Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

EKONOMI MIKRO
Permintaan Dan Penawaran Komoditas Tanaman Industri
Kelapa Sawit

Disusun Oleh:
Roiman
NIM:16612011054

UNIVERSITAS ANTAKUSUMA
PANGKALANBUN
2016

0
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelapa sawit adalah salah satu komoditi yang diharapkan mampu
memberikan kontribusinya dalam perekonomian yang berasal dari sub-sektor
perkebunan. Kelapa sawit merupakan komoditi penting dalam mendorong
perekonomian Indonesia dan Sumatera Utara, sebagai penghasil devisa negara
kelapa sawit merupakan salah satu komoditi yang memberikan sumbangan yang
sangat berarti dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Kelapa sawit sebagai
tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu primadona
tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi
Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak sawit dalam perdagangan minyak
nabati dunia telah mendorong Pemerintah Indonesia untuk memacu
pengembangan ekspor minyak kelapa sawit. Minyak kelapa sawit mempunyai
peran yang cukup strategis dalam perekonomian Indonesia. Minyak kelapa sawit
merupakan bahan baku utama minyak goreng, pasokan yang kontinyu ikut
menjaga kestabilan harga minyak goreng. Kestabiian harga minyak goreng
penting sebab minyak goreng merupakan salah satu dari 9 bahan pokok kebutuhan
masyarakat sehingga harganya harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
Kelapa sawit juga merupakan komoditi pertanian andalan.
Pada tahun 1996, Pemerintahan Orde Baru merencanakan untuk
mengalahkan Malaysia sebagai eksportir minyak sawit terbesar di dunia dengan
cara menambah luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia dua kali lipat,
yaitu menjadi 5,5 juta hektar pada tahun 2000. Separuh dari luas perkebunan
kelapa sawit ini dialokasikan untuk perusahaan perkebunan swasta asing.
Pengembangan perkebunan kelapa sawit kebanyakan dibangun di Kalimantan,
Sumatera, Sulawesi dan Irian Jaya. Pertambahan luas areal perkebunan kelapa
sawit ini, pada awalnya (sebelum krisis ekonomi) diharapkan produksi minyak
sawit Indonesia meningkat menjadi 7.2 juta ton pada tahun 2000 dan 10.6 juta ton
pada tahun 2005. Komoditi kelapa sawit dengan produk primer Minyak Sawit
Kasar (Crude Palem Oil/CPO) dan Minyak Inti Sawit (Kernel Palm Oil/KPO)

1
berperan signifikan terhadap perekonomian nasional, kontribusi perolehan Produk
Domestik Bruto (PDRB) mencapai sekitar 20 triliun rupiah setiap tahun dan
cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu komoditi kelapa sawit
menyumbang lapangan kerja yang tidak sedikit, serta berperan penting dalam
mendorong pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru di wilayah-wilayah
pengembangan.
Saat ini total kebutuhan dunia disuplai oleh Indonesia sekitar 5 juta ton per
tahun. Pada tahun 1968 luas kebun kelapa sawit semakin bertambah besar. Sampai
dengan akhir tahun 1968 luas areal kelapa sawit mencapai 119.600 hektar. Pada
tahun 1978 luas berkembang menjadi 250.116 hektar. Kemudian, sejak tahun
1979 hingga tahun 1997 laju pertambahan areal kelapa sawit mencapai rata-rata
150,000 hektar per tahun. Saat ini, total luas areal sawit di Indonesia telah jauh
berkembang hingga lebih dari tiga juta hektar. Hal itu, tentu saja mempengaruhi
tingkat produksi yang terus berkembang. Periode tahun 1979 hingga tahun 1991
laju produksi rata-rata per tahun mencapai sekitar 230.000 ton. Sementara itu, laju
pertumbuhan periode tahun 1992 hingga 1997 meningkat hingga 420.000 ton per
tahun. Pada masa itu produksi sawit Indonesia mencapai lebih dari 5 juta ton per
tahun.

1.2 Tujuan
Agar mahasiswa dapat memahami dari materi permintaan dan penawaran.
Agar mahasiswa mengetahui mekanisme permintaan dan penawaran
kelapa sawit.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekonomi Pertanian


Ekonomi pertanian terdiri dari kata ekonomi dan pertanian. Banyak definisi dari
ekonomi dan pertanian pada buku-buku. Namun secara singkat dapat diberikan
pengertiannya sebagai berikut:
Ekonomi adalah ilmu yang menjelaskan hubungan manusia dengan
kebu- tuhannya, baik dengan manusia atau dengan non-manusia.
Sosial adalah hubungan manusia dengan manusia, tidak boleh hubungan
antara manusia dengan materi (non-manusia)
Pertanian adalah salah satu cabang produksi biologis.
Jadi ekonomi pertanian adalah bagian ilmu pertanian yang
menjelaskan fenomena pertanian dari sudut ekonomi, atau bagian dari
ilmu ekonomi yang diterapkan pada sektor pertanian. (Ari, 1989)

2.2 Peran Ekonomi Pertanian


Aplikasi ilmu ekonomi di sektor pertanian dalam kompleksitas
perekonomian pasar tentunya melibatkan beragam aktivitas baik di level mikro
maupun makro ekonomi. Pada level mikro pakar ekonomi produksi pertanian
umumnya memberikan kontribusi dengan meneliti permintaan input dan respon
suplai. Bidang kajian pakar pemasaran pertanian terfokus pada rantai pemasaran
bahan pangan dan serat dan penetapan harga pada masing-masing tahap. Pakar
pembiayaan ekonomi pertanian mempelajari isu-isu yang erat kaitannya dengan
pembiayaan bisnis dan suplai modal pada perusahaan agrobisnis. Sedangkan
pakar ekonomi sumberdaya pertanian berperan pada bidang kajian tentang
pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya alam. Pakar ekonomi lainnya
mempelajari penyusunan program pemerintah atas suatu komoditi dan dampak
penetapan kebijakan pemerintah baik terhadap konsumen maupun produsen
produk pertanian.
Pada level makro minat para pakar terarah pada bagaimana agribisnis dan
sektor pertanian pada umumnya mempengaruhi perekonomian domestik dan

3
dunia. Selain itu juga dipelajari bagaimana kejadian-kejadian khusus atau
penetapan kebijakan tertentu di pasar uang dapat mempengaruhi fluktuasi harga
bahan pangan dan serat alam. Untuk kepentingan ini, biasanya ekonom
menggunakan pendekatan formulasi model berbasis analisis komputerisasi.
(Boediono, 1989)

2.3 Permintaan (Demand)


Permintan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar
tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam
periode tertentu.
Hukum Permintaan (the low of demand)
Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan:
Hubungan antara barang yang diminta dengan harga barang tersebut dimana
hubungan berbanding terbalik yaitu ketika harga meningkat atau naik maka
jumlah barang yang diminta akan menurun dan sebaliknya apabila harga turun
jumlah barang meningkat. (Sukirno,1997).
Kurva Permintaan
Kurva Permintaan dapat didefinisikan sebagai :
Suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan antara harga suatu barang
tertentu dengan jumlah barang tersebut yang diminta para pembeli. Kurva
permintaan berbagai jenis barang pada umumnya menurun dari kiri ke kanan
bawah. Kurva yang demikian disebabkan oleh sifat hubungan antara harga dan
jumlah yang diminta yang mempunyai sifat hubungan terbalik. (Sukirno,1997).
Teori Permintaan
Dapat dinyatakan :
Perbandingan lurus antara permintaan terhadap harganya yaitu apabila
permintaan naik, maka harga relatif akan naik, sebaliknya bila permintaan turun,
maka harga relatif akan turun. Gerakan sepanjang dan perubahan kurva
permintaan. (Sukirno,1997).
Gerakan sepanjang kurva permintaan
Perubahan sepanjang kurva permintaan berlaku apabila harga barang yang diminta
menjadi makin tinggi atau makin menurun. Pergeseran kurva permintaan Kurva

4
permintaan akan bergerak kekanan atau kekiri apabila terdapat perubahan
perubahan terhadap permintaan yang ditimbulkan oleh faktorfaktor bukan harga,
sekiranya harga baranglain, pendapatan para pembeli dan berbagai faktor bukan
harga lainnya mengalami perubahan, maka perubahan itu akan menyebabkan
kurva permintaan akan pindah ke kanan atau ke kiri. (Sukirno,1997).

EX:

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan diantaranya:


1. Harga barang tersebut
2. Harga barang lain
3. Pendapatan
4. Populasi
5. Selera
6. Dan lain-lain
(Sukirno,1997).

5
(Sukirno,1997).
2.4 Penawaran (Supply)
Penawaran adalah banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada suatu
pasar tertentu, pada periode tertentu, dan pada tingkat harga tertentu. (Ari, 1989).
Hukum Penawaran
Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa :
Semakin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan
ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang,
semakin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan. (Ari, 1989).
Teori Penawaran
Yaitu teori yang menerangkan sifat penjual dalam menawarkan barang yang akan
dijual. Gerakan sepanjang dan pergeseran kurva penawaran. Perubahan dalam
jumlah yang ditawarkan dapat berlaku sebagai akibat dari pergeseran kurva
penawaran (Ari, 1989).
Kurva Penawaran
Kurva penawaran dapat didefinisikan sebagai :
Yaitu suatu kurva yang menunjukkan hubungan diantara harga suatu barang
tertentu dengan jumlah barang tersebut yang ditawarkan. (Ari, 1989).

6
Kalau penawaran bertambah diakibatkan oleh faktor-faktor di luar harga,
maka supply bergeser ke kiri atas.
Kalau berkurang kurva supply bergeser ke kiri atas
Terbentuknya harga pasar ditentukan oleh mekanisme pasar. (Ari, 1989).
.EX:

(Ari, 1989).

Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran diantaranya:


1. Harga barang tersebut
2. Harga barang lain
3. Harga Input
4. Teknologi
5. Tujuan Produsen
6. Dan lain-lain
(Ari, 1989).

7
(Ari, 1989).

(Ari, 1989).

8
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Permintaan dan Penawaran Kelapa Sawit


Indonesia adalah produsen dan eksportir terbesar minyak sawit di dunia
karena berhasil menguasai 46% pangsa pasar minyak sawit dunia. Sebagian besar
dari produksinya diekspor. Sehingga, memperkirakan elastisitas harga dan
elastisitas pendapatan dari permintaan untuk ekspor minyak sawit Indonesia
sangat penting. Pajak ekspor adalah salah satu dari kebijakan yang diterapkan oleh
Indonesia untuk minyak sawit agar mengendalikan harga minyak goreng local.
Untuk kebijakan domestic dapat diterapkan dalam berbagai bentuk seperti subsidi
produksi, program insentif pada penelitian diferensiasi produk (produk bernilai
tambah), dan meningkatkan standar kualitas untuk ekspor minyak sawit
Indonesia. Di masa yang akan datang, terdapat kebutuhan untuk menganalisis
elastisitas harga dan elastisitas pendapatan dari produk-produk yang
menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku, terfokus pada sektor-sektor yang
berlainan (perbedaan antara CPO dan minyak sawit murni) pada kasus-kasus
negara pengimpor yang lebih spesifik dan menganalisa dalam penawaran ekspor
dan model-model yang simultan.
Setiap perekonomian tidak selalu mencapai tingkat yang tinggi.
Adakalanya ia mengalami resesi dan kemunduran dan adakalanya tenaga kerja
dan barang-barang modal hampir sepenuhnya digunakan (berarti kegiatan
ekonomi Negara mencapai tingkat kegiatan yang sangat tinggi). Perubahan tingkat
kegiatan ekonomi ini akan mempengaruhi permintaan terhadap barang-barang dan
jasa-jasa, termasuk terhadap hasil-hasil pertanian. Perubahan permintaan yang
disebabkan oleh naik turunnya kegiatan ekonomi ini akan menimbulkan
perubahan harga. Akan tetapi sifat perubahan harga ini adalah berbeda untuk
berbagai jenis barang. Barang-barang pertanian cenderung mengalami perubahan
harga yang lebih besar daripada harga barang-barang industri. Sifat perubahan
yang seperti itu disebabkan karena penawaran terhadap barang-barang pertanian,
seperti juga dengan sifat permintaannya, adalah tidak elastis. (Gustone,2009)

9
Ada beberaapa faktor yang menyebabkan penawaran terhadap barang
pertanian bersifat tidak elastis:
Barang-barang pertanian dihasilkan secara bermusim. Kita lihat saja
sebagai contoh masa menanam padi. Ia selalu dilakukan dalambulan-bulan
tertentu dan dari tahun ke tahun kebiasaan ini tidak akan berubah
walaupun terjadi perubahan harga yang cukup besar.
Kapasitas memproduksi sector pertanian cenderung untuk mencapai
tingkat yang tinggi dan tidak terpengaruh oleh perubahan permintaan.
Petani cenderung untuk secara maksimal menggunakan tanah yang
dimilikinya. Pada waktu harga turun mereka akan bekerja giat dan
berusaha mencapai produksi yang tinggi agar pendapatan mereka tidak
dapat menaikan produksi karena kapasitas produksi mereka (dalam jangka
pendek) telah mencapai tingkat maksimal.
Beberapa jenis tanaman memerlukan waktu bertahun-tahun sebelum
hasilnya dapat diperoleh. Tanaman seperti ini antara lain adalah tanaman
buah-buahan dan bahan-bahan mentah pertanian seperti minyak kelapa
sawit dan karet.
Penawaran barang pertanian yang sukar berubah tersebut, yang diikuti
pula oleh ketidakelasitan permintaannya, dapat menyebabkan perubahan
harga yang sangat besar apabila berlaku perubahan permintaan. Hal ini
dapat dengan jelas ditunjukan secara grafik, yaitu yang seperti
digambarkan dalam gambar OP.
(Mielke, 2010)

(Mielke, 2010)

10
Di dalam gambar tersebut dibandingkan akibat perubahan permintaan
terhadap harga barang pertanian dan barang-barang industri. Gambar OP (i)
menunjukan keadaan permintaan dan penawaran barang pertanian, dan gambar
OP (ii) menunjukan permintaan dan penawaran barang industri.Misalkan, pada
mulanya permintaan dan penawaran terhadap barang pertanian berturut-turut
ditunjukan oleh kurva Dp dan Sp. Sesuai dengan sifat permintaan dan penawaran
barang pertanian, yaitu keduanya bersifat tidak elastis, kurva Dp dan Sp adalah
tidak elastis. Keseimbangan adalah di Ep dan berarti harga adalah P dan jumlah
barang yang diperjualbelikan adalah Q. Selanjutnya dimisalkan, oleh karena
beberapa faktor tertentu, perekonomian mengalami resesi kemunduran ekonomi
ini menyebabkan permintaan keatas barang pertanian pindah dari menjadi dp..
Karena penawaran tidak mengalami perubahan maka keseimbangan yang bari
dicapai di titik ep.. Dengan demikian harga barang pertanian telah merosot
menjadi P1 dan jumlah barang yang diperjualbelikan turun menjadi Q1.
Seterusnya perhatikanlah keadaan permintaan dan penawaran terhadap
barang industri. Pada mulanya dimisalkan, permintaan dan penawarannya
berturut-turut adalah Di dan Si. Berdasarkan pemisalan ini pada mulanya
keseimbangan dicapai di titik Ei. Sesuai dengan sifat permintaan dan penawaran
barang industri maka kedua kurva tersebut adalah relatif lebih elastis. Apabila
berlaku kemerosotan ekonomi, perubahan permintaan ke atas barang industri telah
memindahkan kurva dari Di menjadi di . Maka keseimbangan yang baru adalah
adalah pada ei , yang berarti harga telah turun ke Pi dan jumlah barang yang
diperjualbelikan berkurang menjadi Qi.
Jelas kelihatan bahwa PP1 dalam grafik (i) adalah jauh lebih besar
daripada PPi dalam grafik (ii) (walaupun digambarkan bahwa perubahan
permintaan terhadap barang industri adalah kira-kira sama besar dengan
perubahan terhadap barang pertanian). Ini membuktikan bahwa perubahan
permintaan menimbulkan perubahan harga yang lebih besar terhadap harga barang
pertanian daripada terhadap harga barang industri.

11
Untuk melihat bagaimana elastisitas permintaan dapat mempengaruhi
insiden pajak akan dimisalkan bahwa penawaran adalah sama sifatnya pada kedua
keadaan yang dibandingkan. Dengan pemisalan ini selanjutnya akan dibandingkan
keadaan di mana permintaan adalah elastis dengan permintaan adalah tidak elastis.
Keadaan seperti itu ditunjukan dalam Gambar XX, yaitu bagian (i)
menggambarkan insiden pajak apabila permintaan elastis di bagian (ii)
menggambarkan keadaan apabila permintaan tidak elastis. Coba perhatikan
keadaan itu secara satu demi satu. (Pahan,2007).

(Pahan,2007)
Kasus Permintaan Elastis
Dalam Gambar XX (i) dimisalkan sebelum adanya pajak penjualan, kurva
permintaan dan penawaran berturut-turut adalah DD dan SS. Maka keseimbangan
adalah pada titik E dan keseimbangan ini menunjukan bahwa harga adalah P dan
jumlah barang yang diperjualbelikan adalah Q. Kemudian misalkan pemerintah
mengenakan pajak penjualan sebanyak T. Akibatnya pajak penjualan ini kurva
penawaran akan berubah dai SS menjadi SiSi yang selanjutnya mengakibatkan
perubahan keseimbangan dari E kepada E1. Dapat dilihat bahwa harga naik
menjadi P1 dan jumlah barang yang diperjualbelikan hanya mencapai jumalh Q1.

12
Kalau dibandingkan harga sebelum adanya pajak penjualan dan harga sesudah
pajak tersebut dikenakan, uraian di atas menunjukan bahwa harga naik sebanyak
PP1 dan selebihnya yaitu (T-PP1)=PA ditanggung oleh penjual. (Pahan,2007)
Kasus Permitaan Tidak Elastis
Dalam Gambar XX (ii) dimisalkan sebelum pemerintahan memungit pajak
penjualan, permintaan dan penawaran adalah DD dan SS. Kurva penawaran SS
Gambar XX (ii) adalah sama dengan kurva penawaran Gambar XX (i). Akan
tetapi kurva permintaan D1D1 lebih tidak elastis darpada kurva permintaan DD.
Berdasarkan pemisalan yang dibuat keseimbangan pemulaan adalah pada titik E,
yaitu pada harga P dan jumlah barang yang diperjualbelikan adalah Q. Seperti
dakan Gambar XX (i), dimisalkan pemerintah mengenakan pajak penjualan
sebesar T dan akibatnya kurva penawaran begeser dari SS menjadi S1S1 serta
keseimbangan dari menjadi E1.
Keadaan keseimbangan yang baru menunjukan harga telah naik menjadi
P1 dan jumlah barang yang dipejualbelikan turun menjadi Q1. Gambar XX (ii)
menunjukan oajak penjualan dibayar konsumen adalah PP1 dan produsen
membayar sebanyak PA. Dalam grafik jelas terlibat P1P > PA, yang berarti beban
pajak yang ditanggung konsumen adalah lebih besar dari yang ditanggung
produsen. Dengan demikian minyak sawit adalah produk inelastis, hal ini dapat
dijelaskan karena minyak sawit selama ini merupakan barang komoditas yang
sebagian besar diolah lebih lanjut sebagai bahan pangan.

(Mielke, 2010)

13
Secara teoritis pengaruh peningkatan pajak ekspor terhadap minyak
goreng sawit domestik disajikan pada Gambar 1.

(Gustone,2009)
Pengenaan pajak ekspor CPO akan menggeser kurva penawaran ekspor
dari Se1 menjadi Se. Harga ekspor akan naik, sedangkan harga di pasar domestik
akan turun (Gambar 1a). Volume CPO dalam negeri akan meningkat dari dari OQ 2
menjadi OQ (Gambar 1b dan c), volume ekspor CPO Indonesia menurun dari AB
menjadi CD (Gambar 1b). Dengan meningkatnya ketersediaan CPO sebagai input
bagi industri minyak goreng maka penawaran minyak goreng sawit domestik
meningkat dari QCPOt MG ke QMGt (Gambar 1d) Pergeseran kurva penawaran
minyak goreng tersebut akan mengakibatkan harga minyak goreng turun (Gambar
1e). Jika pajak ekspor CPO naik, maka harga ekspor akan naik dan volume
ekspor CPO akan turun, dan harga CPO domestik akan turun dan jumlah

14
permintaan CPO akan meningkat. Peningkatan CPO berpengaruh positif terhadap
penawaran minyak goreng dan menurunkan harga minyak goreng.

(Gustone,2009)
Grafik di atas menggambarkan kondisi demand dan supply pasar minyak
goreng domestik. Karena minyak goreng merupakan salah satu bahan pokok bagi
masyarakat, maka kurva demand-nya inelastis. Sementara itu, karena minyak
goreng berasal dari kelapa sawit, yang mana membutuhkan waktu untuk panen,
maka dalam jangka pendek, kurva supply juga inelastis. Sebelum ada pajak,
keseimbangan pada pasar minyak goreng akan terjadi pada titik E. Lalu, ketika
pemerintah menetapkan pajak sebesar T pada produsen, kurva supply akan
bergeser dari S1 menjadi S2. Akibat pergeseran kurva supply, tercipta
keseimbangan baru di E, dengan tingkat harga yang lebih tinggi dan jumlah
barang yang lebih rendah.

15
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Permintan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar
tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan
dalam periode tertentu.
Penawaran adalah banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada
suatu pasar tertentu, pada periode tertentu, dan pada tingkat harga tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan diantaranya:
1. Harga barang tersebut
2. Harga barang lain
3. Pendapatan
4. Populasi
5. Selera
6. Dan lain-lain
Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran diantaranya:
1. Harga barang tersebut
2. Harga barang lain
3. Harga Input
4. Teknologi
5. Tujuan Produsen
6. Dan lain-lain
Dapat disimpulkan bahwa dengan demikian minyak sawit adalah produk
inelastis, hal ini dapat dijelaskan karena minyak sawit selama ini
merupakan barang komoditas yang sebagian besar diolah lebih lanjut
sebagai bahan pangan.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa_sawit

https://ardra.biz/ekonomi/.../teori-hukum-dan-kurva-penawaran

http://mediatani.com/ekonomi-pertanian

http://sawitsawitsaw.blogspot.co.id/2015/05/memasarkan-produk-kelapa-

sawit.html

www.indonesia-investments.com

17

Anda mungkin juga menyukai