Anda di halaman 1dari 15

BAB III Bab : I Halaman : DINAS PERHUBUNGAN, INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI SPESIFIKASI

TEKNIS PEMBANGUNAN DERMAGA KAYU BARI, NANGA KANTOR DAN PAPAGARANG BAB I
URAIAN UMUM Pasal 1 Lingkup Pekerjaan Lingkup pekerjaan Pembangunan Dermaga Kayu Bari, Nanga
Kantor dan Papagarang adalah: a. Pekerjaan Persiapan b. Pekerjaan Reklamasi c. Pekerjaan Dermaga d.
Pekerjaan Trestle Pasal 2 Setting Out 1. Untuk menemukan posisi dan ketinggian rencana bangunan di
lapangan pemborong harus melakukan pengukuran dilapangan secara teliti dan benar, sesuai dengan
referensi Bench Mark atau titik tetap dilapangan seperti ditunjukan dalam gambar atau atas petunjuk
direksi. 2. Pengukuran untuk penentuan posisi dilakukan dengan peralatan yang mempunyai presesi tinggi
dengan methode triangulasi dan hasilnya disampaikan ke Direksi untuk mendapatkan persetujuan. 3.
Dalam hal terdapat perbedaan rencana dalam gambar dan hasil pengukuran yang dilaksanakan dengan
kenyataan yang ada dilapangan, maka sebelum melanjutkan pekerjaan yang mungkin dipengaruhi
perbedaan tersebut. Pemborong harus melaporkan hal ini kepada Direksi untuk mendapatkan keputusan
dan dinyatakan dalam Berita Acara. 4. Keputusan akan hasil pengukuran oleh pemborong akan didasarkan
atas keamanan konstruksi dan kelancaran operasional pengguna bangunan tersebut. Pasal 3 Patok-patok
Referensi, Bowplank dan Pengukuran 1. Direksi akan menetapkan 2 (dua) Bench Mark sebagai referensi
yang ditetapkan dilapangan. Bila Bench Mark belum ada maka pemborong berkewajiban membuat Bench
Mark sesuai dengan petunjuk Direksi. 2. Semua batas ketinggian (elevasi) dinyatakan dalam satuan matrik
terhadap Low Water Spring (LWS). edangkan ukuran-ukuranya dinyatakan dalam matrik, kecuali bila
dinyatakan lain. 3. Pemborong harus atau wajib membuat bowplank dan memasang patok-patok
pembantu, sebagai pedoman pelaksanaan pekerjan untuk menjamin ketelitian bentuk, posisi,arah elevasi
dan lain-lain,yang harus dipelihara keutuhan letak dan ketinggian selama pekerjaan berlangsung. 4.
Sebelum pekerjaan dimulai patok-patok pembantu, bouwplank harus disetujui Direksi. Patok-patok dan
referensi lainnya tidak boleh disingkarkan sebelum diperintahkan oleh Direksi. 5. Pemborong harus
mengadakan pengamatan pasang surut selama pelaksanaan pekerjaan . Pengamatan pasang surut boleh
memakai peralatan otomatis (automatic tide gauge) atau dengan pemasangan palem dan diamati berkala
secaraq manual,hasil nya akan ditempatkan ditempat yang aman. Pasal 4 Pekerjaan Persiapan 1.
Persiapan lapangan Untuk tempat kerja, penumpukan bahan-bahan, bangunan gudang, direksi keet dan
lain-lain pemborong harus membersihkan dan membenahi lapangan. 2. Penerangan, pagar dan tanda
pengaman Pemborong harus menyediakan penrangan didaerah kerja, membuat pagar sementara
disekeliling lokasi kerja dan menyediakan tanda tanda pengaman yang perlu. 3. Bangunan sementara
Untuk menjamin keamanan bahan dan perlengkapan lain yang dianggap perlu,pemborong harus
menyediakan gudang penyimpanan tertutup kuat dan aman dari resiko hilang atau rusak. Dan juga
diwajibkan menyediakan barak-barak untuk pekerja. 4. Kantor direksi dan pemborong a. Pemborong harus
menyediakan kantor direksi lapangan, yang letaknya dekat dengan kantor pemborong. Kontruksi kantor
bersifat sementara, lantai dan ruang dibuat dari beton rabat ,dinding dari papan. pemborong juga harus
menyadiakan kantor sementara dengan luas dan kualitas minimum sama dengan kantor direksi. b.
Pemborong juga harus menyediakan listrik dan air secukupnya yang diperlukan kantor direksi c.
Perlengkapan kantor Pemborong menyediakan perlengkapan, kantor pemborong dan kantor direksi, antara
lain masing masing adalah : Kursi meja tamu : Secukupnya Kursi dan meja rapat : Secukupnya Kursi
dan meja tulis : Secukupnya Kotak P3K : Secukupnya Papan tulis : Satu buah Pemborong diwajibkan
menyediakan alat komunikasi agar hubungan antar direksi, kontraktor dan Site dapat berjalan dengan
lancar d. Pemborong bertanggung jawab atas perawatan kantor dan perlengkapan perlengkapan kantor
direksi. e. Setelah pekerjaan selesai seluruh kantor dan perawatannya harus dipindahkan dan pemborong
berkewajiban untuk membongkar dan memindahkan bila diminta direksi. Pasal 5 Daerah Kerja dan Jalan
Masuk Pemborong akan diberikan daerah kerja untuki pelaksanaan pekerjaan ini. Lokasi tersebut dapat
diperoleh dengan cara sewa /pinjam berdasarkan ketentuan yang berlaku harus membatasi operasinya
dilapangan yang betul betul diperlukan untukm pekerjaan tersebut. Tata letak yang meliputi jalan masuk,
lokasi penyimpanan bahan bangunan dan jalur pangangkutan material dibuat oleh pemborong dengan
persetujuan direksi. Pasal 6 Material 1. Material yang dipakai dalam pekerjaan pekerjaan ini diutamakan
produksi dalam negeri yang memenuhi persyaratan teknis yang ditentukan. 2. Jika pemborong
mengajukan bahan lain yang akan digunakan selain yang disyaratkan, maka mutunya minimal harus sama
dengan yang disyaratkan dalam dokumen tender sebelum pemesanan bahan harus diberitahukan pada
direksi yang meliputi jenis, kwalitas dan kwantitas bahan yang dipesan untuk mendapatkan persetujuan.
Pasal 7 Kode, Standart, Sertifikat dan Literature dari Pabrik Pemborong harus menyediakan dilapangan
antara lain Foto copy persyaratan, standart bahan, katolog, rekomendasi dan sertifikat dari pabrik dan
informasi lainya yg diperlukan untuk semua material yang diperlukan dalam proyek ini serta petunjuk
pemasangan barang-barang tersebut harus mengikuti prosedur yang direkomendasikan oleh pabrik. Pasal
8 Lalu Lintas Dalam melaksanakan pekerjaan dan pengangkutan bahan bahan untuk keperluan pekerjaan,
pemborong harus berhati hati sedemikian sehingga tidak menggangu kelancaran lalu lintas atau
menimbulkan kerusakan terhadap jalan yang telah ada dan prasarana lainya. Bila mana terjadi kerusakan
pemborong wajib memperbaiki/mengganti. Pasal 9 Cuaca Pekerjaan harus diberhentikan apabila cuaca
tidak mengizinkan yang mengakibatkan penurunan mutu suatu pekerjaan. Pasal 10 Peralatan Survey
Pemborong harus menyediakan peralatan yang sewaktu waktu akan dipakai oleh direksi dan staf, alat alat
tersebut harus dietujui ditreksi. Selama pelaksanaan pekerjaan pemborong wajib menyediakan operator
dari peralatan tersebut dan setelah pekerjaan selesai seluruh peralatan tersebut akan di kembalikan
kepada pemborong. Alat-alat yang diperlukan minimal terdiri dari : 2 buah Theodolit Wild T1 atau yang
sejenis 1 Buah Level Wild NA2 atau yang sejenis 1 Buah roll meter 50 meter Pemborong harus
menyediakan perahu (motor Boat) untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan (Survey), pemborong
bertanggung jawab atas semua atas peralatan survey tersebut terhadap perawatan, kerusakan/kehilangan.
BAB II PERSYARATAN BAHAN-BAHAN Pasal 11 Umum 1. Semua bahan-bahan yang akan dipakai
dalam pekerjaan ini harus memenuhi ketentuen-ketentuan umum yang berlaku di Indonesia, mengenai
bahan-bahan bangunan serta persyaratanya akan dicantumkan dibawah ini 2. Bila mana akibat satu dan
lain hal bahan yang disyaratkan tidak dapat diperoleh, pemborong boleh mengajukan usul perubahan
kepada direksi sepanjang mutunya paling tidak sama atau lebih tinggi apa yang disyaratkan. 3. Direksi
akan menilai dan memberikan persetujuanya secara tertulis sepanjang memenuhi persyaratan teknis dan
pemborong diwajibkan untuk sejauh mungkin mempergunakan produksi dalam negeri. Pasal 12 Bahan
Agregat Beton 1. Agregat halus atau pasir untuk pekerjaan beton dan adukan harus berbutir keras, bersih
dari kotoran-kotoran, zat-zat kimia organic dan unnorganik dan yang dapat merugikan mutu beton atau
baja tulangan dan bersudut tajam. Susunan pembagian butir harus memenuhi persyaratan seperti table
prosentase lewat saringan Uk Saringan mm 10 5 2.5 1.2 0.6 0.3 0.15 % 100 99-100 80-100 50-90 25-65
10-35 2-10 2. Prosentase berat fraksi butiran-butiran yang lebih halus dari 0.074 mm, kotoran atau Lumpur
tidak boleh lebih dari 5 % terhadap berat keseluruhan, kecuali ketentuan diatas, semua ketentuan
mengenai agregat halus beton (pasir) pada PBI 1991 harus dipenuhi . 3. Agregat kasar adalah batu pecah
(spit) dengan ukuran maximum 3 Cm yang mempunyai bidang pecah minimal 4 buah dan mempunyai
bentuk lebih kurang seperti kubus. 4. Batu pecah diperoleh dari batu yang keras sesuai dengan
persyaratan PBI. Bersih serta bebas dari kotoran-kotoran yang dapat mempengaruhi kekuatan dan mutu
beton maupun baja. Pembagian butir harus memenuhi ketentuan seperti table prosentase lewat saringan
di bawah ini: Uk Saringan mm 30 25 20 15 10 5 2.5 % 100 95-100 - 30-70 - 0-10 0-5 5. Bila mana
diperlukan pemborong harus mengadakan percampuran-percampuran butir untuk memperoleh pembagian
butir (griain size distribution) seperti yang disyaratkan pada butir 1 dan butir 4 pada pasal 15 Pasal 13 Baja
Tulangan 1. Besi untuk tulang beton yang akan digunakan dalam pekerjaan ini adalah baja dengan mutu
U-24 (minimum yield stress 2400 kg/cm2) dan U-32 (minimum yield stress 3200 kg/cm2 ) dengan diameter
pengenal seperti ditetapkan pada gambar kerja. 2. Untuk baja tulangan dengan diameter lebih besar dari
atau sama dengan 16 mm, harus dari jenis baja ulir (deformed bar) U-32 sedangkan diameter yang lebih
kecil dapat dipakai baja polos U-24. 3. Setiap pengiriman sejumlah besi tulangan ke proyek harus dalam
keadaan baru dan disertai dengan sertifikat dari pabrik pembuat dan bila direksi memandang perlu, contoh
akan diuji ke laboratorim atas beban pemborong, jumlahnya akan ditentukan kemudian sesuai kebutuhan.
4. Penyimpanan atau penumpukan harus sedemikian sehingga baja tulangan terhindar dari pengotoran-
pengotoran minyak, udara lembab lingkungan yang dapat menyebabkan baja berkarat dan lain-lain
pengaruh luar yang mempengaruhi mutunya, sebaiknya dapat ditutup terpal- terpal sebelum dan sesudah
pembongkaran. 5. Baja tulangan ditumpuk diatas balok-balok kayu agar tidak langsung berhubungan
dengan tanah. Pasal 14 Semen 1. Jenis semen yang dipakai untuk beton dan adukan dalam pekerjaan ini
adalah Portland semen type I yang memenuhi ketentuan dan syara-syarat dalam SII 0013-81. 2. Semen
yang didatangkan ke proyek harus dalam keadaan utuh dan baru, kantong-kantong pembungkus harus
utuh dan tidak ada sobekan-sobekan. 3. Penyimpanan semen harus dilakukan dalam gudang tertutup dan
terlindung dari pengaruh hujan dan lembab udara dan tanah semen ditumpuk didalamnya diatas panggung
kayu minimas 30 cm diatas tanah. Tinggi penumpukan maksimum 15 lapis, semen yang kantongnya pecah
tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan keluar proyek. 4. Semen yang dipakai selalu diperiksa oleh
direksi sebelumnya. Semen yang mulai mengeras harus segera dikelurkan dari proyek. Urutan pemakaian
semen harus mengikuti urutan tibanya semen tersebut dilapangan sehingga untuk itu pemborong
memutuskan menumpuk semen berkelompok menurut urutannya tiba dilapangan. 5. Semen yang
umumnya lebih dari tiga bulan sejak dikeluarkan dari pabrik tidak diperkenankan dipakai untuk pekerjaan-
pekerjaan yang sifatnya struktural. 6. Bilamana direksi memandang perlu, pemborong harus melakukan
pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa dan melihat apakah mutu semen memenuhi syarat, atas biaya
pemborong. Pasal 15 Bekisting 1. Kayu yang dipakai untuk cetakan beton adalah kayu mutu klas II bila
menurut kebutuhan PPKI 1970 Atau kayu lapis (plywood) ataupun kayu lokal yang memenuhi persyaratan.
2. Ukuran tebal papan bekisting minimal 3 cm. dan toleransi perbedaan tebal minimum adalah kurang lebih
2 mm. Bila untuk papan bekisting dipakai plywood tebal minimal 16 mm. Papan bekisting harus kering
udara agar tidak menyusut pada waktu dipakai. 3. Apabila kayu yang akan digunakan sesuai gambar, jenis
dan ukurannya tidak dapat diperoleh dipasaran, maka pemborong boleh mengajukan usul perubahan
kepada direksi dengan jenis dan ukuran kayu yang berbeda namun mutunya minimal sama atau lebih
tinggi dari yang disyaratkan. Direksi akan menilai dan memberikan persetujuan secara tertulis. 4. Untuk
konstruksi gelagar/rusuk-rusuk penguat dipakai kayu sejenis atau kayu yang lebih tinggi dengan ukuran
yang lebih memadai sesuai perhitungan. Bilamana akan dipergunakan dolken, diameter minimal harus 12
cm. lurus, tidak banyak cacat dan diameter terkecil pada salah satu ujungnya harus lebih besar dari 10 cm.
5. Setelah umur beton dilewati, maka harus dilakukan pembongkaran cetakan beton (bekisting) serta
memotong stek tulangan yang muncul kepermukaan beton dan menutupnya dengan adukan beton. Pasal
16 Urugan Material urugan yang boleh digunakan adalah material yang memenuhi syarat besar butir rata-
rata kurang dari 20 % lewat saringan. Us Standard Sieve Size % Finer By Weight inchi (20 mm) # 4 (5
mm ) #10 (2 mm ) #40 (0,4mm) #200 (0,075 mm) -100 80-100 45-100 10-80. 0-20 Material sirtu harus
bersih dan tidak dibolehkan mengandung bahan-bahan organic,seperti sisa-sisa tanaman dan lain-lain.
Butiran material sirtu cukup keras dan tidak mudah lapuk, serta mempunyai berat jenis minimal (Gs)
adalah rata-rata 2,4. Pasal 17 Sumber material Urugan dan Tanah 1. Pemborong harus bertanggung
jawab atas supply seluruh material yang diperlukan sebagai bahan urugan atau tanah dalam pekerjaan ini,
serta mencari lokasi-lokasi sumber material yang akan ditetapkan dangan petunjuk direksi. 2. Pemborong
diwajibkan mengambil beberapa sample dan memeriksa grainsize distribution dan mutu bahan urugan dan
tanah tersebut untuk diajukan kepada direksi. 3. Bila material urugan dan tanah tidak tersedia secara
cukup disatu lokasi, maka direksi dapat menyetujui penggunaan material campuran dari beberapa lokasi.
Dalam hal ini material-material tersebut harus dicampur terlebih dahulu untuk memenuhi persyaratan
diatas sebelum dipakai. Pasal 18 Batu 1. Batu yang akan dipakai untuk berbagai keperluan dalam
pekerjaan ini haruslah batu pecah, (belah) yang ukurannya disesuaikan dengan keperluan atau gambar
kerja. 2. Batu yang diperlukan untuk konstruksi talud, batu pelindung atau (armor rock) harus dari batu
yang bersifat keras, specific gravity (Gs) minimum 2,6 ton/M3, tidak menunjukkan tanda lapuk, bentuk
persegi panjang tak beratuan, bergradasi baik, dengan ukuran sesuai dengan persyaratan, berupa batu
belah yang berasal dari batu kali atau batu gunung. Batu yang tidak bersudut sama sekali tidak boleh
dipakai. 3. Untuk konstruksi pasangan batu kosong bentuk batu sedemikian rupa mengingat pasanganya
tidak menggunakan perekat, sehingga celah-celah yang kosong dapat dan harus diisi dengan batu yang
berukuran lebih kecil, dan disesuaikan dengan gambar desain atau gambar kerja. BAB III PEKERJAAN
BETON BERTULANG Pasal 19 Lingkup pekerjaan Pekerjaan ini terdiri dari menyediakan semua peralatan
kerja, tenaga kerja, alat-alat perlengkapan dan pelaksanaan untuk semua pekerjaan beton dan grouting
yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan beton sesuai dengan ketentuan dan persyaratan dalam
kontrak. Persyaratan yang disebutkan berikut ini akan berlaku secara umum dan meliputi semua pekerjaan
beton bertulang seperti balok, lantai, poer dan lain sebagainya, kecuali untuk pekerjaan-pekerjaan yang
disyaratkan secara khusus. Pasal 20 Pekerjaan Bekisting dan Penyangga Untuk mendapatkan bentuk
penampang dan ukuran dari beton seperti dalam gambar kerja (konstruksi), maka bekisting harus
dikerjakan dengan baik, harus rata, teliti dan kokoh. Bekisting untuk pekerjaan beton pada lantai, balok
lantai, poer dan lain sebagainya dapat memakai kayu atau pelat baja besi. Pengerjaan bekisting harus
sedemikian rupa sehingga hubungan antara papan bekisting terjamin rapat dan adukan tidak akan
merembes keluar. Konstruksi dari bekisting, seperti sokong-sokongan perancah dan lain-lain yang
memerlukan perhitungan harus diajukan ke direksi untuk disetujui. Diameter minimum dolken adalah 15
cm. dan jarak antara balok pendukung papan bekisting maksimum 40 cm. Sebelum pengecoran dimulai,
bagian dalam dari bekisting harus bersih dari kotoran dan kering dari air, agar mendapatkan mutu beton
yang diharapkan sebagai jaminan bahwa bagian dalam bekisting bersih dan tidak ada genangan air
digunakan kompresor. Finishing beton bertulang dalam arti penambahan-penambahan sejauh mungkin
dihindari perataan permukaan beton bila terpaksa harus dilakukan sesuai petunjuk direksi. Bekisting balok
tidak boleh dibuka, sampai lantai diatasnya sudah selesai dicor dan telah mengeras. Pasal 21 Pekerjaan
Baja Tulangan 1. Gambar rencana kerja untuk baja tulangan, meliputi rencana pemotongan,
pembengkokan sambungan, penghentian, dibuat oleh kontraktor dan diajukan kepada direksi untuk
mendapatkan persetujuan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan. Semua detail harus memenuhi
persyaratan seperti yang dicantumkan dalam gambar kerja dan syarat-syarat yang harusdiikuti menurut
PBI 1989. 2. Diameter-diameter pengenal harus sama seperti persyartan-persyaratan dalam gambar kerja
dan jika diameter tersebut akan diganti, maka jumlah luas penampang persatuan lebar beton harus
minimal sama dengan luas penampang rencana, sebelum melakukan perubahan-perubahan harus
mendapatkan persetujuan direksi. 3. Semua pembengkokan tulangan harus dilakukan sebelum
penyetelan/penempatan, dan diperkenankan membengkokan tulangan bila sudah ditempatkan kecuali
apabila hal itu terpaksa dan sudah mendapat persetujuan direksi. 4. Tulangan harus ditempatkan dengan
teliti pada posisi sesuai rencana dan harus dijaga jarak antara tulangan dengan begisting untuk
mendapatkan tebal selimut (beton decking) minimal 3 cm, untuk bagian beton yang langsung berhubungan
dengan air laut ataupun yang berhadapan dengan air/hawa laut, sedangkan bagian lainya minimum 2.5
cm. 5. Sebelum melakukan pengecoran, semua tulangan harus terlebih dahulu diperiksa untuk
memastikan penelitian tempatnya, kebersihan untuk mendapatkan perbaikan bilamana perlu. Tulangan
yang berkarat harus segera dibersihkan atau diganti bilamana dianggap direksi akan melemahkan
konstruksi. 6. Pengecoran tidak diperkenankan apabila belum diperiksa dan disetujui oleh direksi. 7.
