Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MATA KULIAH TRI HITA KARANA

DOSEN PEMBIMBING
Prof. Dr.Drs. Ketut Sumadi, M.Par
OLEH :

Nama : I Putu Pande Edi


Jurusan : Pariwisata Budaya
Prodi : Industri Perjalanan A
Semester : V (lima)
Nim : 1813081041
No : 22

FAKULTAS DHARMA DUTA


UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS SUGRIWA DENPASAR
TAHUN AJARAN 2020/2021
PENDAHULUAN

Pulau Bali merupakan salah satu pulau kecil yang berada dikawasan perairan
Indonesia yang diduga sangat besar memberikan dampak bagi dunia kepariwisataan di
Indonesia. Daya tarik pulau bali yang mampu membedakanya dengan kawasan lain
yang berada di Indonesia antara lain adalah keindahan alam, budaya, serta beragam
kuliner yang khas di pulau bali. Beragam dan lengkap pula jenis-jenis tempat wisata
yang ada dipulau Bali, mulai dari pantai, sawah-sawah, kawasan hutan dan danau,
gunung merapi, air terjun, serta kawasan wisata buatan seperti desa wisata juga sudah
dikenal dunia. Kesenian pun tak luput dari pandangan para wisatawan yang berkunjung.
Pariwisata Bali telah tumbuh dan berkembang sedemikian rupa memberikan sumbangan
yang besar terhadap pembangunan daerah dan masyarakat Bali baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pengembangan sektor ini menjadi salah satu langkah dalam
menciptakan kesejahtraan masyarakat (Widiastuti, 2013). Berbagai upaya dilakukan
oleh Pemerintah Kabupaten/Kota yang ada di Bali untuk mengembangkan potensi-
potensi lokal untuk membuat wisatawan domestik maupun mancanegara tetap tertarik
mengunjungi pulau dewata.

Bali sebagai salah satu pulau di Indonesia yang memiliki kearifan tradisional
dan adat istiadat serta sangat terkenal dalam bidang pariwisatanya. Dimana
pariwisata yang di kembangkan di Bali adalah pariwisata budaya. hal ini menjadi salah
satu keunikan yang khas dibandingkan dengan destinasi-destinasi lainnya yang ada di
Indonesia. Serta seluruh masyarakat Bali sepakat bahwa pembangunan di Bali
didasarkan atas nilai-nilai kearifan lokal yang telah dikenal secara universal dalam
konsep Tri Hita Karana. Keharmonisan manusia dengan Tuhan, sesama dan
lingkungan menjadi modal utama berkembangnya pariwisata di Bali. Oleh karena itu,
perkembangan pariwisata yang terjadi saat ini dan yang akan datang tidak membuat
keharmonisan hubungan tersebut melemah bahkan saling tercabut dari akarnya. Prinsip
dasar dari pembangunan yang berkelanjutan adalah keseimbangan intergenerasi;
pembangunan akan berkelanjutan apabila pemenuhan kebutuhan saat ini tidak
mengurangi kebutuhan generasi yang akan datang (Pearce et al.,1989). Sehingga
pariwisata membutuhkan kesiapan yang menyeluruh, peran serta masyarakat,
komitmen pemerintah serta kerjasama pihak swasta untuk menciptakan dan menjaga
keharmonisan dan keselarasan antar tiga aspek yaitu tuhan, sesama dan lingkungan
agar terciptanya pariwisata yang berkelanjutan.

Daya Tarik Wisata Sangeh yang merupakan salah satu daya tarik wisata yang terkenal
dari banyaknya daya tarik wisata yang ada di kabupaten Badung yang terletak di Desa Sangeh,
Kec. Abiansemal, Kab. Badung, Bali. Sifat dan keberadaan daya tarik wisata ini adalah
merupakan wisata budaya, dimana daya tarik dari wisata ini yaitu terdapat suatu benda sakral
yang dianggap suci oleh masyarakat serta memiliki daya tarik yaitu pohon Lanang Wadon.
Daya tarik wisata Sangeh ini telah menerapkan konsep Tri Hita Karana. Dalam hal ini konsep
Tri Hita Karana yang meliputi unsur Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan yang terdapat di
daya tarik wisata Sangeh yaitu pada unsur Parahyangan mengacu pada daya tarik wisata dalam
menyelaraskan aktivitasnya dengan konsep-konsep keTuhanan yang diterapkan di Bali
kemudian Pawongan mengacu pada keselarasan para pelaku pariwisata di suatu daya tarik
wisata, sedangkan yang terakhir, Palemahan, mengharuskan pelaku pariwisata di daya tarik
wisata untuk mencintai dan menjaga alam (selaras dengan alam).
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tri Hita Karana


Kata Tri Hita Karana berasal dari bahasa Sanskerta, dimana kata Tri
artinya tiga, Hita artinya sejahtera atau bahagia dan Karana artinya sebab atau
penyebab. Jadi Tri Hita Karana artinya tiga hubungan yang harmonis yang
menyebabkan kebahagiaan bagi umat manusia. Untuk itu ketiga hal tersebut
harus dijaga dan dilestarikan agar dapat mencapai hubungan yang harmonis.
Sebagaimana dimuat dalam ajaran Agama Hindu bahwa ” kebahagiaan dan
kesejahteraan ” adalah tujuan yang ingin dicapai dalam hidup manusia, baik
kebahagiaan atau kesejahteraan fisik atau lahir yang disebut ” Jagadhita ”
maupun kebahagiaan rohani dan batiniah yang disebut ”Moksa ”
Dalam ajaran Tri Hita Karana yang artinya tiga penyebab kebahagiaan.
Menurut Wiana (2004) bahwa hakekat Tri Hita Karana adalah sikap hidup yang
seimbang antara memuja Tuhan dengan mengabdi pada sesama manusia serta
mengembangkan kasih sayang pada alam lingkungan. Ajaran tentang
kesimbangan hidup sangat penting artinya dalam kehidupan manusia, baik
untuk menata kehidupan sekarang maupun untuk menata kehidupan yang akan
datang. Ajaran keseimbangan hidup menuntun manusia agar memperoleh
kehidupan yang aman, damai dan sejahtera.
1. Manusia dengan Tuhannya ( Prahyangan)
Kata Parahyangan berasal dari bahasa sansekerta, dari kata ”Hyang”,
yang berarti Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Jadi, kata parahyangan
berarti hubungan yang harmonis dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Dengan demikian kita harus menjalin hubungan yang harmonis dengan
Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dengan cara menjalankan perintah-NYA
dan menjauhi larangan-NYA.
2. Manusia dengan alam lingkungannya ( Palemahan)
Kata palemahan berasal dari bahasa sansekerta, dari kata ”Lemah”, yang
berarti lingkungan sekitar/alam semesta. Jadi, kata palemahan berarti
hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungan
sekitar/alam semesta. Dengan demikian selain menjalin hubungan yang
harmonis dengan Tuhan dan sesama manusia kita juga harus menjalin
hubungan yang harmonis dengan lingkungan sekitar/alam
semesta dengan cara menjaga lingkungan sekitar dari kerusakan.
3. Manusia dengan sesamanya ( Pawongan).
Kata Pawongan berasal dari bahasa sansekerta, dari kata ”Wong”, yang
berarti orang atau manusia. Jadi, kata pawongan berarti hubungan yang
harmonis antara manusia dengan sesama manusia. Dengan demikian kita
harus menjalin hubungan yang harmonis dengan sesama manusia,
dengan cara saling menghormati dan saling menghargai satu sama lain.

B. Penerapan Konsep Tri Hita Karana Di Daya Tarik Wisata Sangeh


1) Prahyangan

Gambar 2. Tempat Suci Di DTW

Daya Tarik Wisata Sangeh merupakan salah satu daya tarik wisata yang ada di
Kabupaten Badung yang sudah menerapakan konsep Tri Hita Karana dalam pembangunan dan
juga pengembangan pariwisatanya. Penerapan Tri Hita Karana pada konsep prahyangan. Pada
daya tarik wisata Sangeh tentunya memiliki tempat suci (pura) yaitu Pura Bukit Sari yang mana
terdapat Padma, tugu, piyasan, penunggun karang, bale pemujaan dan penyengker.
Gambar 3. Keadaan Prahyangan di DTW Sangeh

Dimana kondisi tempat sucinya terpelihara sangat baik, bangunan suci yang tertata
sangat rapi, tanaman upakara terawat baik sehingga suasana nyaman. Untuk tanaman upakara
di DTW ini tidak terlalu banyak hanya ada seperti bunga kamboja, kembang sepatu, kembang
kertas dan sebagainya yang digunakan untuk persembahyangan yang ditanam disekitar areal
pura. Selain itu tempat suci di DTW ini memiliki konsep arsitektur Bali yang mana Letak
tempat suci di DTW ini berdasarkan Lontar Asta Bumi: kaja kangin (timur laut), kaja (utara)
atau kangin (timur) dengan pembagian ruang terdiri atas jeroan (zone terdalam) dan jaba sisi
(zone terluar) yang bisa menampung seluruh masyarakat yang ingin melakukan
persembahyangan secara nyaman.

Pada DTW ini juga terdapat pohon yang unik dan disakralkan oleh penduduk
di Desa Sangeh, dimana pohon ini dinamakan pohon Lanang Wadon, Masyarakat
setempat biasa menyebutnya pohon Lanang Wadon, karena bagian bawah pohon itu
berlubang sehingga menyerupai alat kelamin perempuan sedangkan ditengah lubang
tersebut tumbuh batang yang mengarah ke bawah yang terlihat seperti alat kelamin
pria. Pohon ini tumbuh persis di pelataran depan tempat wisata Sangeh. Dalam
kesehariannya DTW ini selalu mempersembahkan canag di semua pelinggih dan ketika hari-
hari suci misalnya purnama/tilem atau terdapat odalan dipura ini, tetapi tidak hanya masyarakat
setempat melainkan juga terdapat masyarakat luar desa maupun daerah. Selain upacara
piodalan, pengelola DTW juga melaksanakan upacara yadnya pada hari-hari suci lainnya yang
seluruhnya dilaksanakan berdasarkan penanggalan Bali/Hindu dan upacara yang dilakukan
tidak hanya dilakukan oleh pengelola DTW tetapi juga masyarakat.
Sedangkan untuk sarana
dan prasarana upacara (khususnya bebanten) dalam rangka
pelaksanaan upacara keagamaan di DTW ini tidak 100% dibuat sendiri, ada beberapa yang
membeli karena sudah ada pendanaan untuk sarana dan prasarana dalam rangka pelaksanaanya.
Dalam melaksanakan tugas-tugas keagamaan di DTW ini memiliki pemangku yang mana
hanya terdapat satu pemangku pura atau sebagai penanggung jawab pemangku di DTW ini.
Dan untuk SK atau surat tugas pemangku itu tidak ada karna pemangku-pemangku yang ada
termasuk penanggung jawab pemangku itu merupakan sukarela. Sedangkan dalam hal
partisipasi yaitu dalam kegiatan yang berkaitan dengan pelestarian dan pengembangan
kebudayaan Bali. Dalam periode satu tahun terakhir DTW ini tidak pernah, berpartisipasi
dalam kegiatan yang berkaitan dengan pelestarian dan pengembangan kebudayaan Bali,
dikarenakan adanya pandemi covid-19.

Satu tahun
terakhir ini pihak pengelola DTW tidak pernah menyelenggarakan


kegiatan dharma wacana/ diskusi/ dharma tula/ penyuluhan/ seminar tentang agama Hindu atau
THK dengan melibatkan masyarakat sekitarnya tetapi kegiatan ini masih dirundingkan. Selain
itu dalam satu tahun terakhir ini pihak pengelola DTW ini belum pernah, memberikan
kontribusi dalam bentuk materi (punia) / perabotan, dan lainya. DTW ini juga memberlakukan
peraturan dimana 100% sembahyang kecuali bagi mereka yang sedang cuntaka, maka seluruh
anggota maupun masyarakat yang beragama Hindu di DTW dapat melakukan
persembahyangan di pura DTW ini. Sedangkan untuk masalah misi atau program yang
berkaitan dengan agama hindu pihak pengelola DTW Sangeh untuk saat ini tidak pernah
melaksanakan misi atau program khusus yang bermanfaat bagi pelestarian dan pengembangan
agama Hindu, seperti pelatihan/ ketrampilan: Pinandita, serati banten, undagi, duta dharma,
sangging, dan sarana upakara Tetapi kedepannya mungkin akan dirancang program seperti itu.
Sementara itu sebelum memasuki area DTW masyarakat atau wisatawan akan menemukan
atau terdapat beberapa petunjuk yang sangat jelas yaitu seperti penempatan papan petunjuknya
dan pengertian yang jelas disetiap kalimatnya dan tentunya berisikan informasi atau petunjuk
yang berkaitan dengan keberadaan tempat suci di sekitar DTW. Disamping itu semua dalam
hal biaya pemeliharaan bangunan suci di DTW ini 100% itu adalah dibiayai oleh pengelola
DTW yang didapat dari hasil dari DTW ini sendiri. Dan yang paling penting yaitu pada DTW
ini tidak ada aktivitas/bangunan di lingkungan DTW yang dianggap dapat mengganggu
keberadaan aspek parhyangan setempat karena keadaan sekitar parhyangan sangat lapang dan
hijau.
2) Pawongan

Penerapan konsep pawongan pada Daya Tarik Wisata Sangeh ini yaitu terbukti dari
pengelolaan DTW ini sendiri yang mana DTW ini dikelola oleh Desa Adat dibawah naungan
Pemerintah Kabupaten Badung dan untuk DTWnya memang dikelola bersama oleh
masyarakat, Kemudian DTW
ini belum mempunyai organisasi sosial kemanusiaan (suka-
duka). Disisi lain dalam periode satu
tahun terakhir di lingkungan DTW ini tidak pernah
terjadi perselisihan antara pengelola dengan masyarakat ataupun partner kerja, tidak pernah
terjadi perselisihan antar anggota pengelola, antara pihak DTW ini dengan pihak luar DTW
dan pihak DTW tidak pernah ada konflik dengan masyarakat. Dalam periode satu tahun
terakhir ini juga anggota pengelola di lingkungan DTW ini tidak pernah sama sekali diganjar
sanksi karena melakukan tindakan indisipliner.

Gambar 5. Tour Guide di DTW Sangeh

Sementara itu dalam hal partisipasi dalam periode satu tahun terakhir ini pihak Daya
Tarik Wisata Sangeh belum/tidak pernah berpartisipasi dalam kegiatan kemanusiaan, seperti:
donor darah, menyumbang untuk panti sosial, membantu korban bencana alam, tetapi pernah
ikut serta dalam memberikan suatu dana punia ke pihak pura yang ada didekat DTW.
Sedangkan pada bidang tenaga kerja komposisi tenaga kerja pengelolaan DTW ini yaitu
minimal 100% adalah tenaga lokal. Dalam program pengembangan organisasi sosial DTW ini
sendiri tidak memiliki program tertulis, sehingga tidak ada pelaksanaannya, tetapi masih akan
direncanakan ada. DTW
ini dalam hal memberikan suatu penghargaan kepada anggotanya
yang berprestasi belum ada bukti atau tidak ada bukti, tetapi pihak pengelola DTW tidak
menentangnya bahwa mereka sangat mengapresiasi anggotanya yang berprestasi.

DTW ini belum memiliki koperasi atau sejenisnya tetapi pengelola DTW
menganggap itu penting untuk dilaksanakan dan hal ini diharapkan dapat dilaksanakan segera.
Kegiatan memperdayakan seniman dalam hal ini DTW pura bukit belum/tidak punya program,
tidak ada bukti dalam pelaksanaannya, tetapi pihak DTW sependapat bahwa program itu
penting dilaksanakan untuk memberikan ruang berekpresi bagi para seniman. Sedangkan pada
program memperdayakan SDM internal DTW ini tak ada program, tak ada bukti
pelaksanaannya, tetapi pihak DTW sependapat program itu penting dilaksanakan dan sejauh
ini masih tahap perencanaan untuk memperdayakan SDM internal agar dapat mengembangkan
potensi SDM serta memberikan wawasan, pengalaman dan peluang bagi mereka . Dalam hal
sarana dan prasarana seperti kursi roda WC khusus untuk tamu cacat fisik, ada jalan yang bisa
dilalui kursi roda, ada kamar bagi wisatawan cacat fisik, dan sebagainya, DTW ini sendiri
belum menyediakan atau belum tersedia fasilitas tersebut untuk wisatawan yang cacat fisik.
Selain itu belum ada program ke arah tersebut.

Selain itu dari segi guest coment DTW ini punya guest comment yaitu melalui kotak
saran yang sudah disediakan, karena hal ini sangat penting demi mengetahui respons dari
wisatawan mengenai DTW ini sendiri kekurangan ataupun kelebihannya serta apa saja yang
perlu ditingkatkan. Disisi lain DTW ini Memiliki petugas keamanan sepenuhnya dari desa
setempat, tetapi tidak ada yang memiliki sertifikat.. DTW ini Memiliki petugas parkir yang
sepenuhnya berasal dari kalangan desa setempat. DTW ini juga memiliki petugas kebersihan
yang berasal dari kawasan desa setempat. Sehingga dilihat dari semua hal tersebut dapat
dikatakan bahwa pihak DTW Sangeh ini sudah menerapakan mengenai konsep pawongan
dalam Tri Hita Karana meskipun masih terdapat beberapa hal yang masih belum terpenuhi dan
tercapai serta masih terdapat beberapa program yang masih akan dilaksanakan tetapi belum
diterapkan.
3) Palemahan

Gambr 6. Daya Tarik Wisata Sangeh

Daya Tarik Wisata Sangeh dalam batas-batas wilayah kawasan untuk area DTW
sendiri sebenarnya dibatasi oleh beton dan pagar besi, tetapi untuk batas puranya sendiri yaitu
terdapat pembatas berupa tembok atau penyengker pura yang terbuat dari batu bata, dimana
candinyapun terbuat dari batu bata.

Gambar 7. Kawasan Parkir Daya Tarik Wisata Sangeh

Di sisi lain DTW ini juga tentunya memiliki suatu fasilitas/kawasan parkir dan untuk
kawasannya memiliki luas yang cukup serta tidak pernah ada kendaraan wisatawan sampai
meluap ke jalanan umum dan mengganggu lalu lintas. Sedangkan dalam hal kepemilikan
sebuah kantor pengelola yang baik yang disertai dengan fasilitas p3k dan komunikasi itu
sendiri sebenarnya pada DTW ini memiiki sebuah kantor pengelola yang dimana ini sekaligus
dijadikan posko untuk pemberian informasi, loket tiket, dan tersedianya juga fasilitas P3K.
Kemudian untuk usaha penunjung DTW ini sendiri yaitu terdapat loket penjualan tiket dan
warung didekat area parkir.

Gambar 8. Pintu Masuk Daya Tarik Wisata Sangeh

Sedangkan untuk pintu masuk atau keluar dalam DTW ini tidak dibedakan karena
DTW ini hanya memiliki satu pintu masuk atau satu gerbang masuk, setelah masuk sekitar 300
meter kita akan menemukan tempat parkir, dimana disana sudah ada tukang parkir yang akan
mengatur dan mengarahkan wisatawan. Sementara itu untuk fasilitas ruang tunggu di daya tarik
wisata Sangeh sudah memiliki tempat duduk yaitu berbentuk bale bengong yang berada di
dekat loket pembelian tiket masuk. Selain itu disana juga ada banyak spot-spot foto yang
menarik dan tentunya disertai dengan keberadaan monyet-monyet, selain itu kita juga dapat
berfoto dengan background patung monyet yang sangat besar.
Gambar 9. Foto depan dari Daya Tarik Wisata Sangeh

Sedangkan dari segi pemanfaatan dalam pembangunannya DTW ini yaitu untuk pada
area kawasan sucinya sendiri yaitu ≥ 75% bukan <75% memanfaatkan arsitektur Bali tetapi
untuk yang lainnya itu tidak menggunakan arsitektur Bali karena lebih memanfaatkan alam
sekitar serta ≥ 75% bukan <75% memanfaatkan bahan local dalam arsitektur bangunannya.
Dalam hal penerapan adanya taman yang mencerminkan unsur- unsur panca mahabuta
tentunya DTW ini memiliki kelima unsur tersebut yaitu unsur apah terdapat sebuah air
mengalir atau keran atau tempat penampungan air), unsur teja tentunya tersedia lampu di area
DTW dan juga pura, penerangan dengan benda langit seperti bukan dan bintang dan juga
terdapat sinar matahari, selanjutnya unsur pertiwi yaitu terdapat tanah, batu dan lain sebagainya
yan dimana DTW ini merupakan salah satu DTW ynag memanfaatkan keindahan alam, unsur
akasa yaitu terdapat zat ether, atmosfir, dan lainnya karena kawasan ini meruapakan kawasan
terbuka, serta yang terakhir unsur bayu yaitu terdapat angin, sirkulasi udara dan suara alam ini
disebabkan DTW ini merupakan DTW alam terbuka, kawasan hijau dan memanfaatkan alam.
DTW ini Memiliki ruang terbuka hijau (RTH) 3/9 atau lebih karena merupakan kawasan
perbukitan yang diamana hamper keseluruhannya memanfaatkan alam.

Dalam hal kebersihan DTW ini selalu bersih pada ruang tempat suci atau area tempat
suci hingga dari tempat loket parkir sampai dengan puncak objek wisata tempat ini selalu
brsihkan karena selalu dijaga kebersihannya dan juga pengunjung selalu dihimbau untuk
membuang sampah terutama sampah plastik ke tempat sampah yang telah disediakan disetiap
titiknya..Untuk masalah keamanan DTW ini Tidak pernah ada pencurian dan gangguan
keamanan lainnya dalam setahun terakhir karena kemanan pengunjung selalu dijaga.
Sementara itu dalam hal tanaman pada DTW ini sendri memilki tanaman langka yaitu tanaman
pala yang tumbuh sangat besar, pohon ini dinamakan pohon Lanang Wadon, dimana pohon ini
disakralkan oleh masyarakat disana.

Gambar 11. Pohon Lanang Wadon

DTW ini juga memilki beberapa tong sampah yang disebar dibeberapa titik sepanjang
kawasan DTW ini. Dari sisi pengelolaan sampah DTW ini sendiri juga Ada pemilahan sampah
organik dan nonorganic yang biasanya dilakukan oleh petugas TPS dan tentunya juga ada
kontainer/TPS serta bekerjasama dengan desa adat/DKP. Selain sampah DTW ini juga dalam
menunjang kebutuhan wisatawan masyarakat menyediakan atau memiliki WC dan kamar
mandi yang bersih yang dimana terdapat di areal DTW itu sendiri.

Serta DTW ini dalam hal keefesiensian dari penggunan listrik DTW ini Memanfaatkan
energi listrik sesuai dengan kebutuhan, serta ada kontrol dari petugas DTW tetapi tidak
memanfaatkan lampu hemat energi. Selain listrik dalam efisiensian penggunaan air bersih
DTW ini sangat memperhatikannya yaitu dibuktikan dengan DTW ini yang memanfaatkan air
bersih sesuai dengan kebutuhan, serta ada kontrol dari petugas.. DTW ini juga tentunya punya
atau memiliki program/misi khusus yang bermanfaat bagi pelestarian lingkungan yag dimana
sering dilaksanakan dengan baik seperti penghijauan, kebersihan, efisiensi, penyiapan lubang
penangkapan air tanah, pengelolaan air limbah dan sampah serta tanggap dalam musim
kemarau yang dimana rawan terjadi kebakaran di area sekitar DTW.

DTW ini dalam hal yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup belum atau
tak pernah dapat penghargaan tetapi DTW ini sudah beberapa kali ikut, aktivitas kerja di DTW
ini sendiri tidak pernah menggangu kenyamanan dari masyarakat dan lingkungan sekitar DTW
dan bahkan tidak pernah ada kritikan dari masyarakat maupun lingkunagn sekitar mengenai
aktivitasa di DTW ini. Sementara itu DTW ini juga mempunyai IPAL/STP atau memiliki
septic tank.

PENUTUP
Dari hasil kuisioner yang didapatkan mengenai penerapan konsep Tri Hita Karana
dapat disimpulkan bahwa kawasan Daya Tarik Wisata Sangeh sudah menerapkan konsep Tri
Hita Karana itu sendiri baik itu dari unsur Prahyangan, Pawongan dan Palemahan. Dari
penerapannya konsep Prahyangan di DTW ini yaitu dibuktikan dengan sudah adanya tempat
suci, Konsep Arsitektur, kebersihan, terdapat benda sakral, melakukan dewa yadnya disetiap
harinya, memiliki pemangku. Sedangkan penerapan unsur pawongan dibuktikan dengan
dikelola DTW ini oleh pihak swasta atau pemerintah, tidak pernah terjadi perselisihandan
konflik antara pengelola dengan anggota, anggota anatar anggota ataupun dengan masyarakat.
Dan juga untuk anggota dan tenaga parkir dan kebersihan pengelola DTW ini mengutamkan
tenaga lokal atau masyarakat setempat dan lainnya. Dan untuk Penerapan unsur Palemahan
yaitu dibuktikan dengan adanya memiliki fasilitas parkir, toilet, posko untuk pemberian
informasi, loket tiket, fasilitas P3K, , mencerminkan unsur-unsur panca mahabhuta, memiliki
ruang terbuka hijau, aktif dalam kegiatan pelestarian lingkungan, memiliki program dalam
pengelolaan sampah serta memiliki suatu strategi dalam memasarkan atau memperkenalkan
DTW ini sendiri baik itu melalui media social, brosur, media komunikasi dan sebagainya.

Dari ketiga unsur tersebut juga ada terdapat beberapa kegiatan yang masih belum dapat
diterapkan oleh DTW ini baik itu dari unsur prahyangan, pawongan dan palemahan yang
dimana masih ada beberapa kegiatan atau program yang sedang direncanakan dan dianggap
penting untuk diterapkan guna menyempurnakan DTW ini dalam penerapan konsep Tri Hita
Karana untuk mewujudkan hubungan timbal-balik yang dinamis antara kepariwisataan dan
kebudayaan yang membuat keduanya berkembang secara sinergis, harmonis dan berkelanjutan
untuk dapat memberikan kesejahtraan kepada tuhan, masyarakat, kelestarian budaya dan
lingkungan.

Selanjutnya akan diusulkan beberapa saran yang dapat dijadikan pertimbangan yang
bermanfaat untuk meyempurnakan dalam pengembangan penerapan konsep Tri Hita Karana
pada DTW ini yaitu lebih mengembangkan lagi dan merencanakan tentang program-program
yang berkaitan dengan prahyangan seperti mengadakan kegiatan seperti pesantian, drama
wacana dan lain sebagainya. Dan untuk konsep pawongan lebih mengembangkan lagi dalam
kegiatan social dan kegiatan partisipasi/kontribusi di luar lingkungan DTW.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Tri_Hita_Karana, diakses 18 Desember 2020


http://www.babadbali.com/canangsari/trihitakarana.htm, diakses 18 Desember 2020

Anda mungkin juga menyukai