Menurut Freud, jika seorang anak berusia 3 tahun masih sering mengedot atau mengisap
jempolnya, maka anak tersebut boleh jadi mengalami fiksasi pada tahap oral.
Untuk itulah bantuan dan arahan orangtua pada tahap ini sangat dibutuhkan, demi memberikan
pemahaman kepada anak, tentang cara yang tepat mengendalikan kesenangan tersebut.
Menurut Freud, tahap ini merupakan masa yang tepat pula untuk melatih toilet training pada
anak. Orangtua bisa mengajarkan, bahwa feses yang berasal dari dalam diri merupakan hal yang
kotor dan penuh bakteri. Jadi, tidak boleh dipegang secara sembarangan dan harus dibuang
sebagaimana mestinya.
Anak-anak mulai tertarik pada orangtuanya dengan jenis kelamin yang berbeda, seperti anak
laki-laki yang menyukai ibunya atau anak perempuan kepada ayahnya. Mereka juga mulai
merasakan kecemburuan terhadap orangtuanya dengan jenis kelamin yang sama, misalnya anak
laki-laki cemburu kepada ayahnya atau anak perempuan yang cemburu pada sang ibu.
Untuk menghindari hukuman, mereka akhirnya mengikuti gaya dan karakteristik orangtuanya,
hingga akhirnya superego dalam diri mereka meningkat. Hal tersebut mengakibatkan mereka
mulai menyadari tentang norma dan aturan sosial yang berlaku.
Ketertarikan dan dorongan seksual dalam diri berusaha untuk disublimasi menjadi sebuah
kegiatan yang dapat diterima di lingkungan sosial.
Anak-anak mulai belajar tentang identitas diri dan kaitannya dengan peran seksual serta
hubungan sosial yang lebih intim dengan orang lain. Ketika tahap-tahap sebelumnya dapat
dilalui dengan baik serta mendapatkan arahan dan pendampingan yang benar, maka anak akan
tumbuh menjadi pribadi yang dewasa serta bijaksana dalam menyikapi dorongan seksual
tersebut.