Disusun Oleh :
A. Latar Belakang
Bidan merupakan salah satu profesi yang berhubungan erat dengan penggunaan
komunikasi sebagai salah satu bentuk sarana yang efektif dalam memudahkan peran dan
fungsinya dengan baik. Bidan merupakan ujung ombak pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) yang memiliki peran sangat penting dalam penurunan AKI di Indonesia. Rendahnya
kualitas bidan saat ini menjadi salah satu kendala dalam penurunanAKI di Indonesia. Salah
satu permasalahan terhadap pelayanan kesehatan adalah komunikasi yang kurang baik antara
tenaga kesehatan dan pasien.
Kemampuan seorang bidan berkaitan dengan kompetensi yang diperolehnya selama
masa pendidikan. Kompetensi bidan merupakan perpaduan aspek keterampilan, sikap dan
pengetahuan untuk melakukan asuhan kebidanan yang aman dan bertanggung jawab
(Kemenkes RI, 2014).
Survei kemenkes 2011-2012 menyatakan bahwa pembelajaran praktek klinik berada
dalam kategori baik hanya 20%, sedangkan sisanya 80% berada pada kategori perlu
ditingkatkan. Artinya, kompetensi seorang bidan tidak hanya diukur dari keterampilan teknis
(hardskills) saja melainkan bidan juga perlu menguasai soft skills. Soft skills merupakan
kemampuan seseorang untuk melakukan interaksi dengan dirinya sendiri (intrapersonal),
orang lain (interpersonal), maupun dengan lingkungan sosial (interaktif) (Juntika, 2015).
Kebutuhan akan pentingnya soft skills di dunia kerja saat ini tidak bisa ditawar, termasuk
keterampilan bidan dalam bekerja di institusi layanan kesehatan. Kajian Kementerian
Pendidikan Nasional (Kemendiknas) tahun2009 menyatakan bahwa 85% kesuksesan
seseorang ditentukan oleh soft skills (Zaman, 2015). Menurut Mulyatiningsih, softskills
dalam bekerja antara lainmotivasi, tanggung jawab, komunikasi dan kerjasama
(Mulyatiningsih, 2012).
Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan akan berhadapan dengan beragam
manusia secara langsung di tengah-tengah masyarakat, yang memiliki keunikan tersendiri.
Untuk itu, bidan dituntut untuk lebih menguasai keterampilan intelektual, emosional,
spiritual serta berfikir positif dalam menghadapi permasalahan kesehatan masyarakat.
Sangatlah perlu seorang calon bidan menguasai dan memiliki hard skill maupun soft skill
yang baik agar dapat diterima di tengah masyarakat dan dunia pekerjaan (Elfrindi, 2009).
Bidan sebagai penyedia layanan kesehatan selama periode reproduksi memiliki
kesempatan untuk mendorong perempuan membuat pilihan yang berdampak positif pada
kesehatan ibu dan janin. Diperlukan pendidikan kebidanan yang relevan untuk kebutuhan
masa kini dan mendatang terhadap pelayanan kebidanan. The state of world’s midwifery
telha mengidentifikasi bahwa sebagian besar negar-negara berkembang tidak memiliki bidan
profesional dan mampu mengelola tingginya jumlah kehamilan yang 15% diantaranya
mengakibatkan komplikasi obstetric. Profil lulusan kebidanan tidakhanya unggul pada
prestasi akademik (hard skill ) namun unggul pula padakemampuan kepribadian (soft skill).
Makalah ini akan membahas mengenai karakteristik soft skill yang harus
dikembangkan danimplementasi soft skill dalam pelayanan kebidanan, karena bidan harus
mampu mengembangkan soft skillnya, dan harus pula mengimplementasikan softskillnya
dalam pelayanan kebidanan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Softskill merupakan ketrampilan personal yaitu ketrampilan khususyang bersifat
non-teknis, tidak terlihat, yang muncul pada pribadi seseorang.Softskill adalah seperangkat
kemampuan yang mempengaruhi bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain.
Berkomunikasi secara efektif, berpikir kreatif dan kritis, membangun tim, serta kemampuan
lainnya yang terkait kapasitas kepribadian individu. Konsep tentang soft skill sebenarnya
merupakan pengembangan dari konsep yang selama ini dikenal dengan istilah kecerdasan
emosional (emotional intelligence). Soft skill sendiri diartikan sebagai kemampuan diluar
kemampuan teknis dan akademis, yang lebih mengutamakan kemampuan intra dan
interpersonal. Softskill merupakan kemampuan-kemampuan dasar yang perludi tumbuhkan
dalam diri, agar dapat memotivasi diri dan orang lain, bertanggung jawab, membangun
relasi, berkomunikasi, negosiasi, beradaptasi dengan lingkungan, berkreasi, berinovasi dan
berwirausaha, memimpin, membangun kerjasama, mengelola sumber daya dan lain
sebagainya.
B. Jenis Ketereampilan Soft Skill
Dua jenis keterampilan tersebut menurut Efendi (2011) adalah sebagai
berikut:
a. Interpersonal skill
Interpersonal skill bukan merupakan bagian dari kepribadian yang bersifat bawaan,
melainkan merupakan ketrampilan yang bisa dipelajari
1. K e t e r a m p i l a n k o m u n i k a s i
Komunikasi adalah alat atau sarana prasana untuk berkomunikasiatau menjalin
hubungan. Teknik komunikasi yang digunakan secara t e p a t a g a r d a p a t
menciptakan hubungan terapeutik dan apabilakomunikasi tidak
tepat akan menimbulkan suatu masalah antaraklien dan perawat.
K o m u n i k a s i d a l a m d u n i a k e p e r a w a t a n s a n g a t penting seperti dokumen
tasi keperawatan yang digunakan untuk m e n y a m p a i k a n s u a t u i n f o r m a s i
k e p a d a p i h a k l a i n s e l a i n i t u j u g a menjadi bukti bila terjadi perselisihan
(Elfrindi, 2009).
2. M e m b a n g u n h u b u n g a n
Membangun hubungan adalah membangun atau membina hubungan akrab,
timbal balik dan hangat atau jaringan kontak dengan orang l a i n y a n g
Akan berguna dalam bekerja di masa depan. Hal ini
mencakup kontak di luar lingkup pekerjaan dan mengarah
p a d a pertemuan sosial dan pribadi (Anonim, 2008)
3. Keterampilan kepemimpinan
Kemampuan memberikan inspirasi pada orang lain untuk bekerja
kepada orang lain untuk bekerja sama dalam kelompok
agar m e n c a p ai s u a t u t uj u a n u m u m ( S u a r l i , 2 0 0 9 ) .
K e t e r a m p i l a n kepemimpinan adalah kemampuan seseora ng
untuk memberikan i n s p i r a s i , m e n g g e r a k k a n d a n
mengarahkan
o r a n g l a i n u n t u k bekerjasama dalam kelompok agar mewujudkan suatu
tujuan.
4. K e m a m p u a n n e g o s i a s i
Kemampuan kolaborasi dengan pendekatan kompromi
y a n g digunakan sebagai strategi penyelesaian konflik. Negosiator yang
efektif tampak tenang dan yakin akan dirinya dan menggunakan
pendekatan jujur, mengembangkan keterampilan asertif untuk melakukan negosiasi
konflik (Marquis, 2010).
b. Intrapersonal skill
Soft skills adalah seperangkat kemampuan yang mempengaruhi bagaimana
Kita berinteraksi dengan orang lain. Soft skills memuatkomunikasi efektif,
berpikir kreatif dan kritis,membangun tim, serta kemampuan lainnya yang
terkait kapasitas kepribadian individu. Soft skill merupakan kemampuan yang tidak
tampak dan sering kali berhubungan dengan emosi manusia. Dilihat dari konstraknya,
semakin bergerak ke kanan menunjukkan atribut tersebut semakin empirik dan
sebaliknya semakin bergerak ke kiri atribut tersebut semakin abstrak.
