Anda di halaman 1dari 3

REVIEW JURNAL PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

BERDASARKAN KONSEP TRI HITA KARANA


UNTUK KEGIATAN EKOWISATA

Nama : Tangguh Hakam Digdayana


NIM : 14010117120003
Mata kuliah : Politik Lingkungan

Judul Pembangunan Berkelanjutan Berdasarkan Konsep Tri Hita


Karana Untuk Kegiatan Ekowisata
Jurnal Jurnal Kajian Bali
Volume dan Halaman Volume 02, halaman 149-162
Tahun 2012
Penulis I Wayan Runa
Reviewer Tangguh Hakam Digdayana
Tanggal 29 Oktober 2019

Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah untuk memaparkan secara garis
besar pembangunan (pengembangan lahan) berkelanjutan
berdasarkan konsep Tri Hita Karana untuk kegiatan
ekowisata khususnya di pulau Bali
Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah konsep Tri Hita karana sebagai
dasar dalam pembangunan berkelanjutan
Metode penelitian Metode penelitian menggunakan metode kualitatif,
penelitian ini mencoba menghubungkan dan menganalisis
bagaimana konsep Tri Hita Karana dapat sejalan dengan
prinsip-prinsip dan kriteria ekowisata nasional
Hasil penelitian kondisi lingkungan saat ini telah mengalami berbagai
persoalan lingkungan hidup yang besar mencakup
ledakan jumlah penduduk, berkurangnya sumber daya
alam (SDA), perubahan iklim global, kepunahan
tumbuhan dan hewan, kerusakan habitat, peningkatan
polusi, dan kemiskinan. ketersediaan Sumber daya alam
yang semakin berkurang dan mengalami banyak
permasalahan, namun disisi lain kebutuhan akan Sumber
daya tersebut terus meningkat. Masalah tersebut banyak
disebabkan karena proses pembangunan yang tidak
mengedepankan prinsip berkelanjutan. Menurut Brundtland
Report (1987), Pembangunan berkelanjutan adalah proses
pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat) yang
berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa
mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan.
Pembangunan berkelanjutan di Bali tidak hanya
mempertimbangkan kesinambungan sumber daya alam
sebagai kebutuhan dasar untuk hidup, tetapi juga
kesinambungan sumber daya budaya (dari nilai dan legenda
sampai upacara dan bangunan kuno). Hal itu sejalan dengan
konsep Tri Hita Karana yang merupakan pedoman yang
sejak lama digunakan masyarakat Bali untuk
mengembangkan potensi lingkungan namun tetap
memperhatikan kelestariannya untuk generasi di masa
depan. Secara terminologis, tri berarti tiga, hita
(sejahtera/bahagia), karana(sebab). Jadi, Tri Hita Karana
berarti tiga unsur atau lapisan penyebab timbulnya
kebahagiaan, atau tiga faktor untuk mewujudkan
kesejahteraan hidup lahir dan batin. Di lingkungan Bali
(Hindu), ketiga lapisan itu (Bapedalda, 2012) meliputi
Parhyangan (lingkungan/lapisan dan nilai-nilai spiritual),
Pawongan (lingkungan/lapisan sosio-kultural), Palemahan
(lingkungan/lapisan fisik-alamiah). Konsep Tri Hita Karana
ini menjadi beberapa kriteria pada berbagai kelompok
fungsi bangunan, seperti hotel, daerah tujuan wisata,
kantor, kampus, sekolah menengah, rumah sakit, dan
swalayan. Selain itu konsep Tri Hita Karana juga dijadikan
pedoman dalam penyusunan prinsip Ekowisata Nasional
dalam lokakarya di Bali 25-26 Agustus 2006 maka ada 9
(sembilan) prinsip ekowisata yaitu: (1) Peka dan
menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi
keagamaan masyarakat setempat; (2). Memiliki kepedulian,
komitmen dan tanggung jawab terhadap konservasi alam dan
warisan budaya; (3). Menyediakan interpretasi yang
memberikan peluang kepada wisatawan untuk menikmati
alam dan meningkatkan kecintaanya terhadap alam; (4).
Edukasi: ada proses pembelajaran dialogis antara masyarakat
dengan wisatawan; (5). Pengembangannya harus
didasarkan atas persetujuan masyarakat setempat melalui
musyawarah; (6) . Memberdayakan dan mengoptimalkan
partisipasi serta sekaligus memberikan kontribusi secara
kontinyu terhadap masyarakat setempat; (7). Mentaati
peraturan perundang-undangan yang berlaku; (8). Secara
konsisten memberikan kepuasan kepada konsumen; (9).
Dipasarkan dan dipromosikan dengan jujur dan akurat
sehingga sesuai dengan harapan pemasaran yang
bertanggung jawab.
Kelebihan Kelebihan dari artikel ini adalah didalamnya terdapat
penggabungan konsep sustainable development secara teori
keilmuwan modern dengan konsep kebudayaan local,
sehingga dalam penerapannya akan lebih mudah diterima
dan diterapkan oleh masyarakat karena hal tersebut sudah
melekat pada kepercayaan, adat, jiwa, serta kebiasaan sehari-
hari masyarakat Bali
Kekurangan Artikel ini kurang dapat menjelaskan implementasi dan data
secara spesifik dalam penerapan konsep Tri Hita Karana,
misalnya jumlah ataupun presentase kawasan atau bangunan
yang telah menerapkan konsep tersebut sehingga pembaca
belum bisa menyimpilkan sejauh mana konsep tersebut
secara maksimal dapat di terapkan di Bali.
Kesimpulan Dari uraian mengenai jurnal “Pembangunan Berkelanjutan
Berdasarkan konsep Tri Hita Karana” dapat diketahui bahwa
pemabangunan berkelanjutan merupakan syarat paling utama
dalam pengelolaan potensi alam yang ada, segala proses
pembangunan harus memperhatikan dampak bagi generasi
mendatang sehingga sumber daya alam tersebut tetap bisa
dinikmati oleh generasi dimasa depan. Konsep Ekowisata
merupakan kegiatan pariwisata yang ramah terhadap
lingkungan. Hal ini akan terus berkembang kedepan dan
tentunya juga harus dibarengi dengan pemahaman mengenai
konsep (prinsip dan kriteria) yang benar pula, agar
pembangunan ekowisata tetap berada pada jalur yang ada
tanpa merusak sumber daya alam. Pemahaman konsep Tri
Hita Karana harus tetap dipertahankan dan dikembangkan
kedepannya, karena itu merupakan kearifan local yang dapat
mendukung pembangunan berkelanjutan khususnya di Bali

Anda mungkin juga menyukai