Anda di halaman 1dari 127

Kenapa kencingku tidak

lampias?
Kartika Rahmawati
405120099
Blok Urologi 2016
ANATOMI & HISTOLOGI PROSTAT DAN
TESTIS
Anatomi kelenjar prostat
KELENJAR PROSTAT
Kelenjar fibromuskular yang mengelilingi uretra pars prostatika, dikelilingi capsula
fibrosa

Bentuk seperti kerucut (chestnut) dgn ukuran 4 cm (transversal) x 3 cm (vertikal) x 2


cm (antero-posterior) & beratnya 20 gr

Bangunan yang pucat, keras, sebagian bersifat kelenjar & sebagian bersifat otot

Terletak tepat di bawah collum vesicae urinariae pada awal urethra

5 lobus: Lobus anterior (didepan uretra), lobus medius (antara uretra & duc.
Ejakulatorius), lobus posterior (di belakang urethra, di bawah ejaculatory ducts), lobus
lateralis ki-ka (paling banyak kelenjar)

Vaskularisasi : cabang- cabang a. vesicalis inferior, a. rectalis media & a. pudenda


interna
Vena : plexus venous prostaticus

Limfe : nodus iliaca interna


Persarafan : plexus saraf simpatis (dari plexus hipogastricus inferior)
ZONA KELENJAR PROSTAT
Zona Anterior atau Zona Perifer
Ventral Sesuai dengan
Sesuai dengan lobus lateral dan
lobus anterior posterior
Tidak punya Meliputi 70%
kelenjar massa kelenjar
prostat
Terdiri atas Rentan terhadap
stroma inflamasi
fibromuskular. Merupakan
Meliputi 1/3 tempat asal
kelenjar prostat. karsinoma
terbanyak.
Zona Sentralis. Zona Transisional.
Lokasi : antara kedua Bersama dengan kelenjar
duktus ejakulatorius, periuretra disebut
sesuai dengan lobus kelenjar preprostatik.
tengah Bagian terkecil dari
Meliputi 25% massa prostat (5%)
glandular prostat. Dapat melebar bersama
Resisten terhadap jaringan stroma
inflamasi. fibromuskular anterior
benign prostatic
hyperpiasia (BPH).
Histologi Kelenjar Prostat
Melingkari pangkal urethra Epitel selapis/ bertingkat torak
Simpai jaringan fibroelastis dan Stroma: jaringan fibromuscular
otot polos Granula sekretorius, butir lipid
4 Zona : dan lisosom
Zona Sentralis Sekret : alkali, enzim proteolitik
Zona Perifer : kanker prostat (fibrinolisin, fosfatase asam)
Zona Transisional : BPH Lumen : Corpora amylacea
Zona Anterior : Tidak ada kelenjar

Kelenjar tubuloalveolar complex


Jar.Fibromuscular
Corpora Amylacea
Fisiologi prostat
F/ kelenjar prostat :
Mengeluarkan cairan alkalis
u/ menetralkan sekresi vagina yg asam.
Sperma lebih dpt bertahan hidup pd lingkungan yg sedikit
basa.
Menghasilkan enzim2 pembekuan
Bkerja pd fibrinogen u/ mhasilkan fibrin.
Fibrin membekukan semen sperma yg diejakulasikan
ttp tertahan d dlm sal reproduksi saat penis ditarik keluar.
Menghasilkan enzim2 fibrinolisin
Menguraikan bekuan seminal sperma motil dpt bergerak
dlm sal reproduksi .
Kel. Prostat
Sekresinya mbantu 25% vol semen & bkontribusi
pd viabilitas & motilitas sperma
Msekresikan cairan sperti susu (pH = 6,5) yg
berisi :
Asam sitrit cairan prostat yg digunakan sperma utk
produksi ATP via siklus Krebs
Enzim proteolitik prostate-spesific antigen (PSA),
pepsinogen, lisozim, amylase, & hialurodinase
diakhirr pmecahan clotting protein dr vesikula seminal
Fosfatase asam tidak diketahui fungsinya
Seminalplasmin antibiotik (m jumlah bakteri di
semen & trak reproduksi wanita bag bawah)
KELAINAN PROSTAT
BPH
DEFINISI
Benign Prostate Hypertrofia (BPH) adalah suatu keadaan
dimana kelenjar periuretral prostat mengalami hiperplasia
yang akan mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan
menjadi simpai bedah
Hiperplasia tersering di zona transisional
Karsinoma prostat di zona perifer
Etiology
Masih belum pasti
5 hipotesis
Teori dihidrotestosteron
Ketidakseimbangan estrogen-testosteron
Interaksi sel stroma dengan sel epitel prostat
Berkurang apoptosis
Teori stem cell
Etiologi
Teori DHT Teori Reawakening
Testosteron dengan Teori ini berdasarkan
bantuan enzim 5- kemampuan stroma
reduktase dikonversi untuk merangsang
menjadi DHT yang pertumbuhan epitel.
merangsang
pertumbuhan kelenjar
prostat.
Teori stem cell hypotesis Teori growth factor
Stem sel akan berkembang Faktor pertumbuhan ini dibuat
menjadi sel aplifying. Sel oleh sel-sel stroma dibawah
aplifiying akan berkembang pengaruh androgen. Adanya
menjadi sel transit yang ekspresi berlebihan dari
tergantung secara mutlak pada epidermis growth factor (EGF)
androgen, sehingga dengan dan atau fibroblast growth factor
adanya androgen ini akan (FGF) dan atau adanya penurunan
berproliferasi dan menghasilkan ekspresi transforming growth
pertumbuhan prostat yang factor (TGF ), akan
normal. menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan pertumbuhan
prostat dan akan menghasilkan
pembesaran prostat. Peranan dari
growth factor ini sebagai pemacu
pertumbuhan stroma kelenjar
prostat.
Teori Hormonal
Teori ini dibuktikan bahwa sebelum pubertas dilakukan kastrasi maka
tidak terjadi BPH, juga terjadinya regresi BPH bila dilakukan kastrasi.
Selain androgen (testosteron/DHT), estrogen juga berperan untuk
terjadinya BPH.

