EKSPERIMEN FISIKA 2
Departemen Fisika-FMIPA
2015/2016
1
Peraturan dan Tata Tertib Laboratorium
2
Daftar Isi
Kata Pengantar
Eksperimen 1. Fotokonduktivitas
Eksperimen 9. Stress-Strain
3
Kata Pengantar
FOTOKONDUKTIVITAS
TUJUAN
Menentukan sifat fotokonduktivitas bahan semikonduktor
TEORI
Konduktivitas adalah ukuran kemampuan material dalam
menghantarkan listrik. Fotokonduktivitas merupakan fenomena
optik dan listrik dimana material menjadi lebih konduktif listrik
karena penyerapan radiasi elektromagnetik seperti cahaya
tampak, sinar ultraviolet, sinar inframerah, atau radiasi gamma.
Ketika cahaya diserap oleh bahan seperti semikonduktor,
jumlah elektron bebas dan lubang elektron meningkat dan
menimbulkan konduktivitas listriknya. Untuk menyebabkan
eksitasi, cahaya yang menumbuk semikonduktor harus
memiliki energi yang cukup untuk menaikkan elektron
melintasi celah pita, atau untuk merangsang cacat (impuritas)
di dalam band gap. Ketika tegangan bias dan resistor beban
yang digunakan terangkai seri dengan semikonduktor,
tegangan jatuh (drop potential) yang melintasi resistor beban
dapat diukur ketika perubahan konduktivitas listrik bahan
bervariasi arus yang mengalir melalui rangkaian.
Contoh klasik material fotokonduktif meliputi polimer
konduktif Polyvinylcarbazole yang dikunakan pada fotokopi,
Timbal sulfide (PbS) yang digunakan pada detector inframerah,
dan Selenium (Se) yang digunakan pada televise dan xerografi.
Ketika bahan fotokonduktif dirangkai sebagai bagian dari
rangkaian, dia berfungsi sebagai resistor yang memiliki
5
resistansi tergantung pada intensitas cahaya. Dalam konteks ini
materi disebut fotoresistor (juga disebut resistor tergantung
cahaya atau fotokonduktor). Aplikasi yang paling umum dari
fotoresistor adalah sebagai fototodetektor (detekor cahaya),
yaitu piranti (divais) yang mengukur intensitas cahaya.
Fotoresistor bukan satu-satunya jenis-jenis sensor cahaya
(fotodetektor) – jenis lainnya termasuk CCD, fotodioda dan
fototransistor - tetapi mereka adalah salah satu fotodetektor
yang paling umum.
Fotokonduktivitas adalah hasil eksitasi pembawa (carrier)
akibat absorpsi cahaya. Kenaikan konduktivitas akibat
meningkatnya jumlah pembawa muatan bergerak (mobile) di
dalam material. Sketsa piranti fotokonduktif ditunjukkan pada
Gambar 1.
6
meningkat. Dimana Eg adalah energi pita celah (bandgap
energy) material semikonduktor tersebut yang diberikan oleh
hc
Eg
dimana λ adalah panjang gelombang foton datang.
Hukum Ohm dalam tinjauan mikroskopis dapat dituliskan
sebagai
J = E
dimana J adalah rapat arus, adalah konduktivitas dan E adalah
medan listrik. Konduktivitas dihubungkan dengan kuantitas
makroskopis sebagai = 1/ = L/RA, dimana adalah
hambatan jenis, R adalah hambatan, L adalah panjang dan A
adalah luas penampang sampel.
Dalam tinjauan mikroskopis, konduktivitas material
semikonduktor adalah
nee p.e h
dimana n adalah konsentrasi elektron, e muatan elektron dan
hole, µe mobilitas elektron, p konsentrasi hole, dan µh mobilitas
hole. Untuk semikonduktor tipe-n pembawa mayoritasnya
adalah elektron yang bermuatan negatif, sedangkan
semikonduktor tipe-p pembawa mayoritasnya adalah hole
(lubang yang ditinggalkan elektron) bermuatan positif.
Saat disinari, konduktivitas akan meningkat dengan suatu
jumlah () adalah
nee p.e h
ne ( e h )
rg c e(e h )
7
dimana rg adalah laju generasi, c adalah lifetime, sedangkan n
dan p adalah rapat kelebihan elektron dan hole.
Ada empat material yang umum digunakan dalam piranti
fotokonduktif: Cadmium sulfida (CdS), Cadmium Sselenida
(CdSe), Timbal sulfida (PbS) dan Thallium sulfida (TlS). Pada
suatu konstruksi piranti fotokonduktif, film tipis dideposisikan
pada substrat isolator. Kemudian, elektroda-elektroda dibentuk
dengan menguapkan logam seperti emas melalui sebuah mask
untuk memberikan pola mirip sisir, seperti ditunjukkan pada
Gambar 2. Geometri ini menghasilkan luasan (area) yang relatif
besar permukaan sensitive dan jarak antar elektroda kecil. Ini
membantu piranti untuk memberikan sensitif tinggi.
8
Gambar 3. Sel fotokonduktif tersinari
Tabel 1. Data
Tegangan sumber (Vs) = 5 volt
Hambatan Resistor (Rout) = 100 k
...
...
15
11
PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
DAFTAR PUSTAKA
12
Eksperimen 2
TUJUAN
TEORI
Piranti semikonduktor seperti dioda dan transistor
menggunakan semikonduktor tipe-n dan tipe-p yang
digabungkan bersama. Secara praktis, dua tipe semikonduktor
sering berupa silikon kristal yang didoping dengan impuritas
donor pada salah satu sisinya dan impuritas akseptor pada sisi
yang lain. Daerah dimana semikonduktor berubah dari tipe-p
menjadi tipe-n disebut persambungan (junction).
Ketika semikonduktor tipe-n dan tipe-p tidak
dikontakkan, masing-masing tipe semikonduktor memiliki
pembawa-pembawa muatan mayoritas. Untuk tipe-p, pembawa
muatan utama (mayoritas) hole positif (ketidakhadiran
elektron), dan tipe-n dengan pembawa mayoritas elektron.
14
hole melewati persambungan (daerah deplesi) akan meningkat
sebagai usaha memapankan kembali kesetimbangan, yang
menghasilkan arus di dalam rangkaian (Gambar 3). Pada
kondisi ini, dioda dikatakan terbias maju (forward biased).
(1)
16
Tetapi masih ada arus hole I0 dalam arah berlawanan. Jadi arus
total sama dengan
(2)
Formula yang sama berlaku untuk arus elektron dari daerah-n
ke daerah-p, dan karena itu untuk seluruh arus yang melewati
persambungan p-n. Catatan, bahwa formula (2) berlaku hanya
untuk bias kecil. Jika bias yang diterapkan lebih besar daripada
perbedaan potensial kesetimbangan yang melintasi
persambungan (daerah deplesi), ekspresi untuk arus lebih
kompleks. Kita dapat menyederhanakannya dengan
mengunakan koefisien koreksional
(3)
Ketika bias cukup besar, dan eV/kBT >> 1, kita dapat
mendekati formula (3) dengan
(4)
Untuk arus bias mundur sama dengan
(5)
Ketika bias besar (eV>>kBT), arus ini sangat kecil dan hampir
sama dengan arus kesetimbangan I0.
17
PROSEDUR
A. Pengukuran Manual
19
ANALISIS DATA
1. Buat kurva antara arus (I) terhadap tegangan bias (V).
Jelaskan kurva yang Anda hasilkan!
2. Tentukan tegangan knee dari masing-masing dioda (LED)
yang Anda uji.
3. Buat Kurva hubungan ln(I/Io) vs tegangan bias (V). Hitung
nilai teoritis (e/kBT) dari kurva, dimana T diasumsikan
adalah suhu ruang, kira-kira 298 K. Hati-hati dengan
satuan Anda!
DAFTAR PUSTAKA
Sze, Semiconductor Devices and Physics. John Wiley
20
Eksperimen 3
TUJUAN
1 Mengamati efek fotovoltaik pada sel surya (solar cell)
persambungan semikonduktor
2 Mengukur dan menganalisis karakteristik-karakteristik
sebuah piranti sel surya (solar cell device)
TEORI
Contac
t Rekombinasi
elektron-hole
23
hubungan arus-tegangan keluaran yang dihasilkan sebuah sel
surya saat disinari dengan energi foton yang sesuai. Hubungan
arus-tegangan sebuah sel surya p-n, ketika tidak disinari mirip
dengan karakteristik hubungan arus-tegangan sebuah dioda
ideal, yaitu
qV
I I 0 exp 1 , IS arus jenuh dioda (1)
kT
24
dan FF disebut ”Fill Factor” sebuah sel surya, yaitu
Vmax I max
FF (7)
VOC I SC
Sedangkan Pin adalah daya energi cahaya (matahari) yang tiba
pada permukaan sel surya. Karakteristik arus-tegangan (I-V)
sebuah sel surya ketika disinari diperlihatkan pada Gambar 4.
Im
Pm
IS
0 Vm VOC
PERALATAN
25
PROSEDUR
hv I
26
TUGAS DAN PERTANYAAN
DAFTAR PUSTAKA
27
Eksperimen 4
TUJUAN
1. Mempelajari prinsip dasar sebuah spektrofotometer
2. Mempelajari karakteristik spektrum absorpsi suatu bahan
TEORI
Cahaya monokromatik adalah cahaya yang memiliki
panjang gelombang (warna) tunggal. Derajat monokromatisitas
sebuah berkas cahaya diberikan oleh spektrum panjang
gelombangnya. Semakin sempit spektrumnya, semakin
monokromatis. Untuk melihat spektrum sebuah sumber cahaya
digunakan spektrofotometer yang dilengkapi sebuah
monokromator sebagai piranti pemisahan spektrum
polikromatik menjadi spektrum-spektrum individualnya.
Monokromator adalah instrumen (alat) yang dapat
menghasilkan panjang gelombang individual (tunggal) dari
sumber polikromatik. Pemisahan panjang gelombang
polikromatik menjadi komponen-komponen panjang
gelombang individual (monokromatik) dapat dilakukan dengan
menggunakan prisma atau kisi, melalui fenomena dispersi
cahaya.
Prisma dapat memisahkan cahaya polikromatik menjadi
komponen-komponen individualnya melalui proses dispersi
berdasarkan variasi nilai indeks biasnya terhadap panjang
gelombang. Indeks bias bahan (prisma) bergantung pada
panjang gelombang, sehingga bila cahaya polikromatik
memasuki prisma dengan sudut tertentu, cahaya akan
dibiaskan berdasarkan panjang gelombangnya. Akibatnya
28
warna cahaya dengan panjang gelombang individual akan
terpisah, fenomena ini disebut dispersi cahaya. Contoh dispersi
cahaya polikromatik menjadi komponen monokromatisnya
dapat diamati pada pembentukan pelangi oleh butir-butir air.
30
Spektrofotometer memiliki aplikasi yang sangat luas,
khususnya dalam bidang analisis kimia. Skema sistem
spektrofotometer ditunjukkan pada Gambar 4.
31
Monokromator (Optometric LLC). Monokromator dilengkapi
dengan sumber cahaya (putih) Lampu Tungsten-Halogen, celah
masuk dan keluar cahaya. Juga disediakan bundel serat optik
1,5 m untuk menjalarkan cahaya.
Lampu
Monokromator
Gambar 5. Monokromator
PROSEDUR
32
3. Catat pembacaan fotometer (tanpa satuan) pada 400
nm. Putar sekrup monokoromator sejauh 5 nm, catat
pembacaan fotometer. Lanjutkan pengukuran hingga
panjang gelombang 760 nm (setiap kenaikan 5 nm).
Tabelkan data Anda.
Lampu
Detector
7867
Monokromator
Sampel uji
PowerMeter
No (nm) Io
1 400
2 405
3 410
... ...
... ...
... 760
33
B. Mengukur Spektrum Absorbans Larutan CuSO4
1. Buat larutan CuSO4 dengan konsentrasi 0,5 g/L.
Masukkan larutan CuSO4 secukupnya ke dalam kuvet
hingga 3/2 bagian terisi.
2. Susun komponen seperti pada Gambar 5. Tempatkan
kuvet sampel diantara ujung serat optik dengan bukaan
fotometer.
3. Mula-mula ukur intensitas referens (blanko) seperti
berikut ini. Tempatkan kuvet kosong pada holder kuvet.
Posisi monokromator pada 400 nm. Arahkan fiber optik
ke permukaan kuvet sedemikian sehingga cahaya
melewati kuvet menuju fotometer. Catat intensitas
setiap kenaikan 5 nm hingga panjang gelombang 780
nm.
4. Letakkan kuvet berisi larutan CuSO4 ke dalam holder
kuvet. Arahkan ujung serat optik ke permukaan kuvet
sedemikian sehingga cahaya menembus larutan menuju
bukaan fotometer. Posisi awal monokromator pada 400
nm. Catat intensitas pada fotometer untuk setiap
kenaikan 5 nm hingga panjang gelombang 760 nm.
5. Jika memungkinkan, lakukan percobaan yang sama
untuk konsentrasi larutan CuSO4 yang berbeda.
Lampu
7867
Monokromator
Sampel uji
PowerMeter
34
Tabel 1. Data Transmitans dan Absorbans CuSO4
1 400
2 405
3 410
... ...
... ...
... ...
... 760
ANALISIS DATA
35
DAFTAR PUSTAKA
36
Eksperimen 5
TEKNIK VAKUM
TUJUAN
TEORI
37
vakum masih terbatas (belum mampu membuat vakum mutlak,
setidaknya masih terdapat ribuan atau bahkan jutaan molekul
dalam setiap cm3 ruang).
Dalam proses atau pengukuran fisika, keadaan vakum
sangat diperlukan dengan alasan-alasan diantaranya: untuk
meregangkan jarak tempuh partikel sebelum saling
bertumbukan agar partikel-partikel dari sumber ke target
bergerak tanpa tumbukan (contoh: tabung televisi), untuk
mengurangi jumlah tumbukan molekular per detik sehingga
memperkecil kontaminasi permukaan ruang yang akan
divakumkan (contoh: deposisi lapisan tipis), dan berbagai
alasan lainnya. Pemompaan pada sebuah ruang menyebabkan
berkurangnya jumlah molekul di dalam ruangan, sehingga
kerapatan (konsentrasi) melekul di dalam ruang berkurang.
Akibatnya lintasan bebas rata-rata (mean free path) molekul
menjadi lebih besar, artinya jumlah tumbukan antara molekul
berkurang.
Keadaan suatu molekul yang paling bebas dan lemah
interaksinya diterangkan dalam model gas ideal yang memiliki
ciri-ciri: molekul diasumsikan sebagai bola- bola kecil yang
volumnya jauh lebih kecil daripada volum ruang, molekul
bergerak bebas dalam ruang seolah-olah tidak ada pengaruh
satu sama lain dan bergerak dengan kecepatan tetap serta
tidak ada gaya luar yang bekerja padanya, andaipun terjadi
tumbukan antar molekul maka tumbukannya dianggap elastik
sempurna. Asumsi-asumsi ini membawa konsekuensi terhadap
hukum-hukum yang berlaku; pertama, memenuhi persamaan
keadaan PV=nRT dengan seluruh turunannya seperti hukum
Boyle, dll; kedua, jumlah molekul mengikuti pengertian
bilangan Avogadro yaitu untuk gas memiliki jumlah molekul
yang sama, NA=6.023x10-23 molekul per molnya.
38
Secara eksperimen pengertian vakum adalah keadaan gas
yang memiliki konsentrasi molekul yang lebih rendah dari
konsentrasi molekul udara di atmosfir di sekitar permukaan
bumi. Konsentrasi gas dinyatakan dengan tekanan dalam ruang
tersebut, dengan demikian dalam ruang vakum tekanan gas
senantiasa lebih dalam ruang digunakan pompa (hisap).
Berdasarkan kemampuannya memberikan tekanan sisa
(residual pressue) dalam ruang, dikenal antara lain tiga macam
pompa, yaitu:
1. Pompa mekanik (rotary pump) dengan tekanan residu 10-2
s.d. 10-3 mmHg. Digunakan untuk pemvakuman awal bagi
operasi pompa vakum tinggi.
2. Pompa difusi (diffuse pump) dengan tekanan residu 10-5
s.d. 10-8 mmHg
3. Pompa ion atau percikan ion dengan tekanan residu 10-8
s.d. 10-10 mmHg
Tekanan terendah yang mampu dicapai oleh sebuah pompa
selain ditentukan oleh kemampuan pompa itu sendiri juga
dipengaruhi oleh sifat-sifat bahan yang digunakan dan
kebocoran sistem peralatan , khususnya vacuum chamber.
Pompa mekanik bekerja menggunakan prinsip pompa
piston yaitu dengan memasukkan gas dengan volum yang
besar dan bertekanan rendah kemudian mengeluarkannya ke
atmosfir dengan pengurangan volum secara kontinyu. Namun
karena viskositas gas rendah maka pompa vakum memiliki
desain berupa bundaran berputar yang berada di dalam oli
yang berfungsi sebagai penyekat dan pelumas antara bagian-
bagian yang bergesekan, Gambar 1. Gas dihisap ke ruang A
melalui saluran masuk yang dapat terbuka/tertutup akibat
berputarnya rotor. Bilah metal (vane) memisahkan ruang A dan
B dan dapat naik/turun sesuai dengan gerakan rotor. Gas
39
dipindahkan dari ruan A ke ruang B sehigga katub (valve)
terbuka dan gas keluar. Katup ini mencegah gas mengalir
masuk kembali.
40
Gambar 2. Pompa Vakum Difusi
41
Gambar 3. Pompa vakum ion
PROSEDUR
43
PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
DAFTAR PUSTAKA
44
Eksperimen 6
SERAT OPTIK
TUJUAN
TEORI
Core
Cladding
Jacket
45
Serat optik umumnya berbentuk kabel silinder yang dibuat
dari bahan dielektrik kaca atau plastik. Struktur geometri serat
optik ditunjukkan pada Gambar 1, terdiri dari inti (core) dari
bahan kaca atau plastik, dibungkus dengan mantel (cladding),
dan bahan pelindung berupa bahan jacket.
Inti serat optik berfungsi sebagai media penjalaran
gelombang optik (cahaya). Cahaya yang membawa informasi
dipandu melalui serat optik berdasarkan fenomena total
internal reflection (pemantulan sempurna). Oleh karena itu
dipersayaratkan bahwa inti (core) harus memiliki indeks
refraksi (n) lebih besar dari indeks refraksi cladding nya,
sehingga ketika cahaya memasuki inti dengan sudut datang
lebih besar dari sudut kritis (persamaan 1) akan mengalami
pantulan internal total secara berulang-ulang di dalam inti,
seperti diperlihatkan pada Gambar 2.
n
1 c sin 1 2 (1)
n1
46
pemantulan internal total di dalam inti serat optik, yaitu sinar
yang dapat terpandu menjalar di dalam serat optik. Dengan
demikian, NA merupakan ukuran kemampuan memandu cahaya
dari sebuah serat optik. Nilai NA serat optik dapat ditentukan
dengan mengukur sudut divergens kerucut cahaya yang dapat
memasuki inti dan menjalar sepanjang serat optik (Gambar 3).
