Anda di halaman 1dari 16

Desain Proses Pengolahan Biodiesel dari Transesterifikasi Minyak Nabati

Menggunakan Simulasi HYSYS

Dita Nurhalimah1 Fryda Kusumawati K2 Putri Deliana3

ABSTRAK
Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang berpotensi untuk dikembangkan
pada saat ini. Proses perancagan pabrik biodiesel yang baik dapat dilihat dari distribusi
pemakaian energi yang bijaksana. Pada artikel ini akan dilakukan simulasi pembuatan
biodiesel skala industri dengan unit utama terdiri dari reaktor transesterifikasi, kolom distilasi
metanol/gliserol dan kolom distilasi metil ester serta kolom distilasi yang digunakan untuk
memisahkan metanol dari biodiesel dan gliserol untuk analisa neraca energi dan massa proses
yang terlibat. Metanol dapat didaur ulang ke reaktor transesterifikasi dan pencucian multi
tahap dengan bantuan air digunakan untuk memurnikan produk biodiesel. Studi pada plant
pembuatan biodiesel ini disimulasikan menggunakan simulator Aspen HYSYS V8.4.
Prosedur simulasi melibatkan penentuan komponen kimia yang terlibat, memilih model
termodinamika, menentukan kapasitas pabrik, memilih unit operasi yang tepat dan mengatur
kondisi masukan (flowrate, suhu, tekanan, dan kondisi lainnya). Model termodinamik yang
dipilih untuk menjelaskan perilaku dari campuran berbeda dalam simulasi adalah NRTL
(Non-Random Two Liquid).
Kata kunci : biodiesel, HYSYS, neraca energi, neraca massa

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pengembangan bahan bakar alternatif berupa biodiesel untuk mesin diesel telah menjadi
perhatian dunia beberapa tahun terakhir ini. Biodiesel diproduksi dari sumber daya
terbarukan seperti minyak nabati, lemak hewani dan juga minyak yang tidak dapat dimakan
sehingga membuat biodiesel bersifat biodegradable dan tidak beracun, serta emisi karbon
dioksida yang dihasilkan lebih rendah dari bahan bakar konvensional. Biodiesel dapat
diproduksi dengan reaksi transesterifikasi, dimana bahan baku (minyak sayur, minyak goreng
bekas atau lemak hewani) direaksikan dengan alkohol melalui bantuan katalis untuk
memberikan alkil ester yang sesuai dari campuran asam lemak yang ditemukan pada minyak
induk. Proses transesterifikasi telah banyak digunakan untuk mengurangi viskositas
trigliserida tinggi (Yon, 2010).
Proses pembuatan biodiesel skala industri biasanya menggunakan reaktor tangki pengaduk
kontinu (CSTR), yang dapat menghasilkan konversi trigliserida yang lebih tinggi hingga
mencapai 99,3%. Parameter proses yang penting adalah rasio molar antara reaktan (metanol:
trigliserida). Proses konvensional menggunakan rasio molar antara 6: 1 dan 10: 1. Reaksi
yang terlibat bersifat eksotermik, dengan suhu reaksi relatif rendah, biasanya berkisar dari 60
C sampai 80 C (Tuluc, dkk, 2015).
Proses utama pembuatan biodiesel skala industri terdiri dari reaktor transesterifikasi, kolom
distilasi metanol/gliserol dan kolom distilasi metil ester. Kolom distilasi juga digunakan
untuk memisahkan metanol dari biodiesel dan gliserol. Metanol dapat didaur ulang ke reaktor
transesterifikasi dan pencucian multi tahap dengan bantuan air digunakan untuk memurnikan
produk biodiesel (Zhang, 2003).
Diketahui, bahwa biaya bahan baku menyumbang 75% dari biaya produksi untuk kapasitas
pabrik rendah, dan dapat meningkat hingga 90% untuk kapasitas besar. Dalam beberapa
tahun terakhir, sejumlah metode produksi telah muncul dari penelitian skala laboratorium
yang bertujuan untuk mengurangi biaya biodiesel. Misalnya dengan menggunakan alkohol
pada keadaan superkritisnya, dapat menghilangkan kebutuhan proses akan katalis. Selain itu,
proses super kritis hanya membutuh waktu yang singkat untuk mencapai konversi tinggi.
Pilihan lainnya adalah menggunakan katalis padat, sehingga dapat menyederhanakan
pemurnian hilir biodiesel. Katalis tersebut dapat dipisahkan dengan metode fisik, contohnya
dengan hidrosiklon. Sebagai alternatif, juga dapat digunakan reaktor unggun tetap (fixed bed)
(West, 2008).
Berdasarkan data yang diperoleh, desain yang lengkap untuk proses dapat dikembangkan dan
dioptimalkan dengan menggunakan software simulasi ASPEN HYSYS. Software ini
memiliki feasibilitas teknologi yang dapat digunakan untuk mempelajari kinerja proses, yang
dalam studi ini merupakan produksi biodiesel.

1.2 Deskripsi Kasus


Proses transesterifikasi biodiesel dapat berlangsung dengan menggunakan basis katalisator
homogen. Katalisator homogen dapat digunakan untuk mengolah bahan baku yang lebih
murah, seperti minyak goreng bekas dan bahan dasar minyak hewani. Penggunan katalis
homogen asam pada proses transesterifikasi dapat mentolerir sampai 5 %wt FFA, namun
proses ini sensitif terhadap kadar air lebih dari 0,5 %wt. Selain itu, kerugian dari metode ini
adalah reaksi berlangsung lambat pada kondisi ringan dimana untuk mencapai konversi 98%,
reaksi membutuhkan hingga 48 jam pada suhu 60 oC dengan rasio alkohol terhadap minyak
30:1. Untuk mengatasi kekurangan ini, diperlukan kondisi operasi pada suhu dan tekanan
yang lebih tinggi (misalnya 100 oC dan 3,5 bar), dimana waktu reaksi bisa berkurang (turun
sampai 8 jam) untuk mencapai konversi serupa yaitu 99% (West, 2008). Sementara,
kelemahan pada proses transesterifikasi dengan katalisis alkali adalah kepekaannya terhadap
kemurnian reaktan dimana sistem ini sangat sensitif terhadap air dan asam lemak bebas
(FFA). Adanya air dapat menyebabkan saponifikasi ester dalam kondisi basa. Dengan
demikian, agar sistem katalis alkali layak secara komersial (terutama pada katalis alkali
anhidrat dan alkohol anhidrat), minyak nabati terdehidrasi dengan kurang dari 0,5 wt.%
FFA dapat digunakan.
Pada artikel ini akan dikhususkan simulasi produksi biodiesel minyak kanola yang
merupakan minyak dengan kadar FFA rendah, dan komponen penyusun utamanya berupa
triolein. Pabrik biodisel yang ditinjau merupakan pabrik transesterifikasi minyak kanola
menggunakan katalis basa natrium hidroksida dengan kapasitas pabrik sebesar 8000
ton/tahun dengan rasio mol minyak terhadap etanol 6:1. Gliserol yang merupakan produk
samping transesterifikasi yang memiliki nilai jual, diolah pada pabrik melalui treatment
dengan menghilangkan NaOH terlebih dahulu melalui reaksi netralisasi menggunakan asam
fosfat, lalu larutan yang dihasilkan dialirkan ke dalam kolom distilasi untuk dimurnikan
gliserolnya. Sehingga pada artikel ini simulasi dikhususkan untuk proses reaksi
transesterifikasi katalis alkali tanpa pretreatment, dimana proses ini hanya sesuai untuk
minyak dengan kadar FFA rendah.. Selain unit transesterifikasi, pada simulasi ini juga
disediakan unit lanjutan berupa unit pemurnian produk dan pengolahan katalis.

