Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH SOSIOLOGI

TOKOH TOKOH PENCETUS ILMU SOSIOLOGI

Diajukan sebagai Tugas Mandiri Mata Kuliah NTM

Semester Ganjil Tahun Akademik 2016 / 2017

Angkatan XIII

Disusun Oleh :

Andri Irawan Sanjaya

( 2130 402 028 )

FAKULTAS MANAGEMENT PERHOTELAN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PARIWISATA

INTERNASIONAL

STEIN

JAKARTA

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-

Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga Penulis dapat


menyelesaikan makalah mata kuliah SOSIOLOGI. Kemudian shalawat beserta

salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah

memberikan pedoman hidup yakni Al-quran dan Sunnah untuk keselamatan umat

di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Manajemen Hotel di

program studi Management Perhotelan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

Pariwisata Internasional (STEIN). Selanjutnya penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Witarsa Tambunan selaku dosen

pembimbing mata kuliah Manajemen Hotel dan kepada segenap pihak yang telah

memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.

Akhirnya Penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan

dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran

yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 15 Januari 2017

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah.......................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2
2.1 Karl Max........................................................................................................2
2.1.1 Teori Karl Max.....................................................................................3
2.1.2 Analisa Karl Max Tentang Kapitalisme...............................................4
2.2 Ferdinan Tonnies...........................................................................................8
2.2.1 Teori Ferdinan Tonnies........................................................................9
2.3 Talcot Parsons..............................................................................................13
2.3.1 Teori Talcot Parsons...........................................................................16

BAB III PENUTUP...........................................................................................................22


3.1 Kesimpulan...........................................................................................22
3.2 Saran.....................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sosiologi merupakan suatu ilmu yang telah melalui proses perkembangan

pemikiran filosofi dan empirical-histories. Fenomena sosial yang terjadi di Eropa

Barat antara abad ke-15 hingga abad ke-18 merupakan latar belakang yang sangat

mempengaruhi perkembangan sosiologi. Sosiologi dianggap sebagai ilmu

pengetahuan yang memiliki banyak pengertian dikarenakan sangat banyak

masalah sosiologi yang ada di masyarakat.

Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang terus berkembang. Suatu

pandangan dan pemahaman yang digagas oleh pakar sosiologi pada jaman

tertentu, akan mendapat kritikan dan pembaharuan oleh pakar sosiologi pada

jaman berikutnya, tergantung dari situasi sosial dan politk pada jamannya, dengan

menjadikan pandangan yang dahulu sebagai titik tolak untuk mendapatkan

gagasan baru.

1.2 Rumusan Masalah

a. siapa sajakah tokoh tokoh yang berperan dalam teori teori sosiologi ?

b. bagaimana mereka bisa mencetuskan teori tersebut ?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Untuk lebih mengetahui biografi para ahli sosiologi

b. Untuk Memahami apa yang di fikirkan para ahli tersebut

c. Untuk Mengetahui tentang makna teori teori tersebut

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Karl Max

Karl Marx lahir di Trier, sebuah kota di Jerman, dekat perbatasan dengan

Prancis di tahun 1818. lahir setelah perang Napoleon, dan setahun setelah David

Ricardo meluncurkan bukunya The Principles of Political Economy. Dia

merupakan pendiri Idiologi komunis yang sekaligus merupakan seorang teoritikus

besar kapitalisme. Bukan hanya sekedar ekonom, namun juga seorang philosopis,

sosiologis, dan seorang revolusionir. Merupakan seorang profesor dalam berbagai

ide yang Revolusioner, yang menginspirasi pemikir-pemikir lainnya. Setelah

menyelesaikan gelar Ph. D dalam filsafat pada tahun 1841 di Bonn, Berlin, dan

Jena. Maka dari sinilah karier Marx dimulai. Pemikiran Karl Marx merupakan

adopsi antara filsafat Hegel, French, dan tentunya pemikiran dari David Ricardo

(pemikir teori ekonom klasik). Analisa Karl Marx tentang kapitalisme merupakan

aplikasi dari teori yang dikembangkan oleh G.W.F Hegel, dimana teorinya

berpendapat juka,sejarah berproses melalui serangkaian situasi dimana sebuah

ide yang diterima akan eksis, tesis. Namun segea akan berkontradiksi dengan

oposisinya, antitesis. Yang kemudian melahirkanlah antitesis, kejadian ini akan

terus berulang, sehingga konflik-konflik tersebut akan meniadakan segala hal

yang berproses menjdai lebih baik.

Karl Marx beserta teman dekatnya, yakni Friedrich Engles (1820-1895)

menuliskan sebuah buku Das Kapital, yang isinya kurang lebih tentang

bagaimana ekonomi sosial atau komunis diorganisasikan. Yang kemudian disusul

2
buku The Communist Manifesto (1848) yang berisikan daftar singkat karakter

alamiah komunis. Dimana suprastruktur yang berfungsi untuk menjaga relasi

produksi yang dipengaruhi oleh historis (seni, literatur, musik, filsafat, hukum,

agama, dan bentuk budaya lai yang diterima oleh masyarakat). Prinsip-prinsip

komunis modern dalam bukunya tersebut antara lan :

1. pengahapusan kekayaan tanah dan menerapkan sewa tanah bagi tujuan-tujuan

publik.

2. pengenaan pajak pendapat (tax income) yang bertingkat.

3. pengapusan seluruh hak-hak warisan.

4. penarikan kekayaan seluruh emigran dan para penjahat atau pemberontak.

5. sentralisasi kredit pada negara melalui bank nasional dengan modal negara dan

monopoli yang bersifat eksklusif.

6. sentralisasi alat-alat komunikasi, dan transportasi di tangan negara.

7. perluasan pabrik dan alat-alat produksi yang dimilki oleh negara, menggarap

tanah yang tanah, dan meningkatkan guna tanah yang sesuai dengan perencanaan

umum.

Karl Marx percaya dalam kapitalisme, terjadi keterasinagan (alienasi)

manusia dari dirinya sendiri. Kekayaan pribadi dan pasar menurutnya tidak

memberikan nilai dan arti pada semua yang mereka rasakan sehingga

mengasingkan manusia, manusia dari diri mereka sendiri. Hasil keberadaan pasar,

khususnya pasar tenaga kerja menjauhkan kemampuan manusia untuk

memperoleh kebahagiaan sejati, karena dia menjauhkan cinta dan persahabatan.

Dia berpendepat bahwa dalam ekonomi klasik, menerima pasar tanpa

3
memperhatikan kekayaan pribadi, dan pengaruh kebradaan pasar pada manusia.

Sehingga sangat penting untuk mengetahui hubungan antra kekayaan pribadi,

ketamakan, pemisahan buruh, modal dan kekayaan tanah, antara pertukaran

dengan kompetisi, nilai dan devaluasi manusia, monopoli dan kompetisi dan lain-

lain. Fokus kritiknya terhadap ekonomi klasik adalah tidak memepertimbangkan

kekuatan produksi akan meruntuhkan hubungan produksi.

2.1.1 Teori Karl Marx

Hasil dari teori historis Karl Marx pada masyarakat antara lain :

masyarakat feudalisme, dimana faktor-faktor produksi berupa tanah

pertanian dikuasai oleh tuan-tuan tanah.


Pada masa kapitalisme hubunganantara kekuatan dan relasi prodksi akan

berlangsung, namunkarena terjadi peningkatan output dan

kegiatanekonomi, sebagaimana feudalisme juga mengandung benih

kehancurannya, maka kapitalismepun akan hancur dan digantikan dengan

masyarakat sosialise.
Masa sosialisme dimana relasi produksi mengikuti kapitalisme masih

mengandung sisa-sisa kapitlisme.


Pada masa komunisme, manusia tidak didorong untuk bekerja dengan

intensif uang atau materi.

Menurut Karl Marx dalam komoditas dan kelas dapat dibagi menjadi dua kelas,

yaitu:

1. kaum kapitalis (borjuis) yang memiliki alat-alat produksi.


2. Kaum buruh (proletar) yang tidak memiliki alat-alat produksi, ruang kerja,

maupun bahan-bahan produksi.

4
Teori historis dari Karl Marx mencoba menerapkan nya ke dalam

masyarakat, dengan meneliti antara kekuatan dan relasi produksi. Dimana

nantinya akan terjadi sebuah kontradiksi, yang berakibat perubahan kekuatan

produksi dari penggilingan tangan pada sistem feodal menjadi penggilingan uap

pada sistem kapitalisme. Menurutnya satu-satunya biaya sosial untuk

memproduksi barang adalah buruh.

2.1.2 Analisa Karl Marx Tentang Kapitalisme

Karl marx adalah salah satu penentang ekonomi kapitalis memunculkan

akibat social yang tidak diinginkan dan sebagai pertentangan pada kapitalisme

menjadi lebih nyata dari waktu ke waktu. Kritik karl marx ini tertuang pada

hukum Karl Marx tentang kapitalisme, yang berisi tentang :

1. Surplus pengangguran

Pada konsep tentang surplus pengangguran ini, Karl Marx berpendapat

bahwa selalu terjadi kelebihan penawaran tenaga kerja yang erdampak pada

penekanan tingkat upah sehingga menjadi surplus value dan keuntungan tetap

bernilai positif. Karl Marx melihat ada 2 faktor penyebab terjadinya surplus

tenaga kerja ini. Pertama, yaitu Direct Recruitment yang terjadi akibat

penggantian tenaga kerja manusia oleh mesin-mesin produksi. Kedua, Indirect

Recruitment yang terjadi akibat adanya anggota baru tenaga kerja yang memasuki

pasar tenaga kerja.

2. Penurunan tingkat keuntungan

5
Dalam model Karl Marx dirumuskan bahwa tingkat keuntungan (P)

mempunyai hubungan positif dengan tingkat surplus Value (S) dan mempunyai

hubungan negative dengan organic komposition of capita (Q).P=S(1-Q)

Dengan asumsi bahwa surpus value dipertahankan untuk tidak berubah. Setiap

kenaikan dalam organic composition of capital akan menghasilkan penurunan

pada tingkat keuntungan, melalui mekanisme sebagai berikut.

Menurut Karl Marx ada pengaruh yang kuat para kapitalis untuk

menghimpun modal. Penghimpunan modal ini berarti bahwa aka nada lebih banya

fariabel modal yang digunakan untuk menambah tenaga kerja, sehingga akan

menaikkan upah dan akan mengurangi tingkat pengangguran. Tingkat surplus

value akan mengalami penurunan sebagai akibat dari naiknya upah, begitu juga

tingkat laba juga akan turun. Para kapitalis akan bereaksi dengan mengganti

tenaga kerja manusia dengan mesin dengan menambah organic composition of

capital. Jika tingkat surplus value dipertahankan untuk tidak berubah maka

kenaikan pada organic composition of capital akan mendorong tingkat keuntungan

pada level yang lebih rendah.

3. Krisis Bisnis

Pada konteks krisis bisnis (depresi), Karl Marx berpendapat bahwa adanya

perubahan orientasi atau tujuan dari proses produksi dari tujuan nilai guna pada

zaman ekonomi barter berubah menjadi tujuan nilai tukar dan keuntungan saat

dibawah kapitalisme, menyebabkan terjadinya fluktuasi ekonomi. Pada ekonomi

barter, produse hanya menghasilkan barang untuk dikonsumsi sendiri atau ditukar

dengan komoditi yang lain, sehingga pada saat ekonomi barter ini tidak pernah

6
terjadi over produksi. Sedangkan ketika tujuan produksi berubah menjadi nilai

tukar dan keuntungan maka terjadinya over produksi pada suatu perekonomian

akan mungkin terjadi. Over produksi itu sendiri akan berdampak pada

menurunnya tingkat keuntungan.

Perubahan tingkat keuntungan tersebut akan berdampak pada pengeluaran

untuk infestasi. Volatility dari pengeluaran infestasi inilah yang menurut pendapat

Karl Mark merupakan penyebab umum dari fluktuasi pada keseluruhan aktifitas

ekonomi. menghasilkan siklus bisnis, hal ini Karl Marx bercermin pada

pertumbuhan dramatic pada industry tekstil di Inggris dengan mekanisme sebagai

berikut. Adanya ledakan pada teknologi akan menyebabkan peningkatan

akumulasi dari modal dan permintaan pada tenaga kerja. Jumlah pengangguran

akan berkurang, tingkat upah akan naik, surplus value akan berkurang, dan tingkat

surplus value akan berkurangdan akhirnya akan mengurangi tingkat keuntungan.

