Anda di halaman 1dari 81

Pemicu 2 SMS

Kelompok 7
Kelompok 7
• Ketua : Michelle Angelika
• Sekretaris : Reyna Lauwsen
• Penulis : Rini Desio Mori
• Anggota
– Emenda Suci
– Jessica Elizabeth
– Kartika Rahmawati
– Evi
– Jessica Nadia Dinda
– Annelis Aulia Sari
– Yoel Junio
– Ignasius Hans
– Andita Rizky
STEP 1 : Unfamiliar Terms
• NVD : pemeriksaan pasca trauma untuk
menentukan apakah adanya komplikasi / tidak
• Nyeri sumbu positif : memberikan tekanan
yang arahnya sejajar dengan trauma maka
memberikan rasa nyeri
• Deformitas : perubahan bentuk tubuh yang
ditandai dengan posisi abnormal dari suatu
tubuh
STEP 2 : Perumusan Masalah
1. Apa yang menyebabkan nyeri di daerah dada dan sesak nafas?
2. Mengapa sendi bahu kanan pasien lebih rendah dibanding bahu
kiri?
3. Mengapa sendi panggul tidak bisa digerakkan?
4. Apa yang harus dilakukan / diamati pasien dengan kasus seperti
ini?
5. Apakah ada hubungan pasien batuk dan sesak nafas dengan
bahu kiri yang deformitas?
6. Apakah usia pasien mempengaruhi trauma pada kecelakaan?
7. Interpretasi pemeriksaan PF dan lab?
8. Apa yang perlu diwaspadai dengan luka robek di tungkai bawah?
STEP 3 : Curah Pendapat
1. Fraktur clavicula  saraf yg membantu diafragma terganggu  sesak nafas
2. Fraktur clavicula  posisi bahu tidak seimbang
3. Dislokasi tulang // peradangan pada bagian sendi pasca taruma
4. Mengamati tanda-tanda vital (airway, breathing, circulation, response,
environment) // jika ada pendarahan, hentikan
5. Idem nomer 1
6. Berpengaruh. Pasien perempuan  lanjut usia  resiko tinggi osteoporosis
 jika trauma lebih mudah fraktur
7. Bahu kanan lebih rendah dari bahu kiri  fraktur clavicula // sendi bahu
dapat digerakkan secara pasif, penonjolan pada tulang selangka // tungkai
kanan dan sendi panggul tidak bisa digerakkan  dislokasi // luka robek
pada tungkai kanan  fraktur terbuka // hipotensi, pucat // HB rendah
8. Fraktur terbuka (fibula / tibia) // infeksi pada luka robek // pendarahan
STEP 4 : Review

Diagnosis:
• Fraktur clavicula
PF dan LAB • Fraktur terbuka
• Pucat, TD 100/50 • Dislokasi sendi
mmHg, Hb 9,5% panggul
Didapatkan: • Luka robek
• Tungkai kanan dan • Nyeri tekan dan nyeri
sendi panggul kanan sumbu positif pada
tidak bisa digerakkan lengan kiri
• Bahu kiri tampak
Perempuan 69 • Luka robek di daerah
deformitas pada 1/3
tahun tungkai kanan (5 cm)
• Bahu kanan lebih proximal dengan
rendah dari bahu kiri angulasi ke lateral
• Penonjolan pada
daerah tulang
Fraktur selangka
resiko • Nyeri di dada kanan
osteoporosis waktu manarik nafas,
batuk dan agak sesak
• Bahu kiri tampak
deformitas
STEP 5 : Learning Objectives
1. Mampu Menjelaskan Histologi Tulang
2. Mampu Menjelaskan Macam-macam Sendi, Prinsip
Pergerakkan Sendi
3. Mampu Menjelaskan Fraktur (definisi, etiologi,
klasifikasi, tanda dan gejala, faktor resiko,
patofisiologi, epidemiologi, pemeriksaan, komplikasi
dan prognosis, penatalaksanaan)
4. Mampu Menjelaskan Kelainan Tulang yang Tidak
disebabkan Trauma (kongenital, infeksi)
5. Mampu Menjelaskan Dislokasi Sendi
LO 1 : Mampu menjelaskan histologi tulang
1. Tulang Rawan
Rawan hyalin (paling
Rawan elastis Rawan fibrosa
banyak)


Sebagai penyokong yang lentur

Tersusun oleh kondrosit dalam
lakuna

Substansi dasar / matriks:
Glikoprotein ●
- warna bening – mirip kaca ●
warna putih kebiruan

Tidak mempunyai pembuluh (putih kebiruan) ●
bahan matrix : kolagen kasar
darah & syaraf makanannya ●
bahan matrix : kolagen halus ●
fungsi : menahan beban
melalui proses diffusi ●
fungsi : memudahkan gerakan ●
terdapat : pada ruas – ruas

warna kuning menahan tekanan tulang belakang (vertebrae)

bahan matrik : serat elastin

sifat : sangat lentur

terdapat pada : daun telinga,

saluran pendengaran, epiglotis
TULANG RAWAN HIALIN
2. Tulang Keras

Tulang Kompakta (padat)

Macam Tulang spongiosa (berongga)

- Bagian luar : Periosteum


Jaringan
pembungkus tulang - Bagian dalam : Endosteum
keras

Terapat 4
jenis Lamela
- Osteoblast

Sel – sel penyusun


jaringan tulang keras - Osteosit

- Osteoklast

Ca10 (PO4)6 (OH)2 →


Bahan kalsium Phosphat

tulang

1. Membentuk tubuh

Fungsi tulang
2. Melakukan gerakan tubuh

3. Melindun gi organ – organ tubuh

4. Melekat p ada otot lurik

– rangka 5. Membentuk sel – sel darah merah

6. D eposit kalsium & phosphat

fibroblast, makrofag, sel plasma,


1. Komponen sel leukosit (limposit)

Komponen
penyusun ikat 2. Komponen ekstrasel
a. Matriks : terdiri dari glukosaminoglikans & proteoglikans

b. Serat : elastin. Kolagen, retikuler


LO 2 : Mampu Menjelaskan Macam-macam Sendi, Prinsip
Pergerakkan Sendi
Definisi
• Sendi merupakan hubungan antar tulang sehingga tulang dapat
digerakkan. Hubungan dua tulang disebut persendian (artikulasi)

Komponen Penunjang
• Kapsula sendi  lapisan berserabut yang melapisi sendi. Di
bagian dalamnya terdapat rongga.
• Ligamen (ligamentum)  jaringan pengikat yang mengikat
luar ujung tulang yang saling membentuk persendian.
Ligamentum juga berfungsi mencegah dislokasi.
• Tulang rawan hialin (kartilago hialin)  jaringan tulang rawan
yang menutupi kedua ujung tulang. Berguna untuk menjaga
benturan.
• Cairan sinovial cairan pelumas pada kapsula sendi.
Macam
Macam- -Macam
MacamSendi
Sendi
Amphiarthrosis
Sutura
Synarthrosis Diarthrosis
Syndesmosis
Fungsi A. Fibrosa
Gomphosis
SENDI
A. Cartilaginis Synchondrosis
Struktur
Shymphysis
A. Synovialis

Ball and Socket Joint


Plane Joint
Saddle Joint
Hinge Joint
Pivot Joint Condylar Joint
Macam – Macam Persendian

Sinartr Amfiart Diartro


osis rosis sis
Sendi peluru
Simfisis


Sinartrosis ●

Sendi pelana
sinfibrosis

Sinartrosis

Sindes ●
Sendi putar

Sendi luncur
sinkondrosis mosis ●
Sendi engsel
SINARTROSIS
• Persendian yang tidak memperbolehkan
pergerakan. Dibagi 2 jenis :
– SINARTROSIS SINFIBROSIS
Sinartrosis yang tulangnya dihubungkan jaringan ikat
fibrosa.
Contoh: persendian tulang tengkorak.
– SINARTROSIS SINKONDROSIS
Sinartrosis yang dihubungkan oleh tulang rawan.
Contoh: hubungan antarsegmen pada tulang belakang.
AMFIARTROSIS
• Persendian yang dihubungkan oleh jaringan tulang
rawan sehingga memungkinkan terjadinya sedikit
gerakan
– SINDESMOSIS
Tulang dihubungkan oleh jaringan ikat serabut dan ligamen.
Contoh:persendian antara fibula dan tibia.
– SIMFISIS
Tulang dihubungkan oleh jaringan tulang rawan yang
berbentuk seperi cakram.
Contoh: hubungan antara ruas-ruas tulang belakang.
DIARTROSIS
• Diartrosis adalah persendian yang memungkinkan
terjadinya gerakan. Dapat dikelempokkan menjadi:
– SENDI PELURU
Persendian yang memungkinkan pergerakan ke segala arah.
Contoh: hubungan tulang lengan atas dengan tulang belikat.
– SENDI PELANA
Persendian yang memungkinkan beberapa gerakan rotasi,
namun tidak ke segala arah.
Contoh: hubungan tulang telapak tangan dan jari tangan.
DIARTROSIS
– SENDI PUTAR
Persendian yang memungkinkan gerakan berputar (rotasi).
Contoh: hubungan tulang tengkorak dengan tulang belakang I
(atlas).
– SENDI LUNCUR
Persendian yang memungkinkan gerak rotasi pada satu bidang
datar.
Contoh: hubungan tulang pergelangan kaki.
– SENDI ENGSEL
Persendian yang memungkinkan gerakan satu arah.
Contoh: sendi siku antara tulang lengan atas dan tulang hasta.
LO 3 : Mampu Menjelaskan Fraktur (definisi, etiologi, klasifikasi,
tanda dan gejala, faktor resiko, patofisiologi, epidemiologi,
pemeriksaan, komplikasi dan prognosis, penatalaksanaan)
Fraktur
• Fraktur adalah patah tulang.
• Tulang dapat mengalami fraktur secara
komplit atau parsial dalam berbagai bentuk
(melintang, memanjang, pecahan).
• Tulang berstruktur kaku, tapi dapat
membengkok atau menahan kekuatan yang
diberikan. Namun apabila kekuatan itu terlalu
besar, tulang dapat patah.
Penyebab fraktur
• Penyebab paling umum untuk fraktur:
– Trauma: jatuh, kecelakaan, kendaraan, tackle pada
permainan sepak bola
– Osteoporosis: gangguan tulang melemah dan lebih
rentan patah
– Penggunaan berlebih: gerakan berulang dapat
melelahkan otot dan memberikan lebih byk beban
pada tulang shg mybkan fraktur stres (sering pada
atlet)
Jenis Fraktur
• Beberapa tipe fraktur yang umum:
– Fraktur stabil: Ujung patahan tulang sejajar & hampir
tidak mengalami pergeseran
– Fraktur terbuka: Kulit tertusuk oleh tulang atau
terhujam ketika fraktur terjadi. Tulang dapat terpapar
keluar atau tidak
– Fraktur transversal: Memiliki garis fraktur horizontal
– Fraktur oblique: Memiliki pola fraktur bersudut
– Fraktur comminuted: Tulang terpecah hingga ≥3
fragmen
Jenis Fraktur
• Beberapa tipe fraktur:
– Greenstick fracture: fraktur
inkomplit dg pmbengkokan
tulang. Sering pd anak-anak.
– Impacted/buckle fracture: ujung
tulang yg patah saling tertancap
satu sama lain. Sering pd patah
tulang lengan anak-anak.
– Tipe lain merupakan fraktur
patologis yg disebabkan oleh
pykt yg melemahkan tulang atau
fraktur stress
• Bergeser – tidak bergeser atau Displaced – Undisplaced
– Fraktur undisplaced / tidak bergeser: garis patah komplit
tetapi kedua fragmen tidak bergeser, periosteumnya masih
utuh
– Fraktur displaced / bergeser: terjadi pergeseran fragmen-
fragmen fraktur yang juga disebut dislokasi fragmen.
1. Dislocatio at longitudinam cum contractionum
2. Dislocatio ad longitudinam cum distractionum
3. Dislocatio ad axim
4. Dislocatio ad rotationum
5. Dislocatio ad latus
Derajat patah tulang terbuka
Luka Fraktur
Sederhana, dislokasi
I Laserasi < 2cm
fragmen minimal
Laserasi > 2cm, Dislokasi
II kontusi otot
disekitarnya fragmen jelas
Kominutif,
Luka lebar, rusak
III hebat/hilang jaringan segmental,
fragmen tulang
disekitarnya
ada yang hilang
Mekanisme fraktur
Mekanisme fraktur
Tipe fraktur Deskripsi Mekanisme
Comminuted Fragmen multipel Tidak dari mekanisme
fracture Gambar calcaneum spesifik namun dg gaya
comminuted fracture (Don yang besar
Juan fracture) akibat jatuh
dr ketinggian

Open fracture Patah tulang dg luka kulit Biasanya akibat tulang yg


terbuka ujungnya tajam menembus
kulit, tidak ada mekanisme
spesifik

Diastasis Separasi abnormal dr 2


struktur anatomikal yg
shrusnya bersamaan.
Gambar: diastasis simfisis
pubis
Mekanisme fraktur
Tipe fraktur Deskripsi Mekanisme
Avulsi Fragmen kecil, biasanya di Terjadi ketika
ujung tulang panjang, dekat dg tendon/ligamen
sendi (dimana ada menarik tulang
tendon/ligamen) kecil yg melekat
ke 2 arah yg
berlawanan
Greenstick Fraktur inkomplit yang sering
terjadi pada tulang panjang
anak-anak

Spiral Fraktur miring berorientasi


dalam bentuk spiral. Patah
tulang ini kadang-kadang
memiliki bentuk spiral yang
sangat khas
Gambar: pertengahan / distal
1/3 dari tulang femur
Tanda & gejala fraktur
• Fraktur biasanya menimbulkan rasa sakit yang
parah dan tidak dapat menggerakan daerah yg
cedera
• Gejala umum lain:
– Bengkak & lunak disekitar daerah luka
– Kebiruan
– Deformitas – tidak pada tempatnya
Komplikasi Fraktur Cacat
• Shock & Perdarahan • Ukuran pendek
• Sindroma Emboli Lemak • Bentuk bengkok
• Compartment syndrome • Sendi kaku
• Infeksi Osteomyelitis • Jalan pincang
• Gangguan pertumbuhan  • Amputasi dll.
Fr Epifisis
• Kecacatan
Pemeriksaan fraktur
• Anamnesis mengenai mekanisme kecelakaan, gejala yang dirasakan, dan
riwayat medis
• Pemeriksaan fisik:
– Lihat: deformitas, fungsio laesa
– Rasakan: nyeri tekan, nyeri sumbu
– Gerakan: krepitasi, nyeri gerak, ggn fungsi, gerak abnormal
• Pemeriksaan penunjang: x-ray untuk memverifikasi diagnosis, apakah
tulang intak atau lepas, memperlihatkan tipe fraktur dan lokasinya
• Yang dicari selain fraktur komplikasi & ggn neurovaskular
Penyembuhan fraktur
Mekanisme Penyembuhan Fraktur
Terbagi atas 5 fase:
1)Stadium Pembentukan Hematom :

Hematom terbentuk dari darah yang mengalir yang berasal dari pembuluh darah
yang robek

Hematom dibungkus jaringan lunak sekitar (periosteum & otot)

Terjadi sekitar 1-2 x 24 jam

2)Stadium Proliferasi Sel / Inflamasi :


• Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periosteum, sekitar lokasi fraktur
• Sel-sel ini menjadi precursor osteoblast
• Sel-sel ini aktif tumbuh ke arah fragmen tulang
• Proliferasi juga terjadi di jaringan sumsum tulang
• Terjadi setelah hari ke-2 kecelakaan terjadi
3) Stadium Pembentukan Kallus :
• Osteoblast membentuk tulang lunak (kallus)
• Kallus memberikan rigiditas pada fraktur
• Jika terlihat massa kallus pada X-ray berarti fraktur telah menyatu
• Terjadi setelah 6-10 hari setelah kecelakaan terjadi

4) Stadium Konsolidasi :
• Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi. Fraktur teraba telah
menyatu
• Secara bertahap menjadi tulang mature
• Terjadi pada minggu ke 3-10 setelah kecelakaan

5) Stadium Remodeling :
• Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada lokasi eks fraktur
• Tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoklast
• Pada anak-anak remodeling dapat sempurna, pada dewasa masih ada
tanda penebalan tulang.
Penatalaksanaan farmakologis
Memberikan obat NSAID :
Ibuprofen
• Turunan asam penilpropionat sederhana
• Diekskresi cepat, T ½ 1 – 2 jam
• Dosis <2400 mg/hr  analgesik, anti infalmasi (-), prep topikal
diserap otot dan fascia
• ES:
– GI irritation & bleeding (<aspirin)
– Rash, pruritus, tinitus, dizzines, sakit kepala, aseptic meningitis,
retensi cairan
– Hematologik: agranulositik, anemia aplastik
– Nefritis interstitial, sindrom nefrotik
– Hepatitis
• Kombinasi dengan Aspirin
Penatalaksanaan Non Farmakologis
Prinsip 4R :
1.   Recognition :  diagnosis dan penilaian fraktur
2.   Reduction : usaha manipulasi fragmen tulang yg
patah utk kembali ke tempat asalnya
3.   Retention : Immobilisasi
4. Rehabilitation  :  mengembalikan aktifitas fungsional
semaksimal mungkin
Penatalaksanaan fraktur
Fraktur tertutup :
1. Terapi konservatif :
– Proteksi saja, misalnya mitela untuk fraktur collum chrirurgicum humeri
dengan kedudukan baik
– Imobilisasi saja tanpa reposisi, misalnya pemasangan gips pada fraktur
inkomplit dan fraktur dengan kedudukan baik.
– Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips, misalnya pada fraktur
suprakondilus, fraktur colles, fraktur smith. Reposisi dapat dalam anastesi
umum atau lokal.
– Traksi, untuk reposisi secara perlahan. Pada anak-anak dipakai traksi kulit.
2. Terapi operatif :
– Reposisi terbuka, fiksasi interna
– Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi eksterna
– Terapi operatif dengan reposisi anatomis diikuti dengan fiksasi interna (open
reduction and internal fixation), artroplasti eksisional, eksisi fragmen, dan
pemasangan endoprostesis.
Penatalaksanaan fraktur
Fraktur terbuka:
• Harus dilakukan secepat mungkin,
• Penundaan dapat mengakibatkan komplikasi infeksi,
• Waktu yang optimal untuk bertindak sebelum 6-7
jam(golden period).
• berikan toksoid, antitetanus serum (ATS), atau tetanus
human globulin.
• Berikan antibiotik untuk kuman gram (+) &(-) dengan dosis
tinggi,
• Lakukan pemeriksaan kultur dan resistensi kuman dari
dasar luka fraktur terbuka.
• Teknik debridemen
Penatalaksanaan fraktur
• Teknik debridemen:
– Lakukan narkosis umum atau anestesi lokal bila luka ringan dan kecil
– Bila luka cukup luas, pasang dulu torniket (pompa / esmarch)
– Cuci seluruh ekstermitas selama 5-10 menit kemudian lakukan
pencukuran. Luka diirigasi dengan cairan NaCl steril / air matang 5-10
menit sampai bersih.
– Lakukan tindakan desinfeksi dan pemasangan duk.
– Eksisi luka lapis demi lapis, mulai dari kulit, subkutis, fasia, hingga otot.
Eksisi otot-otot yang tidak fital. Buang-buang tulang-tulang kecil yang
tidak melekat pada periosteum. Pertahankan fragmen tulang besar
yang perlu untuk stabilitas
– Luka fraktur terbuka selalu dibuarkan terbuka dan bila perlu ditutup
satu minggu kemudian setelah edema menghilang (secondary suture)
atau dapat juga hanya dijahit situasi bila luka tidak terlalu lebar (jahit
luka jarang).
LO 4 : Mampu Menjelaskan Kelainan Tulang yang Tidak disebabkan
Trauma (kongenital, infeksi)
KONGENITAL
Umum
• Osteogenesis imperfecta / fragilitas osseum / kerapuhan tulang
– Didasari oleh kegagalan periosteum dan endosteum pd penulangan intramembranosa
serta kegiatan osteoklasis yang berlebihan

• Akondroplasia
– Anggota gerak pendek
– Didasari kegagalan pertumbuhan memanjang pada kartilago dan cakram epifisis

• Eksostosis multipel herediter


– Berupa pertumbuhan tulang dan tulang rawan
– Didasari hilangnya aktivitas osteoklas pada proses pemugaran metafisis selama
pertumbuhan memanjang

• Araknodaktili / hiperkondroplasia / sindrom marfan


– Pertumbuhan anggota gerak berlebihan
Tangan
• Tendovaginitis stenosans bawaan
– Fleksi terus menerus pada sendi phalanx distal ibu jari
• Polidaktili
– Kelebihan jari
• Sindaktili
– Jemari menyatu

• Lengan bawah : hipoplasia radius


Tulang Belakang
• Spina bifida
– Tidak terjadi penutupan tulang belakang yang sempurna pada 1 atau lebih arkus
neuralis
• Skoliosis
– Pembengkokan dengan rotasi dalam bidang sagital
– Kongenital bila terdapat kelainan kongenital pada tulang vertebra spt hemivertebra
• Tortikolis muskuler
– 40% berhubungan dengan anak lahir sungsang
• Spondilolisis
– Cacat arkus neuralis yang ditutup jaringan fibrosis dan cacat hubungan antara
proc.artikularis superior dan inferior
– 85% terjadi pada vertebra lumbal V
• Spondiloslistesis
– Pergeseran ke depan korpus vertebral V dalam hubungannya dengan sakrum
– Akibat hilangnya kontinuitas pars intervertebralis  kurang kuat menahan pergeseran
tulang belakang
Kaki
• Metatarsus primus varsus
– Batas medial kaki melengkung ke medial sehingga
terdapat jarak yang lebar antara jari 1 dan 2
• Pes equinovarus bawaan / congenital talipe
equinovarus
• Kaki kalkaneovalgus
– Salah satu kaki atau keduanya berada dalam posisi
dorsofleksi dan eversi yang menetap
• Koalesensi tarus / pes valgus
– Kaki selalu dalam posisi valgus dan rata
INFEKSI
OSTEOMIELITIS
• Osteomyelitis adalah proses inflamasi akut atau
kronik pada tulang dan struktur sekundernya
karena infeksi oleh bakteri piogenik.
• Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang
yang mencakup sumsum dan atau korteks tulang
dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar
tubuh) atau hematogenous (infeksi masuk dari
dalam tubuh) (Reeves, 2001)
ETIOLOGI
• Bakteri
• Virus
• Jamur dan mikroorganisme lain
• Golongan / jenis patogen yang sering adalah Staphylococcus
aureus menyebabkan 70%-80% infeksi tulang
• Pneumococcus
• Typhus bacil
• Proteus
• Psedomonas
• Echerchia coli
• Tuberculose bacil dan Spirochaeta
PATOFISIOLOGI
Luka di jar. lunak & tulang

Daya tahan tubuh lemah Daya tahan tubuh kuat

Peradangan di metaphyse Bakteri tidak dapat bertahan

Menjalar ke epiphyse  sendi Jaringan & bakteri mati

Peradangan sendi Pus

Menjalar ke diaphyse Brodie’s abscess

Osteomielitis eksogen
PUS

Tekanan tulang
bertambah

Pembentukan tulang baru Trombosis pada pemb


di diaphyse darah tulang

Involucrum Nekrosis
+
Sekuester

Pus menembus tulang

Pus keluar lewat kloaka


KLASIFIKASI OSTEOMIELITIS
1. Osteomyelitis primer yang • Osteomielitis akut
disebabkan penyebaran – Terjadi mulai dari initial infeksi s/d 2
minggu
secara hematogen dari fokus – radang bagian lunak tulang (isi sumsum
lain. Osteomyelitis primer tulang, saluran Havers, periosteum)
dapat dibagi menjadi – bagian yang keras tidak terkena
Osteomyelitis akut dan kronik. – bisul pada tulang
– terutama terjadi pada tulang yang
2. Osteomyelitis sekunder atau sedang tumbuh
Osteomyelitis per – tersering pada usia 2-10 tahun (laki-laki
kontinuitatum yang 3x lebih sering).
disebabkan penyebaran • Osteomielitis sub-akut
kuman dari sekitarnya, seperti – 1-2 bulan setelah initial infeksi.
bisul dan luka. • Osteomielitis kronik
– > 2 bulan setelah initial infeksi.
OSTEOMYELITIS HEMATOGEN AKUT
TANDA KLINIS PEM LAB RADIOLOGIS USG KOMPLIKASI
Nyeri gerak Leukositosis Pemeriksaan foto Tampak Septikemia
(>30000) polos untuk 10 adanya
Nyeri tekan hari pertama efusi pada Infeksi yg
LED pembengkakan sendi metastatik
Bengkak sendi meningkat jar.lunak. Pada
 pemeriksaan > 10 Arthritis
functiolaesa titer Ab anti- hari, ditemukan supuratif
staphylococcu destruksi tulang
Demam s (rarefaksi tulang Gangguan
bersifat difus) pertumbuhan
Malaise Kultur darah jar pada
(bakteri +) & tulang
Nafsu makan pem feses
menurun (salmonella) Osteomyelitis
kronik
OSTEOMYELITIS HEMATOGEN SUBAKUT
PATOLOGI TANDA KLINIS PEM LAB
Terdapat kavitas dgn Leukosit & LED Ditemukan kavitas
batas tegas pada tulang umumnya meningkat dengan diameter 1-2 cm
dan mengandung cairan pada foto rontgen
seropurulen terutama pada daerah
metafisis dari tibia dan
Kavitas dilingkari oleh femur, kadang padd
jaringan granulasi yang diafisis tulang panjang.
terdiri dari sel-sel
inflamasi akut dan Dilakukan biopsi &
kronik. kuretase

Terdapat penebalan
trabekula
Osteomielitis Kronik
• Osteomielitis akut yang tidak ditangani secara
adekuat akan berkembang menjadi
osteomielitis kronik.
• Pada pemeriksaan klinis, didapatkan fistel
kronik pada ekstremitas yang mengeluarkan
nanah dan kadang sekuester kecil. Pada foto
didapat gambaran sekuester dan
pembentukan tulang baru.
OSTEOMYELITIS KRONIK
TANDA KLINIS PEM LAB RADIOLOGIS KOMPLIKASI
Adanya cairan keluar LED meningkat Foto polos: Kontraktur sendi
dari sinus setelah adanya tanda porosis Karsinoma
operasi(menahun) Leukositosis dan sklerosis tulang epidermoid
Penebalan periost, Penyakit amiloid
Demam & nyeri lokal Peningkatan titer Ab elevasi periost & Kerusakan epifisis
(timbul – hilang) anti-staphylococcus sequestrum (kadang) Fraktur patologis

Pada pemeriksaan Ditemukan etiologi Radioisotop


fisik, ditemukan penyebab pd kultur scanning:
sinus, fistel dgn nyeri & uji sensitivitas 99mTCHDP
tekan
CT & MRI
Terdapat riwayat Untuk membuat
fraktur terbuka rencana pengobatan
maupun & kerusakan yg tjd
osteomielitis
PENATALAKSANAAN
OSTEOMYELITIS OSTEOMYELITIS OSTEOMYELITIS KRONIK
HEMATOGEN AKUT HEMATOGEN SUBAKUT
Istirahat dan pemberian Pemberian anti-biotik Pemberian antibiotik
analgesik untuk nyeri yang adekuat selama 6
minggu. Operatif
Pemberian anti-biotik Mengeluarkan seluruh
untuk mikroorganisme jaringan nekrotik
penyebab (2 minggu
sampai LED normal).
Drainase bedah pus
subperiosteal dievakuasi
untuk mengurangi
tekanan intra-oseus dan
pembiakan kuman
SPONDILITIS TB
• Tuberkulosis tulang belakang (spondilitis
tuberkulosa) merupakan peradangan
granulomatosa yang bersifat kronik destruktif
yang disebabkan oleh mikobakterium
tuberkulosa.
• Spondilitis ini paling sering ditemukan pada
vertebra T8-L3 dan paling jarang pada
vertebra C1-2
EPIDEMIOLOGI
• Spondilitis tuberkulosa merupakan 50% dari seluruh tuberkulosis
tulang dan sendi.
• Prevalensi spondylolisthesis sekitar 5% pada umur 5-7 tahun dan
meningkat sampai 6-7% pada umur 18 tahun.
• Pada negara yang sedang berkembang, sekitar 60% kasus terjadi
pada usia dibawah usia 20 tahun
• Sedangkan pada negara maju, lebih sering mengenai pada usia
yang lebih tua.
• Meskipun perbandingan antara pria dan wanita hampir sama,
namun biasanya pria lebih sering terkena dibanding wanita yaitu
2,1 : 1,5
• Umumnya penyakit ini menyerang orang-orang yang berada
dalam keadaan sosial ekonomi rendah.
ETIOLOGI
• Tuberkulosis tulang belakang merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis
di tempat lain di tubuh,
– 90-95% disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosis tipik

(2/3 dari tipe human dan 1/3 dari tipe bovin)


– 5-10% oleh mikobakterium tuberkulosa atipik.

• Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap
asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut Basil Tahan Asam (BTA).
• Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dorman, tertidur lama selama
beberapa tahun.
Stadium perjalanan penyakit
1.Stadium implantasi.
Setelah bakteri berada dalam tulang, maka bila daya tahan
tubuh penderita menurun, bakteri akan berduplikasi
membentuk koloni yang berlangsung selama 6-8 minggu.
2.Stadium destruksi awal
terjadi destruksi korpus vertebra serta penyempitan yang ringan
pada discus. Proses ini berlangsung selama 3-6 minggu.
3. Stadium destruksi lanjut
terjadi destruksi yang massif, kolaps vertebra dan terbentuk
massa kaseosa serta pus yang berbentuk cold abses yang tejadi
2-3 bulan setelah stadium destruksi awal.
Selanjutnya dapat terbentuk sekuestrum serta kerusakan diskus
intervertebralis.
4. Stadium gangguan neurologis
 Derajat I : kelemahan pada anggota gerak bawah terjadi setelah melakukan aktivitas
atau setelah berjalan jauh. Pada tahap ini belum terjadi gangguan saraf sensoris.
 Derajat II : terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah tapi penderita masih
dapat melakukan pekerjaannya.
 Derajat III : terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi
gerak/aktivitas penderita serta hipoestesia/anesthesia.
 Derajat IV : terjadi gangguan saraf sensoris dan motoris disertai gangguan defekasi
dan miksi.

5. Stadium deformitas residual


Stadium ini terjadi kurang lebih 3-5 tahun setelah timbulnya stadium
implantasi. Gibbus bersifat permanen oleh karena kerusakan vertebra yang
massif di sebelah depan.
DIAGNOSIS

Tanda dan gejalanya dapat berupa :


• Nyeri punggung yang terlokalisir

• Bengkak pada daerah paravertebral


• Tanda dan gejala sistemik dari TB
• Tanda defisit neurologis, terutama paraplegia
Pemeriksaan Laboratorium
 ↑ LED dan mungkin disertai leukositosis
Uji Mantoux positif
Pada pewarnaan Tahan Asam dan pemeriksaan biakan
kuman mungkin ditemukan mikobakterium
Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar limfe regional.
Pemeriksaan histopatologis dapat ditemukan tuberkel
Pungsi lumbal.
Prinsip Penatalaksanaan
1. Pemberian obat antituberkulosis
2. Dekompresi medulla spinalis
3. Menghilangkan/ menyingkirkan produk
infeksi
4. Stabilisasi vertebra dengan graft tulang (bone
graft)
Arthritis TB
• Radang sendi yg disebabkan oleh infeksi mycobacterium
tuberculosis
• Gejala :
– Perasaan lemah pd sore & malam hari
– Subfebris
– Penurunan BB
– Panas tinggi
– Malaise
– Keringat malam
– Anoreksia
– Kelemahan tungkai
– Osteofit
Tenosinovitis TB
• Radang pd membran sinovial krn infeksi mycobacterium
tuberculosis (biasa menyerang bagian bursa ulnar &
radial)
• Biasanya merupakan tuberkulosis sekunder
• Gejala :
– Ada granuloma
– Ada proliferasi & efusi sinovium (ada keterbatasan lingkup
gerak sendi yg progresif, spasme otot & kelemahan otot)
– Fibrin extravaskuler
– Rice bodies (benda amorf spt beras yg ada di tepi granuloma
sinovial)
LO 5 : Mampu Menjelaskan Dislokasi Sendi
Definisi
• Dislokasi: kehilangan stabilitas struktur persendian

Epidemiologi Dislokasi
• Terkilir bahu cenderung terjadi lebih sering pada laki-laki
daripada perempuan. Hal ini mungkin karena berserikat
dengan olahraga.
• Pada pria, usia puncak adalah 20-30tahun dan pada
wanita adalah 61-80tahun (karena kerentanan untuk
jatuh)

http://www.patient.co.uk/doctor/Shoulder-Dislocation.htm
Etiologi
1. Cedera olah raga  biasanya sepak bola dan hoki,
ski, senam, volley, basket
2. Trauma tidak berhubungan dengan olah raga 
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan
3. Faktor predisposisi(pengaturan posisi)
4. Kelainan pertumbuhan sejak lahir
5. Trauma akibat kecelakaan
6. Trauma akibat pembedahan ortopedi
7. Terjadi infeksi disekitar sendi
KLASIFIKASI
1. Dislokasi congenital  sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan

2. Dislokasi patologik  penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi


•  misal: tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang

3. Dislokasi traumatic  Kedaruratan ortopedi (pasokan darah,


susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan
akibat anoksia) akibat oedema
 trauma kuat  dapat mengeluarkan tulang dari jaringan
disekeilingnya dan mungkin merusak struktur sendi, ligamen,
saraf, dan sistem vaskular.
 Berdasarkan tipe kliniknya dibagi:
a. Dislokasi Akut: shoulder, elbow, dan hip
 Disertai nyeri akut dan pembengkakan di sekitar sendi
b. Dislokasi Berulang: shoulder joint dan patello femoral joint
 frekuensi dislokasi berlanjut dengan trauma minimal
Pemeriksaan Klinis

1. Deformitas
• Hilangnya tonjolan tulang yang normal
• Pemendekan atau pemanjangan
• Kedudukan yang khas pada dislokasi tertentu
2. Nyeri
3. Functio laesa

Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan radiologi  arah dislokasi dan apakah disertai fraktur

• Pemeriksaan rongent  Tentukan lokasi dan luasnya dislokasi

• Scan tulang,tomogram, scan MRI  identifikasi kerusakan jaringan


lunak
Tata Laksana

1. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan


menggunakan anastesi jika dislokasi berat
2. Caput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan
dikembalikan ke rongga sendi
3. Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau
traksi dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil
4. Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan
mobilisasi 3-4X sehari
5. Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa
penyembuhan
REPOSISI
• Cara Hippocrates
– Penderita tidur diatas meja
– Lengan penderita pada sisi yang sakit ditarik ke distal dengan posisi sdikit
abduksi
• Cara Kocher
– Penderita tidur diatas meja
– Dalam posisi siku flexi, lengan atas ditarik kearah distal
– Gerakan eksorotasi dari sendi bahu
– Gerakkan adduksi dan fleksi pada sendi bahu.
– Melakukan gerakan endorotasi sendi bahu
• Stimson
– Penderita terngkurap di atas meja
– Lengan yang cedera dibiarkan tergantung ke bawah dengan diberi beban
5-10 kg dan dibiarkan selama 20 menit.
Prognosis
• Prognosis baik  Apabila reposisi yang
dilakukan sesuai dengan keadaan dislokasi
• Prognosis buruk  Apabila reposisi yang
dilakukan salah dan timbul komplikasi lebih
lanjut berupa fraktur dislokasi dan fraktur
kolum humeral.
Komplikasi Dislokasi
• Robeknya otot, ligamen dan tendon yang berada disekitar
sendi yang terluka
• Saraf atau kerusakan pembuluh darah dalam atau di sekitar
sendi
• Kerentanan terhadap cedera ulang jika memiliki dislokasi
parah atau dislokasi berulang
• Pengembangan arthritis di sendi yang terkena sebagai usia
• Jika ligamen atau tendon yang mendukung sendi terluka Anda
telah diregangkan atau robek , atau jika saraf atau pembuluh
darah di sekitar sendi telah rusak , Anda mungkin memerlukan
pembedahan untuk memperbaiki jaringan tersebut .
Komplikasi dislokasi
• Pada saat dislokasi metabolisme t.r hialin
terganggu dan fungsi cairan sinovial gagal,
sehingga menimbulkan kerusakan sendi yang
irreversible
– Avascular necrosis
– Cedera neurovascular
– Disuse osteoporosis
– Ankylosis
– Fraktur
Pencegahan Dislokasi
• Mengambil tindakan pencegahan untuk menghindari
jatuh.
• Beraktivitas atau olahraga dengan aman. Kenakan
alat pelindung yang disarankan saat bermain
olahraga kontak.
• Hindari kekambuhan. Setelah dislokasi, pasien akan
lebih rentan terhadap dislokasi masa depan. Untuk
menghindari kekambuhan, lakukan latihan kekuatan
dan stabilitas seperti yang direkomendasikan oleh
dokter untuk meningkatkan dukungan dari sendi.
Daftar pustaka
• Wheeless CR. Wheeless’ textbook of orthopaedic. Available from:
http://www.wheelessonline.com/ortho/closed_reduction_of_posterior_hip_dislocation
• University of Stellenbosch. Hip dislocations. Available from:
http://www0.sun.ac.za/ortho/webct-ortho/femur/hipdislocation.php
• Gammons M. Hip Dislocation. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/86930-overview
• www.orthopaedic.ed.ac.uk/downloads/student%20fracture%20ortho.ppt
• Fuller MD. Fracture types and mechanisms of injury. Available from:
www.wikiradiography.com/page/Fracture+Types+and+Mechanisms+of+Injury
• aaos.org [Internet]. Fracture (broken bones). Available from:
http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00139
• Types of joints. Available from: http://www.teachpe.com/anatomy/joints.php
• Payne K, Yang J. Osteoarticular tuberculosis: a case report and discussion. Available from:
http://www.cmaj.ca/content/166/5/628
• Spiegel DA, Singh GK, Banskota AK. Tuberculosis of the musculoskeletal system. Lippincott Williams &
Wilkins, Inc. Available from:
https://global-help.org/publications/articles/techortho_tuberculosismusculoskeletal.pdf
• Burns CM, Wortmann RL. Latest evidence on gout management. Ther Adv Chronic Dis. 2012;3(6):271-
286. Available from: http://www.medscape.com/viewarticle/773428_1

Anda mungkin juga menyukai

  • Kartika RP2 Uro
    Kartika RP2 Uro
    Dokumen94 halaman
    Kartika RP2 Uro
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Kartika RP3 URO
    Kartika RP3 URO
    Dokumen80 halaman
    Kartika RP3 URO
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Urin Pekat
    Urin Pekat
    Dokumen28 halaman
    Urin Pekat
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Kulit KR
    Jurnal Kulit KR
    Dokumen16 halaman
    Jurnal Kulit KR
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • 475-Article Text-790-1-10-20190504
    475-Article Text-790-1-10-20190504
    Dokumen6 halaman
    475-Article Text-790-1-10-20190504
    Erlina Putry Sr.
    Belum ada peringkat
  • Case
    Case
    Dokumen7 halaman
    Case
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Faal
    Faal
    Dokumen53 halaman
    Faal
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Case
    Case
    Dokumen36 halaman
    Case
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Pemicu
    Pemicu
    Dokumen68 halaman
    Pemicu
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Intoksikasi
    Intoksikasi
    Dokumen5 halaman
    Intoksikasi
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Physiology of Nose
    Physiology of Nose
    Dokumen9 halaman
    Physiology of Nose
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Infertility Dan Kontrasepsi: Kelompok 12
    Infertility Dan Kontrasepsi: Kelompok 12
    Dokumen12 halaman
    Infertility Dan Kontrasepsi: Kelompok 12
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • ANATOM
    ANATOM
    Dokumen59 halaman
    ANATOM
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • PPT
    PPT
    Dokumen68 halaman
    PPT
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Tumor Immunology - Untar.4Des13
    Tumor Immunology - Untar.4Des13
    Dokumen37 halaman
    Tumor Immunology - Untar.4Des13
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Radiologi
    Radiologi
    Dokumen109 halaman
    Radiologi
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Anatomi 2
    Anatomi 2
    Dokumen51 halaman
    Anatomi 2
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Physiology of Nose
    Physiology of Nose
    Dokumen9 halaman
    Physiology of Nose
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Uro
    Uro
    Dokumen28 halaman
    Uro
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Kenapa Kencingku Tidak Lampias?: Kartika Rahmawati 405120099 Blok Urologi 2016
    Kenapa Kencingku Tidak Lampias?: Kartika Rahmawati 405120099 Blok Urologi 2016
    Dokumen127 halaman
    Kenapa Kencingku Tidak Lampias?: Kartika Rahmawati 405120099 Blok Urologi 2016
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Skabies
    Skabies
    Dokumen5 halaman
    Skabies
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • PPT
    PPT
    Dokumen68 halaman
    PPT
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Physiology of Nose
    Physiology of Nose
    Dokumen9 halaman
    Physiology of Nose
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Antiaritmia
    Antiaritmia
    Dokumen38 halaman
    Antiaritmia
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Referat
    Referat
    Dokumen26 halaman
    Referat
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Kurva Pertumbuhan CDC 2000 Lengkap
    Kurva Pertumbuhan CDC 2000 Lengkap
    Dokumen20 halaman
    Kurva Pertumbuhan CDC 2000 Lengkap
    Ika Elyana
    Belum ada peringkat
  • PSORIASIS
    PSORIASIS
    Dokumen13 halaman
    PSORIASIS
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Reproduksi
    Reproduksi
    Dokumen73 halaman
    Reproduksi
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • PEMICU
    PEMICU
    Dokumen37 halaman
    PEMICU
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat