Anda di halaman 1dari 20

SOP KETUBAN PECAH DINI

No. :
Dokume
SO n
P No.Refisi :

Tanggal :
Terbit
Halaman :
PUSKESMAS Sofia Yasinntha
WAIPARE NIP. 19610911
199002 2 001
1. Pengertian
Ketuban pecah sebelum proses persalinan berlangsung

2. Tujuan Mencegah terjadinya infeksi intra uterin


Semua Dokter kebidanan, bidan, perawat kamar bersalin
3. Kebijakan yang bekerja di Puskesmas Waipareberkewajiban
melaksanakan prosedur kebidanan dan keperwatan sesuai
dengan instruksi kerja yang dibuat oleh Puskesmas Waipare

Penanganan KPD memerlukan pertimbangan usia gestasi,


adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin, dan adanya
tanda tangan persalinan

1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan


4. Referensi informasi publik dan peraturan pelaksanaannya (Lembaran
Negara tahun 2008 nomor 61 Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4846)

2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan


Publik (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 112)
Lembaran Negara Nomor 5038

3. Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009

4. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2010 Tentang


Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang
Keterbukaan Informasi Publik

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 Tentang


Puskesmas

6. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 857 Tahun 2009 Tentang


Pedoman Penilaian Kinerja SDM Puskesmas
1. Istirahat baring / bedrest 3 x 24 jam atau sampai dengan
5. Posedur/ ketuban tidak mengalir lagi
Langkah- 2. Tokolitik melalui cairan infus
langkah 3. Mengawasi suhu dan cek leukosit
4. Memberikan progesterone
5. Jika tanda-tanda infeksi positif lakukan Secsio Caesaria (SC)
6. Bila umur kehamilan aterm tunggu 6 jam diharapkan muncul
kontraksi (his)
7. Tetapi bila 6 jam his negative, lakukan induksi
8. Memberikan antibiotik
9. Jika tanda-tanda infeksi motivasi untuk SC

Rawat Inap Kamar Bersalin


6. Unit Terkait

7. Dokumen
Terkait
SOP KEHAMILAN SEROTINUS
No. :
Dokume
SO n
P No.Refisi :

Tanggal :
Terbit
Halaman :
PUSKESMAS Sofia Yasinntha
WAIPARE NIP. 19610911
199002 2 001
1. Pengertian
Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang berlangsung lebih dari
perkiraan yang dihitung dari HPHT, di mana usia kehamilannya
melebihi 42 minggu dan belum terjadi persalinan.

menentukan keadaan janin, karena setiap keterlambatan akan


2. Tujuan menimbulkan resiko kegawatan.

3. Kebijakan

4. Referensi

5. Posedur/ Penentuan keadaan janin dapat dilakukan :


Langkah-
langkah 1. Tes tanpa tekanan (non stress test).

Bila memperoleh hasil non reaktif maka dilanjutkan dengan


tes tekanan oksitosin. Bila diperoleh hasil reaktif maka nilai
spesifisitas 98,8% menunjukkan kemungkinan besar janin
baik.

2. Gerakan janin.

Gerakan janin dapat ditentukan secara subjektif (normal rata-


rata 7 kali/20 menit) atau secara objektif dengan tokografi
(normal rata-rata 10 kali/20 menit), dapat juga ditentukan
dengan USG. Penilaian banyaknya air ketuban secara
kualitatif dengan USG (normal > 1 cm/bidang) memberikan
gambaran banyaknya air ketuban, bila ternyata
oligohidramnion, maka kemungkinan telah terjadi kehamilan
lewat waktu.

3. Amnioskopi.
Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin
keadaan janin masih baik. Sebaliknya air ketuban sedikit dan
mengandung mekonium akan mengalami resiko 33%
asfiksia.

Ada beberapa cara untuk pengakhiran kehamilan, antara


lain

1. Induksi partus dengan pemasangan balon kateter Foley.

2. Induksi dengan oksitosin.

3. Bedah seksio sesaria.

Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan


pada

1. Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang

2. Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi


gawat janin, atau

3. Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-


eklampsia, hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas)
dan kesalahan letak janin.

Unit kamar bersalin,Dokter SpOG dan Apotik


6. Unit Terkait

7. Dokumen
Terkait
SOP IUFD
No. :
Dokume
SO n
P No.Refisi :

Tanggal :
Terbit
Halaman :
PUSKESMAS Sofia Yasinntha
WAIPARE NIP. 19610911
199002 2 001
1. Pengertian
Kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari
rahim ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan (Sarwono, 2005

2. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi IUFD.
2. Untuk mengetahui etiologi terjadinya IUFD.
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari IUFD.
4. Untuk mengetahui manisfestasi klinik dari IUFD.
5. Untuk mengetahui klasifikasi IUFD.
6. Untuk mengetahui faktor resiko IUFD.
7. Untuk mngetahui diagnosa dan diagnosis banding IUFD.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan IUFD.
9. Untuk mengetahui jenis-jenis persalinan untuk jenin mati?

3. Kebijakan

4. Referensi
1. Diagnosa dan Diagnosa Banding
5. Posedur/ Anamnesis
Langkah-
Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan
langkah
janin sangat berkurang. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah
besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasanya.
Atau wanita belakangan ini merasakan perutnya sering menjadi
keras dan merasakan sakit seperti mau melahirkan.
Inspeksi
Tidak terlihat gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat
terutama pada ibu yang kurus.

Palpasi
Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak
teraba gerakanan janin. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan
adanya krepitasi pada tulang kepala janin.

Auskultasi
Baik memamakai setetoskop monoral maupun dengan dopler tidak
terdengar terdengar DJJ.

Reaksi kehamilan
Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati
dalam kandungan.

Rontgen Foto Abdomen


Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar
janin

2. Penatalaksanaan
a.
2. Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan berkolaborasi dengan dokter
spesialis kebidanan melalui hasil USG dan rongen foto abdomen,
maka bidan seharusnya melakukan rujukan.
3 Menunggu persalinan spontan biasanya aman, tetapi penelitian oleh
Radestad et al (1996) memperlihatkan bahwa dianjurkan untuk
menginduksi sesegera mungkin setelah diagnosis kematian in utero.
Mereka menemukan hubungan kuat antara menunggu lebih dari 24
jam sebelum permulaan persalinan dengan gejala kecemasan. Maka
sering dilakukan terminasi kehamilan.
Unit kamar bersalin, UGD,Dokter SpOG dan Apotik
6. Unit Terkait

7. Dokumen
Terkait
SOP MENGUKUR TEKANAN
DARAH
No. :
Dokume
SO n
P No.Refisi :

Tanggal :
Terbit
Halaman :

PUSKESMAS Sofia Yasinntha


WAIPARE NIP. 19610911
199002 2 001
1. Pengertian Merupakan tatacara pemeriksaan tekanan darah. Tekanan darah
merupakan indikator untuk menilai sistem kardiovaskuler bersamaan
dengan pemeriksaan nadi.
2. Tujuan Mengetahui nilai tekanan darah.

3. Kebijakan

4. Referensi
1. Alat dan bahan:
5. Posedur/
Langkah-
langkah Sphigmomanometer (tensi meter) yang terdiri dari :

Manometer air raksa dan klep penutup dan pembuka.

Manset udara

Slang karet

Pompa udara dari karet dan sekrup pambuka


penutup.

Stetoskop.

Buku catatan nadi dan pena

2. Prosedur :
Cara Palpasi

1. Jelaskan prosedur pada klien.

2. Cuci tangan

3. Atur posisi pasien.


4. Letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi
telentang.

5. Lengan baju dibuka.

6. Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar


3 cm diatas fossa cubiti (jangan terlalu ketat
maupun terlalu longgar).

7. Tentukan denyut nadi arteri radialis


dekstra/sinistra.

8. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi


arteri radialis tidak teraba.

9. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mm


Hg lebih tinggi dari titik radialis tidak teraba.

10. Letakkan diafragma stetoskop diatas nadi


brachialis dan kempeskan balon udara manset
secara perlahan dan berkesinambungan dengan
memutar skrup pada pompa udara berlawanan
arah jarum jam.

11. Catat hasil.

12. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

Cara Auskultasi

1. Jelaskan prosedur pada klien.

2. Cuci tangan

3. Atur posisi pasien.

4. Letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi


telentang.

5. Lengan baju dibuka.

6. Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar


3 cm diatas fossa cubiti (jangan terlalu ketat
maupun terlalu longgar).

7. Tentukan denyut nadi arteri radialis


dekstra/sinistra.

8. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi


arteri radialis tidak teraba.

9. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mm


Hg lebih tinggi dari titik radialis tidak teraba.

10. Letakkan diafragma stetoskop diatas nadi


brachialis dan dengarkan.

11. Kempeskan balon udara manset secara perlahan


dan berkesinambungan dengan memutar skrup
pada pompa udara berlawanan arah jarum jam.

12. Catat tinggi air raksa manometer saat pertama kali


terdengar kembali denyut.

13. Catat tinggi air raksa manometer

Suara Korotkoff I : menunjukkan besarnya


tekanan sistolik secara auskultasi.

Suara Korotkoff IV/V : menunjukkan


besarnya tekanan diastolik secara
auskultasi.

14. Catat hasilnya pada catatan pasien.

15. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

6. Unit Terkait Unit kamar bersalin, UGD,Dokter SpOG dan Apotik

7. Dokumen
Terkait
SOP PENGUKURAN DENYUT
NADI
No. :
Dokume
SO n
P No.Refisi :

Tanggal :
Terbit
Halaman :
PUSKESMAS Sofia Yasinntha
WAIPARE NIP. 19610911
199002 2 001
1. Pengertian getaran/denyut darah yang terjadi didalam pembuluh darah arteri
akibat kontraksi ventrikel kiri jantung. Pada umumnya ada 10 tempat
untuk merasakan denyut nadi yaitu frontalis, temporalis, karotid,
apikal(apekscordis), brankialis, femoralis, radialis, poplitea,
dorsalispedis dan tibialis posterior.
2. Tujuan
Untuk Mengukur nadi pasien yang sebagai salah satu bagian dari
tanda-tanda vital tubuh.

3. Kebijakan

4. Referensi

5. Posedur/ 1. Persiapan
Langkah-
langkah PersiapanAlat :

Jam tangan

Hanscoen & APD lainnya

catatan dan alat tulis

Persiapan untuk Pasien, Perawat, dan Lingkungan :


Perkenalkan diri anda pada klien, termasuk nama,
jabatan atau peran, dan jelas apa yang akan anda
lakukan.

Pastikan identitas klien

Jelaskan prosedur dan alasannya dilakukan


tindakan tersebut

Cuci tangan sebelum kontak dengan klien


baru, kenakan APD

Berikan privasi untuk klien, atau posisikan


dan tutup klien sesuai kebutuhan
Bila klien baru beraktivitas, tunggu 5-10
menit untuk memeriksa denyut nadi

2. Prosedur

PEMERIKSAAN FREKUENSI DENYUT ARTERI


RADIALIS
Minta pasien untuk menyingsingkan baju yang
menutupi lengan bawah

Pada posisi duduk, tangan diletakkan pada


paha dan lengan ekstensi. Pada posisi tidur
terlentang, kedua lengan ekstensi dan
menghadap atas.

Lakukan palpasi ringan arteri radialis dengan


menggunakan jari telunjuk dan jaritengah ,
lakukan palpasi sepanjang lekuk radial pada
pergelangan tangan

Rasakan denyut arteri radialis dan irama yang


teratur

Hitung denyut tersebut selama satu menit

PEMERIKSAAN FREKUENSI DENYUT ARTERI


BRACHIALIS

Menyingsingkan lengan baju pasien yang


menutupi lengan atas

Pada posisi duduk, tangan diletakkan pada


paha dan lengan ekstensi. Pada posisi tidur
terlentang, kedua lengan ekstensi dan
menghadap atas.

Lakukan palpasi ringan arteri dengan


menggunakan jari telunjuk dan jari tengah
pada fossa kubiti (lekuk antara otot bisep dan
trisep diatas siku)

Rasakan denyut arteri brankialis dan irama


yang teratur

Hitung jumlah denyut selama satu menit

PEMERIKSAAN FREKWENSI DENYUT ARTERI


KAROTIS

Minta pasien melepaskan baju sehingga


bagian leher terlihat jelas

Pasien duduk dengan posisi tangan


diistirahatkan diatas paha

Inspeksi kedua sisi leher untuk melihat denyut


arteri karotis

Mintalah pasien untuk memalingkan kepala


pada sisiarah yang berlawanan dengan yang
akan diperiksa

Kemudian lakukan palpasi dengan lembut,


jangan terlalu keras untuk menghindari
rangsangan sinus karotid

Dengan menggunakan jari tengah dan telunjuk


palpasi sekitar otot sternokleidomastoideus
bagian medial

Perhatikan perubahan denyut pada saat


menarik atau menghembuskan napas

3. Setelah Prosedur:

a. Ucapkan terimakasih kepada klien

b. Segera laporkan adanya temuan abnormal.

c. Bersihkan dan kembalikan peralatan yang digunakan

d. Buka APD dan cuci tangan

6. Unit Terkait Unit kamar bersalin, UGD,Dokter SpOG dan Apotik

7. Dokumen
Terkait
SOP PEMERIKSAAN
PERNAPASAN
No. :
Dokume
SO n
P No.Refisi :

Tanggal :
Terbit
Halaman :
PUSKESMAS Sofia Yasinntha
WAIPARE NIP. 19610911
199002 2 001
1. Pengertian
Suatu tindakan untuk mengukur jumlah pernafasan pasien yang

dilakukan dalam 1 menit (1 inspirasi diikuti ekspirasi)

2. Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan

tindakan mengukur pernafasan


3. Kebijakan

4. Referensi

5. Posedur/ 1. Persiapan Alat


Langkah-
langkah Jam tangan dalam satuan detik

Buku catatan

Stetoskop k/p

2.Persiapan Pasien

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

Atur posisi pasien duduk atau terlentang

3. Persiapan Petugas

Masker k/p

4. Pelaksanaan Tindakan

1. Perawat memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga


serta menjelaskan mengenai prosedur yang akan dilakukan

2. Perawat meminta persetujuan tindakan secara lisan kepada


pasien/keluarganya

3. Perawat menjaga privacy pasien dengan cara memasang tirai

4. Perawat melakukan identifikasi pasien sesuai dengan


prosedur

5. Perawat melakukan kebersihan tangan sesuai dengan


prosedur
6. Perawat mengenakan APD sesuai dengan prosedur

7. Perawat meletakkan lengan pasien pada posisi yang rileks


menyilang di abdomen atau dada

8. Perawat mengamati irama, kedalaman dan bunyi nafas

9. Perawat menghitung siklus pernafasan secara utuh satu kali


inspirasi dan satu kali ekspirasi selama 1 menit penuh

10. Perawat merapikan alat yang telah diberikan dan membuang


sampah sesuai dengan prosedur

11. Perawat menjelaskan kepada pasien/keluarga bahwa tindakan


selesai dilakukan dan mohon undur diri

12. Perawat melepas APD sesuai dengan prosedur

13. Perawat melakukan kebersihan tangan sesuai prosedur

14. Perawat mencatat di buku catatan vital sign pasien

15. Perawat mendokumentasikan hasil jumlah pernafasan pasien


pada lembar grafik

KIA,UGD,Polik MTBS,Ruang Tindakan


3. Unit Terkait

4. Dokumen
Terkait
SOP MENGUKUR SUHU
No. :
Dokume
SO n
P No.Refisi :

Tanggal :
Terbit
Halaman :
PUSKESMAS Sofia Yasinntha
WAIPARE NIP. 19610911
199002 2 001
1. Pengertian
Suatu tindakan untuk mengukur suhu tubuh seseorang dengan

menggunakan alat termometer melalui aksila

2. Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan

tindakan mengukur suhu tubuh per aksila

3. Kebijakan

4. Referensi

5. Posedur/ 1. Persiapan Alat


Langkah-
langkah Termometer bersih dalam tempatnya

Tissue

Bengkok

Buku Catatan dan alat tulis

2. Persiapan Pasien

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

Atur posisi pasien dengan duduk atau berbaring

5. Persiapan Petugas
Menggunakan APD yang terdiri dari :

Sarung tangan k/p

6. Pelaksanaan Tindakan

1. Perawat memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga


serta menjelaskan mengenai prosedur yang akan dilakukan

2. Perawat meminta persetujuan tindakan secara lisan kepada


pasien/keluarganya

3. Perawat menjaga privacy pasien dengan cara memasang tirai

4. Perawat melakukan identifikasi pasien sesuai dengan


prosedur

5. Perawat melakukan kebersihan tangan sesuai dengan


prosedur

6. Perawat mengenakan APD sesuai dengan prosedur

7. Perawat menurunkan air raksa thermometer dibawah 35


derajad dengan cara diayunkan

8. Perawat mengeringkan ketiak dengan tissue

9. Perawat meletakkan thermometer di bagian tengan axilla dan


silangkan lengan pasien di dada

10. Perawat mendiamkan thermometer selama 6-10 menit

11. Perawat mengangkat termometer dan membersihkan dengan


tissu dengan gerakan rotasi mulai dari arah pangkal ke ujung.

12. Perawat membaca thermometer dan sejajar dengan mata

13. Perawat mencuci dan membilas thermometer di air yang


mengalir dan menggunakan sabun lalu dikembalikan ke
tempat penyimpanan

14. Perawat merapikan alat yang telah diberikan dan membuang


sampah sesuai dengan prosedur
15. Perawat menjelaskan kepada pasien/keluarga bahwa tindakan
selesai dilakukan dan mohon undur diri

16. Perawat melepas APD sesuai dengan prosedur

17. Perawat melakukan kebersihan tangan sesuai prosedur

18. Perawat mencatat di buku catatan vital sign pasien

19. Perawat mendokumentasikan hasil suhu tubuh pasien pada


lembar

KIA,UGD,Polik MTBS,Ruang Tindakan


6. Unit Terkait

7. Dokumen
Terkait

Anda mungkin juga menyukai