Penurunan tingkat keuntungan akan menyebabkan penurunan akumulasi modal

dan akan menyebabkan depresi. Namun menurut Karl Marx depresi ini

mempunyai elemen yang akhirnya, cepat atau lambat akan menyebabkan ekspansi

yang baru pada kegiatan ekonomi.

Teori klasikmelihat bahwaadanya pasar di harapkan dapat memecahkan

masalah alokasi sumber daya yang ada, hal ini akan menciptakan suatu kondisi

keseimbangan dalam jangka panjang.

4. Jatuhnya nilai profit dan krisis bisnis

7
Dalam model Karl Marxian sebuah ekonomi klasik dengan jelas bergantung

pada kapitalis itu sendiri yang berupaya untuk mengubah jumlah atau nilai profit

dan mengubah ekspetasi profit dalam kaitannya dengan krisis bisnis. Karl Marx

memakai hukumnya itu untuk menjelaskan fluktusi dalam jangka pendek dalam

aktifitas ekonomi. Untuk memperoleh profit yang besar, aliran kapitalis

menambah komposisi modal an ternyata hal itu justru menurunkan profit.

Kaum kapitalis secara periodic akan berusaha menanggulangi jatuhnya nilai

profit dengan mengurangi infestasi secara berlebih yang dapat menyebabkan

aktifitas ekonomi mengalami fluktuasi yang nantinya bias menyebabkan krisis.

Karl Marx mengatakan bahwa fakor yang menyebabkan fluktuasi dalam

aktifitas bisnis, yaitu: jatuhnya nilai profit, factor teknologi baru yang tidak sama,

dan tidak proporsionalnya pengembangan dalam suatu sector ekonomi yang

nantinya dapat menyebabkan penurunan dalam level kegiatan ekonomi.

Fluktuasi menurutnya terjadi dalam suatu system karena pada dasarnya

kebanyakan dari aktifitas kapitalis cenderung ingin mencari jumlah profit

sebanyak mungkin.

Adapun teori karl marx tentang krisis bisnis mungkin banyak terdapat

kekurangan secara internal, tidak diragukan lagi bahwa pandangannya tentang

kapitalis secara mendasar belum stabil. Meskipun begitu, visi dari karl marx

tentang teori kapitalis ini secara lebih lanjut tidak mendapat smabutan oleh teori

orthodox sapai tahun 1930.

5. Konsentrasi modal

8
Meskipun model karl marx memberi asumsi mengenai adanya pasar

persaingan sempurna dengan jumlah yang besar untuk perusahan-perusahan kecil

dalam tiap tiap industry, namun karena ketatnya persaingan maka akan mengarah

pada jatuhnya industry-industri kecil sehingga akan mengurangi persaingan.

Untuk mengurangi adanya persaingan salah satunya dengan peusatan modal.

Pemusatan modal ini terjadi melalui sebuah redistribusi pada modal. Karl Marx

menujukan bahwa perusahaan yang besar lebih bias mencapai skala ekonomi yang

lebih baik ketimbang perusahaan yang kecil, hal ini disebabkan karena perusahaan

yang besar itu dapat memproduksi dengan biaya yang rendah. Persaingan diantara

perusahaan yang besar dan yang kecil menghasilkan pertumbuhan monopoli.

Penambahan modal secara lebih jauh dengan mengembangkan sistem kredit dan

kerja sama dalam bentuk organisasi bisnis.

6. Bertambahnya kesengsaraan kaum proletar

kontradiksi kapitalisme menurut marx menyebabkan bertambahnya tingkat

kesengsaraan pada kaum proletar. Bertambahnya kesengsaraan secara absolut

menunjukkan pendapatan dari masyarakat secara global menurun dalam sistem

kapitalis dan juga menunjukan bahwa bagian pendapatan nasional mereka menjadi

turun di kemudian hari.

Hingga pada akhirnya marx berasumsika secara konsisten bahwa hal yang harus

dilakukan untuk menghilangkan kesengsaraan, yakni dengan lebih memperhatikan

pada kualitas hidup mereka.

2.2 Ferdinan Tonnies

9
Ferdinand Tonnies lahir tahun 1855 di Schleswig, Holstein, Jerman Timur.

Kuliahnya di universitas Tubingen di Husum, dan tahun 1877 menerima gelar

doctor sastra klasik. Kemudian ia tertarik mempelajari filsafat, sejarah, psikologi,

ekonomi, dan sosiologi. Tahun 1881 memulai karirnya sebagai dosen di

Universitas Kiel.

Bersama dengan Max Weber, George Simmel, Werner Sombart, ia

mendirikan German Sosiologycal Assocoation di tahun 1909. Ia hidup dijaman

Nazi dan menentangnya. Semasa hidupnya telah menghasilkan karya, terutama

bidang Sosiologi dan Filossofi. Ia meninggal dunia pada 9 April 1936. Karyanya,

antara lain, sebagai berikut; gemeinschaft und gesellschaft (1887), custom (1909),

sociological studies and criticism (3 jilid, 1952), introduction to sociology (1937)

dan lain-lain.

Ferdinand Tonnies dalam karya gemeinschaft und gesellschaft (1887),

mengenalkan teori bentuk kehidupan social di masyarakat, yaitu; gemeinschaft

(community, paguyuban, komunitas) dan geselschaft (society, patembayan,

masyarakat). Sebagai sosiolog, FerdinandTonnies termasuk mazhab organis dan

evolusioner, bersama Herbert Spencer, W.G. Summer, Emile Durkheim.

2.2.1 Teori Ferdinan Tonnies

10
Dua masyarakat menurut Ferdinand Tonnies:

1. Masyarakat yang bertipe zweekwille

Yaitu masyarakat yang didasarkan pada kemauanrasional yang hendak

mencapai suatu tujuan. apabila orang hendak mencapai suatu tujuan tertentu dan

mengambil tindakan rasional kearah itu. Suatu no nonsense mentality menuntun

orang dalam merencanakan langkah- langkahtepatuntukmencapaitujuanitu.

(dikutip dari buku sosiologi klasik dan modern jilid I karangan Johnson, Doyle

Paul) menonjol di kalangan pedagang, ilmuwan dan pejabat- pejabat.

2. Masyarakat triebwille

Yaitu masyarakat yang didasarkan pada dorongan batin berupa perasaan.

Mengikuti sejumlah langkah atau tindakan, yang tidak berasal dari perhitungan

akal- budi melulu, melainkan dari watak, hati, atau jiwa yang bersangkutan.

Triebwille bersumber pada selera, perasaan, kecenderungan psikis, tradisi atau

keyakinan orang. . (dikutip dari buku sosiologi klasik dan modern jilid I

karangan Johnson, Doyle Paul) paling menonjol di kalangan kaum petani, orang

seniman, rakyat sederhana, khususnya wanita dan generasi muda.

Maka Ferdinand Tonnies mengeluarkanteori:

1. Gemeinschaft (paguyuban)

Merupakan bentuk kehidupan bersama dimana anggota- anggotanya diikat dalam

hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah dan bersifat kekal. Dasar

hubungan adalah rasa cinta dan persatuan batin yang juga bersifat nyata dan

organis sebagaimana dapat diumpamakan peralatan hidup tubuh manusia atau

11
hewan. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi

gemeinschaft adalah bentuk hidup bersama yang lebih bersesuaian dengan

triebwille. Kebersamaan dan kerjasama tidak dilaksanakan untuk mencapai suatu

tujuan di luar, melainkan dihayati sebagai tujuan dalam dirinya.(dikutip dari buku

soiologi suatu pengatar. karangan Soekanto, Soerjono) Orangnya merasa dekat

satu sama lain dan memperoleh kepuasan karenanya. Suasanalah yang dianggap

penting daripada tujuan. Spontanitas diutamakan diatas undang- undang atau

keteraturan. Toennies menyebut sebagai contoh keluarga, lingkungan tetangga,

sahabat- sahabat, serikat pertukangan dalam abad pertengahan, gereja, desa, dan

lain sebagainya. Para anggota diperstukan dan disemangati dalam perilaku sosial

mereka oleh ikatan persaudaraan, simpati dan perasaan lainnya sehingga mereka

terlibat secara psikis dalam suka duka hidup bersama. Dengan kata lain bahwa

mereka sehati dan sejiwa. Menurut Ferdinand Toennies prototipe semua

persekutuan hidup yang dinamakan gemeinschaft itu keluarga. Ketiga soko guru

yang menyokong gemeinschaft adalah:

a. Gemeinschaft by blood (ikatan darah)

Yaitu gemeinschaft yang mendasarkan diri pada ikatan darah atau

keturunan. Contoh: kekerabatan, masyarakatmasyarakatsuatu daerah yang

terdapat di daerah lain. Seperti ikatan mahasiswa Jambi di Yogyakarta.

b. Gemeinschaft of place (ikatan tempat)

12
Yaitu gemeinschaft yang mendasarkan diri pada tempat tinggal yang saling

berdekatan sehingga dimungkinkan untuk dapat saling tolong menolong. Contoh:

RT dan RW.

c. Gemeinschaft of mind (ikatan pernikahan)

Yaitu gemeinschaft yang mendasarkan diri pada ideologi atau pikiran yang

sama.

2. Gesellschaft (patembayan)

Merupakan bentuk kehidupan bersama yang merupakan ikatan lahir yang

bersifat pokok dan biasanya untuk jangka waktu yang pendek. Gesellschaft

bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka, serta strukturnya bersifat

mekanis sebagaimana dapat diumpamakan pada sebuah mesin. Sedangkan

menerut Selo Soemardjan dan Soeliman Soemardi gesellscaft merupakan tipe

asosiasi dimana relasi- relasi kebersamaan dan kebersatuan antara orang berasal

dari faktor- faktor lahiriah seperti persetujuan, peraturan, undang- undang dan

sebagainya.( dikutipdaribukusoiologisuatupengatar. karangan Soekanto,

Soerjono) Menurut Toennies teori gesellschaft berhubungan dengan penjumlahan

atau kumpulan orang yang dibentuk atau secara buatan.

Apabila dilihat secara sepintas kumpulan itu mirip dengan gemeinschaft

yaitu sejauh para individual hidup bersama dan tinggal bersama secara damai

tetapi dalam gemeinschaft mereka pada dasarnya terus bersatu sekalipun ada

faktor- faktor yang memisahkan, sedang dalam gesellschaft pada dasarnya mereka

tetap terpisah satu dari yang lain, sekalipun ada faktor- faktor yang

mempersatukan. Toennies memakai istilah hidup yang organis dan nyata (real)

13
untuk relasi- relasi yang berlaku didalam gemeinschaft dan istilah struktur yang

khayal dan mekanis untuk relasi- relasi yang berlaku di dalam gesellschaft.

Namun Toennies tidak pernah mengatakan bahwa tipe masyarakat gemeinschaft

adalah (sama dengan ) organisme, dan tipe masyarakat gesellschaft adalah (sama

dengan mekanisme). Sebaliknya ia menolak banyak ralisme maupun

nominalisme, yang kedua- duanya sejak aristoteles selalu di bandingkan oleh

filsuf- filsuf dan telah menghasilakan dua gambaran masyarkat yang ekstrem. Ia

hanya bertujuan untuk melukiskan atas cara abstrak dan dengan memakai konsep-

konsep dua bentuk atau tipe kehidupan bersama yang berbeda- beda dan

merupakan dua kemungkinan abstrak.

