Anda di halaman 1dari 29

Hal-hal yang dilaksanakan oleh Rumah Sakit Islam Banjarmasain, khususnya

pembimbing rohani agar tugasnya berjalan maksimal meliputi:

a) Pemberian buku tuntunan rohani bagi setiap pasien

b) Pemberian motivasi dan doa pada setiap pasien rawat inap, lewat kegiatan kunjungan

pasien.

c) Pemberian bimbingan atau membacakan surat Yasin bagi pasien terminal.

d) Pemberian suasana keagamaan dengan bacaan al-Quran tartil dan lagu lagu religi.

e) Pemberian bimbingan pada pasien pra operasi dengan bacaan doa-doa.

f) Pemberian bimbingan pasien mau melahirkan.

g) Penyediaan sarana ibadah.

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RS PKU MUHAMMADIYAH


TEMANGGUNG Nomor : Tentang PANDUAN KEROHANIAN RS PKU
MUHAMMADIYAH TEMANGGUNG Direktur RS PKU Muhammadiyah
Temanggung Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di
rumah sakit diperlukan adanya Buku Panduan Kerohanian RS PKU Muhammadiyah
Temanggung. b. Bahwa sesuai butir a. diatas perlu ditetapkan dengan Surat
Keputusan Direktur RS PKU Muhammadiyah Temanggung Mengingat : 1. Surat
Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah nomor : ............... tanggal ..............
tentang Penetapan Direktur dan Wakil Direktur RS PKU Muhammadiyah
Temanggung. 2. Keputusan BPH Nomor .. tahun .
tentang Pengangkatan Direktur dan Wakil Direktur masa jabatan . -
. Memperhatikan : 1. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan 2. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit 3.
Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran 4. Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor 1165.A/MenKes/SK/X/2004 tentang Komisi Akreditasi
Rumah Sakit M E M U T U S K A N Menetapkan : BUKU PANDUAN
KEROHANIAN RS PKU MUHAMMADIYAH TEMANGGUNG Pertama : Paduan
Kerohanian RS PKU Muhammadiyah Temanggung sebagaimana terlampir dalam
surat keputusan ini Kedua : Paduan Kerohanian RS PKU Muhammadiyah
Temanggung sebagaimana terlampir dalam surat keputusan ini dimaksud dalam
Diktum pertama harus dijadikan acuan dalam memberikan pelayanan di RS PKU
Muhammadiyah Temanggung. Ketiga : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal
ditetapkan dan apabila dikemudian hari ternyata terdapat hal-hal yang perlu
penyempurnaan akan diadakan perbaikan dan penyesuaian sebagaimana mestinya
Ditetapkan di : Temanggung Pada Tanggal : Direktur, Dr. Ahmad Aryono Sp. B.
FINACS NBM . 1051.885
bimbingan. Kegiatan yang sudah terjadwal meliputi:

(1). Doa bersama setiap pagi hari jam kerja

(2). Mengadakan kunjungan ke ruang-ruang pasien rawat inap

(3). Mengadakan baca Alquran di mesjid Abu Hanifah Rumah Sakit Islam setiap hari

selasa dan kamis dari jam 10.00 sampai dengan 12.00 WITA (koordinir)

(4). Mengadakan ceramah agama setiap hari kamis di mesjid Abu Hanifah Rumah Sakit Islam

Banjarmasin, setelah shalat zuhur (koordinir)

(5). Mengadakan kegiatan memperingati Nuzulul Quran, sekaligus buka bersama dengan seluruh

karyawan dan karyawati di Rumah Sakit Islam Banjarmasin (koordinir)

(6). Memperingati Isro Miraj Nabi Muhammad saw (koordinir)

(7). Mengkoordinir kegiatan qurban di Rumah Sakit Islam Banjarmasin

(8). Mengkoordinir pengurusan jenazah

(9). Mengadaka shalat tarawih di Mushalla (koordinir)

10). Mengkoordinir pemberian santunan kepada keluarga karyawan dan karyawati yang terkena

musibah kematian maupun musibah lainnya

2. Media Bimbingan Rohani

Keberhasilan dan keefektifan sebuah layanan tidak terlepas dengan adanya media.

Berkaitan dengan pelaksanaan bimbingan rohani bagi pasien di Rumah Sakit Islam Banjarmasin,

media yang digunakan antara lain, jurnal-jurnal yang berkaitan dengan kesehatan bagi karyawan

maupun keluarga pasien. Media lain yang tidak kalah pentingnya yaitu media audio. Pemberian

suasana keagamaan dengan bacaan doa oleh pembimbing rohani, lagu-lagu religi seperti lagu-lagu
Opick, dan ceramah keagamaan diharapkan dapat memberikan dorongan moril kepada pasien agar

mempercepat kesembuhan.

Pelaksanaan pemberian pelayanan kerohanian agar tepat guna dan tepat sasaran sesuai

dengan yang dipesankan pada tujuan penyelenggaraan pelayanan, maka materi dan jenis pelayanan

yang dilaksanakan harus dapat memberikan pengaruh yang dapat mendorong semangat pasien agar

cepat sembuh. Media dan materi merupakan dua hal yang saling keterkaitan dalam menunjang

keberhasilan pelaksanaan bimbingan terhadap pasien.

Hal-hal yang dilaksanakan oleh Rumah Sakit Islam Banjarmasain, khususnya pembimbing

rohani agar tugasnya berjalan maksimal meliputi:

a) Pemberian buku tuntunan rohani bagi setiap pasien

b) Pemberian motivasi dan doa pada setiap pasien rawat inap, lewat kegiatan kunjungan pasien.

c) Pemberian bimbingan atau membacakan surat Yasin bagi pasien terminal.

d) Pemberian suasana keagamaan dengan bacaan al-Quran tartil dan lagu lagu religi.

e) Pemberian bimbingan pada pasien pra operasi dengan bacaan doa-doa.

f) Pemberian bimbingan pasien mau melahirkan.

g) Penyediaan sarana ibadah.

Pemberian buku tuntunan rohani bagi pasien di berikan pada waktu pembimbing rohani

datang ke kamar pasien. Buku ini Berisi tuntunan tentang bagaimana bila seseorang sedang

mendapat ujian dari Allah Subhanahu wa Taala berupa sakit, baik dialami sendiri, anggota keluarga

maupun orang lain. Di samping itu, juga berisi tentang tata cara beribadah bagi orang yang sedang

sakit sehingga meskipun dalam keadaan demikian pasien khususnya dan siapa saja yang terkait,

tetap dapat melaksanakan kewajiban dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Taala.

Oleh karena itu buku tersebut dapat dijadikan pegangan bagi pasien, keluarga pasien maupun

petugas kesehatan dalam proses perawatan dan penyembuhan.


Hal lain yang juga dilakukan pihak kerohanian Rumah Sakit Islam Banjarmasin adalah

menyusun pedoman bagian kerohanian Rumah Sakit Islam Banjarmasin berisi uraian tentang

pengertian dan tujuan pelaksanaan pelayanan kerohanian, memahami kondisi jiwa orang sakit, etika

di lingkungan rumah sakit, tata cara dan doa yang diucapkan untuk pasien, dan standar operasional

dan prosedur pemulasaraan jenazah. Dengan adanya buku tersebut bertujuan agar petugas

kerohanian terdapat patokan yang seragam serta kompak, sehingga tidak membingungkan pasien.

Semua ini dilakukan agar pelayanan bisa diberikan secara maksimal agar mempercepat proses

kesembuhan pasien.

Kunjungan kerohanian terhadap pasien rawat inap dilakukan selama 6 hari dalam satu

minggu, pada waktu pagi sampai siang. Untuk menunjang kegiatan bimbingan rohani tersebut

Rumah Sakit Islam Banjarmasin mempercayakan pada satu orang dengan jadwal yang yang sudah

ditentukan . Pasien laki-laki maupun perempuan dilayani oleh pembimbing rohani laki-laki, tidak ada

pembedaan layanan, hal ini sehubungan dengan adanya satu satu orang pembimbing yang tersedia.

Perawatan yang diberikan kepada pasien dengan sakit ringan, perawat rohani

mengajarkan, memperingatkan dan memberi kesempatan kepadanya supaya senantiasa ingat

kepada Allah Subhanahu wa Taala dan mengerjakan segala amal ibadah yang dapat mendekatkan

diri kepada Allah Subhanahu wa Taala seperti shalat, berdzikir, membaca alquran dan sebagainya,

serta menyediakan mushalla khusus, bacaan enteng yang berjiwa keagamaan, hiburan-hiburan yang

berjiwa keagamaan dan mewujudkan suasana keagamaan.

3. Proses bimbingan kerohanian pada pasien rawat inap, antara lain:

Bila seorang manusia sakit maka dialah yang mengalami berbagai penderitaan: sakit,

pusing, panas, muntah-muntah, pendarahan dan sebagainya. Disamping itu jiwanya menjadi gelisah

dan was-was. Kondisi seperti inilah yang membuat pasien tidak cukup ditangani secara medis saja,

tetapi juga memerlukan pelayanan khusus untuk mempercepat proses penyembuhan. Pelayanan

khusus yang ada di Rumah Sakit Islam Banjarmasin adalah pelayanan bimbingan rohani.
Berikut gambaran proses bimbingan rohani secara umum meliputi:

a) Pada pagi hari pada pikul 07. 00 wita pembimbing rohani membacakan doa untuk semua yang ada

di rumah sakit, baik itu pasien maupun seluruh petugas rumah sakit dengan menggunakan pengeras

suara di lobi rumah sakit. Berikut ini doa yang di sampaikan oleh pembimbing rohani rumah sakit

Islam Banjarmasin:

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Mohon perhatian kepada seluruh karyawan, seluruh pasen, dan pengunjung rumah sakit Islam

Banjarmasin. Marilah bersama-sama kita panjatkan doa kehadirat Allah swt, agar kita semua

senantiasa memperoleh petunjuk, kemudahan, dan keberkahan dalam melaksanakan tugas

meningkatkan derajat kesehatan semua pasien di rumah sakit Islam Banjarmasin ini. Marilah kita

semua berhenti sejenak dari segala kegiatan untuk mengaminkan doa ini

Bismillahirrahmanirrahim

.



.

Allahumma ya Allah pencipta alam semesta serta pagi yang penuh berkah ini, dengan segenap

kemurahanMu, karuniakanlah kepada kami petunjuk pertolongan, serta rahmatilah segala usaha

yang kami lakukan dalam upaya kami melaksanakan tugas mulia, meningkatkan derajat kesehatan

para pasien di rumah sakit Islam Banjarmasin ini. Lindungilah kami dari kesalahan bertindak dan

kealfaan yang dapat merugikan diri kami dan orang lain.


Allahumma ya Allah yang penuh kasih saying atas segenap habaNya, percepatlah kesembuhan

saudara-saudara kami yang kini terbaring di rumah sakit ini, serta mereka yang berobat jalan

menanti penyembuhan dariMu ya Allah.

Allahumma ya Allah, yang maha mengabulkan segala pinta hambaNya, terimalah permohonan dan

munajat kami, amin ya Rabbal alamin.





.

.



Selanjutnya selesai mebacakan doa pembimbing rohani memutar lagu-lagu rohani, seperti lagu-lagu

Opick.

b) Pukul 09. 30 pembimbing rohani mengunjungi pasien ke ruangan. Sebelum mengunjungi pasien,

pembimbing rohani mencari informasi pasien yang akan dibimbing di kantor perawat. Pembimbing

rohani melihat ceklist pasien yang akan dibimbing. Setelah mendapatkan data pasien, pembimbing

rohani selanjutnya masuk ke ruangan pasien dengan membawa buku kecil panduan doa-doa dan

panduan untuk pemberian nama anak.

Tahap pembimbingan meliputi:

1) Mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Saat masuk ke dalam ruangan pembimbing memberikan

senyuman yang tulus kepada pasien maupun keluarga pasien. Karena menurut pembimbing,

senyum adalah daya pikat nomor satu dalam pembedaan mendasar antara senyum komunikasi.

Perlu diingat bahwa seorang konselor agama, dalam hal ini pembimbing rohani di rumah sakit

dengan senyum-senyum yang lain, adalah senyum yang tulus yang terpancar dari hati. Fungsinya

yaitu membantu menghilangkan kecurigaan berlebih dari pasien. Ekspresi perhatian kepada pasien

diharapkan dapat menenangkan pasien.

2) Pembimbing rohani mengenalkan diri dengan bahasa dan sikap santun, ramah, dan penuh perhatian

serta menunjukkan sikap ikut prihatin atas cobaan penderitaan sakit yang diterimanya. Agar lebih

dekat secara emosi dengan pasien maupun keluarga pasien, pembimbing rohani bertanya tentang

asal pasien, keadaan pasien, dan hal lain yang dianggap perlu.
3) Pembimbing rohani mendoakan pasien. Berikut doa yang dibacakan pembimbing rohani:

. .


.
.

. .




.
.
4) Memberikan anjuran-anjuran kepada pasien untuk tetap sabar. Karena sakit yang diberikan Allah

adalah untuk menggugurkan dosa, asalkan dengan penuh kesabaran menghadapi ujian yang

diberikannya. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Saiid al-Khudri dan Abu Hurairah,

berikut ini:

:


,


, ,
[1] 1) (
Artinya:dari Abi Said al Khudri dan Hurairah, dari Nabi saw beliau bersabda,tidaklah seorang
muslim mengalami lelah, sakit, kesedihan, kedukaan, kesengsaraan dan kesusahan, hingga duri yang
menusuknya, kecuali Allah menghapuskan kesalahan-kesalahannya karena hal itu.2[2]

5) Meninggalkan pasien dari ruangan dengan sikap sopan, ramah, penuh perhatian dan mengucapkan

salam.

Untuk pasien non muslim, pembimbing rohani tidak memaksakan untuk memberikan doa

secara Islam. Apabila pasien tidak mau di doakan, pembimbing rohani cukup dengan memberikan

motivasi. Kemudian pembimbing rohani mengucapkan semoga lekas sembuh dan diberikan

kesabaran dalam menghadapi segala cobaan.

2. Kendala dalam Pelaksanaan Bimbingan Rohani

1[1]

2[2]
Berdasarkan wawancara dengan pembimbing rohani pada tanggal 15 September 2014,

dalam pelaksanaan bimbingan tidak ada kendala yang berat. Namun pernah menghadapi sikap

keluarga pasien yang kurang menyenangkan. Beliau pernah dianggap sebagai orang yang ingin

meminta sumbangan. Menghadapi permasalahan itu pembimbing rohani berupaya menjelaskan

bahwa beliau adalah pembimbing rohani yang akan memberikan bimbingan doa terhadap pasien,

dan ini merupakan tugas dari rumah sakit.

Kendala lain yang dihadapi adalah ketika ingin mendoakan pasien non muslim. Pasien tidak

ingin didoakan, karena berbeda keyakinan. Langkah yang diambil pembimbing rohani mengikuti

keinginan pasien, dan cukup dengan memberikan motivasi untuk kesembuhan pasien.

Pembimbing rohani pernah mengajukan permohonan untuk penambahan tenaga

pembimbing, namun sampai sekarang belum ada tanggapan dari pihak pimpinan rumah sakit.

Karena rumah sakit menganggap cukup dengan satu pembimbing. Akibatnya pelaksanaan bimbingan

sangat terbatas, tidak beragam, dan sangat singkat dalam pemberian materi bimbingan.

3. Respon Pasien Terhadap Pelaksanaan Model Bimbingan Rohani di Rumah Sakit Islam Banjarmasin

Respon pasien dan keluarganya terhadap pelayanan kerohanian berkisar pada apakah

pembimbing rohani Rumah Sakit Islam Banjarmasin mampu berperan pada proses penyembuhan

sakit fisik mereka, dengan cara pemberian motivasi dan bimbingan keagamaan. Adapun untuk

menggali respon pasien terhadap pelaksanaan model bimbingan rohani digunakan teknik

wawancara

Sedangkan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik incidental sampling, yaitu individu

yang kebetulan dijumpai dan sesuai dengan cirri-ciri atau karakteristik subjek penelitian yang

ditentukan.

Keberhasilan layanan bimbingan rohani di rumah sakit. Bimbingan rohani Islam dapat

digunakan sebagai upaya dalam meningkatkan sikap sabar pasien dan keluarganya, karena faktor

keagamaan akan mempengaruhi hati pasien yaitu dengan ketakwaan, kesabaran dan keikhlasannya
akan menyadari bahwa penyakit yang dideritanya berasal dari Allah dan mereka percaya kalau Allah

maha penyembuh, serta mereka percaya bahwa dibalik semuanya ini pasti ada hikmahnya

Adapun untuk memperoleh data tentang peran bimbingan rohani Islam dalam memelihara

kesabaran pasien rawat inap penulis mengadakan wawancara dengan beberapa pasien dengan

berbagai kondisi kesehatannya. Wawancara tersebut meliputi wawancara umum. Seperti, tanggapan

pasien dengan adanya layanan bimbingan rohani di rumah sakit, bagaimana bimbingan rohani Islam

berperan dalam memelihara kesabaran pasien, serta manfaat yang dirasakan pasien setelah

mendapatkan layanan bimbingan rohani.

Dari beberapa hal tersebut di atas akan penulis jelaskan dalam uraian sebagai berikut.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap pasien dan keluarganya di rumah sakit Islam Banjarmasin

Hasilnya 80% menyatakan senang dengan adanya pelayanan bimbingan rohani.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1

NO TANGGAPAN FREKUENSI PROSENTASE

1 Termotivasi 20 80%

2 Biasa saja 5 20%

3 Tidak termotivasi - -

JUMLAH 25 100%

Berikut data pasien kunjungan yang menjadi informan sebagai penunjang ringkasan data di
atas

Tabel 2
NO NAMA USIA (tahun) TANGGAPAN

1 Abdullah 35 Termotivasi

2 Abdul Aziz 45 Termotivasi

3 Abu Hajar 25 Biasa saja

4 Annisa 34 Biasa saja

5 Budiman 44 Termotivasi

6 Hartati 57 Termotivasi

7 Hifni. R 23 Biasa saja

8 Hj. Syarifah 60 Termotivasi

9 Hj. Faridah 65 Termotivasi

10 Indah Puspita 35 Biasa saja

11 Junaidi 43 Biasa saja

12 Kamarudin 59 Termotivasi

13 Lazuardi 60 Termotivasi

14 M. Fajar 36 Termotivasi

15 M. Naufal 40 Termotivasi

16 M. Nizar. R 40 Termotivasi

17 Meiliana. S 35 Termotivasi
18 Noor Hasani 37 Termotivasi

19 Rahmawati 45 Termotivasi

20 Rizqillah 37 Termotivasi

21 Siti Khadijah 44 Termotivasi

22 Winarni 33 Termotivasi

23 Zailani 44 Termotivasi

24 Zakiah 23 Termotivasi

25 Zihan Azkia 22 Termotivasi

Sumber: Buku catatan pembimbing rohani

C. Analisis Data

Keterpaduan kesehatan pada diri seseorang meliputi aspek spiritual, psikologis, fisik, dan

moral. Di antara upaya untuk mencari penyembuhan apabila sakit adalah berobat secara medis.

Pengobatan secara medis di Rumah Sakit Islam Banjarmasin didukung juga pemberian perawatan

secara psikis. Perawatan secara psikis berupa pelayanan kerohanian yang dilakukan oleh petugas

kerohanian, dalam melakukan bimbingan mengunakan pendekatan-pendekatan berupa nasehat-

nasehat agar menerima ketentuan Allah Subhanahu wa Taala berupa sakit dengan sikap tenang,

lapang dada, sabar, optimis, tidak suka mengeluh,tawakal, dan lain-lain yang semua itu merupakan

sebab dan sarana kesembuhan. Pemberian motivasi untuk kesembuhan pasien akan meningkatkan

keimanan. Orang yang beriman tidak memiliki rasa takut dan rasa sedih karena ia selalu bersikap

positif dan optimis bahwa musibah yang menimpanya bukan karena kemurkaan Allah Subhanahu wa

Taala kepadanya, tetapi semata-mata hanya ujian bagi dirinya. Dengan ujian tersebut maka akan

mendapat pahala.
Upaya meningkatkan keimanan yang dilakukan oleh petugas kerohanaian dapat memberi

ketenangan bagi pasien dan menguatkan jiwa serta menambah ketabahan dalam menerima ujian.

Karena acapkali keyakinan dan kepercayaan yang diberikan oleh petugas kerohanian dapat

memberikan akibat yang baik bagi kesembuhan penyakit pasien. Dalam sub bab ini, penulis akan

menganalisis bentuk dan metode bimbingan rohani, proses pelaksanaan bimbingan rohani, dan

kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan bimbingan rohan di Rumah Sakit Islam Banjarmasin.

1. Analisis Metode dan Bentuk Bimbingan Rohani di Rumah Sakit Islam Banjarmasin

Penyelenggara Kerohanian Rumah Sakit Islam Banjarmasin Bila dilihat secara umum,

keberadaan pelayanan kerohanian itu memang mendapat dukungan baik dari dokter, perawat,

maupun karyawan rumah sakit pada umumnya. Hal ini seiring dengan sikap mereka yang mengikuti

pelaksanaan bimbingan rohani, khususnya bimbingan doa bersama yang dilaksanakan setiap pagi.

Metode Bimbingan Rohani Rumah Sakit Islam Banjarmasin Petugas kerohanian harus

mampu menganalisa kebutuhan pasien dengan memperhatikan kondisi fisik dan psikis pasien.

Dengan pengetahuan dan pemahaman akan kebutuhan pasien tersebut maka petugas kerohanian

dapat memilih metode apa yang cocok untuk memotivasi kesembuhan pasien, sehingga bimbingan

yang dilakukan bisa berjalan secara efektif.

Metode bimbingan rohani di Rumah Sakit Islam Banjarmasin yang diterapkan oleh petugas

kerohanian dibagi menjadi dua; metode langsung dan tidak langsung. Pertama, metode langsung

disampaikan dengan mengunakan cara face to face atau kunjungan langsung. Bimbingan secara face

to face ini mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam memotivasi kesembuhan pasien. Berawal

dari dialog secara langsung dan akrab pasien akan merasa diperhatikan, sehingga proses

penyembuhan penyakitnya lebih cepat. Namun selama pelaksanaan bimbingan rohani, penulis

melihat pelaksanaan bimbingan masih belum maksimal. Hal ini berkaitan dengan terbatasnya waktu

bimbingan, terbatasnya pembimbing rohani. Cara penyampaian bimbingan kepada semua pasien
relatif sama, sedangkan tingkat kebutuhan setiap pasien berbeda-beda sesuai dengan keadaan

penyakit dan kejiwaan pasien. Pembimbing rohani tidak menerapkan metode penyesuaian

sebagaimana teori bimbingan. Denga demikian belum mampu mencapai sikap dinamis dalam diri

pasien, terutama pasien yang perlu mendapat bimbingan secara lebih mendalam.

Kedua, metode tidak langsung disampaikan melalui tulisan dan audio, yang berisi tentang

kesehatan ditinjau dari ajaran Islam, serta ayat-ayat Alquran dan hadis. Pemberian nuansa

keagamaan dengan bacaan Alquran melalui audio bagi pasien membuat jiwanya akan tenang,

sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Taala surat al-Isra ayat 82:

puHquur !$x uqd $tB b#u)9$# z`B Ait\Rur


#Y$|yz w) tJ=9$# t wur tZBsJ=j9

Artinya: dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain
kerugian.

Berdasarkan hasil penelitian, bimbingan secara tidak langsung melalui audio sudah

diterapkan dengan baik, dengan dilaksanakannya doa melalui sound system dan di lanjutkan dengan

memutar lagu-lagu bernuansa Islami. Akan tetapi tulisan-tulisan tentang kesehatan masih kurang.

Hanya di beberapa tempat yang diletakkan. Bimbingan rohani melalui tulisan lainnya adalah berupa

pembagian kertas yang berisi doa kepada pasien yang baru mendapat kunjungan. Pasien hanya

diberikan kertas tersebut, tanpa dijelaskan makna dari isi tulisan yang diberikan oleh pembimbing

rohani. Sedangkan tingkat kemampuan pasien dalam memahami berbeda-beda.

Bentuk bimbingan kurang variatif, tidak ada bimbingan cara berdoa, shalat di saat sakit, dan

sikap pasien dalam mengadapi cobaan secara lebih khusus serta pemberian motivasi yang lebih.

Dalam penelitian penulis mendapatkan pasien yang ingin mendapatkan bimbingan lebih untuk

ketenangan psikis pasien. Sedangkan waktu pemberian bimbingan sangat terbatas.


Pembimbing rohani mengatakan pasien bisa meminta secara khusus bimbingan. Akan tetapi

sangat jarang pasien yang meminta. Penulis menganalisis, hal mendasar yang dilakukan adalah sikap

peka pembimbing terhadap kondisi pasien, terutama kejiwaannya. Pasien mungkin enggan

mengatakan maksudnya untuk dibimbing.

2. Analisis Proses Pembimbingan Rohani bagi Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Banjarmasin

Proses pelaksanaan pembimbingan rohani di Rumah Sakit Islam Banjarmasin ini secara

umum terbagi menjadi dua tahap. Pada tahap pertama bimbingan ditujukan kepada semua yang

berada di rumah sakit. Dalam proses ini pelaksanaan berjalan dengan cukup baik. Saat pembimbing

membaca doa banyak para pegawai rumah sakit yang mengikuti dengan khusyuk pelaksanaan

bimbingan, walaupun ada sebagian yang sibuk dengan kegiatannya sendiri. Namun penulis banyak

melihat para pengunjung rumah sakit yang tidak mengikuti pelaksanaan bimbingan.

Dalam tahap ini pembimbing rohani belum memberikan penekanan maksud doa adalah

untuk semua yang ada di rumah sakit, baik itu petugas, pengunjung, maupun keluarga pasien. Pada

dasarnya ada ucapan pembimbing rohani ada mengarah agar semua mengikuti bimbingan doa yang

dilaksanakannya. Namun pembimbing kurang peka melihat sikap orang-orang yang dibimbing.

Sedangkan posisi pembimbingan tahap ini berada di lobi rumah sakit, di mana posisi tersebut sangat

mudah melihat orang-orang yang tidak mengikuti proses bimbingan doa.

Tahap yang kedua merupakan bimbinga yag ditujukan khusus kepada pasien rawat inap.

Pelaksanaan bimbingan hanya satu kali, tanpa memperhatikan kondisi kejiwaan pasien. Adapun

prosedur kunjungan kerohanian pada pasien rawatinap, antara lain: Mengunjungi pasien-pasien ke

ruangan-ruangan dengan salam, sikap santun, ramah dan penuh perhatian serta menunjukkan sikap

ikut prihatin atas cobaan penderitaan sakit yang diterimanya. Dalam kegiatan bimbingan konseling di

kenal dengan istilah perilaku attending, pembimbing rohani di Rumah Sakit Islam Banjarmasin

menerapkan hal ini dengan sikap yang demikian.


Perkenalan dengan pasien dan keluarga pasien dilakukan agar mempermudah pelaksanaan

bimbingan. Terbatasnya waktu bimbingan membuat proses ini berjalan belum maksimal. Penulis

menemukan sikap pasien yang ingin berbicara lebih jauh, namun pembimbing berusaha

mengalihkan pembicaraan agar waktu pelaksanaannya tidak memakan banyak waktu. Setelah

perkenalan pembimbing bertanya tentang sakit yang diderita pasien, kemudian mendoakan pasien.

Selesai mendoakan pembimbing meninggalkan pasien dari ruangan dengan sikap sopan,

ramah, penuh perhatian dan mengucapkan salam. Dalam hal pelaksanaan bimbingan ini penulis

merasakan perlu adanya follow up, apalagi berkaitan dengan hal kejiwaan. Kondisi kejiwaan orang

yang sedang sakit tidak stabil. Mereka memerlukan motivasi ataupun bimbingan berupa doa-doa

untuk ketenangan jiwa yang dapat mempercepat proses penyembuhan.


3. Analisis kendala yang dihadapi dalam memberikan bimbingan rohani di Rumah Sakit Islam
Banjarmasin

Dinamika psikologis individu yang sehat kemudian sakit, pasti terjadi perubahan. Dalam hal

ini erat kaitannya dengan penerimaan diri terhadap kenyataan yang dihadapi. Individu yang sehat

dapat melakukan banyak aktivitas secara mandiri. Ketika kemudian ia terdiagnosa dengan penyakit

kronis tertentu akan muncul ketakutan dan kecemasan atas eksistensi dan performansinya.

Kecemasan ini merupakan masalah tersendiri, bukan karena mendatangkan stres bagi individu

namun mempengaruhi kemampuan individu dalam menjalankan fungsi kehidupan sehari-hari.

Ketika suatu penyakit terjadi pada seseorang, seluruh aspek kehidupannya akan terpengaruh.

Dinamika psikologis dan emosional yang muncul seringkali berupa pertanyaan seperti "siapa yang

akan merawat mereka ketika mereka telah sembuh? Jika pada akhirnya mereka tidak dapat bekerja

lagi, bagaimana mereka dapat membayar/menangani masalah keuangan? Jika selama ini individu

tersebut merasa mampu melakukan semua hal sendiri secara mandiri, dapatkah mereka kemudian

menerima keadaan baru mereka. Bagaimana jika individu ini tidak dapat lagi melakukan hobi lama,

dan berbagai pertanyaan lainnya yang mengganggu ketenangan jiwa si sakit.

Psikologis individu yang sedang menderita penyakit memiliki beberapa respon emosional

yang muncul atas penyakit yang diderita sehingga menjadi tantangan bahkan kendala dalam

pelaksanaan bimbingan rohani. Kendala-kendala yang dihadapi selama pelaksanaan bimbingan

rohani meliputi:
a. Penolakan pasien
Merupakan reaksi yang umum terjadi pada pasien yang jiwanya merasa tidak tenang.

Terkadang kedatangan pembimbing rohani di anggap mengganggu. Ditemukannya suatu kejadian di

mana pasien menganggap pembimbing rohani adalah orang yang meminta sumbangan berkaitan

erat dengan penampilan. Walaupun pembimbing rohani mengenakan seragam, akan tetapi pasien

masih memiliki anggapan yang berbeda. Ada baiknya walaupun mengenakan seragam, pembimbing

rohani bisa mengenakan atribut yang mencerminkan sifat agamis, seperti dengan menggunakan

peci.

Penolakan pasien non muslim terhadap bimbingan doa yang dilaksanakan, sudah mampu

ditangani dengan baik oleh pembimbing rohani dengan cara memberikan motivasi. Sehingga

bantuan proses penyembuhan non medis bisa dilaksaakan dengan baik. Selain itu pembimbing

mengungkapkan bahwa, sedikit kesulitan membimbing orang yang tidak berpendidikan, dan

pengetahuan agamanya sangat kurang. Mereka yang pendidikannya rendah, terkadang tidak

memahami kehadiran pembimbing untuk membantu pasien agar sabar dalam menjalani sakit yang

dideritanya.

b. Terbatasnya Tenaga Pembimbing Rohani

Bimbingan rohani merupakan bagian penting yang mendampingi penyembuhan penyakit

secara medis. Keberadaannya adalah hal yang hendaknya tak terpisahkan, dan dilaksanakan

seoptimal mungkin. Berdasarkan hasil wawancara dengan pembimbing rohani , setiap hari

pembimbing rohani harus melayani bimbingan sebanyak 20 hingga 25 orang. Semua pasien

ditangani sendiri oleh beliau.

Pelaksanaan bimbingan pada pasien dimulai sejak pukul 09. 30 hingga pukul 11. 00. Terkadang

sampai pukul 12. 00. Waktu yang relatif singkat itu, membuat pelaksanaan bimbingan tidak

maksimal. Materi bimbingan yang diberikan terbatas, hanya berupa bimbingan do a. walaupun

pembimbing rohani mengatakan mampu melaksanakan, namun penulis sempat mengutip

pernyataan yang menyatakan bahwa beliau kesulitan menangani pasien sendiri. Kata aduh, banyak
sekali hari ini. (ekspresi muka seperti jadi beban). Pernyataan ini menunjukkan bahwa sebenarnya

pembimbing rohani kurang mampu melaksanakan bimbingan sendiri. Walaupun pembimbing

mengatakan sanggup melaksanakan bimbingan, pada awal wawancara tanggal 4 Agustus 2014, dan

kembali menyatakan kurang sanggup menangani pada akhir penelitian penulis pada tanggal 17

September 2014.

Jumlah pembimbing yang terbatas, akan menghambat pelaksanaan bimbingan apabila

pembimbing rohani dalam keadaan sakit, dan tidak ada pengganti. Secara otomatis pasien rawat

inap yang akan dibimbing semakin banyak disaat pembimbing rohani sudah dalam keadaan sehat.

Dalam keadaan yang demikian, waktu yang digunakan untuk memenuhi tugas bimbinga terhadap

pasien semakin berkurang.

Terbatasnya tenaga pembimbing berhubungan pula dengan kebijakan dari rumah sakit yang

tidak ingin menambah tenaga pembimbing. Sedangkan ini bertolak belakang dengan misi dari

Rumah Sakit Islam Banjarmasin didirikan yaitu untuk memberikan pelayanan kesehatan masyarakat,

membantu pasien untuk memperoleh kesehatan jasmani dan rohani juga sebagai media dakwah

Islamiyah. Kegitan bimbingan rohani ini merupakan bagian dari upaya penyembuhan rohani yang

berdampak pada kesehatan jasmani.

Diposkan oleh Isnan Mafada di 21.57

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog
Mengenai
2015 (6)
Saya
2014 (12)
o Desember (5)
o November (7)
BIMROH PART 4
BIMROH PART 2
skripsi bimbingan rohani isnani
Stop Bullying Isnan Mafada
Perayaan selamatan wisuda 27 Nopember 2014
wong edan..muka coret_coretbeginilah kegiatan ana... Lihat profil lengkapku
19 Oktober 2014it's special moment....seneng bisa...

Template Picture Window. Gambar template oleh TommyIX. Diberdayakan oleh Blogger.
PENGERTIAN : IDENTIFIKASI NILAI NILAI DAN KEPERCAYAAN PASIEN Kode Nomor : 017/YanMed
No. Revisi : 00 Halaman : 2/2 Standar Prosedur Operasional Tanggal Terbit 04 /05/2013 Ditetapkan :
Drg.I.Ichsan Hanafi MARS Direktur PENGERTIAN Nilai adalah suatu keyakinan dan kepercayaan yang
menjadi dasar bagi seseorang atau kelompok orang untuk memilih tindakannya, atau menilai suatu
yang bermakna kehidupannya. TUJUAN 1. Agar petugas Rumah Sakit mampu mengidentifikasi nilai
nilai dan kepercayaan yang dianut oleh pasien. 2. Agar pertugas Rumah Sakit memahami peran
mereka dalam melindungi hak pasien dan keluarga dalam hal beribadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya. 3. Agar petugas Rumah Sakit mengenali keragaman kultur yang ada. KEBIJAKAN
Sesuai Keputusan Direktur Nomor 001/KEP-DIR/RSHDM/IV/2013 tentang Kebijakan Identifikasi nilai
nilai kepercayaan pasien bahwa Rumah Sakit memfasilitasi pasien untuk melakukan ibadah /
aktivitas ritual keagamaan, maupun nilai nilai kepercayaan / budaya yang berkaitan dalam
kehidupan sehari hari selama dirawat di RS Hermina Daan Mogot. PROSEDUR 1. Saat pasien
dinyatakan rawat inap oleh DPJP, pasien diwajibkan mengisi kolom agama yang dianut dan suku
bangsa dilembar keluar masuk. 2. Saat tiba diruang rawat, perawat melakukan asesmen pasien
rawat inap tentang spiritual pasien. 3. Jika ada kebutuhan khusus pasien tentang kebutuhan
spiritual, perawat akan menindaklanjuti untuk dikoordinasikan dengan bidang terkait. 4. Jika
kebutuhan pasien tentang kerohanian, perawat akan berkoordinasi dengan FO untuk penyediaan
petugas rohaniawan ( diatur dalam SPO Pelayanan Kerohanian Pasien ) 5. Petugas menghormati
kepercayaan pasien terhadap suatu hal sesuai dengan aturanRumah Sakit, misalnya : a. Menolak
dilakukan transfusi darah karena kepercayaan. b. Menolak pulang hari tertentu karena kepercayaan.
c. Menolak dilayani oleh petugas laki laki pada pasien perempuan. d. Menolak diberikan
imunisasi pada anaknya. e. Menolak dirawat oleh medis dan mencari pengobatan alternative. f.
Tidak memakan suatu jenis makanan tertentu, missal : daging sapi, ikan tidak bersisik dll. g. Lain
lain. 6. Petugas meyakinkan kepada pasien bahwa petugas Rumah Sakit akan bersedia membantu
pasien jika mengalami kesulitan dalam melaksanakan kepercayaan selama masa perawatan. 7.
Petugas Rumah Sakit harus menunjukkan sikap empati pada perasaan pasien UNIT TERKAIT Baagian
Keperawatan, Bagian Pelayanan Medik, Bagian Gizi, Bagian FO / Marketing. *DILARANG
MENGGANDAKAN DOKUMEN INI TANPA SEIZIN DIREKSI RS HERMINA DAAN MOGOT SECARA TER
tULIS *
PANDUAN NILAI-NILAI KEPERCAYAAN PASIEN DALAM PELAYANAN RSI ATTIN HUSADA NGAWI 2015
BAB I DEFINISI Suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan terhadap suatu standar atau
pegangan yang mengarah pada sikap atau perilaku seseorang dan menerima dengan senang atas
pelayanan yang telah diberikan. BAB II RUANG LINGKUP 1. Terdapat proses untuk mengidentifikasi
dan menghormati nilai-nilai dan keyakinan pasien dan bilamana diperlukan juga dari keluarga
pasien. 2. Petugas menjalankan proses dan memberikan perawatan yang menghormati nilai-nilai
dan keyakinan pasien. 3. Kekuatan dan kekurangan dalam pengetahuan dan keterampilan
diidentifikasi dan digunakan untuk merencanakan penyuluhan. Ada banyak variabel pasien yang
menentukan apakah pasien dan keluarga pasien bersedia dan mampu untuk belajar. Dengan
demikian untuk merencanakan penyuluhan, rumah sakit harus menilai : a. kepercayaan dan nilai-
nilai yang dianut pasien dan keluarganya ; b. kecakapan baca tulis, tingkat pendidikan dan bahasa
mereka ; c. hambatan emosional dan motivasi ; d. keterbatasan fisik dan kognitif, serta ; e. kemauan
pasien untuk menerima informasi. BAB III TATA LAKSANA 1. Petugas memberikan kepuasan pada
pasien dan keluarga dengan sikap yang yang ramah dan peduli. 2. Petugas bersedia memperhatikan
kesejahteraan pasien dengan murah hati 3. Petugas tidak membeda-bedakan pasien. 4. Petugas
memberikan pelayanan pada pasien dengan sikap asertif, jujur, dan menghargai hak pasien. 5.
Petugas menghargai pendapat pasien sesuai yang pasien rasakan 6. Petugas menjunjung tinggi
moral, integritas dan keadilan masing-masing individu 7. Petugas menerima kenyataan dan realitas
atas kekurangan selama memberikan pelayanan. BAB IV DOKUMENTASI Formulir identifikasi nilai-
nilai kepercayaan dalam Berkas Rekam Medik.
DAFTAR TINDAKAN TINDAKAN YANG PERLU INFORMED CONSENT

Sesuai Undang Undang no 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, terdapat beberapa tindakan

kedokteran dan kedokteran gigi yang wajib diberikan informed consent. Tindakan tersebut yaitu:

A. Semua Tindakan Pembedahan dan Tindakan Invasive

B. Semua Tindakan Anestesi & Sedasi ( Sedasi Sedang dan Sedasi Dalam )

C. Semua Tindakan Pemberian Produk Darah & Komponen Darah

D. Semua Tindakan/PENGOBATAN Yang Berisiko Tinggi.

A.Tindakan Pembedahan dan Tindakan Invasive yang memerlukan informed consent

antara lain:

No KSM/INSTALASI/UNIT TINDAKAN

1 KSM Bedah Saraf

1. Amygdala Hypocampectomy (Epilepsi)

2. Anterior Temporomesial Lobectomi (Epilepsi)

3. Biopsi Saraf Tepi/Otot

4. Blok Saraf Perifer I

5. Cingulotomy (Psichiatric)

6. Corpus Callosotomi (Epilepsi)

7. Debrimen Rekonstruksi Vulnus Kulit Kepala

8. Dekompresi Saraf Tepi

9. Dekompresi Tulang Durameter

10. Dekortikasi Sinus Frontalis

11. Denervasi Facet

12. DREZ Lession (Pain)

13. Eksisi Ensefalokel/Mielokel

14. Eksisi Kista Jinak Kulit Kepala

15. Eksisi Osteoma/Osteositosis


16. Elevasi Kraniotomi Fraktur Impresi,Dengan Robekan

17. Dura

18. Elevasi Kraniotomi Fraktur Impresi,Tanpa Robekan

19. Dura

20. Extirpasi Tumor Jinak Saraf Kulit Kepala

21. Fusi Stabilisasi Corpus Vertebra

22. Graft/Transposisi Saraf Tepi

23. Hemisferektomi (Epilepsi)

of 38

Transcript

DAFTAR TINDAKAN TINDAKAN YANG PERLU INFORMED CONSENT Sesuai Undang Undang no
44 tahun 2009 tentang rumah sakit, terdapat beberapa tindakan kedokteran dan kedokteran gigi
yang wajib diberikan informed consent. Tindakan tersebut yaitu: A. Semua Tindakan Pembedahan
dan Tindakan Invasive B. Semua Tindakan Anestesi & Sedasi ( Sedasi Sedang dan Sedasi Dalam ) C.
Semua Tindakan Pemberian Produk Darah & Komponen Darah D. Semua Tindakan/PENGOBATAN
Yang Berisiko Tinggi. A.Tindakan Pembedahan dan Tindakan Invasive yang memerlukan informed
consent antara lain: No KSM/INSTALASI/UNIT TINDAKAN 1 KSM Bedah Saraf 1. Amygdala
Hypocampectomy (Epilepsi) 2. Anterior Temporomesial Lobectomi (Epilepsi) 3. Biopsi Saraf
Tepi/Otot 4. Blok Saraf Perifer I 5. Cingulotomy (Psichiatric) 6. Corpus Callosotomi (Epilepsi) 7.
Debrimen Rekonstruksi Vulnus Kulit Kepala 8. Dekompresi Saraf Tepi 9. Dekompresi Tulang
Durameter 10. Dekortikasi Sinus Frontalis 11. Denervasi Facet 12. DREZ Lession (Pain) 13. Eksisi
Ensefalokel/Mielokel 14. Eksisi Kista Jinak Kulit Kepala 15. Eksisi Osteoma/Osteositosis 16. Elevasi
Kraniotomi Fraktur Impresi,Dengan Robekan 17. Dura 18. Elevasi Kraniotomi Fraktur Impresi,Tanpa
Robekan 19. Dura 20. Extirpasi Tumor Jinak Saraf Kulit Kepala 21. Fusi Stabilisasi Corpus Vertebra 22.
Graft/Transposisi Saraf Tepi 23. Hemisferektomi (Epilepsi) 24. Hemisferoktomi (Epilepsi) 25. Injeksi
saraf perifer (dengan radiofrekuensi) 26. Injeksi spinal (Pain) 27. Insersi Elektrode Intradural
(Epilepsi,movement,psikiatrik) 28. Kordotomi Perkutan 29. Kordotomi Servikal Open (Pain) 30.
Kordotomi Servikal Perkutan (Pain) 31. Kranioplasti dua sisi 32. Kranioplasti satu sisi 33. Kraniotomi
Biopsi otak 34. Laminektomi Eksisi Tumor Spinal 35. Laminoplasti 36. Laminotomi Biopsi Mielum 37.
Laminotomi Diskektomi HNP/Stenosis>1 level 38. Laminotomi Diskektomi HNP/Stenosis 1 level 39.
Lesionectomy (Epilepsi) 40. Lobektomi (Epilepsi) 41. Mesencephalectomy (Pain) 42. Mikrodisekktomi
HNP 43. MVD (Microvascular Decompression) 44. Neurektomi/Neurolise 45. Neuroendoskopi
(Otak,Spinal) 46. Neuroplasti 47. Omaya drain 48. Pallidotomi (movement Disorder) 49.
Paravertebral Blok Perkutan 50. Pemasangan Traksi Servikal 51. Penjahitan Saraf Tepi 52. Punksi
Cairan Otak 53. Reseksi Extra-Temporal (Epilepsi) 54. Revisi VP Shunt 55. Rhizotomi Selektif
(Spastisitas) 56. Rhizotomy (Pain) 57. Selective Nerve Root Block 58. Selective Thalamotomi
(Movement Disorder) 59. Simpatektomi Open (Pain) 60. Simpatektomi Perkutan 61. SLTH 62.
Stereotactic Ablative Procedure (Psichiatric) 63. Subthalamotomy (Movement Disorder) 64.
Suturektomi Kraniostenosis 65. Thalomotomy (Pain) 66. Transposisi kraniostenosis,dengan orbital
advancement 67. Transposisi kraniostenosis,tanpa orbital advancement 68. Trepanasi Cedera Kepala
(4jam) 70. Trepanasi CVA Bleeding 71. Trepanasi kelainan Saraf Kranial 72. Trepanasi Kelainan
Vascular Otak 73. Trepanasi Tumor Otak 74. VA Shunt 75. VP Shunt Multiple 76. VP Shunt Satu Sisi 2
KSM Bedah Kepala-Leher 1. Aff Arch Barr Kepala Leher 2. Aff Arch Barr dan suspensi maksila 3.
Biopsy Insisional dengan anastesi lokal 4. Deseksi submandibula 5. Diseksi leher radikal/radikal neck
dissection 6. Eksisi gld submandibula 7. Eksisi higroma leher 8. Eksisi kista tiroglosus 9. Eksisi luas
tumor ganas bibir dengan rekontruksi 10. Flap lokal 11. Eksisi luas tumor ganas dengan rekontruksi
flap jauh 12. Eksisi luas tumor ganas kulit dengan rekontruksi 13. Flap local 14. Eksisi luas tumor
ganas rongga mulut dengan 15. Rekontruksi flap lokal 16. Eksisi parsial+marsupialisasi Ranula 17.
Eksisi tumor ganas kulit dengan flap local atau graft kulit 18. Eksisi tumor ganas kulit dengan flap
local jauh 19. Eksisi tumor ganas kulit tanpa rekontruksi 20. Eksisi tumor jinak dengan anastesi lokal
21. Ekskokleasi epulis 22. Ekskokleasi kista folikuler 23. Ekskokleasi kista radikuler 24.
Ekstirpasi/eksisi tumor jinak jaringan lunak ukuran 3cm 31. Wide Eksisi + Diseksi KGB 32. Wide Eksisi
Tumor Ganas Kulit 33. Wide Eksisi Tumor Ganas Kulit+Flap / Skin Graft 34. Operasi Soft Tissue Tumor
35. Amputasi + Diseksi KGB 36. Amputasi Jari + Flap / Skin Graft 37. Amputasi Tungkai / Lengan 38.
Biopsi Core soft Tissue 39. Biopsi Insisi Tumor Sof Tissue dengan Narcose 40. Biopsi Insisi Tumor Soft
Tissue Lokal Anestesi 41. Eksisi Tumor Jinak > 3cm 42. Eksisi Tumor Jinak 1 8. Amputasi jari single
9. Augmentasi mamae 10. Blefaroplasty (2 kelopak mata) 11. Blefaroplasty pada kasus sulit 12.
Blefaroptosis + Muskulocutan flap 13. Bone rekonstruksi facial cleft 14. Cheilonasoraphy 15.
Chordectomy 16. Chordectomy+urethroplasty 17. Closed Reduction Fr. Nasal 18. Comisuroplasty 19.
Bone rekonstruksi facial cleft Eks mamma aberan bilateral 20. Eksisi neoplasma jinak (lipoma,
atheroma dll) 21. Eksisi luas + Deltopectoral flap 22. Eksisi luas + Fore head flap 23. Eksisi luas Eksisi
luas + rekonstruksi dengan bedah mikrovaskular 24. Eksisi malformasi lymphatik / vaskuler 25.
Ekstraksi ateroma / keloid 26. Ekstraksi korpus alienum 27. Elevasi ear rim cartilago 28. Excise
hemangioma + rekonstruksi 29. Excise intra keloid 30. Excise polydactyly 31. Excise reduksi
lymedema 32. Facial sling dengan allograft 33. Fasciotomy burn injury 34. Fasciotomy with
complication 35. Flap lokal sederhana 36. Fr. Condylus mandibula open red 37. Fr. Maksila suspensi
(IOID) 38. Fr. Nasal open reduction 39. Fraktur Prosesus alveolaris dengan inter dental wiring (IDW)
(per rahang) 40. Fraktur Prosesus alveolaris luas dengan IDW (per rahang) 41. Fraktur rahang reduksi
terbuka & inter oseus wiring (IOW) 42. LD flap 43. Le fort I osteotomy 44. Liposuction 45.
Lobuloplasti 46. Malarplasty 47. Mamma aberan unilateral 48. Mandibular distraksi 49. Mandibular
rekonstruksi dengan costochondral graft 52 Mastopexi 50. Mentoplasty 51. Microsurgery 52.
Multiple facial fraktur + implant 53. Muskulokutaneus flap 54. Myokutaneus flap/pectoralis mayor
flap 55. Nasal repair dan rekonstruksi 56. Neo vagina 57. Operasi bedah mikro 58. Orif fraktur
zygoma 59. Orif fraktur hand 60. Orif fraktur mandibula 61. Orif fraktur maxilla 62. Orif maksila
plating 63. Orif mandibula plating 64. Orif mandibula wiring 65. Orif orbital wall 66. Orif orbital wall
67. Orif zygoma wiring 68. Osteotomy craniosynostosis reconstruction 69. Osteotomy facial
rekonstruksi 70. Osteotomy genioplasti tanpa tarif bahan 71. Osteotomy maksila Le fort I 72.
Osteotomy maksila Le fort II 73. Palatoplasti bilateral komplit 74. Palatoplasti bilateral tak komplit
75. Palatoplasti unilateral komplit 76. Palatoplasti unilateral tak komplit 77. Palatoraphy 78. Pasang
archbar 79. Pasang back slab/fore slab 80. Pasang cast/gips tanpa reposisi 81. Recheiloraphy 82.
Rekonstruksi dengan alloplastic material 83. Rekonstruksi facial cleft 84. Rekonstruksi nasal 85.
Rekonstruksi palpebra 86. Released buried penis 87. Released syndactyly kompleks 88. Repair canalis
lacrimalis (without silicon tube) 89. Repair coloboma palpebra (skin/mucosal graft) 90. Repair ductus
nasolacrimalis 91. Repair fingertip injury 92. Repair fistel urethra 93. Replantation 94. Reposisi
fraktur nasal sederhana 95. Reposisi fraktur os nasalis (complicated) 96. Reseksi mandibula + bone
graft 97. Rhinoplasty 98. Rotation flap 99. Sagital Split osteotomi mandibula 100. Simple bone
grafting 101. Simple skin grafting 102. Skin flap 103. Skin graft >5 cm 104. Skin graft sedang 5 cm
105. Skin grafting kecil 106. Skin grafting luas 107. Skin grafting sedang 108. Skin grafting with
complication 109. Tendon reconstruction 110. Tendon transfer 111. Tendon transfer with
complication 112. Tennoraphy 113. Tennoraphy with complication 114. TMJ arthroplasty 115. TMJ
arthrostomy 116. Tram flap 117. Wound Dressing 118. Wound Repair 12 KSM OBGYN 1. Cauter
serviks 2. Cordosentesis 3. Debulking tumor ovarium 4. Eksplorasi vagina 5. Embryotomi 6. Extirpasi
+ kuret polip endoserviks 7. Extirpasi geboren mioma 8. Extirpasi geboren mioma+kuiretasi 9.
Histeroctomy pada mola / chorio Ca 10. Histeroctomy radikal 11. Kistektomi 12. Konisasi serviks 13.
Kuret abortus incompletes 14. Lap op: myomektomi 15. Laparoskopi (Kistektomi Ovarium,
Salphingektomi, Adhesiolisis) 16. Laparoskopi Histerektomi 17. Laparoskopi steril 18. Laparoskopik
Diagnostik 19. Laparotomi dengan penyulit mayor 20. Laparotomi dengan penyulit minor 21.
Laparotomi tanpa penyulit 22. LEEP 23. Micro kuretase DUB 24. Mikrokuret 25. Miomectomy 26.
Neovagina 27. Operasi Ca vagina 28. Operasi kanker corpus uteri 29. Operasi tumor ganas ovarium
30. Operative histeroscopy/Ablasi endometrium 31. Overectomi 32. Painless labor 33. Persalinan
normal 34. Persalinan normal dengan penyulit 35. Persalinan pervaginam tindakan operatif 36.
Persalinan sungsang 37. Rekanalisasi 38. Rekanalisasi tuba 39. Salfingektomi unilateral 40.
Salvingoovarectomi unilateral 41. Secound look surgery Ca ovarium 42. Seksio sesaria 43. Seksio
sesaria dengan penyulit penyulit 44. Sirklase serviks 45. Seksio sesaria dengan penyulit penyulit 46.
Sirklase serviks 47. Supra vaginal hyterectomy 48. Surgical staging 49. TAH+BSO dengan Penyulit 50.
TAH+BSO dengan Penyulit Pemasangan Tampon Abdomen 51. Total abdominal
hysterectomy+bilateral salfingektomi 52. Tubektomi klinik 53 Tutup burst abdomen 13 KSM BEDAH
GIGI dan MULUT 1. Augmentasi Tulang Per Regio (Belum Termasuk Bahan) 2. Debriment Mukosa
dan Pengelolaan Luka Sayat 3. Dislokasi Sendi Mandibula 4. Eksisi Epulis Per Rahang 5. Eksisi Kelenjar
Ludah Submandibula 6. Eksisi Kista Odontogenik Keratosis + Ostektomi 7. Eksisi Neoplasma Jinak
Extra Oral Ukuran Kecil 8. Eksisi Parsial + Marsupialisasi Ranula 9. Eksisi Plunging Ranula 10.
Eksisional Biopsi Neoplasma Jinak 11. Enukleasi Kista Dentigerous + Extraksi Gigi Impaksi 12.
Enukleasi Kista radikuler Per Rahang + Extraksi Gigi Penyebab 13. Extirpasi Kista Dermoid 14.
Extirpasi Sialolith 15. Extraksi Corpus Alienum dengan Teknik Lindorf 16. Extraksi Gigi Anak dengan
Kelainan Jantung Per Rahang 17. Extraksi Gigi Anak Per Rahang 18. Extraksi Gigi Dewasa Per Rahang
19. Fissure Sealant pada Autis 20. Fraktur Dento alveolar Dengan arch Bar 21. Fraktur Dento alveolar
Dengan Bracket (belum termasuk bahan) 22. Fraktur Dento Alveolar dengan Eyelet 23. Fraktur
Maksila dengan Suspensi Wiring 24. Fraktur Nasal close Reduksi 25. Fraktur Nasal Open Reduksi 26.
Fraktur Rahang Reduksi Tertutup dengan Intermaksila Fiksasi 27. Frenektomi Per Rahang 28.
Genioplasty 29. Gingivektomi Per Rahang 30. Hemi Maksilektomi Tanpa Rekonstruksi 31. Insisi Abses
/ Phlegmon 32. Insisional Biopsi Neoplasma Jinak 33. Mandibular Distraksi 34. Odontektomi Per Gigi
35. ORIF Maksila + Zygoma + Mandibula (belum termasuk implant) 36. ORIF Maksila Plating (belum
termasuk implant) 37. ORIF Mandibula Plating (belum termasuk implant) 38. ORIF Zygoma Plating
(belum termasuk implant) 39. Osteotomi Maksila le Fort I 40. Osteotomi Maksila le Fort II 41.
Pelepasan Arch Bar (Intermaksila Fiksasi) 14 DIVISI GAWAT DARURAT 1. Intubasi Endotrakea 2.
Krikotirotomi 3. Kanulasi vena perifer 4. Vena sectie 5. Pungsi lumbal 6. Pungsi Pleura 15 KSM
PENYAKIT JANTUNG 1. Diagnostik Kateterisasi Jantung 2. PTMC PEMBULUH 3. PTCA/Stenting DARAH
4. Pacemaker Temporer & Permanen 5. IABP 6 Perikardiosintesis 6. Pemasangan Swan Ganz Kateter
7. Pemasangan Amplatzer/ADO/Coilling 8. CVC 9. Pelepasan Arch Bar (Intermaksila Fiksasi) 16 KSM
PENYAKIT DALAM A. Endoscopy B. Tindakan Anestesi &Sedasi ( Sedang dan Dalam), tindakan yang
memerlukan informed consent tersebut antara lain: a. Semua tindakan anestesi dan sedasi di dalam
kamar operasi b. Semua tindakan anestesi dan sedasi di ICU c. Tindakan Anestesi di ICU d.
Pemasangan intubasi ventilator e. Pemasangan vena central f. Pemasangan CRRT g. Pemasangan
Swan Ganz (Kateter Arteri Pulmonal) h. Pemasangan Intra Arterial Catheher (Kateter Intra Arterial) i.
Pemasangan Percutaneous Dilatational Tracheostomy j. Pemasangan Drain Intra Thorakal/Punksi
Thorax k. Pemasangan IABP Pemasangan Drain Intra Abdominal l. Pemasangan Gemo Cardioversi
Bronchoskopi-FOB TEE C. Tindakan Pemberian Produk Darah dan Komponen Darah,tindakan yang
memerlukan informed consent tersebut antara lain: Transfusi darah: a. Plasma sel b. PRC c. Whole
Blood Cell d. Trombosite e. Albumin f. lain lain D. Semua Tindakan Yang Berisiko Tinggi : 17 KSM
Anak 1. Chest tube 2. Tindakan kemotherapi 3. Pemasangan Ventilator 4. Intubasi Endotrakea 5.
Pemasangan Laryngeal mask 6. Krikotirotomi 7. Infus intraosseus 8. Kanulasi vena perifer 9. Vena
sectie 10. Pengambilan darah intra vena dan intra arteri 11. Pungsi lumbal 12 Pungsi Pleura 12.
Pemasangan kateter urine 13. Pemasangan keteter rectal 14. Pemasangan orogastrik tube 15.
Pemasangan nasogastrik tube 18 THT-KL 1. Pemeriksaan Audiometri 2. Pemeriksaan Timpanometri
3. Pemeriksaan Audiometri Tutur 4. Pemeriksaan Sisi&Tore Decay 5. Pemeriksaan Pendengaran Pada
Anak 6. Pemeriksaan Brainstem Evoked Response Audiometry 19 KSM Patologi Anatomi FNAB (Fine
Needle Aspiration Biopsy) 20 Radiologi 1. Inst. Radiotherapi 2. Tindakan Radiotherapi 21 KSM
Neurologi 1. Cerebral Angiografi 2. AVM & Embolisasi 3. Aneurisma Coiling 4. Embolisasi pre operasi
5. Diagnosis DSA 6. Lumbal Punksi 7. Pain Intervention 8. Injeksi Triger point 9. Injeksi Triger Fringer
10. Injeksi CTS 11. Sub Optical Functional 12. Injeksi botox 13. EMG 22 KSM Patologi Klinik
Phlebotomi 22 KSM Gigi dan Mulut 1. Scaling 2. Curettage/root planning (jika diperlukan anestesi) 3.
Gingivektomi 4. Frenektomi 5. Flap operasi (bone graft/membrance/GTR/interseptif) 6. Implant 7.
Vital pulpektomi dan Partial Nekrose 8. Cauter 9. Retraksi Gingiva pada prep.crown 23 Poli Andrologi
Suntik Intra Cavernosal Penis 24 KSM Kardiologi dan Kedokteran Vaskular 1. Dobutamin Stress
Ekhokardiografi 2. Transophegal Ekhokardiografi 3. Treadmill Tes 4. Exercise Stress Ekhokardiografi
25 KSM Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi 1. Bronchoscopy/FOB 2. Tindakan kemotherapi
3. Thoracoscopy 4. Contra Ventil/WSD 5. Punctie Pleura 6. FNAB 7. Scalene Biopsy 8. Reposisi 9.
Pleurodesis 10. AFF WSD 11. Perawatan Luka WSD 12. USG Thorax Marker 26 KSM Radiologi 1.
Tindakan Radiologi Injectee contrast 2. Tindakan Radiologi pada pasien dengan kelainan
cardiovaskuler 3. Tindakan Radiologi pada pasien dengan alergi berat 4. Tindakan Radiologi pada
pasien dengan KU yang menurun 5. Tindakan Radiologi yang memerlukan FNAB Guiding MSCT pada
pasien dengan kelainan yang berdekatan dengan organ vital 6. Tindakan Radiologi pada Ibu hamil
yang memerlukan foto 27 KSM Neurologi 1. Cerebral Angiografi 2. AVM&Embolisasi 3. Aneurisma
Coiling 4. Embolisasi pre operasi 5. Diagnosis DSA 6. Lumbal Punksi 7. Pain Intervention 8. Injeksi
Triger point 9. Injeksi Triger Fringer 10. Injeksi CTS 11. Sub Optical Functional 12. Injeksi botox 13.
EMG 14. Neuro endovaskuler: Coiling,Embolisasi,DSA 28 Instalasi Hemodialisis Setiap kali melakukan
tindakan Hemodialisis 29 KSM Rehabilitasi Medik Elektromiografi dan Kecepatan Hantar Saraf
Pedoman Pengorganisasian FARMASI

