Anda di halaman 1dari 6

Kajian Implementasi Sistem Electronic Toll Collection (ETC)

Berbasis RFID di Indonesia

Zakariah, Syaifuddin Zuhri, Suhono H. Supangkat


arie212@yahoo.com, ifud2000@yahoo.com, suhono@itb.ac.id

Multimedia and Cyberspace Engineering Research Group


Kelompok Keahlian Teknologi Informasi
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika
Institut Teknologi Bandung

Abstraksi
Kebutuhan yang paling mendasar dari pengguna jalan tol adalah kelancaran akses jalan tol, tidak hanya kelancaran
sepanjang perjalanan di jalan tol tetapi juga kelancaran dan kemudahan pada saat melakukan transaksi di pintu tol. Namun,
seringkali pintu tol ini disebut sebagai biang kemacetan karena dapat menyebabkan kemacetan lalu lintas(mobil) yang
panjangnya mencapai ratusan meter. Kemacetan ini dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya adalah proses transaksi
di pintu tol yang masih membutuhkan waktu yang lama. Waktu proses transaksi yang lama ini terjadi karena semua proses
transaksi masih dilakukan secara manual. Untuk untuk itu, diperlukan suatu tiket akses jalan tol yang lebih fleksibel yang
menawarkan layanan yang lebih baik kepada pengguna berupa kemudahan akses dan kecepatan proses transaksi. Hal ini
dapat direalisasikan dengan mengembangkan sistem transkasi otomatis atau disebut Electronic Toll Collection (ETC)
berbasis teknologi Radio Frequency Identification (RFID). Dengan menggunakan sistem ini diharapkan dapat menyelesaikan
persoalan kemaceten atau paling tidak mengurangi kemacetan yang terjadi di pintu tol sehingga pada ujungnya akan
menguntungkan kedua belah pihak yaitu pengguna dan operator jalan tol.
Pada penelitian ini, akan dilakukan kajian implementasi ETC sebagai upaya untuk memberikan solusi ETC yang dapat
dimplementasikan pada jalan toldi Indonesia.
Kata Kunci : Layanan, RFID, ETC, Jalan Tol

1. PENDAHULUAN
1.1. Teknologi RFID
RFID adalah singkatan dari Radio Frequency Identification
merupakan salah satu teknologi identifikasi yang dalam
pengoperasiannya tidak perlu terjadi kontak langsung antara
transponder (tag) sebagai pembawa data dengan reader
yang terhubung dengan sistem komputer. Kontak yang
terjadi dilakukan melalui pengiriman gelombang
elektromagnetik dengan jarak jangkauan puluhan centimeter
bahkan mencapai ratusan meter.

Perkembangan teknologi RFID yang begitu cepat dalam


beberapa tahun ini telah mendorong munculnya berbagai
macam aplikasi yang dapat dinikmati melalui penggunaan
Gambar 1: Pasar Global RFID
RFID sebagai manajemen identitas. Diantara aplikasi yang
paling banyak digunakan dalam pasar global adalah dalam
bidang transportation, bidang security/access control dan
1.2. Pelayanan Jalan Tol
supply chain mangement. Pendapatan secara global dari
Sampai saat ini, panjang keseluruhan jalan tol di Indonesia
penggunaan RFID dalam berbagai aplikasi tersebut dapat
adalah 647,32 km yang membentang di tiga pulau besar
dilihat pada gambar berikut ini.
yaitu Pulau Sumatra, Pulau Jawa dan Pulau Sulawesi. Jalan
tol tersebut dioperasikan oleh tujuh perusahaan sebagai
operator yang terdiri atas satu perusahaan milik pemerintah
e-Indonesia Initiative 2007 (eII2007) 1
Konferensi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia
25-26 April 2007, Jakarta
yaitu PT. Jasa Marga dan keenam lainnya adalah perusahaan Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dari
swasta. pengembangan sistem ETC ini, yaitu:
1. Sistem ini dapat memberikan pelayanan yang cepat,
Dalam pengoperasiannya (yaitu pelayanan transaksi di tepat, aman dan nyaman pada pengguna tol.
gerbang tol), seluruh perusahaan operator tersebut masih 2. Sistem ini dapat memberikan jaminan bahwa semua
menggunakan cara manual dengan menempatkan petugas transaksi sudah berjalan sesuai dengan tarif yang
operator untuk membantu proses transaksi baik pada pintu ditentukan.
masuk maupun pintu keluar jalan tol. 3. Sistem ini dapat diintegrasikan dengan sistem yang
sudah ada maupun sistem yang akan dikembangkan.
Penggunaan cara yang masih manual ini tentu saja tidak
efisien dan efektif karena beberapa hal:
- Pelayanan kepada pengguna khususnya dalam 2.2. Arsitektur Sistem
melakukan transaksi masih lambat. Sebagai contoh: Rancangan arsitektur dari sistem ETC ini dapat
perbedaan nilai uang yang dibayarkan pengguna kepada digambarkan sebagai berikut:
petugas operator akan mempengaruhi waktu pelayanan, Layer 3
seperti terlihat pada tabel berikut.
Tabel 1: Waktu Pelayanan Transaksi Kantor Pusat