Sebagaimana telah dikatakan oleh Cooley, bahwa konsep- konsep egoisme

dan altruisme, pilihan bebas dan kewajiban sosial, hanya saling menolak dibidang

konseptual saja, sedang dalam kenyataannya mereka tetap terjalin menjadi satu

hidup, demikian juga halnya dengan konsep- kosep gemeinschaft dan

gesellschaft. Dalam kenyataan praktis mereka tidak saling menolak, sebab tidak

mungkin ada gemeinschaft tanpa ciri- cir gesellschaft dan tidak ada gesellschaft

tanpa ciri- ciri gemeinschaft. Misalnya, keluarga tradisional dan masyarakat

desa,yang merupakan contoh- contoh gemeinschaft tidak akan dapat bertahan

terus, seandainya tidak ada peraturan, undang- undang, sistem kepemimpinan dan

sistem peradilan. Sekalipun orangnya didorong oleh idealisme dan kemauan baik

dan menggabungkan diri kedalam suatu gemeinschaft, mereka tetap

membutuhkan beberapa kepastian yang menyangkut rejeki dan kebutuhan lain.di

pihak lain, walaupun suatu perusahaan atau administrasi negara diatur dan

diselenggarkan secara birokratis dan rasional menurut gambaran gesellschaft,

14
unsur- unsur manusia yang nonrasional akan tetap ikut memainkan peran dan

mempengaruhi interaksi orang yang bersangkutan. Seandainya tidak, mereka

menjadi kumpulan robot- robot yang tidak berjiwa. Sama sebagaimana

zweekwille dan triebwille selalu terjalin.

Toennies menegaskan, bahwa setiap relasi selalu mengungkapkan

ketunggalan dalam kebhinekaan, dan kebhinekan dalam ketunggalannya. Hanya

kalau kita membuat suatu deskripsi yang umum dan abstrak, kita

mempertentangkan unsur yang satu terhadap unsur yang lainnya. Misalnya, kita

berkata bahwa seorang seniman menharapkan penghargaan, sedang seorang

pedagang mengharapkan keuntungan. Ini suatu pertentangan abstrak dan

generalisasi. Sebab dalam kenyataan hidup kedua hal tampak dalam keadaan

tercampur. Seniman juga harus mencari uang dan si pedagang sebagai manusia

juga menginginkan penghargaan. Begitu pula dengan kedua tipe masyarakat,

mereka selalu berbentuk campuran. Pola interaksi yang berlaku dalam

gemeinschaft dan pola yang berlaku dalam gesellschaft tidak salig menolak atau

bertentangan satu sama lain. Tiap-tiap relasi mengandung dua aspek, selalu ada

dua hal yang kait mengkait dan tidak mungkin dipisahkan. Namun demikian,

dalam tipe gemeinschaft unsur hukum, peraturan, dan disiplin kurang diperhatikan

dan sama menonjol seperti dalam gesellschaft, sedang unsur perasaan dan

solidaritas, yang berasal dari penghargaan (triebwille) tidak begitu menonjol

dalam gesellschaft.

Paradigm atau alasan Ferdinand Tonnies mengeluarkan teori tersebut adalah:

15
a. paradigma fakta sosial

b. paradigma fenomena sosial

c. paradigma tingkah laku atau perilaku sosial

3. Evolusi Tanpa Kemajuan

Evolusi tanpa kemajuan yang diungkapkan oleh Ferdinan Tonnies sebagai

bentuk perubahan pola pikir. Seseorang mengharapakan suatu keadaan yang pada

dasarnya bertolak belakang dengan kenyataan.Hal ini berkaitan dengan kerinduan

atau nostalgia masyarakat gesellschaft pada pola hubungnan sosial layaknya

masyarakat gemeinschaft.

2.3 Talcott Parsons

Parson lahir tahun 1902 di Colorado Spring, Colorado. Ia berasal dari latar

belakang religius dan intelektual. Ayahnya seorang Pendeta, profesor dan akhirnya

menjadi rektor sebuah perguruan tinggi kecil. Parsons mendapat gelar sarjana

muda dari Universitas Amherst tahun 1924 dan menyiapkan disertasinya di

London School of Economics. Di tahun berikutnya ia pindah ke Heidelberg,

Jerman. Max Weber lama berkarir di Heildelberg dan meski ia telah meninggal 5

tahun sebelum kedatangan Parsons, pengaruh Weber tetap bertahan dan jandanya

terus menyelengarakan diskusi ilmiah di rumah dan Parsons menghadirinya.

Parson sangat dipengaruhi oleh karya Weber dan sangat dipengaruhi oleh karya

Weber dan akhirnya menulis disertainya di Heidelberg, yang sebagian

menjelaskan karya Weber.

16
Parsons mengajar di Harvard pada 1927 dan meski berganti jurusan

beberapa kali, ia tetap di Harvard hingga akhir hayatnya tahun 1979. Kemajuan

kariernya tak begitu cepat. Ia tak mendapatkan jabatan profesor hingga tahun

1939. dua tahun sebelumnya ia menerbitkan The Structure Social Action, sebuah

buku yang tak hanya memperkenalkan pemikiran sosiolog utama seperti Weber

kepada sejumlah besar sosiolog, tetapi juga meletakkan landasan bagi teori yang

dikembangkan Parsons sendiri.

Sesudah itu karier akademis Parsons maju pesat. Dia menjadi ketua jurusan

sosiologi di Harvard pada 1944 dan dua tahun kemudian mendirikan Departemen

Hubungan Sosial yang tak hanya memasukkan sosiolog, tetapi juga berbagai

sarjana ilmu sosial lainnya. Tahun 1949, ia terpilih menjadi Presiden The

American Sociological Association. Tahun 1950-an dan menjelang tahun 1960-an,

dengan diterbitkan buku seperti The Social System (1951) Parsons menjadi tokoh

dominan dalam sosiologi Amerika.

Tetapi, di akhir 1960-an Parsons mendapat serangan dari sayap radikal

sosiologi Amerika yang baru muncul. Parsons dinilai berpandangan politik

konservatif dan teorinya dianggap sangat konservatif dan tak lebih dari dianggap

sangat konservatif dan hak lebih dari sebuah skema kategorisasi yang rumit.

Tetapi tahun 1980-an timbul kembali perhatian terhadap teori Parsons, tak hanya

di Amerika Serikat, tetapi di seluruh dunia (Alexander , 1982:83; Buxton, 1985;

camic, 1990; Holton dan Tumer, 1986; Sciulli dan Gerstein, 1985). Horton dan

Tumer mungkin terlalu berlebihan ketika mengatakan bahwa karya Parsons

mencerminkan sumbangan yang lebih berpengaruh terhadap teori sosiologi

ketimbang Marx, Weber, Durkheim, atau pengikut mereka masa kini sekalipun

17
(1986:13). Pemikiran Parsons tak hanya memengaruhi pemikir konservatif, tetapi

juga teoritisi neo-Marxian, terutama Jurgen Habermas.

Setelah kematian Parsons, sejumlah berkas mahasiswanya, semuanya

sosiolog sangat terkenal, merenungkan arti penting teorinya maupun pencipta

teori itu sendiri. Dalam renungan mereka, pada sosiolog ini mengemukakan

pengertian menarik tentang Parsons dan karyanya. Beberapa pandangan selintas

mengenai Parsons yang direproduksi di sini bukan dimaksudkan untuk membuat

gambaran yang masuk akal, tetapi dimaksudkan untuk mengemukakan pandangan

selintas yang provokatif mengenai Parsons dan karya-karyanya.

Robert Merton adalah salah seorang mahasiswanya ketika Parsons baru saja

mulai mengajar di Harvard. Merton yang menjadi teoritisi terkenal karena teori

ciptaannya sendiri, menjelaskan bahwa mahasiswa pascasarjana yang datang ke

Harvard di tahun-tahun itu bukan hendak belajar dengan Parsons, tetapi dengan

Sorokin, anggota senior jurusan sosiologi yang telah menjadi musuh utama

parsons (Zafirovski, 2001) :

Generasi mahasiswa pascasarjana yang paling awal datang ke Harvard, dan

tak seorangpun yang ingin belajar dengan Parsons. Mereka tak mungkin berbuat

demikian selain karena alasan paling sederhana; pada 1931 ia belum dikenal

publik apalagi sebagai seorang sosiolog. Meski kami mahasiswa belajar dengan

Sorokin yang masyhur, sebagian diantara kami diharuskan bekerja dengan Parsons

yang tak terkenal itu. (Merton, 1980-69).

Celaan Merton tentang kuliah pertama Parsons dalam teori, juga menarik,

terutama karena materi yang disajikan adalah basis untuk salah satu buku teori

paling berpengaruh dalam sejarah sosiologi :

18
Lama sebelum Parsons menjadi salah seorang tokoh tua terkenal di dunia

sosiologi, bagi kami mahasiswa angkatan paling awal, dia hanyalah seorang

pemuda yang sudah tua. Kemasyhurannya berasal dari kuliah pertamanya dalam

teori yang kemudian menjadi inti karya besarnya, The Structure of Social Action,

yang tidak terbit hingga lima tahun setelah publikasi lisannya di kelas (Merton,

1980:69-70).Meski tak semua orang sependapat dengan penilaian positif Merton

tentang Parsons, mereka akan mengakui penilaian berikut :Kematian Parsons

menandai berakhirnya suatu era dalam sosiologi. Ketika (suatu era baru) dimulai,

era itu benar-benar akan dibentengi oleh tradisi besar pemikiran sosiologi yang ia

tinggalkan untuk kita (Merton, 1980:71).

2.3.1 Teori Talcott Parsons

Talcot parson mempunyai teori yang mengemukakan tentang social

cybernatic yang awalnya di kemukakan oleh Durkheim. Menurut talcot parson,

masyarakat bukan persamaan tetapi dapat dikatakan sebagai masyarakat jika

mereka dapat mengintegrasikan suatu perbedaan-perbedaan. Didalam integrasi itu

terdapat suatu proses-proses dalam perbedaan. Masyarakat ada jika sudah

terbentuk suatu sistem. Manusia menciptakan suatu hubungan yang bertujuan

menciptakan hal-hal yang terdapat didalam benak kita yang biasa dikatakan

dengan super ego. Tallcot parson mengadakan suatu penelitian yaitu tentang

perkembangan masyarakat Eropa. Dalam hal adanya kekuasaan terhadap gereja.

Didalam kekuasaan gereja kelompok yang satu menghancurkan yang lain.

19
Kekuasaan gereja itu muncul satu mekanisme yang terdapat dalam hukum

dan hukum tersebut telah diterapkan dalam negara tersebut. Tallcot parson juga

berbicara tentang kondisi prasyarat yang artinya menggambarkan masyarakat

melalui proses-proses. Kondisi prasyarat merupakan gambaran yang berjaring-

jaring yang biasa disebut dengan Cyber. Parson sebagai sistem sosial. Esensi

sistem sosial menurut Tallcot Parson disebut dengan Cybernatic. Menurut Tallcot

Parson, walaupun kita mempunyai sebuah konflik tetapi tetap mempunyai tujuan

yang jelas.

Menurut pendapat dari Tallcot Parson, masyarakat itu saling keterkaitan

dalam menjalankan suatu hubungan atau interaksi, sehingga kondisi satu

merupakan prasyarat dalam kehidupan. Esensi masyarakat itu berawal dari yang

kecil menuju yang lebih besar kemudian menjadi prasyarat. Terdapat proses-

proses yang ditandai dalam 4 fungsi, yaitu sumber ekonomi atau fungsi adaptasi,

yang mendorong fungsi adaptasi adalah menyesuaikan dengan kemampuan.

Fungsi adaptasi ini dijalankan oleh sistem ekonomi. Jika individu mau berkorban

maka suatu integrasi membutuhkan sumber daya. Yang kedua adalah pencapaian

tujuan. Didalam pencapaian tujuan terdapat beberapa suatu tujuan yang harus

dijalankan misalnya menentukan tujuan bersama dari suatu kelompok. Mencari

persamaan visi dan misi didalam suatu kelompok. Misalnya saja negara yang

mempunyai fungsi politik. Yang ketiga adalah integrasi. Integrasi sebagai hukum

yang terdiri dari suatu teks yang tertulis dan terdapat bukti, kemudian setelah

disepakati akan muncul suatu aturan-aturan yang berlaku. Yang terakhir adalah

pemeliharaan pola-pola yang sudah ada. Didalam pemeliharaan pola-pola ini

20
terdapat fungsi-fungsi yang harus dijalankan. Misalnya dalam sistem budaya yaitu

sistem cara hidup bersama dengan pendidikan yang sudah ada.

Talcott Parson mengatakan seperti halnya teoretisi neoevolusi lainnya,

menunjukkan adanya perkembangan masyarakat tradisional. Menurut Parsons,

masyarakat akan berkembang melalui tiga tingkatan utama yaitu primitif,

intermediate, dan modern. Dari tiga tahapan ini, oleh Parsons dikembangkan lagi

ke dalam sub klasifikasi evolusi sosial sehingga menjadi lima tingkatan yaitu

primitif, advanced primitif and arcchaic, historic intermediate, seedbed societies,

dan modern societies. Parsons meyakini bahwa perkembangan masyarakat

berkaitan dengan perkembangan keempat unsur subsistem utama yaitu kultural

(pendidikan), kehakiman (integrasi), pemerintahan (pencapain tujuan), dan

ekonomi (adaptasi). Tolak ukur yang digunakan Parsons untuk mendeteksi dan

sekaligus membedakan tingkatan perubahan masyarakat (5 tingkatan) adalah

artikulasi pengembangan fungsi integrasinya. Puncak perkembangan terpenting

terhadap fungsi integrasi ini adalah ditemukan bahasa tulisan dan kunci terhadap

sambungan proses evolusi sosial. Penemuan simbol komunikasi bahasa menandai

fase transisi dari masyarakat primitif ke tingkat intermediate. Sedangkan

penemuan hukum formal menandai fase transisi dari intermediate ke masyarakat

maju (advanced).

Talcott Parsons melahirkan teori fungsional tentang perubahan. Seperti para

pendahulunya, Parsons juga menganalogikan perubahan sosial pada masyarakat

seperti halnya pertumbuhan pada mahkluk hidup. Komponen utama pemikiran

Parsons adalah adanya proses diferensiasi. Parsons berasumsi bahwa setiap

masyarakat tersusun dari sekumpulan subsistem yang berbeda berdasarkan

21
strukturnya maupun berdasarkan makna fungsionalnya bagi masyarakat yang

lebih luas. Ketika masyarakat berubah, umumnya masyarakat tersebut akan

tumbuh dengan kemampuan yang lebih baik untuk menanggulangi permasalahan

hidupnya. Dapat dikatakan Parsons termasuk dalam golongan yang memandang

optimis sebuah proses perubahan. Asumsi dasar dari Teori Fungsionalisme

Struktural, yaitu bahwa masyarakat menjadi suatu kesatuan atas dasar kesepakatan

dari para anggotanya terhadap nilai-nilai tertentu yang mampu mengatasi

perbedaan-perbedaan sehingga masyarakat tersebut dipandang sebagai suatu

sistem yang secara fungsional terintegrasi dalam suatu keseimbangan. Dengan

demikian masyarakat adalah merupakan kumpulan sistem-sistem sosial yang satu

sama lain berhubungan dan saling memiliki ketergantungan.

Teori Fungsionalisme Struktural mempunyai latar belakang kelahiran

dengan mengasumsikan adanya kesamaan antara kehidupan organisme biologis

dengan struktur sosial dan berpandangan tentang adanya keteraturan dan

keseimbangan dalam masyarakat. Teori Fungsionalisme Struktural Parsons

mengungkapkan suatu keyakinan yang optimis terhadap perubahan dan

kelangsungan suatu sistem. Akan tetapi optimisme Parson itu dipengaruhi oleh

keberhasilan Amerika dalam Perang Dunia II dan kembalinya masa kejayaan

setelah depresi yang parah itu. Parson memberikan jawaban atas masalah yang

ada pada fungsionalisme structural dengan menjelaskan beberapa asumsi yaitu

system mempunyai property keteraturan dan bagian-bagian yang saling

tergantung, system cenderung bergerak kea rah mempertahankan keteraturan diri

atau keseimbangan., system bergerak statis, artinya ia akan bergerak pada proses

perubahan yang teratur., sifat dasar bagian suatu system akan mempengaruhi

22
begian-bagian lainnya, system akam memelihara batas-batas dengan

lingkungannya, alokasi dan integrasi merupakan ddua hal penting yang

dibutuhkan untuk memelihara keseimbangan system, system cenderung menuju

kerah pemeliharaan keseimbangan diri.

Teori fungsional ini menganut faham positivisme, yaitu suatu ajaran yang

menyatakan bahwa spesialisasi harus diganti dengan pengujian pengalaman secara

sistematis, sehingga dalam melakukan kajian haruslah mengikuti aturan ilmu

pengetahuan alam. Dengan demikian, fenomena tidak didekati secara kategoris,

berdasarkan tujuan membangun ilmu dan bukan untuk tujuan praktis. Analisis

teori fungsional bertujuan menemukan hukum-hukum universal (generalisasi) dan

bukan mencari keunikan-keunikan (partikularitas). Dengan demikian, teori

fungsional berhadapan dengan cakupan populasi yang amat luas, sehingga tidak

mungkin mengambilnya secara keseluruhan sebagai sumber data. Sebagai jalan

keluarnya, agar dapat mengkaji realitas universal tersebut maka diperlukan

representasi dengan cara melakukan penarikan sejumlah sampel yang mewakili.

Dengan kata lain, keterwakilan (representatifitas) menjadi sangat

penting.Walaupun fungsionalisme struktural memiliki banyak pemuka yang tidak

selalu harus merupakan ahli-ahli pemikir teori, akan tetapi paham ini benar-benar

berpendapat bahwa sosiologi adalah merupakan suatu kajian tentang struktur-

struktur sosial sebagai suatu unit-unit yang terbentuk atas bagian-bagian yang

saling terkait.

Fungsi dikaitkan sebagai segala kegiatan yang diarahkan kepada memenuhi

kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan dari sebuah sistem. Ada empat persyaratan

mutlak yang harus ada supaya termasuk masyarakat bisa berfungsi. Keempat

23
persyaratan itu disebutnya AGIL. AGIL adalah singkatan dari Adaption, Goal,

Attainment, Integration, dan Latency. Demi keberlangsungan hidupnya, maka

masyarakat harus menjalankan fungsi-fungsi tersebut, yakni, Adaptasi

(adaptation): supaya masyarakat bisa bertahan dia harus mampu menyesuaikan

dirinya dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan dengan dirinya,

Pencapain tujuan (goal attainment): sebuah sistem harus mampu menentukan

tujuannya dan berusaha mencapai tujuan-tujuan yang telah dirumuskan itu,

Integrasi (integration): masyarakat harus mengatur hubungan di antara komponen-

komponennya supaya dia bisa berfungsi secara maksimal, dan Latency atau

pemeliharaan pola-pola yang sudah ada: setiap masyarakat harus

mempertahankan, memperbaiki, dan membaharui baik motivasi individu-individu

maupun pola-pola budaya yang menciptakan dan mepertahankan motivasi-

motivasi itu.

Sistem Tindakan. Sistem mengandaikan adanya kesatuan antara bagian-

bagian yang berhubungan satu sama lain. Kesatuan antara bagian itu pada

umumya mempunyai tujuan tertentu. Dengan kata lain, bagian-bagian itu

membentuk satu kesatuan (sistem) demi tercapainya tujuan atau maksud tertentu,

seperti halnya, Sistem organisme biologis (aspek bilogis manusia sebagai satu

sistem), dalam sistem tindakan berhubungan dengan fungsi adaptasi yakni

menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mengubah lingkungan sesuai dengan

kebutuhan, Sistem kepribadian, melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan

merumuskan tujuan dan menggerakkan seluruh sumber daya untuk mencapai

tujuan-tujuan itu, Sistem sosial berhubungan dengan fungsi integrasi dengan

mengontrol komponen-komponen pembentuk masyarakat itu, dan Sistem

24
kebudayaan berhubungan dengan fungsi pemeliharaan pola-pola atau struktur-

struktur yang ada dengan menyiapkan norma-norma dan nilai-nilai yang

memotivasi mereka dalam berbuat sesuatu. Skema Tindakan. Didalam skema

tindakan, terdapat empat komponen skema tindakan yang di kemukakan oleh

Talcott Parsons, yang pertama yaitu Pelaku atau actor, dalam artian aktor atau

pelaku ini dapat terdiri dari seorang individu atau suatu koletifitas. Parsons

melihat aktor ini sebagai termotivisir untuk mencapai tujuan. Yang kedua yaitu

Tujuan (goal) dalam artian tujuan yang ingin dicapai biasanya selaras denga nilai-

nilai yang ada di dalam masyarakat. Yang ketiga yaitu Situasi dalam artian

tindakan untuk mencapai tujuan ini biasanya terjadi dalam situasi. Hal-hal yang

termasuk dalam situasi ialah prasarana dan kondisi. Yang ke empat yaitu Standar-

standar normative dalam artian ini adalah skema tindakan yang paling penting

menurut Parsons. Guna mencapai tujuan, aktor harus memenuhi sejumlah standar

atau aturan yang berlaku. Perubahan Sosial. Konsep perubahan sosial Parsons

bersifat perlahan-lahan dan selalu dalam usaha untuk menyesuaikan diri demi

terciptanya kembali equilibrium. Dengan kata lain, perubahan yang dimaksudkan

oleh Parsons itu bersifat evolusioner dan bukannya revolusioner.

Pendekatan fungsionalisme-struktural dapat dikaji melalui anggapan

-anggapan dasar yaitu, Masyarakat haruslah dilihat sebagai suatu sistem dari

bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain, Hubungan saling

mempengaruhi di antara bagian-bagian suatu sistem bersifat timbal balik,

Sekalipun integrasi sosial tidak pernah dapat dicapi dengan sempurna, namun

secara fundamental sistem sosial selalu cenderung bergerak kearah keseimbangan

yang bersifat dinamis, Sistem sosial senantiasa berproses ke arah integrasi

25
sekalipun terjadi ketegangan, disfungsi dan penyimpangan,Perubahan-perubahan

dalam sistem sosial, terjadi secara gradual (perlahan-lahan atau bertahap), melalui

penyesuaian-penyesuaian dan tidak secara revolusioner, Faktor paling penting

yang memiliki daya integrasi suatu sistem sosial adalah konsensus atau mufakat di

antara para anggota masyarakat mengenai nilai-nilai kemasyarakatan tertentu.

BAB III

PENUTUP

26
3.1 Kesimpulan

Dari penjelasan mengani pengertian teori-teori menurut para ahli di atas

dapat di simpulkan bahwa pemikiran mereka mengenai teori-teori tersebut sama

namun dari tahun ke tahun pengertian yang sudah lama lebih di kembangkan lagi

menjadi pengertian yang lebih singkat namun memiliki arti yang tidak berbeda

jauh dengan pengertian sebelumnya.

Hal itu dikarenakan pemikiran orang modern lebih cepat dan melihat dari

permasalahan sosiologi jaman sekarang pun lebih beragam daripada jaman

dahulu, sehingga pemahaman yang lama harus di ubah sesuai dengan waktu

dimana para ahli tersebut tinggal.

Bukan berarti pemahaman yang sudah lalu ditinggalkan begitu saja,

pemahaman yang sudah lalu merupakan pedoman bagi para ahli jaman sekarang

untuk dijadikan bahan pemikiran untuk mengembangkan teori-teori tersebut.

3.2 Saran
Adapun saran dari penulisan makalah Sosiologi adalah: bahwa kami selaku

penulis yang membahas tentang Tokoh Tokoh pencetus teori Sosiologi ini masih

jauh dari kesempurnaan baik dari tata cara penulisan maupun dari segi penyajian

materinya. Oleh sebab itu, masukan dari dosen pembimbing dan pendengar yang

bersifat kousteuktif dan komulatif sangat kami harapkan supaya dalam penugasan

makalah yang akan datang lebih baik.

27
DAFTAR PUSTAKA

http://moulidy.blogspot.co.id/2014/12/bab-i-pendahuluan-1.html

http://abu-abu-putih.blogspot.co.id/2012/07/karl-marx-dan-pemikirannya.html

https://hobirsoleh.wordpress.com/tag/pemikiran-karl-marx-dan-teorinya/

http://triyono10-triyono10.blogspot.co.id/2012/01/teori-sosiologi-ferdinand-

tonnies.html

https://nurhidayati494.wordpress.com/2014/03/02/teori-talcott-parson/

Anda mungkin juga menyukai