Namun dalam prakteknya, sistem dutch bucket bisa saja dimodifikasi, misalnya tanpa timer dan
aerator. Seperti yang dilakukan oleh Ibu Dede Siti Hasanah ini, beliau menanam terung
hidropnik sistem DB tanpa menggunakan timer dan aerator. Beliau mengatur sirkulasi (aliran)
nutrisi secara manual. Meskipun tanpa kedua alat tersebut tanaman terung hidroponik beliau
mampu tumbuh dengan subur. Lihat saja foto-fotonya. Media tanam yang beliau gunakan
adalah media tanam yang umum digunakan dalam bercocok tanam secara hidroponik, yaitu
campuran arang sekam dan cocopeat. Mau mencoba menanam terung hidroponik dengan
teknik Dutch Bucket System? Silahkan praktekkan ilmu bercocok tanam hidroponik dari ibu
Dede Siti Hasanah berikut ini :
a). Ember / Bucket (bisa memanfaatkan barang bekas yang ada, misalnya bekas box es krim)
b). Pot, ukuran pot harus lebih kecil dari bucket
b). Pipa paralon, elbow, sambungan pipa, valve socket dan faucet socket (jumlahnya sesuaikan
dengan kebutuhan anda)
c). Selang fertigasi, nepple (sesuai kebutuhan)
d). Pompa
e). Bak nutrisi
f). Hidrotom, zeolit atau media tanam lainnya (sediakan sesuai kebutuhan)
g). Benih terung
h). Nutrisi AB Mix
Setelah alat dan bahan-bahan dirasa cukup, silahkan buat instalasinya seperti gambar pada
postingan ini : Dutc Bucket System
Jika bibit terung sudah berumur 25 30 hari setelah semai, bibit siap dipindah tanam. Pilihlah
bibit terung yang sehat dan memiliki vigor yang kuat. Agar akar tidak rusak, ambil bibit bersama
media semainya dengan cara dicongkel. Tanam bibit terung tersebut pada pot yang sudah
disiapkan. Setelah penanaman selesai, siram dengan larutan nutrisi (ppm rendah) agar tidak
layu. Selama 3 4 hari tanaman harus ternaungi untuk memberikan kesempatan tanaman
beradaptasi. Kemudian buka sedikit demi sedikit naungan tersebut, hingga akhirnya tanaman
tersinari matahari langsung.
Terung Hidroponik : Memasuki Masa Generatif / Pembungaan (By : Dede Siti Hasanah II)