Dilihat dari proses peningkatannya, semakin ke kanan
s e m a k i n berorientasi pada kegiatan yang langsung dan semakin ke kiri semakin
berorientasi pada kegiatan yang tidak langsung. Intervensi yang dapat diberikan
dalam meningkatkan soft skills adalah dengan pelatihan atau d e n g a n
pembinaan yang intensif. Di sisi lain nilai -nilai dan moral dapat
ditingkatkan dengan kegiatan berfokus pada
p e n i n g k a t a n kesadaran diri
1. M a n a j e me n w a k t u
Manajemen waktu yaitu kemampuan
m e m p r i o r i t a s k a , menjadwalkan dan melaksanakan
t a n g g u n g j a w a b i n d i v i d u d e m i kepuasan individu tersebut (Kusnadi, 2009).
Dejanasz (2002) dalamR o s i t a ( 2 0 0 8 ) , m a n a j e m e n w a k t u a d a l a h
k e t e r a m p i l a n p e r s o n a l dalam manajerial. Hal ini merupakan proses
untuk menyusun dan mencapai tujuan, memperkirakan waktu dan
sumber-sumber waktu y a n g d i b u t u h k a n u n t u k m e n c a p a i
m a s i n g - m a s i n g t u j u a n d a n mendisiplinkan diri sendiri memfokuskan
pada tujuan.
2. M a n a j e m e n s t r e s s
Manajemen stres adalah kemampuan manusia secara efektif untuk
mengatasi gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang
muncul karena tanggapan (respon). Tujuan dari manajemen stres itu sendiri adalah
untuk memperbaiki kualitas hidup individu itu agar menjadi lebih baik.
3. T r a n s f o r m a s i k a r a k t e r
Menurut Djamhana dalam Soedarbo (2007) merupakan aktualisasi
potensi dari dalam internalisasi nilai-nilai moral dari luar bagian kepribadiannya.
Karakter dapat diartikan kumpulan tata nilai yang m e w u j u d k a n
d a l a m s u a t u s i s t e m d a y a j u a n g y a n g m e l a n d a s i pemikiran, sikap
dan perilaku (Soedarno, 2007).
4. Proses berpikir kreatif
Berpikir kreatif adalah aktivitas mental yang terkait
d e n g a n kepekaan terhadap masalah, mempertimbangkan informasi baru dan ide-
ide yang tidak biasanya dengan suatu pikiran terbuka, serta dapat m e m b u a t
h u b u n g a n - h u b u n g a n d a l a m m e n y e l e s a i k a n m a s a l a h tersebut
(Gunawan, 2013)
5. M a n a j e m e n perubahan
Suatu proses yang sistematis dengan menerapkan pengetahuan,sarana dan sumber
daya yang diperlukan organisasi untuk bergeser dari kondisi sekarang menuju
kondisi yang diinginkan, yaitu menuju
kerja yang lebih baik dan untuk mengelola individu yang akan terkena dampak dari
proses perubahan tersebut (Kementrian PAN dan RB, 2012).
A. Kesimpulan
Softskill merupakan kemampuan-kemampuan dasar yang perlu ditumbuhkan
dalam diri, agar dapat memotivasi diri dan orang lain, bertanggung
jawab, membangun relasi, berkomunikasi, negosiasi, beradaptasi dengan lingkungan,
berkreasi, berinovasi dan berwirausaha, memimpin,membangun kerjasama,
mengelola sumber daya dan lain sebagainya. Softskill bisa didapatkan melalui
pelatihan atau pengembangan kepribadian yang dimulai dari diri sendiri.
Kemampuan untuk berbicara di depan umum harus diasah. Karena berbicara
di depan umum atau orang lain merupakan salah satu modal utama yang harus
dimiliki tenaga kesehatan. Salah satunya yaitu untuk mempengaruhi orang lain.
Dalam kegiatannya bidan tidak hanya bekerja sendiri. Bidan membutuhkan
koordinasi dan dukungan dari berbagai pihak terkait untuk memperlancar kegiatan
atau program yang sedang dilaksakannya. Jika bidan tersebut tidak terampil untuk
berbicara di depan umum untuk mempengaruhi orang lain maka pelaksanaan
kegiatannya akan terganggu yang pada akhirnya akan berimbas pada efektifitas
program yang sedang dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA