Abstrack
Kunci sukses sebuah perubahan terletak pada sumber daya manusia yaitu sebagai
inisiator dan agen perubahan terus menerus, pembentuk proses serta budaya yang
secara bersama meningkatkan kemampuan perubahan organisasi. Bagaimana
seseorang mampu membangun hubungan dengan memahami dan merespon manusia
atau orang lain merupakan bagian dari kemampuan interpersonal. Untuk membangun
hubungan dengan orang lain, seseorang harus menguasai kemampuan dan
keterampilan dalam mengenali diri sendiri terlebih dahulu, kemudian baru
keterampilan dalam mengenal orang lain, keterampilan untuk mengekspresikan diri
secara jelas, cara merespon, cara menyampaikan pesan dan maksud, cara bernegosiasi
dan menyelesaikan konflik, cara berperan dalam tim, dan masih banyak lagi.
Kemampuan interpersonal diperlukan, sebab manusia adalah makhluk social, dan
dalam hidup bersosial ini muncullah kebutuhan untuk memahami kebutuhan manusia
lain, maka timbullah komunikasi antar manusia. Seorang yang memiliki Personal
Mastery yang kuat akan berpotensi menjadi leader karena telah memiliki dasar-dasar
leadership yang baik. Modal dasar utama yang dimiliki adalah visi dan komitmen yang
kuat untuk mencapai tujuan. Dengan demikian kemana arah organisasi itu akan dituju
sudah jelas dari awal. Begitu juga dari kepribadiannya yang matang tentu akan
menjadi panutan para anggota team yang lain. Personal Mastery yang baik melahirkan
juga seorang dengan nilai humanis yang tinggi sehingga dengan dasar rasa kasih akan
bisa memberikan hubungan yang hangat kepada yang lainnya. Hal ini terutama akan
sangat menyentuh pada mereka yang berperan sebagai bawahannya. Hubungan
interpersonal yang baik menjadi modal juga untuk bisa merangkul semua individu
dalam kelompok tersebut dari beraneka ragam asal serta karakter. Dengan semangat
pengabdian lebih menjamin bahwa seorang leader pasti akan mengutamakan
kepentingan team, kelompok atau organisasi tertentu di atas kepentingannya sendiri.
Kata Kunci : kunci sukses, interpersonal , personal mastery
I. PENDAHULUAN
Perkembangan zaman identik dengan modernisasi dan pertumbuhan yang pesat
di segala bidang, hal ini memaksa setiap organisasi untuk terus berkembang dan
tumbuh mengikuti zaman. Sehingga setiap organisasi harus melakukan perubahan
dan berbagai perbaikan seperti memberikan pelayanan yang terbaik bagi
konsumen/klien, merekrut SDM terbaik, serta memperbaiki sistem agar tetap dapat
bertahan.
Kunci sukses sebuah perubahan terletak pada sumber daya manusia yaitu
sebagai inisiator dan agen perubahan terus menerus, pembentuk proses serta budaya
yang secara bersama meningkatkan kemampuan perubahan organisasi.
Keanekaragaman sumber daya manusia dalam organisasi cukup tinggi, sehingga
kemampuan sumber daya manusia tersebut sebagai agent of change juga berbeda-
beda. Namun demikian, usaha perubahan suatu organisasi akan tercapai jika setiap
karyawan memiliki kemauan untuk berubah, tidak hanya mengandalkan kemampuan
saja (Ulrich Dave, 1988).
Bagaimana seseorang mampu membangun hubungan dengan memahami dan
merespon manusia atau orang lain merupakan bagian dari kemampuan interpersonal.
Untuk membangun hubungan dengan orang lain, seseorang harus menguasai
kemampuan dan keterampilan dalam mengenali diri sendiri terlebih dahulu,
kemudian baru keterampilan dalam mengenal orang lain, keterampilan untuk
mengekspresikan diri secara jelas, cara merespon, dara menyampaikan pesan dan
maksud, cara bernegosiasi dan menyelesaikan konflik, cara berperan dalam tim, dan
masih banyak lagi. Kemampuan interpersonal diperlukan, sebab manusia adalah
makhluk social, dan dalam hidup bersosial ini muncullah kebutuhan untuk
memahami kebutuhan manusia lain, maka timbullah komunikasi antar manusia.
Kemampuan berkomunikasi ini sangat mempengaruhi cara seseorang
mempersepsikan dirinya. Jika memiliki kemampuan interpersonal yang tinggi, hal
pertama yang dirasakan adalah kuatnya rasa percaya diri, sehingga akan dihargai
oleh orang lain, dan pada akhirnya akan dapat membangun hubungan harmonis
dengan orang lain. Dalam dunia kerja dan bisnis, kemampuan interpersonal yang
tinggi dapat membawakan kesuksesan dalam pekerjaan dan tentunya akan
memberikan keuntungan finansial/material maupun keuntungan spiritual.
lainnya. Berikut ini ada empat alasan utama mengapa orang perlu
mendengarkan:
Untuk memahami dan memperoleh informasi : Orang yang menguasai
informasi memiliki kesempatan yang lebih besar untuk sukses, baik secara
pribadi maupun konteks professional, sebab, di era sekarang, menguasai
informasi berarti menguasai sumber daya. Memahami perintah, memahami
pesan, memahami kebutuhan orang lain, menggali lebih banyak informasi
dibutuhkan sebagai modal agar dapat berkomunikasi serta menjadi
kemampuan utama untuk dapat berhasil dalam setiap pekerjaan.
Analisis terhadap kualitas Informasi : Kemampuan seseorang untuk dapat
menganalisis informasi dibutuhkan agar dapat bertindak tepat.
Mendengarkan dan mendapatkan informasi lebih banyak akan meningkatkan
kualitas pesan yang diterima, kelengkapan data, dan kemampuan mengolah
informasi, sehingga simpulan atau analisis terhadap suatu kondisi atau
keadaan dapat diambil.
Membangun dan memelihara hubungan : Alasan untuk mendengarkan
adalah untuk melakukan komunikasi interpersonal. Banyak survey telah
membuktikan bahwa orang yang memiliki kemampuan untuk mendengar
dengan efektif memiliki hubungan yang lebih baik dengan sesamanya,
sebaliknya mereka yang kurang mampu untuk mendengarkan akan
memperburuk hubungan atau setidaknya tidak dapat membangun hubungan
yang lebih baik
Menolong orang lain : Kemampuan mendengarkan wajib dimiliki agar
dapat memahami orang lain dan pada akhinya, dapat menolong orang lain.
Pada saat seseoramg mau mendengarkan dan memberikan perjhatian yang
tulus serta serius kepada permasalahan yang kita sampaikan, hamper
sebagian besar masalah kita telah dapat ditolong, atau minimal dapat
memberikan pola atau prespektif yang baru tentang kita dapat menghadapi
masalah yang kita hadapi.
2. Keterampilan providing feedback (memberikan umpan balik) : Umpan
Balik adalah setiap bentuk komunikasi yang disampaikan kepada seseorang
Manusia setiap hari pasti berhubungan dengan orang lain karena secara kodrat
manusia merupakan makhluk sosial. Maka munculah kebutuhan untuk memahami
kebutuhan manusia lain. Ketika berkomunikasi ada banyak hal yang harus kita
kuasai dan mengerti antara lain bagaimana kita mengenal diri sendiri, mengenal dan
memahami orang lain, mengekspresikan diri kita, menegaskan kebutuhan kita,
memberikan dan menerima masukan, mendengarkan pembicaraan dengan orang
lain, mempengaruhi orang lain, menyesuaikan diri terhadap lingkungan dam orang
lain, menjadi anggota sebuah tim, melakukan negosiasi, dan banyak hal lain. (Baca:
Filsafat Pendidikan : Humanisme dan Pancasila)
Kemampuan interpersonal sangat mempengaruhi bagaimana kita
mempersepsikan diri kita terhadap orang lain, dan bagaimana kita mempersepsikan
diri kita. Ketika kita memiliki ketrampilan interpersonal yang tinggi kita akan
memiliki rasa percaya diri yang tinggi, sehingga kita akan dihargai orang lain, dan
pada akhirnya kita kan membangun hubungan yang harmonis dengan orang lain.
Dalam dunia kerja, ketrampilan interpersonal yang tinggi akan membawa
kesuksesam dalam pekerjaan dan tentunya membawa keuntungan material dan
spiritual. Berikut adalah 10 Cara untuk meningkatkan skill interpersonal :
1. Smile. Sedikit orang yang ingin berada di sekitar seseorang yang selalu terlihat
tak bahagia. Lakukan yang terbaik untuk menjadi seseorang yang friendly dan
antusias dengan rekan-rekan kerja anda. Bangun sikap positif dan ceria
mengenai pekerjaan dan mengenai kehidupan. Seringlah tersenyum. Energi
positif yang anda pancarkan akan menarik yang lain kepada anda
2. Jadilah apresiatif. Carilah satu hal positif tentang setiap orang yang anda
bekerja sama dan biarlah mereka mendengarnya. Jadilah murah hati dengan
pujian dan kata-kata yang mengobarkan semangat. Ucapkan terima kasih ketika
seseorang menolong anda. Buatlah kolega anda merasa diterima ketika mereka
menelepon atau datang ke kantor anda. Jika anda membiarkan orang lain
mengetahui bahwa mereka dihargai, mereka akan mau memberikan yang terbaik
untuk anda.
3. Perhatikanlah orang lain. Cermatilah apa yang sedang terjadi dalam kehidupan
orang lain. Ketahuilah momen-momen bahagia mereka, dan tunjukkanlah
perhatian dan simpati pada situasi-situasi sulit seperti waktu sakit atau kematian.
Buatlah eye contact dan ingatlah orang dari nama pertama mereka. Tanyakan
yang lain akan opini-opini mereka.
4. Latihlah mendengarkan dengan aktif. Untuk mendengarkan dengan aktif
adalah dengan mendemonstrasikan bahwa anda memang mau untuk mendengar
dan mengerti akan pandangan orang lain. Itu berarti menegaskan kembali,
dengan bahasa anda sendiri, apa yang orang lain telah katakan. Dengan cara ini,
anda mengetahui bahwa anda mengerti apa yang mereka maksudkan dan mereka
mengetahui bahwa respon anda melebihi lip service. Rekan-rekan kerja anda
akan menghargai mengetahui bahwa anda benar-benar mendengarkan dengan
apa yang telah mereka katakan.
5. Bawalah kebersamaan. Ciptakanlah lingkungan yang mengajak orang lain
untuk bekerja sama. Perlakukanlah setiap orang dengan sama, dan jangan
bermain `siapa yang favorit.` Hindari berbicara tentang orang lain di belakang
mereka. Tindak lanjutkan apa yang orang lain sarankan atau minta. Ketika anda
membuat pernyataan atau pengumuman, pastikan bahwa anda telah dimengerti.
Jika rekan-rekan anda melihat anda sebagai seseorang yang solid dan fair,
mereka akan mempercayai anda.
6. Tangani konflik-konflik. Ambillah sebuah langkah mudah untuk membawa
kebersamaan, dan menjadi seseorang yang menangani konflik-konflik ketika
akan terjadi. Pelajari bagaimana menjadi mediator yang efektif. Jika ada rekan-
rekan kerja yang ber-cekcok mengenai permasalahan personal atau professional,
aturlah agar kedua pihak duduk bersama dan bantu mengatasi perbedaan mereka.
pengembangan suatu hal yang dikerjakan dan dalam semua aspek kehidupan
seseorang. Sehingga Personal Mastery (Penguasaan Diri) merupakan suatu proses
pembelajaran kehidupan seseorang, bukan sesuatu yang sudah dimiliki (Junadi)
Secara etimologi, mastery berasal dari bahasa inggris dan latin yang berarti
penguasaan atau keahlian dominasi terhadap sesuatu. Sedangkan dari bahasa
Perancis, berasal dari kata Maitre yang berarti seseorang mempunyai keahlian
khusus, cakap, dan ahli dalam sesuatu.
Personal mastery is the discipline of continually clarifying and deepening our
personal vision, of focusing our energies, of developing patience and of seeing
reality objectively (Peter Senge).
Penguasaan diri adalah pengembangan diri seseorang yang prosesnya terus
berkesinambungan, selalu mencari jalan untuk terus berkembang, hal baru untuk
dipelajari, bertemu dengan orang baru, merupakan suatu jalan kehidupan yang
menekankan pada perkembangan dan kepuasan dalam kehidupan personal dan
professional (Fran Sayers Ph.D)
Penguasaan diri adalah suatu cara yang berkesinambungan untuk menjernihkan
dan memperdalam visi, energi, dan kesabaran seseorang (Michael J. Marquardt).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa penguasaan diri adalah sebuah proses pembelajaran kehidupan seseorang,
bukan sesuatu yang sudah dimiliki. Penguasaan diri itu tentang mencintai diri
sendiri dan mengembangkan bakat yang dimiliki semaksimal mungkin. Beberapa
orang berpikir bahwa penguasaan diri itu membatasi dan mengontrol diri sendiri,
tetapi sesungguhnya hal ini mengenai pemahaman akan diri sendiri. Seseorang harus
mengidentifikasi tentang bagaimana suatu kebiasaan muncul untuk mengontrol
suatu kebiasaan tersebut.
Penguasaan diri (Personal Mastery) merupakan salah satu pilar dari Fifth
Discipline Peter Senge yang membentuk organisasi pembelajar. Organisasi
pembelajar (Learning Organization) adalah organisasi dimana orang terus menerus
memperluas kapasitas mereka untuk menciptakan hasil yang benar-benar mereka
inginkan, dimana pola baru dan ekspansi pemikiran dikelola, kebebasan aspirasi,
dan pembelajaran yang dilakukan terus-menerus. Untuk itu Peter Senge
mengidentifikasi Learning Organization dalam 5 pilar sebagai berikut:
Seseorang yang telah menguasai Personal Mastery memiliki komitmen yang tinggi
terhadap suatu hal, sering mengambil insiatif, terus menerus mengembangkan
kemampuan untuk menciptakan hasil terbaik dalam kehidupan yang diinginkan.
Metavarsity Course menyebutkan bahwa Personal Mastery memiliki empat aspek, yaitu:
1. Aspek Emosional
Personal Mastery berkaitan erat dengan aspek emosional yang terdapat dalam
diri seseorang. Hubungan tersebut bisa memunculkan sifat atau perilaku
seseorang seperti berikut ini:
a. Memahami emosi diri sendiri dan akibat emosi
b. Memahami orang lain dan emosi yang dialami
c. Berdaya secara emosional dan nyata
d. Menjadi terbuka dengan suatu hubungan
2. Aspek Spiritual
Faktor spiritual menjadi aspek yang tidak terpisahkan dengan Personal Mastery.
Hal ini disebabkan spiritual bisa menjadi dasar yang cukup kuat keyakinan
seseorang dalam melakukan sesuatu. Aspek spirital terdiri atas:
a. Berkaitan dengan inner self
b. Mengapresiasi kehidupan, menyayangi orang lain
c. Bersatu dalam perbedaan dengan orang lain
d. Menciptakan dunia yang lebih baik untuk tempat hidup
3. Aspek Fisik
Kondisi fisik seseorang juga berpengaruh cukup kuat dalam implementasi
personal mastery. Tanpa kondisi fisik yang prima, personal mastery seseorang
bisa terpengaruh atau bahkan tereduksi. Berikut ini beberapa contoh aspek fisik,
yakni:
a. Berada secara fisik dan dalam lingkungan
b. Memahami hubungan antara mind-body
c. Bertanggung jawab dan membuat keputusan positif
d. Me-manage stress dan mencapai keseimbangan
4. Aspek Mental
Faktor mental memiliki pengaruh yang sama pentingnya dengan aspek fisik.
Seorang individu pada dasarnya merupakan perpaduan dari mental dan fisik
yang berkoordinasi menjadi satu kesatuan yang utuh. Aspek mental tersebut
terdiri atas:
a. Memahami cara kerja pikiran dan cara menciptakan realitas
b. Meningkatkan fokus mental dan konsentrasi
c. Menciptakan pikiran yang jernih dan inovatif
d. Menciptakan realitas yang diinginkan.
Disiplin Penguasaan Pribadi meliputi sederetan praktek dan prinsip-prinsip. Tiga
elemen utamanya adalah: (a). visi pribadi, (b). tegangan kreatif, dan (c). komitmen pada
kebenaran.
1. Visi Pribadi. Umumnya setiap orang memiliki cita-cita dan tujuan, namun tanpa
pemahaman visi yang nyata. Mungkin anda mendambakan rumah yang lebih
bagus, pekerjaan yang lebih baik, atau segmen pasar yang lebih besar untuk
produk anda. Semua ini adalah contoh dari pencurahan perhatian pada alat
bukan pada hasil. Misalnya, mungkin anda mendambakan segmen pasar yang
lebih besar dan menguntungkan agar perusahaan anda tetap mandiri sesuai
dengan kebenaran tujuan yang anda tetapkan sebelumnya. Cita-cita akhir
memiliki nilai yang paling utama, sedangkan yang lain merupakan alat
pencapaian tujuan akhir yang bisa berubah-ubah seiring dengan perubahan
waktu. Kemampuan mencurahkan perhatian pada keingin-keinginan akhir
adalah pondasi penguasaan pribadi. Visi berbeda dengan tujuan. Visi adalah
gambaran tetap dari masa depan yang dicita-citakan, sedangkan tujuan bersifat
lebih abstrak. Namun, visi tanpa dibarengi dengan pemahaman tujuan, sama
halnya dengan angan-angan belaka.
2. Tegangan Kreatif. Ada kesenjangan yang tak terhindarkan diantara visi
seseorang dengan kenyataan yang ada sekarang. Misalnya anda ingin membuka
perusahaan namun anda kekurangan modal. Kesenjangan mematahkan semangat
kita, namun kesenjangan itu sendiri sebenarnya sumber daya kreatif.
Kesenjangan ini memompa tegangan kreatif. Hanya ada dua cara untuk
menyeimbangkan tegangan diantara kenyataan dan visi. Entah visi akan menarik
kenyataan kedalamnya, atau kenyataan menggusur visi ke bawah. Sebagian
orang dan perusahaan seringkali memilih pilihan yang terakhir, karena mudah
untuk "menyatakan kemenangan" dan berpaling dari masalah. Cara itu
perasaan yang mungkin tersembunyi, bahwa visi pribadi tidak sesuai dengan
tujuan kelembagaan. Para karyawan dituntut berdedikasi sepenuhnya kepada
perusahaan selama jam kerja kantor. Sikap paternalistik ini terbukti tidak
persuasif dan tidak efektif.
Jika pemimpin tidak mempunyai pemahaman yang mendalam tentang visi
diri, maka pemimpin tersebut tidak akan mampu mendorong orang lain untuk
menciptakan visi sendiri atau mempertimbangkan visi orang lain. Jika seorang
pemimpin tidak bisa menguraikan realitas saat ini dengan jelas, maka
kredibilitas akan rendah ketika pemimpin tersebut mengajak orang lain melihat
bersama. Jika pemimpin tersebut tidak mempunyai tingkat pengetahuan diri
sendiri, dan pemahaman diri sendiri, maka risikonya adalah adanya
kemungkinan pemimpin tersebut menggunakan organisasi untuk mengatasi
sendiri sakit saraf yang dimiliki. Hal ini bisa membawa dampak yang luar biasa
terhadap diri orang lain. Tugas melatih personal mastery meliputi tindakan
membantu seseorang untuk melihat betapa visi sendiri tertutup oleh
kekhawatiran apakah visi tersebut mungkin untuk terjadi atau tidak.
karena kulit hitamnya dan dr. Blalock yang temperamental yang tidak memberikan
Vivian gaji yang pantas.
Pada hakekatnya proses belajar tidak mengenal perbedaan. Entah seseorang itu
awalnya berasal dari orang yang tidak mampu ataupun kaya, pekerja kasar ataupun
pejabat tinggi dan tidak mengenal juga suku, ras atau pun golongan. Manusia dan
mahluk hidup lainnya dituntut untuk tetap mampu beradaptasi agar mereka bisa
bertahan. Beradaptasi membutuhkan inovasi dan kemampuan untuk berkreasi dan
ini semua bisa didapat dengan cara belajar, baik secara individual maupun bersama.
Hal ini memberi makna bahwa jika kita dalam kehidupan baik sebagai personal
maupun dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial, asal bisa mengembangkan
personal mastery, memiliki mental yang tangguh, berpikir secara sistemik, sepakat
menjalankan visi bersama serta mampu mengontrol untuk mengurangi kelemahan/
kebutaan dalam diri maupun kelompok, pastilah akan mendapatkan hasil yang luar
biasa. Dengan kata lain, aktifitas positif baik secara personal maupun kelompok
apalagi bermanfaat bagi orang lain, dengan sendirinya akan mendatangkan juga
penilaian dari orang atau kelompok lainnya. Cetusan positif dari penilaian ini dapat
diwujudkan dengan suatu penghargaan. Jadi penghargaan didapat sebagai
konskuensi dari hasil yang baik, bukan merupakan buah dari harapan yang pasif.
VI. KESIMPULAN
1. Interpersonal Skill (keterampilan interpersonal) sebagai kemampuan
seseorang secara efektif untuk berinteraksi dengan orang lain maupun dengan
rekan kerja, seperti pendengar yang baik, menyampaikan pendapat secara jelas
dan bekerja dalam satu tim. Pakar lain mengatakan bahwa interpersonal skill
adalah kecakapan atau keterampilan yang dimiliki oleh seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, kecakapan atau keterampilan untuk
berkomunikasi baik verbal maupun non verbal.
2. Kemampuan interpersonal sangat mempengaruhi bagaimana kita
mempersepsikan diri kita terhadap orang lain, dan bagaimana kita
mempersepsikan diri kita. Ketika kita memiliki ketrampilan interpersonal yang
tinggi kita akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi, sehingga kita akan
dihargai orang lain, dan pada akhirnya kita kan membangun hubungan yang
harmonis dengan orang lain. Dalam dunia kerja, ketrampilan interpersonal yang
tinggi akan membawa kesuksesam dalam pekerjaan dan tentunya membawa
keuntungan material dan spiritual.
3. Personal mastery merupakan sebuah penguasaan diri, yang karenanya dapat
membawa pada keberhasilan organisasi. Setiap individu tidak boleh berhenti
belajar. Dia harus mempunyai visi, kreatif, dan komitmen pada kebenaran.
Seseorang yang tlah menguasai Personal mastery memiliki komitmen yang
tinggi terhadap suatu hal, sering mengambil inisiatif, dan terus-menerus
mengembangkan kemampuan untuk menciptakan hasil terbaik dalam kehidupan.
Dengan tujuh dimensi yang dimiliki oleh pribadi personal mastery maka
performa organisasi akan sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan bersama
dalam desain dan perencanaan organisasi
DAFTAR PUSTAKA
https://alfisatrianti.wordpress.com/2013/06/26/interpersonal-skill-keterampilan-
interpersonal/
http://inori-to-shigoto.blogspot.co.id/2010/06/sepuluh-langkah-meningkatkan-
kemampuan.html
http://ikma11.weebly.com/uploads/1/2/0/7/12071055/kelompok_11.pdf
http://ikma11.weebly.com/uploads/1/2/0/7/12071055/kelompok_11.pdf
http://anekakawan.blogspot.co.id/2010/10/personal-mastery.html
https://sakrianijamaluddin.wordpress.com/2012/05/17/personal-mastery-analisis-tokoh-
vivien-dalam-film-something-the-lord-made-berdasarkan-karakteristik-personal-
mastery/
http://alfmuzaky.blogspot.co.id/2009/01/penguasaan-pribadi-personal-mastery.html