Anda di halaman 1dari 3

Pidato "Guru - Suri Tauladan"

Saturday, August 27, 2011

VERSI BAHASA INDONESIA


Assalamlkm wr wb.

Yg terhormat....

Pertama2

Kedua

Berbicara tentang guru, guru merupakan sosok yang sangat berjasa dalam kehidupan semua
orang karena semua orang tidak bisa langsung pandai dan mengerti segala sesuatu tanpa
bimbingan awal dari seorang guru, mulai dari kemampuan membaca, menulis, memahami
bahkan mepraktikan sesuatu. Dan guru sangat dituntut untuk selalu berperilaku baik karena
perilaku guru, langsung atau tidak langsung, berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa,
baik yang positif maupun negatif. Jika kepribadian yang ditampilkan guru sesuai dengan
segala tutur sapa, sikap, dan perilaku, siswa akan termotivasi untuk belajar dengan baik. Guru
sejati tidak hanya mentrasfer ilmu, tetapi juga berbudi pekerti dan dapat menjadi contoh bagi
siswa.

Pengaruh seorang guru terhadap anak didik hampir sebesar pengaruh orang tua terhadap
anak. Bahkan, kita sering menemukan seorang anak tidak mau mengerjakan saat diperintah
orang tua. Tetapi, ketika diperintah guru, dia mau mengerjakan. Meski kasuistik, hal tersebut
mencerminkan bahwa pengaruh guru terhadap siswa sangat besar, termasuk dalam
pembentukan karakter.

Sebagai kurikulum berjalan, guru seharusnya setiap saat memperbarui dan meningkatkan
kemampuan keguruannya. Teladan nyata yang ditunjukkan guru akan lebih mudah melekat
dalam perilaku siswa daripada pembelajaran secara verbal.

Aneka cibiran dan komentar sinis masyarakat seakan mengubah citra profesi guru yang dulu
dikenal sakral menjadi marginal. Publik selalu menyoroti guru sampai sedetail-detailnya.
Rusak sedikit citra itu, bisa terjadi isu besar. Meski hanya oknum yang melakukan, semua
kena getahnya. Harapan yang membubung membuat masyarakat tidak bisa menerima guru
berbuat salah.

Menurut Masruri (2006), guru terbagi dalam empat klasifikasi. Pertama, guru dasar. Mereka
yang termasuk kategori itu adalah yang dilahirkan untuk menjadi guru. Dia bersahaja dan
santun dalam perbuatan.

Kedua, guru bayar. Itu adalah kelompok guru yang selalu perhitungan terhadap waktu dan
tenaga yang dikeluarkan. Bagi dia, profesi adalah mesin pencetak uang. Ada kesan
materialistis yang dominan.

Ketiga, guru nyasar. Mereka menjadi guru sebagai pelarian, mungkin salah jurusan atau tidak
mendapatkan pekerjaan di profesi lain. Kelompok tersebut masih bisa diluruskan bila
kompetensi dan kemauan dirinya terus di-upgrade.

Keempat, guru benar. Itu merupakan guru yang niatnya benar dan tepat dalam empat hal.
Yakni, waktu, biaya, tenaga, dan kualitas. Mereka tulus mengabdi demi tugas mulia
mencerdaskan bangsa. Spirit berkobar, tak peduli orang berkomentar.
Di masyarakat tertanam bahwa guru adalah sosok yang penuh pengabdian. Pengabdian
terhadap murid, sekolah, masyarakat, dan bangsa. Tak aneh, guru hampir selalu dilibatkan
dalam berbagai ajang sosial kemasyarakatan. Menjadi panitia penyelenggara pemilu,
pilkades, atau pengurus RT. Kadang, demi alasan jangka pendek, guru bertindak melenceng.
Mereka menjadi hidden curriculum.

Untuk memaknai profesionalisme, guru perlu introspeksi tentang beberapa hal. Pertama, guru
tidak boleh bosan meng-upgrade kemampuan dan keilmuan diri. Zaman terus berubah. Bagi
guru, sekolah boleh berhenti. Tapi, belajar harus tetap jalan. Kalau tidak, mungkin benar
kritik Franz Magnis Suseno, guru-guru kita tidak terlatih mengantisipasi perubahan. Mereka
selalu melihat diri sebagai pemegang otoritas, tetapi dengan kepercayaan diri lemah.

Kedua, senantiasa meningkatkan profesionalisme. Tenaga profesional mengandung arti


bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilaksanakan oleh seseorang yang memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik yang sesuai dengan persyaratan untuk tiap
jenis dan jenjang. Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 disebutkan, seorang guru harus memiliki
empat kompetensi utama. Yaitu, kompetensi pedagogis, kepribadian, profesional, dan sosial.

