Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat khusus dan
kompleks, menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Mata dapat
terkena berbagai kondisi diataranya bersifat primer sedang yang lain bersifat
sekunder akibat kelainan pada system organ tubuh lain. Kebanyakan kondisi
tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal, dapat dikontrol dan penglihatan dapat
dipertahankan.
Organ mata memiliki bagian yang tampak dari luar, seperti kelopak mata,
sklera kornea, iris, dan pupil, serta bagian yang tidak tampak dari luar seperti,
retina dan bagian lainnya. Bagian-bagian ini bekerja sama dalam menjalankan
fungsi pengelihatan. Jika terjadi gangguan pada mata, maka bagian-bagian mata
tidak akan bias bekerja sama dengan baik, sehingga menimbulkan keluhan-
keluhan.
Mata merah merupakan keluhan penderita yang sering kita dengar.
Keluhan ini timbul akibat terjadinya perubahan warna bola mata yang
sebelumnya berwarna putih menjadi merah. Pada mata normal sklera terlihat
berwarna putih karena sklera dapat terlihat melalui bagian konjungtiva dan
kapsul tenon yang tipis dan tembus sinar.

Pada makalah ini nantinya akan dibahas tentang beberapa penyakit yang
dapat menyebabkan mata merah, sehingga nantinya kita akan mengetahui apa
saja yang dapat mengakibatkan mata merah dan bagaimana tatalaksananya.

MATAKU MERAH Page 1


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Skenario

Mataku Merah

Tiga orang pasien datang ke puskesmas dengan keluhan sakit mata yang
mana ketiganya pasien bekerja sebagai SPG pada satu perusahaan.
1. Pasien A usia 19 tahun mengeluh mata merah,berair,nyeri seperti ditusuk,dan
disertai banyak kotoran pada mata saat bangun di pagi hari yang dikeluhkan
sejak 4 hari lalu.Pasien A selama ini sering menggunakan lensa kontak namun 4
hari lalu ia lupa menanggalkan lensa kontak saat sebelum tidur pada malam hari.
2. Pasien B usia 20 tahun mengeluh mata merah,sedikit berair,dan terkadang
disertai nyeri sejak 2 hari lalu,tidak ada riwayat penggunaan lensa kontak dan ia
merasa sakit matanya ini karena ketularan temannya.
3. Pasien C usia 17 tahun mengeluh mata merah,terasa gatal sekali dan tidak
nyeri sejak 6 hari lalu.
Anda sebagai dokter umum pada puskesmas tersebut harus memeriksa
secara lengkap dan benar agar mendapatkan diagnosa definitif untuk memberikan
terapi dan edukasi bagi ketiga pasien diatas.

2.2 Permasalahan

1) Anatomi, fisiologi, histologi mata.


2) Interpretasi keluhan ketiga pasien pada scenario di atas?
3) Diagnose banding dari ketiga pasien diatas ( mata merah dengan penurunan
visus dan mata merah dengan visus normal)?
4) Diagnose ketiga pasien diatas??

2.3 Pembahasan permasalahan

MATAKU MERAH Page 2


1. Anatomi, fisiologi, histologi mata.

Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang


dilakukan mata yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah
lingkungan sekitarnya adalah terang atau gelap. Mata yang lebih kompleks
dipergunakan untuk memberikan pengertian visual. Mata manusia sebagai
alat indra penglihatan dapat dipandang sebagai alat optik yang sangat
penting bagi manusia. Struktur dan fungsi mata sangat rumit dan
mengagumkan. Secara konstan mata menyesuaikan jumlah cahaya yang
masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan jauh serta
menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke
otak.
Organ luar
- Bulu mata berfungsi menyaring cahaya yang akan diterima.
- Alis mata berfungsi menahan keringat agar tidak masuk ke bola
mata.
- Kelopak mata ( Palpebra) berfungsi untuk menutupi dan
melindungi mata.
Organ dalam
Bagian-bagian pada organ mata bekerjasama mengantarkan
cahaya dari sumbernya menuju ke otak untuk dapat dicerna oleh
sistem saraf manusia. Bagian-bagian tersebut adalah:
- Kornea
Merupakan jendela paling depan dari mata dimana sinar
masuk dan difokuskan ke dalam pupil . Bentuk kornea cembung
dengan sifat yang transparan dimana kekuatan pembiasan sinar
yang masuk 80 % atau 40 dioptri ,dengan indeks bias 1,38. Kornea
memiliki ketebalan 0,5mm dan terdiri dari:

MATAKU MERAH Page 3


Epitel, suatu lapisan squamosa anterior yang menebal di
perifer pada limbus dimana lapisan ini bersinambung dengan
konjungtiva. Limbus mengandung sel germinativum atau stem
sel.
Membran Bowman, terletak di bawah membran basal
epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak
teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.
Stroma, dari serabut kolagen, substansi dasar dan
fibroblas yang menjadi dasar kornea. Bentuk serabut kolagen
yang reguler dan diameternya yang kecil menyebabkan
transparansi kornea. Keratosi merupakan sel stroma kornea yang
merupakan fibroblas terletak diantara serat kolagen stroma.
Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen
dalam perkembangan embrio sesudah trauma.
Membran Descement, merupakan membran aseluler dan
merupakan batas belakang stroma kornea yang dihasilkan sel
endotel dna merupakan membran basalnya. Bersifat sangat
elastik dan berkembang terus seumur hidup , mempunyai tebal
40um.
Endotel, berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk
heksagonal, besar 20-40um. Endotel melekat pada membran
descement melalui hemidesmosom dan zonula okluden.
- Sklera
Merupakan bagian dinding mata yang berwarna putih.
Tebalnya rata- rata 1 milimeter tetapi pada irensi otot, menebal
menjadi 3 milimeter.
- Pupil dan iris

MATAKU MERAH Page 4


Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil
menentukan kuantitas cahaya yang masuk ke bagian mata yang
lebih dalam. Pupil mata akan melebar jika kondisi ruangan yang
gelap, dan akan menyempit jika kondisi ruangan terang. Lebar
pupil dipengaruhi oleh iris di sekelilingnya.Iris berfungsi sebagai
diafragma. Iris inilah terlihat sebagai bagian yang berwarna pada
mata.
- Lensa mata
Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan
meneruskannya pada retina. Fungsi lensa mata adalah mengatur
fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat pada bintik kuning
retina. Untuk melihat objek yang jauh (cahaya datang dari jauh),
lensa mata akan menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang
dekat (cahaya datang dari dekat), lensa mata akan menebal.
- Retina atau Selaput Jala
Retina merupakan suatu struktur sangat kompleks yang
terbagi menjadi 10 bagian, terdiri dari fotoreseptor ( sel batang
dan kerucut) dan neuron, beberapa diantaranya (sel ganglion)
bersatu membentuk serabut saraf optik. Bertanggung jawab
untukmengubah cahaya menjadi sinyal listrik. Retina akan
meneruskan rangsangan yang diterimanya berupa bayangan
benda sebagai rangsangan elektrik ke otak sebagai bayangan
yang dikenal.Pada Retina terdapat sel batang sebagai sel
pengenal sinar dan sel kerucut yang mengenal fekuensi sinar.
Sel kerucut bertanggung jawab untuk penglihatan siang hari.
Subgrup dari sel kerucut responsif terhadap panjang
gelombang pendek, menengah, dan panjang ( biru, hijau, merah).
Sel-sel ini terkonsentrasi di fovea yang menjadi pusat
penglihatan. Sel batang untuk penglihatan malam. Sel-sel ini

MATAKU MERAH Page 5


sensitif terhadap cahaya dan tidak memberikan sinyal informasi
panjang gelombang (warna). Sel batang menyusun sebagian
besar fotoreseptor di retina bagian lainnya.
- Saraf optik
Saraf penglihatan yang meneruskan rangsangan listrik dari
mata ke korteks visual untuk dikenali bayangannya.Kelainan
refraksi dapat terjadi karena adanya kelainan pada kelengkungan
kornea dan lensa, Indeks bias yang berkurang dan adanya
kelainan pada sumbu mata

Palpebra

- Palpebra melindungi mata dari cedera dan cahaya yang


berlebihan.
- Tdd : Palpebra superior dan inferior
- Permukaan suferficial ditutupi oleh kulit dan permukaan
dalam diliputi oleh membran mukosa conjunctiva.

MATAKU MERAH Page 6


- Conjunctiva membentuk ruang potensial yaitu saccus
conjunctivalis.
- sudut lateral fissura palpebra lebih tajam dari medial.Sudut
medial dan bola mata dipisahkan oleh rongga sempit (lacus
lacrimalis) dan terdapat tonjolan kecil ( caruncula
lacrimalis)

Lapisan Bola Mata

Mata tertanam pada adiposum orbitae, terdapat 3


lapisan:
Tunika fibrosa :

- Bagian posterior yang opak


- Sclera
- Bagian anterior yang transparan
- Cornea

Tunika Vasculosa Pigmentosa :


- Choroidea
- Corpus Cilliary
- Iris dan pupil

MATAKU MERAH Page 7


- Tunika Nervosa : Retina
Otot-otot penggantung bola mata

Vaskularisasi bola mata

Ada 2 sistem vaskularisasi bola mata :


1. Sistem arteri siliar, terdiri dari :
- Arteri siliaris anterior (9)
- Arteri siliaris posterior brevis (7)
- Arteri siliaris longus (4)
2. Sistem arteri Sentralis
- Retina (12)
Persarafan

MATAKU MERAH Page 8


Saraf yang bertangung jawab terhadap mata manusia
adalah saraf optikus (Nervus II). Bagian mata yang mengandung
saraf optikus adalah retina. Saraf optikus adalah kumpulan jutaan
serat saraf yang membawa pesan visual dari retina ke otak.

Sedangkan saraf yang menggerakkan otot bola mata adalah


saraf okulomotoris (Nervus III), saraf ini bertanggungjawab
terhadap pergerakan bola mata, membuka kelopak mata, dan
mengatur konstraksi pupil mata.

MATAKU MERAH Page 9


Saraf lainnya yang mempengaruhi fungsi mata adalah saraf
lakrimalis yang merangsang dalam pembentukan air mata oleh
kelenjar air mata. Kelenjar Lakrimalis terletak di puncak tepi
luar dari mata kiri dan kanan dan menghasilkan air mata yang
encer.
Sistem cairan mata

Mata diisi dengan cairan intraokuolar, yang


mempertahankan tekanan yang cukup pada bola mata untuk
menjaga distensinya. Cairan ini dibagi dua : Humor aqueous
(anterior lensa), Humor vitreus (posterior lensa & retina).

MATAKU MERAH Page 10


Humor aqueous berperan sebagai pembawa zat makanan
dan oksigen untuk organ di dalam mata yang tidak berpembuluh
darah yaitu lensa dan kornea, disamping itu juga berguna untuk
mengangkut zat buangan hasil metabolisme pada kedua organ
tersebut. Adanya cairan tersebut akan mempertahankan bentuk
mata dan menimbulkan tekanan dalam bola mata/tekanan intra
okuler.
Sirkulasi Aqueous Humor

Fisiologi mata

Gelombang cahaya dari benda yang diamati memasuki


mata melalui lensa mata dan kemudian jatuh ke retina kemudian
disalurkan sampai mencapai otak melalui saraf optik, sehingga
mata secara terus menerus menyesuaikan untuk melihat suatu
benda (Suyatno,1995:159). Iris bekeja sebagai diafragma,
mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk ke dalam pupil.
Pada keadaan gelap pupil membesar dan pada suasana terang
pupil akan mengecil. Mekanisme tersebut berjalan secara
otomatis, jadi di luar kesadaran kita. Pada saat yang sama ajakan

MATAKU MERAH Page 11


saraf yang lainnya masuk lebih jauh ke dalam otak dan mencapai
korteks sehingga memasuki saraf kesadaran. Sistem yang terdiri
dari mata dan alur saraf yang mempunyai peranan penting dalam
melihat di subut alat visual. Mata mengendalikan lebih dari 90 %
dari kegiatan sehari-hari. Dalam hampir semua jabatan visual ini
memainkan peranan yang menentukan. Organ visual ikut
bertanggung jawab atas timbulnya gejala kelelahan umum.
2. Interpretasi keluhan ketiga pasien pada scenario diatas?
a. Hubungan penggunaan lensa kontak dengan keluhan pasien A?
Penggunaan lensa kontak jangka panjang dapat meningkatkan
resiko terkena infeksi karena debu, kotoran dan mikroorganisme
lainnya dapat dengan mudah menmpel pada lensa kontak sehingga
ketika terjadi peradangan pembuluh darah konjungtiva melebar yang
akhirnya dapat menyebabkan mata merah. Penggunaan lensa kontak
juga dapat menyebabkan mata cepat kekurangan asupan oksigen
sehingga lama-kelamaan mata menjadi kering.
Secret yang keluar berlebihan pad pagi hari merupakan reaksi mata
terhadap infeksi.
b. Hubungan keluhan penyakit pasien B dengan penyakit pasien A?
Pasien B mengeluhkan sakit matanya akibat tertular temannya;
kemungkinan pasien B tertular akibat penggunaan peralatan kerja yang
bersamaan.
c. Gatal yang di keluhkan pasien C?
Rasa gatal yang dikeluhkan pada pasien adalah efek dari proses
reaksi hipersensitivitas yang terjadi dimana terjadi pelepasan mediator
berupa histamin oleh sel mast yang Selanjutnya dalam 60 menit akan
terjadi degranulasi, diawali dengan pelepasan mediator-mediator yang
dapat menyebabkan chemosis dan rasa gatal di konjungtiva.
3. Diagnose banding dari ketiga pasien diatas?

MATAKU MERAH Page 12


Mata merah visus menuruun
a. Keratitis
- Definisi
Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel
radang padakornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi
keruh. Akibat terjadinya kekeruhan pada media kornea ini, maka
tajam penglihatan akan menurun. Mata merah pada keratitis
terjadi akibat injeksi pembuluh darah perikorneal yang dalam atau
injeksi siliar.
Keratitis biasanya diklasifikasikan dalam lapis yang
terkena seperti keratitis superfisial dan profunda atau interstisial.
- Etiologi
Keratitis dapat disebabkan oleh banyak faktor diantaranya:

a. Virus.
b. Bakteri.
c. Jamur.
d. Paparan sinar UV.
e. Iritasi dari penggunaan berlebihan lensa kontak.
f. Mata kering yang disebabkan oleh kelopak mata robek atau
tidak cukupnya pembentukan air mata.
g. Adanya benda asing di mata.
h. Reaksi terhadap obat seperti neomisin, tobramisin, polusi,
atau partikel udara seperti debu, serbuk sari.
- Klasifikasi
Keratitis bacterial
- Definisi
Keratitis bakteri adalah gangguan penglihatan
yang mengancam. Ciri-ciri khusus keratitis bakteri adalah

MATAKU MERAH Page 13


perjalanannya yang cepat. Destruksi corneal lengkap bisa
terjadi dalam 24 48 jam oleh beberapa agen bakteri
yang virulen. Ulkus kornea, pembentukan abses stroma,
edema kornea dan inflamasi segmen anterior adalah
karakteristik dari penyakit ini.
- Etiologi
Agen-agen yang menyebabkan kerusakan epitel
kornea adalah penyebab potensial atau factor resiko
untuk keratitis bakteri. Lebih jauh lagi, pajanan penetrasi
beberapa bakteri virulen ke epitel intak (contoh: Neisseria
gonorrhoeae) dapat menyebabkan keratitis bakteri.
- Patofisiologi
Awal dari keratitis bakteri adalah adanya
gangguan dari epitel kornea yang intak dan atau
masuknya mikroorganisme abnormal ke stroma kornea,
dimana akan terjadi proliferasi dan menyebabkan ulkus.
Factor virulensi dapat menyebabkan invasi mikroba atau
molekul efektor sekunder yang membantu proses infeksi.
Beberapa bakteri memperlihatkan sifat adhesi pada
struktur fimbriasi dan struktur non fimbriasi yang
membantu penempelan ke sel kornea. Selama stadium
inisiasi, epitel dan stroma pada area yang terluka dan
infeksi dapat terjadi nekrosis. Sel inflamasi akut
(terutama neutrofil) mengelilingi ulkus awal dan
menyebabkan nekrosis lamella stroma.
Difusi produk-produk inflamasi (meliputi cytokines) di
bilik posterior, menyalurkan sel-sel inflamasi ke bilik
anterior dan menyebabkan adanya hypopyon. Toksin
bakteri yang lain dan enzim (meliputi elastase dan alkalin

MATAKU MERAH Page 14


protease) dapat diproduksi selama infeksi kornea yang
nantinya dapat menyebabkan destruksi substansi kornea.
Grup bakteri yang paling banyak menyebabkan keratitis
bakteri adalah Streptococcus, Pseudomonas,
Enterobacteriaceae (meliputi Klebsiella, Enterobacter,
Serratia, and Proteus) dan golongan Staphylococcus.
Lebih dari 20 kasus keratitis jamur (terutama candidiasis)
terjadi komplikasi koinfeksi bakteri.
- Manifestasi klinis

Pasien keratitis bakteri biasanya mengeluhkan nyeri


dengan onset cepat, fotopobia dan menurunnya visus.

b. Uveitis
- Definisi
Radang uvea dapat mengenai hanya bagian depan jaringan
uvea atau selaput pelangi (iris) dan keadaan ini disebut sebagai
iritis. Bila mengenai bagian tengah uvea maka keadaan ini disebut
sebagai siklitis. Biasanya iritis akan disertai dengan siklitis yang
disebut sebagai uveitis anterior. Bila mengenai selaput hitam
bagian belakang mata maka disebut koroiditis.
- Etiologi

Penyebab eksogen seperti trauma uvea atau invasi


mikroorganisme atau agen lain dari luar. Secara endogen dapat
disebabkan idiopatik, autoimun, keganasan, mikroorganisme atau
agen lain dari dalam tubuh pasien misalnya infeksi tuberkulosis,
herper simpleks. Etiologi uveitis dibagi dalam :
Berdasarkan spesifitas penyebab :

MATAKU MERAH Page 15


1. Penyebab spesifik (infeksi) Disebabkan oleh virus, bakteri,
fungi, ataupun parasit yang spesifik.
2. Penyebab non spesifik (non infeksi) atau reaksi
hipersensitivitas
Disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap
mikroorganisme atau antigen yang masuk kedalam tubuh
dan merangsang reaksi antigen antibodi dengan predileksi
pada traktus uvea.
Berdasarkan asalnya:
1. Eksogen : Pada umumnya disebabkan oleh karena trauma,
operasi intraokuler, ataupun iatrogenik.
2. Endogen : disebabkan idiopatik, autoimun, keganasan,
mikroorganisme atau agen lain dari dalam tubuh pasien
misalnya infeksi tuberkulosis, herpes simpleks.
- Patofisiologi

Peradangan uvea biasanya unilateral, dapat disebabkan oleh


efek langsung suatu infeksi atau merupakan fenomena alergi.
Infeksi piogenik biasanya mengikuti suatu trauma tembus okuli,
walaupun kadang-kadang dapat juga terjadi sebagai reaksi
terhadap zat toksik yang diproduksi oleh mikroba yang
menginfeksi jaringan tubuh diluar mata.
Uveitis yang berhubungan dengan mekanisme alergi
merupakan reaksi hipersensitivitas terhadap antigen dari luar
(antigen eksogen) atau antigen dari dalam (antigen endogen).
Dalam banyak hal antigen luar berasal dari mikroba yang
infeksius. Sehubungan dengan hal ini peradangan uvea terjadi
lama setelah proses infeksinya yaitu setelah munculnya
mekanisme hipersensitivitas. Radang iris dan badan siliar

MATAKU MERAH Page 16


menyebabkan rusaknya Blood Aqueous Barrier sehingga terjadi
peningkatan protein, fibrin, dan sel-sel radang dalam humor
akuos. Pada pemeriksaan biomikroskop (slit lamp) hal ini tampak
sebagai flare, yaitu partikel-partikel kecil dengan gerak Brown
(efek tyndall).
Pada proses peradangan yang lebih akut, dapat dijumpai
penumpukan sel-sel radang berupa pus di dalam COA yang
disebut hipopion, ataupun migrasi eritrosit ke dalam COA, dikenal
dengan hifema. Apabila proses radang berlangsung lama (kronis)
dan berulang, maka sel-sel radang dapat melekat pada endotel
kornea, disebut sebagai keratic precipitate (KP). Ada dua jenis
keratic precipitate, yaitu :
1. Mutton fat KP : besar, kelabu, terdiri atas makrofag dan
pigmen-pigmen yang difagositirnya, biasanya dijumpai
pada jenis granulomatosa.
2. Punctate KP : kecil, putih, terdiri atas sel limfosit dan sel
plasma, terdapat pada jenis non granulomatosa.
Apabila tidak mendapatkan terapi yang adekuat, proses
peradangan akan berjalan terus dan menimbulkan berbagai
komplikasi. Sel-sel radang, fibrin, dan fibroblas dapat
menimbulkan perlekatan antara iris dengan kapsul lensa bagian
anterior yang disebut sinekia posterior, ataupun dengan endotel
kornea yang disebut sinekia anterior. Dapat pula terjadi perlekatan
pada bagian tepi pupil, yang disebut seklusio pupil, atau seluruh
pupil tertutup oleh sel-sel radang, disebut oklusio pupil.
Perlekatan-perlekatan tersebut, ditambah dengan tertutupnya
trabekular oleh sel-sel radang, akan menghambat aliran akuos
humor dari bilik mata belakang ke bilik mata depan sehingga
akuos humor tertumpuk di bilik mata belakang dan akan

MATAKU MERAH Page 17


mendorong iris ke depan yang tampak sebagai iris bombans (iris
bombe). Selanjutnya tekanan dalam bola mata semakin meningkat
dan akhirnya terjadi glaukoma sekunder.
Pada uveitis anterior juga terjadi gangguan metabolisme
lensa yang menyebabkan lensa menjadi keruh dan terjadi katarak
komplikata. Apabila peradangan menyebar luas, dapat timbul
endoftalmitis (peradangan supuratif berat dalam rongga mata dan
struktur di dalamnya dengan abses di dalam badan kaca) ataupun
panoftalmitis (peradangan seluruh bola mata termasuk sklera dan
kapsul tenon sehingga bola mata merupakan rongga abses).
Bila uveitis anterior monokuler dengan segala
komplikasinya tidak segera ditangani, dapat pula terjadi
symphatetic ophtalmia pada mata sebelahnya yang semula sehat.
Komplikasi ini sering didapatkan pada uveitis anterior yang terjadi
akibat trauma tembus, terutama yang mengenai badan silier.
- Manifestasi klinis
Keluhan pasien dengan uveitis anterior adalah mata sakit,
mata merah, fotofobia, penglihatan turun ringan dengan mata
berair. Keluhan sukar melihat dekat pada pasien uveitis dapat
terjadi akibat ikut meradangnya otot-otot akomodasi. Dari
pemeriksaan mata dapat ditemukan tanda antara lain : Hiperemia
perikorneal, yaitu dilatasi pembuluh darah siliar sekitar limbus,
dan keratic precipitate. Pada pemeriksaan slit lamp dapat terlihat
flare di bilik mata depan dan bila terjadi inflamasi berat dapat
terlihat hifema atau hipopion. Iris edema dan warna menjadi
pucat, terkadang didapatkan iris bombans. Dapat pula dijumpai
sinekia posterior ataupun sinekia anterior. Pupil kecil akibat
peradangan otot sfingter pupil dan terdapatnya edema iris. Lensa
keruh terutama bila telah terjadi katarak komplikata. Tekanan

MATAKU MERAH Page 18


intra okuler meningkat, bila telah terjadi glaukoma sekunder.
Pada proses akut dapat terjadi miopisi akibat rangsangan badan
siliar dan edema lensa. Pada uveitis non-granulomatosa dapat
terlihat presipitat halus pada dataran belakang kornea. Pada
uveitis granulomatosa dapat terlihat presipitat besar atau mutton
fat noduli Koeppe (penimbunan sel pada tepi pupil) atau noduli
Busacca (penimbunan sel pada permukaan iris).
c. Glaucoma
- Definisi

Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan mata


tidak normal atau lebih tinggi dari pada normal yang
mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan.

Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai


gejala kenaikan tekanan intra okuler, dimana dapat mengakibatkan
pencekungan pupil syaraf optic sehingga trejadi atropi syaraf
optik, penyempitan lapang pandang.

Glaukoma berasal dari kata yunani glaukos yang berarti


hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil
penderita glaucoma. Kelainan mata glaucoma yang ditandai
dengan kenaikan tekanan bola mata atropi saraf optikus dan
menciutnya lapang pandang. Glaukoma dalah suatu penyakit
dimana tekanan didalam bola mata meningkat, sehingga terjadi
kerusakan saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi
penglihatan .

- Etiologi

Faktor-faktor resiko dari glaukoma adalah (Bahtiar Latif, 2009).

MATAKU MERAH Page 19


a. Umur
b. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma
c. Tekanan bola mata /kelainan lensa
d. Obat-obatan
- Patofisiologi

- Manifestasi klinis
a. Mata merasa sakit tanpa kotoran.
b. Kornea suram.
c. Disertai sakit kepala hebat terkadang sampai muntah.
d. Kemunduran penglihatan yang berkurang cepat.
e. Nyeri dimata dan sekitarnya.
f. Udema kornea.
g. Pupil lebar dan reflex berjurang sampai hilang.
h. Lensa keruh.
i. Pandangan kabur.
j. Visus menurun.

d. Endoftalmitis
- Definisi
Endoftalmitis merupakan peradangan berat pada bola mata,
biasanya akibat infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen

MATAKU MERAH Page 20


akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif di dalam bola mata dan
struktur di dalamnya. Peradangan supuratif di dalam bola mata
akan memberikan abses di dalam badan kaca.
- Etiologi

Penyebab peradangan ini adalah :

- Endogen akibat sepsis, selulitis orbita, dan penyakit sistemik


lainnya
- Eksogen, yang sering terjadi akibat trauma tembus, tukak
perforasi, dan penyulit infeksi pada pembedahan.
Kuman penyebab biasanya disebabkan oleh
Staphylococcus albus, Staphylococcus aureus, proteus dan
pseudomonas dengan masa inkubasi 24-72 jam. Bila
endoftalmitis terjadi dalam 2 minggu setelah trauma, maka
keadaan ini mungkin disebabkan karena infeksi bakteri,
sedangkan bila gejala terlambat mungkin infeksi disebabkan
oleh jamur.
- Patofisiologi

Dalam keadaan normal, sawar darah-mata (blood-ocular


barrier) memberikan ketahanan alami terhadap serangan dari
mikroorganisme. Dalam endophthalmitis endogen,
mikroorganisme yang melalui darah menembus sawar darah-mata
baik oleh invasi langsung (misalnya, emboli septik) atau oleh
perubahan dalam endotelium vaskular yang disebabkan oleh
substrat yang dilepaskan selama infeksi. Kerusakan jaringan
intraokular dapat juga disebabkan oleh invasi langsung oleh
mikroorganisme dan atau dari mediator inflamasi dari respon
kekebalan. Endophthalmitis dapat terlihat nodul putih yang halus

MATAKU MERAH Page 21


pada kapsul lensa, iris, retina, atau koroid. Hal ini juga dapat
timbul pada peradangan semua jaringan okular, mengarah kepada
eksudat purulen yang memenuhi bola mata. Selain itu, peradangan
dapat menyebar ke jaringan lunak orbital. Setiap prosedur operasi
yang mengganggu integritas bola mata dapat menyebabkan
endophthalmitis eksogen.

- Manifestasi klinis

Mata merah
Lakrimasi
Penurunan visus
Fotofobia
Kelopak mata bengkak dan eritema
Konjungtiva tampak chemosis
Kornea edema, keruh, tampak infiltrate
Hypopion (lapisan sel-sel inflamasi dan eksudat di ruang
anterior)
Iris odem dan keruh
Pupil tampak yellow reflek
Eksudat pada vitreus
TIO meningkat atau menurun
e. Skleritis
- Definisi
Skleritis adalah peradangan pada lapisan sklera yang
ditandai dengan adanya infiltrasi seluler, kerusakan kolagen, dan
perubahan vaskuler. Proses peradangan ini terjadi karena adanya
proses imunologis, atau karena suatu infeksi. Trauma lokal juga
dapat mencetuskan proses peradangan tersebut. Skleritis sering

MATAKU MERAH Page 22


berasosiasi dengan suatu infeksi sistemik ada suatu penyakit
autoimun.
- Etiologi
a. Autoimun

- Rheumatoid arthritis
- Systemic lupus erythematosus
- Polymyositis
- Sjgren syndrome

b. Infeksi dan Granulomatosa


- Tuberkulosis
- Sifilis
- Herpes simpleks
- Herpes zoster
- Infeksi Pseudomonas
- Infeksi Streptokoku
- dll
- Manifestasi klinis
Adapun gejala-gejala umum yang biasa terjadi pada
skleritis yaitu rasa nyeri berat yang dapat menyebar ke dahi, alis,
dan dagu. Rasa nyeri ini terkadang dapat membangunkan dari
tidur akibat sakitnya yang sering kambuh. Pergerakan bola mata
dan penekanan pada bulbus okuli juga dapat memperparah rasa
nyeri tersebut. Rasa nyeri yang berat pada skleritis dapat
dibedakan dari rasa nyeri ringan yang terjadi pada episkleritis
yang lebih sering dideskripsikan pasien sebagai sensasi benda
asing di dalam mata. Selain itu terdapat pula mata merah berair,
fotofobia, dan penurunan tajam penglihatan.

MATAKU MERAH Page 23


Mata merah visus normal
a. Konjungtivitis
- Definisi
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dan
penyakit ini adalah penyakit mata yang paling umum di dunia.
Karena lokasinya, konjungtiva terpajan oleh banyak
mikroorganisme dan faktor-faktor lingkungan lain yang
mengganggu (Vaughan, 2010). Penyakit ini bervariasi mulai dari
hiperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat
dengan banyak sekret purulen kental (Hurwitz, 2009).
- Klasifikasi
a. Konjungtivitis bakteri
Definisi
Konjungtivitis Bakteri adalah inflamasi konjungtiva
yang disebabkan oleh bakteri. Pada konjungtivitis ini
biasanya pasien datang dengan keluhan mata merah,
sekret pada mata dan iritasi mata.

Etiologi
Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat
bentuk, yaitu hiperakut, akut, subakut dan kronik.
Konjungtivitis bakteri hiperakut biasanya disebabkan
oleh N gonnorhoeae, Neisseria kochii dan N
meningitidis. Bentuk yang akut biasanya disebabkan oleh
Streptococcus pneumonia dan Haemophilus aegyptyus.
Penyebab yang paling sering pada bentuk konjungtivitis
bakteri subakut adalah H influenza dan Escherichia coli,
sedangkan bentuk kronik paling sering terjadi pada

MATAKU MERAH Page 24


konjungtivitis sekunder atau pada pasien dengan
obstruksi duktus nasolakrimalis.
Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu
mata kemudian mengenai mata yang sebelah melalui
tangan dan dapat menyebar ke orang lain. Penyakit ini
biasanya terjadi pada orang yang terlalu sering kontak
dengan penderita, sinusitis dan keadaan imunodefisiensi.
Patofisiologi
Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh
flora normal seprti streptococci, staphylococci dan jenis
corynebacterium. Perubahan pada mekanisme pertahanan
tubuh atupun pada jumlah koloni flora normal tersebut
dapat menyebabkan infeksi klinis. Perubahan pada flora
normlal dapat terjadi karena adanya kontaminasi
eksternal penyebaran dari organ sekitar atupun melalui
aliran darah.
Penggunaan antibiotic topical jangka pangjang
merupakan salah satu penyebab perubahan flora normal
pada jaringan mata serta resistensi terhadap antibiotic.
Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi
adalah lapisan epitel ang meliputi konjungtiva sedangkan
mekanisme pertahanan skundernya adalah system imun
yang berasal dari perdarahan konjungtiva, lisozim dan
immunoglobulin yang terdapat pada lapisan air mata
mekanisme pembersihan oleh lakrimasi berkedip. Adanya
gangguan atau kerusakan pada mekanisme pertahanan ini
dapat menyebabkan infeksi pada konjungtiva.
Manifestasi klinis

MATAKU MERAH Page 25


Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis
bakteri biasanya dijumpai injeksi konjungtiva baik
segmental ataupun menyeluruh. Selain itu sekret pada
kongjungtivitis bakteri biasanya lebih purulen daripada
konjungtivitis jenis lain, dan pada kasus yang ringan
sering dijumpai edema pada kelopak mata.
b. Konjungtivitis virus
Definisi
Konjungtivitis viral adalah penyakit umum yang
dapat disebabkan oleh berbagai jenis virus, dan berkisar
antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat
hingga infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri dan
dapat berlangsung lebih lama daripada konjungtivitis
bakteri.
Etilogi
Konjuntivitis viral dapat disebabkan berbagai
jenis virus. Adenovirus adalah virus yang paling banyak
menyebabkan penyakit ini, dan herpes simplex virus yang
paling membahayakan. Selain itu penyakit ini juga dapat
di sebabkan oleh virus Varicella zoster, picornavirus,
poxvirus, dan human immunodeficiency virus.
Penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering
kontak dengan penderita dan dapat menular melalui
droplet pernafasan, kontak dengan benda-benda yang
menyebarkan virus (fomites) dan berada di kolam renang
yang terkontaminasi.
Patofisiologi

MATAKU MERAH Page 26


Mekanise terjadinya konjungtivitis ini berbeda-
beda dngan setiap jenis konjungtivis ataupun
mikroorganisme penyebabnya.
Manifestasi klinis
Gejala klinis pada konjungtivitis virus berbeda-
beda sesuai dengan etiologinya. Pada keratokonjungtivitis
epidemic yang disebabkan oleh adenovirus biasanya di
jumpai pseudomembran. Selain itu di jumpai infiltrate
subepitel kornea atau keratitis setelah terjadi
konjungtivitis dan bertahan selamalebih dari 2 bulan.
Pada konjungtivitis ini biasanya pasien juga mengeluhkan
gejaa pada saluran pernapasan atas dan gejala infeksi
umum lainnya seperti sakit kepala dan demam.
Pada konjungtivits herpetc yang di sebabkan oleh
herpes simpleks yang biasanya mengenai anak kecil
dijumpai injeksi unilateral, iritasi, secret mukoid, nyeri,
fotopobia ringan dan sering di sertai keratitis herpes.
Konjungtivitis hemoragika akut yang biasanya
disebabkan oleh enterovirus dan coxsakie virus memiliki
gejala klinis nyeri, fotopobia, sensasi benda asing,
hipersekresi airmata, kemerahan, edema palpebral dan
perdarahan subkonjungtiva dan kadang-kadang dapat
terjadi kimosis.
c. Konjungtivitis alergi
Definisi
Konjungtivitis Alergika adalah suatu peradangan
alergi pada konjungtiva (selaput yang menutupi kelopak
mata bagian dalam dan permukaan luar mata). Pada

MATAKU MERAH Page 27


sebagian besar penderita, konjungtivitis alergika
merupakan bagian dari sindroma alergi yang lebih luas,
misalnya rinitis alergika musiman. Tetapi konjungtivitis
alergika bisa terjadi pada seseorang yang mengalami
kontak langsung dengan zat-zat di dalam udara, seperti
serbuk sari, spora jamur, debu dan bulu binatang.
Patofisiologi
Konjungtivitis alergi menggambarkan suatu
respon imun spesifik sekunder pada antigen yang disebut
sebagai alergen, yang menginduksi respon efektor IgE sel
mast secara akut. Ketika respon primer berlangsung,
alergen spesifik sel-sel B disebar ke area tertentu di
berbagai lokasi MALT (Mucosal-Associated Lymphoid
Tissue). Di lokasi tersebut, sel B dengan bantuan sel T
mengubah produksi antialergen-IgM menjadi antialergen-
IgE. IgE selanjutnya dilepaskan pada tempat itu dan
berikatan dengan reseptor Fc di permukaan sel mast,
sehingga sel mast menjadi dipersenjatai dengan suatu
reseptor alergen spesifik. Pajanan alergen berikutnya
terjadi di tempat yang berbeda dari pajanan awalnya,
yang menyebabkan alergen bisa menembus melewati
epitel konjungtiva superficial menuju daerah subepitel,
lalu antigen akan mengikat spesifik alergen IgE tersebut
pada permukaan sel mast. Selanjutnya dalam 60 menit
akan terjadi degranulasi, diawali dengan pelepasan
mediator-mediator yang dapat menyebabkan chemosis
dan rasa gatal di konjungtiva. Pada reaksi fase lambat,

MATAKU MERAH Page 28


yaitu terjadi antara 4-24 jam berikutnya, ditandai dengan
pengerahan sel-sel limfosit, eosinofil dan neutrofil.
Manifestasi klinis
Gejala utama dari konjungtivitis alergika adalah
radang (mata merah, sakit, bengkak, panas), gatal, silau
berulang, dan menahun. Khasnya pada konjungtivitis
alergika terdapat papil besar pada konjungtiva. Dan
pada pewarnaan usapan didapatkan eusinofil.

b. Hemoraghi subkonjungtiva
- Definisi
Perdarahan subkonjungtiva adalah perdarahan akibat rapuhnya
pembuluh darah konjungtiva. Darah terdapat di antara konjungtiva
dan sklera. Sehingga mata akan mendadak terlihat merah.

- Etiologi

a. Manuver Valsalva (seperti batuk, tegang, muntah muntah,


bersin)
b. Traumatik (terpisah atau berhubungan dengan perdarahan
retrobulbar atau ruptur bola mata)
c. Hipertensi

MATAKU MERAH Page 29


d. Gangguan perdarahan (jika terjadi berulang pada pasien usia
muda tanpa adanya riwayat trauma atau infeksi), termasuk
penyakit hati atau hematologik, diabetes, SLE, parasit dan
defisisensi vitamin C.
e. Berbagai antibiotik, obat NSAID, steroid, kontrasepsi dan
vitamin A dan D yang telah mempunyai hubungan dengan
terjadinya perdarahan subkonjungtiva, penggunaan warfarin.
f. Sequele normal pada operasi mata sekalipun tidak terdapat
insisi pada konjungtiva.
g. Beberapa infeksi sistemik febril dapat menyebabkan
perdarahan subkonjungtiva, termasuk septikemia
meningokok, demam scarlet, demam tifoid, kolera, riketsia,
malaria, dan virus (influenza, smallpox, measles, yellow
fever, sandfly fever).
h. Perdarahan subkonjungtiva telah dilaporkan merupakan
akibat emboli dari patahan tulang panjang, kompresi dada,
angiografi jantung, operasi bedah jantung.
i. Penggunaan lensa kontak, faktor resiko mayor perdarahan
subkonjungtiva yang diinduksi oleh penggunaan lensa
kontak adalah konjungtivakhalasis dan pinguecula.
- Patofisiologi

Konjungtiva adalah selaput tipis transparan yang melapisi


bagian putih dari bola mata (sklera) dan bagian dalam kelopak
mata. Konjungtiva merupakan lapisan pelindung terluar dari bola
mata. Konjungtiva mengandung serabut saraf dan sejumlah besar
pembuluh darah yang halus. Pembuluh-pembuluh darah ini
umumnya tidak terlihat secara kasat mata kecuali bila mata
mengalami peradangan. Pembuluh-pembuluh darah di

MATAKU MERAH Page 30


konjungtiva cukup rapuh dan dindingnya mudah pecah sehingga
mengakibatkan terjadinya perdarahan subkonjungtiva.
Perdarahan subkonjungtiva tampak berupa bercak berwarna
merah terang di sclera.
Karena struktur konjungtiva yang halus, sedikit darah dapat
menyebar secara difus di jaringan ikat subkonjungtiva dan
menyebabkan eritema difus, yang biasanya memiliki intensitas
yang sama dan menyembunyikan pembuluh darah. Konjungtiva
yang lebih rendah lebih sering terkena daripada bagian atas.
Pendarahan berkembang secara akut, dan biasanya menyebabkan
kekhawatiran, meskipun sebenarnya tidak berbahaya. Apabila
tidak ada kondisi trauma mata terkait, ketajaman visual tidak
berubah karena perdarahan terjadi murni secara ekstraokulaer, dan
tidak disertai rasa sakit.

Secara klinis, perdarahan subkonjungtiva tampak sebagai


perdarahan yang datar, berwarna merah, di bawah konjungtiva dan
dapat menjadi cukup berat sehingga menyebabkan kemotik
kantung darah yang berat dan menonjol di atas tepi kelopak mata.
Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi secara spontan,
akibat trauma, ataupun infeksi. Perdarahan dapat berasal dari
pembuluh darah konjungtiva atau episclera yang bermuara ke
ruang subkonjungtiva.
- Manifestasi klinis

Sebagian besar tidak ada gejala simptomatis yang


berhubungan dengan perdarahan subkonjungtiva selain terlihat
darah pada bagian sklera.
a. Sangat jarang mengalami nyeri ketika terjadi perdarahan
subkonjungtiva pada permulaan. Ketika perdarahan terjadi

MATAKU MERAH Page 31


pertama kali, akan terasa tidak nyaman, terasa ada yang
mengganjal dan penuh di mata.
b. Tampak adanya perdarahan di sklera dengan warna merah
terang (tipis) atau merah tua (tebal).
c. Tidak ada tanda peradangan, kalaupun adanya biasanya
peradangan yang ringan.
d. Perdarahan akan terlihat meluas dalam 24 jam pertama
setelah itu kemudian akan berkurang perlahan ukurannya
karena diabsorpsi.
c. Episkleritis
- Definisi
Episkleritis adalah suatu peradangan pada episklera. Sklera
terdiri dari serat-serat jaringan ikat yang membentuk dinding putih
mata yang kuat. Sklera dibungkus oleh episklera yang merupakan
jaringan tipis yang banyak mengandung pembuluh darah untuk
memberi makan sklera. Di bagian depan mata, episklera
terbungkus oleh konjungtiva.
- Etiologi
Di sebabkan reaksi hipersensitivitas terhadap penyakit sistemik
seperti tuberculosis, rheumatoid artritis, SLE, dan lainnya.
Merupakan suatu reaksi toksik, aergi atau merupakan bagian dari
infeksi.
- Manifestasi klinis

a. sakit mata dengan rasa nyeri atau sensasi terbakar


b. Mata merah pada bagian putih mata
c. Kepekaan terhadap cahaya
d. Tidak mempengaruhi visus

MATAKU MERAH Page 32


4. Diagnose definitive dari ketiga pasien diatas?
a. Diagnosis penyakit pasien A dan B
- Konjungtivitis bakteri
Definisi
Konjungtivitis Bakteri adalah inflamasi konjungtiva
yang disebabkan oleh bakteri. Pada konjungtivitis ini
biasanya pasien datang dengan keluhan mata merah,
sekret pada mata dan iritasi mata.
Etiologi
Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat
bentuk, yaitu hiperakut, akut, subakut dan kronik.
Konjungtivitis bakteri hiperakut biasanya disebabkan
oleh N gonnorhoeae, Neisseria kochii dan N
meningitidis. Bentuk yang akut biasanya disebabkan oleh
Streptococcus pneumonia dan Haemophilus aegyptyus.
Penyebab yang paling sering pada bentuk konjungtivitis
bakteri subakut adalah H influenza dan Escherichia coli,
sedangkan bentuk kronik paling sering terjadi pada
konjungtivitis sekunder atau pada pasien dengan
obstruksi duktus nasolakrimalis.
Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu
mata kemudian mengenai mata yang sebelah melalui
tangan dan dapat menyebar ke orang lain. Penyakit ini
biasanya terjadi pada orang yang terlalu sering kontak
dengan penderita, sinusitis dan keadaan imunodefisiensi.
Patofisiologi
Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi
oleh flora normal seprti streptococci, staphylococci dan

MATAKU MERAH Page 33


jenis corynebacterium. Perubahan pada mekanisme
pertahanan tubuh atupun pada jumlah koloni flora
normal tersebut dapat menyebabkan infeksi klinis.
Perubahan pada flora normlal dapat terjadi karena
adanya kontaminasi eksternal penyebaran dari organ
sekitar atupun melalui aliran darah.
Penggunaan antibiotic topical jangka pangjang
merupakan salah satu penyebab perubahan flora normal
pada jaringan mata serta resistensi terhadap antibiotic.
Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi
adalah lapisan epitel ang meliputi konjungtiva
sedangkan mekanisme pertahanan skundernya adalah
system imun yang berasal dari perdarahan konjungtiva,
lisozim dan immunoglobulin yang terdapat pada lapisan
air mata mekanisme pembersihan oleh lakrimasi
berkedip. Adanya gangguan atau kerusakan pada
mekanisme pertahanan ini dapat menyebabkan infeksi
pada konjungtiva.
Manifestasi klinis
Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis
bakteri biasanya dijumpai injeksi konjungtiva baik
segmental ataupun menyeluruh. Selain itu sekret pada
kongjungtivitis bakteri biasanya lebih purulen daripada
konjungtivitis jenis lain, dan pada kasus yang ringan
sering dijumpai edema pada kelopak mata.
Diagnosis
Pada saat anamnesis yang perlu ditanyakan
meliputi usia, karena mungkin saja penyakit
berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh pada

MATAKU MERAH Page 34


pasien yang lebih tua. Pada pasien yang aktif secara
seksual, perlu dipertimbangkan penyakit menular
seksual dan riwayat penyakit pada pasangan seksual.
Perlu juga ditanyakan durasi lamanya penyakit, riwayat
penyakit yang sama sebelumnya, riwayat penyakit
sistemik, obat-obatan, penggunaan obat-obat
kemoterapi, riwayat pekerjaan yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit, riwayat alergi dan alergi
terhadap obat-obatan, dan riwayat penggunaan lensa-
kontak.
Terapi
Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung
pada temuan agen mikrobiologiknya. Terapi dapat
dimulai dengan antimikroba topikal spektrum luas.
Pada setiap konjungtivitis purulen yang dicurigai
disebabkan oleh diplokokus gram-negatif harus segera
dimulai terapi topical dan sistemik . Pada konjungtivitis
purulen dan mukopurulen, sakus konjungtivalis harus
dibilas dengan larutan saline untuk menghilangkan
sekret konjungtiva
Komplikasi
Blefaritis marginal kronik sering menyertai
konjungtivitis bateri, kecuali pada pasien yang sangat
muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut di
konjungtiva paling sering terjadi dan dapat merusak
kelenjar lakrimal aksesorius dan menghilangkan
duktulus kelenjar lakrimal. Hal ini dapat mengurangi
komponen akueosa dalam film air mata prakornea
secara drastis dan juga komponen mukosa karena

MATAKU MERAH Page 35


kehilangan sebagian sel goblet. Luka parut juga dapat
mengubah bentuk palpebra superior dan menyebabkan
trikiasis dan entropion sehingga bulu mata dapat
menggesek kornea dan menyebabkan ulserasi, infeksi
dan parut pada kornea.
b. Diagnosis penyakit pasien C pada scenario?
- Konjungtivitis alergi
Definisi

Konjungtivitis Alergika adalah suatu


peradangan alergi pada konjungtiva (selaput yang
menutupi kelopak mata bagian dalam dan permukaan
luar mata). Pada sebagian besar penderita,
konjungtivitis alergika merupakan bagian dari sindroma
alergi yang lebih luas, misalnya rinitis alergika
musiman. Tetapi konjungtivitis alergika bisa terjadi
pada seseorang yang mengalami kontak langsung
dengan zat-zat di dalam udara, seperti serbuk sari, spora
jamur, debu dan bulu binatang.

Etiologi
Demam, adanya secret, hipersekresi airmata, gatal.
Patofisiologi
Konjungtivitis alergi menggambarkan suatu
respon imun spesifik sekunder pada antigen yang
disebut sebagai alergen, yang menginduksi respon
efektor IgE sel mast secara akut. Ketika respon primer
berlangsung, alergen spesifik sel-sel B disebar ke area
tertentu di berbagai lokasi MALT (Mucosal-Associated

MATAKU MERAH Page 36


Lymphoid Tissue). Di lokasi tersebut, sel B dengan
bantuan sel T mengubah produksi antialergen-IgM
menjadi antialergen-IgE. IgE selanjutnya dilepaskan
pada tempat itu dan berikatan dengan reseptor Fc di
permukaan sel mast, sehingga sel mast menjadi
dipersenjatai dengan suatu reseptor alergen spesifik.
Pajanan alergen berikutnya terjadi di tempat yang
berbeda dari pajanan awalnya, yang menyebabkan
alergen bisa menembus melewati epitel konjungtiva
superficial menuju daerah subepitel, lalu antigen akan
mengikat spesifik alergen IgE tersebut pada permukaan
sel mast. Selanjutnya dalam 60 menit akan terjadi
degranulasi, diawali dengan pelepasan mediator-
mediator yang dapat menyebabkan chemosis dan rasa
gatal di konjungtiva. Pada reaksi fase lambat, yaitu
terjadi antara 4-24 jam berikutnya, ditandai dengan
pengerahan sel-sel limfosit, eosinofil dan neutrofil.
Manifestasi klinis
Gejala utama dari konjungtivitis alergika adalah
radang (mata merah, sakit, bengkak, panas), gatal, silau
berulang, dan menahun. Khasnya pada konjungtivitis
alergika terdapat papil besar pada konjungtiva. Dan
pada pewarnaan usapan didapatkan eusinofil.
Diagnosis
Diagnosis banding dari konjungtivitis alergi
adalah konjungtivitis virus dan bakteri. Cara
membedakannya yaitu dari gejala masing-masing. Pada
konjungtivits virus terdapat gejala berupa : demam,

MATAKU MERAH Page 37


dengan sekret yang hampir sama dengan alergi,
hipersekresi airmata, gatal yang minimal, biasanya
menyerang traktus respiratory. Pada pewarnaan usapan
banyak ditemukan monosit dan limposit. Sedangkan
pada konjungtivitis bakteri terdapat gejala seperti:
sekretnya purulen, air mata sedang, gatalnya sedikit,
tidak terdapat sakit tenggorokan (tidak menyerang
traktus respiratory), pewarnaan usapan didapatkan
bakteri PMN.
Terapi

Untuk penatalaksanaan konjungtivitis alergi dapat


diberikan obat-obat seperti kortikosteroid, antiinflamasi
non-steroid (AINS), vasokonstriktor, antihistamin, dan
stabilisator sel mast.

1. Golongan antihistamin

Glongan antihistamin serta penghambat sel mast


merupakan pilihan untuk terapi konjungtivitis alergi.
Antihistamin generasi lama selalu menimbulkan efek
samping sedasi/mengantuk, seperti: klorfeniramin
maleat (CTM), dimenhidrinat, triprolidin, dan
prometasin. Antihistamin generasi baru sebagian besar
tidak menimbulkan rasa ngantuk, seperti: astemisol,
loratadin, terfenadin, dan cetrisin. Antihistamin
biasanya diberi per oral namun juga bisa diberikan
dalam bentuk tetes mata, yang biasanya dikombinasikan
dengan vasokonstriktor untuk mengurangi kemerahan.

MATAKU MERAH Page 38


Tetapi menurut vaughan Antihistamin per-oral sedikit
manfaatnya.

2. Golongan penghambat sel mast

Sedangkan penghambat sel mast yang biasanya


diberikan adalah Sodium kromolin 4% dengan dosis 1
tetes 4-6 kali sehari terbukti bermanfaat memiliki efek
profilaktis pada konjungtivitis alergika. Sodium
kromolin ini juga bermanfaat karena kemampuannya
sebaga pengganti steroid bila pasien sudah dapat
dikontrol. Ini juga berarti dapat membantu mengurangi
kebutuhan akan pemakaian steroid. Sodium kromolin
berperan sebagai stabilisator sel mast, mencegah
terlepasnya beberapa mediator yang dihasilkan pada
reaksi alergi tipe I, namun tidak mampu menghambat
pengikatan IgE terhadap sel maupun interaksi sel IgE
dengan antigen spesifik. Titik tangkapnya, diduga
sodium kromolin memblok kanal kalsium pada
membrane sel serta menghambat pelepasan histamine
dari sel mast dengan cara mengatur fosforilasi. Biasanya
digunakan sebagai pencegahan jika penderita akan
mengadakan kontak dengan suatu alergen. Umumnya 1-
2 minggu penyakitnya membaik secara simtomatis.

3. Golongan Kortikosteroid topical

Menurut departemen kesehatan republik indonesia


derektorat jendral pengawasan obat dan makanan.

a. Indikasi

MATAKU MERAH Page 39


Indikasi pemberian kortikosteroid topical
adalah penyakit radang segmen depan bola mata.
Beberapa antara lainnya adalah konjungtivitis
alergika, uveitis, episkleritis, skleritis ,
fliktenulosis, keratitis pungtata superfisial,
konjungtivitis vernal.

b. Penggunaan dosis

Kortikosteroid dan derivat-derivat tertentu,


kerja antiradangnya beraneka ragam. Potensi
relatif prednisolon terhadap hidrokortison adalah
4 kali. Sedangkan terhadap deksametason dan
betametason 25 kali. Efek sampingnya tidak
berkurang dengan tingginya potensi obat
meskipun dosis pengobatan lebih rendah. Lama
pengobatan berbeda jika jenis lesinya berbeda,
dan bisa berlangsung beberapa hari atau
beberapa bulan. Pengobatan radang mata berat
yang pertama-tama diberikan adalah tetes mata
setiap 1 atau 2 jam pada jam-jam tidak tidur.
Jika responnya bagus dosisnya dikurangi sedikit
demi sedikit dan di hentikan segera mungkin.

Namun pemberian kortikosteroid ini perlu


diperhatikan karena dapat meningkatkan
aktivitas virus herpes simpleks yang
menyebabkan ulkus dendritik, pada keratitis
herpes simpleks dapat menyebabkan perforasi
kornea. Efeksamping lainnya adalah tumbuhnya

MATAKU MERAH Page 40


jamur secara berlebihan. Kortikosteroid ini juga
memperburuk kondisi yang dapat berakhir
hilangnya penglihatan. Penggunaan jangka lama
dapat menyebabkan glaukoma steroid sehingga
pemberian kortikosteroid ini harus dibawah
pengawasan dokter. Sebagian daftar
kortikosteroid topikal untuk penggunaan
oftamlologis adalah :

- Hidrokortison asetat, larutan 2,5 %.

- Prednisolon asetat larutan 0,125% dan 1 %.

- Prednisolon sodium fosfat, larutan 0,125 %


dan 1 %.

- Deksametason sodium fosfat, larutan 0,1 %.

- Medrison larutan 1%.

- Fluorometolon larutan 1%.

4. Golongan obat anti inflamasi

Radang pada mata dapat terjadi akibat reaksi


jaringan tubuh terhadap adanya antigen dari dunia luar
yang tidak selalu disertai dengan infeksi. Biasanya pada
radang akan timbul dilatasi kapilar, bengkak dan rasa
sakit, dikenal beberapa jenis anti radang :

a. Obat anti inflamasi non steroid

Obat ini diberikan pada kelainan mata


akibat terbentuknya bahan histamine yang

MATAKU MERAH Page 41


memberikan keluhan gatal, merah berair. Obat
dapat berupa naftazolin (vasokonstriktor
simpatis) ataupun antazolin (antihistamin yang
tidak iritatif). Efek NSAID berasal dari
pembentukan prostaglandin, enzim pertama pada
jalur sintesis prostaglandin adalah enzim
siklooksigenase. Enzim ini mengubah asam
arakhidonat menjadi senyawa antara yang tidak
stabil yaitu PGG2 dan PGH2. Pada saat ini
didapatkan 2 bentuk siklooksigenase yaitu
siklooksigenase-1 (COX-1) dan siklooksigenase-
2 (COX-2). Enzim siklooksigenase-1 (COX-1)
bisanya terdapat di seluruh sel dan jaringan
normal dan secara konstitutif di lambung,
sedangkan siklooksigenase-2 (COX-2) secara
konstitutif di daerah tertentu di ginjal dan otak
sedangkan COX-2 tdk terdapat di lambung.

b. antiinflamasi steroid

Efeknya dalam peradangan adalah:

- Mengurangkan permeabilitas pembuluh


darah.
- Mengurangkan gejala radang.
- Mengurangi pembentukan jaringan parut.
- Efek sampingnya :

- Menurunkan daya reaksi jaringan.

- Mengaktifkan proliferasi bakteri.

MATAKU MERAH Page 42


- Steroid menyembunyikan gejala penyakit
lain.

- Memberikan penyulit lain sperti katarak


dan glokoma.

- Mengakibatkan midriasis pupil dan ptosisi


kelopak mata.

- Mengaktifkan infeksi herpes simpleks dan


infeksi virus.

- Menambah berat radang akibat infeksi


bakteri.

- Menambah kemungkinan infeksi jamur.

Efek samping obat pada mata dan sistemik.


Obat-obat yang digunakan baik sistemik maupun
topikal memberikan efek di mata yang
merugikan dan kadang-kadang preparat mata
topikal menyebabkan efek sistemik jika bahan-
bahan kandungannya yang aktif terlalu banyak
terserap. Efek samping pengawetnya juga
diperhitungkan. Cara untuk mengurangi efek
samping sistemik yaitu prinsipnya yaitu
mencegah agar jangan sampai dosisnya
berlebihan. Yang biasa diresepkan oleh dokter
adalah kadar terendah yang masih memberikan
efek terapuetik yang baik. Hanya diperlukan
pengobatan dengan 1 tetes volume setiap kali
karena mata dapat menahan kurang dari 1 tetes.

MATAKU MERAH Page 43


Metode pemberian obat secara topikal adalah
sebagai berikut:
1. Pasien menodongkan kepalanya ke belakang ke
arah langit-langit. Kemudian kelopak mata
bawah dipegang dibawah pangkal bulu mata
kemudian dengan lembut kelopak mata bawah
ditarik menjauhi bola mata.
2. Teteskan obat mata 1 tetes ke dalam forniks
inferior yang terdekat dengan daerah yang
terkena, jangan sampai menyentuh bulu mata
dan kelopak mata untuk mencegah pencemaran.
3. pasien disuruh melihat ke bawah dan pada saat
itu dengan hati-hati kelopak mata bawah di tarik
ke atas agar bisa menempel pada kelopak mata
atas.
4. kelopak mata dibiarkan tertutup 3 menit atau
lebih agar tidak mengedop. Karena jika
mengedip obat akan terpompa kehidung yang
akan meningkatkan penyerapan sistemik. Pasien
di suruh menyumbat sistem aliran lakrimalnya
dengan cara menekan sudut dalam kelopak mata
keras-keras dengan mata keadaan tertutup.
B. NON FARMAKOLOGI

Satu-satunya terapi tanpa obat untuk alergi adalah


menghindari pencetus alergi. Penderita dan keluarganya
diberikan pendidikan untuk mampu mengenali pemicu
alergi karena sifatnya sangat individual dan alergi
sangat sulit disembuhkan, hanya mampu dijaga agar

MATAKU MERAH Page 44


tidak muncul. Pengenalan pemicu ini sangat penting
dalam penanganan reaksi anafilaksis khususnya karena
dengan menghindari pemicu, kematian dapat
terhindarkan.

Edukasi

Edukasi :
1. Obat tetes mata dalam wadah pakai ulang untuk
penggunaan dirumah tidak boleh digunakan lebih lama
dari 4 minggu setelah dibuka.
Cara pemakaian tetes mata yang benar menurut
pedoman penulisan resep WHO yaitu ;
Cuci tangan.
Jangan menyentuh lubang penetes.
Tengadahkan kepala, tarik kelopak mata ke bawah agar
terbentuk cekungan.
Dekatkan alat penetes sedekat mungkin kecekungan
mata tanpa menyentuh mata dan menyentuh tutupnya.
Teteskan obat sebanyak yang dianjurkan dalam
cekungan.
Pejamkan kira-kira 2 menit.
Bersihkan cairan yang kelebihan dengan tissue.
Jika menggunakan lebih dari 1 obat tetes mata tunggu
sedikitnya 5 menitsebelum meneteskan obat mata
selanjutnya.
Obat tetes mata mungkin menimbulkan rasa terbakar,
tetapi hal ini hanya akan berlangsung beberapa menit,
jika terasa lebih lama kunjungi dokter atau apoteker.
2. Menghindarkan penyebab pencetus penyakit.

MATAKU MERAH Page 45


3. Kompes dingin untuk menghilangkan edemnya.

MATAKU MERAH Page 46


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mata merah merupakan suatu gejala yang timbul oleh karena adanya
perubahan warna bola mata yang sebelumnya berwarna putih menjadi merah. Hal
ini disebabkan oleh melebarnya pembuluh darah dan juga dapat diakibatkan oleh
pecahnya dari salah satu pembuluh darah pada konjungtiva. Mata merah dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu mata merah dengan visus yang normal dan
juga mata merah dengan visus yang menurun. Mata merah dengan visus yang
normal dapat dibagi kembali yaitu dengan sekret (kotor) yang disebabkan oleh
konjuntivitis, trakoma dan mata merah dengan visus normal tanpa sekret yang
disebabkan oleh pterigium, episkleritis, skleritis. Sementara mata merah dengan
visus menurun dapat disebabkan oleh keratitis, ulkus kornea, dan glaukoma akut.

MATAKU MERAH Page 47


DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, S., 2010. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

James, Brus, dkk. Lecture Notes Oftalmologi. Erlangga. Jakarta. 2005


Liesegang T.J., Deutsch T.A., Grand M.G., Basic and clinical science course,
Intraocularinflammation and uveitis Section 9 : The Foundation of the
American Academy of Ophthalmology. San Francisco, 2004: 72.

Vaughan, D.G., Asbury, T., 2010. General Ophthalmology (17th ed.). Brahm,
U. 2008 (Alih Bahasa), EGC, Jakarta.

MATAKU MERAH Page 48

Anda mungkin juga menyukai