Teori peningkatan lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel


yang mati
Ketidak seimbangan Esterogen -
Testosteron
Pada usia lanjut, testosteron turun dan estrogen tetap
perbandingan estrogen testosteron meningkat.
Estrogen berperan dalam Proliferasi sel-sel kelenjar
prostat dengan cara :
1. Meningkatkan sensitifitas sel-sel prostat terhdapa
rangsangan hormon androgen.
2. Meningkatkan jumlah reseptor androgen
3. Menurunkan jumlah kematian sel2 prostat (apoptosis)
Akibatnya
Rangsangan pembentuka sel2 baru akibat rangsangan
testosteron menurun umur sel lebih lama masa
prostat lebih besar.
PATOFISIOLOGI
Kegagalan kontraksi detrusor dengan cukup kuat atau gagal berkontraksi
cukup lama kontraksi terputus-putus gejala obstruksi
Pengosongan yang tidak sempurna pada saat miksi atau pembesaran
prostat rangsangan pada kandung kemih vesika berkontraksi
meskipun belum penuh gejala iritasi
Bila vesika dekompensasi retensi urin pada akhir miksi masih
ditemukan sisa urin di dalam kandung kemih timbul rasa tidak tuntas
pada akhir miksi
Jika keadaan berlanjut, akan terjadi kemacetan total penderita tidak
mampu lagi miksi, tetapi produksi urin terus terjadi suatu saat vesika
tidak mampu lagi menampung urin tekanan intra vesika terus meningkat
tekanan vesika > tekanan sfingter dan obstruksi inkontinensia
paradoks
pembesaran prostat
PATOFISIOLOGI
resistensi leher vesika dan daerah prostat

fase kompensasi
detrusor menjadi lebih tebal otot dinding

Penonjolan otot detrusor ke v.u trabekula

Mukosa nrobos dari serat detrusor


sakula dan divertikulum

Keadaan berlanjut

detrusor menjadi lelah

Dekompensasi ,tidak mampu kontraksi lagi

retensi urin
Gejala klinis
Bisa di luar maupun di dalam saluran kemih
Bisa bagian bawah, bisa bagian atas dari
saluran kemih. (LUTS)
LUTS sendiri adalah manifestasi kompensasi
otot buli-buli untuk mengeluarkan urine
Bila otot buli-buli mengalami fatigue maka
akan memasuki fase dekompensasi retensi
urine akut
IPSS (International Prostatic Symptom
Score)
Skoring untuk menilai tingkat keparahan dari LUTS yang
dianjurkan oleh WHO, diisi secara subjektif dan dihitung
sendiri oleh pasien
Sistem skoring IPSS terdiri atas:
7 pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan LUTS
1 pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup
pasien.
Dari skor tersebut dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3
derajat, yaitu:
Ringan : skor 0-7
Sedang : skor 8-19
Berat : skor 20-35
INTERNATIONAL PROSTATE SYMPTOM SCORE (IPPS)
Kurang Kadang-
Kurang Lebih
Dalam 1 bulan terakhir Tidak dari sekali kadang Hampir
pernah dalam
dari
(sekitar
dari
selalu
Skor
lima kali setengah setengah
50 %)

1. Seberapa sering Anda merasa


0 1 2 3 4 5
masih ada sisa selesai kencing ?

2. Seberapa sering Anda harus


kembali kencing dalam waktu kurang 0
1 2 3 4 5
dari 2 jam setelah selesai kencing ?

3. Seberapa sering Anda


mendapatkan bahwa Anda kencing 0 1 2 3 4 5
terputus-putus
4. Seberapa sering pancaran
0 1 2 3 4 5
kencing Anda lemah ?

5. Seberapa sering kencing Anda


0 1 2 3 4 5
tidak nyaman dan tergesa-gesa ?

6. Seberapa sering Anda harus


0 1 2 3 4 5
mengejan untuk mulai kencing ?
7. Seberapa sering Anda harus
bangun untuk kencing, sejak mulai
0 1 2 3 4 5
tidur pada malam hari hingga bangun
di pagi hari
Diagnosa Klinis
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan fisik
Rectal toucher : pd pembesaran prostat jinak teraba adanya
massa dengan konsistensi kenyal. Apabila batas atasnya sudah
tidak teraba biasanya jaringan prostat sudah > 60 gr
c. Pemeriksaan residu urin
d. USG
Untuk keperluan klinik supra pubic => untuk memperkirakan
besar dan anatomi prostat, TRUS (Trans Rectal Ultra Sonografi )
=> untuk deteksi keganasan
e. Endoskopi
Bila pada pemeriksaan rectal toucher, tidak terlalu menonjol
tetapi gejala prostatismus sangat jelas / untuk mengetahui
besarnya prostat yang menonjol ke dalam lumen.
f. Pemeriksaan radiologi
IVP dan BNO
g. Pemeriksaan CT- Scan dan MRI
h. Pemeriksaan sistografi
- Dilakukan apabila pada anamnesis ditemukan hematuria /
pada pemeriksaan urine ditemukan mikrohematuri
- Memberi gambaran kemungkinan adanya tumor di dalam
kandung kemih /sumber perdarahan apabila darah datang
dari muara ureter / adanya batu radiolusen di dalam VU
- Memberi keterangan mengenai besar prostat dengan
mengukur panjang urethra pars prostatica dan melihat
penonjolan prostat ke dalam urethra.
i. Pemeriksaan lain => PSA (prostate-specific antigen)
PSA (Prostate Spesific Antigen)
Disintesis o/ sel prostat, bersifat organ spesific. Dapat digunakan
utk meramal perjalanan penyakit BPH, PSA dapat me ok:
Peradangan, setelah manipulasi prostat (biopsi prostat, TURP),
retensi urin akut, kateterisasi, keganasan, & usia yg semakin
tua
Usia penderita BPH biasanya usia dg risiko adanya Ca prostat.
Rekomendasi pem. PSA biasanya pada ps < 70-75thn
Interpretasi nilai PSA:
0.5-4 ng/mL (normal)
4-10 ng/mL (20% kemungkinan Ca)
> 10ng/mL (50% kemungkinan Ca)
> 100 ng/mL (metastasis ke tulang)
Rectal Toucher
Derajat berat hipertrofi prostat
berdasarkan gambaran klinis