Numerical Aperture dituliskan sebagai
NA sin n 1 n 2
2 2
(2)
48
Jumlah moda propagasi pada serat optik ditentukan oleh
beberapa faktor dengan persamaan
1 d
2
m NA (3)
2
m adalah banyaknya moda yang mungkin, d adalah diameter
inti serat optik, λ adalah panjang gelombang cahaya yang
dipandu dan NA adalah numerical aparture. Dengan demikian
serat optik dengan diameter inti lebih besar akan mempunyai
modus lebih banyak.
Serat optik yang terbuat dari bahan dielektrik dapat
menyerap gelombang EM yang melewatinya. Kualitas sebuah
serat optik juga ditentukan oleh besarnya serapan gelombang
EM, serat optik yang memiliki koefisien absorpsi yang kecil
memiliki kemampuan pandu yang lebih baik. Kehilangan akibat
absorpsi pada serat optik dengan panjang L mematuhi hukum
eksponensial. Penurunan daya (P) ketika cahaya berpropagasi
epanjang sumbu serat (diasumsikan dalam arah x) diberikan
oleh
P( z ) Poe2z (4)
Dengan P(z) adalah daya pada jarak z dari input ke serat, P(0)
adalah daya pada input serat, dan 2 adalah konstanta
pelemahan daya (1/km). Faktor 2 masuk dalam definisi
konstanta pelemahan daya (power attenuation constant) karena
secara tradisional adalah konstanta pelemahan untuk medan
listrik sedangkan daya sebanding dengan kuadrat dari medan
listrik.
Persamaan (4) sering ditulis dalam suku-suku konstanta
pelemahan yang diekspresikan dalam desibel (dB) per kilometer
(dB/km). Pelemahan (dalam dB) didefinsikan oleh
49
P
dB 10 log 10 1 (5)
P2
dimana P1 dan P2 adalah level daya cahaya dua titik berbeda di
dalam serat optik. Nilai dalam dB/km, dengan demikian
jumlah energi cahaya yang melewati serat optik dapat
ditentukan.
Kehilangan daya cahaya di dalam serat optik dapat pula
diakibatkan oleh faktor internal maupun eksternal. Kehilangan
eksternal diantaranya akibat kelengkungan serat yang disebut
bending losses. Bending losses terjadi akibat berubahnya sudut
datang cahaya sehingga serat optik kehilangan sebagian moda
propagasi, akibatnya sebagian cahaya keluar dari inti serat
optik, Gambar 5. Besarnya bending losses ini bergantung pada
jari-jari dan jumlah kelengkungan.
50
Salah satu aplikasi serat optik adalah pada sistem
komunikasi berbasis gelombang cahaya. Skema sistem
komunikasi serat optik ditunjukkan pada Gambar 6, dimana
serat optik sebagai media pandu gelombang optik. Di ujung
depan serat optik dilengkapi dengan beberapa komponen,
yaitu piranti masukan pesan, modulator berfungsi untuk
mengubah sinyal analog ke digital dari pesan analog yang
dihasilkan oleh bagian masukan, serta memodulasi gelombang
cahaya yang dibangkitkan oleh LED atau LD. Sumber
gelombang pembawa berupa LED atau LD yang dimodulasi oleh
sebuah rangkaian modulator mengubah sinyal listrik menjadi
optik. Di ujung lain serat optik (bagian penerimaan) terdiri dari
komponen: detektor, signal processor, dan piranti keluaran
pesan (message output).
Prinsip sistem komunikasi serat optik adalah memodulasi
gelombang pembawa dengan sinyal yang dikirim,
menggunakan sebuah rangkaian modulator. Modulasi optik
adalah proses menumpangkan sebuah gelombang sinyal pada
gelombang pembawa (cahaya) sehingga dapat dikirim melalui
serat optik. Gelombang cahaya dibangkitkan oleh sebuah
sumber cahaya yaitu LED atau LD (Laser Diode) sebagai
konverter sinyal listrik menjadi optik cahaya. Untuk mengambil
sinyal yang terkirim melalui proses modulasi, maka di ujung
lain serat optik dipasang sebuah detektor cahaya yang
mengubah sinyal optik menjadi sinyal listrik. Selanjutnya, sinyal
listrik tersebut diproses oleh sebuah pemroses sinyal yang
berisi penguat (amplifier), filter dan demodulator yang
berfungsi memisahkan gelombang pembawa dan sinyal
(pesan).
51
Reproduced
from [1]
52
PERALATAN
Fiber Optic Communication Kit. Kit ini terdiri dari dua panel
utama yaitu Transmitter Board (Tx) dan Receiver Board (Rx)
yang dilengkapi masing-masing dengan beberapa modul untuk
dipasangkan pada slot-slot pada kedua panel.
53
Gambar 8. Modul-modul Transmitter dan Receiver Board
54
PROSEDUR
56
Tabel 1. Data atenuasi serat optik
57
B. Dinamometer Serat Optik
60
4. Hubungkan input osiloskop ke GND dan MP2 pada panel
Receiver (RX Board). Set sensitivitas pada 1V/kotak dan set
waktu pada kira-kira 2.5 ms/kotak
5. Plug sumber daya pada panel Transmitter (TX) dan Receiver
(RX) ke sumber listrik (gunakan adaptor yang tersedia).
6. Amati variasi waktu sinyal yang berasal dari panel Receiver
pada osiloskop.
7. Dengan mengatur potensiometer pada panel Transmitter,
rentang (range) tegangan keluaran dapat ditentukan. Set
sinyal pada pertengahan rentang linear menggunakan
potensiometer.
8. Ganti modul Low Frequency Generator (LF.GEN) dengan
modul Microphone Amplifier (MIC.AMP) pada panel (TX).
9. Sisipkan modul Low Frequency Amplifier (LF.AMP) ke dalam
Slot-2 pada panel Receiver (RX).
10. Posisikan kedua set-up panel sejauh mungkin satu dengan
yang lain untuk mencegah feedback akuistik.
11. Set volume (loudness) dengan menggunakan potensiometer
pada LF.AMP sedikit di bawah level sumber feedback
akuistik.
12. Sistem siap mentransfer sinyal akuistik (pembicaraan,
musik).
ANALISIS DATA
61
2 Buat kurva daya transmisi (dalam Volt) terhadap diameter
kelengkungan (untuk satu lilitan), ada empat diameter
kelengkungan.
3 Buat kurva daya transmisi (dalam Volt) terhadap jumlah
lilitan untuk setiap diameter kelengkungan.
4 Hitung atenuasi (A) serat optik pada setiap kondisi
pengukuran (diamater dan jumlah lilitan serat optik)
berdasarkan data percobaan Poin A8-10 menggunakan
persamaan (6).
5 Buat kurva antara atenuasi (A) terhadap diameter
kelengkungan (untuk satu lilitan)
6 Buat kurva antara atenuasi (A) terhadap jumlah lilitan
untuk setiap diamater kelengkbungan.
7 Jelaskan pengamatan Anda terhadap sistem komunikasi
sinyal akuistik (suara) dan sinyal digital
62
DAFTAR PUSTAKA
63
Eksperimen 7
TUJUAN
Mengukur karakteristik serapan (absorpsi) optik dan
menentukan celah semikonduktor.
TEORI
Gap of forbidden
energies
Conducto
r
Insulator Semiconductor
69
Gambar 5. Spektrum absorpsi film CdS
PROSEDUR
72
DAFTAR PUSTAKA
1. Leybold-Heraeaus, Physics Experiments Vol. 3, Optik,
Atomic and Nuclear Physics, Solid-State Physics
2. PHYWE, University Laboratory Experiments: Physics, Vol. 1-
5, 1995, Gottingen, Germany.
73
Eksperimen 8
TUJUAN
Mendmonstrasikan prinsip modulasi dan komunikasi LASER
TEORI
Teknologi komunikasi telah mengalami perkembangan
secara terus-menerus ke frekuensi pembawa (carrier) yang
lebih tinggi, mulai dari beberapa ratus kilohertz (kHz) pada
zaman Marconi hingga beberapa ratus terahertz (tHz) sejak
menggunakan laser di dalam system serat optik. Penggerak
(driving force) utama adalah bahwa bandwidth yang digunakan
– dan oleh karenanya kapasitas transmisi – meningkat
sebanding dengan frekuensi pembawa (carrier).
Dalam beberapa dekade terakhir, komunikasi optik
mengalami kemajuan yang sangat pesat sejak
diperkenalkannya sistem komunikasi serat optik. Dengan
komunikasi serat optik, kapasitas pengiriman data (informasi)
sangat besar dalam waktu yang singkat. Di lain pihak,
komunikasi tanpa kabel (wireless) berbasis gelombang
elektromagnetik juga mengalami perkembangan yang sangat
maju.
Informasi ditransmisikan dari suatu titik ke titik lainnya
melalui modulasi. Modulasi, yang membentuk basis
komunikasi, adalah proses transmisi sinyal data frekuensi
rendah yang ditumpangkan pada sinyal pembawa (carrier)
frekuensi tinggi.
74
Seperti telah difahami, bahwa diperlukan dua sinyal untuk
proses modulasi. Yaitu, sinyal data (voice, music, map, video)
yang akan ditransmisikan dan sinyal pembawa berfrekuensi
tinggi. Untuk tiga alasan modulasi adalah keniscayaan.
Pertama, sinyal data (data signal) frekuensi rendah yang tidak
memiliki yang cukup untuk menjalar untuk jarak yang jauh.
Kedua, jika sinyal data frekuensi rendah tidak ditumpangkan
pada sinyal pembawa (carrier signal), dalam kata lain jika tidak
dimodulasi, dimensi antena akan menjadi panjang tidak efisien
(inefficiently long). Hal ini karena dimensi antena berbanding
terbalik dengan frekuensi. Ketiga, bandwidth sinyal data adalah
20 Hz-20 kHz dan dengan mengasumsikan rentang frekuensi
modulai amplitudo adalah 5-10 kHz, mungkin beberapa harus
didirikan. Untuk alasan ini mengakibatkan modulasi sebagai
basis dari komunikasi merupakan tuntutan yang perlu
digunakan.
PERALATAN
1. Laser Helium Neon yang dilengkapi modolator frekuensi
rendah (untuk suara) dan frekuensi tinggi (untuk video).
(Ingat: Laser ini memerlukan supply listrik 110 VAC. BUKAN
220VAC). Hati-hati!
2. Function Generator sebagai sumber sinyal analog
3. Osiloskop untuk melihat efek modulasi
4. Detektor Laser
5. Mikorofon sebagai sumber sinyal analog dan Speaker
6. Trafo 220 VAC /100 VAC
75
PROSEDUR
A. Modulasi dengan SinyalFunction Generator
1. Hubungankan Laser dengan sumber listrik (Trafo) 100 VAC.
Tidak boleh lebih besar dari 100 VAC.
2. Hubungkan Function Generator dangan Laser melalui
konektor BNC pada Laser.
3. Tempatkan Detektor Laser pada suatu jarak (sekitar 5 m)
dari Laser.
4. Hubungkan sebuah Detektordengan Osiloskop pada salah
satu Channel.
5. Hubungkan Function Generator dengan Osiloskop pada
Channel lainnya.
5. Set Osiloskop sedemikian sehingga muncul dua gelombang
pada layar.
6. Hidupkan Laser, arahkan ke Detektor.
7. Set frekuensi Function Generator. Perhatikan dua gelombang
pada layar.
9. Modulasi terjadi ketika gelombang yang berasal dari Laser
berubah dari sinyal yang berasal langsung dari Function
Generator.
76
B. Modulasi Laser dengan Gelombang Suara
1. Hubungankan Laser dengan sumber listrik (Trafo) 100 VAC.
Tidak boleh lebih besar dari 100 VAC.
2. Hubungkan Mikrofon dengan Laser melalui konektor BNC
pada Laser.
3. Tempatkan Detektor Laser pada suatu jarak (sekitar 5 m)
dari Laser.
4. Hubungkan sebuah Detektor dengan Speaker.
5. Hidupkan Laser, arahkan ke Detektor.
6. Hidupkan Speaker.
7. Bersuara pada Mikrofon. Dengan suara Anda pada Speaker.
77
Eksperimen 9
STRESS-STRAIN
TUJUAN
Tujuan eksperimen ini adalah menemukan hubungan antara
stress aksial (normal) dan strain untuk beberap material.
TEORI
Sebuah benda padat akan mengalami perubahan bentuk
(deformasi) ketika dikenai gaya dari luar. Perubahan bentuk
(deformasi) dapat berupa perubahan panjang, luas atau
volume.
Rasio gaya (F) yang diterapkan terhadap luas penampang
(A) suatu material disebut stress, diberikan oleh
F
Stress satuan: Newton per meter2 atau Pascal (Pa)
A
78
Stress (N/m3)
Plastic
Region
Strain
III. PERALATAN
Peralatan Stress-Strain stretches (and in some cases breaks) a
test coupon while it measures the amount of stretch and force
experienced by the test coupon. Software digunakan untuk
membuat plot stress vs. strain, yang memungkinkan Modulus
Young, daerah elastik, daerah plastik, yield point, dan break
point yang akan ditentukan.
79
IV. SET UP EKSPERIMEN
V. PROSEDUR
Kalibrasi Apparatus
Selama percobaan, ketika engkol diputar, gaya akan
diterapkan pada kupon tes (sampel logam), menyebabkan
kupon meregang. Namun, gaya ini juga akan menyebabkan
platform aparatus dan Force Sensor menekuk. Perpindahan
tersebut yang didaftarkan oleh RMS akan menjadi kombinasi
dari peregangan kupon dan sisa lentur aparatus.
Terlepas dari seberapa besar kupon membentang,
deformasi sisa peralatan konstan untuk kekuatan. Kita dapat
81
mengukur deformasi ini secara langsung dengan menggunakan
lempeng kalibrasi (yang tidak meregang secara signifikan) di
tempat kupon ketika gaya diterapkan. Tujuannya adalah untuk
menciptakan sebuah plot perpindahan terhadap gaya (Force)
untuk lempeng kalibrasi, di mana perpindahan ini hanya akibat
lenturan aparaturus. Kemudian, kurangi plot ini dari plot
serupa yang dibuat dengan kupon, di mana perpindahan hasil
dari kedua lenturan aparatus dan peregangan kupon. Hasilnya
akan plot di mana perpindahan ini hanya akibat peregangan
kupon.
82
2. Tempatkan lengan tuas di posisi awal. Putar engkol
berlawanan arah jarum jam dan tarik lengan tuas menjauh
dari Force Sensor (Gambar 3).
3. Plot Posisi versus Gaya (Force). Tekan tombol Tare pada
Force Sensor. Klik tombol Start. Tunggu sampai angka dari
jam percobaan berwarna kuning. Putar engkol searah jarum
jam. Mulai sebelum lengan tuas menyentuh Force Sensor,
putar engkol sangat lambat. Data Studio akan mulai
merekam ketika gaya yang diterapkan pada kupon mencapai
2,5 N, atau 1% dari maksimum (seperti yang ditunjukkan di
peraga digit "% Max Force"). Terus memutar engkol sampai
gaya mencapai 100% dari maksimum. Pada titik ini, Data
Studio akan berhenti merekam secara otomatis. Ubah nama
data run berisi data kalibrasi menjadi "Cal".
Figure 4
83
a. Drag "Displacement (t) vs Coupon Force (t) (mm)" ke
"Please define variable 'Displacement'." (Figure 4)
b. Drag "Cal" ke "Please define variable 'Cal'."*
(DataStudio akan menampilkan kotak perhatian yang
menyatakan "single run is selected". Klik tombol Yes
pada kotak itu. Klik "Accept."
5. Siapkan perhitungan untuk Stress. Dalam dialog Calculator,
pilih fungsi yang didefinisikan "Stres (F) = Force / Area".
Pada bagian Variabel, masukkan cross-sectional Area dari
kupon dalam milimeter persegi. Klik "Accept."
6. Siapkan perhitungan untuk Strain. Dalam dialog Kalkulator,
pilih fungsi yang didefinisikan "Regangan (F) = Displacement
/ Length". Pada bagian Variabel, masukkan Length bagian
yang sempit dari kupon dalam milimeter. Klik "Accept."
7. Tutup dialog Calculator.
PENGAMBILAN DATA
1. Pasang kupon. Lepaskan bar kalibrasi dan kembalikan klip
dan nuts. Tempatkan salah satu ujung kupon di bawah salah
satu klip. Atur engkol sedemikian sehingga ujung kupon
berlawanan dapat selip dengan mudah di bawah klip lainnya.
Kencangkan kedua nuts dengan kunci pas. Dengan tidak ada
gaya diterapkan untuk kupon, sedikit sentuhan pun akan
terlihat dalam kupon.
Klip harus memegang kupon cukup ketat sehingga tidak
akan tergelincir (slip) ketika gaya diterapkan. Namun, lebih-
mengencangkan mur akan merusak baut. Gunakan penilaian
terbaik Anda. Jika ragu, kesalahan pada sisi bawah
pengetatan (Gambar 5).
84
2. Tempatkan lengan tuas di posisi awal. Putar engkol
berlawanan arah jarum jam dan tarik lengan tuas menjauh
dari Force Sensor Force (Gambar 3).
3. Koleksi data. Tekan tombol Tare pada Force Sensor Force.
Klik tombol Start. Tunggu sampai angka dari jam percobaan
menguning. Putar engkol searah jarum jam. Mulai sebelum
lengan tuas bersentuhan dengan Force Sensor, putar engkol
sangat lambat. Setelah selesai mengumpulkan data, klik
Stop. (Jika gaya maksimum tercapai, DataStudio akan
berhenti secara otomatis.) Jika kupon rusak/putus, itu harus
rusak/putus di tengah. Jika kupon rusak/putus dekat akhir,
itu mungkin memutar/twist sedikit ketika dipasang,
sehingga titik stres yang lebih tinggi di mana itu pecah.
4. Ubah nama run data untuk mengidentifikasi kupon. Gunakan
metode yang sama digunakan untuk mengubah nama data
kalibrasi.
85
DATA ANALYSIS
Pada grafik Stres versus Strain, identifikasi dan catat daerah
elastis, daerah plastik, titik luluh (yield point), dan titik putus
(jika ada). Untuk menghitung modulus Young, pilih wilayah
data yang meliputi linear, bagian kiri bawah grafik. (Bagian
pertama dari plot mungkin tidak linear. Non-linear ini
kemungkinan disebabkan penegakan tikungan dan tikungan di
kupon ketika kekuatan pertama diterapkan. Tidak termasuk
wilayah ini dalam seleksi.) Terapkan fit kurva linear untuk data
yang dipilih. Kemiringan garis adalah modulus Young dalam
satuan MPa (atau MN/m2 atau N/mm2). Catat Young Modulus.
PERTANYAAN
1. Tentukan stres mekanik dalam kata-kata Anda sendiri dan
termasuk sketsa. Diskusikan apa yang secara fisik terjadi
pada kupon ketika mengalami stress.
2. Tentukan regangan (Strain) mekanik dalam kata-kata Anda
sendiri dan termasuk sketsa. Diskusikan apa yang secara
fisik terjadi pada kupon ketika mengalami ketegangan.
3. Sketsa grafik sampel Stress vs. Strain dari data Anda.
Identifikasi daerah-daerah berbeda. Diskusikan hubungan
antara stress dan strain di wilayah ini.
86
4. Apakah kupon yang dapat menahan kekuatan terbesar juga
mengalami stres terbesar? Jelaskan.
5. Apakah kupon yang dapat menahan gaya terbesar juga
mengalami strain terbesar? Jelaskan.
5. Apakah grafik tersebut sesuai dengan Hukum Hooke?
Jelaskan.
6. Bandingkan kupon kuningan ketebalan yang berbeda respek
terhadap Modulus Young dan Yield point. Sertakan
penjelasan pada tingkat atom.
7. Jika kupon yang terentang melampaui batas yield-nya, tetapi
tidak melampaui break point-nya, akan nya Young Modulus
berubah? Jelaskan.
8. Jelaskan apa yang akan terjadi pada grafik Stress-Strain jika
kupon dipanaskan. Jelaskan.
87
Eksperimen 10
EFEK TERMOLISTRIK
TUJUAN
TEORI
Pembawa arus berupa muatan listrik di dalam bahan
(material) dapat mentransformasikan energy panas. Sebaliknya
perbedaan suhu dapat mengalirkan muatan listrik di dalam
bahan. Efek akibat interaksia ntara muatan listrik dan panas
(termal) disebut Efek Termolistrik atau Termolistrisitas. Sejauh
ini dikenal beberapa efektermolistrik, yaitu Efek Seebeck, Efek
Peltier dan Efek Thomson. Dalam percobaan ini hanya akan
diamati Efek Seebeck dan Efek Peltier.
Jika gradient temperatur (∆T) diterapkan melintasi sebuah
logam atau semikonduktor, pembawa-pembawa energetik
(electron dan hole) pada ujung lebih panas cenderung bergerak
menuju ujung yang lebih dingin (Gambar 1). Hasilnya, aliran
elektron (atau hole) ini mengakibatkan ujung-ujung logam atau
semikonduktor ini menjadi bermuatan listrik.
88
Pada Gambar 1, elektron-elektron energetik pada
semikondukor Tipe-n meninggalkan ujung panas menuju
ujung dingin dan membuat ujung tersebut bermuatan negatif
dan ujung yang ditinggalkannya bermuatan positif, kejadian
sebaliknya terjadi pada semikonduktor Tipe-p. Akibat transfer
muatan-muatan tersebut menimbulkan beda potensial (∆V)
antara kedua ujung material tersebut. Beda potensial tersebut
dikenal sebagai GGL Termolistrik yang dikarakterisasi oleh daya
termolistrik (S) yang didefinisikan sebagai rasio beda potensial
terhadap gradient temperatur yang diterapkan pada kedua
ujung
dV
S (1)
dT
Untuk bahan yang pembawa dominannya adalah elektron, S
berharga negatif (semikonduktor Tipe-n). Jika pembawa
dominana dalah hole (semikonduktor Tipe-p), S bernilai positif.
Gambar 1 dan hubungan pada persamaan (1) dikenal
sebagai Efek Seebeck. Efek Seebeck ditemukan oleh seorang
fisikawan Rusia-Jerman bernama Thomas Johann Seebeck
(1821) ketika dia mengamati sebuah persambungan (junction)
dua logam berbeda yang digabungkan (kopel) pada masing-
masing salah satu ujungnya. Ketika ujung terkopel ini diberi
beda temperatur terhadap ujung-ujung bebas kedua logam
akan dihasilkan beda potensial pada kedua ujung-ujung bebas
tersebut. Efek Seebeck ini juga diterapkan sebagai termometer
yang disebut Termokopel.
Dalam perkembangannya efek Seebeck dikonstruksi dari
bahan semikonduktor, seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Dua
tipe sekonduktor berbeda (tipe-n dan tipe-p) terpisah dengan
jarak tertentu namun terdapat kontak arus (logam konduktor)
antara salah satu ujung kedua bahan semikonduktor. Ketika
89
logam konduktor yang mengubungkan kedua bahan
semikonduktor diberi beda temperatur mengakibatkan
pembawa-pembawa energetik mengalir di dalam bahan
semikonduktor menuju ujung bebas sehingga menghasilkan
beda potensial pada kedua ujung bebas tersebut. Konstruksi
ini dapat menghasilkan daya listrik yang lebih besar
dibandingkan konstruksi termokopel. Prinsipnya,
90
Gambar 3. Efek Peltier
PERALATAN
Thermoelectric Converter. Fungsi utama peralatan ini ada dua
yaitu mengubah energi termal menjadi energi listrik (Efek
Seebeck) dan sebaliknya (Efek Peltier). Peralatan ini terdiri dari
sel termolistrik yang diapit oleh dua elektroda aluminium
membentuk sepasang kaki, seperti pada Gambar 4. Kedua kaki
aluminium ini berfungsi mentransfer panas ke dalam sel atau
menerima panas dari sel. Aparatus ini dilengkapi dengan
konektor catu daya (5 VDC, 3A) dan saklar untuk merubah
moda operasi yaitu dari ∆T E (Efek Seebeck) atau E ∆T
(Efek Peltier). Selain itu juga dilengkapi baling-baling yang akan
berputar ketika ada suplai arus dari sel termolistrik ketika
diberi beda temperatur pada kedua kaki-kakinya.
Efek Seebeck
92
Tabel Data
No. Temperatur (oC) Tegangan
(Volt)
T1 T2 l∆Tl
1
2
3
...
Efek Peltier
93
5. Variasikan tegangan berturut-turut: 1V, 2V, 3V, 4V dan 5V.
6. Catat temperature masing-masing kaki Thermoelectric
Converter (T1 dan T2) untuk setiap beda tegangan yang
diterapkan. Hitung perbedaan temperature kedua kaki.
Catat datanya di dalam Table di bawah.
Tabel Data
V T1 T2 ITI
No.
TUGAS
DAFTAR PUSTAKA
1. Physics Properties of Materials, Mervyn Lovell, dkk. ELBS,
UK
2. Thermoelectric Converter, Instruction Sheet, PASCO, Model
TD-8550A
94
Eksperimen 11
TUJUAN
TEORI
Hukum elektrolisis I Faraday menggambarkan hubungan
antara besar arus yang mengalir dan volume gas yang
dihasilkan pada peristiwa elektrolisis. Hal ini berasal dari
kenyataan bahwa satu atom hidrogen yang dihasilkan memiliki
satu elektron yang berkontribusi terhadap aliran arus, I=Q/t (I
adalah arus, Q adalah muatan dan t adalah waktu.
Hukum elektrolisis I Faraday dituliskan sebagai
R.I .T .t
V (1)
F . p.z
dengan V adalah volume teoritis gas yang dihasilkan (m3), R
adalah konstanta gas umum (8,314 J/mol.K), p adalah tekanan
ambient dalam Pa (1 Pa = 1N/m2), F adalah konstanta Faraday
(96485 C/mol; 1C = 1 As), T adalah temperatur ambient (K), I
adalah arus listrik, t adalah waktu (detik) dan z adalah jumlah
elektron yang membebaskan satu molekul (untuk Hidrogen,
z=2, yaitu 2 mol elektron diperlukan untuk membebaskan 1
mol hidrogen, dan untuk Oksigen, z=4).
95
Konstantan Faraday F adalah kuantitas muatan yang
dimiliki oleh 1 mol elektron, menurut persamaan
F = NA. e (2)
dimana NA adalah konstanta Avogadro dan e adalah muatan
elementer. Untuk menentukan konstanta Faraday, kuantitas
tertentu dari hidrogen dan oksigen yang diproduksi dengan
menggunakan peralatan Voltameter Hoffman:
2 H2O 2 H2 + O2 (3)
Gas hidrogen yang dihasilkan selama elektrolisis dikumpulkan
dan volumenya diukur. Satu mol ion monovalent H+ menyerap
satu mol muatan negatif (e-) untuk tujuan netralisasi. Jadi, dua
mol elektron diperlukan untuk memproduksi satu mol H2
karena setiap ion H+ dinetralisasi oleh elektron dari arus
elektrolisis.
Efisiensi konversi () sel elektroliser dinyatakan sebagai
jumlah energi input (energi listrik) yang menghasilkan energi
kimia (hidrogen),
E hidrogen V H 2 .H o
energi (4)
Elistrik U o .I .t
VH2 adalah volume hidrogen yang dihasilkan (m3), Ho adalah
nilai kalorik hidrogen yaitu jumlah energi yang dilepaskan
selama pembakaran (oksidasi) = 12,745 x 106 J/m3, Uo adalah
tegangan listrik (volt), I adalah arus listrik (A) dan t adalah
waktu (detik).
Efisiensi Faraday diperoleh dengan formulasi berikut
V H 2 (diproduksi)
Faraday (5)
V H 2 (teori )
96
Voltameter gas letup menggunakan bejana berupa sel Hoffman
berbentuk H yang terbuat dari tabung gelas dilengkapi dengan
skala (Gambar 1). Dua kaki bejana sebelah bawah terbuka
dengan tujuan untuk memasukkan sepasang elektroda (platina
dan karbon), sedangkan dua kaki sebelah atas dilengkapi
dengan keran (valve). Diantara kedua kaki bejana terdapat
penghubung dengan resevoar larutan (air) yang terbuka keluar
berbentuk corong untuk memasukkan larutan. Ketika
berlangsung peristiwa elektrolisis, gas letup akar tertampung di
atas larutan di bawah keran yang tertutup rapat, dimana gas
hidrogen pada kaki sisi katoda sedangkang oksigen pada sisi
anoda. Volume gas-gas yang tertampung ditentukan dari tinggi
skala yang terdapat pada bejana dan diameternya. Laju
perubahan volume gas yang dihasilkan ditentukan oleh besar
arus listrik yang diterapkan pada kedua elektroda. Arus yang
digunakan berasal dari sumber arus searah.
- Hoffman’s Voltameter
- Power Supply, 15 V, regulated
- Voltmeter, range 30 V
- Amperemeter, range 10 A
PROSEDUR
98
Tabel 1. Data
Waktu V o l u m e V o l u m e Arus
Rasio H2/O2
(menit) Hidrogen (ml) Oksigen (ml) (mA)
10
15
20
25
30
TUGAS
99
DAFTAR PUSTAKA
100
Eksperimen 12
TERMOMETER DIODA
TUJUAN
Mempelajari karakteristik dioda sebagai termometer dan
menentukan celah pita (Eg) semikonduktor
TEORI
I = Io [eeV/kT−1] (1)
102
tegangan (voltage) yang melintasi dioda, kadalah konstanta
Boltzmann, danT adalah temperatur mutlak dalam Kelvin. Kurva
I-V diode ideal ditunjukkan pada Gambar 2.
Kita perlu ekspresi untuk arus balik (reverse current) Io, yang
sangat bergantung pada temperatur (T) tapi tidak pada
tegangan (V). Hal ini dapat dilihat bahwa Io sebanding dengan
faktor Boltzmann eeV/kT and T3+2, dimana adalah konstanta.
adalah konstanta yang bergantung pada kebergantungan
temperatur dari mobilitas, lifetime, dan koefisien difusi dari
pembawa-pembawa minoritas yang tertentu pada sebuah
dioda. Jadi kita memandang adalah konstan dengan
mengasumsikan bahwa kita tidak akan meletakkan diode pada
temperatur ekstrim (sekitar 0 K atau pada temperature sangat
tinggi yang melebihi titik leleh material) yang akan merubah
sifat (karakteristik) pembawa minoritas pada diode. Kita dapat
menuliskan Io sebagai,
103
Io = AT3+2e−Eg/kT. (2)
I = Be−Eg/kT+eV/kT. (4)
104
rangkaian akan ditempatkan dalam suatu sistem dimana
temperaturnya dapat divariasikan dan dimonitor.
106
PROSEDUR
1. Hubungkan catu daya 12-V ke catu arus konstan.
2. Hubungkan diode yang akan diuji ke catu daya arus
konstan. Siapkan dua voltmeter bagus, sehingga jika anda
ingin melakukan eksperimen pada dua diode secara
simultan, hubungkan mereka secara seri. (Sumber arus
kontan akan men-drive keduanya secara seri). Pastikan
diode terhubung dengan polaritas benar. Hubungkan
kawat-kawat ke voltmeter sedemikian sehingga anda dapat
mengukur tegangan yang melintasi diode-dioda.
3. Celupkan diode di dalam minyak mineral, dan tingkatkan
secara gradual temperatur minyak. Catat temperatur dan
tegangan (V) hingga temperatur maksimum 150 oC.
4. Dinginkan wadah larutan minyak dengan memasukkan
kedalam wadah yang lebih besar yang mengandung air es.
Catat tegangan (V) setiap penurunan temperatur.
5. Plot T versus V. Apakah terdapat (ada) daerah-daerah
dimana grafik menyimpang (deviates) dari prediksi linear?
Jika ada, kenapa?
6. Tarik garis lurus yang menghubungkan data-data hingga
memotong sumbu tegak (sumbu tegangan V).
7. Hitung celah pita (band gap) untuk setiap sampel (diode),
dengan menggunakan perpotongan pada sumbu tegak
(tegangan V). Analisis juga data kemiringan (slope) kurva
berdasarkan hubungan I-V dioda.
107
Tabel 1. Data pengukuran
DAFTAR PUSTAKA
108