Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INDIVIDU

TARIAN BADAYA
Disusun untuk memenuhi salah satu mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan

Guru pelajaran : Dina Sugianti

Oleh
Hilda Mahmudah
Kelas : X ipa 8

SMA NEGERI 1 PURWAKARTA


Tahun ajaran 2016/2017
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat
menyelesaikan artikel yang berjudul TARIAN BADAYA tepat pada waktunya. Makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan. Penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dina Sugianti selaku guru mata pelajaran Seni Budaya
dan Keterampilan atas bimbingan dan pengarahannya selama penyusunan artikel ini serta
pihak-pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis juga
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat
membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada intinya
untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar dimasa yang akan datang lebih baik lagi.

Purwakarta, 15 Oktober 2016

Penulis
SAMPURASUN

-TARIAN SUNDA -

1. Pengertian Seni Tari

Seni tari adalah seni yang mengekspresikan nilai batin melalui gerak yang indah dari
tubuh/fisik dan mimik. Seni tari secara umum memiliki aspek-aspek gerak, ritmis, keindahan, dan
ekspresi. Selain itu, seni tari memilki unsur-unsur ruang, tenaga, dan waktu. Ruang berhubungan
dengan posisi, tingkatan, dan jangkauan. Posisi berhubungan dengan arah hadap dan arah gerak. Arah
hadap, seperti menghadap kedepan, kebelakang, serong kanan, dan serong kiri, arah gerak, contohnya
menuju kedepan, kebelakang, memutar, atau zigzag. Tingkatan berhubungan dengan tinggi
rens\dahnya posisi duduk dan level tinggi dengan posisi kaki dijinjitkan atau dengan meloncatloncat,.
Jangkauan berhubungan dengan gerak yang panjang atau pendek, gerak yang besar atau kecil.

Tenaga sangat dibutuhkan dalam seni tari karena dengan tenaga, tari yang ditampilkan lebih
kreatif. Tenaga dalam seni tari sangat berhubungan dengan rasa dan emosi, bukan dengan kekuatan
otot. Gerakan tari yang dikendalikan dan diatur dengan tenaga yang berbeda-beda akan
membangkitkan kesan yang mendalam, bukan hanya bagi penonton, juga bagi si penari.

2. Tari Tradisional
Tari tradisional merupakan bentuk tarian yang sudah lama ada, diwariskan secara turun-temurun,
serta biasanya mengandung nilai filosofi, simbolis, dan religious. Sebelum bersentuhan dengan
pengaruh asing, suku bangsa di kepulauan Indonesia sudah mengembangkan seni tarinya tersendiri.
Banyak ahli antropologi percaya bahwa tarian di Indonesia berawal dari gerakan ritual dan upacara
keagamaan. Tarian semacam ini biasanya berawal dari ritual, seperti tari perang, tarian dukun untuk
menyembuhkan atau mengusir penyakit, tarian untuk memanggil hujan, dan berbagai jenis tarian yang
berkaitan dengan pertanian, tarian lain diilhami oleh alam, tarian jenis purba ini biasanya
menampilkan gerakan berulang-ulang dan tarian ini juga bermaksud untuk membangkitkan roh atau
jiwa yang tersembunyi dalam diri manusia. Tari tradisional Indonesia mencerminkan kekayaan dan
keanekaragaman bangsa Indonesia. Beberapa tradisi seni tari seperti ; tarian Bali, tarian Jawa, tarian
Sunda, tarian Minangkabau, tarian Palembang, tarian Melayu, taruan Aceh, dan masih banyak lagi
adalah seni tari yang berkembang sejak dahulu kala, meskipun demikian tari ini tetap dikembangkan
hingga kini. Beberapa tari mungkin telah berusia ratusan tahun, sementara beberapa tari berlanggam
tradisional mungkin baru diciptakan kurang dari satu dekade yang lalu. Penciptaan tari dengan
koreografi baru, tetapi masih di dalam kerangka disiplin tradisi tari tertentu masih dimungkinkan.
Sebagai hasilnya, munculah beberapa tari kreasi baru. Tari kreasi baru ini dapat merupakan
penggalian kembali akar-akar budaya yang telah sirna, penafsiran baru, inspirasi atau eksplorasi seni
baru atas seni tari tradisional.

- Saya akan membahas tarian badaya dari daerah jawa barat yang mungkin
sekarang sudah di lupakan oleh remaja sekarang

- Ada beberapa pengertian dan sejarah tentang tarian badaya sunda

- Tari badaya sunda

Biasanya tarian badaya digelar dalam upacara kenegaraan di pemerintahan, baik


kabupaten maupun kota. Namun kali ini, tari badaya ditarikan di sebuah gedung teater
tertutup berkapasitas 650 orang untuk menyambut para siswa SMA yang sengaja
diundang untuk memberikan apresiasi.
Pasalnya, sudah dipastikan anak-anak SMA ini belum pernah menyaksikan tari badaya,
yakni sebuah tarian yang termasuk dalam rumpun tari wayang. Mereka biasanya
menyaksikan modern dance, boyband, dan girlband. Tapi saat disuguhi tarian yang
termasuk tarian menak, para siswa banyak yang terbengong-bengong. Bahkan ada yang
enggan mengedipkan matanya. Melotot terus seolah tidak mau lepas satu gerakan pun.
Tentunya hal ini merupakan suatu yang positif bagi perkembangan tarian tradisional.

Para penari tampil mengenakan kostum berwarna biru muda dipadu kain batik rereng
pakis menambah keanggunan para penari. Mereka menari mengikuti irama gamelan yang
ditabuh secara live. Gerakan pokok menari pun mereka suguhkan, seperti adeg-adeg,
jangkung ilo, mincid, keupat, gedut, kiprahan, tindak tilu, engkek gigir, mamadapan, dan
calok sembahan. Semua disuguhkan ngaguluyur sehingga tarian tersebut begitu indah.

- Tari badaya mengandung karakter putri sunda

Tari badaya mengandung karakter putri Sunda mencerminkan pribadi yang energik,
adaptif, dan inovatif dalam membangun sisi femininnya. Ini dapat dibedakan dengan
tarian putri dari Jawa dan Bali. Karakter putri Jawa lebih mengutamakan kehalusan,
keteraturan, dan pengendalian dalam mewujudkan sikap feminin. Sedangkan karakter
putri Bali mengutamakan kontras dan kemandirian dalam mewujudkan sisi femininnya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nilai-nilai feminitas dalam ketiga wilayah
budaya yang mempunyai persamaan akar sejarah ini telah berkembang dan diwarnai oleh
napas budaya masing-masing.

Di tanah Sunda atau Priangan ada perbedaan tentang tari badaya, yakni berdasarkan
penciptanya. Pertama tari badaya karya R. Sambas lahir dari kalangan menak dan
termasuk ke dalam rumpun tari keursues. Kedua tari badaya karya Iyus Rusliana yang
lahir dari cerita pewayangan sehingga termasuk ke dalam rumpun tari wayang. Akan
tetapi, kedua tarian ini mempergunakan lagu yang sama sebagai musik pengiringnya,
yaitu lagu "Kawitan Batarubuh" dan "Naik Lagu Badaya".
Terciptanya tarian badaya karya R. Sambas karena ada keinginan untuk mencoba
mencari suasana baru dengan menampilkan wanita sebagai penari, namun bukan berarti
tidak ada tarian wanita. Hanya yang menariknya hampir selalu dilakukan oleh laki-laki.
Sedangkan tari badaya karya Iyus untuk merefleksikan keberadaan perempuan dalam
sebuah tarian wayang.

Perbedaan dan persamaan gerakan secara fisik

Persamaan dan perbedaan lainnya secara fisik dapat dilihat dari gerakan-gerakannya dan
penataan kostum. Kedua tarian ini memiliki kelebihan dan kekhasan masing-masing dan
dapat hidup berdampingan dalam mengisi kekhasan tari-tarian di Jawa Barat dan semoga
akan terus berlangsung hidup sesuai dengan keadaan dan kemajuan zaman.

Persamaan dan perbedaan tari badaya dan bedhaya [ dari jawa tengah]

Tari Badaya adalah tarian klasik seperti Serimpi- dan Bedhaya-tarian dari pengadilan Jawa
Tengah. Setelah jatuhnya beberapa kerajaan bagian besar dari Jawa diperintah oleh bupati,
menjadi pengikut dari kerajaan Mataram. Setelah kebiasaan orang Jawa Tengah penguasa
bupati Sunda juga mengembangkan tarian mereka sendiri di pengadilan mereka sendiri. Ini
Tari Badaya asal dari Kabupaten Ciamis, sebelah tenggara dari Bandung. Berkat almarhum
Raden Sambas Wirakusumah, Raden Nugraha Sudiredja bisa mewujudkan tarian ini pada
tahun 1958. Tari Badaya merupakan tarian abstrak elegan dengan gaya Sunda jelas dan
karakter. Ini menunjukkan perbaikan budaya di kabupaten Sunadanese dan cara bupati yang
dikenakan tamu mereka terhormat.
Tari Badaya

1.Tari Badaya Koreografer (s) : Raden Sambas Wirakusumah

2. Revisor (s) : Raden Nugraha Sudiredja (1958) dra. Irawati Duban


Arjo

3. Komposisi (s) : Kawitan, Batarubuh, Jajamparingan laras Pelog

4. Musisi (s) : Kelompok penabuh Pusbitari Penabuh Wirahma Sari


Sunda

5. rekaman musik : ID Pusbitari Dance Company

6. Lamanya : 10 '45 "

7. Wilayah : Jawa Barat (Sunda)

Badaya juga termasuk jenis tarian wayang

Tari Badaya ini merupakan jenis tari wayang yang berkarakter putrid ladak, bentuk penyajian
pada tarian ini adalah tari kelompok atau tari rampak. Dalam menarikan tari badaya ini
penyaji lebih mengutamakan pengaturan pola irama, maksudnya adalah untuk lebih
meningkatkan kualitas dalam menari juga menambah kekuatan dalam menarikannya. Gerak-
gerak yang diutamakan adalah kepala dan kaki namun tidak secara keseluruhan, hanya
memperjelas saja tanpa merubah karakter
Tari Badaya diciptakan oleh Bapak Kayat dari Garut sekitar tahun 1930 yang direkompouse
oleh Bapak Iyus Rusliana sekitar tahun 1986, baik mulai korepgrafi, iringan tari, hingga tata
rias busana. Tari Badaya merupakan rumpun tari wayang yang mempunyai ciri khas yaitu
mempunyai kejelasan dalam pembagian gerak yang menjadi patokan keseluruhan dalam
bentuk rangkaian gerak.
Tari Badaya merupakan salah satu tari putri yang berkarakter ladak karena ungkapan
geraknya lebih banyak patah-patah dan berirama sedang dan cepat. Tari Badaya bukanlah
merupakan suatu penokohan tertentu, melainkan menggambarkan penari putrid yang
tugasnya menghibur raja dan pejabat tinggi keratin dalam cerita wayang.
Arti Badaya itu sendiri adalah wanita abdi keraton yang bertugas sebagai penari atau menari
untuk menghibur raja sewaktu maseban. Unsur karawitan yang mengiringi tarian ini hanya
sebuah gending yang sekaligus memiliki tiga macam pola irama yaitu gending kawitan yang
tersusun mulai dari pola irama cepat, lambat, sedang, dan diakhiri dengan pola irama ke cepat
lagi, kemudian dari unsure pedalangan didukung suara kecrek yang berpadu harmonis,
dengan suara kendang dalam mengisi setiap ungkapan geraknya.
Tari Badaya ini termasuk kedalam jenis tari wayang putri yang disajikan dalam bentuk tari
kelompok atau tari rampak tetapi tidak menutup kemungkinan tarian ini disajikan secara
tunggal jadi tari badaya ini tidak mengungkapkan suatu pertokohan seperti halnya tarian
wayang lainnya. Tarian ini menggambarkan ungkapan penghormatan kepada raja atau
pejabat tinggi keratin, dan juga mengungkapkan kesetiaan abdi kepada rajanya

Anda mungkin juga menyukai