Pembayaran Waktu Waktu


(Jasa Marga) (Pengamatan)
Uang Pas 5 detik 5,5 detik WAN ETC

Rp 5.000,00 6 detik 5,5 detik


Layer 2
Rp 10.000,00 6 detik 9 detik
Rp 20.000,00 9 detik 11,5 detik Plasa Tol

Rp 50.000,00 14 detik 17 detik


Rp 100.000,00 17 detik 18 detik
LAN ETC
- Terlalu banyak uang tunai yang ditangani sehingga
tidak efisien dalam melakukan penghitungan/rekap Layer 1B
pendapatan.
Gerbang Tol
- Adanya kesalahan transaksi yang diakibatkan oleh
kesalahan manusia.
- Tidak efisien dalam jumlah penggunaan SDM, karena Layer 1A
menempatkan seorang petugas operator pada setiap
pintu baik pintu masuk maupun pintu keluar. Alat Pengontrol Alat Transaksi
- Manajemen masih kesulitan melakukan monitoring
terhadap transaksi yang terjadi karena semua transaksi
harus direkap secara manual untuk disampaikan kepada Gambar 2: Arsitektur Sistem ETC
manajemen sebagai laporan. Padahal manajemen
menginginkan laporan dalam waktu singkat atau bahkan Penjelasan:
secara real-time untuk membantu dalam pengambilan 1. Layer 1A
keputusan. Pada layer ini, komponen dari sistem ETC dapat dibagi
atas 2, yaitu:
- Alat Transaksi yang terdiri atas kartu contactless
2. PEMBAHASAN smartcard yang dipegang oleh pengguna dan card
2.1. Deskripsi Sistem reader yang terpasang pada pintu tol. Untuk
Sistem ETC adalah sebuah sistem yang dapat menjalankan melakukan transaksi, pengguna hanya
serangkaian kegiatan secara otomatis yang berkaitan dengan mendekatkan kartunya pada card reader terpasang.
transaksi di gerbang tol berupa proses pelayanan kepada - Alat Pengontrol yang terdiri atas berbagai
pemakai jalan, kontrol atas pelaksanaan transaksi, proses perangkat elektro-mekanik dengan berbagai sensor
pengadministrasian pendapatan tol serta proses lain yang yang tergabung dalam suatu sistem kendali. Sistem
mendukungnya. pengendalian otomatisas ini yang akan
mengendalikan seluruh proses transaksi mulai dari
klasifikasi kendaraan, transaksi pembayaran dan
pengawasan kepatuhan, serta pengendalian
e-Indonesia Initiative 2007 (eII2007) 2
Konferensi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia
25-26 April 2007, Jakarta
permasalahan dan situasi yang mungkin timbul Bisnis Proses Masuk Jalan Tol
dalam proses pembayaran. 1. Pengguna menurunkan kecepatan kendaraan pada saat
2. Layer 1B mendekati pintu masuk tol.
Layer ini disebut sebagai layer gerbang tol, yang 2. Pengguna berhenti sejenak tepat didepan Card Reader.
merupakan perangkat komputer yang ditempatkan di 3. Pengguna mendekatkan Kartu ETC miliknya pada Card
gerbang tol yang dihubungkan secara langsung dengan Reader untuk di- authentikasi.
alat pengontrol dan alat transaksi melalui serial port 4. Bila authentikasi berhasil maka sistem akan mencatat
RS232 ataupun UTP. Pada komputer ini, semua informasi identitas Kartu ETC termasuk waktu masuk,
software yang digunakan untuk mengendalikan alat jalur yang dilewati (kode reader) dan kode pintu tol
pengontrol dan alat transaksi diinstal. untuk diproses lebih lanjut. Pencatatan juga dilakukan
3. Layer 2 kedalam Kartu ETC untuk informasi kode reader, kode
Layer ini dihubungkan dengan layer gerbang tol pintu tol dan waktu masuk. Selain pencatatan informasi
melalui jaringan LAN untuk mengumpulkan data tersebut, sistem juga akan menginformasikan sisa saldo
transaksi yang terjadi pada setiap gerbang serta yang dimiliki pengguna.
memberikan data yang diperlukan untuk melakukan 5. Setelah proses transasksi tersebut dilakukan, pengguna
transaksi pada alat transaksi. Selain itu, layer ini dapat memacu kembali kendaraannya.
dihubungkan dengan layer kantor pusat melalui jaringan 6. Tetapi apabila authentikasi gagal maka sistem akan
WAN untuk melakukan sinkronisasi data transaksi mengaktifkan kamera untuk memotret kendaraan
secara periodik. tersebut, menyimpan informasinya pada database
4. Layer 3 transaksi tol dan mengirimkan sinyal pada petugas
Layer ini merupakan pusat dari sistem ETC dimana untuk melakukan pengejaran kepada kendaraan
semua data sebagai hasil transaksi dari semua gerbang tersebut. Selain memotret kendaraan, sistem juga
tol dikumpulkan dan diolah. mengaktifkan alarm sebagai tanda bahwa ada kendaraan
yang tidak teridentifikasi melewati pintu tol.

2.3. Bisnis Proses Bisnis Proses Keluar Jalan Tol


Pengguna jalan tol yang menginginkan layanan ini pertama 1. Pengguna menurunkan kecepatan kendaraan pada saat
kali harus mendaftarkan diri pada pusat pelayanan mendekati pintu keluar tol.
pelanggan jalan tol dengan membawa kelengkapan identitas 2. Pengguna berhenti sejenak tepat didepan Card Reader.
diri seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Izin 3. Pengguna mendekatkan Kartu ETC miliknya pada Card
Mengemudi (SIM) ataupun Passport untuk didata. Setelah Reader untuk di- authentikasi.
pengisian data identitas serta proses pembayaran 4. Bila authentikasi berhasil maka sistem akan mendeteksi
diselesaikan maka pengguna/pelanggan akan mendapatkan kelas kendaraan sebagai parameter untuk menghitung
sebuah kartu transponder RFID (Kartu ETC) yang berisi biaya jasa jalan tol yang dikombiniasikan dengan ruas
sejumlah nilai nominal dalam mata uang rupiah. jalan tol (didapatkan dari kode pintu masuk dan kode
pintu keluar) yang dilalui. Berdasarkan hasil
Kartu ETC ini nantinya harus dibawa oleh pengguna setiap
perhitungan tersebut maka sistem akan mendebet dari
kali akan mengunakan jasa jalan tol. Berikut dijelaskan
saldo pengguna. Sisa saldo selanjutnya diupdate pada
bisnis proses penggunaan sistem ETC:
kartu ETC dan database ETC.
Pintu Tol Masuk Pintu Tol Keluar 5. Setelah proses transaksi tersebut dilakukan, pengguna
dapat melanjutkan perjalanannya.
Mobil Sedan Reader 1 Mobil Sedan Reader 1 6. Apabila transaksi gagal maka sistem akan
menginformasikan ke petugas untuk memproses
pelanggaran tersebut lebih lanjut.
Mobil Truk Reader 2 Mobil Truk Reader 2

Intranet Jalan Tol


2.4. Standarisasi
Standarisasi mutlak diperlukan dalam implementasi sistem
ETC di Indonesia dalam rangka untuk memungkinkan
interkoneksi/interexchange antar pengelola jalan tol. Dalam
melakukan interkoneksi antar pengelola tol ini akan
dibutuhkan keseragaman, interoperabilitas dan kesamaan
Database Center fungsi dalam layanan sistem ETC ini.
Gambar 3: Konfigurasi Jaringan Sistem ETC Ada beberapa komponen yang perlu distandarisasikan dalam
implementasi ETC yaitu:
Perlu standarisasi perangkat

e-Indonesia Initiative 2007 (eII2007) 3


Konferensi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia
25-26 April 2007, Jakarta
Perlu standarisasi penomoran ETC ini dapat dibentuk melalui konsorsium dari operatol tol
Perlu standarisasi tarif dan sistem pembayaran eksisting. Peran dari opearator ETC ini antara lain sebagai
Perlu standarisasi business process pencetak kartu dan mendistribusikannya ke bank dan
Perlu penyedia interkoneksi pembayaran (clearing konsumen, melayani konsumen baik waktu transaski
house) maupun untuk pengaduan/komplain, mengoperasikan dan
memelihara sistem ETC dan melaporkan hasil transaksi ke
Berikut adalah tabel parameter yang perlu distandarisasikan operatol tol yang ikut dalam konsorsium. Selain itu, karena
dalam penyelenggaraan sistem ETC : operator ETC dibentuk oleh konsorsium maka dapat
berfungsi juga sebagai clearing house dari sistem
Tabel 2: Parameter Standarisasi Sistem ETC pembayaran ini. Berikut adalah skema clearing house untuk
Kartu & Penomoran Business Tarif sistem pembayaran ETC:
Reader Process
RFID : Melekat pada Waktu proses Kendaraan :
Frekuensi Orang atau Mobil? Jenis
Bank
Validasi
Jarak Mengikuti sistem Penanganan Bobot
Kapasitas memori seperti KTP, SIM kegagalan transaksi Ruas tol :
atau STNK dll Kecepatan mobil Jarak
Format data
Smart Card :
pada saat transaksi
Nilai investasi
Clearing House
Kapasitas memori (Cost based)

Format data

Pengelola Pengelola
Jalan Tol A Jalan Tol B
2.5. Model Bisnis
Untuk mengimplementasikan sistem ETC di Indonesia perlu Gambar 5: Skema Clearing House ETC di Indonesia
dirumuskan mengenai model bisnis yang melihatkan pihak-
pihak yang terkait. Pada model bisnis ini yang perlu
diperhatikan bahwa model ini akan memberi kemudahan 2.6. Tantangan dan Kelayakan Bisnis
bagi pengguna dan pengelola sistem ETC. Model bisnis Tantangan dalam implementasi ETC di Indonesia adalah
implementasi ETC dapat menggunakan model bisnis bagaimana sistem ETC ini mampu memberi solusi terhadap
sebagai berikut : kemudahan layanan dan mengatasi kemacetan di jalan tol
terutama dikota-kota besar. Untuk mengetahui mengenai
hal tersebut maka perlu adanya test bed mengenai kelayakan
teknis dan proses bisnis dari sistem ETC di Indonesia.
Sistem ETC sendiri sudah teruji dibeberapa negara terutama
negara-negara maju dan terbukti memberi solusi terhadap
kemudahan dan kemcetan lalulintas jala tol. Akan tetapi
dalam konteks Indonesia, implementasi sistem ETC perlu
dilakukan pengujian karena budaya dan regulasi yang ada di
Indonesia berbeda dengan negara lain.

Selain itu, Implementasi sistem ETC juga perlu dikaji dari


segi kelayakan bisnisnya. Salah satu indikator kelayakan
bisnis dari sistem ETC ini apabila biaya operasionalnya
tidak lebih besar dibandingkan dengan sistem pembayaran
ETC eksisting sehingga tidak mengurangi keuntungan
operatol jalan atau membebani pengguna. Akan tetapi,
Gambar 4: Skema Model Bisnis ETC di Indonesia
kelayakan bisnis ini semestinya juga mempertimbangkan
Pada skema model bisnis diatas, ada beberapa pihak yang aspek lain seperti kemacetan karena dengan kelancaran lalu
terlibat yaitu operator jalan tol eksisting, bank, Operator lintas maka operator jalan tol tidak perlu melakukan
ETC dan Pengguna. Operator tol eksisting merupakan investasi untuk pelebaran jalan tol. Selain itu, faktor
transparansi dan kemudahan pengelolaan keuangan juga
pihak yang pada saat ini mengelola jalan tol termasuk dalam
harus dipertimbangkan.
sistem pembayarannya.

Dengan adanya sistem ETC ini maka peran dalam sistem


pembayaran akan digantikan oleh Operator ETC. Operator
e-Indonesia Initiative 2007 (eII2007) 4
Konferensi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia
25-26 April 2007, Jakarta
3. PENUTUP
Sebagai bagian dari upaya peningkatan pelayanan operator
jalan tol kepada pengguna jalan maka penggunaan sistem
ETC perlu segera direalisasikan. Beberapa keuntungan
penerapan sistem ETC ini adalah :
1. Proses transaksi di gerbang tol akan semakin cepat
sehingga secara otomatis akan meningkatkan kapasitas
pelayanan.
2. Dapat meningkatkan keamanan transaksi karena akan
mengurangi penggunaan uang tunai.
3. Dapat meningkatkan keakurasian proses transaksi
karena dapat menghindari kesalahan manusia.
4. Dapat meningkatkan efisiensi jumlah SDM yang
bertugas sebagai operator di gerbang tol dan akan
berdampak secara langsung terhadap keuangan operator
jalan tol

4. DAFTAR PUSTAKA
[1]. Finkenzeller, Klaus (2003), RFID Handbook, 2nd
Edition, John Wiley & Sons, Ltd.
[2]. Lahiri, Sandip (2005), RFID Sourcebook, Prentice Hall.
[3]. Juels, Ari (2005), RFID Security and Privacy: A
Research Survey.
[4]. Draft Malaysian Standard, 2006: Road Transport and
Traffic Telematics-Electronic Fee Collection(EFC)-
system Architecture for Vehicle Related Transport
Services.
[5]. Draft BPJT, 2007: Standar Sistem Transaksi Elektronik
Jalan Tol di Indonesia.
[6]. ___________,RFID,Wikipedia
http://en.wikipedia.org/wiki/RFID
[7]. ___________,Electronic Toll Collection, Wikipedia
http://en.wikipedia.org/wiki/Electronic Toll Collection

e-Indonesia Initiative 2007 (eII2007) 5


Konferensi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia
25-26 April 2007, Jakarta
e-Indonesia Initiative 2007 (eII2007) 6
Konferensi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia
25-26 April 2007, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai