PENDAHULUAN
1
potensi yang terkandung dalam kawasan wisata ini menawarkan keindahan bawah
laut dengan keasrian terumbu karang dan spesies ikan yang beraneka ragam.
Sedangkan dalam pengembangan wisata dan potensi daerah Kubu yang
mengandalkan tanaman lontar, pemerintah baru bertindak sebagai distributor
produk olahan kerajinan sederhana dari tanaman lontar untuk dipasarkan atau
diperkenalkan di pameran kesenian daerah yang rutin dilaksanakan menjelang
peringatan hari kemerdekaaan Indonesia. Pemerintah beranggapan, dengan cara
ini masyarakat didaerah Kubu seperti Muntigunung dan Pedahan tergerak untuk
mengolah tanaman lontar menjadi barang kesenian. Akan tetapi, sampai saat ini
upaya tersebut belum mampu mengangkat sektor ekonomi di Kecamatan Kubu,
utamanya di daerah Muntigunung dan Pedahan.
1.2 Tujuan
2
BAB II
POKOK MASALAH
3
BAB III
PEMBAHASAN
Seperti dalam kebudayaan Bali yang dijiwai oleh agama Hindu dikenal adnya
konsep Tri Hita Karana, yaitu tiga penyebab kesejahteraan yang berasal dari
bahasa sansekerta Tri (tiga), Hita (sejahtera), dan Karana (sebab) Konsep
kosmologi Tri Hita Karana merupakan falsafah hidup tangguh. Falsafah tersebut
memiliki konsep yang dapat melestarikan keaneka ragaman budaya dan
lingkungan di tengah hantaman globalisasi dan homogenisasi. Pada dasarnya
hakikat ajaran tri hita karana menekankan tiga hubungan manusia dalam
kehidupan di dunia ini. Ketiga hubungan itu meliputi hubungan dengan sesama
manusia, hubungan dengan alam sekitar, dan hubungan dengan Tuhan yang
saling terkait satu sama lain. Setiap hubungan memiliki pedoman hidup
menghargai sesama aspek sekelilingnya. Prinsip pelaksanaannya harus seimbang,
selaras antara satu dan lainnya. Apabila keseimbangan tercapai, manusia akan
hidup dengan menghindari daripada segala tindakan buruk. Hidupnya akan
seimbang, tenteram, dan damai.
a. Parahyangan
Merupakan hubungan yang harmonis manusia dengan Tuhan, dalam hal
manusia diharapkan memiliki kedekatan bathin dengan tuhan, setiap
aktivitas didasari oleh semangat pengabdian pada Tuhan. Manusia
4
menyadari jati dirinya sebagai atman atau makluk spiritual yang harus
selalu berhubungan dengan sumbernya yaitu Tuhan.
b. Pawongan
Ini merupakan konsep hubungan yang harmonis antara manusia dengan
manusia, sebagai sesama ciptaan Tuhan yang memiliki hak dan kewajiban
yang sama, dalam hubungan ini diharapkan akan muncul suatu ikatan
paersaudaraan antar sesama manusia yang bersifat universal bebas dari
unsur SARA
c. Palemahan
Ini merupakan konsep hubungan manusia dengan alam, dimana dalam
konsep ini manusia diharapkan memiliki tanggung jawab pada alam dalam
mengelola alam tersebut. Manusia tidak hanya memanfaatkan alam tanpa
memperhatikan kelestarianya
Konsep ini secara nyata telah diterapkan oleh masyarakat Bali khususnya
dalam setiap konteks kehidupan budaya masyarakat keseharian, diantaranya
adalah adanya silakrama( pertemuan keseharian), upacara pemujaan kepada
Tuhan dan juga alam semesta dalam kesehariannya, dimana terbukti dengan
ketekunan masyarakat di Bali, kita masih bisa bertahan sampai sekarang ini.
Instansi atau pengelola pariwisata akan melakukan segala macam cara untuk
mampu bertahan, mengembangkan usahanya ditengah ketatnya persaingan saat ini
tanpa memperdulikan dampak yang akan dihasilkan dalam proses ini nantinya.
Walaupun terkadang usahanya tergolong tidak sesuai dengan aturan yang ada.
Timbulnya kesembrawutan, pencemaran alam lingkungan yang disebabkan oleh
usahanya, ternodainya kesucian tempat suci dan lainnya merupakan sebuah hasil
yang yang membawa dampak ke depan yang tidak menguntungkan bagi semua
pihak,dan malah akan membawa kerugian untuk masa depannya.
Disinilah Konsep ini memiliki peranan yang sangat vital untuk memberi
kesadaran pada semua pengelola , atau orang yang terjun dibidang ini untuk
memikirkan bagaimana menjaga keseimbangan antara usaha dengan alam
5
lingkungan sekitarnya sehingga akan tercipta sebuah keharmonisan secara usaha
dan budaya yang akan membawa semua bidang berjalan secara stabil.
Memang akan cukup terasa sulit untuk dimengertikan, tetapi konsep Tri Hita
Karana akan memberi bimbingan sangat luas kepada insan pariwisata yang secara
duniawi dan spiritual akan memberi dampak positif untuk menjaga keharmonisan
pariwisata Bali kedepannya. Dengan demikian budaya Bali yang berkonsep Tri
Hita Karana akan tetap bisa menjadi contoh yang positif yang memberikan banyak
manfaat tidak hanya untuk bidang pariwisata tetapi juga untuk alam dan manusia
dengan selalu di landasi rasa syukur ke pada sang pencipta,Tuhan Yang Maha
Esa.
Terdapat banyak daerah dan seni budaya yang masih menerapkan konsep Tri Hita
Karana sebagai bagian dalam mewujudkan keseimbangan dan keharmonisan
antara Alam,Manusia dan Tuhan yang dapat memberikan manfaat dalam bidang
pariwisata.
6
3.2.1 Parahyangan.
Aspek Parahyangan merupakan salah satu aspek penting dalam Tri Hita
Karana. Aspek ini menyangkut keyakinan dalam beragama masyarakat Bali pada
umumnya. Dimana seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
Parahyangan merupakan menjalin hubungan yang harmonis dengan Tuhan Yang
Maha Esa. Implementasinya dapat kita lihat dari masyarakat Kubu dan
masyarakat Bali pada umumnya, yang mengenal upacara Tumpek
Ngatag. Upacara ini mengandung makna bahwa masyarakat setempat
memperingati hari tumbuhan, sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Upacara ini bisa memiliki multifungsi dalam pengembangan Ekowisata. Karena
selain sebagai tradisi penghormatan kepada Tuhan, upacara ini bisa dijadikan
penarik wisatawan untuk berkunjung ke daerah Kubu. Upacara ini juga
merupakan bentuk aplikasi nilai spiritual ke dalam pelestarian lingkungan.
Salah satu wisata budaya dan keagamaan yang penting di Kecamatan Kubu adalah
Pura Bukit Mangun. Berada di Desa Tianyar, sekitar 12 kilometer dari Ibukota
Kecamatan. Di puncak bukit ini terdapat satu komplek pura yang mana untuk
mencapainya harus menaiki ratusan anak tangga. Dari lokasi ini dapat terlihat
Gunung Agung dan Laut Bali sekaligus yang merupakan kombinasi pemandangan
yang luar biasa. Masyarakat Kubu masih sangat menjaga kesucian tempat ini,
wisatawan yang ingin berkunjungan ke tempat ini harus memakai kamen dan
tidak di perbolehkan wanita yang haid memasuki tempat ini. Dengan cara itu
masyarakat di Desa kubu sudah menerapkan konsep Tri Hita Karana dari segi
asperk Parahyangan yaitu dengan tetap menjaga kesucian tempat
persembahyangan umat hindu khususnya di Pura Bukit Mangun.
3.2.2 Pawongan.
Aspek Pawongan dalam konsep Tri Hita Karana berarti hubungan harmonis
antar sesama manusia, dimana aspek ini terkandung nilai sosial yang
mengharuskan masyarakat setempat untuk saling menghargai, saling menolong,
dan saling menghormati. Dalam kitannya dengan dunia ekowisata,
7
pegejewantahan aspek pawongan dalam pengelolaan pariwisata memposisikan
pranata-pranata social masyarakat local sebagi acuan bagi pola-pola hubungan
baik antar sesama pelaku pariwisata maupun antar pelaku pariwisata dengan
lingkungan social stempat.
Hal ini tidak saja berimplikasi kepadaterciptanya hubungan yang harmonis antar
sesamamanusia sebagai makhluk sosial, tetapi sekaligus jugamerupakan revitalisa
si terhadap tatanan social masyarakat setempat. Aspek ini penting untuk ditumbuh
kembangkan karena keterbukaan, keramahan, dan kesosialan masyarakat daerah
Kubu, merupakan modal utama sebagai daya tarik pengunjung untuk datang
menikmati kawasan Ekowisata yang berbasis tanaman lontar. Bentuk Ekowisata
yang mengedepankan nilai sosial masyarakat Kubu adalah
program Homestay atau lebih dikenal dengan rumah singgah.
Ekowisata Homestay seperti ini, umumnya menawarkan pengunjung menginap di
hotel atau villa. Tetapi, untuk lebih menonjolkan sikap sosial dan budaya
masyarakat Kubu, pengunjung akan menginap di rumah-rumah warga sebelum
atau saat menikmati kawasan Ekowisata di daerah Kubu. Selain Homestay, cermin
hubungan harmonis antar manusia dapat juga dilihat dari budaya Megibung yang
merupakan ciri khas masyarakat Karangasem. Dalam budaya Megibung ini,
pengunjung akan diajak untuk makan bersama penduduk setempat dengan
wadah Nare (nampan/piring yang lebar) dimana dalam satu sela atau satu
kelompok makan berjumlah maksimal 8 orang. Orang-orang yang megibung
harus mengikuti tata tertib dan aturan makan yang ketat. Makna sosial pada
budaya Megibung ini adalah kebersamaan dalam kesederhanaan, yaitu saling
berbagi makanan antar sesama. Dari budaya ini tercermin hubungan yang
harmonis antar penduduk setempat dengan wisatawan yang akan berkunjung.
Sehingga memperkaya nilai Ekowisatadi daerah Kubu yang akan ditawarkan
dalam dunia pariwisata. Dengan bentuk Ekowisata Homestay dan
tradisi megibung yang seperti ini, masyarakat setempat dihadapkan untuk
mengedepankan sikap sosial. Masyarakat Kubu harus siap berkomunikasi, dan
beinteraksi dengan pengunjung yang datang. Mulai dari etika menyambut
pengunjung, mempersilahkan pengunjung, atau sebagai guide dalam memandu
8
pengunjung menikmati kawasan Ekowisata di daerah Kubu. Dari sinilah
masyarakat harus mempunyai konsep Tri Hita Karana dari segi
aspek Pawongan. Apabila masyarakat Kubu sudah mengimplementasikan
aspek Pawongan dengan baik, maka pengembangan Ekowisata di daerah Kubu
akan berjalan lancar.
3.2.3 Palemahan.
9
mengeksplorasi kawasan Bali Timur terutama wilayah Kabupaten Karangasem
atur acara tour di Bali.
Objek wisata Rumah Pohon di Batu Dawa Karangasem ini, lokasinya jauh
dari keramaian, karena berada di atas bukit kaki Gunung Agung, dengan
ketenangan dan kedamaian yang disajikan, diharapkan bagi pengunjungnya bisa
merasakan ketenangan pikiran dan tubuh dapat refresh dengan atmosfer yang
benar-benar segar dan jaug dari polusi. Jika anda mau berkunjung ke objek wisata
di Bali ini dan ingin merasakan ketenangan dan kenyamanan lebih, berkunjunglah
pada hari-hari biasa hindari saat liburan ataupun akhir pekan, sehingga anda bisa
lebih leluasa menikmati suasana alam sekitarnya.
Berbagai aktivitas bisa anda lakukan di objek wisata Rumah Pohon
Karangasem, seperti bersantai di atas pohon mengagumi keindahan alam
pegunungan dan sekelilingnya dan juga foto selfie dengan pemandangan indah
Gunung Agung atupun pemandangan lembah, bukit dan pantai. Perlu diingat
tempat ini, kawasan sangat dijaga keindahan, kealamian dan bahkan kesuciannya
untuk itu bagi pengunjung sangat diharapkan untuk selalu menjaga kebersihan
serta etika sopan santun berkunjung. Dari sini masyarakat Kubu sudah
menerapkan konsep Tri Hita Karana gari segi aspek Palemahan yaitu hubungan
manusia dengan alam lingkungannya. Dengan demikian pengembangan Ekosista
di daerah Karangasem Kubu akan berjalan dengan lancer.
10
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Tri Hita Karana Tourism Award and Accreditations. Denpasar:
Bali Travel Newspaper
12