Anda di halaman 1dari 2

Menurut Freud !

1905), kepribadian seseorang berkembang melalui serangkaian tahapan


masa kanak-kanak, di mana dalam prosesnya daerah-daerah tertentu dalam tubuh menjadi penting
sebagai area sensitif atau zona erogen. Oleh karena itu, proses tersebut disebut sebagai tahapan-
tahapan psikoseksual.

Awal perkembangan berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian dan terus


mempengaruhi perilaku di kemudian hari. Jika tahap-tahap psikoseksual selesai dengan sukses,
hasilnya adalah kepribadian yang sehat. Jika masalah tertentu tidak diselesaikan pada tahap yang
tepat, fiksasi dapat terjadi. Salah satu contoh masalah pada remaja-remaja yang ditemui dalam
program PKPR ini adalah fiksasi pada tahap oral, sehingga mereka akan tetap mencari rangsangan
oral melalui merokok atau minum.

Berikut adalah tahapan perkembangan psikoseksual menurut Freud:

1. Fase Oral (usia 0 - 1 tahun)


Pada fase ini, kepuasan diperoleh dari rangsangan terhadap bibir, rongga mulut,
kerongkongan, tingkah laku menggigit dan mengunyah, serta menelan dan memuntahkan
makanan. Bayi sepenuhnya bergantung pada pengasuhnya untuk mendapatkan kepuasan
ini sehingga bayi mengembangkan rasa percaya dan kenyamanan melalui stimulasi oral.
Hambatan pada tahap ini menyebabkan orang mengembangkan kepribadian oral,
yakni menjadi orang yang tergantung dan lebih senang bertindak pasif dan menerima
bantuan dari orang lain. Ketidakpuasan pada fase oral, sesudah dewasa orang menjadi tidak
pernah puas dan berakibat pada ketamakan. Fiksasi oral dapat mengakibatkan masalah
dengan minum, merokok, makan, atau menggigit kuku.
2. Fase Anal (usia 1 - 3 tahun)
Sepanjang tahap anal, latihan defekasi (toilet training) memaksa anak untuk belajar
menunda kepuasan bebas dari tegangan anal. Berasal dari fase anal, dampak toilet training
terhadap kepribadian di masa depan tergantung kepada sikap dan metode orang tua dalam
melatih.
Orang tua yang melatih anaknya terlalu dini atau terlalu ketat, dapat
mengembangkan sifat ketat, tertib, kaku, dan obsesif. Sebaliknya, orang tua yang
membiarkan anak tanpa toilet training, akan membuat anak bebas melampiaskan
tegangannya dengan mengeluarkan kotoran di waktu dan tempat yang tidak tepat, yang di
masa mendatang muncul sebagai sifat ketidakteraturan, jorok, destruktif, semaunya sendiri,
dan kekerasan. Sementara orang tua yang bersifat membimbing dengan kasih sayang dan
pujian akan mendorong anak bersifat mandiri dan produktif.
3. Fase Fhalis (usia 3 6 tahun)
Pada fase ini, sensitivitas berpusat pada alat kelamin. Anak-anak mulai menyadari
akan perbedaan jenis kelamin yang menimbulkan adanya Oedipus complex pada laki-laki dan
Electra complex pada perempuan.
Anak laki-laki ingin memiliki ibunya dan menyingkirkan ayahnya sehingga mereka
mengatasi hal iini dengan meniru perbuatan dan tingkah laku ayahnya. Begitupun sebaliknya
dengan anak perempuan. Fiksasi pada tahap ini akan membentuk pribadi yang angkuh,
eksibisionistik, dan agresif secara seksual.
4. Fase Laten (usia 6 13 tahun)

Aktivitas seksual pada fase ini cenderung tidak nampak. Hal ini dikarenakan anak
mengembangkan kemampuan sublimasi, yakni mengganti kepuasan libido dengan kepuasan
nonseksual, khususnya bidang intelektual, atletik, keterampilan, dan hubungan teman
sebaya. Anak menjadi lebih mudah mempelajari sesuatu dibandingkan dengan masa
sebelum dan sesudahnya.

5. Fase Genital (usia 13 tahun dewasa)

Pada fase fhalis, individu mempunyai kepuasan dari perangsangan dan manipulasi
tubuhnya sendiri, dan orang lain diinginkan hanya kaena memberikan bentuk-bentuk
tambahan dari kenikmatan jasmaniah. Sedangkan pada fase genital, impuls seks mulai
disalurkan ke objek di luar, seperti berpartisipasi dalam kegiatan berkelompok, menyiapkan
karir, cinta lain jenis, perkawinan, dan keluarga.

Fase genital berlanjut sampai tutup usia, di mana puncak perkembangan seksual
dicapai ketika orang dewasa mengalami kemasakan kepribadian.

Melalui program ini, dapat dilihat perbedaan

Anda mungkin juga menyukai