Disusun Oleh:
Kartika Rahmawati
4061612030
Dokter Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
RSUD CIAWI
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 406162030
Fakultas : Kedokteran
Mengetahui
Pembimbing
Jika dicurigai terdapat sinusitis dentogen pada sinusitis maksila kronik yang
mengenai satu sisi akan terdapat sekret purulen dan napas berbau busuk. Untuk
mengobati sinusitisnya, gigi yang terinfeksi harus dicabut atau dirawat, dan
pemberian antibiotik yang mencakup bakteri anaerob. Seringkali perlu dilakukan
irigasi sinus maksila.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sinus paranasal merupakan suatu ruang berisi udara yang berada di tulang
kepala (os maxillae, os frontale, os sphenoidale, dan os ethmoidale). Sinus paranasal
merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala.Sinus paranasal berhubungan
dengan kavum nasi melalui suatu ostium. Manusia memiliki empat pasang sinus
paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid
dan sinus sphenoid. Sama halnya dengan tuba eustachius, telinga tengah dan saluran
pernapasan, epitel sinus paranasal dilapisi oleh epitel kubus bertingkat bersilia.
Mukosa sinus paranasal lebih tipis dan kelenjarnya lebih tipis dibandingkan
dengan mukosa hidung. Epitel toraknya berlapis semu bersilia, bertumpu pada
membran basal yang tipis dan tunika propianya melekat erat dengan periostium di
bawah nya. Silia lebih banyak di dekat ostium, gerakannya akan mengalirkan lendir
yang menyelimuti permukaanya kearah hidung melalui ostium masing - masing sinus.
2.1.1 SINUS FRONTAL
Sinus frontal terletak di os frontal yang mulai terbentuk sejak bulan ke-empat
fetus, berasal dari sel-sel resesus frontal atau dari sel-sel infundibulum etmoid.
Sesudah lahir, sinus frontal mulai berkembang pada usia 8-10 tahun dan akan
mencapai ukuran maksimal sebelum usia 20 tahun.
Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar daripada
lainnya dan dipisahkan oleh sekat yang terletak di garis tengah. Kurang lebih 15%
orang dewasa hanya mempunyai satu sinus frontal dan kurang lebih 5% sinus
frontalnya tidak berkembang.
Ukuran sinus frontal adalah 2,8 cm tingginya, lebarnya 2,4 cm dan dalamnya 2
cm. Sinus frontal biasanya bersekat-sekat dan tepi sinus berlekuk-lekuk. Tidak adanya
gambaran septum-septum atau lekuk-lekuk dinding sinus pada foto rontgen
menunjukkan adanya infeksi sinus. Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang relatif
tipis dari orbita dan fosa serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus frontal mudah
menjalar ke daerah ini.
Sinus frontal berdrainase melalui ostiumnya yang terletak di resesus frontal,
yang berhubungan dengan infundibulum etmoid.
Merupakan sinus terbesar yang berbentuk seperti piramid. Saat lahir sinus maksila
bervolume 6-8 ml, sinus kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya mencapai
ukuran maksimal, yaitu 15 ml saat dewasa.
Pada saat lahir sinus maksila hanya berupa celah kecil di sebelah medial orbita
yang pada mulanya dasarnya lebih tinggi daripada dasar rongga hidung, kemudian
terus mengalami penurunan, sehingga pada usia 8 tahun menjadi sama tinggi.
Perkembangannya berjalan kearah bawah yang nanti akan menjadi bentuk sempurna
setelah erupsi gigi permanen. Perkembangan maksium antara usia 15 dan 18 tahun.
Dinding anterior sinus ialah permukaan fasial os maksila yang disebut fosa
kanina, dinding posteriornya adalah permukaan infra-temporal maksila, dinding
medialnya ialah dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya ialah dasar orbita
dan dinding inferiornya ialah prossesus alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksila
berada di sebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris
melalui infundibulum etmoid.
Dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas, yaitu
permolar (P1 dan P2), molar (M1, M2 dan M3), dan caninus (C), bahkan akar-
akar gigi tersebut dapat menonjol ke dalam sinus, sehingga infeksi gigi geligi
Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga drainase
hanya tergantung dari gerak silia. Drainase harus melalui infundibulum yang
dapat tumbuh ke rongga sinus. Proses supuratif yang terjadi di sekitar gigi-gigi
Sinus etmoid paling bervariasi dan akhir-akhir ini dianggap paling penting,
karena merupakan fokus infeksi bagi sinus-sinus lainnya. Pada orang dewasa bentuk
sinus etmoid seperti piramid dengan dasarnya di bagian posterior. Ukurannya dari
anterior ke posterior 4-5 cm, tinggi 2.4 cm dan lebarnya 0.5 cm di bagian anterior dan
1.5 cm di bagian posterior.
Pada bagian terdepan sinus etmoid anterior ada bagian yang sempit, disebut
resesus frontal, yang berhubungan dengan sinus frontal. Sel etmoid yang terbesar
disebut bula etmoid. Di daerah etmoid anterior terdapat suatu penyempitan yang
disebut infundibulum, tempat bermuaranya ostium sinus maksila. Pembengkakan atau
peradangan di resesus frontal dapat menyebabkan sinusitis frontal dan pembengkakan
di infundibulum dapat menyebabkan sinusitis maksila.
Atap sinus etmoid yang disebut fovea etmoidalis berbatasan dengan lamina
kribrosa. Dinding lateral sinus adalah lamina papirasea yang sangat tipis dan
membatasi snus etmoid dari rongga orbita. Di bagian belakang sinus etmoid posterior
berbatasan dengan sinus sfenoid.
Terletak dalam os sfenoid yaitu di belakang sinus etmoid posterior. Sinus sfenoid
dibagi dua oleh sekat yang disebut septum intersfenoid. ukuranya adalah 2 cm,
tingginya 2.3 cm dan lebarnya 1.7 cm. Volumenya bervariasi dari 5-7.5 ml. Saat sinus
berkembang, pembuluh darah dan nervus di bagian lateral os sfenoid akan menjadi
sangat berdekatan dengan rongga sinus dan tampak sebagai indentasi pada dinding
sinus sfenoid.1
Batas-batasnya ialah, sebelah superior terdapat fosa serebri media dan kelenjar
hipofisis, sebelah inferiornya atap nasofaring, sebelah lateral berbatasan dengan sinus
kavernosus dan a. karotis interna dan di sebelah posteriornya berbatasan dengan fosa
serebri posterior di daerah pons.
merupakan muara dari sinus maxilla, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus
sfenoid. Dimana daerah ini rumit dan juga sempit. KOM terdiri dari
fronntalis, bula etmoid, sel sel etmoid anterior dengan ostiumnya dan
Seperti pada mukosa hidung di dalam sinus juga terdapat mukosa bersilia dan
palut lendir di atasnya. Mukus yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar mukosa yang
melapisi sinus paranasal dialirkan ke dalam kavum nasi oleh kerja silia dari sel-sel
mukosa. Drainase mukus juga dibantu oleh tenaga menyedot saat membuang ingus.
Lendir yang berasal dari kelompok sinus anterior yang bergabung di infundibulum
etmoid dialirkan ke nasofaring di depan muara tuba eustachius. Lendir yang berasal
dari kelompok sinus posterior bergabung di recessus sfenoetmoidales, dialirkan ke
nasofaring di posterosuperior muara tuba. Inilah sebabnya pada sinusitis didapati
sekret pasca nasal (post nasal drip), tetapi belum ada secret di rongga hidung.
Sampai saat ini belum ada penyesuaian pendapat mengenai fisiologi sinus
2.2.1 DEFINISI
Definisi dari sinusitis ialah radang mukosa sinus paranasal. Sesuai anatomi
sinus yang terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid, sinusitis
frontal dan sinusitis sfenoid. Yang paling sering ditemukan ialah sinusitis maksila dan
sinusitis etmoid. Sinustis maxilla disebut juga dengan antrum Higmore dimana
letaknya dekat dengan akar gigi rahang atas, karena itu infeksi gigi mudah mrnyebar
ke sinus maka disebut juga dengan sinusitis dentogen
Penjalaran infeksi gigi, infeksi periapikal gigi maksila dari kaninus sampai
gigi molar tiga atas. Biasanya infeksi lebih sering terjadi pada kasus-kasus
akar gigi yang hanya terpisah dari sinus oleh tulang yang tipis, walaupun
kadang-kadang ada juga infeksi mengenai sinus yang dipisahkan oleh tulang
yang tebal.
Prosedur ekstraksi gigi, misalnya terdorong gigi ataupun akar gigi sewaktu
akan diusahakan mencabutnya, atau terbukanya dasar sinus sewaktu dilakukan
pencabutan gigi.
Penjalaran penyakit periodontal yaitu adanya penjalaran infeksi dari membran
periodontal melalui tulang spongiosa ke mukosa sinus.
Trauma, terutama fraktur maksila yang mengenai prosesus alveolaris dan
sinus maksila.
Adanya benda asing dalam sinus berupa fragmen akar gigi dan bahan
tambalan akibat pengisian saluran akar yang berlebihan.
Osteomielitis akut dan kronis pada maksila.
Kista dentogen yang seringkali meluas ke sinus maksila, seperti kista radikuler
dan folikuler.
Deviasi septum kavum nasi, polip, serta neoplasma atau tumor dapat
menyebabkan obstruksi ostium yang memicu sinusitis.
2.2.3 PATOFISIOLOGI
Dapat dibagi berdasarkan gejala objektif dan subjektif. Gejala subjektif dibagi
menjadi yang sistemik dan lokal. Gejala sistemik ialah demam dan rasa lesu. Gejala
lokal pada hidung terdapat ingus kental yang kadang-kadang berbau dan dirasakan
mengalir ke nasofaring (post nasal drip). Hidung tersumbat juga dapat dirasakan,
seringkali terdapat nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk, serta nyeri di
tempat lain karena nyeri alih (referred pain). Sekret mukopurulen dapat keluar
dari hidung dan terkadang berbau busuk. Batuk iritatif non-produktif juga seringkali
ada nyeri alih dirasakan di dahi dan di depan telinga. Penciuman terganggu dan ada
perasaan penuh dipipi waktu membungkuk ke depan. Terdapat perasaan sakit kepala
waktu bangun tidur dan dapat menghilang hanya bila peningkatan sumbatan hidung
sewaktu berbaring sudah ditiadakan.
Gejala pada sinusitis maksilaris tipe odontogenik hanya terjadi pada satu sisi
serta pengeluaran pus yang berbau busuk. Di samping itu, adanya kelainan apikal atau
periodontal mempredisposisi kepada sinusitis tipe dentogen. Gejala sinusitis dentogen
lebih lambat dari sinusitis tipe rinogen.
2.2.5 DIAGNOSIS
Diagnosis sinusitis dentogen adalah berdasarkan pemeriksaan lengkap pada gigi serta
pemeriksaan fisik lainnya. Ini mencakup evaluasi gejala klinis pasien sesuai dengan kriteria
American Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery (AAO-HNS), yang mana
diagnosis sinusitis membutuhkan setidaknya 2 faktor mayor atau setidaknya 1 faktor mayor
dan 2 faktor minor dari serangkaian gejala dan tanda klinis, riwayat penyakit gigi geligi, serta
temuan radiologi sinus paranasal dan CT Scan.
Fatigue
Hidung berbau
Gejala di telinga
Batuk
INSPEKSI
Kulit pada ujung hidung yang terlihat mengkilap, menandakan adanya udem
di tempat tersebut.
Adanya maserasi pada bibir atas dapat kita temukan saat melakukan inspeksi
hidung & sinus paranalis. Maserasi disebabkan oleh sekresi yang berasal dari
sinusitis dan adenoiditis.
PALPASI
Krepitasi dan deformitas dorsum nasi (batang hidung) dapat kita temukan pada
palpasi hidung. Deformitas dorsum nasi merupakan tanda terjadinya fraktur os
nasalis.
Ala nasi penderita terasa sangat sakit pada saat kita melakukan palpasi. Tanda
ini dapat kita temukan pada furunkel vestibulum nasi.
PERKUSI
Perkusi pada fossa kanina kita lakukan apabila palpasi pada keduanya menimbulkan
reaksi hebat. Syarat-syarat perkusi sama dengan syarat-syarat palpasi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Rinoskopia Anterior
Rinoskopi anterior merupakan pemeriksaan rutin untuk melihat tanda patognomonis, yaitu
sekret purulen di meatus medius atau superior; atau pada rinoskopi posterior tampak adanya
sekret purulen di nasofaring (post nasal drip). Pada keadaan kronik akan terlihat adanya
sekret purulen di meatus medius atau meatus superior.
Pemeriksaan Transiluminasi
Pemeriksaan penunjang lain adalah transiluminasi. Hanya sinus frontal dan maksila
yang dapat dilakukan transiluminasi. Pada sinus yang sakit akan menjadi suram atau
gelap. Pemeriksaan ini sudah jarang digunakan karena terbatas kegunaanya.
Cara I. Mulut pasien kita minta dibuka lebar-lebar. Lampu kita tekan pada
margo inferior orbita ke arah inferior. Cahaya yang memancar ke depan kita
tutup dengan tangan kiri. Hasilnya sinus maksilaris normal bilamana palatum
durum homolateral berwarna terang.
Cara II. Mulut pasien kita minta dibuka. Kita masukkan lampu yang telah
diselubungi dengan tabung gelas ke dalam mulut pasien. Mulut pasien
kemudian kita tutup. Cahaya yang memancar dari mulut dan bibir atas pasien,
kita tutup dengan tangan kiri. Hasilnya dinding depan dibawah orbita tampak
bayangan terang berbentuk bulan sabit.
Penilaian pemeriksaan transiluminasi (diaphanoscopia) berdasarkan adanya
perbedaan sinus kiri dan sinus kanan. Jika kedua sinus tampak terang,
menandakan keduanya normal. Namun khusus pasien wanita, hal itu bisa
menandakan adanya cairan karena tipisnya tulang mereka. Jika kedua sinus
tampak gelap, menandakan keduanya normal. Khusus pasien pria, kedua sinus
yang gelap bisa akibat pengaruh tebalnya tulang mereka.
Nasoendoskopi
Pemeriksaan nasoendoskopi dapat dilakukan untuk menilai kondisi kavum nasi hingga ke
nasofaring. Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan dengan jelas keadaan dinding lateral
hidung. Pemeriksaan ini sangat dianjurkan untuk menentukan diagnosa yang lebih tepat dan
dini. Tanda khas ialah adanya pus di meatus media (pada sinusitis maksilaris, etmoid anterior
dan frontalis) atau di meatus superior (pada sinusitis etmoidalis posterior dan sfenoid).
Pada keadaan kronik pemeriksaan ini sangat dianjurkan karena dapat menunjukkan kelainan
yang tidak dapat terlihat dengan rinoskopi anterior, misalnya sekret purulen minimal di
meatus medius atau superior, polip kecil, ostium asesorius, edema prosesus unsinatus, konka
bulosa, konka paradoksikal, spina septum dan lain-lain.
Pemeriksaan pembantu yang penting adalah foto polos. Foto polos posisi Waters, PA dan
lateral, umumnya hanya mampu menilai kondisi sinus sinus besar seperti sinus maksila dan
frontal. Kelainan akan terlihat perselubungan, batas udara-cairan (air fluid level) atau
penebalan mukosa. Pada pemeriksaan sinus maksila menggunakan posisi Waters.
CT Scan
Lebih dianjurkan pada pasien sinusitis yang kronik. Cukup dengan potongan koronal tanpa
kontras. Dengan potongan ini sudah dapat diketahui dengan jelas perluasan penyakit di dalam
rongga sinus dan adanya kelainan di KOM (kompleks ostiomeatal). Sebaiknya pemeriksaan
CT scan dilakukan setelah pemberian terapi antibiotik yang adekuat, agar proses inflamasi
pada mukosa dieliminasi sehingga kelainan anatomis dapat terlihat dengan jelas.
Pemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sekret dari meatus media atau superior,
untuk mendapat antibiotik yang tepat guna. Lebih baik lagi bila diambil sekret yang
keluar dari pungsi sinus maksila. Kebanyakan sinusitis disebabkan infeksi oleh
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis.
Gambaran bakteriologik dari sinusitis yang berasal dari gigi geligi didominasi oleh
infeksi gram negatif sehingga menyebabkan pus berbau busuk dan akibatnya timbul
bau busuk dari hidung.
Tindakan pungsi sinus maksila dapat dianjurkan sebagai alat diagnostik untuk
mengetahui adanya sekret di dalam sinus maksila dan jika diperlukan untuk
pemeriksaan kultur dan resistensi.
Sinoskopi
Dapat dilakukan untuk melihat kondisi antrum sinus maksila. Pemeriksaan ini
menggunakan endoskop, yang dimasukkan melalui pungsi di meatus inferior atau fosa
kanina. Dilihat apakah ada sekret, jaringan polip, atau jamur di dalam rongga sinus
maksila, serta bagaimana keadaaan mukosanya apakah kemungkinan kelainannya
masih reversibel atau sudah ireversibel.
2.2.6 PENATALAKSANAAN
Jika tidak ada perbaikan maka dilakukan rontgen foto polos atau CT Scan dan
atau nasoendoskopi. Bila dari pemeriksaan tersebut ditemukan kelainan maka
dilakukan terapi sinusitis kronik. Tidak ada kelainan maka dilakukan evaluasi
diagnosis yakni evaluasi komprehensif alergi dan kultur dari fungsi sinus.
Terapi pembedahaan pada sinusitis akut jarang diperlukan, kecuali bila telah
terjadi komplikasi ke orbita atau intrakranial, atau bila ada nyeri yang hebat karena
ada sekret tertahan oleh sumbatan.
KRONIK
a. Jika ditemukan faktor predisposisinya, maka dilakukan tatalaksana yang
sesuai dan diberi terapi tambahan. Jika ada perbaikan maka pemberian
antibiotik mencukupi 10-14 hari.
b. Jika faktor predisposisi tidak ditemukan maka terapi sesuai pada episode akut
lini II + terapi tambahan. Sambil menunggu ada atau tidaknya perbaikan,
diberikan antibiotik alternative 7 hari atau buat kultur. Jika ada perbaikan
diteruskan antibiotik mencukupi 10-14 hari, jika tidak ada perbaikan, evaluasi
kembali dengan pemeriksaan nasoendoskopi, sinuskopi (jika irigasi 5x tidak
membaik). Jika ada obstruksi kompleks osteomeatal maka dilakukan tindakan
bedah yaitu BSEF atau bedah konvensional. Jika tidak ada obstruksi maka
evaluasi diagnosis.
c. Daerah sinus yang sakit bisa dilakukan diatermi gelombang pendek.
d. Jika ada sinusitis maksila dilakukan pungsi dan irigasi sinus, sedang sinusitis
ethmoid, frontal atau sfenoid dilakukan tindakan pencucian Proetz.
e. Pembedahan
Radikal:
Dinding depan
sinus dibuat fenestra,
dengan pahat, osteatom
atau alat bor. Lubang
diperlebar dengan
cunam pemotong tulang
kerison, sampai jari
kelingking dapat
masuk. Isi antrum dapat
dilihat dengan jelas.
Dinding nasoantral
meatus inferior selanjutnya ditembus dengan trokar atau hemostat bengkok.
Antrostomi intranasal ini dapat diperlebar dengan cunam kerison dan cunam yang
dapat memotong tulang kearah depan. Lubang nasoantral ini sekurang-kurangnya 1,5
cm dan yang dipotong adalah mukosa intra nasal, mukosa sinus dan dinding tulang.
Telah diakui secara luas bahwa berbagai jendela nasoantral tidak diperlukan.
Setelah antrum diinspeksi dengan teliti agar tidak ada tampon yang
tertinggal, incisi ginggivobukal ditutup dengan benang plain cat gut 00. biasanya
tidak diperlukan pemasangan tampon intranasal atau intra sinus. Jika terjadi
perdarahan yang mengganggu, kateter balon yang dapat ditiup dimasukan kedalam
antrum melalui lubang nasoantral. Kateter dapat diangkat pada akhir hari ke-1 atau ke
2. kompres es di pipi selama 24 jam pasca bedah penting untuk mencegah edema,
hematoma dan perasaan tidak nyaman.
Non Radikal:
2.2.7 KOMPLIKASI
Pemeriksaan CT Scan harus rutin dilakukan pada sinusitis rekuren, kronis atau
berkomplikasi. CT-Scan menjelaskan derajat penyakit sinus dan derajat infeksi di luar
sinus, pada orbita, jaringan lunak dan kranium.
Mukokel
Mukokel adalah suatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam
sinus, kista ini paling sering ditemukan pada sinus maksilaris, sering disebut sebagai
kista retensi mukus dan biasanya tidak berbahaya.
Piokel adalah mukokel terinfeksi, gejala piokel hampir sama dengan mukokel
meskipun lebih akut dan lebih berat.
Prinsip terapi adalah eksplorasi sinus secara bedah untuk mengangkat semua
mukosa yang terinfeksi dan memastikan drainase yang baik atau obliterasi sinus.
Komplikasi Orbita
Sinusitis ethmoidalis merupakan penyebab komplikasi pada orbita yang
tersering. Pembengkakan orbita dapat merupakan manifestasi dari ethmoidalis akut,
namun sinus frontalis dan sinus maksilaris juga terletak di dekat orbita dan dapat
menimbulkan infeksi isi orbita.
Terdapat 5 tahapan :
1. Peradangan atau reaksi edema yang ringan. Terjadi pada isi orbita akibat
infeksi sinus ethmoidalis di dekatnya. Keadaan ini terutama ditemukan pada
anak, karena lamina papirasea yang memisahkan orbita dan sinus ethmoidalis
seringkali merekah pada kelompok umur ini.
2. Selulitis orbita, edema bersifat difus dan bakteri telah secara aktif menginvasi
isi orbita namun pus belum terbentuk.
3. Abses subperiosteal, pus terkumpul diantara periorbita dan dinding tulang
orbita menyebabkan proptosis dan kemosis.
4. Abses orbita, pus telah menembus periosteum dan bercampur dengan isi orbita.
Tahap ini disertai dengan gejala sisa neuritis optik dan kebutaan unilateral yang
lebih serius. Keterbatasan gerak otot ekstraokular mata yang tersering dan
kemosis konjungtiva merupakan tanda khas abses orbita, juga proptosis yang
makin bertambah.
5. Trombosis sinus kavernosus, merupakan akibat penyebaran bakteri melalui
saluran vena ke dalam sinus kavernosus, kemudian terbentuk suatu
tromboflebitis septik.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Biasanya gejala yang sering dikeluhkan pasien adalah hidung nya berbau.
Penatalaksanaannya adalah mengatasi masalah gigi, konservatif, diberikan obat-
obatan; antibiotika, dekongestan, antihistamin, kortikosteroid dan irigasi sinus serta
operatif. Beberapa macam tindakan bedah sinus yaitu Caldwell-Luc secara radikal
dan juga Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF) secara non radikal. Komplikasi
yang dapat terjadi ialah mukokel, bahkan komplikasi dapat terjadi ke orbita dan juga
intrakranial.
DAFTAR PUSTAKA