Laporan Akhir
Oleh
Gigin Ginanjar 160341800431
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB 1
PANDAHULUAN
1
dicapai siswa terhadap materi dan keterampilan-keterampilan mengenai mata
pelajaran yang telah diberikan. Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa nilai-
nilai yang diperoleh siswa dari hasil ulangan umum masih rendah. Salah satu
penyebab rendahnya nilai tersebut, dimungkinkan karena rendahnya kemampuan
guru dalam melakukan evaluasi dan menyusun alat tes/alat evaluasinya.
Sejalan dengan pernyataan di atas, maka evaluasi berfungsi sebagai alat untuk
mengetahui tercapai tidaknya suatu tujuan pembelajaran, umpan balik bagi proses
pembelajaran, sebagai dasar untuk menyusun laporan kemajuan belajar siswa,
sebagai dasar merumuskan kriteria ketuntasan minimal dan untuk mengetahui
sejauh mana kualitas butir soal yang disusun. Butir soal merupakan perangkat
utama dalam sistem penilaian terhadap siswa di sekolah.
Alat evaluasi yang berupa tes tertulis harus memiliki karakteristik atau syarat-
syarat sebagai alat evaluasi yang baik, diantaranya harus memenuhi syarat
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, sebaran kunci jawaban,
dan efektifitas pengecoh serta sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan
diukur. Oleh karena itu menganalisis butir soal harus merupakan serangkaian
kegiatan pembelajaran yang tidak dapat ditinggalkan. Sangat penting bagi guru
untuk menentukan mana soal-soal yang cacat atau tidak berfungsi
penggunaannya.
Guru juga perlu untuk meningkatkan kualitas butir soal melalui analisis
terhadap komponen-komponen utama dari tiap-tiap butir soal yang meliputi (1)
validitas (2) reliabilitas (3) tingkat kesukaran, (4) daya pembeda, (5) sebaran
kunci jawaban, dan (6) efektifitas pengecoh soal (Arifin, 2013). Salah satu tujuan
dilakukannya analisis adalah untuk meningkatkan kualitas soal, yaitu apakah
suatu soal (1) dapat diterima karena telah didukung oleh data statistic yang
memadai, (2) diperbaiki, karena terbukti terdapat beberapa kelemahan, atau
bahkan (3) tidak digunakan sama sekali karena terbukti secara empiris tidak
berfungsi sama sekali (Aminoro & Daryanto, 2016).
Saat ini, juga telah berkembang cara menilai siswa dengan adanya penilaian
berbasis kelas, penilaian autentik, salah satunya dengan alat ukur berupa
portofolio, Penilaian dengan menggunakan portofolio merupakan salah satu
2
alternatif yang dapat digunakan dalam penilaian biologi yang bisa digunkan dalam
pembelajaran didalam kelas (Ramlawati, 2012).
Penilaian (Asesessment) memiliki peran yang teramat penting dalam
pembelajaran karena dapat berpetan sebagai bukti proses dan hasil belajar siswa di
Kelas, sehingga dalam menganalisis hasil karya siswa, guru dapat mengetahui
potensi, sikap ilmiah siswa, kelebihan, dan kekurangan mereka. Apabila guru
tidak melakukan asessment atau bentuk penilaian lainnya, maka guru tidak
mampun mengakomodasi semua kegiatan siswa didalam kelas sebagai bukti
pembelajaran. Pentingnya pengukuran sikap ilmiah, karya, hasil praktikum,
laporan dan karya lainnya dapat menjadi bukti siswa menguasai biologi bukan
hanya sekedar penguasaan materi subjek (konten, pengetahuan, konsep),
melainkan pengetahuan atau materi subjek hanyalah wahana untuk
mengembangkan proses berpikir dan hal-hal lain yang terkait di dalamnya
(Rustaman, 2010).
Assessment memiliki karakteristik yang beragam dan dapat mengukur
karakter tiap siswa sesuai tujuan yang diharapkan. Apabila melihat persoalan
diatas, melakukan asessment memiliki urgensi yang tidak dapat dinafikan, yang
lebih penting dari assessment adalah guru melakukan analisis butir soal, sebagai
upaya membuat instrument yang baik. Penilaian yang baik ditentukan oleh
instrument yang baik pula. Oleh karena itu, penting kiranya untuk dapat
melakukan keduanya secara bersamaan untuk terus memperbaiki proses belajar
dan mampu menilai siswa dengan baik.
B. Tujuan Penulisan
Beberapa hal yang bisa dijadikan tujuan asessmen dan analsis butir soal
dalam pembelajaran yaitu:
1. Mengetahui pentingnya kedudukan assessmen (penilaian) yang dilakukan oleh
guru dalam pembelajaran
2. Mengetahui pentingnya analisis butir soal yang dilakukan oleh guru ketika
akan membuat soal, sehingga soal menjadi valid, reliable, memiliki daya beda
dan tingkat kesukaran yang sesuai.
3
3. Mengetahui pentingnya penilaaian yang berdasar kepada Penilaian Acuan
Patokan (PAP) dan Penilaian Acuan Normatif (PAN).
C. Manfaat Penulisan
Beberapa Manfaat dari penilaian (assessment) dan analisis butir soal yang
dilkukan memiliki beberapa manfaat, diantaranya:
1. Bagi guru, yaitu sangat relevan bagi penyusunan tes informal dan lokal
(seperti tes yang disiapkan guru di kelas), merevisi materi yang dinilai atau
diukur, meningkatkan keterampilan penulisan soal dan memberi masukan
kepada guru tentang kesulitan siswa.
2. Bagi sekolah, yaitu mendukung penulisan butir soal yang efektif, secara
materi dapat memperbaiki tes di kelas, meningkatkan validitas dan reliabilitas
soal di sekolah, menentukan apakah suatu fungsi butir soal sesuai dengan yang
diharapkan, memberi masukan pada aspek tertentu untuk pengembangan
kurikulum.
3. Bagi siswa, yaitu memberi masukan kepada siswa tentang kemampuan dan
sebagian dasar untuk bahan diskusi di kelas, yaitu membantu para pengguna
tes dalam evaluasi atas tes yang digunakan.
4
BAB II
ISI
A. Kedudukan Asessmen
Penilaian merupakan salah satu komponen kompetensi pedagogik. Penilaian
merupakan suatu proses sistematik yang berfungsi untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dan efisen suatu program (Ali dan Kaerudin, 2012). Penilaian yang
efektif dapat mengukur ketiga ranah secara utuh yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor. Sejalan dengan itu, Anderson (2010) hasil belajar diaktegorikan
menjadi dimensi, yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan.
Dimensi proses kognitif dibagi menjadi enam kerangka yaitu mengingat,
memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Sedangkan dimensi pengetahuan dibagi menjadi faktual, konseptual, prosedural,
dan metakognisi. Kedua dimensi tersebut disusun dalam suatu tabel taksonomi
yang memudahkan pembacaan selain itu tabel menunjukkan hubungan antar
kedua dimensi yaitu proses kognitif dan pengetahuan.
Keseluruhan/dua dimensi tersebut merupakan hasil belajar yang akan
menentukan hasil pendidikan. Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari proses
penilaian (asessment) yang yang dilalukan secara tepat. Istilah penilaian
(assement) merupakan istilah yang umum dan mencakup semua metode yang
dipakai untuk mengetahui keberhasilan belajar peserta didik dalam bentuk hasil
belajar dengan cara menilai unjuk kerja individu peserta didik atau kelompok
(Haryati, 2007). Hasil belajar dari proses belajar tidak hanya dinilai oleh test,
tetapi juga dinilai dari alat-alat non test atau bukan test. Tekhnik ini berguna untuk
mengukur keberhasilan siswa dalam proses belajar yang tidak bisa diukur
menggunakan alat test.
Menurut Nurhadi (2009), asessment adalah proses pengumpulan berbagai data
yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran
perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan siswa
mengalami proses pembelajaran dengan benar. Assessment menekankan proses
pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata
yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran.
5
Terkait dengan mata pelajaran biologi, penilaian menjadi hal yang penting dan
harus dilakukan oleh guru. Penilaian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
tujuan dan fungsi dari mata pelajaran biologi diterapkan pada jenjang pendidikan.
Penilaian tersebut bertujuan untuk mengetahui perkembangan kemampuan
keterampilan setiap siswa, memperluas wawasan serta menambah pengetahuan
dan kemampuan berbahasa, berpikir, berintelektual, berbudaya, kematangan
emosional, dan sosial (Suryaman, 2009). Terkait dengan tujuan yang harus dicapai
dalam mata pelajaran biologi, guru perlu memperhatikan penilaian yang
digunakan.
Mansur (2012), menyatakan bahwa untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan dalam proses pembelajaran perlu diperhatikan sistem penilaian yang
baik dan terencana, sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan,
apakah proses pembelajaran sudah baik dan dapat dilanjutkan atau masih perlu
perbaikan dan penyempurnaan. Kemudian, Adil (2006), menamabahkan bahwa
asesmen juga mengacu pada suatu standar tertentu yang disebut dengan rubrik.
Rubrik diperlukan sebagai suatu standar penilaian untuk mengidentifikasi secara
jelas apa yang seharusnya siswa ketahui dan lakukan.
Wahyudi (2008) menyatakan bahwa rubrik disusun untuk memudahkan guru
dalam proses penilaian dan menjaga objektifitas dalam pengambilan keputusan.
Lembar penilaian ditambahkan deskripsi pengertian laporan praktikum, minat,
dan aktivitas siswa dalam diskusi. Penambahan tersebut berfungi sebagai acuan
terhadap instrument yang dibuat. Hal ini sesuai dengan Mulyana (2005), yang
menyatakan bahwa dalam penyusunan perangkat penilaian harus dicantumkan
definisi yang jelas yang digunakan sebagai acuan instrumen.
6
1. Penilaian Acuan Normatif (PAN/Norm Referenced Evalution)
Penialaian Acuan Normatif (PAN) yang akan dijelaskan yaitu pengertian,
tujuan, karakteristik dan manfaat, sebagai berikut:
a) Pengertian PAN
Penilaian acuan norma menurut Sudjana (2009) adalah penilaian yang
diacukan kepada kelompoknya, hal tersebut dapat diketahui posisi kemampuan
peserta didik di dalam kelompoknya. Untuk itu norma atau kriteria yang
digunakan dalam menentukan derajat atau prestasi seorang peserta didik,
dibandingkan dengan nilai-nilai rata-rata kelasnya. Atas dasar itu akan diperoleh
tiga kategori prestasi peserta didik, yakni diatas rata-rata kelas, sekitar rata-rata
kelas, dan dibawah rata-rata kelas. Dengan kata lain prestasi yang dicapai
seseorang posisinya sangat bergantung pada prestasi kelompoknya. Keuntungan
sistem ini adalah dapat diketahui prestasi kelompok atau kelas sehingga dapat
diketahui keberhasilan pengajaran bagi semua peserta didik. Kelemahannya
adalah kurang meningkatkan kualitas hasil belajar.
b) Tujuan PAN
Pendekatan PAN menggunakan cara membandingkan prestasi atau skor
mentah peserta didik dengan sesama peserta didik dalam kelompok/kelasnya
sendiri (Rofieq, 2011). Makna nilai dalam bentuk angka maupun kualifikasi
memiliki sifat relatif, artinya bila sudah berhasil menyusun pedoman konversi
skor berdasarkan tes yang sudah dilakukan pada suatu kelas/kelompok maka
pedoman itu hanya berguna bagi kelompok/kelas itu dan kemungkinan besar
pedoman itu tidak berguna bagi kelompok/kelas lain karena distribusi skor peserta
tes sudah lain. Kecuali, pada saat pengolahan skor kelompok/kelas yang lain tadi
disatukan dengan kelompok/kelas pertama.
c) Manfaat PAN
Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah penilaian yang dilakukan dengan
mengacu pada norma kelompok atau nilai-nilai yang diperoleh siswa
dibandingkan dengan nilai-nilai siswa lain dalam kelompok tersebut. Dengan kata
lain PAN merupakan sistem penilaian yang didasarkan pada nilai sekelompok
siswa dalam satu proses pembelajaran sesuai dengan tingkat penguasaan pada
7
kelompok tersebut. Artinya pemberian nilai mengacu pada perolehan skor pada
kelompok itu.
d) Karakteristik PAN
Penggunaan sistem PAN membiarkan siswa berkembang seperti apa
adanya. Namun demikian guru tetap merumuskan Tujuan Khusus Pembelajaran
(TKP) sesuai dengan tuntutan kompetensi. TKP yang berorientasi pada
kompetensi tetap dipakai sebagai tumpuan dalam penyusunan evaluasi akan tetapi
pada saat pemberian skor yang diperoleh siswa maka TKP tidak dipergunakan
sebagai pedoman. Batas kelulusan tidak ditentukan oleh penguasaan minimal
siswa terhadap kompetensi yang ditetapkan dalam TKP, melainkan didasarkan
pada nilai rata-rata dan simpangan baku yang dihasilkan kelompoknya.
Penerapan sistem PAN ada dua hal pokok yang harus ditetapkan yaitu:
banyaknya siswa yang akan lulus dan penetapan batas lulus. Terdapat dua cara di
dalam menentukan batas kelulusan antara lain: menetapkan terlebih dahulu jumlah
yang diluluskan, misalnya 75% dari seluruh peserta tes, kemudian skor tiap siswa
disusun dan diranking sehingga akan diketemukan skor terendah. Cara kedua
dengan menggunakan data statistik yang terdapat dalam kurva normal dengan
menggunakan nilai rata-rata dan simpangan baku, sehingga akan diketemukan
luas daerah kurva normal atau jumlah anak yang diluluskan.
8
atas kriteria yang telah dijabarkan dalam item-item pertanyaan guna mendukung
tujuan instruksional.
b) Tujuan PAP
Pembelajaran yang menuntut pencapaian kompetensi tertentu sebagaimana
diharapkan dan termuat pada kurikulum saat ini, PAP merupakan cara pandang
yang harus diterapkan (Masidjo, 1995). Dengan PAP setiap individu dapat
diketahui apa yang telah dan belum dikuasainya. Bimbingan individual untuk
meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dapat dirancang,
demikian pula untuk memantapkan apayang telah dikuasainya dapat
dikembangkan. Pengajar dan setiap peserta didik (siswa) mendapat manfaat dari
adanya PAP.
Melalui PAP berkembang upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
dengan melaksanakan tes awal (pre test) dan tes akhir (post test). Perbedaan hasil
tes akhir dengan test awal merupakan petunjuk tentang kualitas proses
pembelajaran. PAP juga dapat digunakan untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan, misalnya kurang terkontrolnya penguasaan materi, terdapat siswa
yang diuntungkan atau dirugikan, dan tidak dipenuhinya nilai-nilai kelompok
berdistribusi normal. PAP ini menggunakan prinsip belajar tuntas (Thoha, 1991)
c) Manfaat PAP
Manfaat Semiawan (1991), penerapan Penialain Acuan Patokan dapat
dimanfaatkan antara lain:
1. Penempatan seseorang dalam rentetan kegiatan belajar
2. Untuk mendiagnosis kemampuan seseorang dalam pembelajaran. Artinya
informasi yang diperoleh melalui diagnosis ini langsung dapat digunakan oleh
anak didik untuk mengatur langkah apa yang harus dilakukan, atau guru dapat
langsung menentukan keperluan anak didik agar proses pembelajaran
membawa manfaat yang lebih bermakna bagi anak didik tersebut
3. Jika dilakukan secara periodik dapat digunakan untuk memonitor kemajuan
setiap anak didik dalam proses pembelajaran. Secara berkelanjutan dapat
diketahui status seseorang dalam satu rentetan kegiatan belajar. Akhirnya
dapat memacu atau memotivasi semangat belajar siswa.
9
4. Kemampuan masing-masing anak didik untuk menyelesaikan kurikulum
secara kumulatif akandapat menentukan keterlaksanaan kurikulum.
d) Karakteristik PAP
Penilaian acuan patokan berfokus pada kelompok perilaku siswa yang
khusus, berdasar pada kriteria atau standar khusus. Hal tersebut dimaksudkan
untuk mendapat gambaran yang jelas tentang performan peserta tes dengan tanpa
memperhatikan bagaimana performan tersebut dibandingkan dengan performan
yang lain. Dengan kata lain tes acuan kriteria digunakan untuk menyeleksi status
individual berkenaan dengan domain perilaku yang ditetapkan/dirumuskan dengan
baik.
Penilaian acuan patokan, standar performan yang digunakan adalah
standar absolute, Semiawan (1991) menyebutnya sebagai standar mutu yang
mutlak. standar ini penentuan tingkatan (grade) didasarkan pada skor-skor yang
telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk persentase. Untuk mendapatkan nilai A
atau B, seorang siswa harus mendapatkan skor tertentu sesuai dengan batas yang
telah ditetapkan tanpa terpengaruh oleh performan (skor) yang diperoleh siswa
lain dalam kelasnya. Salah satu kelemahan dalam menggunakan standar absolut
adalah skor siswa bergantung pada tingkat kesulitan tes yang mereka terima.
Artinya apabila tes yang diterim siswa mudah akan sangat mungkin para siswa
mendapatkan nilai A atau B, dan sebaliknya apabila tes tersebut terlalu sulit untuk
diselesaikan, maka kemungkinan untuk mendapat nilai A atau B menjadi sangat
kecil. Namun kelemahan ini dapat diatasi dengan memperhatikan secara ketat
tujuan yang akan diukur tingkat pencapaiannya.
Beberapa yang harus dipahami ketika menerapkan PAP menurut Sudijono
(1996) antara lain: 1). hal-hal yang dipelajari siswa mempunyai struktur hierarkis
artinya siswa mempelajari taraf selanjutnya setelah menguasai secara baik tahap
sebelumnya, 2). Guru harus mengidentifikasi masing- masing taraf kompetensi
setidak-tidaknya mendekati ketuntasan pencapaian tujuan, 3). nilai yang diberikan
dengan menggunakan PAP berarti menggunakan standar mutlak.
10
C. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif
Analaisis kualitatif dan kuantitatif memiliki kedudukan penting dalam
menyusun soal yang dilakukan oleh guru. Penilaian kualitatif dapat dilakukan
dengan penilaian tiap soal yang dapat dilakukan oleh guru, dosen atau ahli materi
yang memiliki kompetensi dalam pembuatan soal baik dari materi maupun
psikologi siswa. Sementara itu penilaian kuantitatif dapat dilakukan dengan
menggunakan uji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan memiliki tingkatan
kesukaran yang sesuai. Mekanisme penilaian tesebut disebut sebagai valiadasi,
sementara orang yang melakukan penilaian disebut sebagai validator.
c. Aspek Bahasa/Budaya
Aspek bahasa yang digunakan dalam soal menurut validator untuk rumusan
kalimat soal komunikatif pada umumnya sudah sesuai, hanya saja pada soal
11
3,8,13 yang masih tidak sesuai, butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang
baku pada umumnya juga sudah sesuai, hanya saja pada nomor 3 dan 20 soal
masih belum sesuai, tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan
penafsiran ganda atau salah pengertian sudah sesuai, hanya pada nomor 3, 8 yang
belum sesuai. Kemudian tidak menggunakan abhasa yang tabu sudah sesuai.
secara ringkas aspek ketiganya dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:
12
Lembar Validasi Soal Uraian
LEMBAR VALIDASI SOAL PILIHAN GANDA DAN URAIAN
MATERI JARINGAN TUMBUHAN OLEH VALIDATOR AHLI MATERI
PETUNJUK
1. Lembar validasi ini digunakan untuk menilai kualitas draf soal uraianyang telah dikembangkan.
2. Hasil analisismelalui lembar validasi ini akan digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam merevisi dan menyempurnakan draf
perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan.
3. Mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk memberikan penilaian kualitas draf soal uraianyang terlampir dengan memberikan tanda centang ()
bila soal yang ditelaah sudah sesuai dengan kriteria dan tanda (-) bila soal yang ditelaah tidak sesuai dengan kriteria.
4. Apabila ada saran, koreksi, dan tambahan mohon Bapak/Ibu bersedia menuliskannya pada lembar yang telah disediakan atau jika
memungkinkan bisa langsung menuliskan pada naskah yang harus direvisi.
IDENTITAS VALIDATOR
Nama Validator : Haris Eka Pramuditya S.Pd.
Jabatan : Guru Biologi
Instansi : SMA Ar Rohmah Putra
13
Tabel 1. Hasil Validasi Kualitatif Soal Pilihan Ganda
Nomor Soal
No Aspek yang ditelaah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
A. Materi
1. Soal sesuai dengan indikator
2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan -
sudah sesuai
3. Materi yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi
(urgensi, relevasi, kontinyuitas, keterpakaian sehari-
hari tinggi)
4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang - -
jenis sekolah atau tingkat kelas
B. Konstruksi
5. Menggunakan kata tanya atau perintah yang - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
menuntut jawaban uraian
6. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan
soal
7. Ada pedoman penskorannya - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
C Bahasa
8. Rumusan kalimat soal komunikatif - - -
9. Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku - -
10. Tidak menggunakan kata/ungkapan yang - -
menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian
11. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku
setempat/tabu
(Diadaptasi dari Rahmat, 2008)
14
Sementara itu, untuk Validasi soal uraian yang divalidasi secara kualitatif
yang dilakukan oleh guru SMA Ar-Rahmah berdasarkan validasi uraian secara
kualitatif memperoleh hasil berupa:
1. Aspek Materi
Menurut validator soal sesuai dengan indikator (menuntut tes tertulis untuk
bentuk Uraian), Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sudah sesuai,
hanya saja soal no 1 dan 2 belum sesuai, Materi yang ditanyakan sesuai dengan
kompetensi (urgensi, relevasi, kontinyuitas, keterpakaian sehari-hari tinggi) sudah
sesuai, Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat
kelas juga sudah sesuai.
2. Aspek Konstruksi
Menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban uraian sudah
sesuai soalnya, kemudian adanya petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan
soal juga sudah sesuai. Terakhir, ada pedoman penskorannya dala soal yang
diberikan masih belum sesuai semua jenis soalnya.
3. Aspek Bahasa
Rumusan kalimat soal komunikatif hanya satu yang sudah sesuai pada no 1
semenatara pada no 2,3,4 dan 5 masih belum sesuai. Untuk Butir soal
menggunakan bahasa Indonesia yang baku soal yang dibuat sudah sesuai, Tidak
menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah
pengertian hanya pada no 1 yang tidak sesuai dan terakhir yaitu tidak
menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu soal yang yang divalidasi
semua soal yang dibuat sudah sesuai.
Secara ringkas, validasi esai tersebut dapat dilihat pada tabel 2, sementara
untuk kesimpulan sementara validasi pilihan ganda secara berututan yaitu tabel 3
dan tabel 4 berikut ini.
15
Tabel 2. Validasi Kualitatif Soal Essay oleh Guru
Nomor Soal
No Aspek yang ditelaah
1 2 3 4 5
A. Materi
1. Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes tertulis untuk bentuk Uraian)
2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sudah sesuai - -
3. Materi yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi (urgensi, relevasi,
kontinyuitas, keterpakaian sehari-hari tinggi)
4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat
kelas
B Konstruksi
5. Menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban uraian
6. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal
7. Ada pedoman penskorannya - - - - -
C Bahasa
8. Rumusan kalimat soal komunikatif - - - -
9. Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku
10. Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda atau -
salah pengertian
11. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu
(Diadaptasi dari Rahmat, 2008)
16
Tabel 3. Kesimpulan Umum Validasi Kualitiatif Soal Pilihan Ganda
Kesimpulan Soal Pilihan Ganda
Nomor Soal Saran
1 Valid tanpa revisi/Valid dengan revisi/Tidak valid* -
3 Valid tanpa revisi/Valid dengan revisi/Tidak valid* Gunakan kalimat pertambahan diameter batang
8 Valid tanpa revisi/Valid dengan revisi/Tidak valid* Diperjelas lagi maksud dari dalam ke luar atau ditanyakan namanya
saja
9 Valid tanpa revisi/Valid dengan revisi/Tidak valid* Opsinya dipermudah saja
13 Valid tanpa revisi/Valid dengan revisi/Tidak valid* Gunakan kalimat-kalimat merupakan ciri dari
17
-
15 Valid tanpa revisi/Valid dengan revisi/Tidak valid* Pilihan jawaban diganti
20 Valid tanpa revisi/Valid dengan revisi/Tidak valid* Kata/kalimat amorphous, yang terjadi, dan sel-sel jaringan diganti
5 Valid tanpa revisi/Valid dengan revisi/Tidak valid* Gunakan kalimat perintah analisis tentang fenomena tersebut
18
B. Validasi Soal Kuantitatif Soal Pilihan Ganda
Validasi soal kuantitatif meliputi validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda
dan indeks pengecoh. Hasil validasi soal secara kauntitatif di SMA Ar-Rahmah
Putra yaitu sebagai berikut:
1. Validitas
Pengujian Validitas menggunakan aplikasi Anates 2004 menghasilkan data
bahwa soal 1,2,5,6,7,8,10,11,13,15,17,18,19 tidak signifikan. Sementara soal
nomor 14 dan 20 berada pada kategori signifikan. Kemudian soal nomor
3,4,9,12,16 berada pada kategori signifikan. Kategori signifikan dan sangat
signifikan ini soal valid, selekengapnya yaitu pada gambar 1 berikut ini:
Soal yang tidak valid dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
ketidakterwakilan konstruk dan penyimpangan keragaman konstruk dimana
instrument tersebut mengukur terlalu banyak variabel.
19
2. Reliabilitas
Berdasarkan pengujian dengan menggunakan SPSS Versi 14. Pengujian
Relibilitas menggunakan Aplikasi Anates 2004 yang menghasilkan data yaitu
sebagai berikut:
Tabel 5. Nilai Cronbachs
Case Processing Summary
N Presentasi (%)
Cases Valid 30 100,0
a
Excluded 0 3.8
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis butir soal uji reabilitas soal pilihan
ganda (PG) maka dapat diperoleh Croncbachs Alpha sebesar 0,617. Maka
reabilitas tergolong pada kategori tinggi. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
beberapa factor salah satunya adalah kemampuan peserta tes atau subjek ujicoba
dan evaluasi yang subjektif yang juga dapat meningkatkan reliabilitas
3. Tingkat Kesukaran
Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar
derajat kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang
(proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik. Suatu soal tes
hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah. Cara menghitung
tingkat kesukaran dengan menggunakan rumus tingkat kesukaran (Arifin, 2013).
Berikut adalah rumus menghitung tingkat kesukaran, menggunakan perbandingan
jawaban salah dari kelompok atas & bawah.
(WL + WH)
TK = x 100%
(L + nH)
20
Keterangan:
WL = jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok bawah
WH = jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok atas
nL = jumlah kelompok bawah
nH = jumlah kelompok bawah
Berdasarkan Arifin (2013), untuk menggambarkan kriteria penafsiran tingkat
kesukaran soal yaitu:
1) Jika jumlah persentase sampai dengan 27%, soal termasuk mudah.
2) Jika jumlah persentase 28% - 72%, soal termasuk sedang.
3) Jika jumlah persentase 73% ke atas, soal termasuk sukar.
Aplikasi rumus tersebut dapat menggunakan program hitung komputer.
Berdasarkan hasil analisis butir soal dengan menggunakan software Anatest 4,
dapat diketahui tingkat kesukaran soal. Data dapat dilihat pada gambar 2.
Data pada gambar 2, dapat diketahui bahwa soal dengan tingkat sangat
mudah sebanyak 3 soal, tingkat mudah sebanyak 7 soal, tingkat sedang sebanyak
10 soal. Proporsi tingkat kesukaran soal tidak sesuai dengan teori. Hasil analisis
21
menunjukkan proporsi dari tingkat kesukaran soal adalah sangat mudah 15%,
mudah 35%, dan sedang 50%.
Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Tingkat Kesukaran Soal Obyektif
Kriteria Jumlah Soal Persentase
Sangat Mudah 3 15%
Mudah 7 35%
Sedang 10 50%
4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan
antara warga belajar/siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan
warga belajar/siswa yang tidak/kurang/belum menguasai materi yang ditanyakan.
Sedangkan menurut Arikunto (2010) daya pembeda soal adalah kemampuan suatu
soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa
yang berkemampuan rendah.
Rumus untuk menghitung daya pembeda soal obyektif adalah menghitung
perbandingan jumlah peserta didik dari kelompok atas dan bawah yang menjawab
salah dengan jumlah kelompok atas atau kelompok bawah. Secara matematis
rumus daya pembeda dapat ditulis sebagai berikut.
Keterangan:
DB: Daya beda
WL: Jumlah siswa kelompok bawah yang tidak menajwab ata meN
WH: Jumlah siswa kelompok atas yang tidak menjawab ataumenjawab salah.
n : Jumlah kelompok atas atau kelompok bawah (27% x N)
Adapun kriteria daya pembeda menurut Arifin (2012) adalah sebagai berikut.
Indeks ini juga dapat diubah dalam bentuk persentase.
1. > 0,40 : Sangat Baik
2. 0,30 0,39 : Baik
3. 0,20 0,29 : Sedang
4. < 0,19 : Buruk
22
Penghitungan daya pembeda dapat dengan menggunakan Anatest 4. Indeks
daya pembeda yang didapat dalam bentuk persentase. Hitungan dengan program
ANATES 4 menggunakan rumus yang sama dengan rumus penghitungan manual.
Hasil penghitungan terdapat pada gambar 3. Indeks daya pembeda yang paling
tinggi adalah 75%, indeks daya pembeda yang paling rendah adalah 12,5%. Pada
soal nomor 18 indeks daya pembeda 0%, hal ini dikarenakan jumlah peserta didik
yang menjawab salah antara kelompok atas dan bawah sama.
DAFTAR RUJUKAN
23
menguasai materi. Menurut (Arikunto, 2002) beberapa soal yang tidak memiliki
daya beda yang baik kemungkinan dapat disebabkan oleh.
1) Kunci jawaban butir soal itu tidak tepat.
2) Butir soal itu memiliki 2 atau lebih kunci jawaban yang benar
3) Kompetensi yang diukur tidak jelas
4) Pengecoh tidak berfungsi
5) Materi yang ditanyakan terlalu sulit, schingga banyak siswa yang menebak
6) Sebagian besar siswa yang memahami materi yang ditanyakan berpikir ada
yang salah informasi dalam butir soalnya.
5. Kualitas Pengecoh
Kualitas pengecoh memiliki karakteristik yang beragam, 30 siswa dan 20
pertanyaan. Karakter pengecoh menjadi baik apabila banyak dipilih/sangat baik
(++), baik (+), kurang baik (-), buruk (--) dan buruk sekali (- - -), secara lebih
jelas pada gambar berikut ini.
24
6. Analisis Butir Soal
Berdasarkan analisis butir soal dengan menggunakan anatest, diperoleh 2 soal
yang signifikan yaitu soal nomer 14 dan 20. Sementara soal yang signifikan
sebanyak 5 soal, yaitu pada nomer 3, 4, 9, 12, dan 16, soal- soal yang lainnya
belum signifikan. Kemudian simpangan baku secara keseluruhan yaitu 3,15 dari
jumlah siswa yang diamati. Secara lebih jelas analisis butir soal yaitu diuraikan
satu persatu sebagai berikut:
25
4. Analisis Butir Soal Nomor 4
Kulit pohon yang sudah tua terlapisi oleh jaringan gabus. Fungsi
jaringan gabus tersebut adalah [MENCEGAH TERJADINYA
PENGUAPAN AIR YANG BERLEBIHAN]
26
8. Analisis Butir Soal Nomor 8
27
- Korelasi Skor Butir Soal dengan Skor Total: 0,289 [TDK SIGNIFIKAN]
11. Analisis Butir Soal Nomor 11
28
14. Analisis Butir Soal Nomor 14
Perhatikan jaringan berikut
1) Epidermis
2) Sklerenkim
3) Parenkim
4) Kolenkim
Yang termasuk jaringan penguat adalah.
[2 DAN 4]
[MESOKARP]
29
17. Analisis Butir Soal Nomor 17
[1, 2, DAN 3]
30
20. Analisis Butir Soal Nomor 20
31
1. Realibilitas
Reliabilitas = 0,61
Rata-rata = 17,37
Simpang Baku = 6,65
Korelasi XY = 0,44
32
Gambar 5. Hasil Nilai Soal Uraian Siswa SMA Ar Rohmah Malang
33
1. Soal diukur pada sampel minimal yang ditentukan yaitu 30 peserta didik.
2. Tingkat kesukaran soal ideal, sehingga dapat meningkatkan koefisien
realiabilitas, karena soal menghasilkan sebaran skor berbentuk genta atau
kurva normal.
2. Hasil Analisis Tiap Butir Soal
Analisis butir soal uraian nomer 1
Perhatikan gambar anatomi bawang dibawah ini!
Didalam epidermis bawang merah terdapat ruang sel, dinding sel, inti sel
(nukleus), sitoplasma, dan stomata. Jelaskan bagian-bagian tersebut beserta
fungsinya?
(Skor maksimal: 5)
34
Analisis butir soal uraian nomer 2
Jelaskan sel-sel yang terdapat dalam xylem dan floem!
(Skor maksimal: 5)
35
soal nomer 3, soal yang diberikan memiliki kalimat yang kurang praktis
dan sistematis.
36
Soal nomer 5 menunjukkan level kognitif C4 (menganalisis). Hasil
analisis butir soal nomer 5 menunjukkan:
daya pembeda = 35,00 %, dengan kriteria penafsiranbaik, artinya butir
soal uraian nomer 5 memiliki kemampuan yang baik untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan
siswa yang berkemampuan rendah.
tingkat kesukaran 38,75%,dengan kriteria soal sedang,
korelasi skor butir soal dengan skor total = 0,526, jika dibandingkan
dengan nilai taraf signifikansi 5% (0,576) menunjukkan bahwa soal
tidak signifikan. Berarti soal nomer 5 dinyatakan tidak valid untuk
dijadikan alat evaluasi dan perlu dilakukan revisi soal. Beberapa faktor
yang mempengaruhi dianta
ranya: banyak siswa yang tidak menjawab soal nomer 5, soal yang
diberikan memiliki kalimat yang kurang praktis dan sistematis.
37
Setia 18 25 45 45 90
Sidik 17 23 42,5 43 85,5
M.Faruq 17 23 42,5 43 85,5
Danang 17 22 42,5 42 84,5
M. Fahri 16 21 40 41 81
Akmal 16 20 40 40 80
Aminul 16 20 40 40 80
Nur 16 20 40 40 80
Ksatria 16 20 40 40 80
M. Muk 16 20 40 40 80
Esa 16 20 40 40 80
Ahmad 15 20 37,5 40 77,5
Hafis 15 19 37,5 39 76,5
M.Rifki 14 18 35 38 73
Raihan 13 17 32,5 37 69,5
Iqbal 13 16 32,5 36 68,5
Alan 12 16 30 36 66
M.Afik 12 16 30 36 66
Hilmi 12 15 30 35 65
Imam F. 12 12 30 32 62
M. Naufal 12 12 30 32 62
Ahmad 12 11 30 31 61
Nur 12 9 30 29 59
Biyoso 11 9 27,5 29 56,5
M. Safaral 10 9 25 29 54
Bisri 8 8 20 28 48
Ananda 7 0 17,5 20 37,5
38
Kemudian bandingkan dengan nilai yang siswa diperoleh berdasrkan PAP,
dengan cara membandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)
kedalam tabel konversi PAP yang berlaku di SMA AR-Rohmah yaitu pada angka
75, yaitu pada tabel 11 berikut ini:
Apabila sudah mengetahui Kriteria nilai Siswa yang lulus dan tidak lulus,
mulai dari nilai A sampai E makan perlu dibandingkan perolehan nilai siswa
dengan keterangan lulus atau tidak lulus nilai siswa berdasarkan kriteria PAN dan
PAP. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 12 berikut ini.
39
Alan 66 D Tidak Lulus Tidak Lulus
M.Afik 66 D Tidak Lulus Tidak Lulus
Hilmi 65 D Tidak Lulus Tidak Lulus
Imam F. 62 D Tidak Lulus Tidak Lulus
M. Naufal 62 D Tidak Lulus Tidak Lulus
Ahmad 61 D Tidak Lulus Tidak Lulus
Nur 59 E Tidak Lulus Tidak Lulus
Biyoso 56,5 E Tidak Lulus Tidak Lulus
M. Safaral 54 E Tidak Lulus Tidak Lulus
Bisri 48 E Tidak Lulus Tidak Lulus
Ananda 37,5 E Tidak Lulus Tidak Lulus
40
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan kedudukan asessmen, analisis butir soal yang
ilakukan dan kaitannnya dengan penialian PAP dan PAN diatas diperoleh
beberapa kesimpulan antara lain:
1. Kedudukan Assessmen dalam pelajaran biologi sangat penting dan harus
dilakukan oleh guru. Penilaian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
tujuan dan fungsi dari mata pelajaran biologi diterapkan pada jenjang
pendidikan. Penilaian tersebut bertujuan untuk mengetahui perkembangan
kemampuan keterampilan setiap siswa, memperluas wawasan serta
menambah pengetahuan dan kemampuan berbahasa, berpikir,
berintelektual, berbudaya, kematangan emosional, dan sosial.
2. Analisis butir soal dapat dilakukan guru dengan Kuantitatif dan Kualitatif.
Pada proses Kuantitatif yaitu dengan menguji validitasnya,
reliabilitiasnya, daya beda dan tingkat kesukaran yang sesuai. Sementara,
untuk penilaian kualitatif dapat dilakukan oleh guru, ahli materi atau
seseorang yang memiliki kompetensi yang baik dibidangnya pada aspek
materi, kontruksi dan bahasa.
3. Pentingnya penilaaian yang berdasar kepada Penilaian Acuan Patokan
(PAP) dan Penilaian Acuan Normatif (PAN) yang bisa mengkategorikan
siswa sesuai dengan kebutuhan, tujuan pembelajaran dan jenis evaluasi
yang digunakan. Penilaian berdasar PAN menyatakan 17 siswa lulus dan
13 tidak, sementara PAP 16 siswa lulus dan 14 siswa tidak lulus atau
tidak dapat mencapai komptensi yang diharapkan.
B. Saran
Saran yang penulis ajukan untuk dapat melakukan pengujian analisis butir
soal dengan PAP dan PAN yang baik yaitu:
1. Bagi Sekolah penting kiranya sealu melakukan analisis butir soal untuk
menyusun dan menentukan instrument pembelajaran yang baik. Instrumen
41
belajar yang baik berupa penilaian tersebut harus sudah sesuai validitasnya,
reliabilitiasnya, daya beda dan tingkat kesukaran yang sesuai, kualitas
pengecoh dan analisis tiap butir soalnya, kemudian yang tidak kalah penting
yaitu analisis kualitatif dari guru, orang atau lembaga yang memiliki
kompetensi dalam pengemabangan analisis butir soal
2. Bagi guru, kemampuan ini tentu mutlak diperlukan dan tidak bisa disepelekan,
karenanya guru harus menguasi setiap langkah karenanya jika ingin menguji
soal, guru harus menyedian jumlah soal yang banyak. Hal ini dilakukan karena
soalnya yang layak tidak banyak biasanya dan terbatas.
3. Bagi peneliti yang tertarik mengujikan, dapat melakukan pada skala yang
lebih besar sehingga dapat menggambarkan keadaan siswa yang sebanarnya,
berada pada waktu yang tepat yaitu saat tidak ujian jam terakhir, atau setelah
ujian sumatif yaitu UTS dan UAS karena siswa realif tidak memiliki energy
dan semangat untuk dapat mengerjakannya. Hal ini tentu mempengaruhi
analisis butir soal yang kita lakukan.
42
DAFTAR RUJUKAN
Adil M. 2006. Penilaian dan Evaluasi Hasil Belajar. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran. 13(2). 32-41 diakses pada:
http://educare.efkipula.net/index.php?option=com. 8 Mei 2017.
Amirono & Daryanto. 2016. Evaluasi dan Penilaian. Garva Media: Yogyakarta.
Fajar. 2011. Penilaian Acuan Patokan dan Penialain Acuan Normatif. Online,
(diakes pada:
http://penilaian_aturan_patokan_&Penilaian_aturan_normatif.pdf ), diakses
tanggal 9 Mei 2017.
43
Semiawan, C,1991. Prinsip- Prinsip dan Teknik Pengukuran dan Penilaian dalam
Pendidikan. Mutiara: Jakarta.
Rofiq, A. 2011. Tehnik Pemberian Skor dan Nilai Hasil Tes. Paradigma Press:
Jakarta
44
BIOGRAFI PENULIS
45
2. Juara 2 Lomba Cerpen tingkat SMA Kabupaten Lebak-Banten 2009
3. Juara 2 Lomba Cerpen tingkat Universitas 2011
4. Juara 1 Lomba Menulis Nasional Gagasan Perlindungan Badak Jawa
2014
5. Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah Pengembangan Ekowisata Mangrove
Kabupaten Pandeglang Banten 2015
6. Juara 2 Lomba Menulis Cerpen Cagar Budaya Provinsi Banten 2016
7. Juara 1 Lomba Esai Qurani UIN Maulana Malik Ibrahim 2017
8. Juara 1 Lomba Menulis Opini Wicara.co tahun 2017
46
LAMPIRAN
47