Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ANEMIA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ANEMIA

Di Susun Untuk Memenuhi


Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

Pengampu :
Hj. Iftikhatun A, S.Kep

Disusun Oleh :
Prigi Priyadi
Yusuf Kurniawan

AKADEMI KEPERAWATAN AL-HIKMAH 02


BENDA SIRAMPOG
2013

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dan menyusun
makalah ini tepat pada waktunya, makalah tentang Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Anemia.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan, akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan
Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada kita sekalian.

Benda, Maret 2013

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga (SKSRT) 2001, prevalensi anemia pada balita
0-5 tahun sekitar 47%, anak usia sekolah dan remaja sekitar 26,5%. Sementara survei di DKI
Jakarta 2004 menunjukkan angka prevalensi anemia pada balita sebesar 26,5%, 35 juta remaja
menderita anemia gizi besi, usia 6 bulan cadangan besi itu akan menipis, sehingga diperlukan
asupan besi tambahan untuk mencegah kekurangan besi.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di bawah
rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Nelson,1999).
Kebanyakan anemia pada anak adalah anemia kekurangan zat besi atau iron deficiency anemia.
Penyebabnya umumnya adalah pola makan yang kurang tepat. Anemia lainnya adalah anemia
karena pendarahan, anemia karena pabriknya mengalami gangguan (sumsum tulang tidak
memproduksi sel-sel darah dengan baik dan penyebabnya bermacam-macam), bisa juga anemia
karena yang bersangkutan menderita suatu penyakit keganasan seperti kangker, leukemia dll,
tapi biasanya dokter akan tahu karena hati dan limpanya membesar.
Anemia bisa menyebabkan kerusakan sel otak secdara permanen lebih berbahaya dari
kerusakan sel-sel kulit. Sekali sel-sel otak mengalami kerusakan tidak mungkin dikembalikan
seperti semula. Karena itu, pada masa amas dan kritis perlu mendapat perhatian.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum dari penulisan makalah ini di harapkan mahasiswa mampu membuat asuhan
keperawatan penyakit anemia pada anak dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Anak.
2. Tujuan khusus dari penulisan makalah diharapkan mahasiswa mampu:
a. Mengetahui anatomi fisiologi darah
b. Mengetahui pengertian anemia.
c. Mengetahui etiologi anemia
d. Mengetahui patofisologi anemia
e. Mengetahui manifestasi klinis anemia
f. Mengetahui macam-macam anemia
g. Memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada anak yang

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Defenisi
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di bawah
rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Nelson,1999).
Anemia berarti kekurangan sel darah merah, yang dapat di sebabkan oleh hilangnya darah yang
terlalu cepat atau karena terlalu lambatnya produksi sel darah merah. (Guyton,1997).
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin turun
dibawah normal.(Wong,2003).
Anemia adalah penurunan dibawah normal dadam jumlah eritrosit, banyaknya hemoglobin,
atau volume sel darah merah, sistem berbagai jenis penyakit dan kelainan (Dorlan, 1998)
B. Etiologi
Hal-hal yang dapat menjadi penyebab anemia sel sabit adalah :
(Price A Sylvia, 1995, hal : 239)
1. Infeksi.
2. Disfungsi jantung
3. Disfungsi paru
4. Anastesi umum
5. Dataran tinggi
6. Menyelam

C. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah
merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan
nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel
darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat
defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan
destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang
akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal 1 mg/dl, kadar diatas
1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi
plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas)
untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin
(hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel
darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperleh
dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah
muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung

D. Klasifikasi anemia
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh defek
produksi sel darah merah, meliputi:
1. Anemia aplastik
Penyebab:
Agen neoplastik/sitoplastik
Terapi radiasi
Antibiotic tertentu
Obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
Benzene
Infeksi virus (khususnya hepatitis)

Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang


Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik

Gejala-gejala:
Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan saluran
kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
2. Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
Hematokrit turun 20-30%
Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritopoitin
3. Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik
normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi
artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan.

4. Anemia defisiensi besi


Penyebab:
Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll.)
gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi
Gejala-gejalanya:
Atropi papilla lidah
Lidah pucat, merah, meradang
Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
5. Anemia megaloblastik
Penyebab:
Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st gastrektomi) infeksi parasit,
penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang
terinfeksi, pecandu alkohol.
Sintesis DNA terganggu

Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi

6. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh destruksi
sel darah merah:
Pengaruh obat-obatan tertentu
Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
Proses autoimun
Reaksi transfuse
Malaria
Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis
Tanda dan Gejala
Lemah, letih, lesu dan lelah
Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.

E. Manifestasi klinik
1. Sistem jantung : nafas pendek, dispnea sewaktu kerja berat, gelisah
2. Sistem pernafasan : nyeri dada, batuk, sesak nafas, demam, gelisah
3. Sistem saraf pusat : pusing, kejang, sakit kepala, gangguan BAK dan BAB
4. Sistem genitourinaria : nyeri pinggang, hematuria
5. Sistem gastrointestinal : nyeri perut, hepatomegali, demam
6. Sistem okular : nyeri, perubahan penglihatan, buta
7. Sistem skeletal : nyeri, mobilitas berkurang, nyeri dan bengkak pada lengan dan kaki. (Price A
Sylvia, 19995, hal : 240)

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah lengkap : retikulosit (jumlah darah bervariasi dari 30% 50%), leukositos
(khususnya pada krisis vaso-oklusit) penurunan Hb/Ht dan total SDM.
2. Pemeriksaan pewarnaan SDM : menunjukkan sabit sebagian atau lengkap, sel bentuk bulan
sabit.
3. Tes tabung turbiditas sabit : pemeriksaan rutin yang menentukan adanya hemoglobin S, tetapi
tidak membedakan antara anemia sel sabit dan sifat yang diwariskan (trait)
4. Elektroforesis hemoglobin : mengidentifikasi adanya tipe hemoglobin abnormal dan
membedakan antara anemia sel sabit dan anemia sel trait.
5. LED : meningkat
6. GDA : dapat menunjukkan penurunan PO2
7. Bilirubin serum : meningkat
8. LDH : meningkat
9. IVP : mungkin dilakukan untuk mengevaluasi kerusakan ginjal
10. Radiografik tulang : mungkin menunjukkan perubahan tulang
11. Rontgen : mungkin menunjukkan penipisan tulang
(Doenges E.M, 2002, hal : 585).

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang:
1. Anemia aplastik:
Transplantasi sumsum tulang
Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
Pada paSien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk
aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang
dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
Dicari penyebab defisiensi besi
Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.

5. Anemia megaloblastik
Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi disebabkan oleh
defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi
IM.
Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup pasien
yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari,
secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.

H. Komplikasi
Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-anak kematian mendadak
dapat terjadi karena krisis sekuestrasi dimana terjadi pooling sel darah merah ke RES dan
kompartemen vaskular sehingga hematokrit mendadak menurun.Pada orang dewasa menurunnya
faal paru dan ginjal dapat berlangsung progresif.
Komplikasi lain berupa infark tulang, nekrosis aseptik kaput femoralis, serangan-serangan
priapismus dan dapat berakhir dengan impotensi karena kemampuan ereksi. Kelainan ginjal
berupa nekrosis papilla karena sickling dan infaris menyebabkan hematuria yang sering
berulang-ulang sehingga akhirnya ginjal tidak dapat mengkonsentrasi urine. Kasus-kasus Hb S
trait juga dapat mengalami hematuria. (Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal : 536)

I. Prognosis
Sekitar 60 % pasien anemia sel sabit mendapat serangan nyeri yang berat hampir terus-
menerus dan terjadinya anemia sel sabit selain dapat disebabkan karena infeksi dapat juga
disebabkan oleh beberapa faktor misalnya perubahan suhu yang ekstrim, stress fisis atau
emosional lebih sering serangan ini terjadi secara mendadak.
Orang dewasa dengan anemia sel sabit sebaiknya diimunisasi terhadap pneumonia yang
disebabkan pneumokokus. Tiap infeksi harus diobati dengan antibiotik yang sesuai. Transfusi sel
darah merah hanya diberikan bila terjadi anemia berat atau krisis aplastik.
Pada kehamilan usahakan agar Hb berkisar sekitar 10 12 g/dl pada trimester ketiga. Kadar
Hb perlu dinaikkan hingga 12 14 g/dl sebelum operasi. Penyuluhan sebelum memilih teman
hidup adalah penting untuk mencegah keturunan yang homozigot dan mengurangi kemungkinan
heterozigot.
(Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal : 534)

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Usia anak: Fe biasanya pada usia 6-24 bulan
2. Pucat
pasca perdarahan
pada difisiensi zat besi
anemia hemolistik
anemia aplastik
3. Mudah lelah
Kurangnya kadar oksigen dalam tubuh
4. Pusing kepala
Pasokan atau aliran darah keotak berkurang
5. Napas pendek
Rendahnya kadar Hb
6. Nadi cepat
Kompensasi dari refleks cardiovascular
7. Eliminasi urnie dan kadang-kadang terjadi penurunan produksi urine
Penurunan aliran darah keginjal sehingga hormaon renin angiotensin aktif untuk menahan garam
dan air sebagai kompensasi untuk memperbaiki perpusi dengan manefestasi penurunan produksi
urine.
8. Gangguan pada sisten saraf
Anemia difisiensi B 12
9. Gangguan cerna.
Pada anemia berat sering nyeri timbul nyeri perut, mual, muntah dan penurunan nafsu makan
10. Pika
Suatu keadaan yang berkurang karena anak makan zat yang tidakbergizi, Anak yang memakan
sesuatu apa saja yang merupakan bukan makanan seharusnya (PIKA).
11. Iritabel (cengeng, rewel atau mudah tersinggung)
12. Suhu tubuh meningkat
Karena dikeluarkanya leokosit dari jaringan iskemik
13. Pola makan
14. Pemeriksaan penunjang
Hb
Eritrosit
Hematokrit
15. Program terapi, perinsipnya :
Tergantung berat ringannya anemia
Tidak selalu berupa transfusi darah
Menghilangkan penyebab dan mengurangi gejala
Nilai normal sel darah
Jenis sel darah
1. Eritrosit (juta/mikro lt) umur bbl 5,9 (4,1 7,5), 1 Tahun 4,6 (4,1 5,1), 5 Tahun 4,7 (4,2 -5,2),
8 12 Tahun 5 (4,5 -5,4).
2. Hb (gr/dl)Bayi baru lahir 19 (14 24), 1 Tahun 12 (11 15), 5 Tahun 13,5 (12,5 15), 8 12
Tahun 14 (13 15,5).
3. Leokosit (per mikro lt) Bayi baru lahir 17.000 (8-38), 1 Tahun 10.000 (5 15), 5 Tahun 8000 (5
13), 8 12 Tahun 8000 (5-12).
Trombosit (per mikro lt)Bayi baru lahir 200.000, 1 Tahun 260.000, 5 Tahun 260.000, 8 12
Tahun 260.000
4. Hemotokrit (%0)Bayi baru lahir 54, 1 Tahun 36, 5 Tahun 38, 8 12 Tahun 40.

B. Diagnosa keperawatan
Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien anemia sel sabit baik aktual maupun
potensial adalah sebagai berikut :
1. Intoleransi aktivitas b/d gangguan sistem transpor oksigen sekunder akibat anemia
2. Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak adekuatan masukan sekunder akibat: kurang
stimulasi emosional/sensoris atau kurang pengetahuan tentang pemberian asuhan
3. Ansietas/cemas b/d lingkungan atau orang
C. Intervensi
1. Intoleransi aktivitas b/d gangguan sistem transpor oksigen sekunder akibat anemia
Rencana Tindakan:
Monitor Tanda-tanda vital seperti adanya takikardi, palpitasi, takipnue, dispneu, pusing,
perubahan warna kulit, dan lainya
Bantu aktivitas dalam batas tolerasi
Berikan aktivitas bermain, pengalihan untuk mencegah kebosanan dan meningkatkan istirahat
Pertahankan posisi fowler dan berikan oksigen suplemen
Monitor tanda-tanda vital dalam keadaan istirahat
2. Kurang nutrisi dari kebutuhan b/d ketidak adekuatan masukan sekunder akibat : kurang stimulasi
emosional/sensoris atau kurang pengetahuan tentang pemberian asuhan
Rencana Tindakan:
Berikan nutrisi yang kaya zat besi (fe) seperti makanan daging, kacang, gandum, sereal kering
yang diperkaya zat besi
Berikan susu suplemen setelah makan padat
Berikan preparat besi peroral seperti fero sulfat, fero fumarat, fero suksinat, fero glukonat, dan
berikan antara waktu makan untuk meningkatkan absorpsi berikan bersama jeruk
Ajarkan cara mencegah perubahan warna gigi akibat minum atau makan zat besi dengan cara
berkumur setelah minum obat, minum preparat dengan air atau jus jeruk
Berikan multivitamin
Jangan berikan preparat Fe bersama susu
Kaji fases karena pemberian yang cukup akan mengubah fases menjadi hijau gelap
Monitor kadar Hb atau tanda klinks
Anjurkan makan beserta air untuk mengurangi konstipasi
Tingkatkan asupan daging dan tambahan padi-padian serta sayuran hijau dalam diet

3. Ansietas/cemas b/d lingkungan atau orang


Rencana Tindakan:
Libatkan orang tua bersama anak dalam persiapan prosedur diagnosis
Jelaskan tujuan pemberian komponen darah
Antisipasi peka rangsang anak, kerewelan dengan membantu aktivitas anak
Dorong anak untuk mengekspresikan perasaan
Berikan darah, sel darah atau trombosit sesuai dengan ketentuan, dengan harapan anak mau
menerima.

D. Implementasi
Pelaksanaan adalah pengobatan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang meliputi
tindakan yang direncanakan oleh perawat, melaksanakan anjuran dokter dan menjalankan
ketentuan dari rumah sakit. Sebelum pelaksanaan terlebih dahulu harus mengecek kembali data
yang ada, karena kemungkinan ada perubahan data bila terjadi demikian kemungkinan rencana
harus direvisi sesuai kebutuhan pasien.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran dari keberhasilan rencana perawatan dalam memenuhi
kebutuhan pasien. Tahap evaluasi merupakan kunci keberhasilan dalam menggunakan proses
perawatan. Hasil evaluasi yang diharapkan / kriteria : evaluasi pada klien dengan anemia sel
sabit adalah sebagai berikut :
1. Mengatakan pemahaman situasi / faktor resiko dan program pengobatan individu dengan kriteria
2. Menunjukkan teknik / perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas.
3. Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.
Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan dengan kriteria
4. Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala peyebab.
5. Melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan.
Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping terhadap persepsi dengan kriteria
6. Menyatakan penerimaan diri dan lamanya penyembuhan.
7. Menyukai diri sebagai orang yang berguna.
8. Mempertahankan hidrasi adekuat dengan kriteria
9. Tanda-tanda vital stabil, turgor kulit normal, masukan dan keluaran seimbang.
10. Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan / mempertahankan berat
badan yang sesuai dengan kriteria :Menunjukkan peningkatan berat badan, mencapai tujuan
dengan nilai laboratorium normal.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein
pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal.Sel darah merah mengandung
hemoglobin, yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru dan
mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel
darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat
mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh.

B. Saran
1. Semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi yang pembaca, terutama mahasiswa
keperawatan
2. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges, E. M, Mary F.M, Alice C.G, (2002), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
2. Smeltzer C. Suzanne, Bare G. Brendo, (2002), Keperawatan Medikal Bedah, vol. 3, EGC :
Jakarta.
3. Price A. S, Wilson M. Lorraine, (1995), Patofisiologi, vol. 2, EGC : Jakarta
4. Hoffbrand V.A, Pettit E.J, (1996), Kapita Selekta Hematologi, EGC : Jakarta.
5. Hall and Guyton, (1997), Fisiologi Kedokteran, EGC : Jakarta.
6. Noer Sjaifullah H. M, (1999), Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, FKUI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai