Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

SOFT SKILL DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

Disusun Oleh :

WARDAH (222050134) SRI MULYANTI (222050138)


FAUZIAH SURYANI (222050135) LISA ZAHARA (222050139)
WARIAH NURHIDAYAH (222050136) NUR AISYAH (222050140)
ROMIATUN (222050137)

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN DAN PENDIDIKAN


PROFESI BIDAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN
2024
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bidan merupakan salah satu profesi yang berhubungan erat dengan penggunaan
komunikasi sebagai salah satu bentuk sarana yang efektif dalam memudahkan peran dan
fungsinya dengan baik. Bidan merupakan ujung ombak pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) yang memiliki peran sangat penting dalam penurunan AKI di Indonesia. Rendahnya
kualitas bidan saat ini menjadi salah satu kendala dalam penurunanAKI di Indonesia. Salah
satu permasalahan terhadap pelayanan kesehatan adalah komunikasi yang kurang baik antara
tenaga kesehatan dan pasien.
Kemampuan seorang bidan berkaitan dengan kompetensi yang diperolehnya selama
masa pendidikan. Kompetensi bidan merupakan perpaduan aspek keterampilan, sikap dan
pengetahuan untuk melakukan asuhan kebidanan yang aman dan bertanggung jawab
(Kemenkes RI, 2014).
Survei kemenkes 2011-2012 menyatakan bahwa pembelajaran praktek klinik berada
dalam kategori baik hanya 20%, sedangkan sisanya 80% berada pada kategori perlu
ditingkatkan. Artinya, kompetensi seorang bidan tidak hanya diukur dari keterampilan teknis
(hardskills) saja melainkan bidan juga perlu menguasai soft skills. Soft skills merupakan
kemampuan seseorang untuk melakukan interaksi dengan dirinya sendiri (intrapersonal),
orang lain (interpersonal), maupun dengan lingkungan sosial (interaktif) (Juntika, 2015).
Kebutuhan akan pentingnya soft skills di dunia kerja saat ini tidak bisa ditawar, termasuk
keterampilan bidan dalam bekerja di institusi layanan kesehatan. Kajian Kementerian
Pendidikan Nasional (Kemendiknas) tahun2009 menyatakan bahwa 85% kesuksesan
seseorang ditentukan oleh soft skills (Zaman, 2015). Menurut Mulyatiningsih, softskills
dalam bekerja antara lainmotivasi, tanggung jawab, komunikasi dan kerjasama
(Mulyatiningsih, 2012).
Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan akan berhadapan dengan beragam
manusia secara langsung di tengah-tengah masyarakat, yang memiliki keunikan tersendiri.
Untuk itu, bidan dituntut untuk lebih menguasai keterampilan intelektual, emosional,
spiritual serta berfikir positif dalam menghadapi permasalahan kesehatan masyarakat.
Sangatlah perlu seorang calon bidan menguasai dan memiliki hard skill maupun soft skill
yang baik agar dapat diterima di tengah masyarakat dan dunia pekerjaan (Elfrindi, 2009).
Bidan sebagai penyedia layanan kesehatan selama periode reproduksi memiliki
kesempatan untuk mendorong perempuan membuat pilihan yang berdampak positif pada
kesehatan ibu dan janin. Diperlukan pendidikan kebidanan yang relevan untuk kebutuhan
masa kini dan mendatang terhadap pelayanan kebidanan. The state of world’s midwifery
telha mengidentifikasi bahwa sebagian besar negar-negara berkembang tidak memiliki bidan
profesional dan mampu mengelola tingginya jumlah kehamilan yang 15% diantaranya
mengakibatkan komplikasi obstetric. Profil lulusan kebidanan tidakhanya unggul pada
prestasi akademik (hard skill ) namun unggul pula padakemampuan kepribadian (soft skill).
Makalah ini akan membahas mengenai karakteristik soft skill yang harus
dikembangkan danimplementasi soft skill dalam pelayanan kebidanan, karena bidan harus
mampu mengembangkan soft skillnya, dan harus pula mengimplementasikan softskillnya
dalam pelayanan kebidanan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Softskill merupakan ketrampilan personal yaitu ketrampilan khususyang bersifat
non-teknis, tidak terlihat, yang muncul pada pribadi seseorang.Softskill adalah seperangkat
kemampuan yang mempengaruhi bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain.
Berkomunikasi secara efektif, berpikir kreatif dan kritis, membangun tim, serta kemampuan
lainnya yang terkait kapasitas kepribadian individu. Konsep tentang soft skill sebenarnya
merupakan pengembangan dari konsep yang selama ini dikenal dengan istilah kecerdasan
emosional (emotional intelligence). Soft skill sendiri diartikan sebagai kemampuan diluar
kemampuan teknis dan akademis, yang lebih mengutamakan kemampuan intra dan
interpersonal. Softskill merupakan kemampuan-kemampuan dasar yang perludi tumbuhkan
dalam diri, agar dapat memotivasi diri dan orang lain, bertanggung jawab, membangun
relasi, berkomunikasi, negosiasi, beradaptasi dengan lingkungan, berkreasi, berinovasi dan
berwirausaha, memimpin, membangun kerjasama, mengelola sumber daya dan lain
sebagainya.
B. Jenis Ketereampilan Soft Skill
Dua jenis keterampilan tersebut menurut Efendi (2011) adalah sebagai
berikut:
a. Interpersonal skill
Interpersonal skill bukan merupakan bagian dari kepribadian yang bersifat bawaan,
melainkan merupakan ketrampilan yang bisa dipelajari
1. K e t e r a m p i l a n k o m u n i k a s i
Komunikasi adalah alat atau sarana prasana untuk berkomunikasiatau menjalin
hubungan. Teknik komunikasi yang digunakan secara t e p a t a g a r d a p a t
menciptakan hubungan terapeutik dan apabilakomunikasi tidak
tepat akan menimbulkan suatu masalah antaraklien dan perawat.
K o m u n i k a s i d a l a m d u n i a k e p e r a w a t a n s a n g a t penting seperti dokumen
tasi keperawatan yang digunakan untuk m e n y a m p a i k a n s u a t u i n f o r m a s i
k e p a d a p i h a k l a i n s e l a i n i t u j u g a menjadi bukti bila terjadi perselisihan
(Elfrindi, 2009).
2. M e m b a n g u n h u b u n g a n
Membangun hubungan adalah membangun atau membina hubungan akrab,
timbal balik dan hangat atau jaringan kontak dengan orang l a i n y a n g
Akan berguna dalam bekerja di masa depan. Hal ini
mencakup kontak di luar lingkup pekerjaan dan mengarah
p a d a pertemuan sosial dan pribadi (Anonim, 2008)
3. Keterampilan kepemimpinan
Kemampuan memberikan inspirasi pada orang lain untuk bekerja
kepada orang lain untuk bekerja sama dalam kelompok
agar m e n c a p ai s u a t u t uj u a n u m u m ( S u a r l i , 2 0 0 9 ) .
K e t e r a m p i l a n kepemimpinan adalah kemampuan seseora ng
untuk memberikan i n s p i r a s i , m e n g g e r a k k a n d a n
mengarahkan
o r a n g l a i n u n t u k bekerjasama dalam kelompok agar mewujudkan suatu
tujuan.
4. K e m a m p u a n n e g o s i a s i
Kemampuan kolaborasi dengan pendekatan kompromi
y a n g digunakan sebagai strategi penyelesaian konflik. Negosiator yang
efektif tampak tenang dan yakin akan dirinya dan menggunakan
pendekatan jujur, mengembangkan keterampilan asertif untuk melakukan negosiasi
konflik (Marquis, 2010).
b. Intrapersonal skill
Soft skills adalah seperangkat kemampuan yang mempengaruhi bagaimana
Kita berinteraksi dengan orang lain. Soft skills memuatkomunikasi efektif,
berpikir kreatif dan kritis,membangun tim, serta kemampuan lainnya yang
terkait kapasitas kepribadian individu. Soft skill merupakan kemampuan yang tidak
tampak dan sering kali berhubungan dengan emosi manusia. Dilihat dari konstraknya,
semakin bergerak ke kanan menunjukkan atribut tersebut semakin empirik dan
sebaliknya semakin bergerak ke kiri atribut tersebut semakin abstrak.
Dilihat dari proses peningkatannya, semakin ke kanan
s e m a k i n berorientasi pada kegiatan yang langsung dan semakin ke kiri semakin
berorientasi pada kegiatan yang tidak langsung. Intervensi yang dapat diberikan
dalam meningkatkan soft skills adalah dengan pelatihan atau d e n g a n
pembinaan yang intensif. Di sisi lain nilai -nilai dan moral dapat
ditingkatkan dengan kegiatan berfokus pada
p e n i n g k a t a n kesadaran diri
1. M a n a j e me n w a k t u
Manajemen waktu yaitu kemampuan
m e m p r i o r i t a s k a , menjadwalkan dan melaksanakan
t a n g g u n g j a w a b i n d i v i d u d e m i kepuasan individu tersebut (Kusnadi, 2009).
Dejanasz (2002) dalamR o s i t a ( 2 0 0 8 ) , m a n a j e m e n w a k t u a d a l a h
k e t e r a m p i l a n p e r s o n a l dalam manajerial. Hal ini merupakan proses
untuk menyusun dan mencapai tujuan, memperkirakan waktu dan
sumber-sumber waktu y a n g d i b u t u h k a n u n t u k m e n c a p a i
m a s i n g - m a s i n g t u j u a n d a n mendisiplinkan diri sendiri memfokuskan
pada tujuan.
2. M a n a j e m e n s t r e s s
Manajemen stres adalah kemampuan manusia secara efektif untuk
mengatasi gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang
muncul karena tanggapan (respon). Tujuan dari manajemen stres itu sendiri adalah
untuk memperbaiki kualitas hidup individu itu agar menjadi lebih baik.
3. T r a n s f o r m a s i k a r a k t e r
Menurut Djamhana dalam Soedarbo (2007) merupakan aktualisasi
potensi dari dalam internalisasi nilai-nilai moral dari luar bagian kepribadiannya.
Karakter dapat diartikan kumpulan tata nilai yang m e w u j u d k a n
d a l a m s u a t u s i s t e m d a y a j u a n g y a n g m e l a n d a s i pemikiran, sikap
dan perilaku (Soedarno, 2007).
4. Proses berpikir kreatif
Berpikir kreatif adalah aktivitas mental yang terkait
d e n g a n kepekaan terhadap masalah, mempertimbangkan informasi baru dan ide-
ide yang tidak biasanya dengan suatu pikiran terbuka, serta dapat m e m b u a t
h u b u n g a n - h u b u n g a n d a l a m m e n y e l e s a i k a n m a s a l a h tersebut
(Gunawan, 2013)
5. M a n a j e m e n perubahan
Suatu proses yang sistematis dengan menerapkan pengetahuan,sarana dan sumber
daya yang diperlukan organisasi untuk bergeser dari kondisi sekarang menuju
kondisi yang diinginkan, yaitu menuju
kerja yang lebih baik dan untuk mengelola individu yang akan terkena dampak dari
proses perubahan tersebut (Kementrian PAN dan RB, 2012).

C. Mengembangkan Soft Skill


Pendidikan merupakan suatu proses dimana peserta didik akan
memiliki pengetahuan (kognitif), sikap (apektif) dan ketrampilan (psikomotorik) guna bekal hid
Up layak di tengah tengah
masyarakat. Proses ini mencakup peningkatan intelektual, personal dan kemampuan social yang
diperlukan bagi peserta didik sehingga tidak saja berguna bagi diri pribadi dan keluarga tetapi
juga keberadaannya bermanfaat bagi masyarakat. Maka strategi yang dikembangkan dalam
kurikulum pendidikan nasional kita selalu berdasarkan pada ketiga ranah di atas baik dalam
proses pembelajaran maupun avaluasinya. Sejalan dengan pengertian di atas, menurut UNESCO,
tujuan belajar yang dilakukan oleh peserta didik harus dilandaskan pada 4 pilar yaitu learning ,
how to know, learning how to do, learning how to be, dan learning how to livetogether. Dua
landasan yang pertama mengandung maksud bahwa proses belajar yang dilakukan peserta
didik mengacu pada kemampuan mengaktualkan dan mengorganisir segala pengatahuan dan
ketrampilan yang dimiliki masing-masing individu dalam menghadapi segala jenis pekerjaan
berdasarkan basis pendidikan yang dimilikinya (memilik Hard Skill). Dengan kata lain peserta
didik memiliki kompetensi yang memungkinkan mereka dapat bersaing untuk memasuki dunia
kerja. Sedangkan 2 landasan yang terakhir mengacu pada kemampuan mengaktualkan dan
mengorganisir berbagai kemampuan yang ada pada masing masing individu dalam suatu
keteraturan sistemik menuju suatu tujuan bersama. Maksudnya bahwa untuk bisa menjadi
seseorang yang diinginkan dan bisa hidup berdampingan bersama orang lain baik di tempat kerja
maupun di masyarakat maka harus mengembangkan sikap toleran, simpati, empati, emosi, etika
dan unsure psikologis lainnya. Inilah yang disebut dengan Soft Skill. Softskill bisa didapatkan
melalui pelatihan atau pengembangan kepribadian yang dimulai dari diri sendiri. Karena soft
skills ini tidak hanya bermanfaat dalam lingkungan kerja, namun bermanfaat dalam menghadapi
kehidupan bermasyarakat.
Guru sebagai salah satu komponen dalam system pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan
siswa, memiliki peranan penting dalam menentukan arah dan tujuan dari suatu proses
pembelajaran. Kemampuan yang dikembangkan tidak hanya ranah kognitif dan psikomotorik
semata yang ditandai dengan penguasaan materi pelajaran dan ketrampilan , melainkan juga
ranah kepribadian siswa. Pada ranah ini siswa harus menumbuhkan rasa percaya diri sehingga
menjadi manusia yang mampu mengenal dirinya sendiri yakni manusia yang berkepribadian
yang mantap dan mandiri. Manusia utuh yang memiliki kemantapan emosional dan intelektual,
yang mengenal dirinya,yang mengendalikan dirinya dengan konsisten dan memiliki rasa empati
(teposeliro). Menurut Howard Gardner dalam bukunya yang bejudul Multiple Inteligences
(1993), bahwa ada 2 kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan mengembangkan
kepribadian yaitu :
1. Kecerdasan Interpersonal (interpersonal Intelligence) adalah kemampuan untuk mengerti
dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi,watak, dan temperamen orang lain.
Kepekaan akan ekspresi wajah, suaradan gerak tubuh orang lain (isyarat), dan
kemampuan untuk menjali relasi dan komunikasi dengan berbagai orang lain.
2. Kecerdasan Intrapersonal (intrapersonal intelligence) adalah kemampuan memahami diri
dan bertindak adaptif berdasarkan pengetahuan tentang diri. Kemampuan berefleksi dan
keseimbangan diri, kesadaran diri tinggi, inisiatif dan berani.
Mengingat pentingya soft skill dalam upaya membentuk karakter siswa, maka strategi
pembelajaran yang bisa dikembangkan adalah dengan mengoptimalkan interaksi antara guru
dengan siswa, siswa dengan siswa, guru dengan siswa dan lingkungan, serta interaksi banyak
arah. Disamping itu perlu juga kreativitas guru untuk mampu memancing siswa untuk terlibat
secara aktif, baik fisik, mental, sosial dan emosional. Dengan demikian bila hal itu sudah terbiasa
dilakukan oleh siswa maka akan terbawa nantinya bila mereka terjun di dunia kerja dan di
masyarakat. Langkah-langkah penyusunan pengembangan softskills dapat dilakukan dengan
berbagai cara:
1. Indetifikasi softskills
Identifikasi softskills apa saja yang dibutuhkan dan untukmemperoleh ini, dapat
dilakukan dengan meminta masukan dari alunmiataupun industri pengguna lulusan.
2. Definisi softskills
Setelah softskills yang dibutuhkan diidentifikasi, maka "pilihlah"soft skills yang memang
"paling" penting diadopsi.
3. Program pengembangan
a. Written curriculum, ini dilakukan dengan memasukan softs kills yang telah
ditentukan ke dalam rancangan pembelajaran. Dengan demikian penguasaan
mahasiswa terhadap softskills tertentu harus dimasukkan dalam aspek penilaian mata
kuliah tersebut.
b. Hidden curriculum, ini dilakukan secara informal yaitu melalui interaksi dosen-
mahasiswa, dosen sebagai panutan (role model),dapat juga dilakukan dengan
menciptakan atmosfir, akademik dilingkungan.
c. Co-curriculum, manfaatkan kegiatan seperti magang (internship),kerja praktik (KP),
ataupun KKN (kuliah kerja nyata).
d. Extra-curriculum, libatkan unit kegiatan mahasiswa sebagai wadah untuk melatih soft
skills mahasiswa tersebut.
Diharapkan mahasiswa kebidanan dapat mempertahankan dan meningkatkan soft skills agar
dapat memberikan pelayanan asuhan kebidanan yang komprehensif baik aspek bio, psiko, sosial,
dan spiritual dimana bidan merupakan first line layanan.
Menurut Hamzah B,Uno (2013), Softs kill memiliki karakteristik yang
harus dikembangkan sebagai berikut :
1. Bersifat generic dalam arti digunakan dalam berbagai penyelsaiantugas berbedas2.
2. Dapat ditransfer dan diterapkan dalam berbagai aktivitas pelkasanaan tugas, disebut juga
ketrampilan hidup (life skill)
3. Merupakan ketrampilan atau atribut yang terdapat dalam aktivitas seperti pemecahan
masalah, komunikasi, pemnafaatan teknlogi dan bekerja dalam kelompok4.
4. Dapat dipromosikan sebagai ketrampilan yang memberi dalam pembelajaran seumur
hidup (Life long learning)
5. Dapat dimiliki dan digunakan oleh pengusaha dan organisasi pemerintah
6. Dapat ditranfer dalam berbagai konteks yang berbeda oleh orang-orang yang memilki
latar belakang disiplin ilmu, profesi dan jabatan yang berbeda-beda
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Softskill merupakan kemampuan-kemampuan dasar yang perlu ditumbuhkan
dalam diri, agar dapat memotivasi diri dan orang lain, bertanggung
jawab, membangun relasi, berkomunikasi, negosiasi, beradaptasi dengan lingkungan,
berkreasi, berinovasi dan berwirausaha, memimpin,membangun kerjasama,
mengelola sumber daya dan lain sebagainya. Softskill bisa didapatkan melalui
pelatihan atau pengembangan kepribadian yang dimulai dari diri sendiri.
Kemampuan untuk berbicara di depan umum harus diasah. Karena berbicara
di depan umum atau orang lain merupakan salah satu modal utama yang harus
dimiliki tenaga kesehatan. Salah satunya yaitu untuk mempengaruhi orang lain.
Dalam kegiatannya bidan tidak hanya bekerja sendiri. Bidan membutuhkan
koordinasi dan dukungan dari berbagai pihak terkait untuk memperlancar kegiatan
atau program yang sedang dilaksakannya. Jika bidan tersebut tidak terampil untuk
berbicara di depan umum untuk mempengaruhi orang lain maka pelaksanaan
kegiatannya akan terganggu yang pada akhirnya akan berimbas pada efektifitas
program yang sedang dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA

Agung, A.M.2007. Human Capital Competencies cetakan 1. Jakarta: PT Elex Media


Astari, RY. 2014. Soft Skill Mahasiswa Prodi DIII Kebidanan STIKES YPIB Majalengka Tahun
2014. Diambil dari Jurnal Ruri Yuni Astari, S.SiT., M.Keb.
Hamzah B.Uno.2013. Teori motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara
Nursalam.2008. Konsep dan Penerapan Metodologi penelitian Keperawatan. Jakarta :
Prawiroraharjo Sarwono
Maryati.2006. Sosiologi jilid 3. Jakarta: ESIS
Sumar, Warni. 2016. Strategi Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum BerbasisSoft Skill.
Jogjakarta : Deepublish
Suryani, ES. 2015. Peningkatan Kemampuan Soft Skill Kepemimpinan dan Komunikasi
Mahasiswa Kebidanan Melalui Community Based Medical Education (CBME)
diambil dari Jurnal Bidan Prada. akbidylpp.ac.id.

Anda mungkin juga menyukai