Anda di halaman 1dari 9

KAJIAN SOCIAL GROUP WORK MURNI, RECRUITMENT GROUP

WORK, DAN OPEN SPACE TECHNOLOGY

(Untuk memenuhi tugas syarat UAS mata kuliah Social Group Work)

Disusun oleh:

Erieska Gita Lestari 170310140001

Maudy Pritha Amanda 170310140031

Aneke Putri I 170310140032

KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2015
I. SOCIAL GROUP WORK MURNI

Dalam bimbingan sosial kelompok atau social group work, kelompok  berfungsi
sebagai wadah dan sarana untuk membantu individu melalui interaksi dan program yang
terarah. Program yang disusun oleh pekerja sosial kelompok menyediakan kemungkinan-
kemungkinan untuk anggota berinteraksi dengan anggota kelompok yang lain dan mengalami
proses kelompok. Fungsi social group work adalah mengusahakan terciptanya pengalaman-
pengalaman yang menyenangkan dan yang memberikan kesempatan kepada setiap individu
untuk berinteraksi, berpartisipasi, dan menyatakan perasaannya.

 5 Prinsip Group Work dalam Therapeutic Group Work pada Games Kotak Ajaib

Sebelum memulai games, dibentuk satu kelompok. Di dalam satu kelompok itu
terdapat orang yang diantaranya kenal tetapi tidak memiliki kedekatan satu sama lain. Tapi
group work memiliki prinsip- prinsip dalam menerapkan pelaksanaan pekerjaan sosial.
Prinsip umum pekerjaan sosial merupakan dasar dari setiap praktek metode pekerjaan sosial
khususnya bimbingan sosial kelompok. Maka perasaan, sikap, pandangan dan tindakan-
tindakan para pekerja sosial harus diselenggarakan dengan prinsip- prinsisp umum pekerjaan
sosial.

Diawali dengan satu orang berani untuk bercerita sehingga suasana yang awalnya
dingin menjadi lebih dekat satu sama lain dan ingin mendengarkan apa yang temannya
utarakan. Itu artinya berdasarkan prinsip group work bahwa setiap orang mempuyai
kesempatan yang sama yang hanya di batasi oleh kemamapuan masing masing dan keyakinan
bahwa setiap manusia mempunyai kehormatan diri atau harga diri kemuliaan dan
kesempurnaan yang harus dihargai juga dijunjung tinggi. Lanjut kepada sesi yang lebih
dalam mengulik dari sisi pribadi tiap orang yang sedang mengikuti games kotak ajaib. Secara
tidak langsung mereka bercerita penuh dengan penghayatan yang membuat tetesan air mata
jatuh secara tidak langsung teman dikelompok tersebut ikut terbawa suasana haru atas apa
yang temannya utarakan. Berdasarkan prinsip bahwa setiap manusia yang mengalami
penderitaan pribadi, ekonomi, dan sosial mempuyai hak untuk menentukan diri sendiri,
mengenai apa kebutuhan-kebutuhan dan bagaimana cara mengatasinya. Dari sesi awal sampe
akhir prinsip pembentukan kelompok terencana karena kelompok merupakan kesatuan
tempat dimana para individu memperoleh pelayanan untuk mengembangkan pribadinya. Dan
prinsip yang kelima yaitu didalam games kotak ajaib sumber kekuatan utama untuk
menggerakan kelompok dan mempengaruhi individu anggota kelompok untuk melakukan
adalah interaksi untuk saling pengaruh mempengaruhi diantara para anggota. Jadi prinsip
umum tersebut adalah berhubungan dengan tanggung jawab sosial terhadap dirinya, keluarga,
dan masyarakat.

II. RECRUITMENT GROUP WORK DAN SOFT SKILL DALAM SELEKSI


DUNIA KERJA

Di dalam persaingan seperti sekarang, kebutuhan akan tenaga kerja yang memiliki
profesionalisme dan manajerial skill yang berbasis kemampuan sudah merupakan tuntutan.
Terlebih di dunia kerja sekarang banyak dipengaruhi perubahan pasar, ekonomi dan
teknologi. Tenaga kerja yang memiliki kecerdasan emosional (Emotional Quatient) sangat
mendukung pemenuhan kebutuhan tersebut disamping kecerdasan intelektual. Keterampilan
sangat mempengaruhi tingkat kesuksesan seseorang. Dengan keterampilan yang ada
seseorang dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik untuk dirinya maupun lingkungan
sekitarnya. Secara umum, keterampilan manusia dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu
keterampilan teknis (hard skill) dan keterampilan mengelola diri dan orang lain (soft skill).
Hard skill merupakan hal penting di dalam dunia kerja, namun keberhasilan seseorang dalam
dunia kerja biasanya ditentukan oleh kemampuan soft skill-nya yang baik. Berikut ini adalah
beberapa pengertian soft skill dalam dunia kerja:

 Menurut Berthal (dalam Muqowim, 2012: 5), soft skills diartikan sebagai perilaku


personal dan interpersonal yang mengembangkan dan memaksimalkan kinerja
manusia. Sedangkan menurut Putra dan Pratiwi (2005: 5) soft skills adalah
kemampuan-kemampuan tak terlihat yang diperlukan untuk sukses, misalnya
kemampuan berkomunikasi, kejujuran/integritas dan lain-lain.  
 Elfindri, dkk (2011: 10) mendefinisikan soft skills sebagai keterampilan hidup yang
sangat menentukan keberhasilan seseorang, yang wujudnya antara lain berupa kerja
keras, eksekutor, jujur, visioner, dan disiplin. Lebih lanjut Elfindri menjelaskan
bahwa soft skills merupakan keterampilan dan kecakapan hidup yang harus dimiliki
baik untuk sendiri, berkelompok, atau bermasyarakat, serta berhubungan dengan Sang
Pencipta.  Softskills sangat diperlukan untuk kecakapan hidup seseorang.
 Secara umum soft skills diartikan sebagai kemampuan di luar kemampuan teknis dan
akademis, yang lebih mengutamakan kemampuan intra dan interpersonal (Prastiwi,
2011: 3).
 Soft skills membuat keberadaan seseorang akan semakin terasa di tengah masyarakat.
Dengan soft skills  seseorang akan memiliki keterampilan akan berkomunikasi,
keterampilan emosional, keterampilan berbahasa, keterampilan berkelompok,
memiliki etika dan moral, santun, dan keterampilan spiritual (Elfindri, 2010: 67).
 Kaipa dan Milus (2005: 3-6) bahwa soft skills adalah kunci untuk meraih kesuksesan,
termasuk di dalamnya kepemimpinan, pengambilan keputusan, penyelesaian konflik,
komunikasi, kreativitas, kemampuan presentasi, kerendahan hati dan kepercayaan
diri, kecerdasan emosional, integritas, komitmen, dan kerjasama.
Soft skill merupakan atribut penting di dalam tercapainya suatu kesuksesan
dalam dunia kerja. Di dalam atribut tersebut didukung oleh atribut - atribut yang ada
di dalamnya. Atribut – atribut kesuksesan dalam dunia kerja:
 Leading People : Leading a team, leading yourself, conflict
management, delegation, coaching, networking, developing others.
 Managing Activities : Product quality, workplace safety, customer
care, fundraising.
 Managing Resources : People, finances.
 Managing Information : Decision making, problem solving, meeting
management, persuasion, presentation skills.
Selain softskills kemampuan individu dalam berhubungan dengan orang lain atau
disebut interpersonal skills, dan kemampuan individu untuk mengatur dirinya sendiri untuk
unjuk kerja secara maksimal atau disebut intrapersonal skills.
I. Intrapersonal Skill
 Transformasi karakter
 Transformasi keyakinan
 Manajemen perubahan
 Manajemen stres
 Manajemen waktu
 Proses berfikir kreatif
 Tujuan pengaturan & tujuan hidup
 Dipercepat belajar teknik
 Percaya Diri
 Penilaian sifat, diri & preferensi
 Kesadaran emosional
 Kontrol diri
 Kelayakan
 Proaktif

II. Interpersonal Skill:


 Keterampilan komunikasi
 Jujur
 Keterampila motivasi
 Keterampilan kepemimpinan
 Keterampilan self-marketing
 Keterampilan negosiasi
 Keterampilan presentasi
 Keterampilan berbicara di public
 Kesadaran politik
 Memanfaatkan keragaman
 Orientasi pelayanan
 Empati
 Manajemen konflik
 Kerjasama tim
 Sinergi

Keterkaitan Recruitment Group Work dalam Seleksi Dunia Kerja:


Ketika melaksana Recruitment Group Work yang di fasilitasi oleh para fasilitator
terbagi dalam beberapa sesi, yaitu:
1. Games Pembuka Lempar Bola
Games pembuka ini kami diajak untuk melempar dan mengoper bole kertas ke
teman kelompok, semakin lama jumlah yang dioper semakin meningkat. Adanya
games ini bisa dilihat individu yang bisa leading, fokus, serius, senang, dan konsisten
dengan yang ia jalankan tanpa menurunkan moodnya. Leading disini bisa dilihat
ketika kita memasuki dunia kerja bisa berhubungan dan mengkoordinasikan satu sama
lainnya dalam pekerjaan.
Fokus, serius, senang, dan konsisten juga disini bisa dilihat dan dibutuhkan
dalam dunia kerja sehingga ketika apa yang ia kerjakan memiliki keseriusan. Fokus
dalam dunia kerja diperlukan dalam setiap detail – detail yang ada, fokus dalam
menerima dan memberikan informasi, sehingga tidak ada salahpaham. Keseriusan dan
kesenangan terhadap apa yang ia kerjakan dibutuhkan dalam dunia kerja, pada games
ini kita melihat mereka siapa yang serius dan senang dalam melakukan sesutau, dan
ini membuat setiap orang meningkatkan rasa memiliki serta senang dengan apa yang
ia kerjakan.
2. Assessment Masalah Sosial beserta Solusinya di kawasan Jatinangor
Di dalam sesi ini, kita bisa melihat siapa yang memiliki kemampuan dan
keterampilan dalam memecahkan suatu masalah, siapa yang bisa mengeluarkan
pendapat, percaya diri, ada yang bisa leading kelompoknya, kemampuan komunikasi
terhadap sesama anggota kelompoknya, ada yang mendominasi atau tidak, cara
berpikir problem solving, pengambilan keputusan, rasa empati dan keberagaman sifat
dan pendapat dalam kelompok.
3. Pemecahan Teka – Teki Menyebrang Sungai Manusia dan Singa
Pada sesi ini kita bisa memperhatikan dan melihat individu dalam kegiatan
seleksi, di dalam sesi ini terdapat beberapa nilai yang bisa kita lihat:
 Communication Skill: tidak semua orang dapat memecahkan teka – teki
tersebut dengan tepat tetapi dapat dilihat bagaimana kemampuan komunikasi
dan mengeluarkan ide di dalam kelompok.
 Percaya diri: dapat dilihat individu yang dapat mengeluarkan ide dan solusinya
di dalam kelompok tanpa rasa segan
 Intelligence: cara berpikir yang cerdas juga dibutuhkan dalam penyelesaian
masalah, walaupun tidak harus menilai dari kecerdasan yang dimilikinya
 Problem Solving: dapat diketahui individu tersebut dapat mencoba
memecahkan masalah
Jadi, kesimpulan dari recruitmen group work dalam seleksi dunia kerja sangat
dibutuhkan, kita bisa mengetahui individu yang akan lolos seleksi dalam setiap sesi
yang membantu dalam proses perekrutan. Sesi ini diberikan juga agar diketahui
softskill individu dan kemampuan intrapersonal serta interpersonal yang dimiliki
individu.
III. OPEN SPACE TECHNOLOGY

Open Space Technology (OST) adalah suatu metode conference yang dikembangkan
oleh Harrison Owen pada tahun 1963. Metode ini terinspirasi dari coffee break sebagai sesi
yang paling ditunggu-tunggu pada suatu pertemuan atau seminar. Ciri-ciri OST yaitu:
1. Tidak ada kendali namun terkendali
2. Tidak ada aturan tapi mengatur diri sendiri
3. Tidak ada keharusan tapi keinginan diri sendiri
4. Tidak ada agenda tapi menentukan sendiri
5. Tidak ada moderasi tapi ada pertanggungjawaban

Terdapat tujuh langkah OST, antara lain:

1. Pengumuman Topik
Setelah pengumuman topik/ide besar, setiap peserta yang memiliki ide berkaitan
dengan tema besar pertemuan, harus menempelkan kertas post-it di bagian dinding
yang telah ditentukan.
2. Pembukaan Market Place
Langkah ini mendorong peserta untuk mengajukan diri sebagai meeting owner.
Meeting owner bertugas untuk menjadi moderator dan pemimpin diskusi. Meeting
owner harus menentukan jadwal dimana dan kapan ia harus menyelenggarakan
meeting (buka lapak).
3. Negosiasi
Para peserta dengan tema yang serupa dapat bergabung dan untuk peserta yang
memiliki tema besar dapat dipecah dan disebar.
4. Pengumuman Market Place
Meeting owner membuka lapak pembahasan topiknya dengan sebuah kertas yang
ditempelkan di dinding dan beberapa kursi yang melingkarinya. Para peserta yang
mengajukan tema serupa dengan seorang meeting owner dapat bergabung dengan
lapaknya.
5. Sesi Meeting
Saat sesi meeting berlangsung, ada beberapa peraturan yang diterapkan dalam OST:
1) Whoever comes is the right person
2) Whatever happens is the only thing that could have
3) Whenever it starts is the right time
4) When it’s over, it’s over
Pada sesi meeting, para peserta harus mengingat “The Law of 2 Feet”:
“whenever you feel, that you’re not contributing, nor learning, it’s time for you to
use your 2 feet to move somewhere else”
Jadi, peserta bebas untuk berpindah lapak dari satu ide ke ide lain kapanpun ia mau.
6. News Room
7. Reflection and Recommendation

Dalam menjalankan OST, ada dua prinsip yang harus dipelajari, yaitu:

1. Be prepared and be surprised, karena peserta dapat pergi meninggalkan suatu


market place tanpa merasa segan kepada pemiliknya
2. Ada dua jenis peserta dalam OST:
a. Bee (cross pollination ideas). Berpindah-pindah market place dengan
memberikan pencerahan dan menyumbangkan ide-ide ke tiap market place
dalam waktu bersamaan.
b. Butterfly (stay tune in one place). Berpindah-pindah market place tanpa
memberikan pencerahan dan menyumbangkan ide.

Kondisi psikologis peserta ketika mengikuti OST, antara lain:

 Senang. Metode OST yang terkesan santai dan tidak terlalu formal dapat memberikan
mood yang baik terhadap peserta karena tidak harus terus duduk lama dan terpaku
pada satu orang saja. Peserta dapat bebas mengelilingi setiap market place dan bebas
menentukan peran (bee or butterfly).
 Percaya diri. Karena suasana santai yang tercipta, peserta dapat dengan leluasa
menyampaikan pendapatnya tanpa takut salah. Semua pendapat yang disampaikan
kepada meeting owner akan ditampung dan kemudian akan diolah oleh meeting
owner untuk disampaikan ke news room. Sehingga peserta akan lebih leluasa dan
berani dalam menyampaikan opininya.

Keuntungan menggunakan OST dalam suatu organisasi yaitu dapat memungkinkan


seluruh anggota untuk menyampaikan pendapat atau opininya. Sehingga ide yang
terkumpul menjadi lebih beragam.
Namun, OST juga memiliki kekurangan. Kondisi meeting yang terkesan tidak terikat
dan bebas dapat menyebabkan kebingungan atau ketidakteraturan dalam prosesnya. Hal
tersebut dapat membingunkan meeting owner dalam mengolah hasil diskusi. Selain itu,
tidak sedikit orang-orang yang tidak menganggap serius OST sehingga dapat
mengacaukan proses meeting.

Pentingnya OST dikaji dari 5 prinsip SGW, yaitu:

1. Universality : Pada saat penentuan market place, gagasan yang serupa akan
digabungkan sehingga para a menemukan adanya kesamaan dengan orang lain.
Selain itu para peserta dapat menemukan pemikiran-pemikiran yang serupa
dengannya pada setiap market place ketika ia menyumbangkan ide.
2. Acceptance : para anggota/peserta merasa diterima karena setiap opini dan gagasan
yang disampaikan akan diterima dan didengarkan. Ketika menyampaikan ide di
setiap market place, ide tersebut akan dituliskan di kertas miliki meeting owner
sehingga peserta merasa didengarkan dan dihargai.
3. Hope : ide penyelesaian masalah oleh para peserta dari topik/ide besar
kemudian di pecah ke beberapa market place sesuai dengan kemiripan ide. Ide-ide yg
serupa tersebut dapat dikembangkan menjadi suatu ide baru yang diharapkan efektif
dalam menangani masalah tersebut. Atau ketika peserta stuck dengan satu ide, ia
dapat mengambil dan mempelajari ide-ide lain yang disampaikan oleh peserta lain
sehingga timbul harapan untuk dapat menyelesaikan masalah dengan inspirasi ide
baru yang didapatkan dari peserta lain.
4. Altruism : pendapat dan ide yang disampaikan dapat berguna untuk setiap
market place. Walaupun meeting owner tidak menelan pendapat tersebut bulat-bulat,
tetapi ide tersebut memiliki sumbangsih dalam penyelesaian masalah yang dihadapi.
5. Cognitive Restructing : beragamnya gagasan dan ide di dalam OST dapat
memberikan wawasan dan pengetahuan baru untuk setiap peserta.

Anda mungkin juga menyukai