Anda di halaman 1dari 30

Buku Pegangan

Kajian Lingkungan
Hidup Strategis

Depu Bidang Tata Lingkungan Kementerian Negara Lingkungan Hidup


Bekerjasama dengan ESP2 - DANIDA
p~~=a=jbkie=
_~=q~~=i~

K risis ekologi kontemporer saat ini umumnya


direspon melalui berbagai pendekatan dan cara
yang pada in nya difokuskan untuk memperbaiki,
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) merupakan
salah satu produk pen ng modernisasi ekologi
era 1990an. KLHS merupakan suatu ins tusi baru
memutakhirkan atau memodernisasi hubungan yang dibentuk untuk memperbaiki poli k dan tata-
manusia dan lingkungan hidupnya. Atau yang dikenal kelola lingkungan hidup, dengan fokus utama:
sebagai modernisasi ekologi (manusia). In modernisasi mengintegrasikan per mbangan lingkungan pada aras
ekologi ini terletak pada reformasi hubungan manusia (level) pengambilan keputusan yang bersifat strategis,
dan lingkungan hidupnya dengan memperbaharui yakni pada aras kebijakan, rencana dan program
diskursus kebijakan, disain kelembagaan dan praktek- pembangunan.
praktek perilaku sosial (social prac ces) untuk
Namun agar semangat atau ruh KLHS ini dapat diselami
melindungi keberlanjutan kehidupan manusia.
dengan baik, maka menjadi pen ng dihadirkan suatu
Bila pada awal 1980an inovasi teknologi untuk buku yang menghimpun secara komprehensif berbagai
penanggulangan pencemaran lingkungan merupakan konsep dan diskursus tentang KLHS. Sehingga dengan
fokus utama modernisasi ekologi; maka sejak membaca buku pegangan ini (handbook) kita dapat
pertengahan 1990an fokus modernisasi ekologi telah memahami isi dan bukan kulit KLHS, memahami
meluas ke dua isu pen ng. Pertama, bergesernya hakekat dan bukan prosedur teknis KLHS, serta bukan
pandangan terhadap penyebab utama krisis ekologi. melihat wajib/ daknya diaplikasikan KLHS melainkan
Bila semula krisis ekologi dipandang sebagai produk urgensi KLHS pada keberlanjutan. Untuk maksud inilah
dari industrialisasi, maka kini krisis ekologi dipandang buku pegangan ini disusun.
sebagai tantangan untuk melakukan reformasi
Kepada jajaran Asisten Depu Urusan Perencanaan
kehidupan sosial, teknis, dan ekonomi. Kedua, ins tusi-
Lingkungan KLH serta para pakar yang telah berjerih-
ins tusi pen ng yang berkaitan dengan modernitas,
payah dalam penyusunan buku ini disampaikan
seper ilmu pengetahuan dan teknologi, konsumsi
penghargaan dan terima kasih yang dalam. Semoga
dan produksi, poli k dan tata-kelola (governance)
hadirnya buku pegangan ini mendorong semakin
serta mekanisme pasar, baik yang beroperasi pada
banyak kalangan pemerintahan, akademisi, pegiat
aras lokal, nasional, maupun global; kini menjadi fokus
lingkungan, dan masyarakat luas yang ingin memahami
utama modernisasi ekologi.
dan mengaplikasikan KLHS.

Jakarta, Desember 2007

Ir. Hermien Roosita, MM


Depu MENLH Bidang Tata Lingkungan
Kementerian Negara Lingkungan Hidup

iii
h~~=m~~

D alam dua dekade terakhir ini masyarakat luas,


kalangan perusahaan, akademisi, pemerintahan,
dan para pegiat lingkungan serta LSM di Indonesia
keluarga besar kajian dampak lingkungan yang bersifat
strategis, terlepas apakah kajian tersebut merupakan
KLHS regional, KLHS sektor, KLHS kebijakan atau KLHS
umumnya telah banyak mengenal Analisis Mengenai program.
Dampak Lingkungan (AMDAL). Namun belum banyak
Buku pegangan ini terdiri atas 3 bagian. Bagian pertama,
yang mengetahui bahwa dalam satu dekade terakhir
Pendahuluan, memuat tentang Latar Belakang, Maksud
di berbagai pelosok dunia telah berkembang pula
Penyusunan Buku dan Struktur Buku. Bagian kedua,
instrumen baru yang dikenal sebagai Kajian Lingkungan
Konsep dan Prinsip Dasar KLHS, memuat tentang
Hidup Strategis (KLHS).
denis, relung, tujuan, manfaat, prinsip, nilai-nilai,
Buku Pegangan (handbook) ini disusun dengan mutu, kelembagaan dan status wajib/sukarela KLHS.
maksud untuk menyebar-luaskan penger an, konsep- Pada akhir buku dicantumkan pustaka yang dirujuk
konsep dan kerangka kerja (framework) KLHS yang untuk membantu para pembaca yang ingin menelusuri
telah terhimpun menjadi suatu pengetahuan (body of lebih lanjut pustaka yang dikehendaki.
knowledge). Oleh karena itu secara implisit di dalam
Kepada A ek Koesrijan , Laksmi Wijayan , Soeryo
buku ini juga diungkapkan evolusi historis dari konsep-
Adiwibowo, dan Triarko Nurlambang, yang telah bekerja
konsep, pendekatan dan ins tusi KLHS yang telah
keras menyelesaikan buku ini diucapkan terima kasih
berlangsung selama ini.
yang dalam. Penghargaan dan terima kasih disampaikan
Pesan pen ng dari buku pegangan ini adalah aplikasi pula kepada Danish Interna onal Development Agency
KLHS dak mekanis k seper yang dijumpai dalam [DANIDA] yang berkat kerjasamanya dengan KLH
AMDAL. Lingkup, pendekatan, metode dan struktur dalam Environmental Support Programme Phase (ESP)
KLHS lebih bersifat kontekstual terhadap pokok 1, telah memungkinkan diterbitkannya buku ini.
persoalan yang digelu . Sehingga dak heran bila
Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat bagi para
Maria Par dario dari New University of Lisbon
pihak yang berminat untuk mengaplikasikan KLHS di
Portugal menyatakan KLHS adalah family of tools atau
wilayah atau sektor pembangunan yang digelu nya.
Selamat membaca.

Jakarta, Desember 2007

Ir. Bambang Setyabudi, MURP


Asisten Depu Urusan
Perencanaan Lingkungan
Kementerian Negara Lingkungan Hidup

v
Buku Pegangan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Diterbitkan oleh
Depu Bidang Tata Lingkungan
Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Gedung A, Lantai 4
Jalan D.I. Panjaitan Kav. 24 Kebun Nanas, Jakarta 13410
Telp/Faks. (021) 8590667
Website: h p:\\www.menlh.go.id

Apresiasi
Ucapan terimakasih disampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan dan penerbitan buku
ini, antara lain:
Soeryo Adiwibowo, Triarko Nurlambang, Chay Asdak, Tjuk Kuswartojo, Hardoyo
Danish Interna onal Development Agency (DANIDA) melalui Environmental Support Programme (ESP) Phase 1.

Pengarah
Hermien Roosita
(Kementerian Negara Lingkungan Hidup)

Ketua Pelaksana
Bambang Setyabudi
(Kementerian Negara Lingkungan Hidup)

Penyusun
A ek Koesrijan , Laksmi Wijayan
(Kementerian Negara Lingkungan Hidup)
Soeryo Adiwibowo, Triarko Nurlambang

Editor
Yenni Lisanova Chaterina, Widhi Handoyo, Teguh Irawan, Suhartono
(Kementerian Negara Lingkungan Hidup)
Esthi S. Noorsabri

Pendukung
Arin, Irine Nurhaya , Supriyadi, Yusnimar, Satriajaya, Tria, Nana
(Kementerian Negara Lingkungan Hidup)
M. Putrawidjaja, Pritha Wibisono, Devi Widianto

Krea f Desain
MATOA
www.matoa.org

vi
a~~=f

Sambutan Depu MENLH Bidang Tata Lingkungan


Kata Pengantar
Da ar Isi
Da ar Tabel
Da ar Gambar
Glossary
Pendahuluan 1
1. Latar Belakang................................................................................................................................................. 1
2. Maksud Penyusunan Buku .............................................................................................................................. 1
3. Struktur Buku................................................................................................................................................... 1
Konsep dan Prinsip Dasar KLHS 3
1. Konsep-konsep Dasar ............................................................................................................................... 3
2. Denisi KLHS ............................................................................................................................................. 4
3. Tujuan dan Manfaat KLHS ......................................................................................................................... 6
4. Relung Intervensi KLHS ............................................................................................................................. 7
5. Prinsip Dasar dan Nilai-nilai KLHS ............................................................................................................. 7
6. Mutu KLHS ................................................................................................................................................ 9
7. Kelembagaan/Pendekatan KLHS ............................................................................................................... 10
8. Wajib vs Sukarela KLHS ............................................................................................................................. 12
Prosedur dan Metode KLHS 15
1. Prosedur Generik KLHS ............................................................................................................................. 15
2. Penapisan ................................................................................................................................................. 16
3. Pelingkupan .............................................................................................................................................. 17
4. Dokumen KLHS (termasuk analisis) ........................................................................................................... 17
5. Par sipasi Masyarakat .............................................................................................................................. 18
6. Pengambilan Keputusan ........................................................................................................................... 18
7. Pemantauan dan Tindak Lanjut ................................................................................................................ 18

Da ar Pustaka 20

vii
a~~=q~

Tabel Halaman
1. Tipe KLHS Menurut Evolusi Paradigma....................... 5
2. Tipe Tiga Macam Sifat dan Tujuan KLHS........................ 7
3. Perbedaan AMDAL dan KLHS........................ 8
4. Beberapa KLHS yang Pernah Diaplikasikan di Indonesia....................... 9
5. Wajib KLHS untuk KRP Tertentu......................... 13
6. Beberapa Prosedu KLHS Menurut Pendekatan yang Digunakan......................... 15

a~~=d~~

Gambar Halaman
1. Relung KLHS pada Aras KRP.......................... 8
2. Kon num Kajian KLHS........................... 11
3. Panduan Umum dan Panduan Teknis KLHS........................... 13
4. Proses Penapisan KLHS di Indonesia............................. 16

viii
d~

AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan


DPR : Dewan Perwakilan Rakyat
DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
DAS : Daerah Aliran Sungai
EIA : Environmental Impact Assessment (atau AMDAL)
ESA : Environmental Sustainability Assurance (atau lebih dikenal sebagai Environmental Appraisal) atau
Jaminan Keberlanjutan Lingkungan
PU : Departemen Pekerjaan Umum
ISA : Integrated Assessment for Sustainability Assurance (atau lebih dikenal sebagai Sustainability
Appraisal) atau Kajian Terpadu untuk Jaminan Keberlanjutan
KLH : Kementerian Lingkungan Hidup
KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis
KRP : Kebijakan, Rencana, dan Program
BAPPENAS : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Depdagri : Departemen Dalam Negeri
PPP : Policy, Plan, and Programme (atau KRP)
RPJPD : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
RPJPN : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah
SEA : Strategic Environmental Assessment (atau KLHS)
UKL : Upaya Pengelolaan Lingkungan
UNECE : United Na ons Economic Commissions for Europe
UPL : Upaya Pemantauan Lingkungan

ix
Bab

1 m~~

1. Latar Belakang Eropa diwajibkan melakukan KLHS terhadap rencana


dan program. Di Asia, dari Workshop AMDAL se Asia

D alam dua dekade terakhir kerusakan sumber daya


alam dan pencemaran lingkungan di Indonesia
boleh dikatakan telah berlangsung dalam kecepatan
yang diselenggarakan pada tanggal 28 Mei 2 Juni
2007 di Hanoi, diketahui bahwa hanya sebagian kecil
negara di Asia yang dak mengaplikasikan atau belum
yang melampaui kemampuan untuk mencegah dan memiliki pilot project KLHS. Bahkan di Vietnam dan
mengendalikan degradasi sumber daya alam dan China KLHS berstatus wajib dan telah dilembagakan
lingkungan hidup. Laporan-laporan resmi dari berbagai dalam peraturan perundang-undangan.
instansi pemerintah di pusat dan daerah, hasil-hasil
peneli an dan kajian yang diterbitkan oleh perguruan Membanding aplikasi KLHS di banyak negara Eropa,
nggi, konsultan dan lembaga swadaya masyarakat Asia, berbagai negara lain maka ba waktunya bagi
baik, di ngkat nasional maupun internasional, pemerintah untuk mulai mengembangkan aplikasi KLHS
memaparkan tentang hal ini. di Indonesia dengan memper mbangkan kewenangan
pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/ kota,
Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya serta memper mbangkan karakter kebijakan, rencana
hal tersebut. Dari faktor demogras, e ka, sosial, dan program pembangunan di Indonesia.
ekonomi, budaya, hingga faktor ins tusi dan poli k.
Berkenaan dengan konteks buku ini fokus bahasan 2. Maksud Penyusunan Buku
lebih ditujukan pada aspek ins tusi atau kelembagaan.
Faktor kelembagaan yang dimaksud adalah Kebijakan, Buku ini diterbitkan dengan maksud untuk, pertama,
Rencana atau Program (KRP) yang selama ini, pertama, menyebar-luaskan penger an, konsep-konsep dasar,
cenderung bias ekonomi. Lingkungan hidup cenderung prinsip dan kerangka kerja KLHS kepada khalayak
diposisikan sebagai penyedia sumber daya alam luas khususnya dalam hal ini para perencana, prak si
ke mbang sebagai yang mempunyai batas-batas daya pembangunan dan akademisi. Kedua, sebagai langkah-
dukung tertentu. langkah persiapan untuk pelembagaan KLHS dalam
peraturan perundang-undangan di Indonesia.
Kedua, portofolio KRP pengendalian kerusakan
sumber daya alam dan pencemaran lingkungan yang 3. Struktur Buku
diluncurkan pemerintah (KLH di pusat, atau Bapedalda
Buku ini disusun dengan sis ma ka sebagai berikut,
Provinsi/Kabupaten/Kota) yang cenderung terlepas
atau terpisah dari KRP pembangunan wilayah dan Bagian 1. Pendahuluan.
sektor, dak menyatu (embeded) atau dak terintegrasi.
Pada bagian ini diutarakan secara ringkas tentang latar
Atau dengan kata lain, per mbangan lingkungan dak
belakang, maksud buku dan struktur isi buku.
diintegrasikan dalam proses pengambilan keputusan
pada tahap formulasi kebijakan, rencana, dan program- Bagian 2. Konsep dan Prinsip Dasar KLHS
program pembangunan. Pada bagian ini diutarakan tentang ragam denisi
Salah satu jalan keluar yang dipandang efek f untuk KLHS, manfaat, prinsip dan nilai-nilai KLHS, posisi KLHS
mengatasi masalah dimaksud adalah perlunya suatu dalam pengambilan keputusan, aneka pendekatan dan
ndakan strategik yang dapat menuntun, mengarahkan instrumen KLHS serta siapa pemrakarsa KLHS.
dan menjamin lahirnya kebijakan, rencana dan program- Bagian 3. Prosedur dan Metode KLHS
program yang secara inheren memper mbangkan Bab
efek nega f terhadap lingkungan dan menjamin Pada bagian ini dipaparkan prosedur KLHS dengan

1
keberlanjutan. Tindakan strategik dimaksud adalah merujuk pada Protokol KLHS UNECE berikut
ins tusi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) atau dengan metode yang digunakan. Tanpa bermaksud
Strategic Environmental Assessment (SEA). menyeragamkan jenis KLHS yang akan diaplikasikan
di Indonesia, Protokol KLHS UNECE ini dirujuk karena
Di Eropa semenjak diterbitkannya EU Direc ve 2001/42/ kerangka pendekatannya yang berbasis AMDAL
EC (atau yang umum disebut sebagai SEA Direc ve) akan lebih mudah dipahami oleh khalayak luas di
pada tahun 2001 silam, se ap negara anggota Uni Indonesia.

Pendahuluan | 1
Bab hJh=~=m=a~~=
2 hiep

1. Konsep-konsep Dasar Bila per mbangan lingkungan hidup dimaksud dikaji


di tahap proyek, sebagaimana dikenal sebagai AMDAL,

L ingkungan hidup, menurut Undang-Undang


Lingkungan Hidup Nomor 23 Tahun 1997, adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,
maka kajian tersebut dak tergolong sebagai yang
bersifat strategik.

dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, Sejalan dengan penger an tersebut, pendekatan
yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan strategis dalam Kebijakan, Rencana dan Program (KRP)
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. dengan demikian bukanlah untuk mencari tahu apa
yang akan terjadi di masa depan, melainkan untuk
Keberlanjutan (sustainability), konsep keberlanjutan merencanakan dan mengendalikan langkah-langkah
yang digunakan disini berasosiasi dengan konsep yang akan ditempuh sedemikian rupa sehingga
pembangunan berkelanjutan yang diperkenalkan oleh terbangun atau terbentuk route untuk menuju masa
World Commission on Environment and Development depan yang diinginkan (Par drio 2007).
sebagaimana tertuang dalam laporan Brundtland:
pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan Kebijakan, Rencana dan Program (KRP), walau atribut
generasi masa kini tanpa mengorbankan kemampuan yang membedakan ke ga is lah seringkali dak jelas,
generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan namun secara generik perbedaannya adalah sebagai
mereka. Wikipedia mendenisikan keberlanjutan berikut (UNEP 2002: 499; Par drio 2004):
sebagai karakteris k suatu proses atau kondisi tertentu Kebijakan (Policy): arah yang hendak ditempuh
yang dapat terus bertahan untuk jangka waktu yang tak (road-map) berdasarkan tujuan yang digariskan,
terbatas. Sementara Par dario (2007) mendenisikan penetapan prioritas, garis besar aturan dan
keberlanjutan sebagai suatu proses atau kondisi mekanisme untuk mengimplementasikan tujuan.
tertentu yang dicapai sebagai hasil pembangunan
berkelanjutan yang berlangsung dalam jangka panjang Rencana (Plan): desain, prioritas, opsi, sarana dan
waktu yang panjang. langkah-langkah yang akan ditempuh berdasarkan
arah kebijakan dengan memper mbangkan
Strategi(s), merupakan konsepsi yang lahir dari ilmu ketersediaan dan kesesuaian sumber daya.
kemiliteran dan umumnya merujuk pada kajian atau
perencanaan sarana atau alat-alat untuk pencapaian Program (Programme): serangkaian komitmen,
tujuan suatu kebijakan. Kamus Besar Bahasa pengorganisasian ak vitas atau sarana yang akan
Indonesia (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan diimplementasikan pada jangka waktu tertentu
Pengembangan Bahasa 1995), mendenisikan strategi dengan berlandaskan pada kebijakan dan rencana
sebagai ilmu dan seni menggunakan semua sumber yang telah digariskan.
daya bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu di Dalam prakteknya, ke ga denisi tersebut satu sama
perang dan damai; atau sebagai rencana yang cermat lain saling ber ndih (overlapping) dan berbeda-beda
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. antara satu negara dan negara lain, terutama denisi
Oxford Dic onary (2005) mendenisikan strategis rencana dan program. Kedua is lah yang terakhir ini di
sebagai suatu ndakan yang ditempuh dalam tahap beberapa negara sering digunakan saling bergan an.
perencanaan dengan maksud agar tujuan atau manfaat Sehingga yang perlu dipahami disini cukup denisi
tertentu dapat dicapai (Oxford Dic onary 2005). generik saja. Implikasinya, aplikasi KLHS di suatu
Dapat disimpulkan strategis mengandung ar negara harus disesuaikan dengan denisi KRP yang
umum dianut oleh negara yang bersangkutan. Bab
perbuatan atau ak vitas yang dilakukan sejak awal
proses pengambilan keputusan yang berakibat
signikan terhadap hasil akhir yang akan diraih. Dalam
konteks KLHS, perbuatan dimaksud adalah suatu kajian
Berbeda dengan proyek, pada aras ini terdapat proposal
rinci perihal rancangan tapak, disain rinci engineering
atau teknis kegiatan pembangunan yang mereeksikan
2
yang dapat menjamin diper mbangkannya sejak dini curahan investasi, pekerjaan konstruksi dan berbagai
aspek lingkungan hidup dalam proses pengambilan langkah-langkah implementasi tujuan KRP.
keputusan di aras kebijakan, rencana atau program.

Konsep - Konsep dan Prinsip Dasar KLHS | 3


2. Denisi KLHS Brown dan Therievel (2000):

pb^= = ~= = = W= = KLHS adalah suatu proses yang diperuntukan


~~===~===~= bagi kalangan otoritas yang bertanggung jawab
==~=~=~==Ep~= atas pengembangan kebijakan (pemrakrasa) (saat
OMMRW=NFK formulasi kebijakan) dan pengambil keputusan
(pada saat persetujuan kebijakan) dengan
Dalam dua dekade terakhir seiring dengan semakin maksud untuk memberi pemahaman holis k
bertambahnya pengetahuan di bidang kajian perihal implikasi sosial dan lingkungan hidup dari
lingkungan, telah berkembang aneka denisi KLHS yang rancangan kebijakan, dengan fokus telaahan diluar
mereeksikan perbedaan dalam memaknai tujuan isu-isu yang semula merupakan faktor pendorong
KLHS. Sehingga boleh dikatakan dak ada denisi KLHS lahirnya kebijakan baru
yang secara universal dianut oleh semua pihak. Namun
demikian secara umum dijumpai empat jenis denisi Epb^= = ~= = = ~= = =
KLHS sebagaimana contoh berikut ini, ~= = = = =
E= F= E= = ~F=
Sadler dan Verheem (1996): ~==J~=E~=====
KLHS adalah proses sistema s untuk mengevaluasi ~~F= = ~= = ~= =
konsekuensi lingkungan hidup dari suatu usulan = ~= ~= ~= ~= =
kebijakan, rencana, atau program sebagai upaya = = ~I= ~= = = =
untuk menjamin bahwa konsekuensi dimaksud ===~===~==
telah diper mbangkan dan dimasukan sedini ===F=
mungkin dalam proses pengambilan keputusan Dua denisi KLHS yang pertama boleh dikatakan
paralel dengan per mbangan sosial dan menggunakan kerangka kir AMDAL yakni menelaah
ekonomi implikasi atau efek dari rancangan kebijakan, rencana
Epb^= = ~= ~= = = ~~= atau program terhadap lingkungan hidup. Pendekatan
= ~= = = = KLHS yang menyerupai AMDAL ini disebut juga sebagai
I=~==~=~==== EIA-based SEA atau KLHS yang berbasis pendekatan
==~===~=~~= AMDAL (Par dario 1999).1
~= ~= = ~= ~~= ~= = Adapun denisi ke ga dan keempat yang diajukan oleh
= ~= = ~= = = ~= DEAT dan CSIR (2000) serta Brown dan Therievel (2000)
~=~F menunjukkan peran KLHS dalam memfasilitasi lahirnya
Therievel et al (1992): KRP yang berorientasi berkelanjutan (sustainability).
Di dalam denisi ini terkandung penger an bahwa
KLHS adalah proses yang komprehensif, prinsip-prinsip dan tujuan keberlanjutan dapat
sistema s dan formal untuk mengevaluasi efek diintegrasikan dalam pengambilan keputusan sejak dini.
lingkungan dari kebijakan, rencana, atau program Melalui pendekatan ini dapat difasilitasi terbentuknya
berikut alterna fnya, termasuk penyusunan kerangka-kerja (framework) untuk berkelanjutan yang
dokumen yang memuat temuan evaluasi tersebut dapat digunakan sebagai pemandu untuk rencana
dan menggunakan temuan tersebut untuk dan program dan/atau untuk menelaah rencana atau
menghasilkan pengambilan keputusan yang program yang tengah berjalan. Pendekatan ini boleh
memiliki akuntabilitas publik dikatakan mereeksikan apa yang disebut oleh Therivel
Epb^= = = ~I= ~= ~= et al (1992) sebagai sustainability-led SEA atau KLHS
= = = ~~= = yang dipandu oleh keberlanjutan.
~= = = ~= I= ~= = KLHS yang berbasis pendekatan AMDAL (EIA-based
~= EmmmF= ~= = ~~I= SEA) maupun yang berbasis pendekatan keberlanjutan
= = ~~= = ~= = = (sustainability-led SEA) pada dasarnya hadir sebagai
= = = = ~= ~~I= ~= = respon terhadap adanya beragam kebutuhan akan
= = = = ~~= J KLHS. KLHS berbasis pendekatan AMDAL muncul untuk
~F mengatasi beberapa kelemahan yang dijumpai dalam
DEAT dan CSIR (2000): AMDAL yang bersifat spesik proyek; sementara KLHS
berbasis keberlanjutan muncul sebagai sarana untuk
KLHS adalah proses mengintegrasikan konsep mengimplementasikan konsep berkelanjutan (Therivel
Bab keberlanjutan dalam pengambilan keputusan yang et al 1992). Dalam KLHS yang berbasis pendekatan

2
bersifat strategis AMDAL kajian diperluas hingga melampaui aras
Epb^==~===~==== (level) proyek, yakni mengevaluasi konsekuensi
~~==~=J~F posi f dan nega f dari kebijakan, rencana dan

1
EIA: Environmental Impact Assessment atau Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

4 | Konsep - Konsep dan Prinsip Dasar KLHS


program. Sementara dalam KLHS berbasis pendekatan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan hidup secara
keberlanjutan dapat diformulasikan visi, tujuan simultan sebagai upaya untuk tercapainya tujuan dan
dan kerangka-kerja keberlanjutan untuk memandu kriteria pembangunan berkelanjutan. Mereka yang
pengambilan keputusan KRP yang lebih baik di masa mengusung ide ini menegaskan bahwa Kajian Terpadu
mendatang. Bila KLHS difungsikan sebagai pemandu (ISA atau Sustainability Appraisal) mampu memberikan
untuk keberlanjutan, maka implikasinya KLHS tersebut telaahan kri s terhadap kepen ngan sosial, ekonomi
harus dapat mengintegrasikan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup yang pada ngkat makro saling
dan biosik dalam proses KRP (DEAT 2004). berkompe si atau bahkan bertolak-belakang.
Belakangan KLHS yang berbasis pendekatan Saat ini muncul perdebatan apakah KLHS untuk
berkelanjutan ini berkembang menjadi KLHS untuk Menjamin Keberlanjutan Lingkungan (ESA atau
Jaminan Keberlanjutan Lingkungan Hidup (SEA for Environmental Appraisal) harus berkembang ke arah
Environmental Sustainability Assurance, ESA).2 KLHS Kajian Terpadu (ISA atau Sustainability Appraisal)
ini memang berbasis pembangunan berkelanjutan dimana aspek sosial, ekonomi dan lingkungan
namun sangat berorientasi pada perlindungan hidup diper mbangkan secara simultan. Dikalangan
lingkungan sehingga diklasikasikan sebagai dark pengusung gagasan KLHS mbul kekhawa ran aspek
green. KLHS ini dipromosikan secara meluas oleh lingkungan hidup berada pada posisi yang marjinal
Interna onal Associa on for Impact Assessment (IAIA bila KLHS untuk Keberlanjutan Lingkungan (ESA atau
2002). Manfaatnya tergolong cukup besar, diantaranya Environmental Appraisal) berkembang ke arah atau
adalah lebih relevan dan lebih banyak diterima oleh digan dengan Kajian Terpadu (ISA atau Sustainability
kalangan pengambil keputusan (Sadler 2005:3). Appraisal) - yang ditengarai tergolong sebagai light
green (Sadler 2005).
KLHS ini (ESA atau Environmental Appraisal) muncul
sebagai reaksi terhadap mbulnya Kajian Terpadu Dari berbagai perkembangan denisi KLHS tersebut
untuk Jaminan Keberlanjutan atau Integrated dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama, KLHS lebih
Assessment for Sustainability Assurance (ISA).3 tepat dipahami sebagai suatu proses generik yang di
Menurut Sadler (2005:3), Kajian Terpadu (ISA atau dalamnya terkandung sekelompok instrumen dan
Sustainability Appraisal) bukan merupakan KLHS peralatan dengan nama, bentuk dan lingkup aplikasi
atau SEA. Kajian ini cenderung memposisikan dirinya yang berbeda-beda (Sadler 2005: 2).
sebagai penggan KLHS. Ia merupakan pendekatan
Kedua, KLHS untuk Menjamin Keberlanjutan
terpadu (integrated approach) untuk menelaah
Lingkungan (ESA atau Environmental Appraisal)

Tabel 1. Tipe KLHS Menurut Evolusi Paradigma

Paradigma Karakteris k kunci


KLHS sebagaimana yang umum Generasi kedua KLHS: ditujukan ke sumber atau hulu persoalan (berbeda dengan
diaplikasikan AMDAL yang berorientasi ke symptom atau hilir persoalan); fokus ke usulan
(EIA based SEA) kebijakan, rencana, atau program; integrasi per mbangan lingkungan dalam
pengambilan keputusan; memper mbangkan alterna f dan penanggulangan efek dari
implementasi; pemantauan terbatas dan ndak lanjut

KLHS untuk Menjamin Semua yang diutarakan di atas plus: penilaian terhadap dampak lingkungan yang
Keberlanjutan Lingkungan Hidup mbul vs perlindungan atas stok sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang menipis;
atau Penilaian Keberlanjutan jaminan bahwa rusak dan hilangnya sumberdaya dapat dipertahankan dalam batas-
Lingkungan batas yang masih dapat ditolerir; kompensasi untuk dampak residual yang sejalan
(SEA for Environmental dengan prinsip dak ada sumberdaya yang hilang no net loss (keberlanjutan nggi),
Sustainability Assurance, ESA, or atau minimum standar (keberlanjutan moderat); pemantauan sistema s terhadap hasil
Environmental Appraisal) dan dampak.

Kajian Terpadu untuk Menjamin Semua yang diutarakan di atas plus: iden kasi tujuan sosial dan ekonomi serta
Keberlanjutan atau Penilaian batas ambang yang harus dicapai; penilaian terhadap dampak lingkungan yg akan
Keberlanjutan mbul sebagai akibat dari usulan dan alterna f yang diajukan vs triple bo om line
(Integrated Assessment for (TBL); evaluasi dampak pen ng vs evaluasi keberlanjutan untuk klarikasi trade-o
Sustainability Assurance, ISA, or dikalangan para pihak; mencari keseimbangan yang paling baik untuk menjamin Bab
Sustainability Appraisal) tercapainya keberlanjutan.

Sadler (1999, 2002, 2005); UNEP (2002) 2


2
Banyak pihak yang menggolongkan kajian ini sebagai KLHS untuk Penilaian Keberlanjutan Lingkungan Hidup (Environmental Appraisal).
3
Banyak pula yang menggolongkan ISA (Integrated Assessment for Sustainability Assurance) ini sebagai Kajian Terpadu Penilaian Keberlanjutan
(Integrated Sustainability Appraisal, SA).

Konsep - Konsep dan Prinsip Dasar KLHS | 5


telah menggeser paradigma KLHS dari yang semula lingkungan pada sumber persoalan
berorientasi menanggulangi pengaruh nega f KRP
peringatan dini atas dampak kumula f dan
ke arah yang berorientasi memelihara stok sumber
resiko global yang akan muncul
daya alam. Sadler (2005) menggambarkan evolusi
paradigma kajian ini pada Tabel 1. Tabel ini juga dapat aplikasi prinsip-prinsip pembangunan
ditafsirkan sebagai agenda jangka panjang riset dan berkelanjutan.
pengembangan KLHS.
Resultante dari berbagai kontribusi KLHS tersebut
Ke ga, integrasi prinsip-prinsip keberlanjutan pada adalah meningkatnya mutu kebijakan, rencana
KRP pada dasarnya baru bermakna bila terlebih dahulu dan program (KRP) yang dihasilkan.
dilakukan evaluasi pengaruh KRP terhadap lingkungan
2. Memperkuat dan memfasilitasi AMDAL, melalui:
hidup. Hasil evaluasi ini kemudian menjadi dasar bagi
integrasi atau kedalaman intervensi prinsip-prinsip iden kasi sejak dini lingkup dan dampak
keberlanjutan ke dalam KRP. Sejauh ini dapat dikatakan potensial serta kebutuhan informasi
berbagai denisi KLHS yang ada belum secara eksplisit iden kasi isu-isu dan pandangan-pandangan
memadukan kedua analisis tersebut. strategis yang berkaitan dengan jus kasi
Memperha kan kondisi sumber daya alam, lingkungan proyek atau rencana usaha/kegiatan
hidup, sosial, ekonomi dan poli k, serta kapasitas penghematan tenaga dan waktu yang
sumberdaya manusia dan ins tusi di masa mendatang; dicurahkan untuk kajian.
maka konstruksi denisi KLHS yang dipandang sesuai
untuk Indonesia adalah: 3. Mendorong pendekatan atau cara baru untuk
pengambilan keputusan, melalui:
Suatu proses sistema s untuk mengevaluasi
pengaruh lingkungan hidup dan menjamin integrasi per mbangan lingkungan dan
diintegrasikannya prinsip-prinsip keberlanjutan penerapan prinsip-prinsip keberlanjutan
dalam pengambilan keputusan yang bersifat dalam proses pengambilan keputusan
strategis. dialog dan diskusi dengan para pihak yang
pb^==~=~===~~== berkepentingan dan penyelenggaraan
~= = = ~= = = = konsultasi publik
~= = ~~= = = akuntabilitas dan transparansi dalam
~=J~K merancang, memformulasikan dan
Dalam denisi di atas terkandung ga proses pen ng memutuskan kebijakan, rencana dan
yang perlu ditempuh dalam KLHS di Indonesia: i) program.
evaluasi pengaruh kebijakan, rencana dan program Pada bu r 2 (Denisi KLHS) telah diutarakan bahwa
terhadap lingkungan hidup; ii) integrasi prinsip- disamping telah berkembang luas KLHS berbasis
prinsip keberlanjutan dalam kebijakan, rencana dan AMDAL (EIA based SEA), kini berkembang pula KLHS
program; dan iii) proses-proses kelembagaan yang untuk Penilaian Keberlanjutan Lingkungan (atau
harus ditempuh untuk menjamin prinsip-prinsip Environmental Appraisal), dan Kajian Terpadu untuk
keberlanjutan telah diintegrasikan dalam kebijakan, Penilaian Keberlanjutan (atau Sustainability Appraisal).
rencana dan program. Karena ke ga kajian tersebut mempunyai orientasi
tujuan yang rela f berbeda-beda maka masing-masing
3. Tujuan dan Manfaat KLHS berturut-turut dikenal sebagai KLHS yang bersifat
Dibanding ke ka pertama kali diperkenalkan pada instrumental, transforma f dan subtan f (Sadler
dekade 1970an, kini tujuan KLHS telah banyak 2005:20, dan Par dario 2000) (lihat Tabel 3).
diperkaya. Tujuan KLHS yang banyak dirujuk oleh
Untuk mengaplikasikan KLHS yang bersifat transforma f
berbagai pustaka umumnya seputar hal berikut
atau substan f dak cukup hanya mengandalkan pada
(modikasi terhadap UNEP 2002: 496; Par drio 2007:
penguasaan prosedur dan metode KLHS, diperlukan
12):
juga kehadiran good governance yang diindikasikan
1. Memberi kontribusi terhadap proses pengambilan oleh adanya keterbukaan, transparansi, dan tersedianya
keputusan agar keputusan yang diambil aneka pilihan kebijakan, rencana, atau program. Oleh
berorientasi pada keberlanjutan dan lingkungan karena itu, untuk konteks Indonesia, tahun-tahun
Bab hidup, melalui: pertama aplikasi KLHS agaknya akan banyak didominasi
oleh KLHS yang bersifat instrumental, walau dak

2
iden kasi efek atau pengaruh lingkungan
tertutup kemungkinan akan berkembang pula KLHS
yang akan mbul
yang bersifat transforma f atau substan f.
mempertimbangkan alternatif-alternatif
Ada dua faktor utama yang menyebabkan kehadiran
yang ada, termasuk opsi praktek-praktek
KLHS dibutuhkan saat ini di berbagai belahan dunia:
pengelolaan lingkungan hidup yang baik
pertama, KLHS mengatasi kelemahan dan keterbatasan
an sipasi dan pencegahan terhadap dampak AMDAL, dan kedua, KLHS merupakan instrumen

6 | Konsep - Konsep dan Prinsip Dasar KLHS


Tabel 2. Tiga Macam Sifat dan Tujuan KLHS
Sifat KLHS Tujuan (Generik) KLHS
Instrumental Mengiden kasi pengaruh atau konsekuensi dari kebijakan, rencana, atau program
terhadap lingkungan hidup sebagai upaya untuk mendukung proses pengambilan
keputusan
Mengintegrasikan per mbangan lingkungan ke dalam kebijakan, rencana, atau
program.

Transforma f Memperbaiki mutu dan proses formulasi kebijakan, rencana, dan program
Memfasilitasi proses pengambilan keputusan agar dapat menyeimbangkan tujuan
lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi

Substan f Meminimalisasi potensi dampak pen ng nega f yang akan mbul sebagai akibat dari
usulan kebijakan, rencana, atau program ( ngkat keberlanjutan lemah)
Melakukan langkah-langkah perlindungan lingkungan yang tangguh ( ngkat
keberlanjutan moderat)
Memelihara potensi sumberdaya alam dan daya dukung air, udara, tanah dan ekosistem
( ngkat keberlanjutan moderat sampai nggi)

Sadler (2005: 20)

yang lebih efek f untuk mendorong pembangunan 4. Relung Intervensi KLHS


berkelanjutan (Brie a et al 2003).
Merujuk pada denisi KLHS dan makna strategik
Adapun manfaat yang dapat dipe k dari KLHS adalah yang telah diutarakan, maka terdapat relung aplikasi
(OECD 2006; Fischer 1999; UNEP 2002): yang berbeda antara KLHS dan AMDAL sebagaimana
a) Merupakan instrumen proak f dan sarana dipaparkan pada Gambar 1. Bila AMDAL diaplikasikan
pendukung pengambilan keputusan, di ngkat proyek, maka KLHS - dengan berbagai
variannya - diaplikasikan di sepanjang kon num
b) Mengiden kasi dan memper mbangkan peluang- kebijakan, rencana dan program. Pada aras kebijakan
peluang baru melalui pengkajian secara sistema s dapat diaplikasikan KLHS kebijakan. Sementara pada
dan cermat atas opsi-opsi pembangunan yang aras rencana dan program secara berturut-turut dapat
tersedia, diaplikasikan KLHS Regional (termasuk disini Tata
c) Memper mbangkan aspek lingkungan hidup Ruang), KLHS Program, atau KLHS Sektor (lihat Gambar
secara lebih sistema s pada jenjang pengambilan 1). Perbedaan relung ak vitas KLHS dan AMDAL ini
keputusan yang lebih nggi, membawa implikasi adanya perbedaan mendasar
antara kedua instrumen ini sebagaimana dapat dilihat
d) Mencegah kesalahan investasi dengan pada Tabel 2.
mengingatkan para pengambil keputusan akan
adanya peluang pembangunan yang dak Di Indonesia sejauh ini teriden kasi 10 aplikasi KLHS
berkelanjutan sejak tahap awal proses pengambilan atau mendeka KLHS. Dikatakan mendeka KLHS
keputusan, karena hasil yang dicapai belum sepenuhnya bermuara
pada dihasilkannya KRP yang lebih memper mbangkan
e) Tata pengaturan (governance) yang lebih baik lingkungan hidup. Sepuluh aplikasi KLHS atau yang
berkat terbangunnya keterlibatan para pihak mendeka KLHS tersebut ada yang bergerak pada
(stakeholders) dalam proses pengambilan relung kebijakan, rencana atau program sebagaimana
keputusan melalui proses konsultasi dan tampak pada Tabel 3.
par sipasi,
f) Melindungi asset-asset sumberdaya alam dan 5. Prinsip Dasar dan Nilai-nilai KLHS
lingkungan hidup guna menjamin berlangsungnya Seper halnya denisi KLHS, hingga saat ini boleh
pembangunan berkelanjutan, dikatakan dak ada prinsip-prinsip KLHS yang secara
g) Memfasilitasi kerjasama lintas batas untuk universal diterima oleh semua pihak. Namun demikian
mencegah konik, berbagi pemanfaatan dari pilot project aplikasi KLHS yang diselenggarakan
sumberdaya alam, dan menangani masalah oleh KLH-DANIDA; beberapa prinsip KLHS yang Bab

2
kumula f dampak lingkungan. diletakkan oleh Sadler dan Verheem (1996) serta

4
Di Pilot Project KLHS Region Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan (Ciayumajakuning), antara lain ditelaah pula seberapa jauh
prinsip-prinsip KLHS yang diutarakan oleh Sadler dan Verhem (1996) serta Sadler dan Brook (1998) dapat diaplikasikan.

Konsep - Konsep dan Prinsip Dasar KLHS | 7


Kebijakan Rencana Program Proyek

KAJIAN ANALISIS LINGKUNGAN

Kajian Lingkungan Hidup Strategik (KLHS)


AMDAL
KLHS Kebijakan

KLHS Tata Ruang KLHS Sektor

KLHS Regional/Program

Gambar 1. Relung KLHS pada Aras Kebijakan, Rencana dan Program (Par dario 2000: 656, dengan
modikasi pada beberapa is lah)

Tabel 3. Perbedaan AMDAL dan KLHS (UNEP 2002)


Atribut AMDAL KLHS

Posisi Tahap studi kelayakan dari Proyek Tahap Kebijakan, Rencana & Program
Sifat Wajib Sukarela
Keputusan Kelayakan rencana kegiatan/usaha dari segi Keputusan yang berbasis pada prinsip
lingkungan hidup pembangunan berkelanjutan
Wilayah garapan Site based project Kebijakan, regional/tata ruang, program, atau
sektor
Kumula f dampak Kumula f dampak dianalisis terbatas Peringatan dini akan fenomena kumula f dampak
Alterna f Terbatasnya jumlah alterna f kegiatan proyek Memper mbangkan banyak alterna f pilihan
yang ditelaah
Kedalaman kajian Sempit, dalam, dan rinci Lebar, dak terlampau dalam, lebih sebagai
kerangka kerja
Ar kulasi Kegiatan proyek sudah terformulasi dengan Proses mu -tahap, saling tumpang- ndih
jelas dari awal hingga akhir komponen, alur kebijakan-rencana-program
masih berjalan dan itera f
Fokus Fokus pada kajian dampak pen ng nega f dan Fokus pada agenda keberlanjutan, bergerak pada
pengelolaan dampak lingkungan sumber persoalan dampak lingkungan

Sadler dan Brook (1998), tampaknya sesuai untuk Par sipa f (par cipa ve)
situasi Indonesia. Prinsip-prinsip KLHS yang dimaksud
Akuntabel (accountable)
adalah:
Efek f-biaya (cost-eec ve)
Sesuai kebutuhan (t-for-the purpose)
Melihat prinsip-prinsip tersebut tampak bahwa KLHS
Berorientasi pada tujuan (objec ves-led)
bukan seper studi yang konvensional kita kenal.
Didorong mo f keberlanjutan (sustainability- Juga bukan seper AMDAL dimana par sipasi publik
Bab
driven) dilibatkan pada dua momen yakni saat persiapan

2 Lingkup yang komprehensif (comprehensive


scope)
Kerangka Acuan dan saat penilaian ANDAL, RKL dan
RPL. Di dalam penyelenggaraan KLHS dak hanya
elemen par sipasi masyarakat yang disentuh tetapi
Relevan dengan kebijakan (decision-relevant) juga persoalan transparansi dan akuntabilitas. Sebab
yang dituju KLHS pada hakekatnya adalah lahirnya
Terpadu (integrated)
kebijakan, rencana dan program yang -- melalui proses-
Transparan (transparent) proses yang par sipa f, transparan dan akuntabel

8 | Konsep - Konsep dan Prinsip Dasar KLHS


Tabel 4. Beberapa KLHS yang Pernah Diaplikasikan di Indonesia
Judul KLHS Lokasi Aras/Relung KLHS Ins tusi
KLHS Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Nasional Kebijakan Sektor KLH
Hidup Bidang Air, 2004
Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Energi, 2004 Nasional Kebijakan Sektor KLH
Kajian Awal Lingkungan Hidup Strategik Rencana Jaringan Jalan Sumatera Rencana Sektor Departemen PU
Sumatera Barat, 2003 Barat
Studi Dampak Lingkungan Kebijakan, Rencana dan Program Yogyakarta Rencana/ Pemerintah DI
Kawasan Pusat Perkotaan Yogyakarta, 2001 Program Yogyakarta
Na onal Urban Environment Strategy (NUES), 2005 Jawa Barat Program BAPPENAS
Strategic Environmental and Natural Resources Assessment Aceh Program Bappenas &
(SENRA), 2006 UNDP
Implementasi KLS di Daerah untuk Pengambilan Keputusan yang Yogyakarta KLH-JICA
Ramah Lingkungan: Kasus Yogyakarta & Bandung, 2004 dan Bandung
Kajian Lingkungan Strategik Kawasan Andalan Bogor, Depok, dan Bogor, Depok, Regional BPLHD Jawa
Bekasi, 2004 Bekasi Barat
Kajian Lingkungan Strategik Kebijakan, Rencana, dan Program Bogor, Puncak, Regional BPLHD Jawa
Kawasan Bogor, Puncak, dan Cianjur [Bopunjur], 2003 Cianjur Barat
Studi Kajian Lingkungan Strategik Kawasan Andalan Cikuray, Jawa Barat Regional BPLHD Jawa
Papandayan, Malabar dan Patuha (Cipamatuh), 2001 Barat

-- memper mbangkan aspek lingkungan hidup dan marginalisasi sekelompok atau golongan tertentu
keberlanjutan. masyarakat karena adanya pembatasan akses dan
kontrol terhadap sumber-sumber alam atau modal
Selain prinsip-prinsip dasar tersebut, khusus untuk
atau pengetahuan.
Indonesia, juga terformulasi nilai-nilai yang dipandang
pen ng untuk dianut dalam aplikasi KLHS di Indonesia. Dengan mengaplikasikan nilai keterkaitan dalam KLHS
Nilai-nilai dimaksud adalah: diharapkan dapat dihasilkan kebijakan, rencana atau
program yang memper mbangkan keterkaitan antar
Keterkaitan (interdependency)
sektor, wilayah, global-lokal. Pada aras yang lebih
Keseimbangan (equilibrium) mikro, yakni proses KLHS, keterkaitan juga mengandung
makna dihasilkannya KLHS yang bersifat holis k berkat
Keadilan (jus ce)
adanya keterkaitan analisis antar komponen sik-kimia,
Keterkaitan (interdependencies) digunakan sebagai biologi dan sosial ekonomi.
nilai pen ng dalam KLHS dengan maksud agar
dalam penyelenggaraan KLHS diper mbangkan 6. Mutu KLHS
benar keterkaitan antara satu komponen dengan
Agar dapat dihasilkan kebijakan, rencana atau program
komponen lain, antara satu unsur dengan unsur lain,
yang lebih baik, KLHS perlu diselenggarakan dengan
atau antara satu variabel biosik dengan variabel
kriteria mutu tertentu. Secara teknis, kriteria mutu
biologi, atau keterkaitan antara lokal dan global,
dimaksud digunakan untuk memandu pengembangan
keterkaitan antar sektor, antar daerah, dan seterusnya.
proses, metode, dan kelembagaan KLHS, serta
Dengan membangun pertautan tersebut KLHS dapat
mengevaluasi efek vitas KLHS yang tengah berlangsung.
diselenggarakan secara komprehensif atau holis k.
Salah satu ins tusi yang menerbitkan kriteria kinerja
Keseimbangan (equilibrium) digunakan sebagai KLHS adalah The Interna onal Associa on of Impact
nilai pen ng dalam KLHS dengan maksud agar Assessment (IAIA) (IAIA 2002) (lihat Box 1).
penyelenggaraan KLHS senan asa dijiwai atau dipandu
Menurut IAIA, suatu KLHS tergolong berkualikasi
oleh nilai-nilai keseimbangan seper keseimbangan
nggi, bila mampu menginformasikan kepada para
antara kepen ngan sosial ekonomi dengan kepen ngan
perencana, pengambil keputusan dan masyarakat yang
lingkungan hidup, keseimbangan antara kepen ngan
akan terkena dampak, perihal: i) keputusan strategik
jangka pendek dan jangka panjang, keseimbangan
yang tengah diformulasikan (dimana keputusan
kepen ngan pembangunan pusat dan daerah, dan
tersebut mengadopsi prinsip keberlanjutan), ii) mampu
Bab

2
lain sebagainya. Implikasinya, forum-forum untuk
mendorong munculnya alterna f penghidupan yang
iden kasi dan pemetaan kedalaman kepen ngan
lebih baik, serta iii) memas kan KLHS berlangsung
para pihak menjadi salah satu proses dan metode yang
demokra s. Tampak benar bahwa KLHS yang bermutu
pen ng digunakan dalam KLHS.
nggi dak cukup hanya diukur dari segi mutu analisis
Keadilan (jus ce) digunakan sebagai nilai pen ng dengan tetapi juga diukur dari segi lahirnya keputusan strategik
maksud agar melalui KLHS dapat dihasilkan kebijakan, yang lebih baik dan akuntabel.
rencana dan program yang dak mengakibatkan

Konsep - Konsep dan Prinsip Dasar KLHS | 9


BOX 1: Kriteria Kinerja Kajian Lingkungan Hidup Strategik (IAIA 2002)

KLHS yang bermutu baik adalah yang menginformasikan kepada para perencana, pengambil keputusan,
dan masyarakat yang terkena dampak perihal: keputusan strategis yang diambil (dimana keputusan
tersebut telah mengadopsi prinsip keberlanjutan), memfasilitasi pencaharian alterna f yang paling
baik, dan menjamin proses pengambilan keputusan berlangsung demokra s. KLHS semacam ini akan
meningkatkan kredibilitas keputusan yang diambil, dan mendorong terjadinya kajian dampak lingkungan
pada ngkat proyek (AMDAL) yang lebih efek f biaya dan waktu. Untuk memenuhi maksud tersebut maka
KLHS yang bermutu baik adalah yang:
TERPADU
Memas kan bahwa kajian dampak lingkungan yang tepat untuk semua tahap keputusan strategik
sudah relevan untuk tercapainya pembangunan keberlanjutan.
Memuat saling keterkaitan antara aspek biosik, sosial dan ekonomi.
Terkait secara hierarkis dengan kebijakan di sektor tertentu dan wilayah (lintas batas), dan bilamana
perlu, dengan proyek AMDAL dan pengambilan keputusan.
KEBERLANJUTAN
Memfasilitasi iden kasi opsi-opsi pembangunan dan alterna f proposal yang lebih layak
FOKUS
Menyediakan informasi yang cukup, reliabel dan dapat digunakan untuk perencanaan pembangunan
dan pengambilan keputusan
Konsentrasi ke isu-isu pen ng pembangunan berkelanjutan.
Disesuaikan dengan karakteris k proses pengambilan keputusan.
Efek f biaya dan waktu.
AKUNTABEL
Pengambilan keputusan yang bersifat strategik merupakan tanggung jawab instansi yang
berkepen ngan.
Dilakukan secara profesional, tegas, fair, dak berpihak, dan seimbang.
Perlu dikontrol dan diverikasi oleh pihak independen
Jus kasikan dan dokumentasikan bagaimana isu-isu keberlanjutan diper mbangkan dalam
pengambilan keputusan.
PARTISIPATIF
Libatkan dan informasikan para pihak yang berkepen ngan, masyarakat yang terkena dampak, dan
instansi pemerintah di sepanjang proses pengambilan keputusan.
Cantumkan secara eksplisit masukan dan per mbangan dalam dokumentasi dan pengambilan
keputusan.
Memiliki kejelasan informasi, permohonan informasi yang mudah dipahami, dan menjamin akses yang
memadai untuk ke semua informasi yang dibutuhkan.
INTERAKTIF
Memas kan tersedianya hasil kajian sedini mungkin untuk mempengaruhi proses pengambilan
keputusan dan memberi inspirasi pada perencanaan masa datang.
Menyediakan informasi yang cukup perihal dampak aktual dari keputusan strategis yang
diimplementasikan, untuk menilai apakah keputusan harus di amandemen dan memberi basis untuk
masa depan.

7. Kelembagaan/Pendekatan KLHS KLHS dengan Kerangka Dasar AMDAL (EIA


Mainframe)
Dalam dua dekade tahun terakhir KLHS telah
menempuh ga tahap evolusi, yakni pertama, tahap Dalam pola ini KLHS secara formal ditetapkan
Bab sebagai bagian dari peraturan perundangan AMDAL
formasi (1970-1988); kedua, tahap formalisasi (1989-

2 2000); dan, ke ga, tahap pengembangan (2001- (contoh, Belanda), atau ditetapkan melalui ketentuan
sekarang). Setelah berevolusi hampir empat dekade atau kebijakan lain yang terpisah dari peraturan
kini dijumpai empat kategori atau model kelembagaan perundangan AMDAL namun memiliki prosedur yang
KLHS. Empat kategori atau model kelembagaan KLHS terkait dengan AMDAL (contoh, Canada). KLHS yang
ini muncul sebagai reeksi atas adanya perbedaan tumbuh dalam kerangka kelembagaan semacam
dalam menyikapi peraturan perundangan (UNEP 2002; ini disebut pula sebagai EIA Mainframe atau EIA
Saddler 2005).

10 | Konsep - Konsep dan Prinsip Dasar KLHS


based SEA karena menggunakan pendekatannya yang KLHS sebagai pendekatan untuk pengelolaan
menyerupai AMDAL.5 berkelanjutan sumberdaya alam (Sustainable
Resource Management)
KLHS sebagai Kajian Penilaian Keberlanjutan
Lingkungan (Environmental Appraisal Style) Dalam pendekatan ini KLHS diaplikasikan dalam
kerangka pembangunan berkelanjutan, dan a)
Dalam pendekatan ini KLHS diselenggarakan a)
dilaksanakan sebagai bagian yang dak terlepas
sebagai proses yang terpisah dengan sistem AMDAL,
dari hierarki sistem perencanaan penggunaan lahan
dan b) menggunakan prosedur dan pendekatan
dan sumberdaya alam, atau b) sebagai bagian dari
yang telah dimodikasi sedemikian rupa sehingga
strategi spesik pengelolaan sumberdaya alam. New
menyerupai atau memiliki karakteris k sebagai
Zealand merupakan contoh untuk model a) dimana
penilaian lingkungan. Pola kelembagaan semacam ini
dampak dari kebijakan dan rencana yang dibuat
terbentuk karena terkait dengan proses pengambilan
harus memper mbangkan kondisi sumberdaya alam
keputusan di Parlemen atau Kabinet. Dalam beberapa
yang lebih luas. Sementara model b) diaplikasikan
kasus, KLHS diselenggarakan sebagai bagian dari
di Australia dimana se ap produk perikanan yang
penilaian yang lebih luas (Norwegia, Inggris, Bank
diekspor atau yang ditangani oleh pemerintah pusat
Dunia), atau sebagai bagian dari uji kebijakan yang
dikenakan wajib KLHS.
lain (Belanda). Model kelembagaan KLHS semacam
ini disebut pula sebagai EIA Modied/Appraisal Style Mengingat empat pendekatan atau kelembagaan KLHS
atau Environmental Appraisal, dengan maksud untuk tersebut satu sama lain saling terkait atau tumpang
memas kan keberlanjutan lingkungan Environmental ndih (overlapping), maka empat pendekatan tersebut
Sustainability Assurance (lihat pula bu r Denisi KLHS lebih tepat dikatakan sebagai spektrum pelembagaan
di depan). pendekatan KLHS (Sadler 2005:16). Dengan cara
pandang ini terlihat adanya pergeseran pendekatan
KLHS sebagai Kajian Terpadu atau Penilaian
KLHS: dari yang semula spesik dan memiliki prosedur
Keberlanjutan (Integrated Assessment/ Sustainability
yang terpisah, ke pendekatan terpadu dimana secara
Appraisal)
substan f dan prosedural KLHS merupakan bagian dari
Dalam pendekatan ini KLHS ditempatkan sebagai proses kebijakan/rencana atau penilaian yang lebih
bagian dari kajian yang lebih luas yang menilai besar.
atau menganalisis dampak sosial, ekonomi dan
Pergeseran pendekatan KLHS tersebut secara gras
lingkungan hidup secara terpadu. Walau masih terus
dapat digambarkan dalam satu kon num. Di ujung
mencari bentuk, pola kelembagaan semacam ini
kon num yang satu, KLHS masih berorientasi untuk
mulai dikembangkan oleh Komisi Eropa, Inggris dan
menjamin keberlanjutan sementara di ujung kon num
Hongkong. Sehingga banyak pihak yang menempatkan
yang lain kajian di k-beratkan pada penilaian terpadu
model kajian ini bukan sebagai KLHS melainkan sebagai
(integrated assessment) faktor lingkungan, sosial dan
Integrated Assessment for Sustainability Assurance,
ekonomi secara seimbang (OECD 2006) (lihat pula
ISA, atau Sustainability Appraisal.
Gambar 2).

Instrumen Kajian
Ekonomi

Ekonomi Ekonomi Ekonomi

Lingkungan Lingkungan Lingkungan

Sosial Sosial Sosial

Instrumen Kajian
Sosial

Kebijakan, Rencana atau Program Pembangunan


Bab

2
Gambar 2. Kon num Kajian KLHS dari independen ke integrasi (OECD 2006)

5
Dalam studi AMDAL hal yang perlu diketahui terlebih dahulu adalah lingkup, karakter dan alterna f rencana usaha atau kegiatan yang akan
dibangun (proyek). Selanjutnya baru dilakukan iden kasi, prakiraan dan evaluasi dampak pen ng dari proyek dimaksud terhadap lingkungan
hidup. KLHS yang menggunakan pendekatan serupa yakni diketahui dan dikenali terlebih dahulu rancangan Kebijakan, Rencana atau Program
(KRP) dan kemudian ditelaah pengaruh KRP tersebut terhadap lingkungan hidup; digolongkan sebagai EIA mainframe SEA atau EIA based
SEA.

Konsep - Konsep dan Prinsip Dasar KLHS | 11


Sejalan dengan yang telah diutarakan perkembangan b) Bila KLHS ditetapkan sukarela, maka ada dua
terakhir menunjukkan bahwa KLHS dak berpretensi konsekuensi yang akan dihadapi:
atau diarahkan untuk membuat suatu sistem
Besar kemungkinan dak banyak sektor atau
kelembagaan dan prosedur yang baru dan terpisah.
daerah yang akan menerapkan KLHS karena
KLHS justru lebih diarahkan untuk menjamin bahwa
ke dak-tahuan tentang peran, manfaat,
seperangkat prinsip dan nilai dasar KLHS diaplikasikan
lingkup dan prosedur aplikasi KLHS. Terlebih
ke dalam sistem yang sudah ada agar efek vitas
penyelenggaraan KLHS sangat bersifat eksibel
sistem bersangkutan menjadi meningkat. Berangkat
dan dak determinis k seper AMDAL.
dari pemikiran ini KLHS harus dipandang sebagai
Sementara kalangan aparatur pemerintah
suatu proses yang adap f dan kon nyu dengan fokus
umumnya membutuhkan panduan teknis yang
utama terletak pada tata pengaturan (governance)
sering amat spesik untuk penyelenggaraan
dan penguatan kelembagaan, dak sekedar sebagai
kebijakan, rencana, program atau proyek-
pendekatan teknis, linier, dan sederhana sebagaimana
proyek pembangunan.
dijumpai dalam AMDAL (OECD 2006).
Kemungkinan yang menyelenggarakan KLHS
Melihat perkembangan yang telah diutarakan, tampak
terbatas jumlahnya, namun KLHS tersebut
bahwa pendekatan KLHS yang tepat untuk Indonesia
yang pas dilaksanakan karena didorong oleh
dak dapat dibatasi hanya pada pendekatan yang
kesungguhan dan niat untuk mencegah dan
berbasis AMDAL atau EIA Mainframe atau EIA based
mengendalikan kerusakan lingkungan dan
SEA. Atau dengan kata lain pendekatan yang tepat
bukan karena untuk memenuhi persyaratan
untuk KLHS di Indonesia harus kontekstual disesuaikan
formal.
dengan: i) kondisi sumber daya alam dan lingkungan
hidup yang menjadi fokus kajian; ii) lingkup dan Melihat kondisi tersebut dan urgensi persoalan yang
karakter KRP pemerintah pusat/provinsi/kabupaten/ dihadapi Indonesia saat ini, wajib daknya KLHS
kota yang akan ditelaah; iii) kapasitas ins tusi dan tampaknya lebih baik bersifat kontekstual. Maksudnya,
sumber daya manusia aparatur pemerintah; dan iv) KRP tertentu berstatus wajib KLHS dan KRP aspek
adanya kemauan poli k (poli cal will) yang kuat untuk lainnya berstatus sukarela. Format kelembagaan ini
menghasilkan KRP yang lebih bermutu. mengandung penger an dan tata-laksana sebagai
berikut:
8. Wajib vs Sukarela KLHS a) Wajib KLHS tanpa proses penapisan dikenakan
Saat ini Indonesia belum memiliki peraturan pada :
perundangan yang mengatur aplikasi KLHS. Oleh
KRP yang bertujuan untuk mengelola dan
karena itu penetapan status sukarela atau wajib KLHS
memanfaatkan sumber daya alam yang
perlu diper mbangkan secara cermat mengingat
kondisinya telah berada pada taraf kri s. Sebagai
keduanya mempunyai alasan yang sama kuat, seper
misal, wajib KLHS diberlakukan pada KRP yang
dipaparkan berikut ini:
berorientasi untuk mengeksploitasi hutan, air
a) Bila KLHS bersifat wajib, maka ada ga konsekuensi tanah dalam, dan pemanfaatan lahan di wilayah
yang akan dihadapi. hulu dimana kondisi DAS bersangkutan telah
Merujuk fakta bahwa sebagian besar proyek berada pada taraf kiri s; dan/atau
pembangunan pemerintah yang tergolong wajib KRP yang berpotensi untuk mencegah atau
AMDAL justru dak melakukan penyusunan memperlambat degradasi sumber daya alam
AMDAL, maka besar kemungkinan hal serupa dan pencemaran lingkungan yang saat ini
akan mbul bila KLHS dikenakan status wajib. tengah berlangsung dengan cepat. Sebagai
Kalaupun ada sektor atau daerah yang melakukan misal, KLHS untuk perencanaan ruang dan KLHS
KLHS terhadap kebijakan, rencana dan program rencana pembangunan jangka panjang atau
pembangunan, besar kemungkinan KLHS yang menengah.
dilakukan lebih ditujukan untuk memenuhi Tabel 4 berikut memaparkan wajib KLHS (tanpa
kewajiban ke mbang digunakan sebagai proses penapisan) menurut dua kriteria yang telah
instrumen untuk mendorong keberlanjutan diutarakan.
(sustainability).

Bab

12 | Konsep - Konsep dan Prinsip Dasar KLHS


Tabel 5. Wajib KLHS (Tanpa Proses Penapisan) untuk Kebijakan, Rencana atau Program Tertentu
Wajib KLHS (Tanpa Proses Penapisan) Ins tusi yang Bertanggung-Jawab atas KLHS

Rencana Tata Ruang Nasional (RTRWN) Departemen PU

Rencana Tata Ruang Propinsi/Kabupaten/Kota (RTRWP/K) Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota


Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
BAPPENAS
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

b) Wajib KLHS ditetapkan setelah melalui proses Berpotensi meningkatkan jumlah penduduk
penapisan. Suatu KRP ditetapkan wajib KLHS bila miskin sebagai akibat adanya pembatasan baru
memenuhi satu atau lebih kriteria berikut ini: atas akses dan kontrol masyarakat terhadap
sumber-sumber alam yang dibutuhkan,
berpotensi mendorong peningkatan percepatan
kerusakan sumber daya alam (hutan, tanah, air Berpotensi mengancam keberlanjutan
atau pesisir) dan pencemaran lingkungan yang penghidupan (livelihood sustainability)
tengah berlangsung di suatu wilayah atau DAS; sekelompok komunitas atau masyarakat di
dan/atau masa mendatang.
berpotensi meningkatkan intensitas bencana Di masa mendatang dipandang pen ng diterbitkan
banjir, longsor, atau kekeringan di wilayah- dirancang dan diterbitkan suatu Peraturan Pemerintah
wilayah yang saat ini tengah mengalami krisis (PP) tentang Kajian Lingkungan Hidup Strategis dan
ekologi, dilanjutkan dengan Pedoman Umum dan Teknis
tentang aplikasi KLHS (lihat Gambar 3). Kehadiran
Berpotensi menurunkan mutu air dan
peraturan perundangan ini dirasakan semakin pen ng
udara termasuk ketersediaan air bersih
karena intensitas kerusakan sumber daya alam dan
yang dibutuhkan oleh suatu wilayah yang
pencemaran lingkungan di Indonesia yang semakin
berpenduduk padat,
nggi. Sementara berbagai negara yang mengalami
situasi serupa dengan Indonesia telah mengadopsi dan
mengembangkan KLHS.

KLHS Tata KLHS KLHS Kebijakan


Ruang RPJM Sumberdaya
Alam
Panduan
Teknis

KLHS KLHS Region Panduan Umum


Sektor Perkotaan

Gambar 3. Panduan Umum dan Panduan Teknis KLHS


Bab

Konsep - Konsep dan Prinsip Dasar KLHS | 13


Bab

3 m=~=j=hiep

1. Prosedur Generik KLHS se ap jenis atau pe aplikasi KLHS. Pertanyaan generik


tersebut adalah sebagai berikut (CEAA 2004 dalam
pb^=~===~=~=~==~~= Sadler 2005):
= ~= ~= = I= ~= ~= ~= I=
=~==~~=Elb`a=OMMSX= Apa manfaat (outcomes) langsung dan dak
m~~=OMMMF langsung dari usulan Kebijakan, Rencana atau
Program (KRP)?

D alam beberapa tahun terakhir ini aplikasi KLHS di


berbagai belahan dunia semakin menunjukkan
buk bahwa dak ada satu cara atau pendekatan atau
Bagaimana dan sejauh mana mbul interaksi
antara manfaat (outcomes) KRP dengan lingkungan
teknik yang universal untuk aplikasi KLHS. KLHS dapat hidup?
disusun melalui banyak cara. Terlepas apakah KLHS Apa lingkup dan karakter interaksi tersebut?
tersebut pada aras kebijakan, sektoral, regional, atau Apakah interaksi tersebut akan mengakibatkan
programa k, KLHS dapat mengadopsi mul -bentuk mbulnya kerugian atau bahkan meningkatkan
(form) bahkan nama - serta memberi penilaian atas kualitas lingkungan hidup?
keputusan strategik yang akan diambil. Menilik hal ini
KLHS dapat kita katakan merupakan family of tools. Dapatkah efek atau pengaruh nega f terhadap
Sehingga KLHS yang dipandang bermutu adalah yang lingkungan hidup diatasi atau dimi gasi?
dapat diadaptasikan dan disesuaikan (tailor-made) Bila seluruh upaya pengendalian atau mi gasi
dengan konteks aplikasinya. diintegrasikan ke dalam KRP, lantas secara umum
Walau ada beragam prosedur, metode dan instrumen apakah masih mbul pengaruh atau efek dari
yang digunakan dalam KLHS, namun ada beberapa rencana KRP tersebut terhadap lingkungan hidup?
pertanyaan generik yang senan asa harus dijawab di

Tabel 6. Beberapa Prosedur KLHS menurut Pendekatan yang Digunakan


Prosedur KLHS menurut Pendekatan yang Digunakan

KLHS sebagai Penilaian Keberlanjutan Kajian Terpadu untuk Penilaian


KLHS dengan Kerangka Dasar AMDAL
Lingkungan Keberlanjutan
Environmental Sustainability Integrated Assessment for
EIA Mainframe SEA Appraisal (ESA) or Environmental Sustainability Assurance, ISA, or
Appraisal Sustainability Appraisal)
1. Penapisan 1. Penapisan awal 1. Iden kasi masalah
2. Pelingkupan 2. Analisis efek lingkungan 2. Tetapkan tujuan yang hendak
dicapai
3. Dokumen Lingkungan Hidup (KLHS) a. Lingkup dan karakter eek 3. Kembangkan alterna f atau pilihan
potensial KRP untuk mencapai tujuan
4. Par sipasi masyarakat b. Kebutuhan penanggulangan efek 4. Analisis dampak sosial, ekonomi dan
lingkungan hidup dari KRP
5. Konsultasi c. Lingkup & karakter efek residual 5. Bandingkan manfaat dan kerugian Bab

3
dari se ap alterna f KRP yang ada
6. Pengambilan keputusan d. Tindak lanjut, termasuk 6. Paparkan bagaimana pemantauan
pemantauan efek dan evaluasi diimplementasikan
7. Pemantauan & Tindak Lanjut e. Kepedulian masyarakat & para
pihak
Sumber: UNECE (2003) Sumber: CEAA (2004) Sumber: European Commission (2005)
Tabel di atas dikonstruksikan dari Sadler (2005: 18) dengan modikasi pada kolom terakhir.

Prosedur dan Metode KLHS | 15


Pada Tabel 5 dipaparkan ga macam prosedur KLHS semua jenis atau pe KLHS yang akan diaplikasikan
yang saat ini banyak diaplikasikan di dunia sesuai dengan di Indonesia harus menggunakan prosedur generik
pendekatan yang digunakan. Tiga macam prosedur ini. Prosedur ini bersifat pilihan sehingga dak
tersebut merupakan opsi yang dapat dipilih sesuai tertutup kemungkinan beberapa pihak berkeinginan
permintaan para pihak. Apabila para pihak menginginkan menggunakan prosedur lain sebagaimana tertera pada
pendekatan Terpadu (Integrated Assessment, kolom kolom 2 dan 3 dari Tabel 5.
3 Tabel 5,k), maka prosedur yang digunakan berbeda
Pada paragraf berikut selanjutnya dijelaskan secara
dengan KLHS yang menggunakan kerangka dasar AMDAL
singkat tentang prosedur generik dimaksud berikut
(EIA Mainframe, kolom 1 Tabel 5).
dengan metode yang dapat digunakan sebagai rujukan
Dari ga prosedur di Tabel 5 yang telah dibakukan untuk aplikasi KLHS.
sebagai protokol adalah prosedur untuk KLHS berbasis
AMDAL (EIA Maninframe). Protokol KLHS ini dibakukan 2. Penapisan (Screening)
oleh United Na ons Economic Commission for Europe Proses penapisan dilakukan karena berkaitan dengan
(UNECE). Pada dasarnya protokol ini dak jauh berbeda wajib- daknya KLHS. Pada Bagian 2 bu r 7 telah
dengan prosedur untuk KLHS yang digariskan oleh dipaparkan wajib daknya KLHS ditetapkan melalui
European Community melalui SEA Direc ve (2001/42/ mekanisme sebagai berikut (lihat pula Gambar 4):
EC): Assessment of the Eects of Certain Plans and
Programmes on the Environment. Tanpa Proses Penapisan: berdasarkan
per mbangan strategik, KRP tertentu otoma s
Mengingat hingga saat ini belum ada kebijakan dan wajib KLHS tanpa melalui proses penapisan (lihat
peraturan perundang-undangan tentang KLHS di Tabel 4).
Indonesia berikut pedoman untuk prosedur KLHS;
disarankan digunakan prosedur (generik) KLHS yang Melalui Proses Penapisan: suatu KRP ditetapkan
sudah dibakukan oleh UNECE. Tidak berar bahwa wajib KLHS setelah dilakukan proses penapisan.

Gambar 4. Proses Penapisan KLHS (dalam usulan) di Indonesia

Jenis KRP

KRP tergolong Wajib KLHS Ya Penuhi Kriteria


tanpa proses penapisan Wajib KLHS tanpa
(Tabel 3) penapisan?

Tidak

Proses Penapisan

KRP tergolong Wajib KLHS


Ya Penuhi Kriteria
melalui proses penapisan
(Bag 1 bu r 7.b) Wajib KLHS?
Bab

3 Tidak

KRP dak tergolong


Wajib KLHS

16 | Prosedur dan Metode KLHS


Walau saat ini belum ada peraturan perundangan kabupaten/kota serta tokoh-tokoh yang terkait atau
tentang KLHS, proses penapisan atas wajib- daknya berkepen ngan dengan KRP yang akan ditelaah.
aplikasi KLHS (diusulkan) menggunakan metode da ar
Adapun metode lain yang dapat digunakan dalam
uji (checklists). Da ar uji dimaksud terdiri atas lima
proses pelingkupan antara lain adalah da ar uji
pertanyaan kri s sebagai berikut:
(checklists), matrik interaksi, atau bagan alir dampak
a) Apakah rancangan KRP berpotensi mendorong lingkungan. Metode-metode ini bersifat sebagai
mbulnya percepatan kerusakan sumber daya alam penunjang atas metode pertemuan dan diskusi yang
(hutan, tanah, air atau pesisir) dan pencemaran telah diutarakan.
lingkungan yang kini tengah berlangsung di suatu
wilayah atau DAS? dan/atau 4. Dokumen KLHS (termasuk analisis)
b) Apakah rancangan KRP berpotensi meningkatkan Walau belum terbit kebijakan dan peraturan perundang-
intensitas bencana banjir, longsor, atau kekeringan undangan tentang KLHS namun setelah mempelajari
di wilayah-wilayah yang saat ini tengah mengalami aplikasi KLHS di berbagai negara, dokumen KLHS
krisis ekologi? dan/atau pada dasarnya memuat tentang iden kasi, deskripsi
dan evaluasi terhadap konsekuensi atau pengaruh
c) Apakah rancangan KRP berpotensi menurunkan lingkungan yang signikan akan mbul sebagai akibat
mutu air dan udara termasuk ketersediaan air dari rencana KRP (dan alterna fnya). Secara spesik
bersih yang dibutuhkan oleh suatu wilayah yang dokumen KLHS harus memuat dan memperha kan
berpenduduk padat? dan/atau hal-hal berikut (Sadler 2005):
d) Apakah rancangan KRP akan menyebabkan a) Pengetahuan dan metode terkini yang digunakan
meningkatnya jumlah penduduk golongan miskin dalam menilai konsekuensi atau pengaruh
sebagai akibat adanya pembatasan baru atas akses lingkungan yang akan mbul,
dan kontrol terhadap sumber-sumber alam yang
semula dapat mereka akses? dan/atau b) Aras rinci (level of detail) dan muatan yang
terkandung dalam rancangan KRP serta posisi KRP
e) Apakah rancangan KRP berpotensi mengancam dimaksud dalam proses pengambilan keputusan,
keberlanjutan penghidupan (livelihood
sustainability) suatu komunitas atau kelompok c) Kepen ngan (interests) dari masyarakat
masyarakat tertentu di masa mendatang? d) Informasi yang dibutuhkan oleh ins tusi pengambil
Bila salah satu jawaban dari lima pertanyaan di atas keputusan.
Ya, maka KRP bersangkutan tergolong wajib KLHS. Tergantung pada kesepakatan atas lingkup kajian (hasil
Sebagai alat bantu pengambilan keputusan juga pelingkupan) dan standar atau ketentuan yang harus
dapat digunakan metode matrik, diagram pohon dipenuhi, KLHS dapat memuat ulasan atau bahasan
(tree diagram) dan metode lain yang serupa. Proses yang bersifat ringkas atau sebaliknya memuat
penapisan ini dilakukan kasus demi kasus untuk se ap analisis yang lebih dalam sehingga dokumen KLHS
usulan atau rancangan KRP. cukup tebal.6 Bilamana dilakukan pengumpulan dan
analisis data yang lebih dalam, maka hal-hal yang patut
3. Pelingkupan diperha kan adalah:
Pelingkupan merupakan proses yang sistema s dan
a) Relevansi data dan informasi yang dianalisis
terbuka untuk mengiden kasi isu-isu pen ng atau
dengan karakter dra KRP yang ditelaah. Sebagai
konsekuensi lingkungan hidup yang akan mbul
misal, untuk KLHS yang berdimensi spasial (misal
berkenaan dengan rencana KRP. Berkat adanya
KLHS untuk RTRW Kabupaten) dibutuhkan data
pelingkupan ini pokok bahasan dokumen KLHS akan
dan analisis yang lebih cermat untuk wilayah-
lebih difokuskan pada isu-isu atau konsekuensi
wilayah yang telah mengalami kerusakan sumber
lingkungan dimaksud.
daya alam yang nggi (misal kawasan lindung,
Untuk mencapai maksud tersebut pelingkupan habitat satwa liar). Untuk KLHS sektoral, sebagai
dilakukan melalui berbagai metode. Dalam konteks contoh, dibutuhkan data dan analisis yang relevan
KLHS, metode pelingkupan yang senan asa harus dengan masalah-masalah lingkungan yang akan
digunakan adalah penyelenggaraan seminar-diskusi, mbul (misal untuk KLHS Sektor Perhubungan dan
atau diskusi grup terfokus (focus group discussions), Energi dibutuhkan data emisi dan ambien mutu
workshop atau lokakarya yang pesertanya terdiri dari udara).
berbagai kalangan pemerintah pusat, provinsi maupun Bab

6
Di Belanda KLHS pada aras Kebijakan diaplikasikan dalam bentuk E-test (Environmental Test) atau Uji Lingkungan terhadap rancangan
peraturan perundang-undangan. E-test ini merupakan upaya untuk menginformasikan kepada para pengambil keputusan perihal pengaruh
3
atau konsekuensi yang akan mbul terhadap lingkungan hidup sebagai akibat adanya rancangan peraturan perundang-undangan. Menurut
peraturan perundang-undangan Belanda, hasil telaahan dari KLHS Kebijakan semacam ini (atau yang lebih dikenal sebagai E-test) cukup
dipaparkan secara ringkas dan merupakan bagian yang dak terpisahkan dari rancangan peraturan perundangan yang dibahas; dan kemudian
diamalgamasikan di dalam batang tubuh peraturan perundangan yang baru (van Dreumel 2005:69-75).

Prosedur dan Metode KLHS | 17


b) Analisis konsekuensi atau pengaruh lingkungan disalurkan kepada pihak-pihak yang berkepen ngan
yang akan mbul. Bagian ini boleh dikatakan dalam batas waktu yang memadai.
merupakan jantung analisis dari KLHS. Kini telah
Par sipasi masyarakat juga dapat diwujudkan dalam
tersedia beragam pilihan metode untuk analisis
bentuk menangkap aspirasi masyarakat melalui survey
dan prediksi konsekuensi lingkungan, baik berupa
dengan kuesioner terstruktur pada sejumlah responden
model-model deskrip f internal, model black-
atau penyelenggaraan Focus Discussion Group pada
box empiris (sta s k), model matema k dan
beberapa kelompok atau komunitas masyarakat
simulasi, hingga model-model skenario kebijakan
tertentu yang akan terkena pengaruh rancangan KRP,
dan analisis kualita f. Dalam banyak kasus analisis
atau penyelenggaraan talk show di radio atau TV, dan
kualita f juga dipandang cukup memadai untuk
menerima masukan tertulis dari masyarakat.
digunakan.
c) Iden kasi upaya untuk mencegah dan 6. Pengambilan Keputusan
menanggulangi dampak nega f dan meningkatkan Kebijakan, rencana atau program yang akan diputuskan
dampak posi f yang akan mbul. Ada dua hal harus memper mbangkan:
pen ng yang harus masuk dalam telaahan KLHS.
Pertama, upaya mencegah dampak nega f dan kesimpulan-kesimpulan pokok yang termuat dalam
meningkatkan dampak posi f harus menjadi KLHS,
bagian yang integral dari KRP. Prinsip keha - langkah-langkah pencegahan dan pengendalian
ha an (Precau nary Principles) harus menjadi yang termuat dalam KLHS,
panduan bagi formulasi KRP bila KRP dimaksud
berpotensi membangkitkan resiko lingkungan yang pandangan dari instansi pemerintah yang
nggi. Kedua, hierarki pengelolaan lingkungan bertanggung jawab di bidang lingkungan hidup
(pencegahan, pengurangan, dan pengendalian (KLH, Bapedalda atau yang setaraf), dan kesehatan
limbah) sejauh mungkin diaplikasikan secara masyarakat (Departemen Kesehatan, Dinas
penuh untuk mengatasi dampak yang bersifat Kesehatan Provinsi/Kabupaten/ Kota;
nega f. Sebab pada KLHS aras Kebijakan sering aspirasi serta pandangan dari berbagai lapisan
dijumpai konik kepen ngan antar kebijakan yang dan golongan masyarakat yang berkepen ngan,
kemudian berujung diutamakannya kepen ngan termasuk disini kalangan LSM.
ekonomi dan dak diprioritaskannya kepen ngan
lingkungan hidup. Di beberapa negara maju, untuk meningkatkan
akuntabilitas kebijakan publik, diadopsi Pasal 11 Protokol
Satu hal yang juga harus diindahkan adalah mutu KLHS yang diterbitkan oleh United Na ons Economic
dokumen KLHS yang dihasilkan. Standar mutu KLHS Commission for Europe (UNECE). Dalam protokol
yang diterbitkan oleh IAIA yang tercantum pada Bagian dimaksud digariskan bahwa Kebijakan, Rencana atau
2 bu r 5 di muka, dapat digunakan sebagai dasar Program yang telah memper mbangkan keempat
rujukan. faktor di atas harus diterbitkan resmi dan tersedia bagi
masyarakat yang memerlukannya serta didistribusikan
5. Par sipasi Masyarakat kepada instansi pemerintah terkait, sekaligus disertai
Tingkat keterlibatan atau par sipasi masyarakat dalam dengan pernyataan yang menyimpulkan tentang
KLHS sangat bervariasi tergantung pada aras KRP yang bagaimana dokumen KLHS, dan pandangan masyarakat
ditelaah, peraturan perundangan yang mengatur serta para pihak yang berkepen ngan telah diintegrasikan
keterlibatan masyarakat, serta komitmen dan di dalam KRP berikut alterna fnya. Sudah barang tentu
keterbukaan dari pimpinan organisasi pemerintahan hal ini menuntut ngkat transparansi kebijakan publik
baik di ngkat pusat maupun daerah. Secara umum yang nggi.
boleh dikatakan bila KLHS diaplikasikan pada ngkat
Kebijakan atau Peraturan Perundang-undangan (misal, 7. Pemantauan dan Tindak Lanjut
KLHS untuk RUU, RPP atau Raperda), maka keterlibatan Pemantauan yang dimaksud disini adalah pemantauan
atau par sipasi masyarakat harus semakin luas dan terhadap konsekuensi atau dampak dari implementasi
intens dibanding KLHS pada ngkat Rencana atau KRP terhadap lingkungan hidup, kesehatan dan aspek-
Program. aspek pen ng sosial ekonomi masyarakat yang terkait.
Bila KLHS diaplikasikan untuk aras Kebijakan atau Dalam Pasal 12 Protokol KLHS UNECE, pemantauan
Peraturan Perundang-undangan, maka proses ditujukan untuk mengiden kasi sejak dini, dampak
Bab pelibatan masyarakat atau konsultasi publik harus atau konsekuensi nega f yang pada awalnya dak

3
dilakukan sedini mungkin dan efek f. Secara spesik, tampak sehingga dapat diambil langkah-langkah
harus tersedia waktu yang cukup bagi masyarakat pencegahan yang memadai. Hasil pemantauan ini,
untuk menelaah rancangan Kebijakan atau Peraturan menurut Protokol KLHS UNECE, juga harus tersedia bagi
Perundang-undangan termasuk dokumen KLHS yang kalangan pembuat kebijakan (legislator), pemerintah
telah disusun. Aspirasi masyarakat termasuk kalangan dan masyarakat.
LSM terhadap rancangan Kebijakan dan dokumen
KLHS, perlu diiden kasi dan dibuka peluang untuk

18 | Prosedur dan Metode KLHS


Menurut Sadler (2005: 25), hanya sedikit negara yang dilakukan karena dapat dipisahkan dari pengaruh
memiliki mekanisme untuk memantau konsekuensi faktor-faktor lain. Sebagai misal, pemantauan
atau pengaruh implementasi Kebijakan atau Peraturan implementasi RTRW suatu kabupaten (yang telah
Perundang-undangan. Hal ini disebabkan karena diaplikasi KLHS) lebih mudah dilakukan ke mbang
ngginya kompleksitas dan tumpang- ndih persoalan pemantauan implementasi UU Nomor 026 Tahun 2007
yang muncul di lapangan. Adapun pemantauan tentang Penataan Ruang.
implementasi Rencana atau Program rela f lebih dapat

Bab

Prosedur dan Metode KLHS | 19


a~~=m~~

Brie a, C., Obbardb, J.P., dan Mackee (2003) Towards SEA for the developing na ons of Asia. Environmental
Impact Assessment Review. 23 (2003) 171196.
Canadian Environmental Assessment Agency (CEAA) (2004) Strategic Environmental Assessment; the Cabinet
Direc ve on the Environmental Assessment of Policy, Plan and Program Proposals: Guidelines for
Implemen ng the Cabinet Direc ve, Canadian Environmental Assessment Agency, O awa.
Department of Environmental Aairs and Tourism (DEAT) and CSIR (2000) Strategic Environmental Assessment in
South Africa: Guideline Document. Department of Environmental Aairs and Tourism, Pretoria.
Department of Environmental Aairs and Tourism (DEAT) (2004) Strategic Environmental Assessment, Integrated
Environmental Management Series. Pretoria.
European Commission (2005) Impact Assessment Guidelines, SEC (2005) 791, EC Brussels.
Fischer, T.B. (1999) Benets Arising from SEA Applica on: A Compara ve Review of North West England, Noord-
Holland, and Brandenburg-Berlin. Environmental Impact Assessment Review. 19 (1999) 143-173.
IAIA (2002) Strategic Environmental Assessment: Performance Criteria. Special Publica on Series No.1,
Interna onal Associa on for Impact Assessment (www.iaia.org/publica ons).
OECD (2006) Applying Strategic Environmental Impact Assessment: Good Prac ce Guidance for Development Co-
opera on. OECD Publishing.
Par drio, M.R. (2000) Elements of an SEA frameworkimproving the added-value of SEA. Environmental Impact
Assessment Review. 20 (2000) 647663.
Par drio, M.R. (1999) Strategic Environmental Assessment Principles and Poten al, In: Pe s, J. (editor)
Handbook of Environmental Impact Assessment: Volume 1, Environmental Impact Assessment: Process,
Methods and Poten al. Blackwell Science, Oxford, p 60-73.
Par drio, M.R. (2007) Strategic Environmental Assessment Good Pra ce Guide: Methodological Guidance.
Portuguese Environment Agency. Amadora.
Sadler, B (1999) A framework for environmental sustainability assessment and assurance, in Pe s J (ed.) Handbook
of Environmental Impact Assessment, (Volume 1), Blackwell Scien c Ltd. Oxford, 12-32.
Sadler, B (2005) Strategic Environmental Assessment at the Policy Level: Recent Progress, Current Status and
Future Prospect. Editor. Ministry of The Environment, Czech Republic. Praha.
Sadler B (2002) From environmental assessment to sustainability appraisal, Environmental Assessment Yearbook
2002, Ins tute of Environmental Management and Assessment, Lincoln and EIA Centre, University of
Manchester, 145-152.
Sadler B. and Brook C. (1998) Strategic Environmental Appraisal, Department of the Environment, Transport and
the Regions, London, UK.
Sadler, B. dan Verheem, R. (1996) Strategic Environmental Assessment: Status, Challenges and Future Direc ons.
Report no. 53. The Hague: Ministry of Housing, Physical Planning and Environment.
Therivel et al (1992) Strategic Environmental Assessment, Earthscan, London: Earthscan.
Thrivel, R.; Wilson, E.; Thompson, S.; Heaney, D.; Pritchard, D. (1992) Strategic Environmental Assessment.
Earthscan Publica ons Ltd, London.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1995) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai
Pustaka, Jakarta.
UNECE (2003) Protocol on Strategic Environmental Assessment to the Conven on on Environmental Impact
Assessment in a Transboundary Context.
UNEP (United Na on Environmental Program) (2002) EIA Training Resource Manual.
van Dreumel, M (2005) Netherlands Experience with the Environmental Test dalam Sadler (2005) Strategic
Environmental Assessment at the Policy Level: Recent Progress, Current Status and Future Prospects.
69-75.

Anda mungkin juga menyukai