaruh besar kepada saya untuk mengambil konsentrasi akuntansi syariah.

3. Almarhum Bapak Anton, S.E., MBA., selaku dosen pembimbing sampai dengan

tanggal 6 Desember 2015, terima kasih banyak saya haturkan kepada bapak An-

ton karena jika tanpa bantuan beliau, saya tidak dapat sampai ke persiapan

sidang skripsi. Istirahat dengan tenang pak, mahasiswa bapak yang satu ini su-

dah menjadi Sarjana Ekonomi.

4. Ibu Lely Dahlia, S.E., M.Ak., selaku dosen akuntansi yang sangat membantu

mahasiswanya dengan support serta saran-saran yang sangat membangun bagi

mahasiswanya.

5. Babah Salim dan Mimi Syifa, dede Jafar serta keluarga Al-Athosiyah yang da-

lam hal ini sangat membantu serta memberikan dorongan moral serta doa kepada

penulis untuk tidak menyerah dalam menyelesaikan skripsinya.

6. UKM Basket Trilogi dan Protokoler yang memberikan semangat kepada penulis

untuk cepat dalam menyelesaikan skripsi.

7. Terima kasih juga kepada Bang Stanley, Regih Wijaya, Ramses Alvin Syarif,

Reza Enokesti Munthe, Agatha Sonya Sekar Ningrum dan yang lainnya karena

membuat surat perjanjian untuk cepat kelar sidang.

vii
8. Teman-teman seperjuangan Bronze Basketball Brotherhood, Tim D dan Mas

Acil, serta Keluarga Masa Gitu yang memberikan semangat dan memacu untuk

cepat selesai sidang.

9. Shella Handayani Bisla, Elvira Denisya dan Dhefrie Noviarief yang memberikan

semangat dan saran yang memacu semangat dari penulis untuk cepat selesai

sidang.

Namun, penulis juga menyadari bahwasanya penulisan serta penyusunan

skripsi ini masih belum sempurna dan luput dari perhatian penulis, baik itu dari

bahasa yang digunakan maupun dari teknik penyajiannya. Oleh karna itu, dengan

segala kekurangan dan kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan kritik serta

saran yang membangun dari para pembaca demi perbaikan skripsi ini kedepannya.

Pada penghujung kalimat penulis menaruh harapan dengan selesainya

skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membaca. Terima

kasih banyak penulis ucapkan.

Wassalamualaikum warrahmatullahi, wabarrakatuh,

Jakarta, 9 Januari 2016.

Syarief Husein

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SIDANG SKRIPSI ................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR .............................. iv

ABSTRAK ............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR TABEL............................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................8

1.3.1 Tujuan penelitian ................................................................................. 8

1.3.2 Manfaat penelitian ............................................................................... 8

1.4 Ruang Lingkup Penelitian..........................................................................9

1.5 Metode Penelitian ......................................................................................10

1.6 Kerangka Berfikir .....................................................................................12

1.7 Sistematika Penelitian ...............................................................................13

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 15

2.1 Tinjauan Pustaka ......................................................................................15

ix
2.1.1 Penelitian terdahulu ........................................................................... 15

2.1.2 Literatur pendukung .......................................................................... 18

2.2 Kerangka Teori .......................................................................................... 20

2.2.1 Produk pembiayaan ibadah haji di lembaga keuangan

perbankan syariah. .............................................................................. 20

2.2.2 Tanggapan perbankan syariah terhadap Dana Talangan Haji ........... 25

2.2.3 Hukum dan akad dari pembiayaan talangan atas perjalanan ibadah haji

29

2.2.4 Kodifikasi dan peraturan akuntansi perbankan syariah Indonesia

terkait pembiayaan ijaraah................................................................. 33

2.2.5 Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia

terkait dengan pembiayaan talangan atas perjalanan ibadah haji ....... 37

2.3 Kerangka Konseptual ................................................................................ 38

2.3.1 Pembiayaan multijasa. ....................................................................... 42

2.3.2 Pembiayaan akad ijaraah .................................................................. 43

2.3.3 Pembiayaan akad qardh ..................................................................... 63

2.4 Kerangka Operasional ............................................................................... 73

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................................. 74

3.1 Profil Umum Perusahaan .......................................................................... 74

3.2 Visi dan Misi serta Nilai Budaya Perusahaan ......................................... 75

3.3 Produk Perusahaan.................................................................................... 76

3.4 Produk Dana Talangan Haji yang ditawarkan Perusahaan .................. 79

3.5 Skema dan Mekanisme dari Pemberian Produk Pembiayaan

Talangan Haji di Bank Syariah Mandiri ................................................ 82

x
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ....................................................... 83

4.1 Analisa Data................................................................................................ 83

4.1.1 Hasil temuan data .............................................................................. 84

4.1.2 Contoh ilustrasi .................................................................................. 85

4.2 Pembahasan Data ....................................................................................... 88

4.2.1 Analisa pembiayaan Dana Talangan Haji.......................................... 88

4.2.2 Skim ijaraah. ..................................................................................... 91

4.2.3 Analisa kesesuaian perilaku akuntansi menggunakan pedoman

PSAK 107........................................................................................... 96

4.2.4 Pengungkapan pada pembiayaan Dana Talangan Haji. ................... 107

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 117

5.1 Simpulan ................................................................................................... 117

5.2 Saran ......................................................................................................... 118

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 119

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Berfikir........................................................................ 12

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual .................................................................. 39

Gambar 2.3 Skema Akad Ijaraah ................................................................... 62

Gambar 2.4 Skema Akad Qardh ..................................................................... 72

Gambar 2.5 Kerangka Operasional ................................................................. 73

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Isu Praktek Perbankan ..................................................................... 28

Tabel 2.2 Ilustrasi Jurnal Akad Ijaraah ........................................................... 52

Tabel 2.3 Ilustrasi Jurnal Akad Qardh ............................................................ 70

Tabel 3.4 Profil Umum Perusahaan ................................................................. 74

Tabel 3.5 Visi dan Misi serta Nilai Budaya Bank Syariah Mandiri ................ 75

Tabel 3.6 Produk dari Bank Syariah Mandiri .................................................. 76

Tabel 4.7 Contoh Ilustrasi................................................................................ 88

Tabel 4.8 Analisa Pembiayaan Dana Talangan Haji untuk Bapak Apud ........ 89

Tabel 4.9 Skim Ijaraah Pembiayaan Dana Talangan Haji untuk Bapak

Apud ................................................................................................ 91

Tabel 4.10 Rencana Anggaran Pembiayaan Dana Talangan Haji untuk

Bapak Apud ...................................................................................... 92

Tabel 4.11 Rincian Penyerahan Dana Talangan Haji ........................................ 93

Tabel 4.12 Rincian Pembiayaan Setoran Awal BPIH untuk Bapak Apud ........ 94

Tabel 4.13 Analisa Kesesuaian Perilaku Akuntansi Menggunakan Pedoman

PSAK 107 ........................................................................................ 96

Tabel 4.14 Pengungkapan Pembiayan Dana Talangan Haji pada Posisi

General Ledger Rekening Tabungan Nasabah/kas 2010 .................107

Tabel 4.15 Pengungkapan Pembiayan Dana Talangan Haji pada Posisi

Neraca ..............................................................................................114

Tabel 4.16 Pengungkapan Pembiayan Dana Talangan Haji pada Posisi

Laporan Laba Rugi ...........................................................................116

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Proses Permohonan Talangan Haji Regular ............................... 123

Lampiran 2. Proses Akad dan Pencairan Talangan Haji Regular ................... 124

Lampiran 3. Proses Pendafataran Haji Regular .............................................. 125

Lampiran 4. Proses Administrasi Pembiayaan Talangan Haji Regular .......... 126

Lampiran 5. Alur Proses Pembiayaan Talangan Haji Regular ....................... 127

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Ibadah haji merupakan rukun Islam yang dapat dikatakan paling sulit un-

tuk dikerjakan serta ditunaikan oleh seluruh umat Islam jika dibandingkan dengan

rukun Islam yang lainnya. Hal ini dikarenakan ibadah haji merupakan ibadah yang

bernilai suci dan sakral serta dimensinya mencakup implementasi ruang vertical

dan horizontal, serta membutuhkan pengorbanan yang sangat mendalam di

berbagai aspek kehidupan dari setiap individu penganut agama Islam. Menurut

Mochammad, aspek yang dimaksud meliputi kesanggupan fisik, kesanggupan men-

tal, kesanggupan ilmu agama serta yang terakhir ialah kesanggupan dari segi finan-

sial untuk mendanai kebutuhan selama menunaikan ibadah haji.

Dana yang dibutuhkan untuk memenuhi perjalanan ibadah haji kerap kali

menjadi persoalan mendasar bagi setiap umat muslim di seluruh penjuru dunia,

tidak luput juga umat muslim di Indonesia yang mayoritas penduduknya memeluk

agama Islam. Sebagaimana tercatat di laporan dari lembaga riset dunia Pew Re-

search Center, bahwasanya penduduk yang memeluk agama Islam di Indonesia

menyentuh presentase diangka kurang lebih sekitar 87.2% dari total keseluruhan

populasi penduduknya, sehingga persoalan pendanaan ini menjadi tembok pengha-

lang yang sangat besar bagi umat muslim untuk menjalankan serta menunaikan

ibadah haji.

1
Tidak dapat dipungkiri pula pada akhirnya banyak dari umat muslim mera-

sa berat untuk memenuhi pendanaan yang dibutuhkan. Solusi untuk mengatasi

permasalahan tersebut ialah mencari alternatif lain dengan menggunakan Dana

Talangan Haji yang ditawarkan oleh perbankan syariah. Maka melalui fatwa De-

wan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) No: 29/DSN-

MUI/VI/2OO2 mengenai pembiayaan Dana Talangan Haji untuk talangan pe-

lunasan setoran awal Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) oleh lembaga keuangan

perbankan syariah, ini dapat membuka kesempatan bagi perbankan syariah untuk

membantu nasabahnya menyelesaikan permasalahan pengumpulan dana dan men-

jadi solusi untuk menunaikan ibadah haji (Rahmah, 2013).

Sejak dikeluarkannya fatwa dari DSN-MUI tersebut, maka banyak dari

lembaga keuangan perbankan syariah di Indonesia mulai memperkenalkan dan

mengeluarkan produk perbankan baru yang didesain khusus dengan bertujuan un-

tuk membantu umat Islam di Indonesia agar dapat memenuhi serta menunjang

kebutuhan dari nasabah untuk mengatasi permasalahan dari penghimpunan dana

untuk membiayai perjalanan ibadah haji. Berlandaskan dengan fatwa tersebut,

maka mulai banyak ditawarkannya produk baru oleh perbankan syariah yang

didesain khusus dengan mengedepankan fasilitas Dana Talangan Haji yang dapat

membantu nasabah untuk memenuhi setoran awal BPIH.

Selanjutnya BPIH tersebut akan disetorkan lewat Bank Penerima Setoran

Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPS-BPIH) jika sudah mencukupi nominal setoran

awal yang ditetapkan oleh Kementrian Agama Republik Indonesia sebagai tahap

2
awal untuk proses perencanaan perjalanan ibadah haji, salah satu perbankan syariah

yang menawarkan produk pembiayaan atas perjalanan ibadah haji ialah Bank Sya-

riah Mandiri.

Menurut Keputusan Direktur Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah

No: D/303 Tahun 2013, pada eksistensinya Bank Syariah Mandiri di dalam dunia

perbankan syariah maupun konvensional sudah tidak dapat diragukan lagi bah-

wasanya Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu dari perbankan syariah terso-

hor serta elite yang dimiliki oleh Indonesia, tidak hanya itu Bank Syariah Mandiri

pun juga termaksud kedalam salah satu dari bank syariah yang diberikan ke-

percayaan serta tanggungjawab oleh Kementrian Agama Republik Indonesia untuk

menjadi salah satu BPS-BPIH.

Berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2013 alasan Bank

Syariah Mandiri dipilih sebagai salah satu BPS-BPIH ialah Bank Syariah Mandiri

dapat mencakup wilayah pelayanan yang sangat luas dikarenakan memiliki banyak

kantor Cabang serta kantor Cabang pembantu. Salah satu dari kantor Cabang dari

Bank Syariah Mandiri adalah Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Cibinong yang

mencakup wilayah pelayanan untuk daerah Cibinong dan sekitarnya.

Produk pembiayaan atas perjalanan ibadah haji yang ditawarkan oleh Bank

Syariah Mandiri Kantor Cabang Cibinong lebih dikenal oleh masyarakat, calon

nasabah maupun nasabah Bank Syariah Mandiri dengan istilah Pembiayaan Dana

Talangan Haji dikemas dalam bentuk produk Tabungan Haji Mabrur yang di da-

lamnya memiliki fasilitas produk pembiayaan Dana Talangan Haji, didesain untuk

3
memberikan kemudahan bagi nasabahnya dalam memenuhi permasalahan

penghimpunan dana dan perencanaan atas perjalanan ibadah haji dengan

menggunakan Dana Talangan Haji jika dibutuhkan (Susana, 2013).

Produk Dana Talangan Haji yang ditawarkan oleh pihak Bank Mandiri

menggunakan akad qardh wal ijaraah yang merupakan pengaplikasian dari salah

satu produk akuntansi syariah pada pembiayaan multijasa dari penggabungan akad

qardh (hutang-piutang) dengan akad ijaraah (jual-beli) yang didesain khusus untuk

membantu nasabahnya dalam penyelenggaraan dan pembiayaan atas perjalanan

ibadah haji bagi nasabah (Rahmah, 2013).

Produk Dana Talangan Haji menggunakan dana talangan sebagai penam-

bah jumlah nominal dari tabungan nasabah yang nantinya bila sudah mencapai

nominal yang sudah ditentukan, akan disetorkan kepada Kementrian Agama se-

bagai setoran awal BPIH untuk mendapatkan porsi/seat nomor keberangkatan haji,

agar nasabah calon jamaah haji tersebut dapat mengetahui mengenai jadwal keber-

angkatannya.

Penggunaan akad qardh dengan akad ijaraah dalam produk pembiayaan

Dana Talangan Haji maka memungkinkan pihak Bank Syariah Mandiri Kantor

Cabang Cibinong dapat mengajukan ujra sebagai imbalan atas jasa kepengurusan

dan penyelenggaraan serta pembiayaan atas perjalanan ibadah haji nasabah yang

dilakukan oleh pihak bank.

4
Dalam pengaplikasiannya akad pembiayaan multijasa tersebut ternyata
memiliki perbedaan sebagai berikut :

1. Pada awal pemberian pembiayaan atas perjalanan ibadah haji pihak Bank Syari-

ah Mandiri Kantor Cabang Cibinong akan mengajukan akad atau kesepakatan

kepada pihak nasabah, dalam kasus ini akad yang digunakan oleh pihak Bank

Syariah Mandiri Kantor Cabang Cibinong menggunakan akad qardh (hutang-

piutang).

2. Setelah tercapainya persetujuan diantara kedua belah pihak tercapai, selanjutnya

pihak bank mengajukan akad atau kesepakatan imbalan atas jasa dengan jasa

Dana Talangan Haji yang telah diberikan oleh pihak Bank Syariah Mandiri Kan-

tor Cabang Cibinong menggunakan akad ijaraah (jual-beli) dan dengan

persetujuan jatuh tempo pelunasan talangan sudah disepakati sebelumnya pada

akad qardh.

Dari skema dapat terlihat bahwasanya penggunaan pembiayaan multijasa

tersebut sangat bermanfaat bagi kedua belah pihak jika dilihat dari sisi pihak nasa-

bah, nasabah diberikan kemudahan dan dibantu dalam memenuhi kekurangan dana

agar dapat memenuhi quota setoran awal BPIH, tanpa perlu khawatir menunggu

waktu yang sangat lama atau khawatir dana yang telah terkumpul akan terpakai

untuk hal yang lain, dikarenakan produk pembiayaan ini terdapat di dalam produk

Tabungan Haji Mabrur yang tidak dapat dicairkan dalam bentuk apapun tanpa

persetujuan dari pihak bank dengan nasabah.

5
Terkecuali setelah penandatanganan surat pembatalan keberangkatan iba-

dah haji oleh nasabah, dana tersebut dapat dicairkan dan dikenai pemotongan ad-

ministrasi sesuai dengan peraturan pihak bank. Setelah penandatanganan akad ter-

sebut dilakukan, selanjutnya dana talangan atas proses pembiayaan perjalanan iba-

dah haji akan segera dicairkan oleh pihak Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang

Cibinong ke dalam rekening Tabungan Haji Mabrur nasabah sesuai dengan

besarnya nominal yang telah disepakati oleh kedua belah pihak sebelumnya.

Dana yang telah dicairkan kedalam rekening nasabah seperti yang sudah

dijelaskan pada alinea sebelumnya, tidak bisa dicairkan dengan alasan apapun atau

dengan kata lain dana talangan tersebut dibekukan oleh pihak bank hingga batas

quota maksimal dari setoran awal BPIH telah terpenuhi, dan jika quota tersebut

sudah terpenuhi, dana tersebut akan langsung dipindahbukukan oleh pihak bank

dari rekening nasabah ke rekening Kementrian Agama Republik Indonesia.

Setelah pemindahbukuan selesai dilaksanakan, maka di rekening Ta-

bungan Haji Mabrur nasabah hanya tersisa saldo awal buka rekening Tabungan

Haji Mabrur.

Akhirnya nasabah tidak perlu khawatir jika dananya akan terpakai untuk

hal yang tidak perlu ataupun terpotong karena hal lainnya, tidak hanya fasilitas

pembiayaan Dana Talangan Haji yang dapat dinikmati oleh nasabah pada

penggunaan dari produk Tabungan Haji Mabrur.

6
Nasabah pun dapat merasakan privilege lainnya dari produk Tabungan

Haji Mabrur yaitu kepengurusan mengenai administrasi perjalanan ibadah haji yang

meliputi tiket pesawat, kamar penginapan selama menjalankan ibadah haji, ako-

modasi dan transportasi di Kerajaan Arab Saudi serta berbagai macam kelengkapan

selama menunaikan ibadah haji seperti; pelatihan manasik haji, souvernir dan se-

bagainya sudah diurus oleh pihak Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Cibinong.

Selain menawarkan privilege seperti yang dijelaskan pada paragraf sebe-

lumnya, pihak Bank Syariah Mandiri pun dalam hal pelayanan ini menyediakan

layanan manasik di beberapa mitra Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) yang

menjalin kerjasama dengan pihak bank. Meningkatnya permintaan dari nasabah

serta tingginya antusiasme dari nasabah terhadap produk Tabungan Haji Mabrur

yang memiliki fasilitas pembiayaan atas perjalanan ibadah haji dengan

menggunakan Dana Talangan Haji.

Mendorong penulis untuk mengetahui bagaimanakah perilaku akuntansi

yang meliputi penyajian, pengungkapan, pencatatan dan pengakuan terhadap akad

pembiayaan multijasa qardh wal ijaraah yang terdapat di dalam pada produk

Tabungan Haji Mabrur tersebut, dengan menyusun dan mendesain penelitian yang

mengangkat judul ANALISIS KESESUAIAN PENERAPAN AKUNTANSI PA-

DA PRODUK PEMBIAYAAN ATAS PERJALANAN IBADAH HAJI DI PER-

BANKAN SYARIAH DENGAN PSAK 107, ( Studi Kasus pada Bank Syariah

Mandiri Kantor Cabang Cibinong ).

7
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan akuntansi pada produk pembiayaan Dana Talangan Haji

atas perjalanan ibadah haji di Tabungan Haji Mabrur Bank Syariah Mandiri

Kantor Cabang Cibinong dengan menggunakan skim ijaraah.

2. Analisis kesesuaian penerapan akuntansi pada produk pembiayaan Dana Ta-

langan Haji atas perjalanan ibadah haji di Tabungan Haji Mabrur Bank Syariah

Mandiri Kantor Cabang Cibinong dengan menggunakan PSAK 107.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui penerapan akuntansi pada produk pembiayaan perjalanan

ibadah haji di dalam Tabungan Haji Mabrur Bank Syariah Mandiri Kantor

Cabang Cibinong berdasarkan dengan skim ijaraah.

2. Untuk mengetahui kesesuaian penerapan akuntansi pada produk pembiayaan

perjalanan ibadah haji di dalam Tabungan Haji Mabrur Bank Syariah Mandiri

Kantor Cabang Cibinong berdasarkan dengan PSAK 107.

1.3.2 Manfaat penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Bank Syariah Mandiri Cabang Cibinong bagaima-

na penerapan akuntansi pada produk pembiayaan perjalanan ibadah haji ber-

dasarkan skim ijaraah.

2. Mendapatkan solusi yang tepat terhadap perlakuan akuntansi pada produk pem-

biayaan perjalanan ibadah haji yang sesuai berdasarkan dengan PSAK 107

8
1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut, penelitian dilakukan han-

ya pada produk dana pembiayaan Dana Talangan Haji di Bank Syariah Mandiri

Kantor Cabang Cibinong, yaitu ada pada produk Tabungan Haji Mabrur. Penelitian

dilakukan untuk melihat kegiatan perlakuan akuntansi pada produk Dana Talangan

Haji di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Cibinong serta penelitian juga mem-

perhatikan beberapa fatwa DSN-MUI serta PSAK yang berhubungan dengan akad

yang digunakan pada produk pembiayaan Dana Talangan Haji atas penyeleng-

garaan dan kepengurusan perjalanan ibadah haji nasabah di Bank Syariah Mandiri

Kantor Cabang Cibinong.

Batasan masalah pada penilitian ini dibuat agar penelitian bisa terfokus

kepada rumusan masalah yang ada penilitian ini. Adapun pembatasan masalah

tersebut melingkupi, analisa mengenai perlakuan akuntansi pada produk pem-

biayaan perjalanan ibadah haji pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Cibi-

nong tanpa memperhatikan keabsahan akadnya.

Penelitian menggunakan pendekatan studi kasus untuk lebih memahami

situasi dan pengaplikasian produk pembiayaan perjalanan ibadah haji di Bank Sya-

riah Mandiri Kantor Cabang Cibinong dengan melihat skim ijaraah pada produk

pembiayaan perjalanan ibadah haji yang ditawarkan dibandingkan dengan pern-

yataan pada PSAK 107.

9
1.5 Metode Penelitian

1. Metode dan pendekatan yang digunakan

Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah

metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk dapat meng-

gambarkan bagaimana perlakuan akuntansi pada produk Tabungan Haji Mabrur di

Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Cibinong apakah sudah sesuai dengan pen-

erapan akuntansi yang tertulis pada PSAK 107.

2. Data dan sumber data yang digunakan

Data yang digunakan penulis pada penyusunan skripsi ini adalah data

kualitatif yaitu penggunaan data nominal yang berarti analisa kelayakan pemberian

dana talangan kepada nasabah, serta penggunaan data ordinal yaitu, skema dan alur

dari pemberian sampai dengan pencairan Dana Talangan Haji di Bank Syariah

Mandiri kepada nasabah.

Data-data tersebut bersumber dari data primer yang berupa brosur dan ket-

erangan dari pihak bank serta data sekunder berupa Standar Operasional Prosedur

Bisnis (SOPB) Dana Talangan Haji, handout slide mengenai pengenalan Dana

Talangan Haji Bank Syariah Mandiri kepada nasabah serta data penunjang yang

diberikan oleh back office berupa akun yang digunakan.

3. Lokasi dan ruang lingkup peneliltian.

Adapun penyelenggaraan penelitian ini berlokasi di Bank Syariah Mandiri

Kantor Cabang Cibinong yang berlokasi di Ruko Graha Cibinong blok D No. 1-2.

Jln. Raya Bogor Km. 43, Cibinong. Bogor, Jawa Barat. Telepon/faximile : (021)

87915704/ (021) 87919008.

10
4. Teknik pengumpulan data yang digunakan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam proses pengum-

pulan data hingga pengolahan data adalah sebagai berikut :

a. Teknik wawancara terarah.

b. Teknik observasi.

c. Teknik dokumentasi.

d. Studi kepustakaan.

e. Studi literatur.

f. Surver lapangan.

Teknik pengumpulan di atas digunakan oleh penulis dalam proses

pengambilan dan pengumpulan data hingga pengolahan data agar output yang

diberikan dapat relevan.

11
1.6 Kerangka Berfikir

nasabah penyajian

Tabungan
Haji pengakuan
Mabrur

Perilaku
akuntansi

Bank Sya-
SISKOHAT riah Man- pengukuran
diri

Kementrian Akad pem-


pengungkapan
Agama biayaan

naik haji ijaraah qardh

Gambar 1.1 Kerangka berfikir.

Sumber : dari data yang diolah penulis.

12
1.7 Sistematika Penelitian

BAB I : PENDAHULUAN.

Bab pendahuluan ini penulis membahas mengenai gambaran umum dari

permasalahan sebagai tahap pembukaan pada penulisan skripsi ini sehingga dapat

menjabarkan latar belakang dari masalah yang diangkat oleh penulis dan

mengindentifikasi poin-poin latar belakang serta menegaskan inti dari permasala-

han. Selanjutnya pada bab pendahuluan juga membahas tujuan dan manfaat metode

penelitian dari penelitian serta terdapat sistematika dan kerangka berfikir yang

diharapkan dapat memudahkan dalam membaca skripsi ini.

BAB II : LANDASAN TEORI.

Bab landasan teori ini penulis memaparkan mengenai beberapa macam te-

ori yang relevan dengan masalah yang diangkat oleh penulis. Ada beberapa poin di

dalam bab landasan teori yaitu, kerangka teori dari penelitian, tinjauan pustaka

yang meliputi penelitian terdahulu, kerangka konseptual dan kerangka operasional

yang didesain agar dapat diterapkan pada data-data yang ada untuk memperoleh

teori yang relevan serta berkesinambungan demi kelancaran penyusunan dari lan-

dasan teori pada topik permasalahan yang diangkat oleh penulis.

Bab landasan teori ini mengandung beberapa teori yang bertujuan untuk

memberikan pengertian pembiayaan termasuk beberapa teori mengenai pembiayaan

multijasa, pokok teori mengenai produk pembiayaan ibadah haji di lembaga keu-

angan syariah serta teori mengenai tanggapan dan isu-isu perbankan syariah

mengenai pembiayaan talangan atas perjalanan ibadah haji.

13
BAB III : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN.

Bab gambaran umum ini penulis menjelaskan dan menjabarkan dengan

singkat mengenai gambaran umum perusahaan Bank Syariah Mandiri Kantor

Cabang Cibinong meliputi visi dan misi serta beberapa data pendukung seperti

produk yang ditawarkan oleh perusahaan dan nilai budaya dari Bank Syariah Man-

diri Kantor Cabang Cibinong.

BAB IV : ANALISA DAN PEMBAHASAN.

Bab analisa dan pembahasan ini penulis menjabarkan serta menganalisa

dan membahas mengenai poin-poin permasalahan yang diangkat oleh penulis untuk

diteliti, meliputi; perlakuan akuntansi yang digunakan pada produk Dana Talangan

Haji dengan PSAK 107 dengan ditunjang dengan beberapa hukum dan aturan yang

berlaku serta fatwa pendukung yang relevan dengan permasalahan pembiayan Dana

Talangan Haji ibadah haji yang ditawarkan oleh lembaga keuangan syariah.

BAB V : KESIMPULAN.

Bab terakhir ini berisikan kesimpulan dan saran oleh penulis atas analisa

serta pembahasan dari topik permasalahan yang diangkat oleh penulis pada skripsi

ini, yang diharapkan dapat menjadi opini yang relevan dan dapat diverifikasi.

14
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Penelitian terdahulu

Untuk mencegah tindakan plagiat ada baiknya penulis memaparkan be-

berapa penelitian terdahulu agar memberikan bukti bahwasanya penelitian yang

dilakukan oleh penulis berbeda dan belum dilakukan oleh penulis lain sebelumnya

atau dapat dimaksudkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh penulis bebas dari

tindakan plagiatisme.

Pada penelitian ini, penulis mengangkat tema mengenai akuntansi syariah

dengan judul Analisis Kesesuaian Penerapan Akuntansi pada Produk Pembiayaan

atas Perjalanan Ibadah Haji di Perbankan Syariah Dengan PSAK 107, ( Studi Kasus

pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Cibinong ). Dengan subjek penelitian

Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Cibinong.

Berikut merupakan beberapa penelitian terdahulu yang merupakan literatur

pertimbangan bagi penelitian ini, salah satu dari penelitian terdahulu tersebut ada-

lah sebagai berikut :

1. Skripsi berjudul : Analisis Manajemen Pembiayaan Dana Talangan Haji pada

Bank Syariah Mandiri Cabang Malang, ditulis oleh Nur Uyun (2010). Berisikan

bahwa Prinsip penyaluran dana (akad) pembiayaan Dana Talangan Haji yang di-

jalankan Bank Syariah Mandiri Cabang Malang dalam prakteknya, bank tidak

15
mengambil keuntungan dari akad qardh tetapi mendapatkan upah jasa (fee/ujra)

dari penggunaan akad ijaraah.

2. Skripsi yang berjudul : Analisis Strategi Pemasaran Produk Talangan Haji di

Bank Syariah Mandiri Cabang Ungaran Semarang, ditulis oleh Nur Saadah

(2013). Berisikan bahwa ada beberapa kendala dalam proses pemasaran dari

Bank Syariah Mandiri Cabang Ungaran Semarang, salah satu permasalahannya

ada di sistem operasional dalam melakukan pembiayaan Dana Talangan Haji

dan belum teralu mengetahui manfaat yang didapat dari pembiayaan Dana Ta-

langan Haji tersebut. Serta ujra yang di ajukan oleh pihak bank teralu tinggi

dari tahun pertama, kedua dan ketiga.

3. Skripsi yang berjudul : Analisis Produk Talangan Haji Mabrur pada Bank Sya-

riah Mandiri Cabang Semarang, ditulis oleh Sulistiyowati (2014). Berisikan

bahwa pembiayaan Dana Talangan Haji pada Bank Syariah Mandiri Semarang

dalam pelaksanaannya menggunakan dua jenis akad yaitu akad qardh dan akad

ijaraah. Akad qardh digunakan dalam pemberian Dana Talangan Haji, sementa-

ra itu akad ijaraah digunakan dalam mengurusi pendaftaraan haji melalui online

dengan sistem komputerisasi haji terpadu (SISKOHAT).

4. Skripsi yang berjudul : Analisis Perlakuan Akuntansi Terhadap Dana Talangan

Haji pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Painan, ditulis oleh Yola Sari Sar-

tika (2013). Berisikan bahwa secara umum pencatatan transaksi pembiayaan

multijasa (Dana Talangan Haji) telah dijurnal berdasarkan ketentuan yang

dikeluarkan oleh Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI) ta-

hun 2003 yang penyusunannya berdasarkan PSAK 107.

16
5. Skripsi yang berjudul : Pelaksaan Pembiayaan Talangan Haji di Bank Syariah

Mandiri Semarang, ditulis oleh Khalmini (2010). Berisikan bahwa pelaksanaan

pembiayaan Dana Talangan Haji di Bank Syariah Mandiri Cabang Semarang

menggunakan dua akad sekaligus, yaitu akad qardh dan akad ijaraah. Akad

qardh digunakan untuk pemberiaan dana talangan kepada nasabah, dan akad ija-

raah digunakan saat Bank Syariah Mandiri Semarang mengurusi pendaftaran

haji secara online melalui sistem komputerisasi haji terpadu (SISKOHAT), dan

atas jasanya bank berhak mendapatkan ujra dari nasabah.

6. Skripsi yang berjudul : Pelaksanaan Dana Talangan Haji pada PT. Bank Syari-

ah Mandiri (persero), Tbk Cabang Surabaya, disusun oleh Lailatul Maghfiroh

(2010). Berisikan bahwa Dana Talangan Haji merupakan jenis pembiayaan

qardh yang artinya adalah akad penalangan dana dari bank dari bank kepada na-

sabah untuk menutupi kekurangan dana, dalam hal ini adalah Dana Talangan

Haji yang digunakan untuk mendapatkan porsi haji.

7. Skripsi yang berjudul : Perlakuan Akuntansi Tabungan Haji pada Bank Mega

Syariah di Surabaya, disusun oleh Ika Wahyuningsih (2012). Berisikan bahwa

tabungan haji pada Bank Syariah Mega Cabang Surabaya digolongkan kepada

tabungan mudharabah yang disajikan pada kolom passiva yang sudah sesuai

dengan PSAK 105.

8. Skripsi yang berjudul : Prosedur Pembiayaan Dana Talangan Haji di Bank

Syariah Mandiri (BSM) Cabang Salatiga, disusun oleh Maftukhatul Khanifah

(2011). Berisikan bahwa Proses untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan ta-

langan haji syaratnya sangatlah mudah, yaitu cukup meninggalkan lembar per-

17
tama setoran awal BPIH dan buku asli Tabungan Haji Mabrur saja sudah dapat

digunakan sebagai jaminan untuk mendapatkan pembiayaan Dana Talangan

Haji.

Dengan disajikannya beberapa penelitian terdahulu penulis berharap bah-

wasanya penelitian ini dilakukan oleh penulis sendiri tanpa melakukan tindakan

penjiplakan atau memindahkan isi dari penelitian yang ada kedalam penelitian ini,

adapun penelitian ini memfokuskan dan menitikberatkan data yang relevan dengan

perlakuan akuntansi di Tabungan Haji Mabrur Bank Syariah Mandiri yang di da-

lamnya terdapat fasilitas pelayanan Dana Talangan Haji yang dibandingkan dengan

PSAK 107, yang termaktub di dalam kandungannya menjelaskan mengenai akad

ijaraah, yang dalam kasus ini merupakan salah satu akad yang digunakan dalam

fasilitas pelayanan dana talangan atas ibadah haji yang ditawarkan oleh Bank Sya-

riah Mandiri kepada nasabahnya.

2.1.2 Literatur pendukung

Dengan menyertakan beberapa literatur pendukung, penulis mengharapkan

bahwasanya teori yang digunakan pada penelitian ini dapat lebih relevan dengan

ditunjang oleh beberapa literatur pendukung sebagaimana berikut :

1. Literatur pendukung yang berjudul : Dana Talangan Haji (Fatwa DSN dan

Praktek di LKS), disusun oleh Syamsul Hadi dan Widyarini (2011), dipub-

likasikan oleh Asy-Syirah. Berisikan mengenai pengaplikasian dari Dana Ta-

langan Haji sesuai dengan fatwa DSN-MUI dan prakteknya di lembaga keu-

angan syariah (Asy-Syirah, 2011).

18
2. Literatur pendukung yang berjudul : Diferensiasi Produk Talangan Haji pada

Bank Syariah Mandiri Cabang Jember, disusun oleh Nelfia Syafitri, Sugeng

Iswono dan Suhartono (2013), dipublikasikan untuk pribadi pada Artikel Ilmiah

Hasil Penelitian Mahasiswa. One day service merupakan hasil dari evaluasi yang

dilakukan Bank Syariah Mandiri pada produk Dana Talangan Haji dan juga

merupakan excellent value dari Bank Syariah Mandiri Cabang Jember untuk

produk Dana Talangan Haji tersebut.

3. Literatur pendukung yang berjudul : Pelaksanan Pembiayaan Dana Talangan

Haji pada Perbankan Syariah, disusun oleh Erni Susana dan Diana Kartika

(2013), dipublikasikan oleh Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 17. Berisikan

bahwa jelas akad yang digunakan dalam pembiayaan talangan yang diberikan

oleh perbankan syariah adalah dua akad yaitu akad Al-ijaraah dan akad Al-

qardh.

4. Literatur pendukung yang berjudul : Pembiayaan Dana Talangan Haji Dalam

Perbankan Syariah Ditinjau dari Undang-Undang Perbankan Syariah, disusun

oleh Faisal Fani Nasution (2013), dipublikasikan oleh Jurnal Hukum Ekonomi.

Berisikan bahwa pembiayaan talangan ini dijamin dengan deposit yang dimiliki

oleh nasabah, nasabah kemudian wajib mengembalikan sejumlah uang yang

dipinjamkan dalam jangka waktu tertentu. Atas jasa peminjaman Dana Talangan

Haji ini, bank syariah tersebut memperoleh imbalan (fee/ujra) yang besarnya

tidak didasarkan pada jumlah dana yang dipinjamkan.

5. Literatur pendukung yang berjudul : Studi Evaluasi atas Dana Talangan Haji

Produk Perbankan syariah di Indonesia, disusun oleh Sopa dan Siti Rahmah

19
(2013), dipublikasikan oleh Ahkam: Vol. XIII, No. 2. Berisikan bahwa Dana Ta-

langan Haji yang menjadi salah satu produk pembiayaan pada perbankan syariah

yang mempunyai landasan syariah berupa fatwa DSN yang diperkuat oleh ijma

ulama komisi fatwa seluruh Indonesia. Fatwa tersebut merujuk pada ayat-ayat

dan hadist Nabi Muhammad SAW. Serta qawaid fiqiyyah yang menjadi dasar

transaksi ijaraah dan qardh. Hal ini mencerminkan pendapat mayoritas ulama

Indonesia. Oleh karna itu, Dana Talangan Haji mempunyai landasan syariah

yang kuat (Asy-Syirah, 2011).

2.2 Kerangka Teori

2.2.1 Produk pembiayaan ibadah haji di lembaga keuangan perbankan syariah.

1. Pengertian pembiayaan ibadah haji di lembaga keuangan syariah.

Pembiayaan di bank syariah adalah suatu proses mulai dari analisis ke-

layakan pembiayaan sampai pada realisasinya, dan setelah realisasi dari pem-

biayaan tersebut maka pejabat bank syariah melakukan pemantauan dan

pengawasan dari pembiayaan atas nasabah tersebut.

Selain perbankan dan lembaga keuangan bukan bank yang dimaksud

dengan lembaga pembiayaan adalah perusahaan yang bergerak dalam kegiatan

pembiayaan yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana

atau barang modal dengan cara menarik dana secara langsung dari masyarakat.

Pembiayaan juga dapat diartikan sebagai penyediaan uang atau tagihan

yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

antara bank dengan pihak lain atau dengan nasabah yang mewajibkan pihak yang

20
telah diberikan pembiayaan ataupun dibiayai oleh pihak bank untuk mengembali-

kan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu yang telah disepakati bersama

ataupun yang telah disetujui bersama dengan imbalan atas jasa ataupun bagi hasil.

Dengan adanya pembiayaan atas jasa yang legal pada lembaga keuangan

serta perbankan syariah dengan menggunakan sistem yang tepat, maka pengaplika-

sian dan realisasi dari kegiatan pembiayaan atas jasa tersebut dapat dicontohkan

seperti pihak bank memberikan fasilitas kepada nasabah dengan menyediakan

pembiayaan atas jasa pada pembiayaan talangan setoran awal BPIH untuk keber-

angkatan haji dari nasabah tersebut.

Kegiatan pembiayaan tersebut bukannya membiayai keseluruhan dari

biaya ibadah haji yang dibebankan kepada nasabah, melainkan hanya membantu

melayani nasabah dengan menalangi setoran awal dari BPIH tidak kurang tidak

lebih dan hanya menerima pelunasan dari jasa sebesar nominal yang sudah diberi-

kan, serta pihak bank berhak mengajukan ujra kepada nasabah sebagai imbalan

atas jasa yang nominalnya sudah ditentukan dan disetujui oleh kedua belah pihak.

Besarnya jumlah dari imbalan atas jasa tersebut bukan semata-mata se-

bagai riba atau bunga tetapi besarnya jumlah tersebut adalah imbalan atas jasa

kepengurusan perjalanan ibadah haji yang telah dilakukan oleh pihak bank untuk

membantu nasabah agar mendapatkan porsi/seat nomor keberangkatan ibadah haji

lebih cepat.

21
2. Pengertian talangan atas pembiayaan ibadah haji

a. Pembiayaan talangan atas ibadah haji

Berdasarkan dari struktur kalimatnya pembiayaan atas talangan ibadah haji

terdiri dari beberapa kata, yaitu pembiayaan, talangan dan ibadah haji itu sendiri.

Pada alinea sebelumnya kita sudah mengetahui mengenai pengertian pembiayaan

serta sejarah singkat dari ibadah haji, namun pada pengertian pembiayaan secara

luas berarti financing atau pembelanjaan yang berarti pendanaan yang dikeluarkan

untuk mendukung investasi yang telah atau sudah direncanakan, baik dilakukan

untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh pihak atau instansi yang lain.

Sedangkan pada arti sempitnya pembiayaan digunakan untuk mendefinisikan pen-

danaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah dengan

kepada nasabahnya sebagai contohnya.

Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa pembiayaan atas perjalanan iba-

dah haji adalah salah satu kegiatan pendanaan yang dilakukan oleh pihak bank

melalui pendanaan atas kepengurusan dari ibadah haji yang pada alinea sebelumya

sudah dijelaskan bahwa pembiayaan atas kepengurusan ibadah haji tersebut ruang

lingkupnya hanya sampai setoran awal dari BPIH yang ditalangi oleh pihak bank,

selanjutnya nasabah hanya akan melunasai total pembiayaan BPIH dan mencicil

angsuran dari Dana Talangan Haji sebelum pengumuman keberangkatan nasabah

tersebut, sehingga pembiayaan dari talangan atas perjalanan ibadah haji tersebut

tidak meninggalkan beban bagi nasabah atau calon jamaah haji (Franedya dan

Dwiantika, 2012).

22
b. Pengertian talangan haji

Pada alinea sebelumnya sudah ditegaskan mengenai pembiayaan atas per-

jalanan ibadah haji oleh lembaga keuangan dan perbankan syariah yang pada pen-

gaplikasian dan realisasinya dilakukan melalui pembiayaan talangan untuk pengu-

rusan dari perjalanan ibadah haji, namun pada dasarnya definsi dari talangan itu

sendiri adalah pemberian pinjaman uang atau membelikan barang dengan pem-

bayaran di belakang.

Talangan juga bisa dikatakan sebagai perantara dalam jual beli, sedangkan

menalangi adalah memberi pinjaman uang untuk membayar sesuatu atau mem-

belikan barang dengan membayar kemudian. Menurut Ensiklopedia Ekonomi, kata

talangan sama dengan bail yang artinya seseorang yang menerima harta milik orang

lain dibawah suatu bailment contract, dan bertanggung jawab atas kontrak itu untuk

memelihara harta milik itu dan mengembalikannya dalam keadaan baik dan utuh

bilamana kontrak sudah dilaksanakan dengan baik.

Pengertian talangan bisa diartikan lend dalam bahasa Inggris yaitu, mem-

berikan sesuatu yang berharga kepada orang lain, selama jangka waktu tertentu atau

tidak yang tertentu, tanpa memberikan atau melepaskan hak miliknya, dan tetap

mempunyai hak untuk meminta kembali barang yang semula itu atau yang sepadan

dengan itu.

23
Orang yang lends atau meminjamkan mesin atau tanah, misalnya dapat

mengharapkan kembalinya harta milik yang semula itu, akan tetapi orang yang

meminjamkan uang atau barang-barang yang dapat dijual/beli.

Mengharapkan kembali sejumlah uang atau benda yang bernilai ekuivalen,

jadi pembiayaan talangan atas perjalanan ibadah haji merupakan pembiayaan yang

difasilitasi oleh pihak bank syariah dimana nasabah atau calon jamaah haji diberi-

kan dana talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan ibadah haji

dan nasabah akan melunasinya sebelum keberangkatannya untuk menunaikan iba-

dah haji. Pinjaman tersebut berbentuk pembiayaan yang menggunakan dua akad,

salah satu akad tersebut adalah pembiayaan qardh dan akad yang satu lagi adalah

akad pembiayaan ijaraah.

Pembiayaan Dana Talangan Haji juga dapat diartikan sebagai pinjaman

dana talangan dari lembaga-lembaga keuangan serta perbankan syariah kepada

nasabah khusus untuk menutupi kekurangan dana untuk memperoleh kursi/seat

nomor keberangkatan ibadah haji dan pada saat pelunasan atas dana talangan yang

sudah diberikan oleh bank syariah untuk melunasi setoran awal BPIH, dana dari

pembiayaan talangan ini dijamin dengan deposit yang dimiliki nasabah.

Nasabah kemudian wajib mengembalikan sejumlah uang sesuai dengan

nominal pada pembiayaan talangan yang telah diberikan dalam jangka waktu ter-

tentu. Atas jasa dari pembiayaan tersebut, pihak bank syariah memperoleh imbalan

24
atas jasa atau fee/ujra yang besarnya tidak didasarkan pada jumlah dana yang dita-

langi oleh pihak bank.

2.2.2 Tanggapan perbankan syariah terhadap Dana Talangan Haji

Seiring berkembangnya pembiayaan talangan atas penyelenggaraan dan

kepengurusan ibadah haji dikalangan lembaga perbankan dan keuangan syariah

tidak hanya mengundang banyak dukungan dikalangan nasabah calon jamaah haji,

melainkan juga menimbulkan banyaknya kontra dan pertentangan dikalangan

masyarakat, permasalahan yang timbul dari perkembangan produk perbankan ter-

sebut meliputi dari beberapa hal sebagai berikut :

1. Menjadikan orang yang belum memenuhi unsur istithaah memperoleh por-

si/seat nomor keberangkatan ibadah haji.

2. Menjadikan antrian haji yang panjang (rata-rata sepuluh tahun).

3. Bank melakukan praktek Dana Talangan Haji secara tidak sehat :

a. Biaya ujra yang mahal, sangat bervariasi dan ada yang dikaitkan dengan

nilai Dana Talangan Haji yang diberikan (taalluq).

b. Syarat perolehan (self financing) dana talangan terlalu ringan.

c. Ujra dikenakan atas ijarah barang sewaan yang tidak diberikan oleh bank.

Dari isu yang berkembang maka ASBISINDO (Asosiasi Bank Syariah In-

donesia) merangkum beberapa tanggapan perbankan syariah untuk mengatasi isu-

isu tersebut melalui beberapa kategori dari isu yang beredar. Berikut ini merupakan

beberapa tanggapan dari perbankan syariah atas isu-isu tersebut :

25
1. Isu istithaah. Penerima Dana Talangan Haji Memenuhi Syarat Istithaah.

a. Al-Quran Al-Karim

.........mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah SWT,

yaitu (bagi) orang yang sanggup (istithaah) mengadakan perjalanan ke

Baitullah....... (QS. Ali Imran: 97).

b. Menurut banyak ulama, boleh berhaji dengan berhutang, bahkan yang dilu-

nasi setelah kembali dari haji. Sementara, Dana Talangan Haji harus lunas

sebelum peminjam berangkat haji.

i. Aspek istithaah dapat terwujud dengan kemampuan untuk sampai di

Mekah, walaupun dengan menjual sesuatu, baik itu berupa binatang ter-

nak, pekarangan, kitab-kitab ilmu, alat & perkakas dan sejenisnya, dan

bahkan sekalipun berpotensi menjadi faqir setelah menunaikan ibadah

hajinya.. (Prof. Wahbah Azuhaili: Al Fiqh Wa Adillatuhu, Juz 3, hal.

29).

ii. Siapapun yang tidak dapat naik haji kecuali dengan berhutang dan ia

juga tidak mampu untuk melunasi hutangnya tersebut, berarti ia tidak

mampu untuk berhaji. Bila ia mampu untuk melunasi hutangnya tersebut,

berarti ia mampu untuk berhaji. (Syaikh Khalil, Al-Khitab ala Al-Khalil,

vol II, p.505. Syaikh Khalil, satu diantara sekian ulama mazhab Maliki).

iii.Bila seseorang tidak memiliki harta sehingga tidak dapat naik haji

tidaklah mengapa ia meminjam harta atau meminta harta orang lain lalu

berhaji dengan harta tersebut. (Al-Tamhiid, vol IX, p.135. Sufyan Al-

Tsauri, tabiin dan merupakan satu satu Imam mazhab Syafii).

26
iv. Boleh berhutang untuk menunaikan ibadah haji bila sudah wajib untuk

menunaikan ibadah haji dan ditakutkan hilang padanya kemampuan untuk

menunaikan ibadah haji. (Hasyiah Ibnu Abidin, vol II, p.457. Imam Ibnu

Abidin, salah satu imam mazhab Hanafi).

c. Isu antrian Dana Talangan Haji tidak menjadikan antrian haji semakin

panjang.

i. Talangan haji tidak membuat orang yang tidak mampu mendahului orang

yang mampu, karena orang yang menerima talangan juga adalah orang

yang mampu.

ii. Antrian di Malaysia 35 tahun. Dana terhimpun eq.Rp150 Triliun.*).

iii. Antrian di Indonesia sepuluh tahun. Dana terhimpun Rp50 Triliun.

iv. Antrian yang panjang memberikan sumber dana murah bagi pemerintah

Indonesia.

v. Antrian yang panjang menunjukkan ghirah keberagamaan yang tinggi.

vi. Antrian tidak menjadi masalah, selama :

1) Dana Talangan Haji dikelola dengan amanah, transparan dan

profesional.

2) Tidak ada intervensi dalam proses pemberangkatan jamaah yang tidak

sesuai dengan nomor antrian.

3) Orang yang sudah berangkat haji tidak diperkenankan berangkat haji

dalam periode tertentu yang lebih lama.

27
d. Isu praktek perbankan

Tabel 2.1

Isu Praktek Perbankan

No Item Penjelasan

1 Self financing Mulai dari Rp500.000 s.d. Rp15.000.000

2 Besarnya ujra Ekuivalen 9,25% p.a. s.d. 12% p.a.

3 Jangka waktu Satu s.d. lima tahun

4 Mekanisme pembayaran Sistem satu biaya dan sistem tiering

ujra

Sumber : data dari Slide ABISINDO.

i. Self financing bervariasi karena tidak ada aturan dari regulator.

ii. Biaya ujra tidak mahal bila dibandingkan dengan Kredit Tanpa Anggunan

(KTA), multiguna, kartu kredit, dll.

iii. Jangka waktu talangan haji masih lebih pendek dari masa tunggu

keberangkatan haji.

Sebagian besar perbankan syariah dalam proses pemberian talangan haji

sudah sesuai dengan fatwa. Pelaku industri yang menyimpang (praktek taalluq

dalam ujra dan akad), atau melakukan praktek tidak sehat (tidak melakukan

penilaian credit worthiness) harus diluruskan.

28
2.2.3 Hukum dan akad dari pembiayaan talangan atas perjalanan ibadah haji

Dasar hukum dari pembiayaan talangan atas penyelenggaraan dan kepen-

gurusan perjalanan ibadah haji adalah keputusan dari fatwa DSN-MUI No.

29/DSN-MUI/VI/2002 mengenai pembiayaan pengurusan haji oleh lembaga keu-

angan syariah. Dalam isi dari fatwa tersebut pada poin ke empat disebutkan bah-

wasanya apabila diperlukan, maka Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dapat mem-

bantu melakukan talangan atau menalangi pembayaran BPIH nasabah dengan

menggunakan akad qardh.

Sedangkan pembiayaan qardh atau hutang piutang sesungguhnya merupa-

kan sebuah transaksi (akad), maka harus dilaksanakan melalui ijab dan qabul yang

jelas sebagaimana kegiatan jual-beli, dengan menggunakan lafal qardh atau yang

sepadan dengannya.

Adapun contoh yang menjadi rukun dan syarat dalam qardh adalah se-

bagai berikut :

1. Aqidain adalah para pihak yang melakukan akad. Sebagai pelaku dari suatu

tindakan hukum tertentu, yang dalam ini tindakan hukum akad (perikatan) dari

sudut hukum yang akan menjadi subjek hukum. Sedangkan subjek hukum se-

bagai pelaku perbuatan hukum yang seringkali diartikan sebagai salah satu pihak

pengemban hak dan kewajiban. Adapun syarat-syarat subjek akad (aqidain)

adalah sebagai berikut :

29
a. Aqil (berakal) adalah orang yang bertransaksi haruslah berakal sehat, bukan

orang gila, terganggu akalnya, ataupun kurang akalnya karena masih dibawah

umur, sehingga dapat mempertanggungjawabkan perjanjian yang dibuatnya.

b. Tamyiz (dapat membedakan) adalah orang yang bertransaksi haruslah dapat

membedakan yang baik dan buruk, sebagai pertanda kesadarannya sewaktu

bertransaksi.

c. Mukhtar (bebas dari paksaan) adalah hal ini berarti para pihak harus bebas

dalam bertransaksi, lepas dari paksaan dan tekanan. Disyaratkan untuk

syahnya pemberian hutang ini bahwa pemberian hutang adalah orang yang

bisa mengeluarkan sedekah.

d. Maqud Alaihi adalah benda yang menjadi objek perjanjian mengenai hutang

piutang. Benda yang menjadi objek harus mal mutaqaqqin. Mengenai jenis

harta benda yang dapat menjadi objek hutang piutang terdapat perbedaan

dikalangan fuqaha Mazhab. Menurut Fuqaha Mazhab Hanafiyah, akad hu-

tang piutang hanya berlaku pada benda-benda al-qimiyyat tidak syah dijadi-

kan objek hutang piutang, seperti hasil seni. Adapun syarat barang yang dihu-

tangkan adalah berbentuk barang yang dapat diukur atau diketahui dari

jumlah maupun dari nilainya. Tujuannya adalah agar pada waktu pembayaran

tidak menyulitkan. Sebab dalam pembayaran hutang harus sama jumlah atau-

pun sama dengan nilainya tidak ada tambahan dari jumlah ataupun nilainya

serta nilai dari barang tersebut yang diterima pada saat muqtaridh berhutang.

Hutang dan piutang harus mempunyai syarat-syarat tertentu agar kegiatan

30
dari hutang dan piutang tersebut menjadi legal dan tidak menjadi bias. Syarat-

syarat dari kegiatan hutang dan piutang tersebut adalah sebagai berikut :

i. Telah ada ketika akad dilangsungkan maksudnya adalah suatu perikatan

yang objeknya tidak ada adalah batal hukumnya. Hal ini didasarkan pada

alasan bahwasanya akibat dari akad tidak mungkin bergantung kepada

sesuatu yang belum atau tidak ada.

ii. Dibenarkan oleh syariah maksud dasarnya adalah, benda-benda yang men-

jadi objek dari perikatan haruslah memilik nilai dan manfaat bagi manusia.

Benda-benda tersebut yang sifatnya tidak suci seperti bangkai, minuman

keras atau darah dianggap tidak memiliki nilai dan manfaat bagi manusia.

Menurut kalangan Hanafiyah, dalam tasharruf akad tidak mensyaratkan

adanya kesucian objek akad. Syarat inipun juga menyangkut bahwasanya

objek tersebut tidaklah boleh najis atau mutanajis.

iii. Harus jelas dan dikenali maksudnya adalah suatu benda yang menjadi ob-

jek perikatan harus memiliki kejelasan dan diketahui oleh aqid. Hal ini di-

tujukan agar mengurangi ataupun mencegah terjadinya kesalahpahaman

diantara pihak-pihak yang nantinya akan menimbulkan suatu sengketa

ataupun perselisihan diantara pihak-pihak yang berkaitan tersebut. Jikalau

objek itu berupa barang, maka benda-benda tersebut harus jelas dalam

bentuknya, jelas fungsinya dan terakhir serta yang terpenting ialah

keadaaannya.

iv. Dapat diserahterimakan maksudnya adalah benda yang menjadi objek

perikatan dapat diserahkan ketika akad terjadi, ataupun pada waktunya

31
yang telah disepakati sebelumnya, objek perikatan berada dalam

kekuasaan pihak pertama (muqridh) agar mudah menyerahkan kepada

pihak kedua (muqtaridh).

2. Sighat aqad, pada prinsipnya makna atau esensi akad adalah kesepakatan dua

kehendak (ittifaq al-iradatain), dan kesepakatan tersebut lazim terjadi dalam

bentuk akad (sighat aqad). Sighatul-aqad adalah suatu ungkapan para pihak

yang melakukan akad berupa ijab dan qabul. Sighatul-aqad merupakan unsur

akad yang penting, bahkan dalam pandangan fuqaha Hanafiyah, suatu akad ada-

lah identik dengan sighat nya. Sighat aqad sesungguhnya merupakan ekspresi

kehendak (iradah) yang menggambarkan kesepakatan dan kerelaan kedua belah

pihak atas hak dan kewajiban yang ditimbulkan dari perikatan akad. Adapun

pengertian ijab adalah pernyataan pihak pertama mengenai isi perikatan yang di-

inginkan, sedangkan qabul merupakan pernyataan pihak kedua untuk

menerimanya. Oleh karena itu, ijab dan qabul harus dapat dipahami atau dapat

mengantarkan kepada maksud kedua belah pihak untuk mencapai apa yang

mereka kehandaki. Ijab dan qabul itu dilakukan dengan maksud untuk menun-

jukkan adanya suka rela dan timbal balik, terhadap perikatan yang dilakukan

oleh kedua belah pihak yang bersangkutan. Agar terhindar dari kesalahpahaman

yang dapat mengakibatkan perselisihan diantara muqridh dan muqtaridh,

menurut Hasbi As-Syiddiqie mengemukakan tiga hal yang sepatutnya perlu un-

tuk diperhatikan dalam Sighat Akad adalah sebagai berikut :

a. Harus terang atas dari pengertiannya.

b. Antara ijab dan qabul harus berkesesuaian.

32
c. Harus menggambarkan kesungguhan kemauan dari pihak-pihak yang ber-

sangkutan.

Sedangkan ijab dan qabul dapat dilaksanakan dengan empat cara, keempat

cara tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Lisan, para pihak dapat mengungkapkan apa yang dikehendaki dalam bentuk

perkataan yang jelas dalam bentuk ijab dan qabul yang dilakukan oleh muqridh

dan muqtaridh.

2. Tulisan, hal ini dapat dilakukan oleh para pihak yang tidak bisa bertemu secara

langsung dalam melakukan perkataan atau percakapan.

3. Perbuatan, seiring dengan perkembangannya kebutuhan masyarakat, kini peri-

katan tersebut dapat pula dilakukan melalui cara ataupun perbuatan saja, tanpa

lisan, ataupun tulisan dan isyarat

2.2.4 Kodifikasi dan peraturan akuntansi perbankan syariah Indonesia terkait

pembiayaan ijaraah.

1. Pembiayaan ijaraah.

Definisi dari pembiayaan ijaraah adalah penyediaan dana dalam rangka

pemindahan hak guna/manfaat atas suatu asset dalam waktu tertentu dengan pem-

bayaran sewa (ujra) tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan asset itu

sendiri.

Adapun berdasarakan kodifikasi produk dan aktivitas bank umum dan unit

usaha syariah merujuk surat edaran otoritas OJK nomor 36/SEOJK.03/2015 per-

syaratan dari pembiayaan ijaraah adalah sebagai berikut :

33
a. Bank bertindak sebagai pemilik dan/atau pihak yang mempunyai hak pen-

guasaan atas barang sewa baik berupa barang atau jasa, yang menyewakan

barang sewa dimaksud kepada nasabah sesuai kesepakatan.

b. Bank melakukan analisis atas permohonan pembiayaan dari nasabah yang an-

tara lain meliputi aspek personal berupa analisa karakter (character) dan/atau

aspek usaha antara lain meliputi analisa kapasitas usaha (capacity), keuangan

(capital), dan/atau prospek usaha (condition).

c. Bank dan nasabah menuangkan kesepakatan pembiayaan dalam perjanjian

tertulis atau bentuk lain yang dapat dipersamakan dengan itu.

d. Bank menerapkan transparansi informasi produk dan perlindungan nasabah

sesuai ketentuan yang berlaku.

e. Bank memiliki sistem pencatatan dan pengadministrasian rekening yang me-

madai.

2. Pembiayaan ijaraah multijasa.

Definisi dari pembiayaan ijaraah multijasa adalah penyediaan dana dalam

rangka pemindahan manfaat atas jasa dalam waktu tertentu dengan pembayaran

sewa (ujra).

Adapun berdasarakan kodifikasi produk dan aktivitas bank umum dan unit

usaha syariah merujuk surat edaran otoritas OJK nomor 36/SEOJK.03/2015 per-

syaratan dari pembiayaan ijaraah multijasa adalah sebagai berikut :

a. Bank dapat memperoleh imbalan jasa/ujra/fee. Besarnya imbalan

jasa/ujra/fee disepakati di awal akad dan dinyatakan dalam bentuk nominal

(bukan dalam bentuk persentase).

34
b. Pembiayaan melibatkan tiga pihak yaitu bank, nasabah, dan pihak ketiga.

c. Bank melakukan analisis atas permohonan pembiayaan dari nasabah yang an-

tara lain meliputi aspek personal berupa analisa karakter (character) dan/atau

aspek keuangan.

d. Bank dan nasabah menuangkan kesepakatan pembiayaan dalam perjanjian

tertulis atau bentuk lain yang dapat dipersamakan dengan itu.

e. Bank menerapkan transparansi informasi produk dan perlindungan nasabah

sesuai ketentuan yang berlaku.

f. Bank memiliki sistem pencatatan dan pengadministrasian rekening yang me-

madai.

3. Pembiayaan pengurusan haji

Definisi dari pembiayaan pengurusan haji adalah pembiayaan yang diberi-

kan bank untuk nasabah dalam rangka pengurusan haji dengan menggunakan akad

ijaraah dan atau akad qardh.

Adapun berdasarkan kodifikasi produk dan aktivitas bank umum dan unit

usaha syariah merujuk surat edaran otoritas OJK nomor 36/SEOJK.03/2015 per-

syaratan dari pembiayaan pengurusan haji adalah sebagai berikut :

a. Bank telah ditetapkan sebagai BPS-BPIH oleh otoritas yang berwenang.

b. Bank dalam memberikan jasa pengurusan haji tidak boleh mempersyaratkan

pemberian Dana Talangan Haji.

c. Dalam hal Bank memberikan Dana Talangan Haji :

i. Besar ujra pengurusan haji tidak boleh didasarkan pada jumlah talangan

haji yang diberikan bank kepada nasabah.

35
ii. Bank melakukan analisis nasabah yang antara lain meliputi aspek personal

berupa analisa karakter (character) dan/atau aspek keuangan.

iii. Bank dan nasabah menuangkan kesepakatan dalam perjanjian tertulis atau

bentuk lain yang dapat dipersamakan dengan itu.

iv. Bank menerapkan transparansi informasi produk dan perlindungan nasa-

bah sesuai ketentuan yang berlaku.

v. Bank memiliki kebijakan dan prosedur untuk mitigasi risiko.

vi. Bank memiliki sistem pencatatan dan pengadministrasian rekening yang

memadai.

4. Pembiayaaan qardh.

Definisi dari pembiayaan qardh adalah penyediaan dana atau tagihan yang

dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara

peminjam dan pihak yang meminjamkan yang mewajibkan peminjam melunasi

hutangnya setelah jangka waktu tertentu.

Adapun berdasarakan kodifikasi produk dan aktivitas bank umum dan unit

usaha syariah merujuk surat edaran otoritas OJK nomor 36/SEOJK.03/2015 per-

syaratan dari pembiayaan qardh adalah sebagai berikut :

a. Bank bertindak sebagai penyedia dana untuk memberikan pinjaman qardh

kepada nasabah berdasarkan kesepakatan.

b. Pinjaman qardh merupakan pinjaman yang tidak mempersyaratkan adanya

imbalan.

c. Bank hanya boleh mengenakan biaya administrasi atas pinjaman qardh.

36
d. Bank melakukan analisis atas permohonan pembiayaan dari nasabah yang an-

tara lain meliputi aspek personal berupa analisa karakter (character) dan/atau

aspek keuangan.

e. Bank dan nasabah menuangkan kesepakatan pembiayaan dalam perjanjian

tertulis atau bentuk lain yang dapat dipersamakan dengan itu.

f. Bank menerapkan transparansi informasi produk dan perlindungan nasabah

sesuai ketentuan yang berlaku.

g. Bank memiliki sistem pencatatan dan pengadministrasian rekening yang me-

madai.

2.2.5 Fatwa DSN-MUI terkait dengan pembiayaan talangan atas perjalanan

ibadah haji

Untuk melandasi serta mengatur agar praktek pembiayaan talangan atas

perjalanan ibadah haji dengan menggunakan produk Dana Talangan Haji perbankan

syariah. Fatwa DSN-MUI terkait pada pembiayaan talangan atas perjalanan ibadah

haji nasabah dan produk Dana Talangan Haji yang disediakan oleh pihak perbankan

adalah sebagai berikut :

1. Fatwa DSN-MUI NO: 29/DSN-MUI/VI/2OO2 mengenai pembiayaan Dana

Talangan Haji oleh lembaga keuangan perbankan syariah.

2. Fatwa DSN-MUI NO: 09/DSN-MUI/IV/2009 mengenai pembiayaan ijaraah.

3. Fatwa DSN-MUI NO: 19/DSN-MUI/IV/2001 mengenai qardh.

4. Fatwa DSN-MUI NO: 31/DSN-MUI/VI/2002 mengenai pengalihan hutang.

5. Fatwa DSN-MUI NO: 56/DSN-MUI/V/2007 mengenai ketentuan review ujra

pada lembaga keuangan syariah.

37
6. Fatwa DSN-MUI NO: 44/DSN-MUI/VIII/2004 mengenai pembiayaan multijasa.

7. Fatwa DSN-MUI NO: 79/DSN-MUI/III/2011 mengenai qardh dengan

menggunakan dana nasabah.

2.3 Kerangka Konseptual

Setelah mengetahui kodifikasi produk serta fatwa DSN-MUI yang berkai-

tan dengan pembiayaan penguruasan perjalanan ibadah haji menggunakan Dana

Talangan Haji oleh lembaga perbankan syariah. Maka selanjutnya penulis akan

merancang kerangka konseptual yang bertujuan untuk mengerucutkan beberapa

teori yang ada dan berkaitan dengan rumusan masalah agar menjadi lebih fokus dan

dapat menjelaskan teori yang relevan untuk digunakan pada skripsi ini. Kerangka

konseptual terdiri dari tiga teori utama yang dirumuskan dari gambar yang

dirancang oleh penulis berdasarkan dari pengolahan data dan teori yang berkaitan

dengan rumusan masalah. Kerangka konseptual tersebut digambarkan melalui

gambar seperti dibawah ini.

38
Nasabah

Produk pembiayaan Dana Talangan Haji atas


perjalanan ibadah haji

qardh ijaraah

Pembiayaan multijasa

Akad pembiayaan Dana Talangan Haji

Setoran awal BPIH

Porsi/Seat nomor keberangkatan ibadah haji

Gambar 2.2 Kerangka konseptual.

Sumber : dari data dan teori yang diolah penulis.

39
Dalam gambar tersebut dapat dilihat bahwasanya produk pembiayaan ta-

langan atas penyelenggaraan dan kepengurusan perjalanan ibadah haji tersebut

umumnya merupakan pembiayaan yang termasuk kedalam pembiayaan qardh.

Dalam hal pembiayaan qardh tersebut berisikan mengenai kegiatan pembiayaan

yang berhubungan dengan kegiatan hutang dan piutang atau dalam arti pendeknya

ialah mengenai peminjaman, namun dalam pelaksanaan dan pengaplikasiaanya di

Bank Syariah Mandiri. Pihak bank menambahkan akad ijaraah untuk mengemas

produk pembiayaan tersebut agar sesuai dengan fatwa yang dikeluarkan oleh DSN-

MUI mengenai pembiayaan pengurusan ibadah haji oleh lembaga keuangan syariah

seperti yang diatur pada fatwa DSN-MUI No. 29/DSN-MUI/III/2002.

Berdasarkan fatwa DSN-MUI diatas maka, Bank Syariah Mandiri Kantor

Cabang Cibinong sebagai bagian dari Bank Syariah Mandiri yang diberikan

tanggungjawab dan diperbolehkan untuk membantu nasabah dalam kepengurusan

atas penyelenggaraan ibadah haji. Dengan menggunakan dua akad dalam pem-

biayaan talangan tersebut maka, pembiayaan tersebut dapat dikatakan dengan pem-

biayaan multijasa atau dengan kata lain ialah hybrid contract.

Pembiayaan multijasa dapat dikatakan sebagai pembiayaan yang dilakukan

oleh pihak bank yang menggunakan dua akad ataupun dalam pengaplikasiaannya

untuk mencegah pembiayaan yang dilaksanakan oleh pihak bank tersebut melen-

ceng dari syariah agama Islam serta mengurangi penyelewengan yang akan men-

imbulkan mudharat atau kerugian di sebagian pihak (Gemala, 2013).

40
Melalui pembiayaan multijasa tersebut pihak Bank Syariah Mandiri Kan-

tor Cabang Cibinong dapat mendesain produk Tabungan Haji Mabrur yang

mempunyai fasilitas untuk menalangi nasabah calon jamaah haji udalam pemenu-

han setoran awal BPIH yang harus dengan segara dilunaskan oleh nasabah calon

jamaah haji guna untuk memperoleh porsi/seat nomor keberangkatan ibadah haji.

Penggunaan produk talangan tersebut membuka peluang mengurangi per-

masalahan dari nasabah calon jamaah haji, terutama masalah pendanaan yang dapat

dikatakan cukup besar bagi sebagaian calon nasabah ataupun nasabah calon jamaah

haji, namun ada satu hal yang harus ditekankan bahwasanya kegunaan produk

pembiayaan talangan yang ditawarkan oleh pihak Bank Mandiri Syariah Kantor

Cabang Cibinong tersebut hanya berkaitan dengan kegiatan pembiayaan talangan

atas setoran awal BPIH, tidak kurang ataupun tidak lebih.

Produk pembiayaan talangan tersebut tidak bisa digunakan nasabah atau

calon nasabah untuk melunasi semua beban BPIH, produk tersebut hanya berkaitan

dengan setoran awal BPIH untuk mendapatkan porsi haji. Merujuk dari penjelasan

diatas maka, terdapat tiga teori utama dalam pembiayaan talangan atas perjalanan

ibadah haji dengan menggunakan produk Dana Talangan Haji oleh perbankan sya-

riah yaitu :

1. Pembiayaan multijasa.

2. Pembiayaan akad ijaraah.

3. Pembiayaan qardh.

41
2.3.1 Pembiayaan multijasa.

Akad atau kesepakatan antara dua pihak yang melakukan perjanjian adalah

sesuatu yang sangat substansial dan menentukan keabsahan serta ada tidaknya

konsekuensi hukum dari perjanjian tersebut. Menurut jumhur ulama, akad adalah

pertalian antaran ijab dan qabul yang telah dibenarkan oleh syariah, yang men-

imbulkan akibat terhadap objeknya itu sendiri.

Konsep dan bentuk akad dalam fiqh muamalah yang merupakan akad

tunggal atau akad yang berdiri sendiri-sendiri. Artinya akad tersebut hanya mem-

iliki satu pola atau satu bentuk akad saja di dalamnya, misalnya akad dengan pola

jual beli atau akad dengan pola sewa saja. Kesimpulan ini dapat diambil dengan

melihat kepada bentuk-bentuk akad yang dikenal (akad-akad bernama al-uqud al-

musamma) dalam fiqh muamalah, walaupun para ulama berbeda pendapat tentang

jumlah akad bernama ini, namun contoh akad yang disebutkan tersebut hanya

mengandung satu pola saja di dalamnya, seperti akad jual beli (al-bai), akad sewa

(al-ijaraah), akad pendelegasian kewenangan/perwakilan dan penjaminan (al-

kafalah), akad pengalihan hutang (al-hawalah), dan lain sebagainya (Agustianto,

2013).

Penerapan konsep akad tunggal seperti ini dianggap tidak memadai ter-

lebih lagi untuk transaksi pada lembaga keuangan modern seperti perbankan syari-

ah. Perkembangan perbankan dan lembaga keuangan syariah saat ini menurut

Agustianto, membutuhkan desain-desain kontrak multiakad (hybrid contract) agar

produk perbankan dan keuangan syariah di Indonesia tidak ketinggalan dan dapat

42
memenuhi kebutuhan bisnis modern. Kesimpulannya, pengembangan multiakad

(hybrid contract) dianggap sebagai salah satu pilar penting untuk menciptakan

produk perbankan dan keuangan syariah yang inovatif dalam menyahuti tuntutan

kebutuhan masyarakat modern.

Meskipun dalam tataran teoritis masih terdapat pro dan kontra terhadap

konsep multiakad ini, namun pihak perbankan syariah telah menggunakan multi-

akad dalam berbagai produknya, sebagai contoh salah satu praktik multiakad pada

perbankan syariah adalah produk kartu kredit syariah.

Maraknya penggunaan multiakad dalam transaksi perbankan syariah saat

ini tidak terlepas dari legalitas multiakad yang terdapat dalam fatwa DSN-MUI,

sebagai salah satu landasan operasional lembaga keuangan syariah di Indonesia.

Menurut Manan, dari 82 jumlah fatwa yang telah dikeluarkan oleh DSN-MUI,

sebagian diantaranya (33 fatwa) merupakan produk multiakad.

Beberapa fatwa DSN-MUI yang berisi produk multiakad diantaranya ada-

lah fatwa mengenai kartu kredit syariah yaitu, pembiayaan rekening koran syariah,

margin during construction untuk pembiayaan pertanian, pembiayaan multiguna,

serta pembiayaan property indent dengan musyarakah mutanaqishah. Legalisasi

semua akad di atas, menurut fatwa DSN-MUI didasarkan pada prinsip kemudahan

dan kemaslahatan.

2.3.2 Pembiayaan akad ijaraah

1. Pengertian ijaraah.

43
Menurut Wiroso, akad ijaraah adalah akad sewa yang dapat dipakai se-

bagai bentuk pembiayaan, pada mulanya bukan merupakan bentuk pembiayaan,

tetapi merupakan aktivitas usaha seperti jual beli. Individu yang membutuhkan

pembiayaan untuk membeli asset dapat mendatangi pemlik dana (dalam hal ini

bank) untuk membiayai aset produktif. Pemilik dana kemudian membeli barang

yang dimaksud dan kemudian menyewakannya kepada yang membutuhkan asset

tersebut.

Secara etimologi ijarah berasal dari kata al-ajru yang berarti al-iwadhu

(ganti). ijarah (sewa-menyewa) adalah akad atas manfaat benda yang diketahui dan

tukaran (prestasi dari manfaat benda itu). Sedangkan menurut istilah dari beberapa

ulama dan fatwa DSN-MUI adalah sebagai berikut :

Menurut Hanafiyah mengungkapkan bahwa ijaraah adalah akad untuk

membolehkan kepemilikan yang diketahui dan disengaja dari suatu zat yang disewa

dengan imbalan. Hanafiyah menjelaskan bahwa akad (perjanjian) maksudnya

adalah ijab dan qabul.

Hal ini tidak wajib diucapkan, masalah itu seperti ketika seseorang me-

nyewa rumah dari orang lain untuk masa setahun, maka setelah masanya telah ha-

bis, pemilik rumah berhak meminta agar rumah itu dikosongkan, jika orang yang

menyewa tersebut tidak mengosongkan rumah, maka baginya setiap harinya ada

perongkosannya. Maksud dari mazhab Hanafiyah ini adalah yang menyewakan

berhak mendapatkan uang ganti rugi/denda apabila si penyewa mangkir dalam

pembayaran sewa tersebut.

44
Menurut Malikiyah bahwa ijaraah adalah nama bagi akad-akad untuk ke-

manfaatan yang bersifat manusiawi dan untuk sebagian yang dapat dipindahkan.

Malikiyah menjelaskan bahwa ijaraah dan kira adalah kata yang se makna atau

se arti. Hanya saja mereka mengatur dalam pemberian nama dari perjanjian atas

manfaat manusia dan sebagian barang dipindahkan seperti perkakas rumah tangga,

pakaian dan bejana-bejana. Menanamkan perjanjian persewaan atas sebagian ba-

rang yang lain, yaitu seperti perahu dan binatang secara khusus dengan istilah ki-

ra, meskipun keduanya termasuk barang yang bisa dipindah. Maksud dari mazhab

Malikiyah tersebut adalah, ijaraah adalah akad-akad yang penggunaan manfaatnya

bersifat manusiawi yang merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan sehari-

hari.

Adapun menurut fatwa DSN-MUI, ijaraah adalah akad pemindahan hak

guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pem-

bayaran sewa atau upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu

sendiri. Dengan demikian akad ijaraah tidak ada perubahan kepemilikan, tetapi

hanya perpindahan hak guna saja dari yang menyewakan kepada penyewa.

2. Jenis-jenis ijaraah.

a. Berdasarkan ED PSAK 107, jenis ijaraah terbagi menjadi tiga, namun yang

dikenal secara luas adalah sebagai berikut :

i. ijaraah dengan akad pemindahan hak guna manfaat atas suatu asset atau

jasa, dalam waktu tertentu dengan pembayaran upah atau sewa dengan

45
mendapatkan (ujra), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas

asset itu sendiri.

ii. ijaraah muntahiya bit tamlik (IMBT) yang merupakan akad ijaraah

dengan waad (janji) dari pemberi sewa berupa perpindahan kepemilikan

objek ijaraah pada saat tertentu.

b. Berdasarkan objek yang disewakan, jenis ijaraah terbagi menjadi dua, yaitu

sebagai berikut :

i. Manfaat atas asset yang tidak bergerak seperti rumah atau asset bergerak

seperti mobil, motor dan pakaian.

ii. Manfaat atas jasa berasal dari hasil karya atau pekerjaan seseorang.

3. Landasan hukum ijaraah.

a. Al-Quran.

i. Surat Al-Thalaq ayat 6 :

Artinya : Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat ting-

gal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk me-

nyempitkan (hati) mereka.

Dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalak) itu sedang hamil, maka

berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mere-

ka menyusukan (anak-anak) mu untukmu, maka berikanlah kepada mereka

upahnya; dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu), dengan baik; dan

jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu)

untuknya.

46
Ayat ini menjelaskan hak wanita itu untuk memperoleh tempat tinggal

yang layak, ini perlu dalam rangka mewujudkan maruf yang diperintahkan oleh

ayat sebelumnya, sekaligus memelihara hubungan agar tidak semakin keruh dengan

perceraian itu.

ii. Surat Al-Qashash ayat 26 :

Artinya : Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku am-

billah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang

paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi

dapat dipercaya. Ayat ini menjelaskan dalam mempekerjakan seseorang terlebih

dahulu harus dilihat bidang apa yang akan ditugaskan kepada yang dipilih.

Selanjutnya kepercayaan yang dimaksud adalah integritas pribadi, yang

menuntut adanya sifat amanah sehingga tidak merasa bahwa apa yang ada dalam

genggaman tangannya merupakan milik pribadi, tetapi milik pemberi amanat yang

harus dipelihara dan apabila diminta kembali maka harus dengan sukarela untuk

mengembalikannya.

iii. As-Sunnah.

1) HR. Ibnu Majah.

Artinya :Dari Ibnu Umar R.A. beliau berkata: Rasulullah SAW.

Bersabda: berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.

Hadits ini menjelaskan kepada kita apabila mempekerjakan orang maka

segeralah memberi upah kepada pekerja itu karena itu adalah haknya untuk

mendapatkan upah.

47
2) HR. Bukhari.

Artinya : Diriwayatkan dari Ibnu Abbas R.A. beliau berkata:

Rasulullah SAW bersabda, berbekamlah dan beliau memberikan upah kepada

orang yang membekamnya itu. Seandainya pembekaman itu haram niscaya be-

liau tidak memberinya upah. Wajib bagi seseorang muslim untuk memberikan

upah kepada seseorang yang melakukan pekerjaan yang halal haram hukumnya

jika memberi upah atas kerjaan yang tidak dibolehkan.

4. Rukun dan syarat ijaraah.

a. Rukun ijaraah.

i. Mujir dan mustajir, yaitu orang yang melakukan akad sewa-menyewa

atau upah mengupah,

ii. Shighat ijab dan qabul antara mujir dan mustajir.

iii. Ujra, disyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua belah pihak baik dalam

sewa-menyewa maupun dalam upah mengupah.

iv. Barang yang disewakan atau sesuatu yang dikerjakan dalam upah

mengupah.

b. Syarat ijaraah.

i. Kesepakatan kedua pihak untuk melakukan penyewaan.

ii. Barang yang disewa tidak termasuk kategori haram.

iii. Harga sewa harus terukur.

iv. Pada akhir penyewaan barang akan dibeli oleh penyewa.

5. Ketentuan umum ijaraah.

a. Objek ijaraah adalah manfaat dari penggunaan barang dan jasa.

48
b. Manfaat barang harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak.

c. Pemenuhan manfaat harus yang bersifat dibolehkan.

d. Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan syariah.

e. Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan

jahala (ketidaktahuan) yang akan mengakibatkan sengketa.

f. Sewa adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah kepada lembaga

keuangan syariah sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang dapat dijadikan

harga dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa dalam ijaraah.

g. Pembayaran sewa boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang sama

dengan objek kontrak.

h. Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa dapat diwujudkan dalam

ukuran waktu, tempat dan jarak.

6. Aplikasi Dalam Perbankan menggunakan ijaraah.

Menurut Sudarsono, Aplikasi ijaraah dalam perbankan biasanya tergan-


tung pada tiga hal :
a. Teknik ijaraah ditandai adanya perpindahan manfaat. Pada dasarnya prinsip

ijaraah sama dengan jual-beli, namun berbeda pada objek transaksinya ada-

lah barang, sedangkan ijaraah objek transaksinya adalah jasa.

b. Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewa kepada

nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah dikenal ijaraah muntahiyya bit

tamlik (IMBT) atau sewa yang diikuti dengan perpindahan kepemilikan.

c. Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian antara bank

dengan nasabah.

7. Perlakuan akuntansi berdasarkan PAPSI dan PSAK 107.

49
a. Bank sebagai pemilik objek sewa.
i. Aktiva yang dijadikan sebagai objek ijaraah diakui sebesar harga

perolehan.

ii. Objek ijaraah disusutkan sesuai kebijakan penyusutan aktiva sejenis, se-

dangkan objek ijaraah dalam Ijaraah Muntahiyya Bit Tamlik (IMBT)

disusutkan sesuai masa sewa.

iii. Biaya perbaikan objek ijaraah yang sifatnya tidak rutin diakui pada saat

terjadi.

iv. Jika penyewa melakukan perbaikan rutin atas objek ijaraah dengan

persetujuan pemilik objek ijaraah dan diakui sebagai beban pada periode

terjadinya perbaikan tersebut.

v. Dalam IMBT melalui penjualan secara bertahap biaya perbaikan objek ija-

raah ditanggung oleh pemilik objek ijaraah sebesar porsi kepemilikan atas

objek ijaraah tersebut.

b. Perpindahan hak kepemilikan objek ijaraah.


i. Melalui hibah diakui saat seluruh pembayaran selesai dan objek ijaraah te-

lah diserahkan kepada penyewa serta dikeluarkan dari aktiva pemilik objek

ijaraah.

ii. Melalui penjualan objek ijaraah sebesar sisa cicilan sebelum berakhirnya

masa sewa diakui pada saat penyewa membeli objek ijaraah. Pemilik ob-

jek ijaraah mengakui keuntungan atas kerugian tersebut sebesar selisih

harga jual dan nilai bukunya.

50
iii. Melalui pembayaran sekadarnya : diakui jika seluruh pembayaran sewa te-

lah diselesaikan dan penyewa membeli objek ijaraah dari pemilik objek

ijaraah.

c. Objek ijaraah dikeluarkan dari :


i. Aktiva pemilik objek ijaraah pada saat terjadinya perpindahan hak milik

objek ijaraah.

ii. Jika penyewa berjanji untuk membeli objek ijaraah tetapi kemudian

memutuskan untuk tidak melakukannya dan nilai wajar objek ijaraah

ternyata lebih rendah dari nilai bukunya, maka selisihnya diakui sebagai

piutang pemilik objek ijaraah kepada penyewa.

iii. Jika penyewa tidak berjanji untuk membeli objek ijaraah dan memutuskan

tidak untuk melakukannya, maka objek ijaraah dinilai sebesar nilai wajar

atau nilai buku, mana yang lebih rendah.

iv. Jika nilai wajar objek ijaraah tersebut lebih rendah dari nilai buku, maka

selisihnya diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.

51
8. Ilustrasi jurnal.

Tabel 2.2

Ilustrasi jurnal akad ijaraah.

Jurnal untuk ijaraah dan Ijaraah Muntahiyya Bit tamlik (IMBT) :


Transaksi Dr/Cr Catatan
Bank sebagai pemilik Pada saat perolehan Dr. Aktiva ijaraah Rp. xxx
objek sewa Cr. Kas/Rekening Rp. xxx
(muajjir/lessor)
Pada saat penyusutan Dr. Biaya penyusutan Rp. xxx
Cr. Akum. penyusutan Aktiva
ijaraah Rp. xxx
52
Lanjutan Tabel 2.2

Ilustrasi jurnal akad ijaraah.

Transaksi Dr/Cr Catatan


Pada saat pembebanan Dr. Beban perbaikan Aktiva ijaraah
beban perbaikan Rp. xxx
Cr. Kas/Rekening penyewa Rp. Xxx
Apabila dalam masa Dr. Beban pengembalian kelebihan (beban pengembalian ini merupakan
sewa diketahui terjadi penerimaan sewa Rp. xxx off setting account dari pendapatan
penurunan kualitas objek Cr. Kas/Hutang kepada sewa)
sewa yang bukan penyewa/Rekening penyewa Rp. xxx
disebabkan
tindakan/kelalaian
penyewa yang
mengakibatkan sejumah
cicilan yang telah
diterima lebih besar dari
nilai sewa yang wajar
53
Lanjutan Tabel 2.2

Ilustrasi jurnal akad ijaraah.

Transaksi Dr/Cr Catatan


Pada saat pengalihan Dr. Akum, penyusutan Aktiva (melalui hibah pada saat seluruh
objek sewa dalam IMBT ijaraah Rp. xxx pendapatan sewa telah diterima dan
Cr. Aktiva ijaraah Rp. xxx objek sewa tidak memiliki nilai sisa)
Melalui penjualam objek Jika harga jual lebih dari nilai buku
sewa sebelum dengan :
harga jual sebesar sisa Dr. Kas/Rekening penyewa Rp. xxx
cicilan sewa Dr. Akum. penyusutan Aktiva
ijaraah Rp. xxx
Cr. Aktiva ijaraah Rp. xxx
Cr. Keuntungan penjualan Aktiva
ijaraah Rp. xxx
54
Lanjutan Tabel 2.2

Ilustrasi jurnal akad ijaraah.

Transaksi Dr/Cr Catatan


Jika harga jual sama dengan nilai
buku :
Dr. Kas/Rekening penyewa Rp. xxx
Dr. Akum. penyusutan Aktiva
ijaraah Rp. xxx
Cr. Aktiva ijaraah Rp. xxx

Jika harga jual lebih kecil dari nilai


buku :
Dr. Kas/Rekening penyewa Rp. xxx
Dr. Akum. penyusutan aktiva ijaraah
Rp. xxx
Dr. Kerugian penjualan Aktiva
ijaraah Rp. xxx
Cr. Aktiva ijaraah Rp. xxx
55
Lanjutan Tabel 2.2

Ilustrasi jurnal akad ijaraah.

Transaksi Dr/Cr Catatan


Melalui penjualan objek Dr. Kas/Rekening penyewa Rp. xxx
sewa dengan harga Dr. Akum. penyusutan Aktiva
sekadarnya setelah ijaraah Rp. xxx
penerimaan sewa telah Cr. Keuntungan penjualan Aktiva
diterima seluruhnya dan ijaraah Rp. xxx
objek sewa tidak Cr. Aktiva ijaraah Rp.xxx
memiliki nilai sisa.
Jika penyewa berjanji Dr. Piutang kepada penyewa Rp. xxx (jumlah yang dicatat sebesar
untuk membeli tetapi Cr. Akum. penyusutan Aktiva porsi penurunan nilai Aktiva
kemudian membatalkan ijaraah Rp. xxx ijaraah)
dan nilai wajar objek
sewa lebih rendah dari
nilai buku dan
dibebankan kepada
penyewa/lessor
56
Lanjutan Tabel 2.2

Ilustrasi jurnal akad ijaraah.

Transaksi Dr/Cr Catatan


Jika penyewa tidak Dr. Beban penyusutan sewa Aktiva (jumlah yang dicatat sebesar
berjanji untuk membeli ijaraah Rp. xxx porsi penurunan nilai Aktiva
dan kemudian Cr. Akum. penyusutan Aktiva ijaraah)
memutuskan untuk tidak ijaraah Rp. xxx
membeli dan nilai wajar
objek sewa lebih rendah
dari nilai buku maka
penurunan nilai buku
tersebut diakui sebagai
kerugian
Pada saat pembayaran Dr. Biaya sewa Aktiva ijaraah Rp.
sewa dilakukan dalam xxx
jangka waktu satu periode Cr. Kas/Rekening pemiik objek sewa
Rp. xxx
57
Lanjutan Tabel 2.2

Ilustrasi jurnal akad ijaraah.

Transaksi Dr/Cr Catatan


Pada saat pembayaran sewa Dr. Sewa dibayar dimuka Aktiva
dilakukan dalam jangka ijaraah Rp. xxx
waktu lebih dari satu Cr. Kas/Rekening pemilik objek
periode sewa Rp. xxx
Pada saat amortisasi sewa Dr. Biaya sewa Aktiva ijaraah Rp.
dibayar dimuka xxx
Cr. Sewa dibayar dimuka Aktiva
Ijaraah Rp. xxx
Pada saat perbaikan Aktiva Dr. Piutang kepada pemilik objek
Ijaraah atas beban pemilik sewa Rp. xxx
objek sewa Cr. Kas/Rekening penyewa Rp. xxx
58
Lanjutan Tabel 2.2

Ilustrasi jurnal akad ijaraah.

Transaksi Dr/Cr Catatan


Apabila dalam masa sewa Dr. Kas/Rekening/Piutang kepada (pendapatan kelebihan
diketahui terjadi penurunan pemilik objek sewa Rp. xxx pembayaran sewa merupakan off
kualitas objek sewa yang Cr. Pendapatan kelebihan setting account dari beban sewa)
bukan disebabkan pembayaran sewa Rp. xxx
tindakan/kelalaian bank
sebagai penyew yang
mengakibatkan jumlah
cicilan yang telah dibayar
lebih besar dari nilai sewa
yang wajar
59
Lanjutan Tabel 2.2

Ilustrasi jurnal akad ijaraah.

Transaksi Dr/Cr Catatan


Jika sumber pembayaran Dr. Aktiva ijaraah Rp. xxx
sewa Aktiva ijaraah berasal Cr. Keuntungan/pendapatan
dari modal bank pada saat operasi utama lainnya Rp.xxx
penerimaan objek sewa
dalam IMBT
Jika sumber pembayaran Dr. Aktiva ijaraah Rp. xxx
sewa Aktiva ijaraah berasal Cr. Keuntungan/pendapatan
dari dana investasi tidak operasi hutang lainnya Rp.xxx
terikat pada saat penerimaan
objek sewa dalam IMBT
60
Lanjutan Tabel 2.2

Ilustrasi jurnal akad ijaraah.

Transaksi Dr/Cr Catatan


Jika sumber pembayaran Dr. Aktiva ijaraah Rp. xxx
sewa aktiva ijaraah berasal Cr. Keuntungan/pendapatan
dari dana investasi terikat operasi utama lainnya Rp.xxx
dan modal bank pada saat Cr. Keuntungan/pendapatan
penerimaan objek sewa operasi hutang lainnya Rp.xxx
dalam IMBT
Sumber : dari PAPSI 2013 merujuk kepada PSAK 10
61
9. Skema akad ijaraah.

1. Seleksi dan pembiayaan akad


ijaraah.

Pemberi Penerima
sewa ija- sewa ija-
raah. 2. Menyerahkan dana ijaraah. raah.

3. Mengembalikan dana ijaraah.sebesar yang


di pinjam dan ujra sebesar yang telah disepa-
kati

Gambar 2.3 Skema akad ijaraah.

Sumber : dari data dan teori yang diolah penulis.

Keterangan :

a. Pada tahap pertama dilakukannya seleksi pemohon dari pembiayaan akad ija-

raah yang nantinya apabila nasabah tersebut lolos seleksi dapat langsung

diberikan pembiayaan akad ijaraah.

b. Pada tahap kedua akan dilakukannya pencairan dana atau penyerahaan dari

objek/asset/aktiva ijaraah dari pemberi sewa kepada penerima sewa kegiatan

pembiayaan ijaraah tersebut.

c. Angsuran dan pelunasan dari kegiatan pembiayaan ijaraah, dengan megem-

balikan sebesar nominal yang menjadi objek/asset/aktiva ijaraah. Dari

62
penyewa ke pemberi sewa, serta pihak penyewa menyertakan ujra sebagai

imbalan atas jasa yang telah diberikan oleh pemberi sewa kepada penyewa.

2.3.3 Pembiayaan akad qardh

1. Pengertian qardh.

Berikut merupakan pengertian akad qardh menurut bahasa dan istilah ada-

lah sebagai berikut :

Menurut Bahasa, qardh berasal dari kata yang berarti al-qitu yaitu Cabang

atau potongan. Secara umum qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang

dapat ditagih atau diminta kembali, dengan kata lain meminjamkan tanpa

mengharapkan imbalan.

Menurut istilah, qardh adalah harta yang diberikan oleh seseorang

(muqridh) kepada yang membutuhkan (muqtaridh), yang kemudian peminjam akan

mengembalikannya setelah mampu. Sedangkan mazhab Maliki, Syafii, dan Ham-

bali berpendapat, diperbolehkan melakukan qardh atas semua harta yang bisa di-

jual-belikan atas objek salam, baik itu ditakar atau ditimbang, seperti emas, perak

dan makanan atau dari harta yang bernilai, seperti barang-barang dagangan, bi-

natang dan sebagainya.

Hak kepemilikan dalam qardh menurut Abu Hanifah dan Muhammad ber-

laku melalui qardh (penyerahan), jika seseorang berhutang satu mud gandum dan

sudah terjadi qardh, maka ia berhak menggunakan dan mengembalikan dengan

yang semisalnya meskipun muqridh meminta pengembalian gandum itu sendiri,

63
karena gandum itu bukan lagi milik muqridh. Yang menjadi tanggungjawab

muqtaridh adalah gandum yang semisalnya dan bukan gandum yang telah dihu-

tangnya, meskipun qardh itu berlangsung.

Jadi menurut Harahap dan Wiroso, kesimpulan dari pengertian qardh ialah

akad mengenai pembiayaan pinjam meminjam serta terkait dengan hutang piutang

yang memiliki manfaat untuk membantu masyarakat dalam nilai sosial yang terikat

dengan syariah.

2. Landasan hukum qardh.

a. Al-Quran,

i. Surat Al-Baqarah ayat 265 :

Artinya : Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah SWT, pin-

jaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT), maka Allah SWT

akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak

dan Allah SWT menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan Allah SWT kamu

akan dikembalikan.

Pada prinsipnya, disyariatkannya hutang piutang adalah untuk menolong

sesama agar bisa keluar dari kesulitan hidup yang dialami, dengan memberikan

hutang kepada orang lain, maka baik secara langsung atau tidak telah meringankan

beban orang lain. Transaksi qardh diperbolehkan oleh para ulama berdasarkan

hadist riwayat Ibnu Majah dan ijma ulama.

64
ii. Surat Al-Hadiid ayat 11 :

Artinya : Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah SWT pinjaman

yang baik, maka Allah SWT akan melipat gandakan (balasan) pinjaman itu un-

tuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.

Ayat diatas menjelaskan hakikat infak yang dilakukan demi karena Allah

SWT. Ia adalah bagaikan memberi pinjaman kepada Allah SWT, yang pasti dibayar

dengan berlipat ganda. Allah SWT berfirman untuk menggairahkan infak bahwa:

siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah SWT pinjaman yang baik yakni

menafkahkan secara ikhlas walau sebagian harta yang berada dalam genggaman

tangannya.

Sebagai imbalannya Allah SWT akan melipat gandakan pembayaran dan

balasannya dengan pelipat gandaan yang banyak mencapai tujuh ratus kali bahkan

lebih, untuknya di akhirat dan juga bisa jadi di dunia ini, dan baginya di samping

pelipat gandaan itu pahala yang mulia yakni menyenangkan dan memuaskannya.

iii. As-Sunnah.

1) Ibnu Masud meriwayatkan bahwa Nabi SAW berkata, Bukan seorang

muslim (mereka) yang meminjamkan muslim (lainnya) dua kali kecuali

yang satunya adalah (senilai) sedekah. Maksud dari hadits ini adalah

dalam meminjamkan uang harus dengan ikhlas tanpa pamrih, dan dalam

meminjamkan kepada orang harus tanpa ada penambahan dalam akad

65
pengembalian uang pokok karena tidak dibenarkan meminta tambahan

karena itu adalah riba.

2) Ibnu Masud meriwayatkan bahwa Nabi SAW berkata, Anas bin Malik

berkata bahwa Rasulullah Bersabda: Aku melihat pada waktu malam

di Israkan, pada pintu surga tertulis: sedekah dibalas sepuluh kali lipat

dan qardh delapan belas kali aku bertanya wahai Jibril, mengapa qardh

lebih utama dari sedekah, ia menjawab, karena peminta-minta sesuatu

dan ia punya, sedangkan yang meminjam tidak akan meminjam kecuali

karena keperluan maksud dari hadits ini adalah qardh lebih besar pa-

halanya daripada sedekah biasa, karena qardh merupakan pinjaman un-

tuk orang yang sangat mendesak bagi si peminjam.

3. Rukun dan syarat qardh

a. Rukun qardh

Melalui ketentuan akad qardh menurut fatwa DSN-MUI No.

19/DSNMUI/IV/2001. Adapun rukun dari akad qardh adalah sebagai berikut:

i. Muqridh (pemilik barang)

ii. Muqtaridh (yang mendapat barang atau peminjam)

iii. Ijab dan qabul

iv. Qardh (barang yang dipinjamkan)

Seperti semua jenis akad jual beli, akad qardh juga merupakan perpinda-

han hak dalam pemakaian barang oleh karena itu rukun qardh diatas sudah sesuai

dengan rukun qardh itu sendiri.

66
b. Syarat qardh.

i. Qardh atau barang yang dipinjamkan harus barang yang memiliki manfaat,

tidak sah jika tidak ada kemungkinan pemanfaatan, karena qardh adalah

akad terhadap harta.

ii. Akad qardh tidak bisa dilaksanakan kecuali dengan ijab dan qabul, seperti

halnya dengan jual beli.

Setiap akad dalam perpindahan hak guna pakai atau hak milik harus meru-

pakan barang yang bermanfaat, tidak ada gunanya jika barang yang itu tidak di-

pergunakan semestinya, dan juga harus ada ijab dan qabul antara peminjam dengan

yang meminjamkan

4. Ketentuan umum qardh.

a. Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtaridh) yang

memerlukan.

b. Nasabah qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada wak-

tu yang telah disepakati bersama.

c. Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah.

d. Bank syariah dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang

perlu.

e. Nasabah qardh dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan sukarela

kepada bank syariah selama tidak diperjanjikan dalam akad.

f. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya

pada saat yang telah disepakati dan bank syariah telah memastikan ketidak

mampuannya, maka bank syariah dapat memperpanjang jangka waktu

67
pengembalian, atau menghapus (write off) sebagian atau seluruh

kewajibannya.

g. Pada ketentuan umum dalam qardh, akad qardh merupakan salah satu akad

tabarru yaitu akad yang berdasarkan tolong-menolong tanpa ada imbalan

apapun dalam pengembalian uang pokok pinjaman, nasabah boleh memberi

tambahan dalam pengembalian akan tetapi tidak ada dalam akad awal antara

peminjam dengan yang meminjamkan (bank).

5. Aplikasi perbankan menggunakan qardh.

Menurut Sudarsono, mengemukakan qardh adalah pinjaman uang. Ap-

likasi qardh dalam perbankan diantaranya :

a. Sebagai pinjaman Dana Talangan Haji, dimana nasabah calon haji diberikan

pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji

dengan menggunakan modal bank yang bersumber dari zakat, infak, sedekah.

b. Sebagai pinjaman tunai (cash advanced) dari produk kartu kredit syariah, di-

mana nasabah diberi keleluasaan untuk menarik uang tunai milik bank me-

lalui ATM.

c. Nasabah akan mengembalikan sesuai waktu yang ditentukan. Sebagai pin-

jaman kepada pengusaha kecil atau membantu sektor sosial. Guna pemenu-

han skema khusus ini dikenal suatu produk khusus yaitu qardh.

d. Sebagai pinjaman kepada pengurus bank, dimana bank menyediakan fasilitas

ini untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan pengurus bank. Pengurus bank

akan mengembalikan secara cicilan melalui pemotongan gajinya.

6. Perlakuan akuntansi berdasarkan PAPSI dan PSAK 59.

68
a. Pengakuan dan Pengukuran

i. Pinjaman qardh diakui seperlkbesar jumlah yang dipinjamkan pada saat

terjadinya.

ii. Pengenaan biaya administrasi diakui sebagai pendapatan operasi lainnya.

iii. Penerimaan imbalan diakui sebagai pendapatan operasi lainnya sebesar

jumlah yang diterima.

b. Penyajian

Pinjaman qardh yang bersumber dari intern bank, disajikan dalam neraca

bank pada pos pinjaman qardh, sedangkan yang bersumber dari ekstern bank,

disajikan dalam laporan sumber dan penggunaan dana qardhul hasan.

69
7. Ilustrasi jurnal.

Tabel 2.3

Ilustrasi jurnal akad qardh.

Pada saat pinjaman qardh diberikan :


Db. Pinjaman qardh xxx
Kr.Kas/rekening nasabah/kliring xxx
Pada saat penerimaan biaya administrasi :
Db. Kas xxx
Kr.Pendapatan operasional lainnya-
pendapatan administrasi pinjaman xxx
qardh
Pada saat penerimaan imbalan :
Db. Kas xxx
Kr. Pendapatan operasional lainnya-
pendapatan adiministrasi pinjaman xxx
qardh
70
Lanjutan Tabel 2.3

Ilustrasi jurnal akad qardh

Pada saat pelunasan/cicilan :


Db. Kas/rekening nasabah/kliring xxx
Kr. Pinjaman qardh xxx
Pada saat penghapusan pinjaman qardh :
Db. Cadangan penyisihan kerugian
Xxx
pinjaman qardh
Kr. Pinjaman qardh xxx
Sumber : dari PAPSI 2013 merujuk kepada PSAK 59.
71
8. Skema akad qardh

1. Seleksi dan pembiayaan akad


qardh

Bank sya-
Nasabah
riah se-
sebagai
bagai
penerima
pemberi
pinjaman
pinjaman 2. Menyerahkan dana qardh qardh
qardh

3. Mengembalikan dana qardh sebesar


yang dipinjam

Gambar 2.4 Skema akad qardh

Sumber : dari data dan teori yang diolah oleh penulis.

Keterangan :

a. Pada tahap pertama dilakukannya seleksi pemohon dari pembiayaan akad

qardh, yang nantinya apabila nasabah tersebut lolos seleksi dapat langsung

diberikan pembiayaan akad qardh.

b. Pada tahap kedua akan dilakukannya pencairan dana atau penyerahaan dari

objek akad qardh dari pemberi sewa kepada penerima sewa kegiatan pem-

biayaan qardh tersebut.

72
c. Angsuran dan pelunasan dari kegiatan pembiayaan qardh dengan megem-

balikan sebesar nominal yang menjadi objek akad qardh dari penyewa ke

pemberi sewa.

2.4 Kerangka Operasional

pengakuan

qardh

Skim ija- penyajian


raah di
produk
pembiayaan
penyeleng- Perlakuan
dibandingkan
garaan iba- akuntansi
dah haji di
lembaga
keuangan
syariah pengukuran

ijaraah

pengungkapan

Gambar 2.5 Kerangka operasional.

Sumber : dari data dan teori yang diolah oleh penulis.

73
BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1 Profil Umum Perusahaan

Tabel 3.4

Profil Umum Perusahaan

Nama : PT. Bank Syariah Mandiri (Perseroan Terbatas)


Wisma Mandiri I, Jl. MH. Thamrin No. 5 Jakarta 10340
Alamat :
Indonesia
Telepon : (62-21) 2300 509, 3983 9000 (hunting)
Faksimili : (62-21) 3983 2989
Situs Web : www.syariahmandiri.co.id
Swift Code : BSMDIDJA
Tanggal Berdiri : 25-Okt-99
Tanggal Beroperasi : 01-Nov-99
Modal Dasar : Rp 2.500.000.000.000
Modal Disetor : Rp 1.489.021.935.000
864 kantor, yang tersebar di 33 provinsi di seluruh Indone-
Kantor Layanan :
sia
ATM Syariah Mandiri 921 unit,
ATM Mandiri 11.886 unit,
ATM Bersama 60.922 unit (include ATM Mandiri dan
Jumlah jaringan ATM BSM),
: ATM Prima 74.050 unit,
ATM BSM
ATM BCA 10,596 unit
EDC BCA 196,870 unit,
Malaysia Electronic Payment System (MEPS) 12.010 unit.
Jumlah Karyawan : 16.945 orang (Per Desember 2013)
Kepemilikan Sa-
ham :
1. PT Bank Man-
: 231.648.712 lembar saham (99,999999%)
diri (Persero)Tbk.
2. PT Mandiri
: Satu lembar saham (0,000001%).
Sekuritas

74
Lanjutan Tabel 3.4

Profil Umum Perusahaan

Otoritas Jasa Keuangan


Gedung Sumitro Djojohadikusumo
Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2-4
Otoritas Pengawas
: Jakarta 10710 Indonesia
Bank :
Telp (62-21) 3858001
Fax (62-21) 3857917
www.ojk.go.id
Sumber : dari website www.banksyariahmandiri.co.id.

3.2 Visi dan Misi serta Nilai Budaya Perusahaan


Tabel 3.5

Visi dan Misi serta Nilai Budaya Bank Syariah Mandiri

Visi : Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha


Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang
berkesinambungan
Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penya-
luran pembiayaan pada segmen UMKM
Misi : Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam
lingkungan kerja yang sehat
Mengembangkan nilai-nilai syariah universal
Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar per-
bankan yang sehat.
Siddiq (integrasi),

Istiqomah (konsistensi),

Budaya Perusahaan : Fathanah (profesionalisme),

Amanah (tanggung jawab),

Tabligh (kepemimpinan),
Sumber : dari website www.banksyariahmandiri.co.id.

75
3.3 Produk Perusahaan

Tabel 3.6

Produk dari Bank Syariah Mandiri

No Jenis Produk Produk yang ditawarkan

Pendanaan :
Tabungan Berencana BSM
Tabungan BSM Simpatik
Tabungan BSM
Tabungan Tabungan BSM Dollar
Tabungan Mabrur BSM
Tabungan Qurban BSM
1
Tabungan BSM Investa Cendekia
Deposito BSM
Deposito
Deposito BSM Vallas
Giro BSM
Giro Giro BSM Valas
Giro BSM Singapore Dollar
Obligasi Obligasi BSM (Mudharabah)

76
Lanjutan Tabel 3.6

Produk dari Bank Syariah Mandiri.

No Jenis Produk Produk yang ditawarkan

Pembiayaan : BSM Customer Network Financing

Pembiayaan Resi Gudang

Pembiayaan Kepada Koperasi Karyawan untuk Para


Anggotanya (PKPA)

Pembiayaan Edukasi BSM


BSM Implan
Pembiayaan Dana Berputar
Pembiayaan Griya BSM
Pembiayaan Griya BSM Optima
2 Pembiayaan Griya BSM Bersubsidi
Pembiayaan Umrah
Pembiayaan Griya BSM DP 0%
Gadai Emas Syariah Mandiri
Pembiayaan Mudharabah BSM
Pembiayaan Musyarakah BSM
Pembiayaan Murabahah BSM
Pembiayaan Talangan Haji BSM

Pembiayaan Dengan Agunan Investasi Terikat BSM

Pembiayaan Kepada Pensiunan


Pembiayaan Peralatan Kedokteran

77
Lanjutan Tabel 3.6

Produk dari Bank Syariah Mandiri.

No Jenis Produk Produk yang ditawarkan

Jasa :
BSM Pooling Fund
BSM Net Banking
Jual Beli Valas BSM
BSM Electronic Payroll
Jasa Produk SKBDN BSM (Surat Kredit Berdokumen Dalam
Negeri)
BSM Letter of Credit

BSM SUHC (Saudi Umrah & Hajj Card)

Transfer Lintas Negara BSM Western Union

3 Kliring BSM
Inkaso BSM
BSM Intercity Clearing

Jasa BSM RTGS (Real Time Gross Settlement)


Operasional
Transfer dalam Kota (LLG)
Transfer Valas BSM
Pajak Online BSM
Pajak Import BSM
Referensi Bank BSM
BSM Standing Order

Jasa Investasi Reksadana Mandiri Investasi Syariah Berimbang

Sumber : dari website www.banksyariahmandiri.com.

78
3.4 Produk Dana Talangan Haji yang ditawarkan Perusahaan

Pembiayaan talangan atas penyelenggaraan perjalanan ibadah haji menjadi

salah satu solusi dari permasalahan pendanaan yang dialami oleh nasabah calon

jamaah haji. Maka, munculah berbagai macam produk pembiayaan melalui lem-

baga perbankan dan keuangan syariah yang menawarkan produk yang memfasili-

tasi pembiayaan atas penyelenggaraan dan pengurusan ibadah haji.

Salah satu produk dari pembiayaan atas penyelenggaraan dan kepenguru-

san ibadah haji tersebut ialah, Produk Tabungan Haji Mabrur yang dikeluarkan oleh

PT. Bank Syariah Mandiri Tbk, (PERSERO). Tabungan Haji Mabrur dari Bank

Syariah Mandiri tersebut ialah produk tabungan yang memiliki kelebihan dengan

adanya fasilitas untuk memberikan dana talangan atas kepengurusan dan penye-

lenggaran ibadah haji bagi nasabahnya yang ingin mendaftarkan diri untuk menjadi

calon jamaah haji.

Pada produk yang ditawarkan oleh pihak bank syariah mandiri didesain

menjadi dua kategori yaitu, Produk Pembiayaan Haji Regular dan Produk Pem-

biayaan Haji Khusus.

Selain memiliki produk pembiayaan untuk kepentingan penyelenggaraan

dan kepengurusan ibadah haji pihak bank syariah mandiri pun ditunjuk oleh Ke-

mentrian Agama Indonesia untuk menjadi salah satu dari Bank Umum Syariah

(BUS) yang mempunyai kewajiban sebagai BPS-BPIH, yang pada dasarnya mem-

iliki tanggung jawab untuk menampung dana dari setoran haji nasabah dan me-

79
nyetorkannya ke Kementrian Agama Republik Indonesia agar nantinya calon nasa-

bah tersebut akan didaftarkan melalui SISKOHAT untuk mendapatkan porsi/seat

nomor keberangkatan ibadah haji.

Berikut merupakan penjelasan regulasi dan fatwa yang mengatur serta

melegalkan dan juga tujuan serta syarat beserta anggaran dana dari pemberian

produk pembiayaan talangan atas penyelenggaraan dan perjalanan ibadah haji yang

dikeluarkan oleh Bank Syariah Mandiri adalah sebagai berikut :

1. Regulasi pemerintah yang digunakan sesuai dengan standar dari Peraturan Men-

teri Agama (PMA) No. 30, Tanggal 12 April 2013 mengenai BPS-BPIH. Pada

peraturan menteri agama tersebut terdapat beberapa poin. Poin-poin tersebut

adalah sebagai berikut :

a. Mengatur penempatan dana setoran haji di bank syariah.

b. Mengatur persyaratan menjadi BPS-BPIH haji.

c. Mengatur setoran pendaftaran haji tidak lagi di bank konvesional.

d. Mengatur syarat untuk menjadi bank penerima setoran haji tidak memberikan

talangan atau sejenisnya lebih dari satu tahun.

2. Fatwa yang digunakan pada produk dana talangan yang digunakan oleh pihak

Bank Syariah Mandiri ialah fatwa DSN-MU INo.29/DSN-MUI/VI/2002, yang

berisikan bahwa Besar imbalan jasa ijaraah tidak boleh didasarkan pada jumlah

talangan qardh yang diberikan lembaga keuangan syariah kepada nasabah.

a. Tujuan Dana Talangan Haji adalah untuk memperoleh porsi pendaftaran/seat

nomor keberangkatan ibadah haji regular maupun haji khusus bagi calon ja-

maah haji.

80
b. Persyaratan dari pembiayaan talangan atas penyelenggaraan dan pengurusan

dari perjalanan ibadah haji yang ditawarkan oleh pihak Bank Syariah Mandiri

adalah sebagai berikut :

i. Hasil BI checking nasabah kategori lancar.

ii. Memiliki penghasilan rutin atau memiliki fixed asset/non fixed asset atau

sumber lain sebagai sumber pembayaran ujra dan pengembalian pokok

talangan.

iii. Memiliki Tabungan Haji Mabrur.

iv. Melakukan pendaftaran haji melalui SISKOHAT sesuai dengan domisili

nasabah dibuktikan dengan fotokopi KTP.

v. Produk talangan atas kepengurusan dan penyelenggaraan ibadah haji yang

ditawarkan oleh pihak Bank Syariah Mandiri berdasarkan brosur yang

dikeluarkan oleh Bank Syariah Mandiri tersebut adalah sebagai berikut :

1) Anggaran Dana Talangan Haji Reguler.

a) Akad : qardh wal ijaraah

b) Plafon Maks : Rp22.500.000

c) Dengan pilihan plafon : Rp10.000.000

Rp15.000.000

Rp18.000.000

d) Self financing : Rp2.500.000

e) Pembukaan tabungan : Rp500.000

f) Jangka Waktu : Satu tahun

g) Ujra : Rp2.850.000

81
2) Anggaran Dana Talangan Haji Khusus.

a) Akad : qardh wal ijaraah

b) Plafon Maks : Rp30.000.000

c) Self Financing : Rp2.500.000

d) Pembukaan tabungan : Rp500.000

e) Jangka Waktu : Satu tahun

f) Ujra : Rp3.600.000

3.5 Skema dan Mekanisme dari Pemberian Produk Pembiayaan Ta-

langan Haji di Bank Syariah Mandiri

Prosedur dan mekanisme dari pemberian produk pembiayaaan Dana Ta-

langan Haji di Bank Syariah Mandiri dapat dilihat dari skema pada lampiran berikut

ini :

1. Lampiran 1. Proses permohonan Dana Talangan Haji Reguler.

2. Lampiran 2. Proses akad dan pencairan Dana Talangan Haji Reguler.

3. Lampiran 3. Proses pendafataran haji reguler.

4. Lampiran 4. Proses administrasi pembiayaan Dana Talangan Haji Reguler.

5. Lampiran 5. Alur proses pembiayaan Dana Talangan Haji Reguler.

82
BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Data

Sudah dijelaskan pada chapter sebelumnya bahwasanya data yang

digunakan pada penelitian ini bersumber dari data primer serta data sekunder yang

ditemukan serta diperoleh dari subjek penelitian atau Bank Syariah Mandiri Kantor

Cabang Cibinong, sedangkan penjelasan dari data primer serta sekunder yang

digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :.

1. Data Primer yang digunakan pada penelitian ini adalah seputar dari surat

prosedur operasional bisnis dari Bank Syariah Mandiri yang dikeluarkan pada

tahun 2014 serta beberapa dari skema standar prosedur operasional untuk proses

pembiayaan Dana Talangan Haji Reguler. Pada surat prosedur operasional bisnis

tersebut diutarakan beberapa pedoman serta aturan yang digunakan pada proses

dari kegiatan pembiayaan yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri dan teru-

tama untuk Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Cibinong.

2. Data Sekunder yang digunakan pada penelitian ini adalah seputar prosedur pem-

biayaan Dana Talangan Haji yang tertera pada brosur serta beberapa literatur

pendukung dari Bank Syariah Mandiri. Penggunaan dari data sekunder tersebut

untuk menambah informasi dari data penelitian yang dibutuhkan agar

menemukan jawaban dari permasalahan yang dibahas pada penelitian tersebut.

83
Melalui sumber data tersebut diharapkan bahwasanya dapat membantu

peneliti untuk menjawab dari rumusan masalah yang diusung pada penelitian ini

yaitu :

1. Pertama, Bagaimana penerapan Akuntansi pada produk pembiayaan Dana Ta-

langan Haji atas perjalanan ibadah Haji di Tabungan Haji Mabrur Bank Syariah

Mandiri Cabang Cibinong dengan menggunakan skim ijaraah.

2. Kedua, Analisis kesesuaian penerapan Akuntansi pada produk pembiayaan

Dana Talangan Haji atas perjalanan ibadah haji di Tabungan Haji Mabrur Bank

Syariah Mandiri Cabang Cibinong dengan menggunakan PSAK 107.

4.1.1 Hasil temuan data

Dengan menggunakan serta mengolah data primer dan data sekunder da-

lam penelitian ini, maka berikut ini merupakan hasil dari temuan data yang berguna

serta menunjang bagi penelitian.

1. Proses pemberian pembiayaan akan dilakukan bila nasabah sudah melakukan

permohonan pembiayaan serta pengumpulan data dan investigasi oleh pihak

Bank Syariah Mandiri dalam mengambil keputusan untuk memberikan atau tid-

aknya pembiayaan kepada nasabah tersebut.

2. Pembiayaan Dana Talangan Haji kepada nasabah dari pihak Bank Syariah Man-

diri merupakan pemberiaan talangan kepada nasabah untuk memenuhi setoran

awal BPIH dan Bank akan mengajukan ujra sebagai tanda imbalan atas jasa

dari nasabah ke Bank.

3. Produk pembiayaan Dana Talangan Haji Bank Syariah Mandiri berada pada

produk Tabungan Haji Mabrur dan menggunakan akad qardh wal ijaraah yang

84
mengindikasikan penggunaan dua akad dalam satu transaksi yaitu, akad qardh

pada proses persetujuan hutang-piutang dan akad ijaraah pada proses jual-beli.

Pada dasarnya bank mengakui Dana Talangan Haji sebagai produk ijaraah dan

dalam pengaplikasian perilaku akuntansi untuk pembiayaan Dana Talangan Haji

merujuk kepada mekanisme di Bank Syariah Mandiri dapat dijabarkan kedalam

enam tahap sebagai berikut :

a. Tahap pertama, proses pengajuan pembiayaan Dana Talangan Haji.

b. Tahap kedua, analisa nasabah untuk pemberian pembiayaan Dana Talangan

Haji.

c. Tahap ketiga, proses administrasi dan pendaftaran nasabah untuk pemberian

pembiayaan Dana Talangan Haji.

d. Tahap keempat, proses persetujuan dan pencairan pembiayaan Dana Talangan

Haji.

e. Tahap kelima, proses pendaftaran nasabah kedalam Sistem Komputerisasi

Haji Terpadu (SISKOHAT).

f. Tahap keenam, proses pelunasan dan pemberiaan ujra oleh nasabah kepada

pihak Bank Syariah Mandiri.

4.1.2 Contoh ilustrasi

Dari hasil temuan data diatas dapat diketahui bahwasanya ada enam tahap

dalam pengaplikasian akuntansi yang merujuk kepada mekanisme di Bank Syariah

Mandiri yaitu, dimulai dari proses pengajuan pembiayaan Dana Talangan Haji

sampai dengan proses pelunasan dan pemberian ujra dari nasabah kepada bank.

85
Berdasarkan dari mekanisme tersebut, penulis berusaha untuk menyusun

dan memberikan contoh ilustrasi dengan beberapa asumsi yang relevan untuk men-

jabarkan dan membandingkan perilaku akuntansi pada produk Tabungan Haji

Mabrur di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Cibinong yang memiliki fasilitas

Dana Talangan Haji dengan menggunakan PSAK 107. Asumsi relevan yang

digunakan adalah sebagai berikut :

1. Contoh ilustrasi berdasarkan dari kondisi nyata yang terjadi pada kurun waktu

2011-2015.

2. Nama dari nasabah adalah benar adanya dengan biodata lengkap atas

persetujuan dengan bank dan nasabah terkait.

3. Jumlah persetujuan atas nominal Dana Talangan Haji yang disetujui ataupun

yang diberikan kepada nasabah merupakan contoh dari nominal Dana Talangan

Haji yang disediakan oleh bank bukan pada fakta yang bertujuan untuk menjaga

kerahasian dari data nasabah itu sendiri dan plafon yang diambil sebagai contoh

ilustrasi adalah sebesar Rp10.000.000 dengan persyaratan ujra sebesar

Rp1.200.000.

4. Contoh ilustrasi terdiri dari nama nasabah, biodata nasabah dan besarnya nomi-

nal dari Dana Talangan Haji yang diterima oleh nasabah.

5. Jumlah maksimum cicilan selama sepuluh bulan.

Dari asumsi diatas, berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia No

49 Tahun 2014 dan No 64 Tahun 2015, maka berikut ini merupakan beberapa tang-

gal dari transaksi yang dilakukan oleh bapak Apud dalam memenuhi persyaratan

dari pembiayaan Dana Talangan Haji di Bank Syariah Mandiri :

86
1. Bapak Apud mengajukan permohonan pembiayaan talangan Haji tanggal 03 Mei

2010.

2. Permohonan bapak Apud diterima tanggal 03 Juli 2010.

3. Bapak Apud membuka Tabungan Haji Mabrur tanggal 15 Juli 2010 sebesar

Rp500.000.

4. Bapak Apud melakukan setor tunai dana pribadi tanggal 31 Desember 2010

sebesar Rp15.000.000 dan turut serta menyertakan setoran tunai ujra sebesar

Rp1.200.000, keesokan harinya pada tanggal 1 Januari 2011.

5. Pada tanggal 04 April 2011 bapak Apud mendapatkan pembiayaan Dana Ta-

langan Haji sebesar Rp10.000.000 dari Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang

Cibinong.

6. Pada tanggal 05 April 2011 pihak Bank melakukan proses switching atau

memindahbukukan dari rekening Tabungan Haji Mabrur bapak Apud ke reken-

ing Kementrian Agama Republik Indonesia.

7. Bapak Apud menerima porsi keberangkatan pada tahun 2015, maka bapak Apud

diwajibkan melunasi cicilan dan angsuran BPIH serta Dana Talangan Haji dari

Bank Syariah Mandiri.

8. Bapak Apud melakukan cicilan Dana Talangan Haji pada setiap tanggal 4 diawal

bulan selama total sepuluh bulan mulai dari 04 Mei 2011 hingga 04 Januari 2012

dan pelunasan BPIH sebesar Rp1.470.000 pada tanggal 15 Januari 2012.

Dengan penggunaan asumsi diatas maka, data-data yang terkait pada Con-

toh ilustrasi adalah sebagai berikut :

87
Tabel 4.7
Contoh Ilustrasi.
Nama Bapak Apud
Status Perkawinan Menikah
Alamat Kampung Tlajung Rt 01/11
Desa/Kec Cikeas Udik/ Gunung Putri
Kabupaten/Provinsi Kab. Bogor/ Jawa Barat
Pekerjaan Pegawai swasta
Permohonan Pembiayaan Dana Talangan Haji
Dana talangan Rp10.000.000
Fee/Ujra Rp1.200.000
Modal awal tabungan mabrur Rp500.000
Sumber: dari data BSM yang diolah oleh penulis.

4.2 Pembahasan Data

Dari contoh ilustrasi diatas dapat diketahui bahwa bapak Apud merupakan

nasabah produk Tabungan Haji Mabrur di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang

Cibinong yang mendapatkan plafon Dana Talangan Haji dari Bank Syariah mandiri

sebesar Rp10.000.000 dengan persyaratan bapak Apud turut menyertakan ujra

sebesar Rp1.200.000 dan pembukaan Tabungan Haji Mabrur sebesar Rp. 500.000.

Dari data tersebut berikut merupakan analisa pembiayaan talangan Haji,

pencatatan skim ijaraah dan analisa kesesuaian perilaku akuntansi menggunakan

pedoman PSAK 107.

4.2.1 Analisa pembiayaan Dana Talangan Haji

Berdasarkan dari asumsi dan kondisi serta data yang ada, Bapak Apud

yang mendapatkan fasilitas Dana Talangan Haji dengan nominal Rp10.000.000

88
dengan menyertai pembayaran ujranya sebesar Rp1.200.000, keterangan data dari

nasabah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Nama : Bapak Apud

2. Status perkawinan : Menikah

3. Dana Talangan Haji : Rp10.000.000

4. Fee/ujra : Rp1.200.000

5. Biaya pembukaan tabungan : Rp500.000

6. Total BPIH : Rp26.147.000

7. Total setoran awal BPIH : Rp25.000.000

8. Total cicilan Dana Talangan Haji : Rp1.000.000/bulan.

9. Jangka waktu pelunasan cicilan : 12 bulan.

Dari keterangan diatas, maka sebelum Bapak Apud mendapatkan fasilitas

Dana Talangan Haji dari Bank Syariah Mandiri, sebelumnya akan dilakukan analisa

pembiayaan untuk Dana Talangan Haji kepada bapak Apud oleh pihak bank dengan

mempertimbangkan beberapa hal mengenai penghasilan dari bapak Apud, berikut

ini merupakan analisa pembiayaan Dana Talangan Haji untuk bapak Apud

Tabel 4.8

Analisa Pembiayaan Dana Talangan Haji untuk Bapak Apud.

Nama Bapak Apud


Alamat Kampung Tlajung Rt 01/11
Desa Cikeas Udik
Kecamatan Gunung Putri
Kabupaten Kab. Bogor
Provinsi Jawa Barat

89
Lanjutan Tabel 4.8

Analisa Pembiayaan Dana Talangan Haji untuk Bapak Apud.

Pekerjaan Pegawai swasta


Permohonan Pembiayaan Dana Talangan Haji
Dana Talangan Haji Rp10.000.000
Fee/ujra Rp1.200.000
Modal awal tabungan mabrur Rp500.000
Waktu

Analisa pembiayaan : 12 bulan

Pendapatan :
Gaji per bulan Rp10.000.000
Gaji istri Rp2.500.000
Lain-lain Rp2.500.000
Pendapatan kotor
Rp15.000.000
Pengeluaran :
Biaya kebutuhan per bulan Rp1.200.000
Tranportasi Rp300.000
Biaya listrik Rp400.000
Biaya lain-lain Rp100.000 +
Pengeluaran kotor
(Rp2.000.000)

Pendapatan bersih
Rp13.000.000
Kewajiban
Fee/ujra (dibayar dimuka) Rp1.500.000
Modal awal tabungan mabrur Rp500.000 +

90
Lanjutan Tabel 4.8

Analisa Pembiayaan Dana Talangan Haji untuk Bapak Apud.

(Rp2.000.000)
Angsuran = Rp10.000.000: 12 bulan (10 bulan
(Rp1.000.000)
Rp1.000.000, 2 bulan sisanya)
Pendapatan setelah dikurangi kewajiban Rp10.000.000
Sumber: dari data BSM yang diolah oleh penulis.

4.2.2 Skim ijaraah.

Setelah mendapatkan analisa pembiayaan Dana Talangan Haji, maka se-

lanjutnya bapak Apud akan diberikan skim ijaraah oleh pihak Bank Syariah Man-

diri sebagai permohonan Dana Talangan Haji. Berikut ini merupakan skim ijaraah

pembiayaan talangan Haji untuk Bapak Apud :

Tabel 4.9

Skim Ijaraah Pembiayaan Talangan Haji untuk Bapak Apud.

Pemohon Bapak Apud


Alamat Kampung Tlajung, Rt 01/11
Perihal Permohonan Dana Talangan Haji
Dana talangan Rp10.000.000
Tanggal pengajuan 03 Mei 2010
Batas pembayaran 04 April 2011
Modal Rp15.000.000
Fee Ujra Rp1.200.000
Tabungan mabrur Rp500.000
Total biaya Rp16.700.000
Sumber: dari data BSM yang diolah oleh penulis.

91
Selanjutnya setelah diberikannya skim ijaraah yang telah dibuatkan oleh

pihak Bank Syariah Mandiri, maka tahap berikutnya pihak Bank Syariah Mandiri

Kantor Cabang Cibinong akan membuatkan perhitungan rencana anggaran pem-

biayaan atas Dana Talangan Haji nasabah oleh pihak Bank Syariah Mandiri dengan

memperhatikan skim ijaraah yang telah dibuatkan oleh pihak bank dan anggaran

pembiayaan sebelumnya sudah dibuatkan oleh pihak bank.

Berikut ini merupakan perhitungan rencana anggaran pembiayaan Dana

Talangan Haji untuk bapak Apud oleh pihak Bank Syariah Mandiri :

Tabel 4.10

Rencana Anggaran Pembiayaan Talangan Haji untuk Bapak Apud.

Biaya-biaya:
Modal Bapak Apud Rp15.000.000
Tabungan mabrur min-
Rp500.000
imal
Upah jasa (fee Ujra) Rp1.200.000
Total biaya Rp16,700.000
Fasilitas:
Dana Talangan Haji Rp10.000.000 +
Perhitungan:
Modal Sekarang Rp26.700,000
BPIH (Rp25.000.000 )
Saldo (tabungan
Rp1.700.000
mabrur)
Upah jasa (fee Ujra) (Rp1.200.000 )
Saldo (tabungan
Rp500.000
mabrur)
Sumber: dari data BSM yang diolah penulis.

92
Dari perhitungan dapat dilihat biaya-biaya yang akan dikeluarkan oleh

Bapak Apud dengan memperhatikan rincian sebagai berikut :

1. Menyertakan modal pribadi sejumlah Rp15.000.000.

2. Ditambah dengan Dana Talangan Haji yang diberikan oleh Bank Syariah Man-

diri sejumlah Rp10.000.000.

3. Maka bapak Apud dapat melunasi setoran awal dari BPIH sejumlah

Rp25.000.000.

4. Berikut dengan Ujra untuk Bank Syariah Mandiri sejumlah Rp1.200.000.

5. Dengan jangka waktu pencicilan 1 tahun dengan limit batas maksimal waktu

pencicilan selama 3 tahun.

Selanjutnya bapak Apud akan diberikan rincian penyerahan Dana Ta-

langan Haji sebagai berikut :

Tabel 4.11

Formulir Rincian Penyerahan Talangan Haji

KETERANGAN LENGKAP NASABAH


Nama : Bapak Apud
Alamat : Kampung Tlajung, Rt 01/11
Kode Pos : 16966
Telepon : 08125670xxx
Desa : Nagrak
Kecamatan : Gunung Putri
Kabupaten : Kab. Bogor
Provinsi : Jawa Barat

KETERANGAN FASILITAS PEMBIAYAAN


Jenis Pembiayaan : Permohonan Dana Talangan Haji

93
Lanjutan Tabel 4.11

Formulir Rincian Penyerahan Talangan Haji

No. Perjanjian Pem-


: Xxxxxxxxx
biayaan
Nisbah/Marjin : Rp10.000.000
Jangka Waktu : satu Tahun
Limit : tiga Tahun
Terbilang : Sepuluh Juta Rupiah

PENYERAHAN UANG KEPADA NASABAH


Jumlah : Rp10.000.000
Terbilang : Sepuluh Juta Rupiah
Sumber: dari data BSM yang diolah oleh penulis.

Dengan penyerahan Dana Talangan Haji dari pihak Bank Syariah Mandiri

kepada bapak Apud, maka tahap selanjutnya akan dilakukan pembiayaan setoran

awal BPIH dengan menggunakan Dana Talangan Haji sebagai persyaratan untuk

mendapatkan nomor porsi/seat untuk keberangkatan ibadah haji. Pada tahap ini

pihak Bank akan melakukan pemindahbukuan dari rekening nasabah ke rekening

Kementrian Agama Republik Indonesia yang perinciannya sebagai berikut :

Tabel 4.12

Formulir Rincian Pembiayaan Setoran Awal BPIH untuk Bapak Apud.

Pemohon Bapak Apud


Alamat Kampung Tlajung Rt 01/11
Perihal Setoran Awal BPIH
Perhitungan Biaya

94
Lanjutan Tabel 4.12

Formulir Rincian Pembiayaan Setoran Awal BPIH untuk Bapak Apud.

Setoran Awal BPIH Rp25.000.000


Modal Pribadi Rp15.000.000
Fasilitas Dana Talangan Haji Rp10.000.000 +
Total Pelunasan Setoran Awal
(Rp25.000.000)
BPIH
Pelunasan Setoran Awal BPIH [0]

Sumber: dari data BSM yang diolah oleh penulis.

Setelah pelunasan pembiayaan setoran awal BPIH maka Bapak Apud akan

mendapatkan porsi/seat nomor keberangkatan ibadah haji dan selanjutnya bapak

Apud akan melunaskan sisa pembayaran biaya ibadah haji sesuai dengan tahun

keberangkatan ibadah haji.

Apabila pelunasan setoran awal BPIH sudah dilakukan oleh Bapak Apud,

maka selanjutnya bapak Apud akan melakukan cicilan angsuran pembiayaan Dana

Talangan Haji yang telah diterima sebelumnya dan dianjurkan kepada Bapak Apud

untuk melunasi sisa pembayaran BPIH satu tahun sebelum jadwal keberangkatan.

95
4.2.3 Analisa kesesuaian perilaku akuntansi menggunakan pedoman PSAK 107.

Tabel 4.13

Analisa Kesesuaian Perilaku Akuntan Menggunakan Pedoman PSAK 107

Tgl Transaksi BSM PSAK 107 Keterangan


15/07/2010 1. Penjurnalan Saat Pembukaan Dr. Kas/Rekening Dr. Kas/Rekening Pencatatannya sesuai dengan
Tabungan Haji Mabrur. (Jika Tabungan Nasabah Nasabah Rp500.000 PAPSI 2013, yang
nasabah ketiga atas nama bapak Rp500.000 Cr. Rekening penulisannya merujuk kepada
Apud membuka Tabungan Haji Cr. Rekening Tabungan Haji PSAK 107.
Mabrur Bank Syariah Mandiri di Tabungan Haji Mabrur Nasabah/dana Pada sistem, Bank mengakui
Kantor Cabang Cibinong untuk Mabrur Nasabah syirkah temporer kas masuk sebagai
melengkapi persyaratan utama dari Rp500.000 Rp500.000 bertambahnya piutang di
pembiayaan Dana Talangan Haji). debet dan di kredit dana
syirkah temporer, yang akan
dibalikan ketika penutupan
rekening dengan bagi hasil
dan sebagai aktiva ijaraah
persyarataan pembiayaan
Dana Talangan Haji.
96
Lanjutan Tabel 4.13
Analisa Kesesuaian Perilaku Akuntan Menggunakan Pedoman PSAK 107

Tgl Transaksi BSM PSAK 107 Keterangan


31/12/2010 2. Penjurnalan Saat Setor Tunai Dr. Kas/Rekening Dr. Kas/Rekening Pencatatannya sesuai dengan
Modal Pribadi Persyaratan Dana Tabungan Nasabah Nasabah PAPSI 2013, yang
Talangan Haji. (Jika bapak Apud Rp15.000.000 Rp15.000.000 penulisannya merujuk kepada
menyertakan modal pribadi Cr. Rekening Cr. Rekening PSAK 107. Pada sistem, bank
sebesar Rp15.000.000 untuk Tabungan Haji Tabungan Haji mengakui kas masuk sebagai
mendapatkan plafon Dana Mabrur Nasabah Mabrur Nasabah/dana piutang di debet dan di kredit
Talangan Haji sebesar Rp15.000.000 syirkah temporer bank mengakui sebagai dana
Rp10.000.000 Rp15.000.000 syirkah temporer sebagai
aktiva ijaraah dan atau
piutang qardh sebagai
persyaratan pembiayaan Dana
Talangan Haji
97
Lanjutan Tabel 4.13

Analisa Kesesuaian Perilaku Akuntan Menggunakan Pedoman PSAK 107

Tgl Transaksi BSM PSAK 107 Keterangan

01/01/2011 3. Penjurnalan Saat Pengakuan Dr. Kas/Rekening Dr. Kas/Rekening Pada kesimpulannya
Ujrah. (Jika nasabah ketiga atas Nasabah Rp1.200.000 Nasabah Rp1.200.000 penjurnalan yang dilakukan
nama bapak Apud mendapatkan (saat setor tunai) Cr. Rekening oleh Bank Syariah Mandiri
fasilitas Dana Talangan Haji Cr. Rekening Tabungan Haji sudah sesuai dengan
sebesar Rp10.000.000 yang Tabungan Haji Mabrur Nasabah/dana ketentuan penulisan dari
menyertakan Ujrah bagi Bank Nasabah Rp1.200.000 syirkah temporer PAPSI 2008 dan PAPSI 2013
Syariah Mandiri sebesar Rp1.200.000 yang merujuk kepada
Rp1.200.000. pedoman PSAK 107.
98
Lanjutan Tabel 4.13

Analisa Kesesuaian Perilaku Akuntan Menggunakan Pedoman PSAK 107

Tgl Transaksi BSM PSAK 107 Keterangan

01/01/2011 Saat pengakuan ujrah pihak bank Dr. Rekening Dr. Rekening/ Kas Pada sistem, saat pengakuan
mengakuinya menjadi Rp120.000 Tabungan Haji Rp1.200.000 Ujrah, menurut PSAK 107,
/bulan selama 10 bulan sampai Mabrur Nasabah Cr. Pendapatan Sewa pihak Bank selaku pemberi
dengan pelunasan angsuran Dana Rp1.200.000 (saat dan Operasional/ sewa mengakuinya sebagai
Talangan Haji. terima Ujrah) Ujrah dari Sewa dan pendapatan jasa dan
Dr. Rekening Tabungan Haji Cr. Gl Pendapatan Operasional operasional
Mabrur Nasabah Rp120.000 (saat Ujrah Rp1.200.000 Rp1.200.000
mengakui Ujrah/ bulan selama 10 *(Gl = General
bulan). Ledger)
Cr. Gl Pendapatan Ujrah
Rp120.000
99
Lanjutan Tabel 4.13

Analisa Kesesuaian Perilaku Akuntan Menggunakan Pedoman PSAK 107

Tgl Transaksi BSM PSAK 107 Keterangan


04/04/2011 4. Penjurnalan Saat Pencairan dan Dr. GI Fasilitas Dr. Rekening Pencatatannya sesuai
Realisasi Fasilitas Pembiayaan Talangan Haji Nasabah/ Piutang dengan Papsi 2013, yang
Dana Talangan Haji. (Jika bapak Rp10.000.000 Pokok Rp10.000.000 penulisannya merujuk
Apud mendapatkan plafon Dana Cr. Rekening Cr. Rekening kepada PSAK 107. Pada
Talangan Haji sebesar Tabungan Haji Tabungan Haji sistem, bank mengakui
Rp10.000.000 dan telah Mabrur Nasabah Mabrur Nasabah/dana penyerahan piutang aktiva
menyelesaikan persyaratan yang Rp10.000.000*(Gl = syirkah temporer ijaraah sebagai sewa yang
diperlukan oleh pihak Bank) General Ledger) Rp10.000.000 telah dicairkan kedalam
rekening nasabah dan
dikredit bank mengakuinya
tetap sebagai dana syirkah
temporer atau aktiva
pengganti ijaraah.
100
Lanjutan Tabel 4.13

Analisa Kesesuaian Perilaku Akuntan Menggunakan Pedoman PSAK 107

Tgl Transaksi BSM PSAK 107 Keterangan


05/04/2011 5. Penjurnalan Saat Pelunasan Dr. Kas/Rekening Dr. Kas/ Rekening Jadi pada pencatatan yag tertulis pada
Setoran Awal BPIH Nasabah ke Tabungan Haji Nasabah PAPSI 2013 yang merujuk pada
Kementrian Agama. (jika bapak Mabrur Nasabah Rp25.000.000 penggunaan penulisan PSAK 107
Apud pada rekening Tabungan Rp25.000.000 Cr. Rekening memposisikan rekening nasabah atau
Haji Mabrurnya sudah mencapai Cr. Rekening Kementrian Agama fasilitas pembiayaan Dana Talangan
quota awal pembayaran setoran Kementrian Agama cq Dirjen PHU qq Haji di debet sebagai piutang pokok,
awal BPIH sebesar cq Dirjen PHU qq calon nasabah yang nantinya piutang pokok tersebut
Rp25.000.000 maka Bank akan calon nasabah Rp25.000.000 akan dilunasi oleh pihak nasabah atau
secara otomatis akan Rp25.000.000 penyewa dari objek sewa atau ijaraah
memindahbukukan dana tersebut. sedangkan di posisi kredit
tersebut dari rekening nasabah ialah bertambahnya Aset ijaraah atau
ke rekening kementrian Agama aktiva ijaraah sebagai penyeimbang
secara otomatis sebagai dan tanda bahwa objek sewa ijaraah
persyaratan setoran awal BPIH) tersebut sudah dicairkan kepada
penyewa.
101
Lanjutan Tabel 4.13

Analisa Kesesuaian Perilaku Akuntan Menggunakan Pedoman PSAK 107

Tgl Transaksi BSM PSAK 107 Keterangan


04/04/2011 6. Penjurnalan Saat Angsuran dan Dr. Rekening Dr. Kas/Rekening Pada saat Pelunasan angsuran, pihak
Pelunasan Cicilan Dana Talangan Nasabah Nasabah Bank syariah Mandiri terkesan hanya
Haji. (jika bapak Apud Rp10.000.000 (saat Rp10.000.000 menctatat saat pelunasannya saja,
mengangsur pembiayaan Dana setor tunai ke bank) Cr. Rekening dikarenakan semua pencatatan sudah
Talangan Haji yang beliau dapat Cr. Rekening Tabungan Haji secara otomatiis tercatat pada sistem
sebesar Rp10.000.000 dan Tabungan Haji Mabrur Nasabah produk Tabungan Haji mabrur, namun
mengangsurnya selama 10 bulan Mabrur Nasabah Rp10.000.000 ketika nasabah memprint-out buku
dengan nominal Rp10.000.000 rekeningnya, hanya tercatat ketika
Rp1.000.000/bulannya). Bulan pelunasannya saja, dari kejadian
pertama s.d.bulan kesepuluh tersebut pun ada indikasi nasabah
bapak Apud menyetorkan mengalami keterlambatan dalam
Rp1.000.000 angsuran, namun pencatatan pada
sistem BSM sudah sesuai dengan
PAPSI 2013 yang penulisannya
merujuk ke PSAK 107.
102
Lanjutan Tabel 4.13

Analisa Kesesuaian Perilaku Akuntan Menggunakan Pedoman PSAK 107

Tgl Transaksi BSM PSAK 107 Keterangan


04/04/2011 Pelunasan : Dr. Kas/Rekening Dr. Kas/Rekening
Tabungan Haji Nasabah
Mabrur Nasabah Rp10.000.000
Rp10.000.000 (saat Cr. Rekening
melakukan Tabungan Haji
pelunasan) Mabrur
Cr. Gl Fasilitas Nasabah/pembiayaan
Tabungan Haji pokok Rp10.000.000
Mabrur
Rp10.000.000
103
Lanjutan Tabel 4.13

Analisa Kesesuaian Perilaku Akuntan Menggunakan Pedoman PSAK 107

Tgl Transaksi BSM PSAK 107 Keterangan


15/01/2012 7. Penjurnalan Saat Pelunasan BPIH. Dr. Rekening Dr. Kas/Rekening Sama seperti sewaktu
(Jika total pembiayaan BPIH Nasabah Nasabah Rp1.470.000 pelunasan setoran awal BPIH,
embarkasi Bogor sama dengan Rp1.470.000 (saat Cr. Rekening ketika pelunasan BPIH, saldo
embarkasi Jakarta, maka bapak nasabah setor tunai Kementrian Agama di rekening nasabah akan
Apud yang menerima pembiayaan ke bank) cq Dirjen PHU qq dipidahbukukan secara
talangan Haji sebesar Rp10.000.000 Cr. Rekening calon nasabah otomtis ke rekening
dan sudah memenuhi setoran awal Tabungan Haji Rp1.470.000 kementrian agama.
BPIH sebesar Rp25.000.000. ) Nasabah
Rp1.470.000
104
Lanjutan Tabel 4.13

Analisa Kesesuaian Perilaku Akuntan Menggunakan Pedoman PSAK 107

Tgl Transaksi BSM PSAK 107 Keterangan


15/01/2012 (Selanjutnya akan melunasi sisa Dr. Rekening
pembayaran BPIH untuk embarkasi Tabungan Haji
Bogor pada tahun 2015 adalah Mabrur Nasabah
sebesar USD2,625 dan besarnya kurs Rp1.470.000 (saat
jual Rupiahnya berkisar diantara switching)
Rp10,182.08 Cr. Rekening
Rp9,957.09, maka jumlah BPIH Kementrian Agama
yang harus dilunasi oleh bapak Apud cq Dirjen PHU qq
adalah kurang lebih sekitar calon nasabah
Rp26.147.000 ) Rp1.470.000
105
Lanjutan Tabel 4.13

Analisa Kesesuaian Perilaku Akuntan Menggunakan Pedoman PSAK 107

Tgl Transaksi BSM PSAK 107 Keterangan


15/01/2012 (dan setelah dikurangi dengan
setoran awal BPIH yng sudah
dilunasi sebelumnya sebesar
Rp25.000.000 maka kekurangan
untuk pelunasan BPIHnya adalah
sekitar Rp1.470.000.)
Sumber: dari data yang diolah oleh penulis.
106
4.2.4 Pengungkapan pada pembiayaan Dana Talangan Haji.

1. Pengungkapan pada General Ledger (buku besar).

Tabel 4.14

Pengungkapan Pembiayan Dana Talangan Haji pada Posisi General Ledger

Rekening Tabungan Nasabah/kas 2010

TGL Keterangan REF Dr Cr JUMLAH Dr/Cr


15/06/2010 Pembukaan Tabungan Haji Mabrur JU Rp500.000 - Rp500.000 Dr
31/12/2010 Penjurnalan Saat Setor Tunai Modal Pribadi JU Rp15.000.000 - Rp15.500.000 Dr
Rekening Tabungan Nasabah/ kas 2011.

TGL Keterangan REF Dr Cr JUMLAH Dr/Cr


Saldo Rekening Tabungan Nasabah per
01/01/2011 JU Rp15.500.000 - Rp15.500.000 Dr
Desember 2010
Penjurnalan Saat Penyertaan Setoran Tunai
01/01/2011 JU Rp1.200.000 - Rp16.700.000 Dr
Ujrah
04/04/2011 Cicilan Bulan I JU Rp1.000.000 - Rp17.700.000 Dr
04/05/2011 Cicilan Bulan II JU Rp1.000.000 - Rp18.700.000 Dr
107
Lanjutan Tabel 4.14

Pengungkapan Pembiayan Dana Talangan Haji pada Posisi General Ledger

Rekening Tabungan Nasabah/ kas 2011

04/06/2011 Cicilan Bulan III JU Rp1.000.000 - Rp19.700.000 Dr


04/07/2011 Cicilan Bulan IV JU Rp1.000.000 - Rp20.700.000 Dr
04/08/2011 Cicilan Bulan V JU Rp1.000.000 - Rp21.700.000 Dr
04/09/2011 Cicilan Bulan VI JU Rp1.000.000 - Rp22.700.000 Dr
04/10/2011 Cicilan Bulan VII JU Rp1.000.000 - Rp23.700.000 Dr
04/11/2011 Cicilan Bulan VIII JU Rp1.000.000 - Rp24.700.000 Dr
04/12/2011 Cicilan Bulan IX JU Rp1.000.000 - Rp25.700.000 Dr
04/01/2012 Cicilan Bulan X JU Rp1.000.000 - Rp26.700.000 Dr
Rekening Tabungan Haji Mabrur Nasabah/dana syirkah temporer 2010.

TGL. Keterangan REF Dr Cr JUMLAH Dr/Cr


15/06/2010 Pembukaan Tabungan Haji Mabrur Nasabah JU - Rp500.000 Rp500.000 Cr
31/12/2010 Penjurnalan Saat Setor Tunai Modal Pribadi JU - Rp15.000.000 Rp. 15.500.000 Cr
108
Lanjutan Tabel 4.14

Pengungkapan Pembiayan Dana Talangan Haji pada Posisi General Ledger

Rekening Tabungan Haji Mabrur Nasabah/dana syirkah temporer 2011

TGL. Keterangan REF Dr Cr JUMLAH Dr/Cr


Saldo Rekening Tabungan Haji Mabrur
01/01/2011 JU - Rp15.500.000 Rp15.500.000 Cr
Nasabah per Desember 2010
Penjurnalan Saat Penyertaan Setoran Tunai
01/01/2011 JU - Rp1.200.000 Rp16.700.000 Cr
Ujrah
01/01/2011 Penjurnalan Saat Pengungkapan Ujrah JU Rp1.200.000 - Rp15.500.000 Dr
04/03/2011 Realisasi dan Pencairan Talangan Haji JU - Rp10.000.000 Rp25.500.000 Cr
Penjurnalan Saat Switching ke Rekening
05/03/2011 JU Rp25.000.000 - Rp500.000 Dr
Kementrian Agama RI
04/04/2011 Cicilan Bulan I JU - Rp1.000.000 Rp1.500.000 Cr
04/05/2011 Cicilan Bulan II JU - Rp1.000.000 Rp2.500.000 Cr
04/06/2011 Cicilan Bulan III JU - Rp1.000.000 Rp3.500.000 Cr
04/07/2011 Cicilan Bulan IV JU - Rp1.000.000 Rp 4.500.000 Cr
04/08/2011 Cicilan Bulan V JU - Rp1.000.000 Rp5.500.000 Cr
109
Lanjutan Tabel 4.14

Pengungkapan Pembiayan Dana Talangan Haji pada Posisi General Ledger

Rekening Tabungan Haji Mabrur Nasabah/dana syirkah temporer 2011

04/09/2011 Cicilan Bulan VI JU - Rp1.000.000 Rp 6.500.000 Cr


04/10/2011 Cicilan Bulan VII JU - Rp1.000.000 Rp7.500.000 Cr
04/11/2011 Cicilan Bulan VIII JU - Rp1.000.000 Rp8.500.000 Cr
04/12/2011 Cicilan Bulan IX JU - Rp1.000.000 Rp 9.500.000 Cr
04/01/2012 Cicilan Bulan X JU - Rp1.000.000 Rp10.500.000 Cr
04/01/2012 Penjurnalan Saat Pengakuan Pelunasan JU Rp10.000.000 - Rp500.000 Cr
Rekening Tabungan Haji Nasabah/kas 2012

TGL Keterangan REF Dr Cr JUMLAH Dr/Cr


01/01/2012 Saldo Rekening Nasabah per Desember 2012 JU Rp26.700.000 - Rp26.700.000 Dr
15/01/2012 Penjurnalan Saat Setor Tunai Pelunasan BPIH JU Rp1.470.000 - Rp28.170.000 Dr
110
Lanjutan Tabel 4.14

Pengungkapan Pembiayan Dana Talangan Haji pada Posisi General Ledger

Rekening Tabungan Haji Mabrur Nasabah/dana syirkah temporer 2012

TGL Keterangan REF Dr Cr JUMLAH Dr/Cr


Saldo Rekening Tabungan Haji Mabrur
01/01/2012 JU - Rp500.000 Rp500.000 Cr
Nasabah 2012
15/01/2012 Penjurnalan Saat Setor Tunai Pelunasan BPIH JU - Rp1.470.000 Rp1.970.000 Cr
Penjurnalan Saat Switching ke Rekening
15/01/2012 JU Rp1.470.000 - Rp500 .000 Dr
Kementrian Agama RI
GL Talangan Haji Nasabah 2010

TGL. Keterangan REF Dr Cr JUMLAH Dr/Cr


04/03/2010 Realisasi dan Pencairan Talangan Haji JU - Rp10.000.000 Rp10.000.000 Cr
111
Lanjutan Tabel 4.14

Pengungkapan Pembiayan Dana Talangan Haji pada Posisi General Ledger

GL Talangan Haji Nasabah 2011

TGL Keterangan REF Dr Cr JUMLAH Dr/Cr


04/03/2010 Realisasi dan Pencairan Talangan Haji JU - Rp10.000.000 Rp10.000.000 Cr
04/04/2011 Pelunasan Talangan Haji JU Rp10.000.000 - - Cr
GL Pendapatan Ujrah 2011

TGL Keterangan REF Dr Cr JUMLAH Dr/Cr


Penjurnalan Saat Penyertaan Setoran Tunai
01/01/2011 JU - Rp1.200.000 Rp1.200.000 Cr
Ujrah
Switching Rekening Kementrian Agama cq Dirjen PHU qq calon nasabah 2011.

TGL Keterangan REF Dr Cr JUMLAH Dr/Cr


Penjurnalan Saat Switching ke Rekening
05/03/2011 JU - Rp. 25.000.000 Rp. 25.000.000 Cr
Kementrian Agama RI
112
Lanjutan Tabel 4.14

Pengungkapan Pembiayan Dana Talangan Haji pada Posisi General Ledger

Switching Rekening Kementrian Agama cq Dirjen PHU qq calon nasabah 2012

TGL. Keterangan REF Dr Cr JUMLAH Dr/Cr


Saldo Rekening saat Switching ke Rekening
01/01/2012 JU - Rp25.000.000 Rp25.000.000 Cr
Kementrian Agama RI
Penjurnalan Saat Switching ke Rekening
15/01/2012 JU - Rp1.470.000 Rp26.470.000 Cr
Kementrian Agama RI
Sumber: data dari BSM yang diolah oleh penulis
113
4.2.5 Pengungkapan pada neraca

Berikut ini merupakan pengungkapan Dana Talangan Haji pada posisi neraca :

Tabel 4.15

Pengungkapan Pembiayan Dana Talangan Haji pada Posisi Neraca

NO POS-POS JUMLAH NO POS-POS JUMLAH

AKTIVA PASIVA
Tabungan Nasabah/Dana Syirkah
1. Kas Rp28.170.000 1. Rp500.000
Temporer.
2. Piutang 2. Gl. Pendapatan Ujrah Rp1.200.000
Switching Rekening Kementrian Agama
a.Piutang Murabahah XXX 3. Rp26.470.000
cq Dirjen PHU qq calon nasabah
b.Pendapatan Margin Murabahah
XXX
yang ditangguhkan -/-
c.Piutang Istishna XXX
d.Pendapatn Margin Istishna yang
XXX
ditangguhkan -/-
e.Piutang Qardh XXX
114
Lanjutan Tabel 4.15

Pengungkapan Pembiayan Dana Talangan Haji pada Posisi Neraca

NO POS-POS JUMLAH NO POS-POS JUMLAH


f.Piutang Sewa XXX
3. Pembiayaan Sewa
XXX
a.Asset Ijaraah

Jumlah Rp28.170.000,- Jumlah Rp28.170.000


Sumber: data dari BSM yang diolah oleh penulis.
115
4.2.6 Pengungkapan pada laporan laba rugi

Berikut ini merupakan pengungkapan Dana Talangan Haji pada posisi laba rugi :

Tabel 4.16

Pengungkapan Pembiayan Dana Talangan Haji pada Posisi Laporan Laba Rugi

NO POS-POS JUMLAH
1. Pendapatan Penyaluran Dana : XXX
a. Pendapatan dari piutang :
- Ishtisna XXX
- Ujrah Rp1.200.000
2. Bagi Hasil Untuk Pemilik Dana Investasi XXX
3. Pendapatan Setelah Distribusi Bagi Hasil XXX
4. Pendapatan Operasional Lainnya XXX
5. Beban Operasional XXX
6. Beban Operasional Lainnya XXX
7. Beban Non Operasional Lainnya XXX
Jumlah Rp1.200.000
Sumber : data dari BSM yang diolah oleh penulis.
116
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan dari data-data yang telah diuraikan pada chapter

sebelumnya yang berkaitan dengan rumusan masalah, dapat diperoleh kesimpulan

antara lain sebagai berikut :

1. Secara umum pencatatan transaksi pembiayaan Dana Talangan Haji telah dijur-

nal dengan mengikuti ketentuan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indone-

sia (PAPSI) tahun 2013 yang penyusunanya berpedoman pada PSAK 107, na-

mun untuk transaksi pembayaran, pencatatan serta pengakuan angsuran bulanan

pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Cibinong ada indikasi pencatatan

tidak dilakukan real time, dikarenakan kemungkinan bila nasabah tersebut

membayar angsuran tidak tepat waktu, namun sejauh ini pencatatan pada sistem

Tabungan Haji Mabrur BSM sudah sesuai dengan PSAK 107.

2. Pada saat nasabah melakukan transaksi pembayaran angsuran atas pembiayaan

multijasa (Dana Talangan Haji) Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Cibinong

tidak mengakuinya sebagai pengurang pokok pembiayaan pada saat transaksi

terjadi, hal ini menunujukkan ketidaksesuaian dengan konsep pengakuan yang

sebenarnya pada PSAK 107.

117
5.2 Saran

Berdasarkan hasil evaluasi dan hasil kesimpulan yang telah dijelaskan ser-

ta diuraikan pada chapter sebelumnya, maka peneliti menyarankan :

1. Diharapkan kepada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Cibinong melakukan

pecatatan setiap terjadinya transaksi dan diakui sebagai pengakuan yang sesu-

ngguhnya sesuai dengan asumsi dasar akuntansi syariah (accrual basis), agar

dapat menyajikan saldo akun sebenarnya dalam laporan keuangan terkait pada

akhir periode akuntansi.

2. Diharapkan kepada lembaga keuangan dan perbankan syariah yang menawarkan

produk tabungan maupun non tabungan dengan fasilitas Dana Talangan Haji un-

tuk memperhatikan akad yang digunakan dan spare waktu dalam system produk

tabungan maupun non tabungan tersebut, agar masalah adanya jeda waktu dalam

prinsip dasar pencatatan tidak terjadi lagi.

3. Bagi para peneliti, penelitian ini bisa menjadi bahan rujukan dengan mengangkat

judul Analisis Penerapan Sistem Accrual Basis Pada Pembiayaan Mudharabah

di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Cibinong.

118
DAFTAR PUSTAKA

Agustianto, 2013. Hybrid Contract dalam Keuangan Syariah. Diakses dari

http://www.agustiantocentre.com/?p=68

Asosiasi Bank Syariah Indonesia, 2013. Handout Slide. Penjelasan Tentang Ta-

langan Haji.

Bank Indonesia, 2008. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI

2008). Jakarta.

, 2013. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI

2013). Jakarta.

, 2015. Kurs Bank Indonesia Tahun 2015. http://kursrupiah.net/,

diakses terakhir pada 11 Oktober 2015.

Bank Syariah Mandiri, 2014. Standar Prosedur Operasional Bisnis Bank Syariah

Mandiri. Jakarta.

, 2014. Sosialisasi Produk Haji dan Umrah. Jakarta.

, 2015. Visi dan Misi Perusahaan Bank Syariah Mandiri.

http://www.syariahmandiri.com.id, diakses terakhir pada 20 Oktober 2015.

, 2015. Profil Perusahaan Bank Syariah Mandiri.

http://www.syariahmandiri.com.id, diakses terakhir pada 20 Oktober 2015.

, 2015. Produk Bank Syariah Mandiri.

http://www.syariahmandiri.com, diakses terakhir pada 20 Oktober 2015.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No: 09/DSN-

MUI/IV/2000. Pembiayaan Ijaraah.

119
No: 19/DSN-

MUI/IV/2001. Al-Qardh.

No: 29/DSN-

MUI/IV/2002. Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah.

No: 44/DSN-

MUI/VIII/2004. Pembiayaan Multijasa.

No: 56/DSN-

MUI/V/2007. Ketentuan Review Ujrah pada Lembaga Keuangan Syariah.

No: 79/DSN-

MUI/III/2011. Qardh dengan Menggunakan Dana Nasabah.

Franedya, R dan Dwiantika, N., 2012. Pemerintah akan Tertibkan Dana Talangan

Haji. Diakses dalam http://keuangan.kontan.co.id/news/ pemerintah-akan-

tertibkan-dana-talangan-haji pada 15 September 2015.

Gemala, D., Ningsih, W., dan Barlinti, Y. S. , 2013. Hukum Perikatan Islam di

Indonesia. Jakarta : Kencana.

Hadi, S dan Widyarini, 2011. Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum. Asy-Syirah.

45(2).

Harahap, S. S dan Wiroso., 2010. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta : LPFE

Usakti.

Ikatan Akuntansi Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 101 Ta-

hun 2016 Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 107 Ta-

hun 2017. Akuntansi Ijaraah.

120
Keputusan Direktur Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah No: D/303 Tahun

2013. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Ketentuan Bank Penerima Setoran

Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPS-BPIH).

Manan, H. A., 2012. Hukum Ekonomi Syariah dalam Perspektif Kewenangan

Peradilan Agama. Jakarta : Prenada Media.

Mochammad, S. E., 2013. Sejarah Penyelenggaraan Haji di Indonesia. Diakses

dari http://diqin13.blogspot.co.id/ pada 22 september 2015.

Nasution, F. F., 2013. Pembiayaan Dana Talangan Haji Dalam Perbankan Syari-

ah Ditinjau dari Undang-Undang Perbankan Syariah. Jurnal Hukum

Ekonomi.

Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2013. Bank Penerima Setoran Biaya

Penyelenggaraan Ibadah Haji. Pasal 1 ayat 4.

Peraturan Presiden Republik Indonesia No 49 Tahun 2014. Biaya Penyeleng-

garaan Ibadah Haji Tahun 1435H/2014M.

No 64 Tahun 2015. Biaya Penyeleng-

garaan Ibadah Haji Tahun 1436H/2015M.

Rahmah, S., 2013. Studi Evaluasi atas Dana Talangan Haji Produk Perbankan

Syariah di Indonesia. Ahkam Jurnal Ilmu Syariah 13(2).

Santoso, A. B., 2015. Berdasarkan Survey Ini Pertambahan Penduduk Kristen di

Indonesia Lebih Cepat Dibanding Muslim. http://www.tribunnews.com/ di-

akses terakhir pada tanggal 25 september 2015.

Surat Edaran Otoritas OJK nomor 36/SEOJK.03/2015. Kodifikasi Produk dan Ak-

tivitas Bank Umum dan Unit Usaha Syariah.

121
Susana, E dan Diana., 2013. Pelaksanaan Pembiayaan Dana Talangan Haji pada

Perbankan Syariah. Jurnal Keuangan dan Perbankan. 17(2).

Wiroso, 2011. Produk Perbankan Syariah. Jakarta : Lembaga Pengembangan

Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Trisakti.

, 2012. Naskah. Prinsip Dasar Produk Perbankan Syariah. Jakarta.

, 2013. Handout Slide. PPL-Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah. Ikatan

Akuntansi Indonesia. Jakarta.

, 2013. Handout Slide. PPL-Prinsip DasarPerbankan Syariah. Ikatan

Akuntansi Indonesia. Jakarta.

122
Lampiran I

123
Lampiran II

124
Lampiran III

125
Lampiran IV

126
Lampiran V

127

Anda mungkin juga menyukai