Anda di halaman 1dari 2

5 Tahap Perkembangan Menurut Sigmund Freud

1. Tahap oral (0-1 tahun)


Pada tahap ini, anak mendapatkan kepuasannya melalui mulut. Oleh karena itu, mereka sering
kali merasa senang memasukkan segala hal ke dalam mulutnya, termasuk ketika sedang
menyusu pada sang ibu.

Menurut Freud, jika seorang anak berusia 3 tahun masih sering mengedot atau mengisap
jempolnya, maka anak tersebut boleh jadi mengalami fiksasi pada tahap oral.

2. Tahap anal (1-3 tahun)


Pada tahap ini, bagian tubuh sensitif anak adalah wilayah anal atau anus. Anak-anak jadi
semakin sadar mengenai sensasi menyenangkan yang hadir ketika memainkan daerah analnya
sendiri. Mereka senang berlama-lama dalam kegiatan buang air, memegang serta membaui feses
sendiri, dan lain sebagainya.

Untuk itulah bantuan dan arahan orangtua pada tahap ini sangat dibutuhkan, demi memberikan
pemahaman kepada anak, tentang cara yang tepat mengendalikan kesenangan tersebut.

Menurut Freud, tahap ini merupakan masa yang tepat pula untuk melatih toilet training pada
anak. Orangtua bisa mengajarkan, bahwa feses yang berasal dari dalam diri merupakan hal yang
kotor dan penuh bakteri. Jadi, tidak boleh dipegang secara sembarangan dan harus dibuang
sebagaimana mestinya.

3. Tahap falik (3-6 tahun)


Pada tahap ini, anak-anak mulai tertarik pada organ vitalnya. Di tahap ini, Freud memberikan
istilah Oedipus Complex pada laki-laki dan Electra Complex pada perempuan sebagai tantangan
yang akan dihadapi oleh anak-anak.

Anak-anak mulai tertarik pada orangtuanya dengan jenis kelamin yang berbeda, seperti anak
laki-laki yang menyukai ibunya atau anak perempuan kepada ayahnya. Mereka juga mulai
merasakan kecemburuan terhadap orangtuanya dengan jenis kelamin yang sama, misalnya anak
laki-laki cemburu kepada ayahnya atau anak perempuan yang cemburu pada sang ibu.

Untuk menghindari hukuman, mereka akhirnya mengikuti gaya dan karakteristik orangtuanya,
hingga akhirnya superego dalam diri mereka meningkat. Hal tersebut mengakibatkan mereka
mulai menyadari tentang norma dan aturan sosial yang berlaku.

4. Tahap latensi (5-masa pubertas)


Pada tahap ini, pemahaman anak tentang aturan dan norma sosial yang berlaku berkembang
semakin kuat. Mereka akhirnya memendam ketertarikan seksualnya yang menggebu-gebu di
tahap sebelumnya, lalu berusaha mengembangkan kemampuan sosial dan intelektualnya.

Ketertarikan dan dorongan seksual dalam diri berusaha untuk disublimasi menjadi sebuah
kegiatan yang dapat diterima di lingkungan sosial.

5. Tahap genital (setelah masa pubertas)


Seiring waktu berlalu, ketika anak telah bertumbuh menjadi lebih besar dan dewasa, ketertarikan
seksualnya akhirnya muncul kembali. Namun, hal ini bukan lagi ditujukan kepada orang-orang
di dalam keluarga, tapi orang-orang di luar keluarganya.

Anak-anak mulai belajar tentang identitas diri dan kaitannya dengan peran seksual serta
hubungan sosial yang lebih intim dengan orang lain. Ketika tahap-tahap sebelumnya dapat
dilalui dengan baik serta mendapatkan arahan dan pendampingan yang benar, maka anak akan
tumbuh menjadi pribadi yang dewasa serta bijaksana dalam menyikapi dorongan seksual
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai