LAPORAN PELAKSANAAN
ON THE JOB TRAINING BERBASIS PROJECT
KELOMPOK:
ANJAR TRIYOKO
ERNY ANUGRAHANY
FAIQOTURRIFDA
JOHAN FIRDAUS
GHIDION YOSHIANO
Mentor Co Mentor
Mengetahui
Manajer Unit
PT PLN (Persero) P3B JB APP
PULOGADUNG
Rito Suryatso
Tanggal Tanggal
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Project Assessment
untuk kegiatan On the Job Training (OJT) kami di PT PLN (Persero) P3B JB APP
Pulogadung.
Laporan ini merupakan hasil kerja keras siswa Prajabatan angkatan 43
kelompok Transmisi 8 sejumlah 5 orang yang mana kegiatan OJT ini dimulai tanggal
2 Pebruari 2015 dan berakhir tanggal 16 April 2015.
Atas semua bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Tuhan YME atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
melaksanakan dan meyelesaikan kegiatan On the Job Training (OJT)
dengan baik dan lancar.
2. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan kasih sayang dan
doa restu dalam melaksanakan kegiatan On the Job Training (OJT).
3. Bapak Rito Suryatso sebagai Mentor dan Bapak Suwandi Haryono sebagai
Co-Mentor kami selama kegiatan OJT.
4. Seluruh staf dan karyawan PT PLN (Persero) P3B JB APP Pulogadung.
5. PT PLN (Persero) yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
bergabung dalam kegiatan ini.
6. Teman - teman prajabatan PT PLN (Persero) angkatan 43.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan project
assessment yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis
minta maaf yang sebesar-besarnya dan diharapkan kritik atau saran yang bersifat
membangun. Semoga laporan On the Job Training (OJT) ini bermanfaat bagi semua
pihak.
Tim Penyusun
i
Daftar Isi
Daftar Gambar..................................................................................................................iv
ABSTRAK .........................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
2.1 Workplan.......................................................................................................... 9
ii
4.2.2 Analisis Perhitungan Sistem Pentanahan ............................................ 26
5.2 Kesimpulan.................................................................................................... 34
5.3 Saran.............................................................................................................. 34
Daftar Pustaka..................................................................................................................vi
iii
Daftar Gambar
Gambar 1. 1. Single line diagram wilayah kerja APP Pulogadung .......................... 6
Gambar 1. 2. Struktur Organisasi PT. PLN (Pesero) P3B JB APP Pulogadung ... 7
Gambar 1. 3. Peta Intensitas Petir di Indonesia ......................................................... 7
iv
Gambar 4. 22. Penyambungan Rod pentanahan 1 dengan yang lain .................. 31
Gambar 4. 23. Penyambungan grounding dengan GSW........................................ 31
Gambar 4. 24. Pengukuran tahanan pentanahan .................................................... 32
Gambar 4. 25. Pengecoran di tower 45 (a) dan tower 46 (b) ................................. 32
v
ABSTRAK
PT PLN (Persero) merupakan BUMN pemegang kuasa usaha kelistrikan yang
berkewajiban untuk menyediakan listrik bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam penyaluran
energi listrik, PT PLN khususnya APP Pulogadung mengalami beberapa gangguan yang
menyebabkan usaha penyaluran tersebut terganggu. Gangguan yang terjadi salah satunya
adalah gangguan akibat alam, khususnya petir.
Petir merupakan salah satu penyebab gangguan yang tidak dapat dihindari karena
secara letak geografis, Indonesia khususnya Jakarta memiliki intensitas petir yang cukup
2
tinggi yaitu sebesar 40 flashes/km /tahun. Dan akibat dari gangguan ini diantaranya adalah
putusnya kawat GSW pada tower 44, 45 dan 46 Plumpang Kandangsapi-Bekasi.
Untuk meminimalisir agar gangguan tersebut tidak berakibat yang lebih besar maka
dibuatlah suatu modifikasi pada sistem pentanahan untuk mendapatkan tahanan pentanahan
yang rendah dan sistem yang andal sehingga proteksi terhadap gangguan akibat petir juga
dapat ditingkatkan.