Download Pedoman Pengorganisasian Instalasi Farmasi

Transcript

PEDOMAN PENGORGANISASIAN INSTALASI FARMASI A. Struktur Organisasi Pelayanan


diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya pelayanan farmasi yang efisien dan bermutu,
berdasarkan fasilitas yang tersedia dan standar pelayanan keprofesian universal. Untuk
menggambarkan garis tanggung jawab struktural maupun fungsional dan koordinasi didalam dan
diluar pelayanan farmasi tercermin dalam bagan organisasi Rumah Sakit dan bagan organisasi
Instalasi farmasi. STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI FARMASI ....... JAKARTA Kepala Instalasi Farmasi
Ka. Farmasi Rawat Jalan Farmasi Klinis Ka. Gudang Penerimaan Pengelolaan Perbekalan Pelayanan
Kefarmasian Manajemen Mutu Apoteker/D3Farmasi/Asisten Apoteker B. Uraian Tugas Farmasi .......
di dalam melaksanakan pelayanan farmasi dipimpin oleh Kepala Instalasi dibantu oleh tenaga
Apoteker, Ahli Madya Farmasi dan Tenaga Menengah Farmasi (Asisten Apoteker). Uraian tugas job
description bagi personalia instalasi farmasi: 1. Kepala Instalasi Farmasi a. Bertanggung jawab atas
hasil kerja satu orang atau lebih dari suatu organisasi b. Penentu kebijakan c. Motivator farmasis
guna mendapatkan hasil kinerja yang baik d. Memonitor perkembangan farmasis e. Membuat plan
kerja untuk mengembangkan farmasi di Rumah Sakit untuk menjamin kualitas pelayanan yang baik
2. Bagian gudang farmasi Perencanaan dan Pengadaan a. Merencanakan kebutuhan perbekalan
farmasi secara optimal b. Menyiapkan perencanaan kebutuhan rutin perbekalan untuk triwulan c.
Mengadakan perbekalan farmasi d. Menerima perbekalam farmasi sesuai spesifikasi yang berlaku e.
Menyimpan perbekalan farmasi f. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan
Penerimaan dan Penyimpanan a. Melaksanakan penerimaan perbekalan farmasi yang diadakan di RS
b. Melaksanakan penyimpanan perbekalan farmasi yang dimiliki RS c. Melaksanakan pengiriman
perbekalan farmasi dari gudang ke unit-unit distribusi d. Penerimaan pengeluaran dari persediaan
perbekalan farmasi yang ada di gudang perbekalan 3. Bagian farmasi klinis a. Melaksanakan
pelayanan farmasi klinik b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan d. Memantau
efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan e. Memberikan informasi obat
kepada dokter, perawat, apoteker, maupun pasien/keluarga. 4. Bagian depoRawat jalan a.
Melakukan Receiving, Skrining, Labeling, Dispensi, dan Konseling kepada pasien b. Melakukan
konseling dan informasi obat ke pasien rawat jalan c. Melakukan indent (pemesanan ke gudang
farmasi ) untuk stock di depo rawat jalan d. Melakukan pemantauan karyawan di IFRS rawat jalan
dan delegasi tugas e. Menerima arahan dan melaporkan kepada kepala IFRS segala pelaksanaan
tugas f. Melakukan stok opname didepo rawat jalan 5. Bagian Rawat Inap Melakukan Receiving,
Skrining, Labeling, Dispensi, dan Konseling kepada pasien Melakukan konseling dan informasi obat
ke pasien rawat inap b. Melakukan dan memonitor ward stock c. Melakukan indent ( pemesanan ke
gudang farmasi) untuk stock obat di IFRS rawat inap dan delegasi tugas d. Melakukan pemantauan
karyawan di IFRS rawati inap dan delegasi tugas e. Melaporkan kepaa IFRS segala pelaksanaan
tugasan f. Melakukan rekam meik di IFRS rawat inap 6. Bidang Manajemen Mutu Farmasi a.
Memberikan pendidikan / pengetahuan kepada tenaga kefarmasian b. Mengawasi / membimbing
tenaga kerja baru c. Mengawasi / membimbing pelajar/mahasiswa yang melakukan PKL/magang
diinstalasi farmasi d. Melakukan penelitian yang berkaitan dengan kefarmasian e. Melakukan
pemantauan, penilaian, tindakan, evaluasi dan umpan balik dalam pengendalian mutu f.
Mengkoordinir program pendidikan dan pelatihan. g. Mengembangkan dan memperbaiki sistem/
metode pelayanan instalasi farmasi. C. Standar Ketenagaan Peranan Apoteker di Instalasi Farmasi
Instalasi Farmasi mempunyai fungsi utama dalam pelayanan/jasa obat atas dasar resep dan
pelayanan obat tanpa resep, beroreantasi pada pelanggan/pasien apakah obat yang di beirkan dapat
menyembuhkan penyakit serta nefek samping.Tanggung jawab dan tugas apoteker di Instalasi
Farmasi ialah bertanggung jawab atas obat resep, dan mamapu menjelaskan tetang obat pada
pelanggan/pasien. Dengan demikian bisa di ambil kesimpulan bahwa peranan penting dalam
Instalasi Farmasi adalah seorang Apoteker. Farmasi rumah sakit merupakan departemen atau servis
di dalam Rumah sakit yang di pimpin oleh Apoteker. Apoteker adalah administrator rumah sakit di
segala persoalan tetang penggunaan obat. Kriteria Pelayanan farmasi antara lain: a. Instalasi farmasi
rumah sakit dipimpin oleh seorang apoteker. b. Pelayanan kefarmasian diselenggarakan dan dikelola
oleh apoteker yang mempunyai pengalaman minimal 2 tahun di bagian rumah sakit. c. Apoteker
telah terdaftar di Depkes dan mempunyai surat ijin kerja. d. Pada pelaksanaannya, apoteker dibantu
oleh tenaga ahli madya farmasi dan tenaga menengah farmasi. e. Kepala instalasi farmasi rumah
sakit bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan peraturan-peraturan baik terhadap
pengawasan distribusi maupun administrasi barang. f. Setipa saat harus ada apoteker di tempat
pelayanan untuk melangsungkan dan mengawasi pelayanan kefarmasian dan harus ada
pendelegasian wewenang yang bertanggung-jawab jika kepala farmasi berhalangan hadir. g. Adanya
staf farmasi yang jumlah dan kualifikasinya disesuaikan dengan kebutuhan. h. Apabila ada pelatihan
kefarmasian bagi mahasiswa fakultas farmasi atau tenaga farmasi lainnya, harus ditunjuk apoteker
yang memiliki kualifikasi pendidik/pengajar untuk mengawasi jalannya pelatihan tersebut. i.
Penilaian terhadap staf harus dilakukan berdasarkan tugas yang terkait dengan pekerjaan fungsional
yang diberikan dan juga pada penampilan kerja yang dihasilkan dalam meningkatkan mutu
pelayanan. Sumber Daya Manusia Farmasi Rumah Sakit Personalia Pelayanan Farmasi Rumah
Sakit adalah sumber dayamanusia yang melakukan pekerjaan kefarmasian di rumah sakityang
termasuk dalam bagan organisasi rumah sakit denganpersyaratan : Terdaftar di Departeman
Kesehatan Terdaftar di Asosiasi Profesi Mempunyai izin kerja Mempunyai SK
penempatan Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/Menkes/SK/X/2002 yang
dimaksud dengan : 1. Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker. Persyaratan
Apoteker di rumah sakit adalah Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan
(DepKes). Telah mengucapkan Sumpah / Janji sebagai Apoteker. Memiliki
Surat Izin Kerja dari Menteri Kesehatan (MenKes) Memenuhi syarat-syarat kesehatan
fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai Apoteker. Tidak bekerja disuatu
Perusahaan Farmasi dan tidak menjadi Apoteker Pengelola Apotek (APA) di Apotek lain. Dalam
melakukan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit, Apoteker dibantu oleh Asisten Apoteker yang
telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK). Keputusan Menteri Kesehatan No. 679/MENKES/SK/V/2003,
tentang Peraturan Registrasi dan Izin Kerja Asisten Apoteker, yaitu : a. Surat Izin Asisten
Apoteker adalah bukti tertulis atas kewenangan yang diberikan kepada pemegang Ijazah Sekolah
Asisten Apoteker atau Sekolah Menengah Farmasi, Akademi Farmasi dan Jurusan Farmasi, Politeknik
Kesehatan, Akademi Analis Farmasi dan Makanan, Jurusan Analis Farmasi serta Makanan Politeknik
Kesehatan untuk menjalankan Pekerjaan Kefarmasian sebagai Asisten Apoteker. b. Surat
Izin Kerja Asisten Apoteker adalah bukti tertulis yang diberikan kepada pemegang Surat Izin Asisten
Apoteker untuk melakukan pekerjaan Kefarmasian disarana kefarmasian. Penyelenggaraan
pelayanan kefarmasian dilaksanakan olehtenaga farmasi profesional yang berwewenang
berdasarkanundang-undang, memenuhi persyaratan baik dari segi aspekhukum, strata pendidikan,
kualitas maupun kuantitas denganjaminan kepastian adanya peningkatan
pengetahuan,keterampilan dan sikap keprofesian terus menerus dalam rangkamenjaga mutu profesi
dan kepuasan pelanggan. Kualitas danrasio kuantitas harus disesuaikan dengan beban kerja
dankeluasan cakupan pelayanan serta perkembangan dan visi rumahsakit. Distribusi Ketenagaan
Instalasi Farmasi ....... di dalam melaksanakan pelayanan farmasi dibagi menjadi 3 (tiga) shift
pelayanan dalam waktu 24 jam. Distribusi tenaga farmasi ditempatkan pada 2 ( dua ) depo
pelayanan yaitu depo farmasi IGD dan rawat jalan dan depo farmasi rawat inap serta pelayanan
gudang farmasi. Masing-masing depopelayanan dan gudang farmasi di pimpin oleh apoteker.
Jenis Pelayanan Pelayanan IGD (Instalasi Gawat Darurat) Pelayanan rawat inap Pelayanan
rawat jalan pelayanan gudang farmasi Produksi obat (pengenceran alcohol) Analisa
Kebutuhan Tenaga di IFRS Analisa kebutuhan tenaga disusun bersama-sama oleh panitia penyusun
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja RS. Jumlah tenaga yang dibutuhkan tergantung pada
jenis pelayanan, komposisi shift jaga dan jumlah pasien yang dilayani. Jumlah ketenagaan Instalasi
Farmasi disusun setahun sekali berdasarkan data tahun berjalan dan perkiraan perkembangan tahun
yang dianggarkan. Evaluasi Kinerja Tenaga IFRS Evaluasi kinerja tenaga IF....... mengacu pada
evaluasi kinerja karyawan RS sesuai dengan uraian tugas dan tanggung jawabnya yang meliputi
penilaian terhadap : Kualitas Kerja Kuantitas Kerja Disiplin Kerja Kecakapan Tanggung
Jawab Loyalitas Inisiatif Kejujuran Motivasi Kerjasama Komunikasi Absensi Evaluasi
kinerja tersebut dilakukan setiap akhir tahun dan bersifat terbuka dan diharapkan dapat
memberikan umpan balik terhadap kinerja yang bersangkutan

Anda mungkin juga menyukai