Ketiga, menjaga keikhlasan dan niat tulus untuk mengabdikan diri demi berkembangnya
tradisi pendidikan di masyarakat. Tanpa keikhlasan, ilmu yang diberikan kepada siswa tidak
akan terserap secara optimal.

Siswa mesti belajar berterima kasih kepada orang-orang yang telah membantu mereka. Di
atas segalanya adalah orang tua yang telah melahirkan dan mengasuh mereka. Siswa harus
mengasihi dan menghormati orang tua mereka. Selanjutnya siswa harus berterima kasih
kepada guru-guru, karena siswa memperoleh pengetahuan dan kebijaksanaan melalui guru-
guru. Maka siswa mesti mengasihi dan menghormati guru. Demikian pula, siswa telah
mendapatkan banyak hal dari masyarakat, dari bangsa, dari dunia, dan alam. Siswa mesti
selalu berterima kasih kepada semua hal.

Lagu himne guru ini sering dinyayikan oleh para siswa pada saat upacara bendera atau
perpisahan. Siapapun yang mendengarkan akan tersentuh hatinya, bahkan tidak jarang
meneteskan air mata. Syair Lagu himne guru ini berisi ucapan terimakasih dan sanjungan
terhadap profesi guru yang telah banyak jasanya terhadap bangsa dan negara. Yang masih
menjadi pertanyaan dalam hati sang guru adalah apakah benar bahwa namanya selalu
dikenang oleh mantan muridnya? Apakah benar masyarakat dan pemerintah berterima kasih
secara tulus? Jika benar tindakan apa yang telah diperbuat masyarakat dan pemerintah untuk
peningkatan profesionalisme maupun kesejahteraan guru?

Realitasnya profesi guru tidak semuanya seperti apa yang digambarkan dalam lagu himne
guru. Tidak jarang murid yang dulu dididik dengan kesabaran dan keikhlasan, sekarang
bersikap sebaliknya jika bertemu atau berpapasan di jalan mereka masa bodoh dan cuek.
Tentunya tindakan tersebut sangat menyakitkan hati sang guru.
Guru seharusnya tidak cukup hanya diberikan ucapan terima kasih, sanjungan, dan hiburan
melalui lagu lagu. Hal yang lebih penting bagi guru adalah adanya peningkatan
profesionalisme, perlindungan, kesejahteraan, penghargaan yang layak, dan kelancaran karir.

Para guru dituntut untuk profesional dalam bidangnya, tetapi disisi lain pengabdian dan kerja
kerasnya kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Nasip guru mulai dari orde lama
sampai dengan era reformasi masih sangat memprehatinkan tidak semujur profesi lainnya.
Hal ini disebabkan pemerintah ataupun yayasan (guru swasta) belum dapat memberikan gaji
yang layak bagi guru seperti negara Brunai, Malaysia, Jepang, maupun Amerika Serikat. Gaji
yang mereka diterima tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya apalagi untuk
rumahtangganya.

Guru dalam memenuhi kebutuhan hidup yang layak, mereka harus berjuang dan bekerja
keras mencari penghasilan tambahan. Hal yang dilakukan guru khususnya di kaltim antara
lain mengajar di sekolah lain, memberikan les privat, berjualan, bahkan menjadi tukang ojek.
Oleh karena itu, tidaklah salah jika muncul pertanyaan bagaimana mereka dapat berpikir
profesionalisme jika kebutuhan pokoknya saja (karbo hidrat) tidak terpenuhi? Apalagi untuk
membeli buku-buku yang menunjang profesinya, bagaimana pendidikan dapat maju jika
pendidiknya masih banyak menghadapi permasalahan?. Pertanyaan pertanyaan tersebut
memerlukan jawaban berupa tindakan (kebijakan) nyata pemerintah dan pemerintah daerah
untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi guru.

Masih terbayang bagaimana kita pas pertama kali masuk sekolah, pertama kali belajar nulis.
Pensil yang kita pegang ikut bergetar karena tangan kita baru melakukannya, ditambah grogi
pula. Tapi guru kita di sekolah dasar itu dengan telaten mengajari dan membimbing kita
dengan tanpa pernah bosan.

Kalau kita berbicara kebaikan juga pengorbanan yang mereka berikan untuk kita sepertinya
nggak ada akhirnya. Maka dari itu sekali lagi saya mengajak marilah kita berterima kasih
kepada guru-guru kita, terima kasih yang tidak hanya dalam ucapan tapi juga dalam segala
bentuk pengaplikasiannya seperti yang sudah saya jelaskan tadi.

Sekian dari saya, terima kasih atas perhatiannya. Mohon maaf apabila anda menemukan
banyak kesalahan dalam pidato saya. Akhir kata Assalmlkm wr. Wb.

Anda mungkin juga menyukai