Anda di halaman 1dari 15

Kekuatan Pasar: Permintaan dan Penawaran

Harga Cabai Melambung, Penjual Makanan Menjerit

Dosen Pengampu:
Hendy Mustiko Aji, BIBM (Hons.), S.E., M.Sc

Disusun Oleh:
Wahyu Ramadhani (17311058)
Fikri Haykal Sodiq (20311175)
Khoirunnisa Salsabila (20311195)
Yuan Vico Artika (20311327)
Muhammad Faizal Ardhian (20311341)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillah, Segala puji hanya milik Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat
dan hidayah -Nya kepada kita semua, Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman. Atas
kelimpahan-nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kekuatan Pasar:
Permintaan dan Penawaran ” dengan kasus “Kenaikan Harga Cabai di Pasaran Indonesia”.

Adapun Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata
kuliah “Ekonomi Pengantar ” dengan dosen Hendy Mustiko Aji, BIBM (Hons.), S.E., M.Sc.
Selain itu, makalah ini juga dibuat dengan tujuan untuk menambah wawasan tentang “Kekuatan
Pasar: Permintaan dan Penawaran” bagi para pembaca dan penulis.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum baik dan masih jauh dari kata
kesempurnaan. Sehingga kami meminta kritik dan saran dari para pembaca agar penulisan
selanjutnya bisa lebih baik lagi. Kami juga mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil
manfaatnya dan dapat dijadikan inspirasi bagi para pembaca.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Yogyakarta, 19 Maret 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Produk hortikultura merupakan salah satu produk yang banyak diminati oleh masyarakat
Indonesia, terutama cabai rawit. Hal ini disebabkan karena cabai merupakan kebutuhan sehari-
hari dalam konsumsi rumah tangga maupun dalam sektor kuliner. Cabai rawit mempunyai
prospek cerah sebagai komoditas pertanian karena mempunyai nilai ekonomis tinggi karena
salah satu pemanfaatannya sebagai bahan baku industri yang dibutuhkan setiap saat sebagai
bumbu masak, selain itu cabai juga berpeluang sebagai komoditi ekspor.

Namun seringkali komoditas cabai rawit sering melonjak drastis. Kondisi ini misalnya
terjadi pada saat hari-hari besar keagamaan, dampak ditimbulkan yaitu kenaikan harga cukup
tajam. Selain itu, kenaikan harga juga dapat disebabkan oleh kondisi iklim tidak menentu
menyebabkan produksi menurun. Walaupun secara kuantitas cabai rawit pada konsumen rumah
tangga tidak dikonsumsi dalam jumlah besar, cabai rawit sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
Harga stabil cabai rawit merupakan harapan bagi masyarakat. Cabai rawit merupakan salah satu
bahan pangan harganya sangat berfluktuasi. Apabila harga cabai rawit melonjak maka
berdampak pada daya beli masyarakat yang kemudian akan menimbulkan keresahan dalam
masyarakat sendiri.

Permintaan terhadap cabai rawit untuk kebutuhan sehari-hari dapat berfluktuasi yang
disebabkan karena naik turunnya harga cabai yang terjadi di pasaran. Fluktuasi harga terjadi di
pasar eceran bisa disebabkan oleh faktor-faktor mempengaruhi sisi permintaan yang tinggi dari
masyarakat, juga disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan harga cabai rawit
dari sisi penawaran. Dari sisi penawaran menunjukkan bahwa proses penyediaan cabai rawit
belum sepenuhnya dikuasai para petani. Faktor utama menjadi penyebab adalah bahwa petani
cabai rawit adalah petani kecil proses pengambilan keputusan produksinya diduga tidak
ditangani dan ditunjang dengan suatu peramalan produksi dan harga. Kenaikan harga cabai juga
sangat tergantung pada musim panen dan musim tanam serta pengaruh iklim dan cuaca sehingga
dapat menimbulkan kelangkaan akan cabai tersebut.
Penawaran harga cabai rawit yang sangat tinggi menyebabkan masyarakat enggan untuk
membeli cabai di pasaran. Keadaan ini diakibatkan tidak seimbangnya supply-demand, dimana
ketidakseimbangan supply-demand tersebut dapat disebabkan oleh beberapa perubahan seperti
perubahan teknologi produksi, pertumbuhan populasi atau jumlah konsumen, perubahan tingkat
pendapatan perkapita dan juga musim.

Disamping itu, kenaikan harga juga berkaitan dengan kegiatan pemasaran. Bila
dibandingkan dengan harga di daerah konsumen, harga cabai di daerah produsen lebih rendah.
Beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya faktor angkutan, rendahnya daya tahan cabai,
dan daya beli masyarakat rendah (Manado & Tangkere, 2016).

1.2 Rumusan masalah

Kenaikan harga cabai yang terjadi di pasaran pada bulan Maret ini. Harga cabai dulu
yang normalnya berkisar Rp 40.000 – 60.000 per kilogram, sekarang naik dua kali lipat, sampai
Rp 130.000-140.000 per kilogram Alasan yang melatarbelakangi mengapa harga cabai ini bisa
naik begitu drastis adalah cuaca yang tidak menentu sehingga menyebabkan stok cabai rawit
yang begitu sedikit. Baik para pedagang maupun pembeli banyak mengeluhkan dari kenaikan
harga cabai rawit di pasaran. Untuk itulah berdasarkan latar belakang masalah yang diutarakan
tersebut, maka kami merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Pengaruh kenaikan harga cabai terhadap kegiatan perekonomian, baik kepada penjual
maupun pembeli.

2. Bagaimana peran pemerintah dalam menstabilkan harga cabai rawit

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian kami adalah bagaimana
dampak dari tingginya penawaran dan rendahnya permintaan cabai di pasaran. Serta, cara
pemerintah dalam menanggulangi hal tersebut.
1.4 Manfaat penelitian

1. Bagi pemerintah, hasil penulisan makalah ini diharapkan bisa menjadi referensi
pemerintah dalam menentukan kebijakan dalam sektor ekonomi khususnya kebutuhan pasar
dan menentukan kebijakan dalam sektor pertanian

2. Bagi pengusaha, hasil penulisan makalah ini memberikan masukan dan sebagai bahan
pertimbangan dalam untuk mengurangi resiko kerugian yang timbul ketika adanya kenaikan
pada cabai

3. Bagi pembaca, hasil penulisan makalah ini dapat digunakan sebagai referensi ketika ingin
mencoba membuka usaha yang berkaitan dengan bahan baku cabai
BAB II

TEORI

1. Pasar
Menurut Mankiw (2007) pasar adalah sekumpulan pembeli dan penjual dari
sebuah barang atau jasa tertentu. Para pembeli sebagai sebuah kelompok yang
menentukan permintaan terhadap produk dan para penjual sebagai kelompok yang
menentukan penawaran terhadap produk (Zayinul Fata, 2010)
Adapun fungsi pasar ada tiga macam, yaitu (Sukirni, 2000 dalam Zayinul Fata, 2010)
1. Fungsi Distribusi Dalam kegiatan distribusi, pasar berfungsi mendekatkan jarak
antara konsumen dengan produsen dalam melaksanakan transaksi. Pasar memiliki
fungsi distribusi menyalurkan barang-barang hasil produksi kepada konsumen.
Melalui transaksi jual beli, produsen dapat memasarkan barang hasil produksinya
baik secara langsung maupun tidak langsung kepada konsumen atau kepada
pedagang perantara lainnya.
2. Fungsi Pembentukan Harga Sebelum terjadi transaksi jual beli terlebih dahulu
dilakukan tawar menawar, sehingga diperoleh kesepakatan harga antara penjual
dan pembeli. Dalam proses tawar menawar itulah keinginan kedua belah pihak
(antara pembeli dan penjual) digabungkan untuk menentukan kesepakatan harga,
atau disebut harga pasar.
3. Fungsi Promosi Pasar merupakan sarana paling tepat untuk ajang promosi,
karena di pasar banyak dikunjungi para pembeli. Pelaksanaan promosi dapat
dilakukan dengan berbagai cara, misalnya memasang spanduk, membagikan
brosur penawaran, membagikan sampel atau contoh produk kepada calon
pembeli, dan sebagainya
Kekuatan pasar (market power) adalah kemampuan perusahaan untuk
mempengaruhi harga produknya di pasar. Kekuatan pasar memungkinkan perusahaan
untuk menetapkan harga yang lebih tinggi daripada harga ekuilibrium di pasar kompetitif.
Perusahaan yang memiliki kekuatan pasar kita sebut sebagai pembuat harga (price
maker). Sedangkan, mereka yang tidak memilikinya kita sebut sebagai pengambil harga
(price taker). Selanjutnya, kekuatan pasar juga terkait dengan struktur pasar dimana
perusahaan beroperasi. Itu hadir di pasar persaingan tidak sempurna seperti oligopoli dan
monopoli. Sebaliknya, di pasar persaingan sempurna, perusahaan tidak memiliki
kekuatan harga dan hanya bertindak sebagai price taker. Mereka menggunakan harga
pasar sebagai harga jual produknya. Dan, itu sama dengan biaya marginal. Jadi, jika
perusahaan memiliki kekuatan pasar, mereka dapat menetapkan harga diatas biaya
marginal. Semakin tinggi selisih harga jual dengan biaya marginal, semakin tinggi
profitabilitas mereka.
2. Permintaan
Menurut Sugiarto (2002), pengertian permintaan dapat diartikan sebagai jumlah
barang atau jasa yang diminta oleh pasar. Hal ini berasal dari asumsi bahwa setiap
manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka terciptanya permintaan
barang pemenuh kebutuhan manusia. Tetapi, apabila ditinjau dari sisi ilmu ekonomi,
permintaan itu sendiri didefinisikan sebagai sebuah fungsi yang menunjukkan kepada
skedul tingkat pembelian yang direncanakan. Menurut Prathama Rahardja (2015),
permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat
harga selama periode waktu tertentu. Dengan kata lain, permintaan baru bisa terjadi pada
saat konsumen memiliki kebutuhan akan barang tersebut dan juga memiliki daya beli
untuk mendapatkan produk tersebut. Permintaan yang didukung oleh kekuatan daya beli
dikenal dengan istilah permintaan efektif, sedangkan permintaan yang hanya didasarkan
atas kebutuhan saja disebut dengan permintaan potensial. Daya beli konsumen itu sendiri
disokong oleh dua faktor mendasar, yakni pendapatan sang konsumen dan juga harga
produk yang dikehendaki.
Kuantitas yang diminta untuk suatu barang adalah jumlah barang yang bersedia
dan mampu dibeli oleh pembeli. Seperti yang akan kita lihat, banyak hal menentukan
kuantitas yang diminta dari suatu barang, tetapi dalam analisis kita tentang bagaimana
pasar bekerja, satu faktor penentu memainkan peran sentral harga barang. Dengan
menganggap faktor-faktor lain bersifat tetap (ceteris paribus) hukum permintaan
menyatakan bahwa: ketika harga suatu barang/jasa mengalami penurunan, maka jumlah
permintaan barang/jasa tersebut akan naik, dan sebaliknya ketika harga barang/jasa
meningkat, maka jumlah barang/jasa yang diminta akan berkurang. Kurva permintaan
menunjukkan bagaimana kuantitas barang yang diminta tergantung pada harga. Menurut
hukum permintaan, saat harga barang turun, jumlah yang diminta naik. Oleh karena itu,
kurva permintaan miring ke bawah
Menurut Rahardja dan Manurung (2008), beberapa faktor yang mempengaruhi
permintaan barang yaitu:
● Harga barang itu sendiri. Sifat hubungan antara permintaan dan harga
dijelaskan dalam hukum permintaan. Hipotesis hukum permintaan
menyatakan bahwa semakin rendah harga suatu komoditas maka semakin
banyak jumlah komoditas tersebut yang diminta, sebaliknya semakin
tinggi harga suatu komoditi semakin sedikit komoditas tersebut diminta.
● Harga barang lain yang terkait. Keterkaitan dua macam barang dapat
bersifat substitusi ataupun komplemen. Menurut Djojodipuro (1991)
barang substitusi adalah barang yang memenuhi kebutuhan yang sama.
Biasanya barang substitusi tidak mutlak dapat menggantikan satu sama
lain, sehingga konsumen dapat memilih mana yang lebih cocok untuk
memenuhi kebutuhannya.

Fungsi Permintaan

Menurut Virgantari (2011), secara umum, fungsi permintaan menyatakan


hubungan jumlah yang diminta dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada tempat
dan waktu tertentu. Fungsi permintaan dapat diturunkan melalui dua cara, yang pertama
adalah memaksimumkan kepuasan dengan kendala jumlah anggaran dan harga barang.
Fungsi permintaan yang diturunkan dari prinsip ini disebut dengan fungsi permintaan
Marshallian. Fungsi ini pertama kali diperkenalkan oleh ekonom Inggris Alfred Marshal
pada tahun 1980 dan menganggap bahwa pendapatan konsumen konstan. Fungsi
permintaan lain dapat diturunkan dengan menerapkan teori dualitas, yaitu
meminimumkan biaya dan memaksimumkan output pada tingkat pengeluaran tetap.
Hukum Permintaan

Hukum permintaan adalah semakin tinggi harga suatu barang, semakin sedikit
jumlah barang yang diminta dan sebaliknya semakin rendah harga suatu barang makin
banyak jumlah barang yang diminta. Adanya kenaikan permintaan menyebabkan
kenaikan harga pada harga ekuilibrium maupun kuantitas ekuilibrium. Penurunan
permintaan akan menyebabkan penurunan harga ekuilibrium maupun kuantitas
ekuilibrium. Hukum permintaan pada hakikatnya menyatakan bahwa semakin rendah
harga suatu barang, semakin banyak permintaan atas barang tersebut. Sebaliknya semakin
tinggi harga suatu barang semakin sedikit permintaan atas barang tersebut (Firdaus,
2008).

3. Penawaran

Menurut Gregory Mankiw (2000) penawaran adalah kuantitas yang ditawarkan


berhubungan positif dengan harga barang. Kuantitas yang ditawarkan meningkat ketika
harga meningkat dan menurun ketika harga menurun. Hubungan antara harga dan
kuantitas yang ditawarkan ini dinamakan hukum penawaran (law of supply) dengan
menganggap hal lainnya sama, ketika harga barang meningkat,maka kuantitas barang
tersebut yang ditawarkan akan meningkat. Kuantitas yang ditawarkan suatu barang atau
jasa adalah jumlah yang bersedia dan mampu dijual oleh penjual.

Menurut T.Gilarso (2003) penawaran adalah jumlah dari suatu barang tertentu
yang mau dijual pada pelbagai kemungkinan harga selama jangka waktu tertentu,ceteris
paribus. Dari rumusan tersebut dapat dilihat bahwa pengertian penawaran menunjuk pada
hubungan fungsional antara jumlah yang mau dijual (Qs) dan harga per satuan (P).
Berapa jumlah barang yang ditawarkan atau mau dijual dipengaruhi oleh harga barang
bersangkutan.

Ada banyak faktor penentu kuantitas yang ditawarkan, tetapi sekali lagi, harga
memainkan peran khusus. Kurva penawaran menunjukkan bagaimana jumlah barang
yang ditawarkan bergantung pada harga. Menurut hukum penawaran, ketika harga barang
naik, jumlah yang ditawarkan naik. Oleh karena itu, kurva penawaran miring ke atas.
Selain harga, faktor penentu lain tentang seberapa banyak produsen ingin menjual
termasuk harga input, teknologi, ekspektasi, dan jumlah penjual. Jika salah satu dari
faktor ini berubah, kurva penawaran bergeser.

Faktor yang Mempengaruhi Penawaran

● Jumlah Produsen di Pasar. Jika jumlah produsen bertambah banyak, penawaran


total juga akan bertambah. Jika harga pasar turun karena persaingan antara
produsen tersebut, jumlah yang sama akan dijual juga pada harga yang lebih
rendah.
● Biaya yang Mempengaruhi produksi. Faktor-faktor produksi yang merupakan
input dalam proses produksi menentukan biaya produksi. Jika harga bahan baku
turun maka produsen dapat menjual lebih banyak pada tingkat harga yang sama,
dan atau dapat menghasilkan dan menjual jumlah yang sama pada harga yang
lebih rendah demikian sebaliknya.
● Harga barang itu sendiri. Bila harga barang yang ditawarkan meningkat maka
jumlah barang yang akan ditawarkan akan meningkat dan begitu juga sebaliknya.

Hukum Penawaran

Hukum penawaran adalah semakin tinggi harga suatu barang, makin banyak
jumlah barang yang ditawarkan oleh para penjual dan sebaliknya semakin rendah harga
suatu barang, semakin sedikit jumlah barang yang ditawarkan. Kenaikan harga
penawaran akan menyebabkan penurunan harga ekuilibrium dan menyebabkan kenaikan
kuantitas ekuilibrium. Penurunan penawaran menyebabkan kenaikan harga ekuilibrium
dan menyebabkan penurunan kuantitas ekuilibrium
BAB III
DISKUSI

Penelitian ini dilakukan secara sistematis melalui sumber internet dan media sosial
lainnya. Dari uraian hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya, maka
ditarik kesimpulan sebagai berikut. Pertama, harga cabai melambung tinggi, yang menyebabkan
para penjual makanan menjerit, sejumlah pengusaha warteg salah satunya memilih menutup
sementara akibat kenaikan harga cabai karena disebabkan kondisi para pedagang yang sudah
terpuruk karena diterpa pandemi covid-19. Kemudian, kondisi tersebut diperparah dengan
adanya lonjakan harga cabai yang menjadi salah satu bahan utama.

Kedua, sejumlah pedagang di Pasar Slipi, Jakarta Barat mulai mengurangi stok
mengeluhkan naiknya harga cabai rawit merah, imbasnya mereka terpaksa menurunkan stok
penjualan cabai sehari hari. Kalau dulu harga normal sekitar Rp 40.000 sampai Rp 60.000 (Per
kilogram) dan untuk saat ini naik dua kali lipat, sampai Rp 130.000 sampai Rp 140.000. Hal ini
menyebabkan Juniem salah satu pedagang cabai menjadi dilema karena bingung harus menjual
berapa kilo cabe dalam sehari, masalahnya untuk saat ini hanya berani membawa setengah
kilogram cabai saja dalam sehari, itu pun terkadang dalam sehari tidak habis. Kalau dulu bisa 5-
10 Kilogram per hari. Tidak hanya Juniem, Ira juga sebagai pedagang cabai merasakan dilema
mengenai stock cabai yang harus dijual, menurutnya setiap hari harga cabai rawit naik namun
jika tidak jualan juga tidak mungkin maka Ira hanya membawa stok yang sedikit saja yaitu
sebanyak 1 Kilogram.

Hal tersebut terlebih daya beli masyarakat telah turun dengan adanya pandemi covid-19
ini. Sejak itu para pedagang lainnya enggan menambah stok cabai merah agar tidak beresiko rugi
dalam pengeluaran, pembeli pun sedikit dikarenakan harga cabai sangat melonjak oleh karena itu
pedagang khawatir cabai merah tidak terjual sesuai target yang diinginkan. Karena menyetok
saja belum tentu habis dibeli oleh pembeli pembeli lainnya, para pedagang berharap segera ada
intervensi dari pemerintah akan lonjakan harga cabai merah selama beberapa hari terakhir ini.
Ketiga, sejumlah pengusaha rumah makan padang, mengeluh dikarenakan harga cabai
naik yang membuat pengusaha rumah makan padang tersebut menjadi rugi dan pembeli menjadi
sangat sepi terlebih yang biasanya harganya murah sekarang menjadi lebih mahal karena adanya
cabai merah yang harganya melonjak naik. Hal ini dirasakan oleh Syahrul pengusaha rumah
makan padang jaya bukittinggi yang berlokasi di Slipi Jakarta Barat, Syahrul merasakan dilema
karena enggan mengurangi jumlah cabai yang digunakan untuk menjaga cita rasa masakan tetapi
disamping itu juga merasakan kenaikan harga cabai yang luar biasa. Imbasnya para pengusaha
harus mengeluarkan modal yang lebih besar dari biasanya. Terlebih lagi daya beli masyarakat
juga sudah turun dari awal pandemic covid-19, sekarang dihantam naiknya cabai merah jadi
makin sulit. Omzet menjadi berkurang sekitar 20 persen. Sementara itu menurut Mukroni (Ketua
Komunitas Warteg Nusantara) ada beberapa warteg yang memilih untuk menutup warungnya,
mereka merasakan dilema karena jika tetap membuka warteg bahan baku sedang mahal dan
ditambah dengan kondisi buruk Covid-19 tetapi jika mereka tidak membuka warung maka tidak
akan mendapat pemasukan dan tidak bisa membayar sewa warung. Mukroni berharap
pemerintah turun tangan untuk menekan harga cabai dipasaran.

Dengan naiknya harga cabai rawit yang melambung maka terjadi supply – demand ,
maka dari itu pemerintah mempunyai peran penting untuk mengatasi masalah kenaikan harga
cabai ini. Kenaikan harga cabai dapat mempengaruhi kehidupan sehari – hari masyarakat sekitar
karena ada yang menggunakan cabai untuk memasak, atau untuk diperjual belikan di pasar
setempat. Cabai telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat Indonesia sebagai bahan yang
dijadikan bumbu masakan, sehingga membuat permintaan cabai di pasaran sangat tinggi. Namun
permintaan pasar yang tinggi sering sekali tidak diimbangi dengan persediaan cabai di pasaran
yang belum cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar.
BAB IV
KESIMPULAN
Kenaikan harga cabai di beberapa daerah di Indonesia tentu sangat mempengaruhi
kegiatan perekonomian, baik dari sisi pedagang maupun pengusaha makanan. Di sisi pedagang
mereka tidak berani untuk menjual stok cabai rawit yang terlalu banyak karena dikhawatirkan
akan tidak laku di pasaran. Sementara di sisi pengusaha makanan mereka merasakan dampak
atas kenaikan harga cabai rawit yang terjadi di pasaran. Bahkan beberapa ada yang terpaksa
untuk menutup sementara usaha mereka. Maka hal ini membuat permintaan cabai khususnya
cabai rawit di pasar menjadi menurun.
BAB V
REKOMENDASI

Berdasarkan dengan kasus tersebut penulis memberikan rekomendasi kepada pemerintah


agar dapat terjun langsung ke pasar untuk memantau keadaan langsung bagaimana kenaikan
harga cabai, selain ke pasar langsung pemerintah juga sebaiknya meninjau ke petani-petani cabai
untuk mendengarkan keluh kesah para petani. Dengan begitu pemerintah bisa mencoba untuk
menstabilkan harga cabai yang melambung tinggi. Selain kepada pemerintah rekomendasi juga
dibuat untuk pedagang. Dengan keadaan cabai yang melambung tinggi dan membuat permintaan
menurun sebaiknya para pedagang memutar otak untuk mencari alternatif lain yang bisa
digunakan untuk meredam kenaikan harga cabai. Untuk pengusaha pada kondisi saat ini harus
pintar-pintar mengolah masakan yang dihidangkan agar pemasukan dapat maksimal.
Referensi
Principle of Economics 7th (2015), Mankiw
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/03/05/09593041/harga-cabai-melambung-penjual-
makanan-menjerit?page=all
https://www.hestanto.web.id/pasar/
http://repository.unpas.ac.id/13279/3/BAB%20II%20REVISI%20SUP.pdf
https://www.dosenpendidikan.co.id/hukum-permintaan-dan-penawarann
https://ekonomimanajemen.com/pengertian-penawaran-menurut-para-ahli

Anda mungkin juga menyukai