Modifikasi yang dilakukan adalah dengan memisahkan kawat GSW dari body tower
sehingga ketika ada surja petir, arus dari surja petir tersebut dapat langsung ditanahkan.
Dalam modifikasi juga dilakukan penambahan titik rod pentanahan agar mempercepat
penyaluran surja petir sehingga meminimalisir gangguan yang mungkin terjadi.
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
nama P3LG juga beberapa kali mengalami perubahan sampai akhirnya pada tahun
1994 ditetapkan sebagai Perusahaan Perseroan dengan nama PT PLN (Persero).
Berdasarkan UU No.15 Tahun 1985 dan PP No.23 Tahun 1994, PLN dinyatakan
sebagai satu-satunya BUMN pemegang kuasa usaha kelistrikan (PKUK) yang
berkewajiban menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum.
2
- Unit Transmisi dan Gardu Induk Pulogadung
- Unit Transmisi dan Gardu Induk Plumpang
- Unit Transmisi dan Gardu Induk Poncol
- Unit Transmisi dan Gardu Induk Ancol
- Unit Transmisi dan Gardu Induk Gambir Baru
- Unit Transmisi dan Gardu Induk Pondok Kelapa
- Unit Transmisi dan Gardu Induk Krawang
- Unit Transmisi dan Gardu Induk Kosambi
Berdasarkan keputusan pimpinan PT PLN KJB nomor 020/023/KJB/ 1995
tertanggal 28 April 1995 PLN Sektor Pulogadung mengalami perubahan
menyusul dibentuknya anak perusahaan PT PLN PJB 1 dan PT PLN PJB 2, maka
struktur sektor sektor penyaluran terpisah dan dilebur menjadi PT PLN
(Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa - Bali (PLN P3B).
Selanjutnya dengan diterbitkannya surat keputusan Direksi PT PLN (Persero)
nomor 257.K/010/Dir/2000 tanggal 2 November 2000 tentang pembentukan
organisasi dan tata kerja bisnis strategi penyaluran dan pusat laba (Profit Centre)
berubah menjadi unit pusat investasi (Investment Centre) dengan nama Unit
Bisnis Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa - Bali (PT PLN UBS P3B).
Seiring dengan perubahan tersebut maka struktur organisasi sektor sektor
penyaluran dan unit pengatur beban dikelompokkan menjadi 4 Unit satuan kerja
yaitu :
- PT PLN (Persero) Region Jakarta dan Banten (RJKB) berkedudukan di
Jakarta
- PT PLN (Persero) Region Jawa Barat (RJBR) berkedudukan di Bandung.
- PT PLN (Persero) Region Jawa Tengah dan Yogyakarta (RJTD)
berkedudukan di Semarang.
- PT PLN (Persero) Region Jawa Timur dan Bali (RJTB) berkedudukan di
Surabaya.
PT PLN (Persero) UBS P3B Region Jakarta dan Banten dibentuk pada tahun
2001 sesuai dengan SK nomor 003.K / 021 / GM-UBS-P3B / 2001 tanggal 16
April 2001, dan mempunyai unit kerja yang terdiri dari 13 Unit Pelayanan Transmisi
(UPT) dan 2 Unit Jasa Tehnik (UJT). 13 UPT, antara lain :
3
1. UPT Ancol 8. UPT Gandul
2. UPT Bekasi 9. UPT Karet
3. UPT Bogor 10. UPT Pondok Kelapa
4. UPT Cibinong 11. UPT Pulogadung
5. UPT Cikupa 12. UPT Rangkas Bitung
6. UPT Cilegon 13. UPT Suralaya
7. UPT Duri Kosambi
2 UJT, antara lain :
1. UJT Bogor
2. UJT Jakarta
Salah satu UPT yang membawahi Gardu Induk Pulogadung adalah UPT
Pulogadung, dimana UPT Pulogadung membawahi GI GI, antara lain :
1. GI Gedung Pola 7. GI Pegangsaan
2. GI Gambir Lama 8. GI Plumpang
3. GI Gambir Baru 9. GI Pulogadung
4. GI Kandang Sapi 10. GI Pangeran Karang
5. GI Marunda 11. GI Tosan Prima
6. GI Penggilingan 12. GI Wahana Garuda LestarI
UPT Pulogadung melayani pasokan tenaga listrik di wilayah Jakarta
Timur , Jakarta Utara dan sebagian Jakarta Pusat. Sedangkan Gardu Induk
Pulogadung sendiri, adalah pemasok utama tenaga listrik untuk kawasan
Industri Pulogadung, sebagian wilayah Jakarta Timur dan sebagian Jakarta Utara.
Selanjutnya GM menerbitkan SK tentang penetapan nama nama Sub Unit
Pelayanan Transmisi dengan nomor 027.K/GM-P3B/2005 tanggal 4 Mei 2005,
bahwa sesuai hasil kajian yang telah dilakukan secara mendalam, maka
perlu dilakukan penyelarasan struktur organisasi dan penetapan nama nama
Sub Unit Pelaksana UPT pada PT PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur
Beban Jawa Bali sesuai beban kerja dan proses bisnis yang dilaksanakan.
Nama nama UPT di RJKB adalah :
1. UPT Banten
2. UPT Bekasi
3. UPT Bogor
4. UPT Jakarta Barat
4
5. UPT Jakarta Pusat
6. UPT Jakarta Selatan
7. UPT Jakarta Timur
8. UPT Jakarta Utara
9. UPT Tangerang
GM juga menerbitkan SK tentang penetapan nama nama Sub Unit
Pelaksana UJT, nomor 026.K/GM-P3B/2005 tanggal 4 Mei 2005.
Nama nama UJT di RJKB adalah :
1. UJT Banten
2. UJT Bogor
3. UJT Jakarta
Gardu Induk Pulogadung walaupun beralamat di jalan Raya Bekasi Km 21
Jakarta Timur, namun masuk dalam wilayah UPT Jakarta Utara. GI Pulogadung,
Pangeran Karang, Tosan Prima dan Wahana Garuda Lestari adalah satu
kesatuan yang dibawahi 1 orang Kepala Gardu Induk dan 9 orang operator. Satu
regu operator sebanyak 3 orang, bertugas 12 jam sehari. GI Pangeran Karang,
Wahana Garuda Lestari dan Tosan Prima tidak di tunggu oleh operator,
maka 2 orang operator bertugas patroli, 1 orang operator stand by di Base
Camp. Berpatroli dengan menggunakan sepeda motor.
Dalam perkembangannya pengusahaan Gardu Induk berubah seiring dengan
kebijakan program LASO (Less Attended Substation Operation). Pola kerja Gardu
Induk di pimpin oleh 1 orang supervisor dan 3 orang assisten supervisor.
Restrukturisasi juga menyatukan 2 unit yakni, UPT Jakarta Utara dengan UPT
Jakarta Pusat menjadi 1 yaitu APP Pulogadung yang membawahi 2 basecamp yaitu
basecamp Karet dan basecamp Pulogadung. Sehingga, Gardu Induk dibawah
pengusahaan APP Pulogadung diantaranya adalah :
5
1. GI Ancol 12. GI Pulogadung 23. GI Kebon Sirih
2. GI Gambir Baru 13. GI Pangeran Karang 24. GI Budi Kemuliaan
3. GI Mangga Besar 14. GI Tosan Prima 25. GI Gambir Lama
4. GI Kandang Sapi 15. GI Wahana Garuda Lestari 26. GI Ketapang
5. GI Kemayoran 16. GI Kelapa Gading 27. GI Taman Rasuna
6. GI Pegangsaan 17. GI Karet 28. GI Abadi Guna Papan
7. GI Plumpang 18. GI Karet Baru 29. GI Danayasa
8. GI Plumpang Baru 19. GI Setiabudi 30. GI CSW
9. GI Priok Barat 20. GI Dukuh Atas 31. GI Senayan
10. GI Priok Timur 21. GI Manggarai
11. GI Priok Timur Baru 22. GI Gedung Pola
Untuk wilayah kerja dari APP Pulogadung ditunjukkan dalam Gambar 1.1 berikut
ini.
6
1.1.3Struktur Organisasi PT. PLN (Persero)P3B JB APP Pulogadung
7
Petir akan mencari suatu titik dimana dia dapat mengalirkan arusnya dengan
waktu yang cepat atau mencari suatu titik dengan resistansi terkecil dan petir
cenderung mencari titik tertinggi di suatu area agar mempercepat proses penyaluran
arus yang besar. Arus listrik petir yang cukup besar tersebut akan membuat
kerusakan pada perangkat atau jaringan elektris yang sedang beroperasi.
Selama akhir tahun 2012 hingga 2015 telah tercatat beberapa gangguan yang
terjadi akibat adanya petir. Kejadian tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
- Tanggal 3 November 2013 di SUTT Kandang Sapi Bekasi (Tower 33, 34 dan
35)
- Tanggal 2 Desember 2013 di SUTT Plumpang Kandang Sapi Marunda
- Tanggal 6 Januari 2014 di SUTT Ancol Kemayoran
- Tanggal 25 Pebruari 2014 di SUTT Plumpang Baru Pegangsaan
- Tanggal 23 Januari 2015 di SUTT Plumpang Kandang Sapi (Tower 46)
- Tanggal 1 Pebruari 2015 di SUTT Angke Karet (Tower 22 dan 23)
- Tanggal 9 Pebruari 2015 di SUTT Plumpang Bekasi
Dari beberapa kejadian tersebut maka dilakukan kajian untuk mengatasi agar
hal tersebut tidak terulang kembali dan hasil dari kajian tersebut adalah modifikasi
pada sistem pentanahan yang merupakan salah satu faktor penting dalam suatu
sistem kelistrikan.
Tujuan utama dari adanya pentanahan pada sistem kelistrikan adalah
menciptakan jalur yang low-impedance (tahanan rendah) terhadap permukaan bumi
untuk gelombang listrik dan sebagai jalur untuk mengalirkan arus dan tegangan
yang besar dari surja petir dengan menggunakan kondktor. Dengan adanya sistem
pentanahan yang baik akan menjaga sistem kelistrikan yang ada dari gangguan
yang terjadi sehingga proses penyaluran tenaga listrik dapat berjalan dengan baik
dan maksimal.
8
BAB II
STRATEGIC ISSUE
Dari latar belakang yang telah disebutkan sebelumnya bahwa terjadi beberapa
gangguan akibat sambaran petir yang terjadi di APP Pulogadung maka dibutuhkan
suatu perbaikan terhadap sistem yang ada untuk mengantisipasi gangguan yang
mungkin terjadi. Rencana perbaikan tersebut ditunjukkan dalam workplan dan action
plan berikut.
2.1 Workplan
9
2.2 Action Plan
10
BAB III
OPPORTUNITY FOR IMPROVEMENT (OFI) DAN ACTION FOR
IMPROVEMENT (AFI)
11
Dari diagram yang ditunjukkan dalam Gambar 3.1 dapat diketahui
permasalahan apa saja yang menyebabkan GSW putus pada tiang 44 dan 45 SUTT
Plumpang Kandang sapi ketika terkena sambaran petir sebagai berikut:
1. Lokasi Tower merupakan daerah rawan petir dengan intensitas 40-50 flash
per km2 per tahun dengan lingkungan sekitar tower yang tidak ideal untuk
pentanahan sehingga nilai pentanahannya juga tinggi.
2. Peralatan kerja yang digunakan kurang mendukung dan keadaan tanah
sekitar tower sudah diplester sehingga pemeliharaan tower kurang
maksimal.
3. BIL isolator kurang, diameter kawat kurang besar dan klem kawat serta
sambungan berkarat dan usia peralatan sudah lebih dari 15tahun.
4. Sistem pentanahan yang terpasang masih belum baik.
Perbaikan untuk lokasi tower tersebut sulit untuk diperbaiki karena petir adalah
faktor alam yang tidak dapat diprediksi dan untuk menciptakan lingkungan tower
yang ideal yang mempermudah proses pemeliharaan juga sulit dilakukan karena
lingkungan sekitar tower merupakan daerah padat penduduk yang jika ingin
dilakukan relokasi akan membutuhkan dana yang cukup besar. Hal yang mungkin
dilakukan adalah dengan meningkatkan BIL Isolator dan menggunakan kawat
penghantar berdiameter lebih besar serta melakukan penggantian klem kawat yang
sudah berkarat dan mengganti peralatan yang sudah tua dengan peralatan baru,
namun hal ini akan membutuhkan biaya yang besar.
Salah satu cara untuk mengatasi permasalah diatas adalah dengan
melakukan modifikasi pada metode pentanahan yaitu dengan metode pentanahan
langsung. Cara ini dipilih karena hal ini yang paling mungkin untuk dilakukan dengan
nilai saving yang lebih besar jika dibandingkan dengan penggantian klem, kawat
penghantar dan meningkatkan BIL isolator.
12
KV SUTT Plumpang Kandang Sapi Bekasi. Untuk menyelesaikan project
tersebut terdapat beberapa aktivitas yang harus dilakukan, antara lain:
1. Mempelajari sistem pentanahan yang ada di Tower 150 KV SUTT Plumpang
Kandang Sapi Bekasi.
2. Melakukan analisis dan modifikasi untuk memperbaiki sistem pentanahan
yang sudah ada sebelumnya.
3.2.2Penyelesaian Project
a. Mempelajari sistem pentanahan yang ada di Tower 150 KV SUTT
Plumpang Kandang Sapi Bekasi.
Pada kegiatan ini dilakukan pengumpulan teori mengenai grounding, petir
dan sistem proteksi petir yang nantinya digunakan sebagai landasan teori dalam
proses analisis.
Kegiatan lain yang dilakukan adalah mencari data mengenai gangguan yang
terjadi di APP Pulogadung dalam kurun waktu tahun 2013 sampai tahun 2015,
data ini kemudian diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya dan seberapa sering
gangguan tersebut terjadi. Untuk data teraktual yaitu tahun 2015 menunjukkan
hasil bahwa gangguan alam merupakan penyebab gangguan terbesar seperti
yang ditunjukkan dalam Gambar 3.2.
Gangguan alam ini kebanyakan terjadi karena faktor cuaca khususnya petir.
Untuk itu pengumpulan data mengenai penyebab seringnya gangguan akibat
petir juga dilakukan. Data tersebut meliputi peta intensitas petir yang terjadi di
13
Indonesia seperti ditunjukkan dalam Gambar 1.3. Peta lokasi tersebut lebih
dikerucutkan menjadi peta lokasi tower yang ditunjukkan dalam Gambar 3.3.
14
perencanaan modifikasi pentanahan pada tower 150KV SUTT Plumpang
Kandang Sapi Bekasi.
15
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISA
4.1 Pembahasan
Dari data gangguan dalam kurun waktu 2013 sampai 2015 dapat disimpulkan
bahwa gangguan transmisi yang sering terjadi di APP Pulogadung adalah gangguan
akibat alam khusunya petir. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa
Indonesia merupakan suatu daerah dengan intensitas petir cukup tinggi yaitu
sebesar 40 flash per Km2 per tahun sehingga kemungkinan gangguan akibat
sambaran petir ini masih bisa terjadi.
Petir terjadi sekitar 100 kali setiap detiknya diseluruh dunia dengan volume
energi sekitar 100kJ per meter yang diikuti oleh efek suara (Guntur), panas, cahaya
dan elektromagnetik. Sambaran petir langsung dapat mengakibatkan kebakaran dan
kerusakan sedangkan sambaran petir tidak langsung dapat menyebabkan tegangan
lebih dan induksi. (Darwanto, Djoko:2014)
Akibat sambaran petir yang terjadi di APP Pulogadung diantaranya adalah
rusaknya kawat grounding seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 4.1. Selain itu
sambaran petir juga menyebabkan putusnya kawat GSW. Hal ini terjadi beberapa
kali dan di beberapa tempat di wilayah kerja APP Pulogadung seperti ditunjukkan
dalam Tabel 4.1
16
Tabel 4. 1. Kronologi Gangguan Akibat Petir
Tanggal Kejadian Lokasi Gangguan
2 Desember 2013 SUTT Bekasi Plumpang Kandangsapi Marunda
6 Januari 2014 SUTT Ancol Kemayoran
25 Februari 2014 SUTT Plumpang baru Pegangsaan
23 Januari 2015 SUTT Plumpang Kandangsapi Tower 45 46
1 Februari 2015 SUTT Angke Karet tower 22 23
Sistem proteksi yang baik merupakan salah satu hal yang dibutuhkan untuk
mengantisipasi agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Sistem proteksi yang
digunakan untuk tower transmisi diantaranya adalah sistem pentanahan tower,
isolator dan kawat GSW. Ketiga komponen proteksi tersebut menjadi satu kesatuan
sistem yang menentukan baik tidaknya sistem proteksi dari petir.
Untuk menentukan baik tidaknya sistem proteksi ini, diperlukan informasi
mengenai surja petir, bagaimana sistem proteksi tower merespon surja petir.
Respon tersebut berkaitan dengan besarnya tegangan puncak surja petir yang
timbul. Sistem pentanahan yang baik adalah sistem pentanahan yang mampu
memberikan respon tegangan minimal ketika sambaran petir terjadi.
Pada analisis ini, diasumsikan sambaran petir hanya terjadi pada kawat GSW.
Hal ini didasarkan pada konsep sudut perlindungan kawat penghantar yang sudah
mampu disediakan oleh kawat GSW yang terpasang di atas kawat penghantar.
Sudut perlindungan yang diilustrasikan pada Gambar 4.2, memiliki nilai maksimal
sebesar 30.
17
Besarnya tegangan yang disebabkan oleh adanya arus surja petir dapat
dianalisa dengan menggunakan persamaan 1. Nilai Ipetir surja petir rata - rata berada
di kisaran 33 34 kA [4].
Vpetir = Ipetir . Z (1)
Berdasarkan standar IEEE-SA C62.41.2-2002 besarnya periode gelombang
impuls petir yang digunakan untuk menganalisa ketahanan suatu peralatan terhadap
surja petir adalah 1,2/50 s dengan arus petir sebesar 10kA. Frekuensi surja petir
puncak adalah 1/1,2s = 833,33 kHz. Gelombang impuls surja petir tersebut
ditunjukan pada Gambar 4.3 berikut ini.
18
proteksinya. Jika dianalogikan sebagai sebuah rangkaian listrik, tower tersebut
memiliki rangkaian ekuivalen seperti yangn ditunjukan pada gambar 4.5.
19
Terjadi korona
(6)
20
3. Impedansi Surja Pentanahan Tower
Berdasarkan jumlah rod yang dipasang, ada dua jenis pentanahan yaitu
pentanahan rod tunggal dan rod banyak [7].
a) Rod Tunggal
(7)
(8)
(9)
21
Resistivitas (tahanan jenis) tanah adalah nilai yang merepresentasikan
kemampuan tanah untuk menahan aliran arus listrik ke tanah. Dalam pembuatan
sistem pentanahan nilai ini sangat krusial karena menjadi salah satu penentu
baik tidaknya nilai resistansi pentanahan. Nilai resistivitas tanah berdasarkan tipe
tanah ditunjukan pada tabel 4.3.
Tabel 4. 3. Tabel resistivitas berdasarkan tipe tanah [8]
22
Gambar 4. 7. Desain tower transmisi 150kV
23
Desain pentanahan yang didesain sebelumnya diilustrasikan pada gambar
4.8. Dimana rod pentanahan dipasang secara mess dengan jumlah rod 4.
24
Gambar 4. 10. Rangkaian Ekuivalen
25
Gambar 4. 12. Pandangan atas pentanahan modifikasi
26
ht = h-2/3 andongan = 32,2-2/3.2,86 = 30,29 m
= 60 ln = 525
= = 32,9
= 92,85
= 308,92 = Z1
= = 163,43
= = 8,69
F= = 0,12 x 10-9 F
= = 46,14 x 10-7 H
b. Pentanahan Modifikasi
Perhitungan :
Zgsw
27
Z3 = R (karena CL sangat kecil) = 9,54
Z total = Z1+Z3 = 308,92 + 9,54 = 318,46
Berdasarkan hasil perhitungan di atas nilai impedansi total sistem pentanahan
setelah dimodifikasi jauh lebih kecil dari pada sistem pentanahan sebelumnya.
Selisih keduanya mencapai 164,78 atau sebanding dengan 1,64MV (34% dari
potensi surja puncak petir pada sistem pentanahan sebelum modifikasi).
28
Gambar 4. 15. Isolator 15kV yang digunakan dalam modifikasi
Gambar 4. 16. Isolator 20kV untuk memisahkan GSW dari badan tower
29
Gambar 4. 18 pemisahan kawat GSW dengan tower
(sumber: dokumentasi pribadi, (a) tower 45, 1 April 2015 (b) tower 46, 2 April 2015)
Gambar 4. 20. Kawat konduktor yang digunakan untuk menyambungkan rod 1 dengan
lainnya
30
Gambar 4. 21. Pemasangan rod pentanahan
31
Tabel 4. 4. Hasil Pengukuran Pentanahan
Data Pengukuran Pentanahan di Tower 45
NO Titik Pengukuran Hasil ()
1 Kawat existing 0.6
2 Sambungan Rod 0,9
3 Gabungan 0.56
Data Pengukuran Pentanahan di Tower 46
NO Titik Pengukuran Hasil ()
1 Kawat existing 0.4
2 Sambungan Rod 1.87
3 Gabungan 0.4
Untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan dari aspek lingkungan seperti
misalnya pencurian kawat rod pentanahan dan untuk keaman masyarakat sekitar
maka dilakukan pengecoran untuk menutup rod pentanahan dan kawat penghubung
antar rod tersebut seperti ditunjukkan dalam Gambar 4.25 berikut.
32
BAB V
PENUTUP
33
5.2 Kesimpulan
1. Sistem pentanahan modifikasi yang diajukan secara teoritis lebih baik dari
pada sistem pentanahan sebelumnya. Nilai impedansi surja pentanahan
modifikasi sebesar 318,46 , sedangkan nilai impedansi sistem pentanahan
sebelumnya yaitu 483,24 .
5.3 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan pengembangan yang terus
menerus untuk mendapatkan sistem proteksi petir dan pentanahan yang
lebih baik.
2. Perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat dan pemberian tanda disekitar
tower untuk menghindari adanya pencurian serta untuk member petunjuk
agar masyarakat berhati hati jika berada di lingkungan sekitar tower.
34
Daftar Pustaka
Darwanto,Djoko dan Hamdani,Deny. 2014. EMC Protection Of Substation. Bandung:
EMC Research Group Institute Teknologi Bandung
Darwanto,Djoko. 2014. Characteristic of Lightning Current and Its Impact. Bandung:
EMC Research Group Institute Teknologi Bandung
Darwanto,Djoko. 2014. EMC Based Lightning Protection System Electromagnetic
Compatibility, Coupling, Shielding, filtering and Grounding.. Bandung: EMC
Research Group Institute Teknologi Bandung
--- , 2009, Eritech Protection Handbook, Designing to IEC 62305 Series of Lightning
Protection Standards, ERICO Internation Corporation
Vladimir A. Rakov, 2012, Lightning parameters of engineering interest: Application
of lightning detection technologies, Department of Electrical and Computer
Engineering, University of Florida, Gainesville, Electricity Generating Authority
of Thailand (EGAT), Thailand
Tower Surge Impedance, Seargent & Darveniza, IEEE TRANSACTIONS ON
POWER APPARATUS AND SYSTEMS, VOL. PAS-88, NO. 5, MAY 1969
IEEE Standard 142 2007 : Recommended Practice for Grounding of Industrial and
Commercial Power Systems
MaroofaH.Rawoot, M.F.A.R.Satarkar, 2014, Prediction of Lightning Impulses on
Transmission Line Tower by Using Fuzzy Logic Controller, Electrical
Engineering Department, Dr.BabasahebAmbedkar Technological University,
Lonere, Maharashtra, India
Widen Lukmantono, Ir.Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng, Ir.Teguh Yuwono, STUDI
PERENCANAAN SALURAN TRANSMISI 150 kV BAMBE INCOMER ,
2009,Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS, Keputih Sukolilo Surabaya.
vi
Lampiran
vii