2. Metode Simulasi
Studi pada plant pembuatan biodiesel ini disimulasikan menggunakan simulator Aspen
HYSYS V8.4. Prosedur simulasi melibatkan penentuan komponen kimia yang terlibat,
memilih model termodinamika, menentukan kapasitas pabrik, memilih unit operasi yang
tepat dan mengatur kondisi masukan (flowrate, suhu, tekanan, dan kondisi lainnya).
Pemodelan pada proses ini menggunakan reaktor konversi sebagai tempat berlangsungnya
reaksi transesterifikasi, agar dapat menghasilkan model yang berkesinambungan, dimodelkan
pula dengan unit selain unit transesterifikasi, yang secara ringkas dapat dilihat pada tabel
berikut 1.
Tabel 1 Unit operasi dalam pemodelan reaktor tubular
Unit Tujuan ASPEN Komen/Spesifikasi
HYSYS V8.4
Transesterifikasi Minyak bereaksi dengan Reaktor Menyederhanakan
[1] methanol dengan kehadiran Konversi simulasi dengan reaksi
katalis untuk menghasilkan stoikiometri
biodiesel dan gliserol
Rekoveri Mendapatkan kembali Kolom Model distilasi
methanol [2] methanol berlebih dari Distilasi multitahap dengan 7
reaksi tahap teoritis
Water washing Memisahkan FAME dari Liquid-Liquid Model ekstrator liquid-
[3] gliserol dan elektrolit Extractor liquid dengan 6 tahap
teoritis
Pemurnian Memurnikan FAME dan Kolom Model distilasi
FAME [4] rekover minyak Distilasi multitahap dengan 6
tahap teoritis
Catalyst Menghilangkan katalis Reaktor Menyederhanakan
Removal [5] berlebih Konversi simulasi penghilangan
katalis dengan reaksi
stoikiometri
Pemurnian Menurnikan gliserol Kolom Model distilasi
Gliserol [6] Distilasi multitahap dengan 7
tahap teoritis
Unit-unit tersebut disusun seperti pada blok diagram berikut.

Gambar 1 Blok diagram unit pada pemodelan pembuatan biodiesel

Pemodelan optimisasi proses sintesis biodiesel pada desain ini melibatkan reaksi konversi.
Reaksi yang dapat menggambarkan proses dalam studi ini ialah reaksi transesterfikasi dengan
metanol yang dapat dinyatakan sebagai berikut.

Gambar 2 Reaksi transesterifikasi

Pada penentuan komponen, asumsi yang digunakan dalam proses ialah kandungan trigliserida
dalam bahan baku minyak merupakan murni triolein. Lalu metil ester yang dihasilkan
diasumsikan hanya metil oleat dengan pendekatan reaksi transesterifikasi konsekutif
trigliserida (triolein), digliserida (diolein), dan monogliserida (monoolein). Reaksi-reaksi
transesterifikasi yang dilibatkan dalam simulasi ini ialah sebagai berikut.
1
57 104 6 + 3 39 72 5 + 18 33 3 (1)
2
3
C39H72O5 + + C18 H33 OOCH3 (2)
4
5
C21H40O4 + C3H8O2 + C18 H33 OOCH3 (3)
6
Sementara pada unit catalyst removal, reaksi yang dilibatkan diasumsikan hanya reaksi
netralisasi antara natrium hidrosksida dan asam fosfat. Gliserol pada unit ini dianggap
bersifat inert.
NaOH + H3PO4 Na3PO4 + H2O (4)

Sebagian besar komponen, seperti metanol, gliserol, natrium hidroksida dan air, tersedia
dalam database komponen HYSYS. Sementara, untuk komponen seperti diolein, monoolein,
asam fosfat, dan natrium fosfat dimasukkan dengan menggunakan Hypothetical Manager,
dengan memasukkan sifat fisis berikut.
Tabel 2. Data fisis komponen Grup Hypothetical
Komponen Formula Titik Didih () Densitas (g/ml) Berat Molekul
Diolein C39H72O5 670.8 @760 mmHg 0.934 621.11
Monoolein C21H40O4 485.4@760 mmHg 0.969 356.54
Natrium fosfat Na3PO4 100 1.620 163.9
Asam fosfat H3PO4 158 1.885 97.99

Selanjutnya, model termodinamik yang dipilih untuk menjelaskan perilaku dari campuran
berbeda dalam simulasi ini adalah NRTL (Non-Random Two Liquid). Setelah komponen,
fluid package, dan reaksi telah ditentukan, langkah selanjutnya ialah masuk pada simulasi,
dimana unit-unit yang telah ditentukan sebelumnya dirangkai. Adapun algoritma pengerjaan
nya adalah sebagai berikut.
1. Menentuan komponen yang terlibat pada produksi biodiesel
Untuk komponen yang tidak tersedia dapat didefinisikan dengan memilih Hypotetical, lalu
memasukkan data seperti nama, titik didih, berat molekul dan densitas cairan yang telah
tersedia pada Tabel 2

Gambar 3 User interface input data komponen tidak tersedia dalam databank HYSYS
Gambar 4 Komponen-komponen produksi biodiesel

2. Penentuan Fluid Package


Dari item fluid package dipilih NRTL(Non-Random Two Liquid) pada property package
selection.

Gambar 5 Pemilihan fluid package


3. Penentuan Reaksi yang terlibat
Pada tahap ini, dibentuk dua set reaksi konversi, pertama untuk unit transesterifikasi dan
untuk unit catalyst removal. Set reaksi tersebut diattach kedalam fluid package.
Gambar 6 Set reaksi yang digunakan, transesterifikasi (kiri), dan netralisasi (kanan)
4. Tahap simulasi
a. Dimulai dengan merangkai peralatan mixer untuk pencampuran katalis dan metanol,
pompa untuk aliran tersebut dan juga untuk aliran minyak, dan heater untuk memanaskan
minyak. Kotak merah pada gambar menunjukkan masukkan yang perlu diisi pada desain
alat

Gambar 7 Spesifikasi aliran mixer untuk pencampuran metanol dan katalis NaOH
Gambar 7 Input kondisi (kiri) serta komposisi (kanan) pada mixer pencampuran metanol dan
katalis NaOH

Pada mixer, data yang perlu dimasukkan ialah suhu, tekanan, aliran yang digunakan beserta
komposisinya. Sementara pada pompa, input yang perlu dimasukkan ialah aliran serta
tekanan keluaran dari pompa.

Gambar 8 Input aliran (kiri) serta kondisi (kanan) pada pompa

Pemanasan minyak menggunakan heater dengan memasukkan data aliran yang terlibat, serta
suhu setelah dipanaskan

Gambar 9 Input aliran (kiri) serta kondisi suhu (kanan) pada heater
b. Menyusun reaktor konversi tempat berlangsungnya proses transesterifikasi
Dimulai dengan menentukkan aliran, lalu reaction set, dan kondisi umpan

Gambar 10 Desain reaktor transesterifikasi

Gambar 10 Set reaksi yang dipilih pada reaktor


Gambar 11 Input kondisi keluaran reaktor

c. Menyusun kolom distilasi rekoveri metanol


Input data yang penting pada kolom distilasi ialah kondisi tekanan, laju alir distilat, dan
refluks rasio

Gambar 12 Input spesifikasi kolom distilasi rekoveri metanol


Gambar 13 Input spesifikasi refluks kolom distilasi rekoveri metanol

d. Menyusun aliran metanol recycle dan aliran ke pencucian


e. Menyusun ekstraktor pencucian
f. Menyusun aliran produk atas esktraktor ke unit distilasi pemurnian biodiesel
g. Menyususn aliran produk bawah esktraktor ke unit reaktor penghilangan katalis
h. Menyusun aliran atas reaktor penghilangan katalis ke unit distilasi pemurnian gliserol

3. Hasil Simulasi
Simulasi melibatkan unit-unit yang telah dirangkum pada Tabel 1 dengan hasil simulasi
sebagai berikut.
3.1. Unit Transesterifikasi
3.1.1 Pencampuran
Stream metanol segar (fresh met), metanol recycle (met rec) dan katalis natrium hidroksida
(cats) dicampur terlebih dahulu sebelum dipompakan ke reaktor CRV-101 oleh pompa P-105
dengan tekanan 100/400 kPa. Minyak kanola (fresh oil) terlebih dahulu dipanaskan
menggunakan exchanger E-103 hingga mencapai suhu reaksi sebelum memasuki reaktor.

Gambar 14 Aspen hysys unit penampuran


3.1.2. Reaktor Transesterifikasi
Didalam CRV-101 diasumsikan reaksi yang terlibat hanya tiga reaksi parallel konsekutif
transesterifikasi trigliserida, digliserida, dan monogliserida menjadi metil ester (metil oleat)
dengan konversi untuk masing-masing reaksi sebesar 95%, 2.5%, dan 2.5% berturut-turut.
Reaksi tersebut menghasilkan produk sampingan berupa gliserol, minyak yang tak bereaksi,
metanol, dan produk utama FAME. Stream product dari reaktor akan diteruskan ke distilasi
metanol T-104.

Gambar 15 Aspen hysys unit reaktor transesterifiksi

3.2. Rekoveri Metanol


Pada T-104, digunakan 6 tray teoritis dan rasio refluks sebesar 2. Stream to rec met. adalah
metanol murni dari distilat, terdiri dari 94% dari metanol total dalam stream 106. Distilasi
vakum digunakan untuk menjaga suhu bottom dibawah 150 . Stream metanol dari distilat
yang telah disesuaikan (stream 1201) dicampurkan dengan metanol segar + katalis (stream
101B) dan kemudian dimuat kembali ke reaktor R-101. Stream bawah 202 dikirim ke
washing column T-105 setelah didinginkan dengan exchanger E-104 hingga 60 .

Gambar 16 Aspen hysys unit recovery metanol

3.3. Water washing


Tujuan dari langkah ini adalah untuk memisahkan FAME dari gliserol, metanol dan katalis.
Kolom pencucian air (T-105) yang digunakan memiliki 4 tay teoritis. FAME dalam stream to
Lext dipisahkan dari gliserol, metanol dan katalis dengan menambahkan air 11 kg/h pada
kondisi 25 C(stream water). Komposisi minyak, metanol dan air di stream met/wat
semuanya harus kurang dari 6%. Sementara, semua gliserol diasumsikan berada di stream
bawah to mix_3 (128 kg/h), yang mengandung 81% gliserol, 8% air, 3% metanol dan 9%
natrium hidroksida.

Gambar 17 Aspen hysys unit pencucian

Namun, pada saat simulasi, kolom distilasi water washing mengalami kasus unconverge,
sehingga simulasi ini tidak dapat diselesaikan. Dapat dimungkinkan karena koefisien biner
pada fluid package belum ditentukan, dimana apabila fluid package pada unit ekstraktor tidak
dilengkapi nilai koefisien biner, hal tersebut menyebabkan ekstraktor menjadi tidak converge.

Gambar 18 Penentuan koefisien biner komponen

Namun, setelah koefisien biner dari LLE ditentukan, fase dari umpan berubah menjadi fase
vapor, yang pada unit pompa hal ini terdeteksi sebagai kesalahan.
Gambar 19 Kesalahan terdeteksi pada simulasi, sesaat setelah koefisien biner ditentukan

Setelah ditinjau, aliran pada fresh met. dan cats. telah berfase uap sejak awal setelah
dilakukan perubahan koefisien biner

Gambar 20 kondisi umpan metanol setelah koefisien biner ditentukan

Simulasi kemudian kami hentikan, karena terbatasnya pengetahuan baik terkait


kesetimbangan antar fase ataupun troubleshooting program HYSYS.
Gambar 12 : Simulasi secara keseluruhan
Daftar Pustaka

Aspen Plus. 2008. Aspen Plus Biodiesel Model. Massachusetts: Aspen Technology, Inc.

Zhang, Y., M.A. Dube, D.D. McLean, M. Kates. 2003. Biodiesel production from waste
cooking oil: 1. Process design and technological assessment. Bioresource Technology vol
88. Hal 1-16.

Zhang, Y., M.A. Dube, D.D. McLean, M. Kates. 2003. Biodiesel production from waste
cooking oil: 2. Economic assessment and sensitivity analysis. Bioresource Technology vol
90. Hal 229-240.

Yon, T.Y. 2010. Simulation of Biodiesel from used frying oil (UFO) using alkaline-based
catalysts [Skripsi]. Malaysia: University Technical Malaysia Melaka.

Tuluc, A, Plesu V., Grigore B., dan Gheorghe B. 2015. Biodiesel plant optimization study by
using aspen-HYSYS process simulator. ResearchGate vol 66. Hal 565-569

West, A.H., Dusko P., dan Naoko E. 2008. Assessment of four biodiesel production
processes using HYSYS.Plant. Bioresource Technology vol 99. Hal 6587-6601.

Cheresources. 2008. Unknown Component In Hysys. https://www.cheresources.com/


invision/topic/6691-unknown-component-in-hysys/ [Diakses tanggal 8 Juni 2017]

Lookchem. 2008. Glyceryl monooleate. Nomor: 25496-72-4

Lookchem. 2008. Sn-1,2-Diolein. Nomor:24529-88-2

Anda mungkin juga menyukai