Khusus untuk tebal selimut beton, dudukan harus cukup kuat dan jaraknya sedemikian sehingga tulangan
tidak melengkung dan beton penutup tidak kurang dari yang disyaratkan. Toleransi yang diperkenankan
untuk penyimpangan terhadap bidang horizontal adalah 5 mm. Pasal 22 Pekerjaan Percobaan
Campuran Beton dan Aduka Beton Pekerjaan beton adalah pelaksanaanya harus memenuhi persyaratan-
persyaratan yang termuat dalam SKSNI 1989, baik mengenai material local, pasir, semen dan baja
maupun pelaksanaanya. 1. Mutu beton Untuk beton bertulang kekuatan yang disyaratakan dalam
pekerjaan ini adalah berdasarkan kekuatan karakteristik. Kekuatan karateristik beton 300 Kg/cm dengan
pemakaian PC minimum 400 Kg untuk tiap 1 M beton, factor air semen maksimum 0,45 dan Slump beton
maksimum 7 cm, untuk ini pemborong harus membuat Mixed Design dengan persetujuan direksi. 2.
Percobaan campuran Sebelum pelaksanaan pembetonan, pemborong terlebih dahulu harus mengadakan
percobaan campuran (Mixed Design) untuk membuat mutu karakteristik beton seperti yang disyaratkan
dan untuk mengetahui komposisi campuran beton (Pasir, semen dan batu pecah) Slump yang
diperkenankan adalah 7 cm. Dalam menentukan atau untuk mendapatkan mutu beton sesuai dengan
karakteristik yang sudah ditentukan, harus dilakukan denfan menggunakan ukuran yang sudah tertentu,
baik untuk material betonya maupun ukuran penggunaan air (ember tertentu) yang mana ukuran tersebut
nantinya akan digunakan selama pelaksanaan konstruksi. Percobaan ini dilakukan sampai mendapatkan
mutu beton yang sesuai dengan karakteristik yang sudah ditentukan yaitu : K > K Syarat ( K = 250 )
Pekerjaan konstruksi pengecoran / beton boleh dilaksanakan tetapi kalau : K < K Syarat ( K = 250 ) Maka
percobaan ini harus terus dilakukan dengan komposisi lain, sampai mendapatkan mutu beton sesuai
dengan yang disyaratkan. Bilamana kekuatan karakteristik telah dicapai dengan komposisi agregat
tersebut diatas dan telah disetujui oleh direksi harus digunakan dalam pemakaian selanjutnya. Segala
perubahan dalam masa pelaksanaan terhadap campuran agregat yang telah disetujui harus mendapat
persetujuan direksi. Jumlah sample harus disediakan oleh pemborong untuk tiap seri pengetesan atau
percobaan adalah 20 ( Dua puluh) buah dan laboratorium tempat percobaan akan ditentukan direksi atau
dengan persetujuan direksi. Pasal 23 Pekerjaan Pengecoran Beton 1. Pekerjaan pengecoran beton harus
dilaksanakan sekaligus dan harus dihindarkan adanya penghentian pengecoran (cold-joint) kecuali bila
sudah diperhitungkan pada tempat yang aman sebelumnya sudah mendapat persetujuan direksi.
Pemborong sudah mempersiapkan segala sesuatu (peralatan) untuk pengamanan, pelindung dan lain-lain
yang dapat menjamin kontinuitas pengecoran. 2. Untuk mendapatkan campuran beton yang baik dan
merata pemborong harus memakai mesin pengaduk. Mesin pengaduk harus mempunyai kapasitas yang
cukup untuk melayani volume pekerjaan yang direncanakan. Mesin pengaduk harus dibersihkan dengan
air dan dihindarkan dari minyak sebelum dipakai. Setiap campuran beton harus diaduk sehingga
merata/homogen dan waktu pengadukan minimum adalah 2 menit untuk setiap kali pencampuran. 3.
Bilamana perlu pemborong diperkenankan untuk menggunakan concrete pump. Gerobak-gerobak dorong
untuk mengangkut adukan ketempat yang akan dicor. Pengangkutan beton tidak dibenarkan dengan
ember. 4. Sebelum pengecoran di mulai, semua peralatan, material serta tenaga yang diperlukan sudah
harus siap dan cukup untuk suatu tahap pengecoran sesuai dengan rencana yang sebelumnya disetujui
direksi. Tulangan jarak, bekisting dan lain-lain, harus dijaga dengan baik sebelum dan selama pelaksanaan
pengecoran. 5. Segera setelah beton dituangkan kedalam bekisting, adukan harus segera dipadatkan
dengan concrete vibrator yang jumlahnya harus mencukupi. Penggetaran dengan concrete vibrator dapat
dibantu dengan penyodokan, apabila dengan concrete vibrator tidak mungkin dilakukan dan harus
mendapatkan persetujuaan dari direksi terlebih dahulu. 6. Pengecoran harus menerus dan hanya boleh
berhenti ditempat-tempat yang diperhitungkan aman dan telah direncanakan terlebih dahulu dan
sebelumnya mendapatkan persetujuan dari direksi. Penghentian maksimum 2 jam. Untuk menyambung
suatu pengecoran, pengecoran sebelumnya harus dibersihkan permukaanya dibuat kasar dengan sikat
baja agar sempurna sambungannya dan sebelum adukan beton dituangkan, permukaan yang akan
disambung harus disiram dengan air semen dengan campuran 1Pc. : 0,45 air. 7. Selama waktu
pengerasan beton harus dilindungi dengan air bersih atau ditutup dengan karung-karung yang senantiasa
dibasahi dengan air, terus menerus selama paling tidak 10 hari setelah pengecoran. 8. Apabila cuaca
diragukan, sedangkan pengawas atau direksi menghendaki agar pengecoran tetap haru berlangsung,
maka pihak pemborong harus menyediakan alat pelindung atau terpal yang cukup untuk melindungi
tempat yang sudah/akan dicor. Pengecoran tidak di izinkan selama hujan lebat atau ketika suhu udara naik
diatas 32 C. 9. Untuk setiap 5 M3 pengecoran, pemborong diwajibkan mengambil contoh (sample) untuk
pemeriksaan kekuatan tekan kubus, pemeriksaan slump test, dengan prosedur sebagaimana ditentukan
dalam PBI 1991. Slump yang diperkenankan dalam pelaksanaan adalah antara 7 cm. dan factor air semen
maksimum 0,45. Pengambilan-pengambilan contoh diatas sesuai petunjuk direksi. Kubus-kubus dijaga
agar dapat mengeras dengan baik. 10. Mutu beton Kubus beton yang diambil selama pengecoran harus
diuji kekuatan tekan karakteristik Di laboratorium yang dapat disetujui direksi dan hasilnya dilaporkan
secara tertulis kepada direksi untuk dievaluasi. Bilamana hasil pengujian menunjukkan mutu beton kurang
dari K yang disyaratkan (K-300) maka pemborong diwajibkan untuk mengajukan rencana dan mengadakan
perkuatan/penyempurnaan konstruksi dengan biaya pemborong. 11. Apabila hasil pemeriksaan
menunjukkan bahwa mutu beton kurang dari nilai yang disyaratkan pemborong harus mengambil core-
sample dari bagian-bagian konstruksi yang diragukan. Jumlah core sample untuk tiap sample untuk tiap
pemeriksaan adalah tiga buah, dan selanjutnya akan diperiksa dilaboratorium dengan persetujuan direksi.
Hasilnya akan dievaluasi direksi dan bila nilai yang diperoleh membahayakan konstruksi, harus dilakukan
perbaikan konstruksi tersebut atas biaya pemborong. Pasal 24 Air Kerja 1. Untuk adukan, maka air yang
dipakai harus bebas dari asam, garam, bahan alkali dan bahan organic yang dapat mengurangi mutu
beton. 2. Pengurangan air kerja harus mendapat persetujuan direksi. 3. Bila akan dipakai air bukan berasal
dari air minum dan mutunya meragukan, maka direksi dapat minta kepada pemborong untuk mengadakan
penyelidikan air secara laboratoris dan penyelidikan tersebut atas tanggungan pemborong. Pasal 25 Beton
Cetak 1. Persyaratan umum yang berhubungan dengan beton bertulang biasa tetap berlaku, sedangkan
persyaratan lain yang berhubungan dengan pekerjaan beton pra-cetak terdapat didalam pasal-pasal
berikut. 2. Pemborong harus menyerahkan usulan rencana-rencananya secara terperinci untuk
pelaksanaan fabrikasi beton pracetak/precast, perawatan dan kemudian pembongkaran serta
pengangkutan dari tempat pencetakan elemen-elemen beton pra cetak. Semua rencana tersebut harus
mendapat persetujuan dari direksi. 3. Pemborong harus menyediakan lapangan yang cukup luas dengan
lantai beton yang kokoh dan rata tempat pekerjaan pembuatan beton pra cetak akan dilakukan. 4. Elemen-
elemen beton pra cetak/precast dengan pengecoran beton secara kontinu dengan suatu cara pelaksanaan
dan peralatan yang memadai, yang sebelumnya mendapat persetujuan direksi. 5. Unsur beton pra cetak
harus dicetak dengan toleransi ukuran 5 mm dari ukuran yang telah ditetapkan dalam gambar. Lebih
lanjut tidak ada permukaan balok atau lantai yang menyimpang lebih dari pinggir yang lurus sepanjang 3 m
dan pada bagian tengah dari unsur tidak boleh menyimpang lebih dari 10 mm dari garis tengah. 6. Cetakan
/ bekisting harus dibuat kokoh, rapat pada sambungan-sambunganya, rapi dan benar, serta direncanakan
sedemikian sehingga mudah untuk dibuka dan dipasang kembali. 7. Bagian-bagian yang memerlukan
ketelitian dan atau kerapian pada elemen beton pracetak harus dibuat dengan cetakan yang terdiri dari
lembaran plat baja. Cetakan harus ditempatkan dengan betul untuk mencegah penonjolan atau
penyimpangan bentuk hasil pengecoran. 8. Cetakan pada bagian pinggiran-pinggiran dari beton pra cetak
boleh dipindahkan setelah 72 jam asalkan beton tersebut telah mengeras dan disetujui direksi. 9.
Pemborong harus menyerahkan perhitungan rencana cetakannya dan gambar-gambar kepada direksi
untuk persetujuan. 10. Pada pertemuan atau sambungan konstruksi antara unsur pra cetak dan beton
biasa. maka semua permukaan horizontal dan vertical dari unit beton pra cetak harus dibersihkan dengan
sikat kawat untuk menyingkirkan semua benda dan kotoran atau bagian-bagian agregat yang menonjol.
11. Setiap bagian/elemen beton pra cetak harus diberi tanda pengenal pada bagia atas permukaaan untuk
menunjukkan nomor urut, lokasinya atau bagian mana dari struktur dermaga atau trestle dan tanggal
pembuatan/pengecorannya. Tanda-tanda identitas ini harus sejalan dengan rencana penempatan. 12.
Pemborong diminta untuk mengajukan rencana pengangkatan, pengangkutan, penurunan dan
pengumpulan semua elemen beton pracetak dan selama masa pengerasan beton pra cetak harus dirawat
sesuai persyaratan. Dalam masa tersebut beton pre cast tidak boleh dipindahkan kecuali dengan
persetujuan direksi. 13. Unit-unit beton pracetak harus diangkat tepat pada rencana titik angkat yang telah
disetujui direksi. Unit beton pracetak dapat diangkat dari tempat pencetakan untuk menyimpan kalau
kekuatan rata-rata dari paling sedikit 3 kubus yang dibuat dari bahan beton yang sama paling sedikit 2,5
kali tegangan yang dihasilkan pada saat diangkat. 14. Unit beton pracetak harus dikumpulkan dan disusun
dengan cara yang telah disetujui direksi. Pengumpulan beton harus diatur sehingga sehingga unit-unitnya
dapat digunakan menurut umur. Unit-unit beton pracetak harus dilindungi dari matahari langsung. 15.
Beton decking yang dimaksud adalah untuk pelindungan tulangan-tulangan terhadap bahaya karat. Tebal
selimut beton pracetak disyaratkan 5 cm., kecuali bagian bagian tertentu yang langsung terkena atau
terpengaruh air laut minimal 8 cm. Untuk menjamin hal ini perlu dibuat tahu tahu beton dengan ukuran 5x5
atau 7x7 cm. dibuat diatas tanah yang rata, didasari tripleks dan pada bagian atas tahu-tahu beton tersebut
harus terpasang pengikat dari kawat/ bindrat. 16. Sebelum pengecoran beton pracetak dilakukan,
permukaan plat baja agar diolesi form oil agar permukaannya sempurna dan mudah mengangkatnya. 17.
Unit-unit beton pracetak baru boleh dipindahkan dari tempat pengumpulan ketempat pemasangannya bila
telah berumur paling sedikit 21 hari, atau betonnya telah mencapai tegangan minimal ( 3 contoh ) 95% dari
tegangan pada usia beton 28 hari. 18. Penempatan elemen-elemen beton pracetak pada tempat yang
sebenarnya harus dengan memakai peralatan yang memadai sehingga elemen beton pracetak tidak
mengalami gaya-gaya yang berlebihan yang dapat menyebabkan retak-retak rambut, serta agar dapat
diletakkan dengan rapi dan rapat satu sama lainnya sehingga pengecoran beton diatasnya terjamin tidak
bocor serta dapat dilakukan dengan baik. 19. Sebelum dilakukan pengecoran beton ditempat, semua
tulangan yang diperlukan harus sudah terpasang ditempatnya dengan kokoh. Bagian dalam bekisting,
permukaan beton dan tulangan harus dibersihkan dari kotoran yang dapat menurunkan mutu beton, celah-
celah diantara elemen-elemen beton pracetak dan lain-lain harus ditutup dengan baik, serta kemudian
permukaan beton disiram dengan campuran air semen sampai merata. BAB IV PEKERJAAN
PEMANCANGAN DAN REKLAMASI Pasal 26 Jenis dan Ukuran Tiang Pancang Jenis dan ukuran tiang
pancang dipakai dari jenis pipa beton dengan ukuran 20 cm x 20 cm Pasal 27 Ketentuan dan Persyaratan
1. Toleransi Titik Pancang a. Tiang pancang harus ditempatkan sebagaimana yang ditunjukkan dalam
Gambar. Penggeseran lateral kepala tiang pancang dari posisi yang ditentukan tidak boleh melampaui 75
mm dalam segala arah. b. Penyimpangan arah vertikal atau kemiringan yang disyaratkan tidak boleh lebih
melampaui 20 mm per meter (yaitu 1 dalam 50). c. Bila toleransi dilampaui, tiang harus diperbaiki,
diperkuat dengan konstruksi tertentu, dicabut atau lain sebagainya sesuai dengan keputusan Direksi,
dengan biaya Pemborong. 2. Persyaratan Bahan a. Kayu Kayu untuk tiang pancang penahan beban
(bukan cerucuk) dapat diawetkan atau tidak diawetkan, dan dapat dipangkas sampai membentuk
penampang yang tegak lurus terhadap panjangnya atau berupa batang pohon lurus sesuai bentuk aslinya.
Selanjutnya semua kulit kayu harus dibuang. Tiang pancang kayu harus seluruhnya keras dan bebas dari
kerusakan, mata kayu, bagian yang tidak keras atau akibat serangan serangga. Pengawetan harus sesuai
dengan AASHTO M133 - 04. Cerucuk kayu harus terbuat dari jenis, diameter dan mutu yang ditunjukkan
dalam Gambar. b. Beton Jika beton akan dicor di dalam air, seperti halnya dengan tiang beton cor
langsung di tempat, maka beton harus dicor dengan cara tremi dan harus mempunyai slump yang tidak
kurang dari 15 cm serta kadar semen minimum 400 kg per meter kubik beton. c. Baja Tulangan Baja
tulangan harus memenuhi ketentuan dari Bagian Baja Tulangan d. Tiang Pancang Beton Prategang
Pracetak Tiang pancang beton prategang pracetak harus memenuhi ketentuan dari Bagian Beton
Prategang 3. Persyaratan Kerja Pengajuan Kesiapan Kerja Pekerjaan Pemancangan Sebelum memulai
suatu pekerjaan pemancangan, Penyedia Jasa harus mengajukan kepada Direksi Pekerjaan hal-hal
sebagai berikut : a. Program yang terinci untuk pekerjaan pemancangan. b. Rincian metode yang
diusulkan untuk pemancangan bersama dengan peralatan yang akan digunakan. c. Perhitungan
rancangan, termasuk rumus penumbukan, yang menunjukkan kapasitas tiang pancang bilamana
penumbukan menggunakan peralatan yang diusulkan oleh Penyedia Jasa. d. Usulan untuk pengujian
pembebanan tiang pancang. Usulan ini mencakup metode pemberian beban, pengukuran beban dan
penurunan serta penyajian data yang diusulkan. e. Persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan untuk
pengajuan tersebut di atas harus diperoleh terlebih dahulu sebelum memulai setiap pekerjaan
pemancangan. Pasal 28 Pelaksanaan Pekerjaan 1. Umum Tiang pancang harus dirancang, dicor dan
dirawat untuk memperoleh kekuatan yang diperlukan sehingga tahan terhadap pengangkutan,
penanganan, dan tekanan akibat pemancangan tanpa kerusakan. Tiang pancang segi empat harus
mempunyai sudut-sudut yang ditumpulkan. Pipa pancang berongga (hollow piles) harus digunakan
bilamana panjang tiang pancang yang luar biasa diperlukan. Baja tulangan harus disediakan untuk
menahan tegangan yang terjadi akibat pengangkatan, penyusunan dan pengangkutan tiang pancang
maupun tegangan yang terjadi akibat pemancangan dan beban-beban yang didukung. Selimut beton tidak
boleh kurang dari 40 mm dan bilamana tiang pancang terekspos terhadap air laut atau pengaruh korosi
lainnya, selimut beton tidak boleh kurang dari 50 mm. 2. Penyambungan Penyambungan tiang pancang
harus dihindarkan bilamana memungkinkan. Bilamana perpanjangan tiang pancang tidak dapat
dihindarkan, Penyedia Jasa harus menyerahkan metode penyambungan kepada Direksi Pekerjaan untuk
mendapat persetujuan. Tidak ada penyambungan tiang pancang sampai metode penyambungan disetujui
secara tertulis dari Direksi Pekerjaan. 3. Perpanjangan Tiang Pancang Perpanjangan tiang pancang beton
pracetak dilaksanakan dengan penyambungan tumpang tindih (overlap) baja tulangan. Beton pada kepala
tiang pancang akan dipotong hingga baja tulangan yang tertinggal mempunyai panjang paling sedikit 40
kali diameter tulangan. Perpanjangan tiang pancang beton harus dilaksanakan dengan menggunakan baja
tulangan yang sama (mutu dan diameternya) seperti pada tiang pancang yang akan diperpanjang. Baja
spiral harus dibuat dengan tumpang tindih sepanjang 2 kali lingkaran penuh dan baja tulangan memanjang
harus mempunyai tumpang tindih minimum 40 kali diameter. Jika perpanjangan melebihi 1,50 m, acuan
harus dibuat sedemikian hingga tinggi jatuh pengecoran beton tak melebihi 1,50 m. Sebelum pengecoran
beton, kepala tiang pancang harus dibersihkan dari semua bahan lepas atau pecahan, dibasahi sampai
merata dan diberi adukan semen yang tipis. Mutu beton yang digunakan sekurang-kurangnya harus beton
dengan fc = 35 Mpa atau K-400. Semen yang digunakan harus dari mutu yang sama dengan yang dipakai
pada tiang panjang yang akan disambung, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan. Acuan tidak
boleh dibuka sekurang-kurangnya 7 hari setelah pengecoran. Perpanjangan tiang pancang akan dirawat
dan dilindungi dengan cara yang sama seperti tiang pancang yang akan disambung. Bilamana tiang
pancang akan diperpanjang setelah operasi pemancangan sedang berjalan, kepala tiang pancang
direncanakan tertanam dalam pur (pile cap), maka perpanjangan baja tulangan yang diperlukan harus
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar. Jika tidak disebutkan dalam Gambar, maka panjang tumpang
tindih baja tulangan harus 40 kali diameter untuk tulangan memanjang, kecuali diperintahkan lain oleh
Direksi Pekerjaan. 4. Sepatu tiang Pancang Tiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang datar
atau mempunyai sumbu yang sama (co-axial), jika dipancang masuk ke dalam atau menembus jenis tanah
seperti batu, kerikil kasar, tanah liat dengan berangkal, dan tanah jenis lainnya yang mungkin dapat
merusak ujung tiang pancang beton. Sepatu tersebut dapat terbuat dari baja atau besi tuang. Untuk tanah
liat atau pasir yang seragam, sepatu tersebut dapat ditiadakan. Luas ujung sepatu harus sedemikian rupa
sehingga tegangan dalam beton pada bagian tiang pancang ini masih dalam batas yang aman seperti
yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. 5. Pembuatan dan Perawatan Tiang pancang dibuat dan dirawat
sesuai dengan ketentuan dari Bagian Beton dan Bagian Baja dari Spesifikasi ini. Waktu yang diijinkan
untuk memindahkan tiang pancang harus ditentukan dengan menguji empat buah benda uji yang telah
dibuat dari campuran yang sama dan dirawat dengan cara yang sama seperti tiang pancang tersebut.
