Kelompok 7
Kelompok 7
• Ketua : Michelle Angelika
• Sekretaris : Reyna Lauwsen
• Penulis : Rini Desio Mori
• Anggota
– Emenda Suci
– Jessica Elizabeth
– Kartika Rahmawati
– Evi
– Jessica Nadia Dinda
– Annelis Aulia Sari
– Yoel Junio
– Ignasius Hans
– Andita Rizky
STEP 1 : Unfamiliar Terms
• NVD : pemeriksaan pasca trauma untuk
menentukan apakah adanya komplikasi / tidak
• Nyeri sumbu positif : memberikan tekanan
yang arahnya sejajar dengan trauma maka
memberikan rasa nyeri
• Deformitas : perubahan bentuk tubuh yang
ditandai dengan posisi abnormal dari suatu
tubuh
STEP 2 : Perumusan Masalah
1. Apa yang menyebabkan nyeri di daerah dada dan sesak nafas?
2. Mengapa sendi bahu kanan pasien lebih rendah dibanding bahu
kiri?
3. Mengapa sendi panggul tidak bisa digerakkan?
4. Apa yang harus dilakukan / diamati pasien dengan kasus seperti
ini?
5. Apakah ada hubungan pasien batuk dan sesak nafas dengan
bahu kiri yang deformitas?
6. Apakah usia pasien mempengaruhi trauma pada kecelakaan?
7. Interpretasi pemeriksaan PF dan lab?
8. Apa yang perlu diwaspadai dengan luka robek di tungkai bawah?
STEP 3 : Curah Pendapat
1. Fraktur clavicula saraf yg membantu diafragma terganggu sesak nafas
2. Fraktur clavicula posisi bahu tidak seimbang
3. Dislokasi tulang // peradangan pada bagian sendi pasca taruma
4. Mengamati tanda-tanda vital (airway, breathing, circulation, response,
environment) // jika ada pendarahan, hentikan
5. Idem nomer 1
6. Berpengaruh. Pasien perempuan lanjut usia resiko tinggi osteoporosis
jika trauma lebih mudah fraktur
7. Bahu kanan lebih rendah dari bahu kiri fraktur clavicula // sendi bahu
dapat digerakkan secara pasif, penonjolan pada tulang selangka // tungkai
kanan dan sendi panggul tidak bisa digerakkan dislokasi // luka robek
pada tungkai kanan fraktur terbuka // hipotensi, pucat // HB rendah
8. Fraktur terbuka (fibula / tibia) // infeksi pada luka robek // pendarahan
STEP 4 : Review
Diagnosis:
• Fraktur clavicula
PF dan LAB • Fraktur terbuka
• Pucat, TD 100/50 • Dislokasi sendi
mmHg, Hb 9,5% panggul
Didapatkan: • Luka robek
• Tungkai kanan dan • Nyeri tekan dan nyeri
sendi panggul kanan sumbu positif pada
tidak bisa digerakkan lengan kiri
• Bahu kiri tampak
Perempuan 69 • Luka robek di daerah
deformitas pada 1/3
tahun tungkai kanan (5 cm)
• Bahu kanan lebih proximal dengan
rendah dari bahu kiri angulasi ke lateral
• Penonjolan pada
daerah tulang
Fraktur selangka
resiko • Nyeri di dada kanan
osteoporosis waktu manarik nafas,
batuk dan agak sesak
• Bahu kiri tampak
deformitas
STEP 5 : Learning Objectives
1. Mampu Menjelaskan Histologi Tulang
2. Mampu Menjelaskan Macam-macam Sendi, Prinsip
Pergerakkan Sendi
3. Mampu Menjelaskan Fraktur (definisi, etiologi,
klasifikasi, tanda dan gejala, faktor resiko,
patofisiologi, epidemiologi, pemeriksaan, komplikasi
dan prognosis, penatalaksanaan)
4. Mampu Menjelaskan Kelainan Tulang yang Tidak
disebabkan Trauma (kongenital, infeksi)
5. Mampu Menjelaskan Dislokasi Sendi
LO 1 : Mampu menjelaskan histologi tulang
1. Tulang Rawan
Rawan hyalin (paling
Rawan elastis Rawan fibrosa
banyak)
●
Sebagai penyokong yang lentur
●
Tersusun oleh kondrosit dalam
lakuna
●
Substansi dasar / matriks:
Glikoprotein ●
- warna bening – mirip kaca ●
warna putih kebiruan
●
Tidak mempunyai pembuluh (putih kebiruan) ●
bahan matrix : kolagen kasar
darah & syaraf makanannya ●
bahan matrix : kolagen halus ●
fungsi : menahan beban
melalui proses diffusi ●
fungsi : memudahkan gerakan ●
terdapat : pada ruas – ruas
●
warna kuning menahan tekanan tulang belakang (vertebrae)
●
bahan matrik : serat elastin
●
sifat : sangat lentur
●
terdapat pada : daun telinga,
●
saluran pendengaran, epiglotis
TULANG RAWAN HIALIN
2. Tulang Keras
Terapat 4
jenis Lamela
- Osteoblast
- Osteoklast
tulang
1. Membentuk tubuh
Fungsi tulang
2. Melakukan gerakan tubuh
Komponen
penyusun ikat 2. Komponen ekstrasel
a. Matriks : terdiri dari glukosaminoglikans & proteoglikans
Komponen Penunjang
• Kapsula sendi lapisan berserabut yang melapisi sendi. Di
bagian dalamnya terdapat rongga.
• Ligamen (ligamentum) jaringan pengikat yang mengikat
luar ujung tulang yang saling membentuk persendian.
Ligamentum juga berfungsi mencegah dislokasi.
• Tulang rawan hialin (kartilago hialin) jaringan tulang rawan
yang menutupi kedua ujung tulang. Berguna untuk menjaga
benturan.
• Cairan sinovial cairan pelumas pada kapsula sendi.
Macam
Macam- -Macam
MacamSendi
Sendi
Amphiarthrosis
Sutura
Synarthrosis Diarthrosis
Syndesmosis
Fungsi A. Fibrosa
Gomphosis
SENDI
A. Cartilaginis Synchondrosis
Struktur
Shymphysis
A. Synovialis
4) Stadium Konsolidasi :
• Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi. Fraktur teraba telah
menyatu
• Secara bertahap menjadi tulang mature
• Terjadi pada minggu ke 3-10 setelah kecelakaan
5) Stadium Remodeling :
• Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada lokasi eks fraktur
• Tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoklast
• Pada anak-anak remodeling dapat sempurna, pada dewasa masih ada
tanda penebalan tulang.
Penatalaksanaan farmakologis
Memberikan obat NSAID :
Ibuprofen
• Turunan asam penilpropionat sederhana
• Diekskresi cepat, T ½ 1 – 2 jam
• Dosis <2400 mg/hr analgesik, anti infalmasi (-), prep topikal
diserap otot dan fascia
• ES:
– GI irritation & bleeding (<aspirin)
– Rash, pruritus, tinitus, dizzines, sakit kepala, aseptic meningitis,
retensi cairan
– Hematologik: agranulositik, anemia aplastik
– Nefritis interstitial, sindrom nefrotik
– Hepatitis
• Kombinasi dengan Aspirin
Penatalaksanaan Non Farmakologis
Prinsip 4R :
1. Recognition : diagnosis dan penilaian fraktur
2. Reduction : usaha manipulasi fragmen tulang yg
patah utk kembali ke tempat asalnya
3. Retention : Immobilisasi
4. Rehabilitation : mengembalikan aktifitas fungsional
semaksimal mungkin
Penatalaksanaan fraktur
Fraktur tertutup :
1. Terapi konservatif :
– Proteksi saja, misalnya mitela untuk fraktur collum chrirurgicum humeri
dengan kedudukan baik
– Imobilisasi saja tanpa reposisi, misalnya pemasangan gips pada fraktur
inkomplit dan fraktur dengan kedudukan baik.
– Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips, misalnya pada fraktur
suprakondilus, fraktur colles, fraktur smith. Reposisi dapat dalam anastesi
umum atau lokal.
– Traksi, untuk reposisi secara perlahan. Pada anak-anak dipakai traksi kulit.
2. Terapi operatif :
– Reposisi terbuka, fiksasi interna
– Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi eksterna
– Terapi operatif dengan reposisi anatomis diikuti dengan fiksasi interna (open
reduction and internal fixation), artroplasti eksisional, eksisi fragmen, dan
pemasangan endoprostesis.
Penatalaksanaan fraktur
Fraktur terbuka:
• Harus dilakukan secepat mungkin,
• Penundaan dapat mengakibatkan komplikasi infeksi,
• Waktu yang optimal untuk bertindak sebelum 6-7
jam(golden period).
• berikan toksoid, antitetanus serum (ATS), atau tetanus
human globulin.
• Berikan antibiotik untuk kuman gram (+) &(-) dengan dosis
tinggi,
• Lakukan pemeriksaan kultur dan resistensi kuman dari
dasar luka fraktur terbuka.
• Teknik debridemen
Penatalaksanaan fraktur
• Teknik debridemen:
– Lakukan narkosis umum atau anestesi lokal bila luka ringan dan kecil
– Bila luka cukup luas, pasang dulu torniket (pompa / esmarch)
– Cuci seluruh ekstermitas selama 5-10 menit kemudian lakukan
pencukuran. Luka diirigasi dengan cairan NaCl steril / air matang 5-10
menit sampai bersih.
– Lakukan tindakan desinfeksi dan pemasangan duk.
– Eksisi luka lapis demi lapis, mulai dari kulit, subkutis, fasia, hingga otot.
Eksisi otot-otot yang tidak fital. Buang-buang tulang-tulang kecil yang
tidak melekat pada periosteum. Pertahankan fragmen tulang besar
yang perlu untuk stabilitas
– Luka fraktur terbuka selalu dibuarkan terbuka dan bila perlu ditutup
satu minggu kemudian setelah edema menghilang (secondary suture)
atau dapat juga hanya dijahit situasi bila luka tidak terlalu lebar (jahit
luka jarang).
LO 4 : Mampu Menjelaskan Kelainan Tulang yang Tidak disebabkan
Trauma (kongenital, infeksi)
KONGENITAL
Umum
• Osteogenesis imperfecta / fragilitas osseum / kerapuhan tulang
– Didasari oleh kegagalan periosteum dan endosteum pd penulangan intramembranosa
serta kegiatan osteoklasis yang berlebihan
• Akondroplasia
– Anggota gerak pendek
– Didasari kegagalan pertumbuhan memanjang pada kartilago dan cakram epifisis
Osteomielitis eksogen
PUS
Tekanan tulang
bertambah
Involucrum Nekrosis
+
Sekuester
Terdapat penebalan
trabekula
Osteomielitis Kronik
• Osteomielitis akut yang tidak ditangani secara
adekuat akan berkembang menjadi
osteomielitis kronik.
• Pada pemeriksaan klinis, didapatkan fistel
kronik pada ekstremitas yang mengeluarkan
nanah dan kadang sekuester kecil. Pada foto
didapat gambaran sekuester dan
pembentukan tulang baru.
OSTEOMYELITIS KRONIK
TANDA KLINIS PEM LAB RADIOLOGIS KOMPLIKASI
Adanya cairan keluar LED meningkat Foto polos: Kontraktur sendi
dari sinus setelah adanya tanda porosis Karsinoma
operasi(menahun) Leukositosis dan sklerosis tulang epidermoid
Penebalan periost, Penyakit amiloid
Demam & nyeri lokal Peningkatan titer Ab elevasi periost & Kerusakan epifisis
(timbul – hilang) anti-staphylococcus sequestrum (kadang) Fraktur patologis
• Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap
asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut Basil Tahan Asam (BTA).
• Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dorman, tertidur lama selama
beberapa tahun.
Stadium perjalanan penyakit
1.Stadium implantasi.
Setelah bakteri berada dalam tulang, maka bila daya tahan
tubuh penderita menurun, bakteri akan berduplikasi
membentuk koloni yang berlangsung selama 6-8 minggu.
2.Stadium destruksi awal
terjadi destruksi korpus vertebra serta penyempitan yang ringan
pada discus. Proses ini berlangsung selama 3-6 minggu.
3. Stadium destruksi lanjut
terjadi destruksi yang massif, kolaps vertebra dan terbentuk
massa kaseosa serta pus yang berbentuk cold abses yang tejadi
2-3 bulan setelah stadium destruksi awal.
Selanjutnya dapat terbentuk sekuestrum serta kerusakan diskus
intervertebralis.
4. Stadium gangguan neurologis
Derajat I : kelemahan pada anggota gerak bawah terjadi setelah melakukan aktivitas
atau setelah berjalan jauh. Pada tahap ini belum terjadi gangguan saraf sensoris.
Derajat II : terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah tapi penderita masih
dapat melakukan pekerjaannya.
Derajat III : terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi
gerak/aktivitas penderita serta hipoestesia/anesthesia.
Derajat IV : terjadi gangguan saraf sensoris dan motoris disertai gangguan defekasi
dan miksi.
Epidemiologi Dislokasi
• Terkilir bahu cenderung terjadi lebih sering pada laki-laki
daripada perempuan. Hal ini mungkin karena berserikat
dengan olahraga.
• Pada pria, usia puncak adalah 20-30tahun dan pada
wanita adalah 61-80tahun (karena kerentanan untuk
jatuh)
http://www.patient.co.uk/doctor/Shoulder-Dislocation.htm
Etiologi
1. Cedera olah raga biasanya sepak bola dan hoki,
ski, senam, volley, basket
2. Trauma tidak berhubungan dengan olah raga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan
3. Faktor predisposisi(pengaturan posisi)
4. Kelainan pertumbuhan sejak lahir
5. Trauma akibat kecelakaan
6. Trauma akibat pembedahan ortopedi
7. Terjadi infeksi disekitar sendi
KLASIFIKASI
1. Dislokasi congenital sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan
1. Deformitas
• Hilangnya tonjolan tulang yang normal
• Pemendekan atau pemanjangan
• Kedudukan yang khas pada dislokasi tertentu
2. Nyeri
3. Functio laesa
Pemeriksaan Penunjang