Derajat Colok dubur Sisa volume urin


Penonjolan prostat, batas
I < 50 ml
atas mudah diraba
Penonjolan prostat jelas,
II 50-100 ml
batas atas mudah dicapai
Batas atas prostat tidak
III > 100 ml
dapat diraba
IV Retensi urin total
TEMUAN DALAM RECTAL TOUCHER
Polip Benda licin, lunak, dan mungkin bertangkai
Ca rektum Teraba keras, berbenjol tidak teratur, biasanya dg kawah sentral yg
terjadi akibat ulserasi
Prostat (N) 2cm kranial dari tepi sfingter. Konsistensi kenyal lunak atau lunak
Kedua lobus, sulcus medialis, & batas atas dapat diraba jelas
BPH Konsistensi kenyal&tidak ada nodul
Sulcus medialis sebagian besar menghilang
Batas atas & lateral sulit atau tidak dapat diraba
Pembesaran simetris & keseluruhan prostat menonjol ke rektum
Ca prostat Konsistensi kuat sampai keras& teraba nodul
Hilangnya sulcus lateralis gejala awal Ca prostat
Permukaan tidak licin, pembesaran ireguler
Mukosa rektum diatas Ca biasanya sulit digerakan
Susah membedakan prostatitis kronis + cicatrix & fibrosis dg Ca
Prostatitis Akut: kel. Terasa panas, sangat nyeri, pembesaran menyeluruh
Kronik: keras, berbentuk nodulis iregular, sulcus lateralis jelas, sedikit
nyeri
Batu Prostat kadang teraba dibawah permukaan kelenjar sbg nodulus kecil, keras
seperti mutiara. Teraba krepitasi
Terapi
Tidak semua butuh tindakan medik
Tujuan terapi
Memperbaiki keluhan miksi
Meningkatkan kualitas hidup
Mengurangi obstruksi intravesika
Mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi gagal
ginjal
Mengurangi volume residu post-miksi
Mencegah progresifitas penyakit
Watchful watching
Dilakukan pada pasien dengan skor ipss
dibawah 7
Penjelasan pada watchful watching
Jangan konsumsi kopi/alkohol
Kurangi makanan yang mengiritasi VU
(kopi/coklat)
Batasi pengunaan obat-obat influenza yg
mengandung fenilpropanolamin
Jangan suka menahan kencing
Terapi farmako
1. Penghambat alfa-adrenergik (mengurangi
resistensi otot polos prostat(dinamik))
2. Penghambat 5-alfa-reduktase (mengurangi
volume prostat (statik))
Adrenoseptor alpha
3 jenis reseptor, obat antagonis afinitasnya
sama terhadap ketiga reseptor, kecuali
Tamsulozin (A & D)
Uroselective alpha1-blocker
Side effect
1st dose: hipotensi postural
Sakit kepala, ngantuk, palpitasi, edema perifer,
mual
Indikasi bedah
Retensi urin akut
Failed voiding trials
Recurrent gross hematuria
urinary tract infection
Renal insufficiency secondary to obstruction.
Prognosis
Prognosis untuk BPH berubah-ubah dan tidak dapat
diprediksi pada tiap individu walaupun gejalanya
cenderung meningkat. Namun BPH yang tidak segera
ditindak memiliki prognosis yang buruk karena dapat
berkembang menjadi kanker prostat. Menurut
penelitian, kanker prostat merupakan kanker
pembunuh nomer 2 pada pria setelah kanker paru-
paru. BPH yang telah diterapi juga menunjukkan
berbagai efek samping yang cukup merugikan bagi
penderita.
DD
Striktur uretra
Stenosis leher buli-buli
Batu buli-buli atau batu yang menyumbat uretra
posterior
Karsinoma prostat
prostatitis/prostatodinia
Buli-buli neuropati.
Pengaruh obat-obatan (Simpatolitik, Psikotropik,
Alfa Adrenergik)
PROSTATITIS
Prostatitis
Prostatitis adalah reaksi infalamasi pada kelenjar prostat yang
dapat disebabkan oleh bakteri maupun non bakteri.

Untuk diagnosa, ambil sample urin dan getah kelenjar prostat,


melalui uji 4 tabung.
Terdiri :
1. 10cc pertama : co/ urine yg dikemihkan pertama kali (VB1) menilai
keadaan mukosa uretra
2. Urine porsi tengah (VB2) menilai keadaan mukosa kandung kemih
3. Getah prostat yg dikeluarkan melallui masase prostate / expressed prostatic
secretion (EPS) menilai keadaan kelenjar prostat
4. Urine yg dikemihkan setelah masase prostat

1-4 dianalisis secara mikroskopik dan kultur u/ mencari kuman penyebab


KLASIFIKASI
Klasifikasi yang baru berdasarkan National Institutes of Health classification system
(1995) menjadi :
NIH kategori I (Prostatitis Bakteri Akut)
NIH kategori II (Prostatitis Bakteri Kronik)
NIH kategori III (Chronic Pelvic Pain Syndromes/ (CPPS))
NIH kategori IIIa (Inflammatory CPPS)
Ditemukan sel darah putih yang bermakna pada sekresi prostat yang
dimasase, sedimen urin pasca masase atau semen
NIH kategori IIIB (Non inflammatory CPPS)
Tidak ditemukan sel darah putih yang bermakna pada sekresi prostat yang
dimasase, sedimen urin pasca masase atau semen
NIH kategori IV (asimtomatik)
PROSTATITIS BAKTERIAL AKUT
(KATEGORI I)
Bakteri masuk secara :
Ascending dari urethra
Refluks urine yang terinfeksi ke dalam duktus
prostatikus
Langsung atau secara limfogen
hematogen
PROSTATITIS BAKTERIAL AKUT
(KATEGORI I)
Gambaran klinis
Tampak sakit, demam, menggigil, rasa sakit daerah
perineal, gangguan miksi.
Pemeriksaan fisik :
Colok dubur > prostat teraba membengkak, hangat,
nyeri
Komplikasi :
Abses prostat
Urosepsis
Etiologi :
E.coli, Proteus, Klebsiella, Pseudomonas spp.,
Enterobacter, Serratia spp.
PROSTATITIS BAKTERIAL AKUT
(KATEGORI I)
Penatalaksanaan :
Antibiotika
Fluoroquinolone
Trimetoprim sulfametoksazol
Aminoglikosida
Setelah keadaan membaik antibiotika per oral diteruskan
hingga 30 hari
Pemasangan kateter suprapubik
PROSTATITIS BAKTERIAL KRONIS
(KATEGORI II)
Karena ISK yang sering kambuh
Gejala :
Disuri, urgensi, frekuensi, nyeri perineal, kadang nyeri saat
ejakulasi atau hematospermi
Pemeriksaan fisik :
Colok dubur mungkin teraba krepitasi (tanda kalkulosa
prostat)
Uji 4 tabung
EPS dan VB3 didapatkan kuman yg lebih banyak daripada
VB1 dan VB2
Pemeriksaan mikroskopik EPS tampak oval fat body
Penatalaksanaan :
Trimetoprim sulfametoksasol, doksisiklin, minosiklin,
karbenisilin, & fluoroquinolone
Antimikroba diberikan jangka panjang hingga tidak
ditemukan kuman pada pemeriksaan
PROSTATITIS NON BAKTERIAL KRONIS
(KATEGORI III)
Adalah reaksi inflamasi kelenjar prostat yang belum
diketahui penyebabnya
Dibagi jadi 2 subkategori :
IIIA :
Tidak tampak kelainan PF
Uji 4 tabung tidak didapatkan pertumbuhan kuman
EPS banyak leukosit dan bentuk oval fat body
Diduga karena infeksi Ureoplasma urealitikum atau Chlamidia
trachomatis -> Antibiotik (minosikilin, doksisiklin, eritromisin 2-4
minggu)
IIIB :
Nyeri pelvis yang tidak berhubungan dengan keluhan miksi
Sering pada usia 20-45 tahun
Diduga berhubungan dgn faktor stress
obat simptomatik berupa obat penghambat adrenergik alfa
(mengurangi keluhan miksi)
PROSTATITIS INFLAMASI
ASIMPTOMATIK (KATEGORI IV)
Gejala :
Tdk ada keluhan atau tanda prostatitis
Reaksi inflamasi
diketahui dari cairan semen saat analisis semen &
jaringan prostat
Terapi :
Tidak menunjukkan gejala tidak memerlukan terapi
Antibiotika jika didapatkan sel sel inflamasi pada
analisis semen pria yang mandul
ETIOLOGI PROSTATITIS

Tersering
E. coli, Staphylococci,
Klebsiella spp, Chlamydia trachomatis,
Proteus mirabilis, Ureaplasma urealyticum,
Enterococcus faecalis Mycoplasma hominis
Pseudomonas aeruginosa walaupun masih
menimbulkan perdebatan.
TANDA DAN GEJALA PROSTATITIS
Gejala klinis :
Akut
Kronis (minimal 3 bulan menderita)
Paling sering dikeluhkan: NYERI
Prostat/perineum : 46 %
Skrotum dan atau Testis : 39 %
Penis : 6%
Kandung kemih : 6%
Punggung : 2%
dan LUTS :
Sering BAK
Sulit BAK seperti pancaran lemah, mengedan
Nyeri saat BAK/nyeri bertambah saat BAK
DIAGNOSIS PROSTATITIS
Diagnosis ditegakkan dengan metoda urin empat
porsi (Stamey-Meares) pemeriksaan ini termasuk :
kultur urin inisial (VB1),
urin porsi tengah (VB2),
sekret prostat pasca masase prostat (EPS),
urin pasca masase prostat.

disarankan pemeriksaan metoda dua porsi (urin


premasase dan urin post masase) yang lebih simpel. Urin
premasase diambil urin porsi tengan dan urin inisial 10 cc
pasca masase prostat. Pemeriksaan ini memiliki angka
sensitifitas dan spesifisitas mencapai 91 %.
KANKER PROSTAT
KANKER PROSTAT
Keganasan tersering pada Dari seluruh kasus
pria 70% dari zona perifer
Insidens pada usia > 50 15 20% dari zona tengah
tahun 15% dari zona transisional
Lebih banyak diderita
bangsa Afro-Amerika
Distribusi berdasarkan
jenisnya :
Adenokarsinoma (95%)
Kanker yang terdiri dari sel
urotelial dan prostat (4%)
Karsinoma sel skuamosa
(1%)

Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA, editors. Kapita selekta kedokteran. Edisi 4. Jakarta: Media Aesculapius; 2014.
ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO KANKER
PROSTAT
Belum diketahui dengan pasti
Faktor risiko yang diduga berpengaruh :
Genetik
Hormon
Diet
Lingkungan (karsinogen)
Infeksi (virus tertentu)

Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA, editors. Kapita selekta kedokteran. Edisi 4. Jakarta: Media Aesculapius; 2014.
Purnomo BB. Dasar-dasar urologi. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto; 2011.
PATOGENESIS KANKER PROSTAT
Kemungkinan tahapannya : kelenjar normal
prostate intraepithelial neoplasia (PIN)
karsinoma prostat karsinoma prostat
stadium lanjut karsinoma prostat
metastasis HRPC (hormone refractory
prostate cancer)

Purnomo BB. Dasar-dasar urologi. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto; 2011.


PATOFISIOLOGI KANKER PROSTAT
Mutasi gen kecepatan proliferasi tidak
sebanding kecepatan apoptosis
Kanker dari zona transisional biasanya
menyebar ke leher VU
Kanker dari zona perifer biasanya menyebar ke
ductus ejakulatorius dan vesikula seminalis
Penyebaran
Limfogen : daerah pelvis retroperitoneal
Hematogen : melalui V. vertebralis tulang-tulang
pelvis, femur proksimal, vertebra lumbalis, costae,
paru, hepar, otak
Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA, editors. Kapita selekta kedokteran. Edisi 4. Jakarta: Media Aesculapius; 2014.
Purnomo BB. Dasar-dasar urologi. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto; 2011.
MANIFESTASI KLINIS KANKER PROSTAT
Pada umumnya tidak ada keluhan khas
Stadium awal asimtomatik. Ditemukan saat
pemeriksaan colok dubur (nodul keras pada
prostat) / laboratorium (PSA )
Stadium lanjut muncul tanda
Gejala obstruksi sulit miksi
Metastasis
Tulang nyeri, fraktur pada tempat metastasis
Vertebra kelainan neurologis
Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA, editors. Kapita selekta kedokteran. Edisi 4. Jakarta: Media Aesculapius; 2014.
Purnomo BB. Dasar-dasar urologi. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto; 2011.
http://www.manpros.org/images/STAGING.jpg
http://www.prostatehealth.org.au/wp-content/uploads/2013/06/prostatecancergleasons.jpg
ANAMNESIS PADA KANKER PROSTAT
Frekuensi, urgensi, pancaran urin yang lemah
Kanker stadium lanjut retensi urin, nyeri
punggung, hematuria
BB, anoreksia, anemia
Metastasis ke tulang nyeri tulang, fraktur
patologis, defisit neurologis (penekanan
medulla spinalis pada metastasis vertebra)

Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA, editors. Kapita selekta kedokteran. Edisi 4. Jakarta: Media Aesculapius; 2014.
PEMERIKSAAN FISIK PADA KANKER
PROSTAT
Distensi VU e.c. obstruksi
Pemeriksaan colok dubur teraba asimetris,
permukaan tidak rata, konsistensi keras
Tonus sfingter ani tanda-tanda kompresi
medulla spinalis

Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA, editors. Kapita selekta kedokteran. Edisi 4. Jakarta: Media Aesculapius; 2014.
PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA
KANKER PROSTAT
Laboratorium
Ureum, kreatinin obstruksi
Penanda tumor Prostatic Acid Phosphatase
(PAP), Prostate Specific Antigen (PSA)
Alkali fosfatase metastasis
TRUS
Rontgen abdomen dan IVP penilaian fungsi
ginjal; indentasi pada dasar VU
Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA, editors. Kapita selekta kedokteran. Edisi 4. Jakarta: Media Aesculapius; 2014.
PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA
KANKER PROSTAT
Histopatologi (biopsi)
CT scan dan MRI curiga metastasis pada
limfonodi (pasien dengan skor Gleason > 7 /
kadar PSA )
Bone scan (skintigrafi) mencari metastasis
hematogen pada tulang
Positif palsu artritis degeneratif pada tulang
belakang, penyakit Paget, sembuh dari cedera
patah tulang, penyakit tulang lainnya

Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA, editors. Kapita selekta kedokteran. Edisi 4. Jakarta: Media Aesculapius; 2014.
Purnomo BB. Dasar-dasar urologi. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto; 2011.
http://www.prostatehealth.org.au/wp-content/uploads/2013/06/prostatecancergleasons.jpg
Robbins SL, Cotran RS. Robbins and cotran atlas of pathology. 2nd edition. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010.
Robbins SL, Cotran RS. Robbins and cotran atlas of pathology. 2nd edition. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010.
Robbins SL, Cotran RS. Robbins and cotran atlas of pathology. 2nd edition. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010.
TATALAKSANA KANKER PROSTAT
Stadium Alternatif Terapi
T1 T2 Radikal prostatektomi
Observasi (pasien tua)
T3 T4 Radiasi
Prostatektomi
N atau M Radiasi
Hormonal

Purnomo BB. Dasar-dasar urologi. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto; 2011.


TATALAKSANA KANKER PROSTAT
Tindakan / Obat Mekanisme Kerja Macam Obat
Orkidektomi Menghilangkan sumber -
androgen dari testis
Estrogen Anti androgen DES (di-etilstilbestrol)
LHRH agonis Kompetisi dengan LHRH Leuprolide, buserelin,
goserelin
Antiandrogen non steroid Menghambat sintesis Ketokonazole,
androgen aminoglutetimid,
Menghambat aktivitas spironolakton
androgen (sebagai Flutamid, casodex,
antagonis reseptor megesstrol asetat,
androgen) siproheptadin
Antiandrogen steroid Siproteron asetat
Blokade androgen total Menghilangkan sumber Kombinasi orkidektomi atau
androgen dari testis maupun LHRH agonis dengan
dari kelenjar suprarenal antiandrogen
Purnomo BB. Dasar-dasar urologi. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto; 2011.
KELAINAN TESTIS
TORSIO TESTIS
Torsio Testis
Torsio testis merupakan
terpeluntirnya funikulus
spermatikus gangguan
aliran darah pada testis.
Kasus > 1:4000 pria yang
berusia < 25 tahun
Paling banyak diderita pada
anak masa pubertas (12-20
tahun)
Tidak jarang sejak janin/ bayi
baru lahir menderita torsio
testis sehingga mengakibatkan
kehilangan testis baik
unilateral/ bilateral.
Pada masa janin dan neonatus lapisan parietal yang menempel
pada muskulus dartos masih belum banyak jaringan
penyanggahnya = terpuntir pada sumbu funikulus spermatikus.
Terpluntirnya testis pada keadaan ini disebut torsio testis
ekstravaginal.

Terjadinya torsio testis pada masa remaja banyak dikaitkan


dengan kelainan sistem penyanggah testis. Keadaan ini
menyebabkan testis dan epididimis dengan mudahnya bergerak
di kantung tunika vaginalis dan menggantung pada funikulus
spermatikus. Kelainan ini dikenal sebagai anomali bellclapper
Keadaan ini akan memudahkan testis mengalami torsio
intravaginal.
M.
Suhu testis
Kremaster Patogenesis
Bila mengalami pergerakan berlebihan:
Keadaan yang menyebabkan pergerakan
Torsio berlebihan:
Testis 1. Perubahan suhu mendadak (
berenang)
2. Ketakutan
3. Latihan yang berlebuhan
4. Batuk
5. Celana yang kektat
6. Defekasi
7. Trauma yang mengenai Skrotum
Terpelintirnya funikulus spermatikus
menyebabkan obstruksi aliran darah
testis sehingga testis mengalami :
1. Hipoksia Nekrosis Testis
2. Edema testis
3. Iskemia
Gambaran Klinis
Pasien mengeluh nyeri hebat di daerah
skrotum
Sifatnya mendadak dan diikuti
pembengkakan testis ( akut skrotum)
nyeri menjalar ke daerah inguinan/ perut
sebelah bawah bila tidak diwaspadai sering
dikacaukan dengan apendisitis akut
Pada bayi gejalanya tidak khas yakni
Gelisah, rewel atau tidak mau menyusui.
Pemeriksaan fisis
Testis membengkak
Letak lebih tinggi dan horizontal daripada testis sisi
kontralateral
Pada permulaan torsio testis dapat di raba lilitan
atau penebalan funikuls spermatikus ( biasanya tidak
di sertain demam)
Pada pemeriksaan sedimen urin tidak menunjukan
adanya leukosit urin
Pemeriksaan darah tidak menunjukan tanda
inflamasi kecuali pada torsio testis yang sudah
lama.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang berguna untuk
membedakan torsio testis dengan keadaan akut
skrotum yang lain adalah dengan memakai:
stetoskop Doppler, ultrasonografi Doppler, dan
sintigrafi testis yang kesemuanya bertujuan
menilai adanya aliran darah ke testis.
Pada torsio testis tidak didapatkan adanya aliran
darah ke testis sedangkan pada keradangan akut
testis, terjadi peningkatan aliran darah ke testis.
Diagnosis Banding
1. Epididimitis akut
2. Hernia skrotalis inkarserata
3. Hidrokel terinfeksi
4. Tumor testis
5. Edema skrotum
TERAPI
Detorsi Manual

Detorsi manual adalah mengembalikan posisi testis ke


asalnya
Dengan jalan memutar testis ke arah berlawanan
dengan arah torsio. Arah torsio biasanya ke medial
maka dianjurkan untuk memutar testis ke arah lateral
dahulu,Kemudian jika tidak terjadi perubahan, dicoba
detorsi ke arah medial.
Jika detorsi berhasil operasi harus tetap dilaksanakan.
operasi
Utk reposisi testis pd arah benar, lalu dinilai apakah
testis masih viable (hidup) / sudah nekrosis
Jika viable orkidopeksi (fiksasi testis) pd tunika
dartos, kemudian pada testis kontralateral
Jika nekrosis pengangkatan testis (orkidektomi)
dan disusul orkidopeksi pd testis kontra lateral.
Testis nekrosis jk dibiarkan dlm skrotum akan
membentuk Ab antisperma shg bs infertil
HIDROKEL
Hidrokel
DEFINISI
Penumpukan cairan yang berlebihan di antara
lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis.
Etiologi Hidrokel
Bayi baru lahir Orang dewasa
Belum sempurnanya Primer (idiopatik)
penutupan prosesus Sekunder
vaginalis terjadi aliran Kelainan pada testis /
cairan peritoneum ke epididimis yang
menyebabkan terganggunya
prosesus vaginalis sistem sekresi atau reabsorbsi
Belum sempurnanya sistem cairan.
Kelainan itu, mungkin adalah
limfatik didaerah skrotum
Tumor
dalam mereabsorbsi cairan Infeksi
Trauma pada testis atau
epididimis.
Hidrokel
GAMBARAN KLINIS
Adanya benjolan di kantung skrotum yang tidak nyeri
Konsistensi kistus
Transiluminasi

Macam hidrokel :
Hidrokel testis:
Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis testis tidak teraba
Hidrokel funikulus:
Berada di funikulus (terletak di sebelah kranial dari testis) testis
dapat diraba diluar kantong hidrokel.
Hidrokel komunikan:
Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga
peritoneum prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum.
Hidrokel
Hidrokel
Terapi Operasi
Hidrokel pada bayi Indikasi untuk melakukan
ditunggu sampai usia 1 operasi:
tahun. Hidrokel yang besar
menekan pembuluh darah
Dengan harapan prosesus
Indikasi kosmetik
vaginalis dapat menutup
Hidrokel permagna yang
sendiri.
dirasakan terlalu berat
Aspirasi cairan tidak Menganggu pasien dalam
dianjurkan terjadi melakukan aktivitasnya
sehari-hari.
kekambuhan, infeksi
Pembedahan
Hidrokel
Hidrokel kongenital sering disertai hernia
inguinalis
Pendekatan inguinal
Saat operasi hidrokel, sekaligus melakukan
herniorafi.
Hidrokel testis dewasa
Pendekatan skrotal, melakukan eksisi dan
marsupialisasi kantong hidrokel
Hidrokel
KOMPLIKASI
Mudah mengalami truma
Hidrokel permagna menekan penbuluh
darah atrofi testis
VARIOKEL
VARIKOKEL
dilatasi abnormal dari
vena pada pleksus
pampiniformis akibat
gangguan aliran darah
balik vena spermatika
interna
EPIDEMIOLOGI
salah satu penyebab infertilitas pada pria.
bbrp literatur tertulis 21 -41 % pria mandul
didapatkan menderita varikokel.
Insidens varikokel terdapat pada 15% pria.
Varikokel biasanya muncul setelah pubertas.
ETIOLOGI
Varikokel testis kiri lebih sering daripada testis kanan karena :
- vena spermatika interna kiri bermuara pada vena renalis kiri
dengan arah tegak lurus, sedangkan yang kanan bermuara
pada vena kava dengan arah miring
- vena spermatika interna kiri lebih panjang daripada yang
kanan dan katupnya lebih sedikit dan inkompeten

Varikokel kanan disebabkan :


- kelainan pada rongga peritoneal (terdapat obstruksi vena
karena tumor)
- muara vena spermatika kanan pada vena renalis kanan
- ada sinus inversus
PATOGENESIS
Varikokel dapat menimbulkan gangguan proses
spermatogenesis :
Terjadi stagnasi darah balik pada sirkulasi testistestis
mengalami hipoksia karena kekurangan oksigen.
Refluks hasil metabolit ginjal dan adrenal (antara lain
katekolamin dan prostaglandin) melalui vena spermatika
interna ke testis.
Peningkatan suhu testis.
Adanya anastomosis antara pleksus pampiniformis kiri dan
kananzat-zat hasil metabolit tadi dapat dialirkan dari testis
kiri ke testis gangguan spermatogenesis testis kanan
infertilitas.
TANDA DAN GEJALA
-Benjolan pada testis dan nyeri,
-Terdapat bentukan seperti kumpulan cacing-cacing di
dalam kantung di sebelah kranial testis,
rasa sakit yang tumpul atau rasa berat pada sisi varikokel
saat setelah berolahraga berat
berdiri cukup lama
jika pasien berada dalam posisi tidur rasa berat dan tumpul
tersebut menghilang
belum memiliki anak setelah beberapa tahun menikah
terkadang adanya benjolan di zakar yang disertai nyeri tumpul
atau rasa berat
DIAGNOSIS
Pemeriksaan posisi berdiri, memperhatikan keadaan skrotum
kemudian palpasi (jk diperlukan, pasien diminta untuk
manuver valsava /mengedan
Jika terdapat varikokel, pada inspeksi dan palpasi terdapat
bentukan seperti kumpulan cacing-cacing di dalam kantung
yang berada di sebelah kranial testis.
Tandatanda lain..
auskultasi (stetoskop Doppler) mendeteksi adanya peningkatan
aliran darah pada pleksus pampiniformis. Varikokel yang sulit
diraba secara klinis varikokel subklinik.
Untuk lebih objektif dalam menentukan besar atau volume
testis dilakukan pengukuran dengan alat orkidometer.
Untuk menilai seberapa jauh varikokel telah menyebabkan
kerusakan pada tubuli seminiferi dilakukan pemeriksaan analisis
semen.
Analisis semen
Menurut McLeod: menunjukkan
menurunya motilitas sperma,
meningkatnya sperma muda,
kelainan bentuk sperma.
Langkah diagnostik yang paling penting
adalah transiluminasi massa hidrokel
dengan cahaya di dalam ruang gelap.
Sumber cahaya diletakkan pada sisi
pembesaran skrotum.
Struktur vaskuler, tumor, darah,
hernia, penebalan tunika vaginalis
dan testis normal tidak dapat
ditembusi sinar.
Trasmisi cahaya sebagai bayangan
merah menunjukkan rongga yang
mengandung cairan serosa, seperti
hidrokel.
Hidrokel berisi cairan jernih, straw-
Gambaran colored dan mentransiluminasi
transiluminasi (+) pada (meneruskan) berkas cahaya.
kasus hidrokele anak
1 tahun
PEMERIKSAAN
Inspeksi : terdapat seperti kumpulan cacing-cacing di dalam
kantung yang berada di sebelah kranial testis

Palpasi : manuver valsava (mengedan)


secara klinis dibagi berdasarkan 3 tingkatan :
1. Derajat kecil : varikokel dapat dipalpasi setelah pasien
melakukan manuver valsava
2. Derajat sedang : varikokel dapat dipalpasi tanpa melakukan
manuver valsava
3. Derajat besar : varikokel dapat dilihat bentuknya tanpa
melakukan manuver valsava

Auskultasi : stetoskop Doppler mendeteksi adanya aliran


darah pada pleksus pampiniformis.
TERAPI
Jika varikokel gangguan fertilitas / gangguan
spermatogenesis indikasi untuk terapi
Tindakan yang dikerjakan :
1. Ligasi tinggi vena spermatika interna melalui
operasi terbuka / bedah Laparoskopi
2. Varikokelektomi cara Ivanisevich
3. cara perkutan dg memasukkan bahan sklerosing
ke dlm vena spermatika interna
Embolisasi : Kateter kecil dimasukkan ke vena femoralis dekstra -
> vena cava inferior -> vena renalis sinistra -> vena spermatika
interna sinistra -> pleksus pampiniverus

Keuntungan Embolisasi Varikokel :


Tergantung dari analisis semen
dan perkembangan kehamilan
Tidak membutuhkan insisi
pembedahan
Komplikasi yang ditimbulkan
sedikit
Penyembuhan cepat.
Indikator Keberhasilan terapi:
- Bertambahnya volume testis,
- Perbaikan hasil analisis semen (setiap 3
bulan),
- Pasangan nya menjadi hamil.
Daftar pustaka
Eroschenko VP. Atlas histologi diFiore: dengan korelasi fungsional. Ed 11. Jakarta: EGC; 2008.
Human Physiology by Lauralee Sherwood 2007 Brooks/Cole-Thomson Learning.
Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA, editors. Kapita selekta kedokteran. Edisi 4. Jakarta:
Media Aesculapius; 2014.
Purnomo BB. Dasar-dasar urologi. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto; 2011.
Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. 2th ed. Jakarta: EGC, 2003.

Anda mungkin juga menyukai

  • Urin Pekat
    Urin Pekat
    Dokumen28 halaman
    Urin Pekat
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Kartika RP2 Uro
    Kartika RP2 Uro
    Dokumen94 halaman
    Kartika RP2 Uro
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • 475-Article Text-790-1-10-20190504
    475-Article Text-790-1-10-20190504
    Dokumen6 halaman
    475-Article Text-790-1-10-20190504
    Erlina Putry Sr.
    Belum ada peringkat
  • Kartika RP3 URO
    Kartika RP3 URO
    Dokumen80 halaman
    Kartika RP3 URO
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Case
    Case
    Dokumen36 halaman
    Case
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Intoksikasi
    Intoksikasi
    Dokumen5 halaman
    Intoksikasi
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Case
    Case
    Dokumen7 halaman
    Case
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • PPT
    PPT
    Dokumen68 halaman
    PPT
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Pemicu 2
    Pemicu 2
    Dokumen81 halaman
    Pemicu 2
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Anatomi 2
    Anatomi 2
    Dokumen51 halaman
    Anatomi 2
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Kulit KR
    Jurnal Kulit KR
    Dokumen16 halaman
    Jurnal Kulit KR
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Faal
    Faal
    Dokumen53 halaman
    Faal
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Physiology of Nose
    Physiology of Nose
    Dokumen9 halaman
    Physiology of Nose
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Tumor Immunology - Untar.4Des13
    Tumor Immunology - Untar.4Des13
    Dokumen37 halaman
    Tumor Immunology - Untar.4Des13
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Physiology of Nose
    Physiology of Nose
    Dokumen9 halaman
    Physiology of Nose
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • ANATOM
    ANATOM
    Dokumen59 halaman
    ANATOM
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Pemicu
    Pemicu
    Dokumen68 halaman
    Pemicu
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Infertility Dan Kontrasepsi: Kelompok 12
    Infertility Dan Kontrasepsi: Kelompok 12
    Dokumen12 halaman
    Infertility Dan Kontrasepsi: Kelompok 12
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Uro
    Uro
    Dokumen28 halaman
    Uro
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Physiology of Nose
    Physiology of Nose
    Dokumen9 halaman
    Physiology of Nose
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Radiologi
    Radiologi
    Dokumen109 halaman
    Radiologi
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • PEMICU
    PEMICU
    Dokumen37 halaman
    PEMICU
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Antiaritmia
    Antiaritmia
    Dokumen38 halaman
    Antiaritmia
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • PSORIASIS
    PSORIASIS
    Dokumen13 halaman
    PSORIASIS
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Referat
    Referat
    Dokumen26 halaman
    Referat
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • PPT
    PPT
    Dokumen68 halaman
    PPT
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Reproduksi
    Reproduksi
    Dokumen73 halaman
    Reproduksi
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Skabies
    Skabies
    Dokumen5 halaman
    Skabies
    Kartika Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Kurva Pertumbuhan CDC 2000 Lengkap
    Kurva Pertumbuhan CDC 2000 Lengkap
    Dokumen20 halaman
    Kurva Pertumbuhan CDC 2000 Lengkap
    Ika Elyana
    Belum ada peringkat