Komplikasi : perforasi
usus, peritonitis umum,
abses, sepsi
Ulkus Peptikum
Definisi: Ulkus Peptikum adalah Etiologi : pembentukan asam yang
suatu luka terbuka yang berlebihan, Helicobacter pylori,
berbentukbundar atau oval Obat-obat (aspirin, ibuprofen dan
pada lapisan lambung atau obat anti peradangan non-steroid
usus dua belas jari(duodenum) lainnya)
Epid :
Amebiasis 10% penduduk
dunia, paling umum di daerah
tropis dan subtropis
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
FAKTOR RISIKO : GEJALA :
Berpergian ke daerah endemis / tropis 1. Hepatomegali, terasa nyeri pada saat
Keadaan imunosupresi (AIDS) dipalpasi
Alkoholisme Bila abses terjadi di daerah
Keganasan subdiafragma hepatomegali
Malnutrisi dapat tidak terdeteksi
Penggunaan kortikosteroid 2. Nyeri mendadak (akut) pada kuadran
Kelainan imunitas yang diperantarai sel kanan atas abdomen lebih berat
(cell mediated immunity) dibandingkan AHP
Homoseksual Menjalar ke daerah scapula dan
bahu kanan
FAKTOR YG MEMPENGARUHI KEPARAHAN: Bertambah bila menarik napas yang
Usia muda dalam, batuk, atau berbaring ke sisi
Kehamilan sebelah kanan
Malnutrisi Bila AHA terdapat di lobus kiri hepar
Alkoholisme nyeri di sebelah kiri; dapat
Penggunaan glukokortikoid menjalar ke bahu kiri
Keganasan 3. Mual, Muntah, Anoreksia, Penurunan BB
4. Diare dan atau disentri
5. Demam intermiten
6. Malaise
7. Mialgia, Artralgia
8. Batuk, Dispnea
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL. Sabiston textbook of surgery: the biological basis of modern surgical practice. 19th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier;
2012.
DIAGNOSIS
Anamnesis :
Riwayat disentri sebelumnya (20% kasus)
Diare / disentri pada saat itu juga (10% kasus)
Pemeriksaan Fisik :
Hepatomegali, terasa nyeri pada saat dipalpasi
Nyeri tekan terlokalisir (sering di spasium interkostal kanan bawah)
Auskultasi :
Pericardial rub dan peritonitis jarang ditemukan
Kadang-kadang terdengar friction rub di hepar
Demam
Ikterus ringan umum terjadi
Ikterus berat jarang
Terjadi bila terdapat obstruksi traktus biliaris / sudah terdapat penyakit
hepar kronis sebelumnya
Menandakan prognosis yang buruk
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan laboratorium
Hiperbilirubinemia
Leukositosis (75% kasus)
transaminase serum dan AP tidak spesifik
marker inflamasi akut
Aspirasi abses :
Tidak rutin dilakukan untuk diagnosis cukup dengan gambaran USG dan
pemeriksaan serologi (+)
AHA warna merah kecoklatan, berbau sedikit / tidak berbau chocolate syrup /
anchovy paste
Ditemukan trofozoit 20% pasien yang dilakukan aspirasi
Jarang terdapat di materi nekrotik abses (tengah-tengah)
Lebih banyak di dinding pembatas abses ditemukan pada bagian terakhir
aspirat
Pewarnaan gram tidak terdapat bakteri, kecuali bila terjadi infeksi sekunder (15
20% kasus)
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan tinja
Dalam larutan saline (saline + iodine, saline + metilen biru)
Ditemukan kista Entamoeba histolytica
Ditemukan trofozoit Entamoeba histolytica, yang mengandung eritrosit
(erythrophagocytic trophozoites)
Terutama tidak lebih dari 30 menit setelah BAB
Indikasi kuat terjadi kelainan yang bersifat invasif
Rontgen toraks
Atelektasis paru lobus kanan bawah
Efusi pleura kanan
Kenaikan hemidiafragma kanan
Reaksi pleura sudut costophrenicus kanan menjadi tumpul
USG
Non-invasif
Sensitivitas tinggi (80 90%)
Lesi hipoekoik
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan penunjang :
CT SCAN
CT scan kontras abses yang lebih kecil
Melihat seluruh kavitas peritoneal mungkin dapat memberikan informasi lesi
primer
MRI
Dilakukan jika hasil masih meragukan dan pasien intoleran terhadap kontras
Serologis
ELISA paling sering dikerjakan
Indirect hemagglutinin assay (IHA) paling sensitif (90%) dapat (+) slm 20 thn
setelah sembuh
Cellulose acetate precipitin
Counterimmunoelectrophoresis
Immunofluorescent antibody
Rapid latex agglutination test
(-) palsu mungkin terjadi dalam 10 hari pertama infeksi diulang setelah 10 hari
(+) palsu sering pada daerah endemis
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL. Sabiston textbook of surgery: the biological basis of modern surgical practice. 19th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier;
2012.
KRITERIA DIAGNOSIS (SHERLOCK, 2002)
1. Adanya riwayat berasal dari daerah endemis
2. Pembesaran hepar pada laki-laki muda
3. Respon baik terhadap metronidazole
4. Leukositosis tanpa anemia pada riwayat sakit yang tidak lama dan leukositosis dengan
anemia pada riwayat sakit yang lama
5. Ada dugaan amebiasis pada pemeriksaan foto toraks PA dan lateral
6. Pada pemeriksaan scan didapatkan filling defect
7. Tes fluorescent antibodi anti amuba (+)
Bila ke-7 kriteria terpenuhi diagnosis AHA sudah hampir pasti dapat ditegakkan
DIAGNOSIS BANDING :
Kista hidatid hepar
Keganasan pada hepar
AHP
Hepatitis viral
Kolangitis
Kolesistitis
Apendisitis
Kelainan paru primer
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
KRITERIA TATALAKSANA :
1. Abses tidak berkomplikasi
2. Tidak ada tanda-tanda ruptur abses / abses tidak berisiko menjadi
ruptur di waktu mendatang
3. Abses tidak menyebabkan efek kompresi
TATALAKSANA :
Terapi farmakologis saja
Aspirasi dituntun USG + farmakologis
Drainase perkutan dengan kateter + farmakologis
Laparotomi, drainase, dan farmakologis
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
TATALAKSANA NONFARMAKOLOGI
2. Drainase perkutan
Dilakukan bila aspirasi perkutan tidak dapat mengambil cairan yang kental /
aspirasi perkutan gagal
Dilakukan dengan tuntunan USG / CT scan abdomen
Penyulit : perdarahan, perforasi organ intraabdomen, infeksi, kesalahan
penempatan kateter untuk drainase
3. Reseksi hepar
Jika didapatkan abses hepar dengan karbunkel disertai dengan hepatolitiasis,
terutama pada lobus kiri hepar
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
TATALAKSANA KESEPAKATAN PEGI DAN PPHI (1996) :
RESOLUSI :
Waktu rata-rata menghilangnya abnormalitas gambaran USG 6 9 bulan
monitor hasil terapi dengan memperhatikan tanda-tanda klinis, bukan dengan
USG
PENCEGAHAN :
Sanitasi yang memadai
Pemberantasan karier kista
Kebersihan perorangan (personal hygiene)
Kebersihan lingkungan
Pada daerah berisiko :
Menghindari konsumsi sayur dan buah yang tidak dikupas
Penggunaan air kemasan
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
KOMPLIKASI PROGNOSIS
Ruptur abses ke dalam :
Dapat disembuhkan
Regio toraks fistula Angka kematian <1% bila tidak ada penyulit
hepatobronkial, abses paru, Penyulit angka mortalitas
empiema amuba Bilirubin > 3,5 mg/dl
Perikardium gagal jantung, Ensefalopati
perikarditis, tamponade Volume abses >>
jantung Hipoalbuminemia (albumin serum < 2,0
Peritoneum peritonitis, g/dl)
ascites Ruptur abses
Infeksi sekunder biasanya
iatrogenik setelah tindakan aspirasi Penegakkan diagnosis yang terlambat
timbul penyulit : abses ruptur angka
Lainnya yang jarang :
kematian
Gagal hepar fulminan Ruptur ke peritoneum angka kematian
Hemofilia 20%
Obstruksi VCI Ruptur ke perikardium angka kematian 32
Sindrom Budd-Chiari 100%
Abses serebri (0,1%)
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
Kolesistitis
Kolesistitis
Definisi: peradangan pada kandung empedu.
Kolesistitis akut: reaksi inflamasi akut dinding
kandung empedu yang disertai keluhan nyeri
perut kanan atas, nyeri tekan, dan demam.
(IPD)
Kolesistitis kronis: lebih sering ditemukan
pada klinis, erat hubungannya dengan litiasis,
dan timbul secara perlahan-lahan. (IPD)
Peradangan empedu (....itis)
Kolangiolitis
Triad charcot:
Pentade reynold: -Ikterik
-Triad charcot + -Nyeri di hipocondria
syok/hipotensi kanan
dan hilang -Demam menggigil
kesadaran
Kolesistitis
Kolangitis
-Murphy sign +
-Nyeri menjalar
sampai ke bahu dari
hipocondria kanan
-Demam +-38 drjt
Etiologi dan Patogenesis (Akut)
Faktor yang mempengaruhi timbulnya
serangan kolesistitis akut: stasis cairan
empedu, infeksi kuman, iskemia dinding
empedu.
Penyebab utama batu kandung empedu di
duktus sistikus (90%) dan sebagian kecil
timbul tanpa adanya batu empedu(kolesistitis
akut akalkulus).
Etiologi dan Patogenesis (Akut)
Hubungan antara stasis empedu dengan
kolesistitis masih belum jelas. Diperkirakan
banyak faktor yang berpengaruh seperti
kepekatan empedu, kolesterol,lisolesitin dan
prostaglandin yang merusak lapisan mukosa
dinding kandung empedu diikuti inflamasi dan
supurasi.
Etiologi dan Patogenesis (Akut)
Kolesistitis akut akalkulus dapat terjadi pada
pasien yang dirawat dengan nutrisi parenteral
yang cukup lama atau karena sumbatan akibat
keganasan.
Sebagai komplikasi penyakit lain seperti
demam tifoid atau DM.
Kolesistitis akalkulus akut
5-10% kolesistitis akut tjd tanpa adanya batu.
Sering dijumpai pd penderita sakit berat yg sdg di
rawat di RS karena trauma multiple, pascabedah
besar, sepsis, keracunan obat, dan gagal organ
multiple.
Pd penderita timbul stasis empedu mjd
lumpur empedu.
lumpur empedu tdd : endapan kalsium
bilirubinat berperan dlm terbentuknya
kolesistitis akalkulus.
Gambaran Klinis Kolesistitis Akut
Serupa dgn kolesistitis akut pd kolelitiasis,
yaitu nyeri perut kuadran kanan atas, nyeri
tekan, defans otot dan demam.
Leukositosis
Gangguan faal hati
ALP, bilirubin, serum transaminase meningkat
Diagnosa K. akalkulus akut
Pem USG : ditemukan penebalan dd dan
distensi K.E yg nyeri bila ditekan.
Pd penderita gawat pascabedah berat, syok,
trauma multiple diagnosa sulit, karena biasa
ps dirawat dgn intubasi endotrakea dan
pemakaian obat.
Empiema
- Akibat progresi dari kolesistitis akut dengan obstruksi
duktus sistikus persisten superinfeksi cairan
empedu kandung empedu terisi pus.
- Gambaran klinis menyerupai kolangitis dengan
demam tinggi, nyeri hebat di kuadran kanan atas dan
leukositosis
- empiema beresiko tinggi untuk sepsis
- Bedah + antibiotik
Diagnosis banding
Diagnosis banding adalah keadaan yang
menimbulkan nyeri akut di perut bagian atas
disertai nyeri tekan
- Pankreatitis akut
- tukak peptik
- apendisitis akut
- Abses hati
Pankreatitis Akut
Pankreatitis Akut
Proses peradangan akut yang mengenai pankreas
dan ditandai oleh nyeri perut yang akut disertai
kenaikan enzim dalam darah dan urin (IPD)
ditandai dengan onset nyeri abdomen yang
mendadak mual dan muntah.(DORLAND)
85%-90% pankreatitis akut gejala pulih
dalam 3 7 hari setelah mulai pengobatan
10% pankreatitis akut meninggal
Penyebab Pankreatitis Akut
1. Batu empedu 6. Kerusakan pankreas karena
pembedahan atau endoskopi
Morfologi:
Destruksi proteolitik jaringan pankreas
Nekrosis pembuluh darah dengan pendarahan
Nekrosis lemak oleh enzim lipolitik
Reaksi peradangan
Pada rongga peritoneum berisi cairan serosa,
sedikit keruh, berwarna coklat dan terdapat globul
lemak
Hormon insulin dan glukagon (membantu tubuh
PANKREAS menggunakan glukosa yang dibutuhkan dari makanan
untuk energi) aliran daraha