ANALISIS FARMASI
Oleh :
NAMA : RAHMANIA ELVINASARI
STAMBUK : F1F212013
LABORATORIUM FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012
DISPERSI PERPUTARAN OPTIK DAN DIKROISME SIRKULAR
Dispersi rotator optik dan dikroisme sirkular merupakan dua metode fisika
yang saling berhubungan erat dan didasarkan pada interaksi polarisasi radiasi
secara sirkular, dengan suatu spesies yang aktif terlihat. Metode sebelumnya
mengukur ketergantungan panjang gelombang dari rotasi molekul dari suatu
senyawa. Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya, rotasi optik pada panjang
gelombang, berapapun itu, yang bergantung pada selisih indeks refraktif dari
suatu zat terhadap polarisasi radiasi d dan l secara sirkuler-yakni terhadap
birefigence sirkuler (nl nd); jumlah ini ditemukan untuk membedakannya melalui
suatu cara khusus sebagai suatu fungsi panjang gelombang. Sebaliknya, dikroisme
sirkuler didasarkan pada fakta bahwa penyerapan molar pada suatu senyawa yang
aktif secara optik akan berbeda-beda yang dikarenakan oleh dua jenis polarisasi
radiasi sirkular. Disini, ketergantungan panjang gelombang dari ( l d) telah
diteliti, dimana l dan d masing-masing adalah absorptivitas molar.
Prinsip-Prinsip Umum
Kurva dispersi perputaran optik terdiri dari suatu bidang rotasi optik
sebagai suatu fungsi panjang gelombang. Dari kurva akan terlihat dua jenis
lengkungan. Lengkungan pertama, wilayah dispersi normal, merupakan wilayah-
wilayah dimana [] hanya berubah secara berangsur-angsur dengan panjang
gelombang. Lengkungan kedua, wilayah dispersi janggal (anomali), yang terjadi
di dekat suatu puncak penyerapan. Jika satu puncak terisolasi dari yang lainnya,
bagian yang janggal dari kurva disperse akan tampak seperti kurva (n l nd) pada
Gambar 13-10. Dimana, rotasi mengalami perubahan yang cepat menuju ke nilai
maksimum (atau minimum), mengubah arah menjadi maksimum (atau minimum),
dan pada akhirnya akan kembali ke nilai dispersi normal. Seperti terlihat dalam
Gambar 13-11, sebuah perubahan dalam tanda rotasi bias jadi mengakibatkan
perubahan-perubahan ini.
Jika molekul memiliki lengkungan penyerapan yang berlebih/tumpang
tindih, seperti yang biasa terjadi, wilayah disperse janggal (tidak biasa) yang
overlap tersebut menyebabkan terjadinya kurva-kurva dispersi rotator optik yang
kompleks, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 13-11. Terlihat bahwa
spectrum penyerapan ultraviolet pada senyawa juga disertakan untuk referensi.
Sudut rotasi diperoleh sebagai sudut antara axis mayor (utama) dari
berkas cahaya elips yang muncul dan bidang polarisasi berkas cahaya yang
masuk. Eliptivitas diperoleh dari sudut ; tangen dengan jelas setara dengan
rasio axis minor pada lintasan elips menuju ke mayor (yakni, OB/OA).
[] = 3305 (l - d) (13-5)
Instrumentasi
pl0 Pd 0
[] =
3305
bc (
log
Pl
log
Pd )
dimana Pl0 dan Pl mewakili daya berkas cahaya l yang terpolarisasi sirkular
sebelum dan setelah melewati suatu larutan dengan panjang b dan mengandung
konsentrasi molar c dari sampel. Istilah Pd dan Pd0 memiliki arti yang setara
dengan radiasi d. jika sekarang Pd = Pd0, maka:
3305 P
log d
[] = bc Pl (13-6)
Oleh karena itu, nilai eliptivitas molekul dapat diperoleh secara langsung
dengan membandingkan daya dari kedua berkas cahaya yang ditransmisikan,
dengan menyediakan intensitas masukan berkas cahaya d dan l yang terpolarisasi
sirkular yang identik.