Tiang pancang tersebut dapat dipindahkan bilamana pengujian kuat tekan pada keempat benda uji
menunjukkan kekuatan yang lebih besar dari tegangan yang terjadi pada tiang pancang yang dipindahkan,
ditambah dampak dinamis yang diperkirakan dan dikalikan dengan faktor keamanan, semuanya harus
berdasarkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Ruas tiang pancang yang akan terekspos untuk
pemandangan yaitu tiang-tiang rangka pendukung, harus diselesaikan sesuai dengan Toleransi
Kedudukan pada Bagian Beton. Tidak ada tiang pancang yang akan dipancang sebelum berumur paling
sedikit 28 hari atau telah mencapai kekuatan minimum yang disyaratkan. Acuan samping dapat dibuka 24
jam setelah pengecoran beton, tetapi seluruh tiang pancang tidak boleh digeser dalam waktu 7 hari setelah
pengecoran beton, atau lebih lama sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Perawatan
harus dilaksanakan selama 7 hari setelah dicor dengan mempertahankan tiang pancang dalam kondisi
basah selama jangka waktu tersebut. Selama operasi pengangkatan, tiang pancang harus didukung pada
titik seperempat panjangnya atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana tiang
pancang tersebut akan dibuat 1,5 m lebih panjang dari pada panjang yang disebutkan dalam Gambar,
Direksi Pekerjaan akan memerintahkan menggunakan baja tulangan dengan diameter yang lebih besar
dan/atau memakai tiang pancang dengan ukuran yang lebih besar dari yang ditunjukkan dalam Gambar.
Setiap tiang harus ditandai dengan tanggal pengecoran dan panjangnya, ditulis dengan jelas dekat dekat
kepala tiang pancang. Penyedia Jasa dapat menggunakan semen yang cepat mengeras untuk membuat
tiang pencang. Penyedia Jasa harus memberitahu secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan atas
penggunaan jenis dan pabrik pembuat semen yang diusulkan. Semen yang demikian tidak boleh
digunakan sebelum disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Periode dan ketentuan perlindungan sebelum
pemancangan harus sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. 6. Pengupasan Kepala
Tiang Pancang Beton harus dikupas sampai pada elevasi yang sedemikian sehingga beton yang tertinggal
akan masuk ke dalam pur (pile cap) sedalam 50 mm sampai 75 mm atau sebagaimana ditunjukkan di
dalam Gambar. Untuk tiang pancang beton bertulang, baja tulangan yang tertinggal setelah pengupasan
harus cukup panjang sehingga dapat diikat ke dalam pile cap dengan baik seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar. Untuk tiang pancang beton prategang, kawat prategang yang tertinggal setelah pengupasan
harus dimasukkan ke dalam pile cap paling sedikit 600 mm. Penjangkaran ini harus dilengkapi, jika perlu,
dengan baja tulangan yang di cor ke dalam bagian atas tiang pancang. Sebagai alternatif, pengikatan
dapat dihasilkan dengan baja tulangan lunak yang di cor ke dalam bagian atas dari tiang pancang pada
saat pembuatan. Pengupasan tiang pancang beton harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah
pecahnya atau kerusakan lainnya pada sisa tiang pancang. Setiap beton yang retak atau cacat harus
dipotong dan diperbaiki dengan beton baru yang direkatkan sebagaimana mestinya dengan beton yang
lama. Sisa bahan potongan tiang pancang, yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan, tidak perlu
diamankan, harus dibuang sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan. Pasal 29 Pekerjaan Pemancangan 1.
Umum Tiang pancang dapat dipancang dengan setiap jenis palu, asalkan tiang pancang tersebut dapat
menembus masuk pada ke dalaman yang telah ditentukan atau mencapai daya dukung yang telah
ditentukan, tanpa kerusakan. Jika elevasi akhir kepala tiang pancang berada di bawah permukaan tanah
asli, maka galian harus dilaksanakan terlebih dahulu sebelum pemancangan. Perhatian khusus harus
diberikan agar dasar pondasi tidak terganggu oleh penggalian diluar batas-batas yang ditunjukkan dalam
Gambar. Kepala tiang pancang baja harus dilindungi dengan bantalan topi atau mandrel dan kepala tiang
kayu harus dilindungi dengan cincin besi tempa atau besi nonmagnetik sebagaimana yang disyaratkan
dalam Spesifikasi ini. Palu, topi baja, bantalan topi, katrol dan tiang pancang harus mempunyai sumbu
yang sama dan harus terletak dengan tepat satu di atas lainnya. Tiang pancang termasuk tiang pancang
miring harus dipancang secara sentris dan diarahkan dan dijaga dalam posisi yang tepat. Semua
pekerjaan pemancangan harus dihadiri oleh Direksi Pekerjaan atau wakilnya, dan palu pancang tidak
boleh diganti dan dipindahkan dari kepala tiang pancang tanpa persetujuan dari Direksi Pekerjaan atau
wakilnya. Tiang pancang harus dipancang sampai penetrasi maksimum atau penetrasi tertentu,
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, atau ditentukan dengan pengujian pembebanan
sampai mencapai ke dalaman penetrasi akibat beban pengujian tidak kurang dari dua kali beban yang
dirancang, yang diberikan menerus untuk sekurang-kurangnya 60 mm. Dalam hal tersebut, posisi akhir
kepala tiang pancang tidak boleh lebih tinggi dari yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan setelah pemancangan tiang pancang uji. Posisi tersebut dapat lebih
tinggi jika disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Jika ketentuan rancangan tidak dapat dipenuhi, maka Direksi
Pekerjaan dapat memerintahkan untuk menambah jumlah tiang pancang dalam kelompok tersebut
sehingga beban yang dapat didukung setiap tiang pancang tidak melampaui kapasitas daya dukung yang
aman, atau Direksi Pekerjaan dapat mengubah rancangan bangunan bawah jembatan bilamana dianggap
perlu. Alat pancang yang digunakan dapat dari jenis gravitasi, uap atau diesel. Untuk tiang pancang beton,
umumnya digunakan jenis uap atau diesel. Berat palu pada jenis gravitasi sebaiknya tidak kurang dari
jumlah berat tiang beserta topi pancangnya, tetapi sama sekali tidak boleh kurang dari setengah jumlah
berat tiang total beserta topi pancangnya ditambah 500 kg dan minimum 2,2 ton untuk tiang pancang
beton. Untuk tiang pancang baja, berat palu harus dua kali berat tiang total beserta topi pancangnya.
Tinggi jatuh palu tidak boleh melampaui 2,5 meter atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan. Alat pancang dengan jenis gravitasi, uap atau diesel yang disetujui, harus mampu memasukkan
tiang pancang tidak kurang dari 3 mm untuk setiap pukulan pada 15 cm dari akhir pemancangan dengan
daya dukung yang diinginkan sebagaimana yang ditentukan dari rumus pemancangan yang disetujui, yang
digunakan oleh Penyedia Jasa. Energi total alat pancang tidak boleh kurang dari 970 kgm per pukulan,
kecuali untuk tiang pancang beton sebagaimana disyaratkan di bawah ini. Alat pancang uap, angin atau
diesel yang dipakai memancang tiang pancang beton harus mempunyai energi per pukulan, untuk setiap
gerakan penuh dari pistonnya tidak kurang dari 635 kgm untuk setiap meter kubik beton tiang pancang
tersebut. Penumbukan dengan gerakan tunggal (single acting) atau palu yang dijatuhkan harus dibatasi
sampai 1,2 meter dan lebih baik 1 meter. Penumbukan dengan tinggi jatuh yang lebih kecil harus
digunakan bilamana terdapat kerusakan pada tiang pancang. Contoh-contoh berikut ini adalah kondisi
yang dimaksud : 1) Jika terdapat lapisan tanah keras dekat permukaan tanah yang harus ditembus pada
saat awal pemancangan untuk tiang pancang yang panjang; 2) Jika terdapat lapisan tanah lunak yang
dalam sedemikian hingga penetrasi yang dalam terjadi pada setiap penumbukan; 3) Jika tiang pancang
diperkirakan sekonyong-konyongnya akan mendapat penolakan akibat batu atau tanah yang benar-benar
tak dapat ditembus lainnya. Jika serangkaian penumbukan tiang pancang untuk 10 kali pukulan terakhir
telah mencapai hasil yang memenuhi ketentuan, penumbukan ulangan harus dilaksanakan dengan hati-
hati, dan pemancangan yang terus menerus setelah tiang pancang hampir berhenti penetrasi harus
dicegah, terutama jika digunakan palu berukuran sedang. Setiap perubahan yang mendadak dari
kecepatan penetrasi yang tidak dapat dianggap sebagai perubahan biasa dari sifat alamiah tanah harus
dicatat dan penyebabnya harus dapat diketahui, bila memungkinkan, sebelum pemancangan dilanjutkan.
Tidak diperkenankan memancang tiang pancang dalam jarak 6 m dari beton yang berumur kurang dari 7
hari. Bilamana pemancangan dengan menggunakan palu yang memenuhi ketentuan minimum, tidak dapat
memenuhi Spesifikasi, maka Penyedia Jasa harus menyediakan palu yang lebih besar dan/atau
menggunakan water jet atas biaya sendiri. 2. Penghantar Tiang Pancang (Leads) Penghantar tiang
pancang harus dibuat sedemikian hingga dapat memberikan kebebasan bergerak untuk palu dan
penghantar ini harus diperkaku dengan tali atau palang yang kaku agar dapat memegang tiang pancang
selama pemancangan. Kecuali jika tiang pancang dipancang dalam air, penghantar tiang pancang,
sebaiknya mempunyai panjang yang cukup sehingga penggunaan bantalan topi tiang pancang panjang
tidak diperlukan. Penghantar tiang pancang miring sebaiknya digunakan untuk pemancangan tiang
pancang miring. 3. Bantalan Topi Tiang Pancang Panjang (Followers) Pemancangan tiang pancang
dengan bantalan topi tiang pancang panjang sedapat mungkin harus dihindari, dan hanya akan dilakukan
dengan persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan. 4. Tiang Pancang yang Naik Jika tiang pancang
mungkin naik akibat naiknya dasar tanah, maka elevasi kepala tiang pancang harus diukur dalam interval
waktu dimana tiang pancang yang berdekatan sedang dipancang. Tiang pancang yang naik sebagai akibat
pemancangan tiang pancang yang berdekatan, harus dipancang kembali sampai ke dalaman atau
ketahanan semula, kecuali jika pengujian pemancangan kembali pada tiang pancang yang berdekatan
menunjukkan bahwa pemancangan ulang ini tidak diperlukan. 5. Pemancangan dengan Pancar Air (Water
Jet) Pemancangan dengan pancar air dilaksanakan hanya seijin Direksi Pekerjaan dan dengan cara yang
sedemikian rupa hingga tidak mengurangi kapasitas daya dukung tiang pancang yang telah
selesai dikerjakan, stabilitas tanah atau keamanan setiap struktur yang berdekatan. Banyaknya pancaran,
volume dan tekanan air pada nosel semprot harus sekedar cukup untuk melonggarkan bahan yang
berdekatan dengan tiang pancang, bukan untuk membongkar bahan tersebut. Tekanan air harus 5 kg/cm2
sampai 10 kg/cm2 tergantung pada kepadatan tanah. Perlengkapan harus dibuat, jika diperlukan, untuk
mengalirkan air yang tergenang pada permukaan tanah. Sebelum penetrasi yang diperlukan tercapai,
maka pancaran harus dihentikan dan tiang pancang dipancang dengan palu sampai penetrasi akhir.
Lubang-lubang bekas pancaran di samping tiang pancang harus diisi dengan adukan semen setelah
pemancangan selesai. 6. Tiang Pancang Yang Cacat Prosedur pemancangan tidak mengijinkan tiang
pancang mengalami tegangan yang berlebihan sehingga dapat mengakibatkan pengelupasan dan
pecahnya beton, pembelahan, pecahnya dan kerusakan kayu, atau deformasi baja. Manipulasi tiang
pancang dengan memaksa tiang pancang kembali ke posisi yang sebagaimana mestinya, menurut
pendapat Direksi Pekerjaan, adalah keterlaluan, dan tak akan diijinkan. Tiang pancang yang cacat harus
diperbaiki atas biaya Penyedia Jasa sebagaimana disyaratkan dan sebagaimana yang disetujui oleh
Direksi Pekerjaan. Jika pemancangan ulang untuk mengembalikan ke posisi semula tidak memungkinkan,
tiang pancang harus dipancang sedekat mungkin dengan posisi semula, atau tiang pancang tambahan
harus dipancang sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. 7. Catatan
Pemancangan/Kalendering Sebuah catatan yang detail dan akurat tentang pemancangan harus disimpan
oleh Direksi Pekerjaan dan Penyedia Jasa harus membantu Direksi Pekerjaan dalam menyimpan catatan
ini yang meliputi berikut ini : jumlah tiang pancang, posisi, jenis, ukuran, panjang aktual, tanggal
pemancangan, panjang dalam pondasi telapak, penetrasi pada saat penumbukan terakhir, energi pukulan
palu, panjang perpanjangan, panjang pemotongan dan panjang akhir yang dapat dibayar. 8. Rumus
Dinamis untuk Perkiraan Kapasitas Tiang Pancang Kapasitas daya dukung tiang pancang harus
diperkirakan dengan menggunakan rumus dinamis (Hiley). Penyedia Jasa dapat mengajukan rumus lain
untuk mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan dimana : Pu = kapasitas daya dukung batas (ton) Pa =
kapasitas daya dukung yang diijinkan (ton) ef = Effisiensi palu W = berat palu atau ram (ton) n = koefisien
restitusi H = tinggi jatuh palu (m) H = 2H untuk palu diesel (H = tinggi jatuh ram) S = Penetrasi tiang
pancang pada saat penumbukan terakhir, atau set (m) C1 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk
kepala tiang dan poer (m) C2 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk deformasi elastis dari batang tiang
pancang (m) C3 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk gempa pada lapangan (m) N : Faktor
Keamanan Nilai C1 + C2 + C3 harus diukur selama pemancangan. Catatan : untuk poin 7 dan 8 tidak
dapat digunakan dalam spesifikasi ini. Pasal 30 Pekerjaan Reklamasi 1. UMUM 1) Uraian a) Pekerjaan ini
mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah atau bahan berbutir yang
disetujui untuk pembuatan timbunan, untuk penimbunan kembali galian pipa atau struktur dan untuk
timbunan umum yang diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis, kelandaian,
dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan. b) Timbunan
yang dicakup oleh ketentuan dalam Seksi ini harus dibagi menjadi tiga jenis, yaitu Timbunan Biasa,
Timbunan Pilihan, dan Timbunan Pilihan Berbutir di atas tanah rawa. c) Timbunan pilihan harus digunakan
untuk meningkatkan kapasitas daya dukung tanah dasar pada lapisan penopang (capping layer) dan jika
diperlukan di daerah galian. Timbunan pilihan dapat juga digunakan untuk stabilisasi lereng atau pekerjaan
pelebaran timbunan jika diperlukan lereng yang lebih curam karena keterbatasan ruangan, dan untuk
pekerjaan timbunan lainnya dimana kekuatan timbunan adalah faktor yang kritis. d) Timbunan Pilihan
Berbutir harus digunakan sebagai lapisan penopang (capping layer) pada tanah lunak yang mempunyai
CBR lapangan kurang 2% yang tidak dapat ditingkatkan dengan pemadatan atau stabilisasi, dan diatas
tanah rawa, daerah berair dan lokasi-lokasi serupa dimana bahan Timbunan Pilihan dan Biasa tidak dapat
dipadatkan dengan memuaskan. e) Baik Timbunan Pilihan maupun Timbunan Pilihan Berbutir harus
digunakan untuk penimbunan kembali pada abutmen dan dinding penahan tanah serta daerah kritis
lainnya yang memiliki jangkauan terbatas untuk pemadatan dengan alat sebagaimana ditunjukkan dalam
gambar atau bilamana diperintahkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan. f) Pekerjaan yang tidak
termasuk bahan timbunan yaitu bahan yang dipasang sebagai landasan untuk pipa atau saluran beton,
maupun bahan drainase porous yang dipakai untuk drainase bawah permukaan atau untuk mencegah
hanyutnya partikel halus tanah akibat proses penyaringan. g) Pengukuran tambahan terhadap yang telah
diuraikan dalam Spesifikasi ini mungkin diperlukan, ditujukan terhadap dampak khusus lapangan termasuk
konsolidasi dan stabilitas lereng. 2) Toleransi Dimensi a) Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan
harus tidak lebih tinggi dari 2 cm atau lebih rendah 3 cm dari yang ditentukan atau disetujui. b) Seluruh
permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan harus memiliki kelandaian yang cukup
untuk menjamin aliran air permukaan yang bebas. c) Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh
bervariasi lebih dari 10 cm dari garis profil yang ditentukan. d) Timbunan selain dari Lapisan Penopang di
atas tanah lunak tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20 cm atau dalam
lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm. 3) Standar Rujukan Standar Nasional Indonesia (SNI) : SNI
03-1744-1989 : Metode Pengujian CBR Laboratorium. SNI 03-2828-1992 : Metode Pengujian Kepadatan
Lapangan Dengan Alat Konus Pasir. SNI-03-6371-2000 : Tata Cara Pengklasifikasian Tanah dengan Cara
Unifikasi Tanah. SNI 03-6795-2002 : Metode Pengujian untuk Menentukan Tanah Ekspansif SNI-03-6797-
2002 : Tata Cara Klasifikasi Tanah dan Campuran Tanah Agregat untuk Konstruksi Jalan SNI 1966:2008 :
Cara Uji Penentuan Batas Plastis dan Indeks Plastisitas Tanah. SNI 1967:2008 : Cara Uji Penentuan Batas
Cair untuk Tanah. SNI 1742:2008 : Cara Uji Kepadatan Ringan untuk Tanah. SNI 1743:2008 : Cara Uji
Kepadatan Berat untuk Tanah. SNI 3422:2008 : Cara Uji Analisis Ukuran Butir Tanah. 2. BAHAN 1)
Sumber Bahan Bahan timbunan harus dipilih dari sumber bahan yang disetujui Direksi atau Konsultan
Pengawas 2) Timbunan Biasa a) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari
bahan galian tanah atau bahan galian batu yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai bahan yang
memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan permanen. b) Bahan yang dipilih sebaiknya tidak
termasuk tanah yang berplastisitas tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut SNI-03-6797-2002
atau sebagai CH menurut "Unified atau Casagrande Soil Classification System". Bila penggunaan tanah
yang berplastisitas tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan hanya pada bagian
dasar dari timbunan atau pada penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya dukung atau kekuatan
geser yang tinggi. Tanah plastis seperti itu sama sekali tidak boleh digunakan pada 30 cm lapisan
langsung di bawah bagian dasar perkerasan atau bahu jalan atau tanah dasar bahu jalan. Sebagai
tambahan, timbunan untuk lapisan ini bila diuji dengan SNI 03-1744-1989, harus memiliki nilai CBR tidak
kurang dari karakteristik daya dukung tanah dasar yang diambil untuk rancangan dan ditunjukkan dalam
gambar atau tidak kurang dari 6% jika tidak disebutkan lain (CBR setelah perendaman 4 hari bila
dipadatkan 100 % kepadatan kering maksimum (MDD) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1742-1989). c)
Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25, atau derajat pengembangan yang
diklasifikasikan oleh AASHTO T258 sebagai "very high" atau "extra high" tidak boleh digunakan sebagai
bahan timbunan. Nilai aktif adalah perbandingan antara Indeks Plastisitas / PI - (SNI 03-1966-1989) dan
persentase kadar lempung (SNI 03-3422-1994). d) Bahan untuk timbunan biasa tidak boleh dari bahan
galian tanah yang mempunyai sifat sifat sebagai berikut: a. Tanah yang mengadung organik seperti jenis
tanah OL, OH dan Pt dalam sistem USCS serta tanah yang mengandung daun daunan, rumput-
rumputan, akar, dan sampah. b. Tanah dengan kadar air alamiah sangat tinggi yang tidak praktis
dikeringkan untuk memenuhi toleransi kadar air pada pemadatan (>OMC+1%). c. Tanah yang mempunyai
sifat kembang susut tinggi dan sangat tinggi dalam klasifikasi Van Der Merwe dengan ciri ciri adanya retak
memanjang sejajar tepi perkerasan jalan. 3) Timbunan Pilihan a) Timbunan hanya boleh diklasifikasikan
sebagai Timbunan Pilihan atau Timbunan Pilihan Berbutir bila digunakan pada lokasi atau untuk maksud
dimana bahan-bahan ini telah ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan. Seluruh
timbunan lain yang digunakan harus dipandang sebagai timbunan. b) Timbunan yang diklasifikasikan
sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari bahan tanah atau batu yang memenuhi semua ketentuan di atas
untuk timbunan biasa dan sebagai tambahan harus memiliki sifat-sifat tertentu yang tergantung dari
maksud penggunaannya, seperti diperintahkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Dalam segala hal,
seluruh timbunan pilihan harus, bila diuji sesuai dengan SNI 03-1744-1989, memiliki CBR paling sedikit
10% setelah 4 hari perendaman bila dipadatkan sampai 100% kepadatan kering maksimum sesuai dengan
SNI 03-1742-1989. c) Bahan timbunan pilihan yang digunakan pada lereng atau pekerjaan stabilisasi
timbunan atau pada situasi lainnya yang memerlukan kuat geser yang cukup, bilamana dilaksanakan
dengan pemadatan kering normal, maka timbunan pilihan dapat berupa timbunan batu atau kerikil
lempungan bergradasi baik atau lempung pasiran atau lempung berplastisitas rendah. Jenis bahan yang
dipilih, dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan akan tergantung pada kecuraman dari lereng yang akan
dibangun atau ditimbun, atau pada tekanan yang akan dipikul. 4) Timbunan Pilihan Berbutir di atas Tanah
Rawa Bahan timbunan pilihan di atas tanah rawa dan untuk keadaan di mana penghamparan dalam
kondisi jenuh atau banjir tidak dapat dihindarkan haruslah batu, pasir atau kerikil atau bahan berbutir bersih
lainnya dengan Index Plastisitas maksimum 6 % (enam persen). 3. PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN
TIMBUNAN 1) Penyiapan Tempat Kerja a) Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua
bahan yang tidak diperlukan harus dibuang sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. b) Kecuali
untuk daerah tanah lunak dan tidak sesuai atau tanah rawa, dasar pondasi timbunan harus dipadatkan
seluruhnya (termasuk penggemburan dan pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) sampai 15 cm
bagian permukaan atas dasar pondasi memenuhi kepadatan yang disyaratkan untuk Timbunan yang
ditempatkan di atasnya. c) Bilamana timbunan akan dibangun di atas permukaan tanah dengan kelandaian
lereng lebih dari 10%, ditempatkan di atas permukaan lama atau pembangunan timbunan baru, maka
lereng lama akan dipotong sampai tanah yang keras dan bertangga dengan lebar yang cukup sehingga
memungkinkan peralatan pemadat dapat beroperasi. Tanggatangga tersebut tidak boleh mempunyai
kelandaian lebih dari 4% dan harus dibuatkan sedemikian dengan jarak vertikal tidak lebih dari 30 cm
untuk kelandaian yang kurang dari 15% dan tidak lebih dari 60 cm untuk kelandaian yang sama atau lebih
besar dari 15%. d) Dasar saluran yang ditimbun harus diratakan dan dilebarkan sedemikian hingga
memungkinkan pengoperasian peralatan pemadat yang efektif. 2) Penghamparan Timbunan a. Timbunan
harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar dalam lapisan yang merata yang bila
dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal lapisan yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.1.3). Bilamana
timbunan dihampar lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga
sama tebalnya. b. Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke permukaan
yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan. Penumpukan tanah timbunan untuk
persediaan biasanya tidak diperkenankan, terutama selama musim hujan. c. Timbunan di atas atau pada
selimut pasir atau bahan drainase porous, harus diperhatikan sedemikian rupa agar kedua bahan tersebut
tidak tercampur. Dalam pembentukan drainase sumuran vertikal diperlukan suatu pemisah yang menyolok
di antara kedua bahan tersebut dengan memakai acuan sementara dari pelat baja tipis yang sedikit demi
sedikit ditarik saat pengisian timbunan dan drainase porous dilaksanakan. d. Penimbunan kembali di atas
pipa dan di belakang struktur harus dilaksanakan dengan sistematis dan secepat mungkin segera setelah
pemasangan pipa atau struktur. Akan tetapi, sebelum penimbunan kembali, diperlukan waktu perawatan
tidak kurang dari 3 jam setelah pemberian adukan pada sambungan pipa atau pengecoran struktur beton
gravity, pemasangan pasangan batu gravity atau pasangan batu dengan mortar gravity. Sebelum
penimbunan kembali di sekitar struktur penahan tanah dari beton, pasangan batu atau pasangan batu
dengan mortar, juga diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 14 hari. e. Bilamana timbunan badan
jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama harus disiapkan dengan membuang seluruh tetumbuhan yang
terdapat pada permukaan lereng dan harus dibuat bertangga (atau dibuat bergerigi) sehingga timbunan
baru akan terkunci pada timbunan lama sedemikian sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan. Selanjutnya
timbunan yang diperlebar harus dihampar horizontal lapis demi lapis sampai dengan elevasi tanah dasar,
yang kemudian harus ditutup secepat mungkin dengan lapis pondasi bawah dan atas sampai elevasi
permukaan jalan lama sehingga bagian yang diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu lintas secepat
mungkin, dengan demikian pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi jalan lainnya bilamana diperlukan. f.
Lapisan penopang di atas tanah lunak termasuk tanah rawa harus dihampar sesegera mungkin dan tidak
lebih dari tiga hari setelah persetujuan penggalian oleh Direksi Pekerjaan. Lapisan penopang dapat
dihampar satu lapis atau beberapa lapis dengan tebal antara 0,5 sampai 1,0 meter sesuai dengan kondisi
lapangan dan sebagimana diperintahkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan. 3) Pemadatan Timbunan a.
Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus dipadatkan dengan peralatan
pemadat yang memadai dan disetujui Direksi Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan
dalam Pasal 3.2.4. b. Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan
berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar air optimum. Kadar air
optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana
tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989. c. Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu
lapisan atau lebih setebal 20 cm dari bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang lebih
besar dari 5 cm serta mampu mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas timbunan batu tersebut. Lapis
penutup ini harus dilaksanakan sampai mencapai kepadatan timbunan tanah yang disyaratkan dalam
Pasal 3.2.4.2) di bawah. d. Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang
disyaratkan, diuji kepadatannya dan harus diterima oleh Direksi Pekerjaan sebelum lapisan berikutnya
dihampar. e. Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah sumbu jalan
sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha pemadatan yang sama. Bilamana
memungkinkan, lalu lintas alat-alat konstruksi dapat dilewatkan di atas pekerjaan timbunan dan lajur yang
dilewati harus terus menerus divariasi agar dapat menyebarkan pengaruh usaha pemadatan dari lalu lintas
tersebut. f. Dalam membuat timbunan sampai pada atau di atas gorong-gorong dan bilamana disyaratkan
dalam Kontrak sampai pada jembatan, Penyedia Jasa harus membuat timbunan tersebut sama tinggi pada
kedua sisinya. Jika kondisi-kondisi memerlukan penempatan timbunan kembali atau timbunan pada satu
sisi jauh lebih tinggi dari sisi lainnya, penambahan bahan pada sisi yang lebih tinggi tidak boleh dilakukan
sampai persetujuan diberikan oleh Direksi Pekerjaan dan tidak melakukan penimbunan sampai struktur
tersebut telah berada di tempat dalam waktu 14 hari, dan pengujianpengujian yang dilakukan di
laboratorium di bawah pengawasan Direksi Pekerjaan menetapkan bahwa struktur tersebut telah mencapai
kekuatan yang cukup untuk menahan tekanan apapun yang ditimbulkan oleh metoda yang digunakan dan
bahan yang dihampar tanpa adanya kerusakan atau regangan yang di luar faktor keamanan. g. Untuk
menghindari gangguan terhadap pelaksanaan abutmen jembatan, tembok sayap dan gorong-gorong
persegi, Penyedia Jasa harus, untuk tempat-tempat tertentu yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan,
menunda pekerjaan timbunan yang membentuk oprit dari setiap struktur semacam ini sampai saat ketika
pelaksanaan selanjutnya boleh didahulukan untuk penyelesaian oprit tanpa resiko mengganggu atau
merusak pekerjaan jembatan. Biaya untuk penundaan pekerjaan harus termasuk dalam harga satuan
Kontrak untuk Galian Biasa, Timbunan Biasa, dan Timbunan Pilihan. h. Bahan untuk timbunan pada
tempat-tempat yang sulit dimasuki oleh alat pemadat normal harus dihampar dalam lapisan mendatar
dengan tebal gembur tidak lebih dari 10 cm dan seluruhnya dipadatkan dengan menggunakan pemadat
mekanis. i. Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin gilas, harus
dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak lebih dari 10 cm dan dipadatkan dengan
penumbuk loncat mekanis atau timbris (tamper) manual dengan berat statis minimum 10 kg. Pemadatan di
bawah maupun di tepi pipa harus mendapat perhatian khusus untuk mencegah timbulnya rongga-rongga
dan untuk menjamin bahwa pipa terdukung sepenuhnya. 4. JAMINAN MUTU 1) Pengendalian Mutu Bahan
a) Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal mutu bahan akan
ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi bagaimanapun juga harus mencakup seluruh pengujian yang
disyaratkan paling sedikit tiga contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih mewakili
rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber bahan. b) Setelah persetujuan mutu bahan
timbunan yang diusulkan, menurut pendapat Direksi Pekerjaan, pengujian mutu bahan dapat diulangi lagi
agar perubahan bahan atau sumber bahannya dapat diamati. c) Suatu program pengendalian pengujian
mutu bahan rutin harus dilaksanakan untuk mengendalikan perubahan mutu bahan yang dibawa ke
lapangan. Jumlah pengujian harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi untuk setiap
1000 meter kubik bahan timbunan yang diperoleh dari setiap sumber bahan paling sedikit harus dilakukan
suatu pengujian Nilai Aktif. Direksi Pekerjaan setiap saat dapat memerintahkan dilakukannya uji ke-
ekspansif-an tanah sesuai SNI 03-6795-2002. 2) Ketentuan Kepadatan untuk Timbunan Tanah a) Lapisan
tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai 95 % dari
kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989. Untuk tanah yang mengandung
lebih dari 10 % bahan yang tertahan pada ayakan 19 mm, kepadatan kering maksimum yang diperoleh
harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih (oversize) tersebut sebagaimana yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan. b) Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar
harus dipadatkan sampai dengan 100 % dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai dengan
SNI 03-1742-1989. c) Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang dipadatkan
sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil setiap pengujian menunjukkan kepadatan kurang dari
yang disyaratkan maka Penyedia Jasa harus memperbaiki pekerjaan sesuai dengan Pasal 3.2.1.8 dari
Seksi ini. Pengujian harus dilakukan sampai kedalaman penuh pada lokasi yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, tetapi harus tidak boleh berselang lebih dari 200 m. Untuk penimbunan kembali di sekitar
struktur atau pada galian parit untuk gorong-gorong, paling sedikit harus dilaksanakan satu pengujian
untuk satu lapis penimbunan kembali yang telah selesai dikerjakan. Untuk timbunan, paling sedikit satu
rangkaian pengujian bahan yang lengkap harus dilakukan untuk setiap 1000 meter kubik bahan timbunan
yang dihampar. 3) Kriteria Pemadatan untuk Timbunan Batu Penghamparan dan pemadatan timbunan
batu harus dilaksanakan dengan menggunakan penggilas berkisi (grid) atau pemadat bervibrasi atau
peralatan berat lainnya yang serupa. Pemadatan harus dilaksanakan dalam arah memanjang sepanjang
timbunan, dimulai pada tepi luar dan bergerak ke arah sumbu jalan, dan harus dilanjutkan sampai tidak
ada gerakan yang tampak di bawah peralatan berat. Setiap lapis harus terdiri dari batu bergradasi menerus
dan seluruh rongga pada permukaan harus terisi dengan pecahan-pecahan batu sebelum lapis berikutnya
dihampar. Batu tidak boleh digunakan pada 15 cm lapisan teratas timbunan dan batu berdimensi lebih
besar dari 10 cm tidak diperkenankan untuk disertakan dalam lapisan teratas ini. Pasal 31 Pasangan Batu
1. UMUM 1) Uraian a) Pekerjaan ini harus mencakup pembuatan struktur yang ditunjukkan dalam Gambar
atau seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, yang dibuat dari Pasangan Batu. Pekerjaan harus
meliputi pemasokan semua bahan, galian, penyiapan pondasi dan seluruh pekerjaan yang diperlukan
untuk menyelesaikan struktur sesuai dengan Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian, potongan dan
dimensi seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan secara tertulis oleh
Direksi Pekerjaan. b) Umumnya, pasangan batu harus digunakan hanya untuk struktur seperti dinding
penahan, gorong-gorong pelat, dan tembok kepala gorong-gorong besar dari pasangan batu yang
digunakan untuk menahan beban luar yang cukup besar. Bilamana fungsi utama suatu pekerjaan sebagai
penahan gerusan, bukan sebagai penahan beban, seperti lapisan selokan, lubang penangkap, lantai
gorong-gorong (spillway apron) atau pekerjaan pelindung lainnya pada lereng atau di sekitar ujung gorong-
gorong, maka kelas pekerjaan di bawah Pasangan Batu (Stone Masonry) dapat digunakan seperti
Pasangan Batu dengan Mortar (Mortared Stonework) atau pasangan batu kosong yang diisi (grouted rip
rap). 2. BAHAN 1) Batu a) Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus dari jenis
yang diketahui awet. Bila perlu, batu harus dibentuk untuk menghilangkan bagian yang tipis atau lemah. b)
Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan saling mengunci bila dipasang
bersama-sama. c) Terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, batu harus memiliki ketebalan
yang tidak kurang dari 15 cm, lebar tidak kurang dari satu setengah kali tebalnya dan panjang yang tidak
kurang dari satu setengah kali lebarnya. 2) Adukan Adukan haruslah adukan semen dengan komposisi 1
pc : 3 psr. 3. PELAKSANAAN PASANGAN BATU 1) Persiapan Pondasi a) Pondasi untuk struktur
pasangan batu harus disiapkan sesuai dengan gambar rencana. b) Terkecuali disyaratkan lain atau
ditunjukkan pada Gambar, dasar pondasi untuk struktur dinding penahan harus tegak lurus, atau
bertangga yang juga tegak lurus terhadap muka dari dinding. Untuk struktur lain, dasar pondasi harus
mendatar atau bertangga yang juga horisontal. c) Lapis landasan yang rembes air (permeable) dan
kantung penyaring harus disediakan. d) Bilamana ditunjukkan dalam Gambar, atau yang diminta lain oleh
Direksi Pekerjaan, suatu pondasi beton mungkin diperlukan. Beton yang digunakan harus memenuhi
ketentuan yang disyaratkan. 2) Pemasangan Batu a) Landasan dari adukan baru paling sedikit 3 cm
tebalnya harus dipasang pada pondasi yang disiapkan sesaat sebelum penempatan masing-masing batu
pada lapisan pertama. Batu besar pilihan harus digunakan untuk lapis dasar dan pada sudut-sudut.
Perhatian harus diberikan untuk menghindarkan pengelompokkan batu yang berukuran sama. b) Batu
harus dipasang dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang tampak harus dipasang sejajar
dengan muka dinding dari batu yang terpasang. c) Batu harus ditangani sedemikian hingga tidak
menggeser atau memindahkan batu yang telah terpasang. Peralatan yang cocok harus disediakan untuk
mema-sang batu yang lebih besar dari ukuran yang dapat ditangani oleh dua orang. Menggelindingkan
atau menggulingkan batu pada pekejaan yang baru dipasang tidak diperkenankan. 3) Penempatan Adukan
a) Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai merata dan dalam waktu yang
cukup untuk memungkinkan penyerapan air mendekati titik jenuh. Landasan yang akan menerima setiap
batu juga harus dibasahi dan selanjutnya landasan dari adukan harus disebar pada sisi batu yang
bersebelahan dengan batu yang akan dipasang. b) Tebal dari landasan adukan harus pada rentang antara
2 cm sampai 5 cm dan merupakan kebutuhan minimum untuk menjamin bahwa seluruh rongga antara batu
yang dipasang terisi penuh. c) Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu
haruslah dibatasi sehingga batu hanya dipasang pada adukan baru yang belum mengeras. Bilamana batu
menjadi longgar atau lepas setelah adukan mencapai pengerasan awal, maka batu tersebut harus
dibongkar, dan adukannya dibersihkan dan batu tersebut dipasang lagi dengan adukan yang baru. 4)
Ketentuan Lubang Sulingan dan Delatasi a) Dinding dari pasangan batu harus dilengkapi dengan lubang
sulingan. Kecuali ditunjukkan lain pada Gambar atau diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, lubang sulingan
harus ditempatkan dengan jarak antara tidak lebih dari 2 m dari sumbu satu ke sumbu lainnya dan harus
berdiameter 50 mm. b) Pada struktur panjang yang menerus seperti dinding penahan tanah, maka delatasi
harus dibentuk untuk panjang struktur tidak lebih dari 20 m. Delatasi harus 30 mm lebarnya dan harus
diteruskan sampai seluruh tinggi dinding. Batu yang digunakan untuk pembentukan sambungan harus
dipilih sedemikian rupa sehingga membentuk sambungan tegak yang bersih dengan dimensi yang
disyaratkan di atas. c) Timbunan di belakang delatasi haruslah dari bahan Drainase Porous berbutir kasar
dengan gradasi menerus yang dipilih sedemikian hingga tanah yang ditahan tidak dapat hanyut jika
melewatinya, juga bahan Drainase Porous tidak hanyut melewati sambungan. BAB V PERSYARATAN
LAIN-LAIN DAN PERUBAHAN-PERUBAHAN Pasal 40 Persyaratan Lain-Lain Pemborong diwajibkan
membuat gambar-gambar revisi, bila diperlukan, dan gambar-gambar detail dari pekerjaan yang akan
dilaksanakan. Gambar-gambar tersebut diajuakan kepada Direksi untuk dan dibuat dalam rangkap dua,
diserahkan kepada direksi. Pemborong wajib membuat gambar pelaksanaan pekerjaan di lapangan (as
built drawing) dan diserahkan kepada Direksi pada waktu serah terima pertama hasil pekrjaan.
Pengurusan ijin yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan pemasangan Instalasi sementara untuk air
dan listrik, bila diperlukan sampai berfungsi dengan baik serta seluruh biaya yang diperlukan dalah
tanggungan pemborong. Pemborong dan Direksi tidak terlepas dari tanggung jawab terhadap hal-hl yang
tidak diinginkan pada saat pelaksanaan pekerjaan. Selama masa pelaksanaan kegiatan proyek, pihak
pemborong harus memenuhi kewajibannya kepada pihak pelabuhan setempat untuk hal-hal sebagai
berikut : 1. Membayar uang Pas pelabuahan bagi semua tenaga kerja yang terlibat dalam pelaksanaan
proyek selama untuk keoentingan pribadi masing-masing, kecuali pada areal kerja/lokasi kegiatan proyek.
2. Membayar uang pas kendaraan, baik kendaraan roda dua, roda empat atau sejenis lainnya sesuai
ketentuan yang berlaku, kecuali pada areal kerja/lokasi kegiatan proyek. 3. Membangun pagar sementara
pada batas lahan yang disediakan/diserahkan untuk sementara selama pelaksanaan proyek kepada pihak
proyek/Pemborong pelaksanan. Pembuatan pagar sementara tersebut atas beban pemborong.Pagar
sementara harus dibongkar kembali setelah pekerjaann selesai dan semua bekas bongkarannya harus
dikeluarkan dari lokasi dimaksud ke tempat yang ditentukan oleh Direksi, atas beban pemborong. 4. Lahan
yang diserahkan kapada pemborong untuk lokasi kegiatan proyek, termasuk untuk lokasi Direksi Keet,
Kantor Pemborong, gudang, bahan dan lapangan penumpukan dibebaskan dari kewajiban persyratan
sewa tanah dan lapangan penumpukan oleh pihak Pemborong. 5. Ponton Pancang dan ponton-ponton
transport yang beroperasi didaerah perairan pelabuhan selama jangka waktu pelaksanaan proyek
dibebaskan dari pungutan jasa kepelabuhan, kecuali apabila ponton tersebut bertambat dan pada
dermaga/tambatan yang tidak diserahkan untuk kegiatan proyek. Pasal 41 Perubahan-Perubahan Apabila
dianggap perlu, semua ketentuan-ketentuan dalam Spesifikasi ini dan gambar-gambar kerja dapat
dilakukan perubahan sesuai kebutuhan, namun hal itu harus dilakukan pada saat pemberian penjelasan
(aanwizjing) dan dituangkan dalam berita acara. Perubahan-perubahan pada saat pelaksanaan pekerjaan
apabila menurut direksi diperlukan akan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pasal 42
Pekerjaan Penyelesaian dan Pembersihan Akhir 1. Kontraktor wajib meneliti kembali pekerjaan pekerjaan
yang telah diselesaikan serta mengerjakan pembetulan pembetulan kekurangan, perbaikan perbaikan dan
lain lain yang masih harus disempurnakan. 2. Setelah selesai seluruh pekerjaan, Kontraktor harus
membersihkan daerah kerja antara lain mem-bongkar konstruksi konstruksi penolong, perlengkapan
perlengkapan pembantu, bahan bahan bekas tak terpakai sampai bersih seluruhnya sesuai petunjuk
Konsultan Pengawas/ Pengawas. 3. Sisa sisa bahan bangunan, peralatan dan bangunan yang dibeli
dengan biaya dari Proyek adalah menjadi milik Proyek/Pemberi Tugas. Pasal 43 Peraturan Penutup 1.
Apabila terdapat pekerjaan yang tidak memenuhi katentuan yang tercantum dalam Spesifikasi ini, tidak
sesuai dengan Gambar atau tidak sesuai dengan Petunjuk Direksi atau Staf Teknik/Kuasa Pengguna
Anggaran, maka pekerjaan tersebut harus dibongkar dan pembuatannya kembali seluruhnya menjadi
tanggungan Kontraktor. 2. Jika dalam Spesifikasi ini belum tercakup beberapa jenis pekerjaan ataupun
persyaratan lainnya, maka direkomendasikan menggunakan SNI sesuai dengan jenis pekerjaan yang
dilaksanakan atau akan diatur dalam Addendum Spesifikasi dan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
(Aanwijzing) serta Perintah Tertulis dari Konsultan Pengawas atas persetujuan Kuasa Pengguna Anggaran
pada waktu pelaksanaan pekerjaan berlangsung. 3. Demikian Spesifikasi Teknis ini dibuat untuk dipatuhi
dan dilaksanakan. Labuan Bajo, Juni 2013 EMBED Equation.3 EMBED Equation.3
Bab : I Halaman : Spesifikasi Teknis 33 _1469855390.unknown _1469340010.unknown

Anda mungkin juga menyukai